Anda di halaman 1dari 163

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI GENERASI BARU

INDONESIA SUMATERA SELATAN (GENBI SUMSEL)


PERIODE 2018-2019

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Menempuh Derajat Sarjana S1 Ilmu Komunikasi
Konsentrasi: Hubungan Masyarakat

OLEH:
NAURAH LISNARINI
07031181621025

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2020
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Naurah Lisnarini

NIM : 07031181621025

TTL : Palembang, 24 Januari 1999

Program Studi/Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru


Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan


yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya
adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan serta pemikiran
saya dengan pengarahan dari pembimbing yang ditetapkan.
2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapat gelar akademik baik di Universitas Sriwijaya maupun di
perguruan tinggi lainnya.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila di


kemudian hari ditemukan bukti ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh
melalui pengajuan karya ilmiah ini.

Palembang,
Yang membuat pernyataan,

Naurah Lisnarini
NIM. 07031181621025

iii
MOTTO

‫ٱّللَ َمعَنَا‬
َ َ‫َل تَحْ َز ْن إِن‬
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita.”
(QS At Taubah : 40)

“Jangan ragu, semua orang punya kesempatan yang sama. Tugasmu hanya
lakukan yang terbaik dan sebarkan semangat positif. Jangan bandingkan
dirimu dengan orang lain, teruslah mencoba sampai melewati batas
kemampuanmu.”

Skripsi ini kupersembahkan untuk:


1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Bapak H. Iman Jaya R. dan Ibu Darnila
Mustika Sari
2. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Almamaterku Universitas Sriwijaya

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa
menyelasaikan skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel) Periode 2018-2019” sebagai syarat
untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu menyayangi dan mendukung saya dalam
segala kegiatan yang saya lakukan. Terima kasih atas semuanya Ayah dan
Mama, gelar sarjana ini saya persembahkan untuk kalian berdua.
2. Keluarga besar saya di Bengkulu, Bandar Lampung, Jabodetabek yang
senantiasa mendukung dan mendoakan supaya menjadi pribadi yang baik dan
berguna bagi orang lain. Yang sudah menyayangi dan membantu saya dalam
apapun sejak kecil.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE., selaku Rektor Universitas
Sriwijaya yang sudah memberikan saya kesempatan untuk kuliah dan
mendapatkan beasiswa Prestasi Akademik.
4. Bapak Prof. Dr. Kgs. Muhammad Sobri, M.Sc. sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya berserta jajarannya yang telah
memberikan saya kesempatan untuk mendapatkan ilmu di fakultas.
5. Bapak Dr. Andries Lionardo, S.I.P, M.Si, selaku ketua jurusan dan Bapak Faisal
Nomaini, S.Sos., M.Si. selaku sekretaris jurusan, yang mana jurusan ini sudah
menjadi rumah kedua bagi saya, di sinilah saya belajar ilmu pengetahuan,
mengenal dosen, staf administrasi, teman, dan juga sahabat.

v
6. Teruntuk kepada dua dosen pembimbing skripsi, Bapak Dr. Andries Lionardo,
S.I.P., M.Si dan Ibu Miftha Pratiwi, M.I.Kom yang telah mengarahkan dan
membimbing saya dalam menggarap skripsi ini, mulai dari pemilihan judul,
permasalahan, operasionalisasi teori, analisis, sampai penelitian ini selesai.
Terima kasih banyak sudah bersedia diganggu waktunya disela kesibukan
mengajarnya yang hampir tiap minggu selalu saya temui terhitung sejak surat
penunjukan pembimbing keluar.
7. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang sudah membagikan ilmu dan pengetahuan
kepada saya, baik itu melalui kegiatan terjadwal belajar-mengajar ataupun di
luar dari itu.
8. Karyawan Ilmu Komunikasi khususnya dan pada umumnya karyawan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu keperluan administrasi
selama saya kuliah. Khusunya untuk Mba Vira dan Pak Agus.
9. Keluarga besar Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sumsel yang sudah
mendukung dan membantu penyelesaian penelitian ini.
10. Terima kasih kepada Bank Indonesia Sumatera Selatan yang memberikan saya
beasiswa Pendidikan dan melibatkan saya dalam berbagai kegiatan yang
bermanfaat untuk negeri. Terimakasih untuk bantuan dan pengabdian beharga
satu tahun bersama GenBI Sumsel.
11. Keluarga besar Lepass Sriwijaya post & Limass Sriwijaya Post, terima kasih
atas waktu kebersamaan untuk belajar serta beproses bersama. Terimakasih atas
pengalam kerja menjadi wartawan muda kurang lebih 4 tahun.
12. Keluarga besar Ikatan Duta Komunikasi Universitas Sriwijaya 2017, terima
kasih sudah jadi teman terbaik saya.
13. Keluarga besar Lembaga Pers Mahasiswa FISIP Unsri, semoga sukses selalu
untuk bekarya.
14. Keluarga besar Mahasiswa Berprestasi Universitas Sriwijaya 2019, semoga
sukses selalu.
15. Keluarga besar PT. Cakrawala Andalas Televisi (ANTV) terimakasih sudah
memberikan kesempatan magang selama kurang lebih dua bulan, sehingga
penulis bias menambah pengalaman yang berharga.

vi
16. Untuk sahabat saya dari SMP yang selalu menemani dalam mengerjakan skripsi
Aulia Holaw Rizana, semoga sukses selalu dan dilimpahkan rezekiNya. Amin.
17. Teruntuk kakak saya, Syarafina. Semoga selalu kuat di perantauan dan
semangat bekerja. Terimakasih atas semua kebaikannya, semoga bahagia selalu.
18. Teruntuk sahabat saya sejak 2015, Syafina Amorita Candini, terimakasih sudah
banyak mendengar keluh kesah, semoga sukses dan kita menua bersama.
19. Sahabat saya dari SMP yang selalu mendengarkan keluh kesah selama
perkuliahan Fahira Anindita. Elga Umari dan Ricky Damario Pratama, dll.
20. Terima kasih kepada sahabat saya di perkuliahan sejak maba, Ayu Dwi Septi,
Sri Rezeki Utami, Morina Ayu Lestari, Nabilah, Tsamarah Roza G, Tri Utari
Saputri. Terima kasih atas seluruh bantuannya selama perkuliahan dan selalu
mendengar keluh kesah saya.
21. Sahabat saya yang pantang menyerah, M. Rindra Akbar terima kasih sudah
membantu dan menemani selama kurang lebih empat tahun ini. Semoga sukses
selalu.
22. Sahabat SMA saya yang sedang berjuang juga Garin Esyyad, Sekar Aulia, Fia
Lovita, M. Yufirly Raizza Fadhilah, Dyandra Dwi, M. Farros, dll. Semangat ya!
23. Sahabat saya Dina Iskandar, Diah Seftika, Muhammad Rizky, Dwi Ayu Yulia
Sari, Kiki Widyasari, Ruby Vidya Mandala Putri, Ilham, Rizky Zelani Elnar
yang sudah banyak membantu selama perkuliahan.
24. Teman-teman exchange dan social project Malaysia, Nurindah, Vidya Mayma,
Dhenada, Irgi Prayoga, Ayu Relista Amalia, dll.
25. Dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan dukungan. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah
dilakukan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong
penelitianpenelitian selanjutnya.

Palembang, Juni 2020

Naurah Lisnarini

vii
viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KOMPREHENSIF ......................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 10
1.3 TUJUAN PENELITIAN ...................................................................................... 10
1.4 MANFAAT PENELITIAN .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 11
2.1 LANDASAN TEORI ............................................................................................ 11
2.2 KOMUNIKASI ..................................................................................................... 11
2.3 KOMUNIKASI ORGANISASI........................................................................... 14
2.4 POLA KOMUNIKASI ......................................................................................... 20
2.5 POLA KOMUNIKASI ORGANISASI............................................................... 24
2.6 TEORI YANG DIGUNAKAN ............................................................................ 28
2.7 KERANGKA TEORI........................................................................................... 28
2.8 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 29
2.9 ALUR PEMIKIRAN ............................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 35
3.1 DESAIN PENELITIAN ....................................................................................... 35
3.2 DEFINISI KONSEP ............................................................................................. 35
3.3 FOKUS PENELITIAN ........................................................................................ 36
3.4 UNIT ANALISIS .................................................................................................. 36
3.5 INFORMAN PENELITIAN ................................................................................ 36

x
3.6 DATA DAN SUMBER DATA............................................................................. 38
3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................................................... 39
3.8 TEKNIK KEABSAHAN DATA ......................................................................... 40
3.9 TEKNIK ANALISIS DATA ................................................................................ 41
BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI ........................................................... 43
4.1 SEJARAH GENBI (GENERASI BARU INDONESIA) ................................... 43
4.2 VISI & MISI ORGANISASI ............................................................................... 44
4.3 MAKNA LOGO GENBI SUMSEL .................................................................... 46
4.3 STRUKTUR ORGANISASI GENBI SUMSEL 2018-2019 .............................. 47
4.4 TUGAS DAN FUNGSI BPH (BADAN PENGURUS HARIAN) ..................... 48
BAB V HASIL DAN ANALISIS.................................................................................... 54
5.1 POLA KOMUNIKASI ORGANISASI GENERASI BARU INDONESIA
SUMATERA SELATAN (GENBI SUMSEL) PERIODE 2018-2019 .................... 54
5.2 HAMBATAN KOMUNIKASI ORGANISASI GENERASI BARU
INDONESIA SUMATERA SELATAN (GENBI SUMSEL) PERIODE 2018-2019
...................................................................................................................................... 88
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................... 93
6.1 KESIMPULAN..................................................................................................... 93
6.2 TEMUAN PENELITIAN .................................................................................... 94
6.3 SARAN .................................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 96
LAMPIRAN................................................................................................................... 100

xi
DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 DAFTAR KEGIATAN GENBI SUMSEL 2018 ....................................... 5


TABEL 1.2 DAFTAR KEGIATAN GENBI SUMSEL 2019 ....................................... 6
TABEL 1.3 DAFTAR JUMLAH ANGGOTA GENBI SUMSEL 2019 ...................... 8
TABEL 1.4 REKAULISASI KEHADIRAN GENBI SUMSEL SEPTEMBER-
NOVEMBER 2019 ............................................................................................................ 9
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU ................................................................. 33
TABEL 3.1 FOKUS PENELITIAN ............................................................................. 36
TABEL 3.2 INFORMAN PENELITIAN ..................................................................... 38
TABEL 5.1 JUMLAH PERTEMUAN/RAPAT GENBI SUMSEL 2018/2019 ......... 58
TABEL 5.2 MODEL RODA ......................................................................................... 61
TABEL 5.3 REKAPITULASI PARTISIPASI MUSYAWARAH BESAR GENBI
SUMSEL 2018/2019 ........................................................................................................ 65
TABEL 5.4 MODEL LINGKARAN ............................................................................ 68
TABEL 5.5 MEDIA SOSIAL GENBI SUMSEL ........................................................ 74
TABEL 5.6 MODEL RANTAI ..................................................................................... 75
TABEL 5.7. MODEL HURUF Y .................................................................................. 80
TABEL 5.8. MODEL BINTANG ................................................................................. 86

xii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 SEPULUH BESAR GENBI NUSANTARA 2018 ................................ 3


GAMBAR 2.1 POLA KOMUNIKASI RODA ............................................................ 25
GAMBAR 2.2 POLA KOMUNIKASI LINGKARAN ............................................... 25
GAMBAR 2.3. POLA KOMUNIKASI RANTAI ...................................................... 26
GAMBAR 2.4. POLA KOMUNIKASI HURUF Y..................................................... 27
GAMBAR 2.5. POLA KOMUNIKASI BINTANG .................................................... 27
GAMBAR 4.1 LOGO GENBI SUMSEL ..................................................................... 46
GAMBAR 5.1. RAPAT BULANAN GENBI SUMSEL ............................................. 57
GAMBAR 5.2. KEGIATAN GATHERING ULTAH DAN OUTBOUND GENBI . 60
GAMBAR 5.3. MUSYAWARAH BESAR GENBI SUMSEL ................................... 65
GAMBAR 5.4. SUASANA ANGGOTA GENBI SUMSEL SAAT BERKUMPUL DI
SEKRETARIAT .............................................................................................................. 72
GAMBAR 5.5. PERWAKILAN UNSRI SAAT BERTEMU KEPALA BANK
INDONESIA SUMSEL ................................................................................................... 78
GAMBAR 5.6. KEGIATAN PEMBERIAN MATERI DAN TANYA JAWAB DI
GENBI SUMSEL............................................................................................................. 83
GAMBAR 5.7. PEMBERIAN PENGHARGAAN KE ANGGOTA DELEGASI
LEADERSHIP CAMP (KIRI) DAN BEBERAPA NOMINASI ANGGOTA
TERAKTIF (KANAN) ................................................................................................... 85

xiii
DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.1 ALUR PEMIKIRAN ................................................................................ 32


BAGAN 5.1. ALUR PENYAMPAIAN PROGRAM KERJA GENBI SUMSEL .... 77

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi
dengan orang lain di sekitarnya. Dalam berinteraksi, manusia melakukan
komunikasi untuk saling bertukar pesan dengan orang lain baik secara
verbal maupun non-verbal. Menurut (Effendy, 2011, p. 28), komunikasi
merupakan tindakan penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain
yang bertujuan untuk mengubah pendapat, perilaku, serta sikap penerima
pesan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam kehidupan, komunikasi dilakukan bukan hanya antar
invididu, tapi juga komunikasi dalam kelompok atau disebut komunikasi
organisasi. Menurut (Pace & Faules, 2015, p. 11), komunikasi organisasi
adalah komunikasi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki
tujuan yang sama sehingga terciptanya saling pengertian (mutual
understanding) dan persamaan pola pikir (mindset). Komunikasi organisasi
digunakan untuk menjalin hubungan antara pemimpin dan anggota dalam
organisasi untuk melaksanakan peran masing-masing dalam organisasi.
Kelancaran kegiatan oprasional suatu organisasi dapat terjadi
apabila terciptanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan
anggotanya. Jika hubungan antara keduanya baik maka organisasi memiliki
kesan yang baik terhadap organisasi . Dengan kata lain komunikasi
pimpinan dan anggotanya ini akan sangat mempengaruhi cara bawahan
melakukan tugasnya.
Seperti dalam yang diungkap Robbins (Robbins & Timothy A.
Judge, 2012, p. 410)dalam bukunya perilaku Organisasi yaitu “bagaimana
perasaan penerima pada saat menerima komunikasi akan mempengaruhi
cara dia menginterprestasikannya”. Dalam sebuah organisasi, setiap anggota
pasti memiliki cara dan gaya bicara yang berbeda satu sama lain. Bagaimana

1
cara mereka berbicara dengan orang lain atau bagaimana cara orang lain
berbicara pada mereka. Mereka juga memiliki harapan-harapan tersendiri
terhadap lawan mereka dalam berkomunikasi, baik bagaimana sifatnya,
ketika menerima komunikasi dari seseorang dan harapan bagaimana orang
lain berkomunikasi dengan seseorang. Dengan terwujudnya harapan-
harapan tersebut maka nantinya akan menumbuhkan suatu rasa puas dalam
melakukan komunikasi atau yang biasa disebut dengan kepuasan
komunikasi, nantinya kepuasan yang dihasilkan komunikasi tersebut akan
berpengaruh pada kinerja di dalam organisasi.
Komunikasi organisasi tentunya ditemukan dalam organisasi
Generasi Baru Indonesia (GenBI), yakni organisasi mahasiswa penerima
beasiswa Bank Indonesia. GenBI pertama kali didirikan pada 11 November
2011 secara nasional dan daerah Sumatera Selatan baru dibentuk sejak 2015.
Beasiswa Bank Indonesia merupakan salah satu Program Sosial Bank
Indonesia (PSBI), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera
Selatan dengan total bantuan beasiswa Rp. 960 Juta untuk 80 mahasiswa.
Yakni berasal dari dua universitas yang ada di Kota Palembang yaitu
Universitas Sriwijaya dan UIN Raden Fatah Palembang dari jurusan yang
beragam.
Visi GenBI adalah mewujudkan generasi muda yang unggul di
bidang akademik dan bisa menjadi agen perubahan positif di lingkungannya
(enable leadership development in young people to make positive impact on
society). GenBI telah tersebar di 30 provinsi seluruh Indonesia. GenBI
melaksanakan program sosial kemasyarakatan di empat divisi pengabdian,
yaitu:
1. Pendidikan (education for all).
2. Kewirausahaan Sosial (social business).
3. Kesehatan Masyarakat (public health promotion).
4. Lingkungan Hidup (environmental awareness – climate change)
(sumber:www.genbi.id)

Dalam melaksanakan aksi sosial pengabdian kepada masyarakat,


GenBI sumsel tentunya memiliki pola komunikasi internal organisasi

2
tersendiri untuk menggerakkan seluruh anggota agar tetap aktif dan
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Pola komunikasi adalah sebuah bentuk
atau model komunikasi yang mendefinisikan bagaimana proses komunikasi
serta unsur-unsur yang mempengaruhi berhasilnya proses komunikasi
dalam menyelesaikan hambatan dan permasalahan yang ada di dalamnya.

Komunikasi organisasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan


sebuah organisasi. Namun pada pelaksanaanya, banyak faktor yang
menghambat komunikasi dalam organisasi. Seperti kuantitas atau jumlah
anggota yang banyak, latar belakang anggota yang berbeda serta watak atau
sifat yang beragam. Maka dari itu, tak jarang ditemukan konflik internal
dalam sebuah organisasi dan terjadi miss understanding dalam penerimaan
pesan.
Ada beberapa alasan pemilihan judul Pola Komunikasi Organisasi
Generasi Baru Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel) Periode 2018-
2019 yakni:
1.1.1. Prestasi GenBI Sumsel Menurun Pada Tahun 2019
Dalam dua tahun terakhir yakni 2017 dan 2018 GenBI Sumsel
menjadi 10 besar GenBI terbaik se -Indonesia atau disebut GenBI
nusantara.Prestasi tersebut didapatkan bedasarkan beberapa penilaian
seperti tingkat keaktifan anggota GenBI, keberhasilan program kerja dan
kreativitas maupun inovasi aksi-aksi yang dilakukan anggota GenBI.
Gambar 1.1 Sepuluh Besar GenBI Nusantara 2018

Sumber: Instagram @genbi.sumsel

3
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pola
komunikasi internal dalam organisasi ini untuk membangun semangat dan
solidaritas tiap anggotanya dalam menjalankan peran masing-masing dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Menjadi organsasi terbaik tak lepas dari kekompakan dan solidaritas
tinggi yang dibangun seluruh anggota. Hal tersebut dibentuk dengan
komunikasi organisasi yang baik dari ketua dengan anggota serta anggota
dengan anggota. Walaupun GenBI sumsel baru berjalan 4 tahun (dibentuk
tahun 2015) tapi sudah dua kali masuk di 10 besar GenBI Nusantara.
Artinya, semangat tiap anggota dan pengurus dalam membuat aksi sosial
sangat tinggi dan melaksanakan proker organisasi.

Namun, pada tahun 2019 GenBI Sumsel tidak mendapatkan


penghargaan apapun pada ajang Leadership Camp 2019. Maka dari itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui perubahan pola komunikasi organisasi
yang terjadi di organisasi GenBI Sumsel.

1.1.2. Setiap Divisi Dalam GenBI Sumsel Bebas Melaksanakan


Program Kerja Yang Berbeda
Di organisasi GenBI Sumsel memiiliki divisi yang melaksanakan
program kerja yang berbeda-beda bidang dan sasaran. Tentunya, terdapat
pola komunikasi tertentu untuk mendukung jalannya tiap divisi
melaksanakan program kerja yang ada. GenBI Sumsel mampu menjalankan
lebih dari 50 program kerja berupa aksi sosial dalam kurun 2018-2019 yang
bergerak di bidang Pendidikan, Kesehatan Masyarakat, Lingkungan Hidup
maupun Kewirausahaan (4 divisi dalam GenBI Sumsel). Aksi sosial tersebut
dilakukan di berbagai tempat seperti taman, sekolah, tempat umum maupun
panti asuhan di Sumatera Selatan.

4
Tabel 1.1 Daftar Kegiatan GenBI Sumsel 2018
No. Waktu Nama Kegiatan Jumlah
Minggu Sehat Ceria bersama GenBI
1. Februari 1
Sumatera Selatan
Genbi Share & Care di Panti Jompo Tresna
Wenda Indralaya
2. Maret Seminar Youth And Enterpreneurship 3
Lomba Karya Ilmiah Stabilitas Keuangan di
Era Digital
Edukasi Perilaku Hidup Bersih & Sehat di
3. April Yayasan Bina Autis Mandiri 2
Edukasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah
4. Mei GenBI Peduli Masjid 1
Ramadhan Tour Bersama Panti Asuhan
Adelia
5. Juni 3
GenBI Share & Care Kebakaran 15 Ulu
Ramadhan Berbagi Bersama Panti Asuhan
Kick Off Kampanye Gerbang Pembayaran
6. Juli 1
Nasional
Solidaritas Sosial Berbagi Peduli Gempa
7. Agustus 2
Seminar Motivasi Bersama Anwar Fuadi
Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
GeT (GenBI Enviromental Things)
8. September 3
GenBI Goes To School (Lebarkan
Senyummu, Sehatkan Gigimu)
Genius (GenBI Upgrading & Sharing)
9. Oktober 1
kewirausahaan
Stronger Together GenBI ke-7 tahun
Bank Indonesia Goes To Campus
Seminar Kepemimpinan Bersama Remaja
Tampubolon
10. November 5
Sosialisai Demam Berdarah dan
Pembersihan DAM
GenBI Goes To School “Sehat Cerdas
Ceria” TK YP Indra Plaju
Leadership Camp 2018
Seminar Lingkungan Hidup
Go Char (GenBI Sale For Charity)
Ekspansi (Efisiensi Lahan Kritis Bersama
11. Desember GenBI) 7
Bersih Indonesia 2.0
Sehati (Sehat dan Kreatif Bersama GenBI)
Donor Darah GenBI
Total 29
Sumber: Diolah oleh data GenBI Sumsel

5
Pada tahun 2018, GenBI Sumsel telah melaksanakan 29 aktivitas
sosial di Sumatera Selatan di berbagai tempat dan beragam sasaran.
Semetara aktivitas sosial GenBI Sumsel tahun 2019 akan dijelaskan di
bawah ini:

Tabel 1.2 Daftar Kegiatan GenBI Sumsel 2019

No. Waktu Bulan Pelaksanaan Total


BAKIAK (Bangkitkan Literasi Anak)
1. Januari 2
GenBI Bedah Film
2. Februari GenBI Share and Care 1
FODIM (Forum Diskusi Mahasiswa)
Talkshow Beasiswa BO Fasco Fasilkom
Unsri
TOKSEN Paguyuban KSE
3. Maret WASH x AMIR berkolaborasi dengan 6
AISEC Sriwijaya di Pulau Banjar, Banyuasin
GenBI Share and Care
Geng Semut (GenBI Mendongeng Kesehatan
Gigi dan Mulut)
Literasi Jalanan-Perpustakaan Bank
4. April Indonesia & Generasi Baru Indonesia 2
Lauching Rumah Kopi Sumatera Selatan
Gemas (GenBI membersihkan masjid)
GenBI Share and Care
Festival Donasi Peduli Bencana Bersama
PCMI
Bedah Buku “Aku Yang Tahu Diriku” dan
5. Mei 8
Buka Bersama GenBI Sumatera Selatan
Social Action GenBI Ngidar
Iftar On The Road
Ramadhan Tour
GenBI Mart
Bengkel Gizi
6. Juni 2
GenBI Menghapal Quran
Pelatihan Hand Bouquet
7. Juli Pelatihan Dasar Kesehatan Masyarakat 3
Kelas Desain GenBI
8. Agustus GenBI Filial & Zero Waste Agustus 1
GenBI Bedah Film
GenBI Literasi Jalanan “Road To Hari
Kunjung Pustakaan”
9. September 6
Aksi GenBI Bagi Masker
The Art Of Public Speaking
Leadership Camp 2018

6
GesnBI Commemorate 2
Bedah Buku Bersama Andrea Hirata
GenBI Sports
Alarm Of Nature “GenBI Resik DAM &
GenBI Spotlight”
10. Oktober 4
GenBI Goes To School “Tangan Bersih
Hidup Sehat”
Aksi Bagi Masker
Donor Darah GenBI
Khitanan Massal
GenBI Bekarya di Yayasan Pembinaan Anak
11. November 4
Cacat
GenBI Mengajar Anak-anak Penderita
Kanker dan Penyakit Kronis
Milenial Anti Narkoba
GenBI Sehati, cek Kesehatan Gratis dan
Edukasi Bank Sampah
12. GenBI M-Biopori dan Lifestyle 6
Desember
GenBI Gerakan Seribu Pohon
GenBI Air Bersih di Desa Arisan Jaya, Ogan
Ilir
GenBI Bakiak (Bangkitkan Literasi Anak)
Total 45
Sumber: Diolah Dari Data GenBI Sumsel

Pada tahun 2019, GenBI Sumsel telah melaksanakan 45 aktivitas


sosial yanki kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat di Sumatera
Selatan. Sesuai misinya yakni “Energi Untuk Negeri”, GenBI bertujuan
untuk melahirkan generasi muda yang bukan hanya cerdas, tapi memiliki
kepekaan sosial yang tinggi. Penerima beasiswa Bank Indonesia ini diberi
ruang untuk berkumpul dan membuat berbagai program kerja berbentuk
kegiatan sosial bersama-sama yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Suatu program kerja dapat terlaksana apalabila partisipasi anggota


organisasi itu tinggi. Komunikasi yang terjalin tiap anggota dalam
melaksanakan program kerja juga harus dilakukan secara maksimal, baik
secara langsung maupun tidak langsung seperti melalui media sosial.
Komunikasi merupakan kunci terpenting dari keberhasilan suatu acara dan
kekompakan dalam organisasi.

7
1.1.3. Partisipasi Anggota GenBI Sumsel Sangat Minim Pada Setiap
Program Kerja
GenBI Sumsel memiliki kurang lebih 100 anggota yang heterogen
karena dari fakultas, tentunya jurusan yang berbeda. Anggota tersebut juga
berasal dari kampus yang berbeda yakni dari Universitas Sriwijaya dan UIN
Raden Fatah Palembang. Kuantitas angota dalam organisasi dapat
mempengaruhi bagaimana keefektivitas komunikasi dalam organisasi dan
membentuk pola komunikasi dalam organisasi tersebut.
Warren R. Plunkket & Raymond F. Atner dalam buku Komunikasi
Organisasi (Ruliana, 2014, p. 101) menjelaskan ada lima hambatan dalam
komunikasi organisasi salah satunya adalah jumlah anggota. Jika anggota
dalam organisasi kurang dari 12 orang maka komunikasi berjalan baik, tapi
sebaliknya bila lebih dari 12 orang maka komunikasi akan terhambat.
Tabel 1.3 Daftar Jumlah Anggota GenBI Sumsel 2019

No. Universitas Fakultas Jumlah


Fakultas Ekonomi 10
Fakultas Hukum 5
Fakultas Pertanian 9
Universitas Fakultas Keguruan dan Ilmu 2
1. Pendidikan
Sriwijaya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 19
Fakultas Matematika dan Ilmu 2
Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Komputer 3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 22
UIN Raden Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5
2. Fatah Fakultas Sains & Teknologi 4
Palembang Fakultas Syariah & Hukum Islam 9
Fakultas Ilmu Tarbiah & Keguruan 10
Total 100
Sumber: Diolah Dari Data GenBI Sumsel

Jumlah anggota dalam organisasi GenBI Sumsel tidak terbilang


sedikit, hal ini menjadi tantangan dalam menjalankan komunikasi
organisasi. Terutama untuk membangun dan memperkuat hubungan internal
antar anggota sehingga terjadi solidaritas, kekompakan dan rasa memiliki
organisasi.

8
Pada kenyatannya, walaupun kuantitas jumlah anggota GenBI
Sumsel terbilang banyak namun hanya beberapa anggota yang aktif dalam
kegiatan yang diselenggarakan GenBI Sumsel. Berdasarkan wawancara
dengan ketua GenBI Sumsel, anggota yang hadir pada acara 3 bulan terakhir
bahkan tidak sampai setengah jumlah anggota.

Tabel 1.4 Rekaputilasi Kehadiran GenBi Sumsel September-November 2019

No. Bulan Nama Kegiatan Jumlah Total Jumlah


Kehadiran Anggota
GenBI Bedah Film 20
GenBI Literasi Jalanan “Road To 47
Hari Kunjung Pustakaan”
Aksi GenBI Bagi Masker 15
1. September 100
The Art Of Public Speaking 40
Leadership Camp 2018 80
GesnBI Commemorate 2 21
Bedah Buku Bersama Andrea Hirata 40
GenBI Sports 15
Alarm Of Nature “GenBI Resik 20
DAM & GenBI Spotlight”
2. Oktober 100
GenBI Goes To School “Tangan 23
Bersih Hidup Sehat”
Aksi Bagi Masker 18
Donor Darah GenBI 19
Khitanan Massal 26
3. November 100
GenBi Bekarya di Yayasan 17
Pembinaan Anak Cacat
Sumber: Diolah Dari Data GenBI Sumsel

Dengan banyaknya uantitas anggota GenBI Sumsel sangat berbanding

terbalik dengan jumlah kehadiran tiap anggotanya. Maka dari itu, penulis tertarik

untuk meneliti bagaimana pola komunikasi organisasi yang ada di organisasi ini.

Penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan pemimpin dan anggotanya serta

hubungan sesama anggota yang terjalin dalam organisasi GenBI Sumsel.

9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Bagaimana Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru Indonesia Sumatera
Selatan (GenBI Sumsel) Periode 2018-2019?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Komunikasi
Organisasi Generasi Baru Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam
memberikan sumbangan pemikiran, memperkaya konsep
komunikasi organisasi dan menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya dalam bidang komunikasi organisasi. Khususnya bidang
Hubungan Masyarakat yang menjadi konsenstrasi penulis.

1.4.2 Manfaat Praktis


Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap pola komunikasi internal
organisasi yang berguna bagi sebuah organisasi. Serta memperkaya
pengetahuan organisasi, terutama GenBI Sumsel tentang pentingnya
komunikasi internal yang baik dalam menjalankan suatu organisasi.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Pada penelitian yang berjudul Pola Komunikasi Organisasi Generasi
Baru Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel) Periode 2018-2019.
Maka dari itu, teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori-teori
tentang Pola Komunikasi Organisasi.

2.2 Komunikasi
2.2.1. Pengertian Komunikasi
Dalam bahasa Latin, komunikasi berasal dari dua kata yaitu Cum
yang artinya dengan atau bersama, serta Units yang berarti satu. Dua kata
tersebut membentuk kata benda Communio (Latin) atau Communion
(Inggris) yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan,
pergaulan, atau hubungan. Kata Communio atau Communion berkembang
menjadi kata kerja Communicate yang berarti membagi sesuatu dengan
seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada
seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman
(Kusumawati, 2016, p. 145).
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
(Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2016a).

Senada dengan pengertian komunikasi oleh (Cangara, 2012, p. 18) ,


komunikasi berasal dari kata Communis (Latin) yang artinya membuat
kebersamaan antara dua orang atau lebih.

Berdasarkan beberapa definisi komunikasi di atas, dapat


disimpulkan bahwa komunikasi adalah sebuah aktivitas atau tindakan yang
dilakukan seseorang dengan mengirimkan pesan baik itu secara langsung
(verbal) maupun secara tidak langsung (non-verbal) kepada orang lain atau

11
kelompok. Komunikasi bertujuan untuk menyampaikan makna dari pesan
tertentu, sehingga terjadi kesamaan makna antar individu dan kelompok.

2.2.2. Unsur-unsur Komunikasi


Menurut (Nurjaman & Umam, 2012, p. 36), terdapat tiga unsur yang
harus dipenuhi dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan pesan kepada komunikasi
(seseorang atau kelompok)
2. Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator.
3. Saluran
Saluran adalah media yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan ke komunikan.
Selain ketiga unsur tersebut terdapat, Menurut (Effendy, 2011, p. 18)
ada sembilan unsur komunikasi yakni:
1. Sender (komunikator)
Sender adalah seseorang yang menngirimkan pesan kepada seseorang
atau kelompok.
2. Encoding (penyandian)
Encoding merupakan proses pemindahan informasi yang diperoleh dari
suatu sumber. Kemudian menjadi data yang akan dikirm ke penerima
pesan
3. Message (pesan)
Message adalah informasi atau pesan yang mempunyai makna tertentu
yang dikirimkan oleh sender/ komunikator
4. Media (saluran)
Media adalah alat yang digunakan untuk mengirimkan pesan dari
komunikator kepada seseorang atau kelompok.
5. Decoding (Pemberian Makna)
Decoding adalah proses pemberian makna terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
6. Receiver (komunikan)

12
Receiver adalah seseorang atau kelompok yang menerima pesan dari
komunikator.
7. Response (respons)
Response merupakan sebuah tanggapan atau reaksi dari komunikan
setelah menerima pesan.
8. Feedback (umpan balik)
Feedback merupakan tanggapan yang diberikan komunikan kepada
komunikator
9. Noise (gangguan)
Noise adalah sesuatu gangguan atau hambatan yang tidak direncanakan
namun hadir saat proses komunikasi sehingga komunikan menerima
pesan yang tidak sama atau tidak akurat dari komunikator.

2.2.3. Fungsi Komunikasi


Dalam (Robbins & Timothy A. Judge, 2012, pp. 40–41) dijelaskan
bahwa komunikasi memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Kontrol
Komunikasi bertindak sebagai pengontol perilaku/ interaksi manusia
dalam beberapa cara komunikasi
2. Motivasi
Dengan adanya proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan mudah dimengerti, akan menjaga motivasi atau
semangat individu/kelompok saat berkomunikasi (menyampaian
ide/gagasan masing-masing)
3. Ekspresi Emosional
Komunikasi menjadi salah satu alat mengekspresikan perasaan yang
dilakukan oleh komunikator dan komunikan. Seperti raut muka marah
yang berarti kesal kepada orang lain.
4. Informasi
Komunikasi juga berguna untuk pengambilan keputusan dengan
memberikan segala informasi yang dibutuhkan oleh komunikator dan
komunikan.

13
2.3 Komunikasi Organisasi
2.3.1. Definisi Komunikasi Organisasi
Organisasi menurut (Robbins & Timothy A. Judge, 2012, p. 5)
diartikan sebagai unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar,
terdiri dari dua orang atau lebih, yang bergerak untuk mewujudkan tujuan
atau visi bersama
Komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari
suatu organisasi tertentu. Proses penciptaan makna atas interaksi yang
dilakukan tiap anggota dapat menciptakan, memelihara dan mengubah
organisasi jadi lebih baik. Komunikasi lebih dari sekadar interaksi, namun
juga cara berpikir (mindset). Tujuan komunikasi dalam proses organisasi
tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian (mutual
understanding) (Pace & Faules, 2015, p. 31).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah proses pertukaran pesan antara anggota dalam organisasi
untuk berinteraksi sehari-hari, sehingga mencapai tujuan atau visi dari
organisasi tersebut. Komunikasi yang efektif dalam organisasi dapat
mewujudkan saling pengertian, lancarnya arus informasi dan diskusi antar
anggota serta meminimalisir adanya kesalahan komunikasi (miss
communication) serta terjadinya konfilk.

2.3.2. Jenis Komunikasi Organisasi


Menurut Zelko & Dance, komunikasi organisasi adalah suatu sistem
yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi
eksternal (Muhammad, 2009, p. 66).
1. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi di dalam suatu organisasi
misalnya dari pemimpin ke anggota, anggota ke pemimpin atau antar
sesama anggota. Komunikasi internal dilakukan untuk menyamakan
tujuan, menumbuhkan sense of belonging (rasa memiliki) dalam
organisasi, pembagian tugas dan evaluasi serta mendapatkan umpan
balik secara langsung. Komunikasi internal bertujuan untuk menambah

14
kekompakan dalam organisasi serta meningkatkan solidaritas antar
anggota dalam mewujudkan tujuan-tujuan organisasi.
2. Komunikasi Eksternal
Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan
organisasi terhadap lingkungan luarnya. Komunikasi Eksternal
digunakan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di luar
organisasi. Seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi,
pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Komunikasi
eksternal dilakukan untuk menjaga citra organisasi di luar lingkup
organisasi tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti fokus membahas komunikasi
internal organisasi pada Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sumatera
Selatan. Peneliti membahas tentang bagaimana pola komunikasi yang
dilakukan di dalam organisasi guna menjalankan semua program kerja.

2.3.3. Tujuan Komunikasi Organisasi


Adapun tujuan dalam melakukan komunikasi organisasi yaitu untuk
mempermudah, melaksanakan dan melancarkan jalannya suatu organisasi.
Menurut Liliweri dalam (Ruliana, 2014, p. 24) mengemukakan terdapat
empat tujuan komunikasi organisasi yaitu:
1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat
2. Membagi informasi
3. Menyatakan perasaan dan emosi
4. Melakukan koordinasi

2.3.4. Fungsi Komunikasi Organisasi


Dalam buku Sosiologi Komunikasi, (Bungin, 2011, pp. 27–31)
mengatakan bahwa komunikasi dalam orgnisasi memiliki empat fungsi,
diantaranya:
1. Fungsi Informatif
Fungsi informatif artinya dalam organisasi setiap orang dapat
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Sehingga setiap anggota
organisasi dapat menjalankan perannya secara cepat dan tepat waktu.

15
2. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan aturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Artinya, setiap organisasi memiliki ketentuan sendiri dalam
menjalankan tujuannya. Ketentuan atau regulari tersebut harus ditaati
oleh seluruh anggota.
3. Fungsi Persuasif
Persuasif berarti saling mempengaruhi antar anggota dalam organisasi.
Artinya, setiap komunikasi yang dijalankan dapat mempengaruhi baik
atau buruknya kinerja yang dilakukan oleh anggota organisasi.
4. Fungsi Integratif
Integratif artinya persatuan dalam suatu organisasi. Melalui komunikasi
organisasi, semua anggota bersatu untuk berpartisipasi aktif guna
mencapai tujuan organisasi.

2.3.5. Hambatan Komunikasi Organisasi


Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan
menghadapai berbagai hambatan yang dapat mempengaruhi efektivitas
proses komunikasi tersebut. Oleh karena itu, penerima pesan perlu
memahami setiap hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi
hambatan tersebut.
Adapun hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi menurut
(Ruliana: 2018) antara lain:
1. Hambatan Teknis
Hambatan teknis merupakan keterbatasan fasilitas dan peralatan
komunikasi. Dari sisi teknologi, hambatan inisemakin berkurang dengan
adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien
sebagai media komunikasi. Jenis hambatan teknis dari komunikasi :
- Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
- Kurangnya informasi atau penjelasan
- Kurangnya ketrampilan membaca
- Pemilihan media yang kurang tepat.

16
2. Hambatan Semantik
Semantik adalah suatu pesan yang diungkapkan lewat bahasa. Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau
secara secara efektif. Karena seringkali penafsiran lewat kata-kata itu
keliru. Untuk menghindari kesalahan komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang mudah dipahami sesuai dengan
karakteristik komunikannya, danmelihat kemungkinan penafsiran terhadap
kata-kata yang dipakainya.

3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya perbedaan emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-
alat pancaindera seseorang, dll.
Menurut Cruden dan Sherman:
a. Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia.
Perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi,
ketrampilanmendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi,
penyaringan informasi.
b. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan
efektifitaskomunikasi organisasi.

Warren R. Plunkket & Raymond F. Atner dalam buku Komunikasi


Organisasi (Ruliana, 2014, p. 34) menjelaskan ada lima hambatan dalam
komunikasi organisasi yaitu:
1. Manajemen Level (Tingkatan Manajemen)
Dalam organisasi, ada beberapa tingkatan seperti top, upper, middle dan
lower management. Dalam tingkatan manajemen tersebut, dapat saja
terjadi salah penyampaian pesan atau informasi antar angota.
Komunikasi yang tidak lancar bisa berasal dari atas ke bawah (top down)
atau bawah ke atas (bottom up).

17
2. Number Of People Supervised (Jumlah Staff Yang Berada Dalam
Pengawasan)
Dalam hal ini dijelaskan jika anggota dalam organisasi kurang dari 12
orang maka komunikasi berjalan baik, tapi sebaliknya bila lebih dari 12
orang maka komunikasi akan terhambat.
3. The Rank Of Position In The Organization (Jenjang Jabatan Dalam
Organisasi)
Jika jenjang jabatan dalam sebuah organisasi terlalu jauh maka
komunikasi yang terjadi akan kurang lancar dan menjadi kaku.
4. Change In Manager (Pergantian Manajer)
Perubahan Mmnager dalam perusahaan atau perubahan pemimimpin
dalam organisasi dapat mengakibatkan perubahan pola komunikasi dari
atasan ke bawahan. Seperti perubahan sikap pemimpin yang berakibat
terhadap perubahan pola komunikasi organisasi.
5. Manager Interpration (Interpretasi Manajer)
Dalam hal ini komunikasi menjadi terhambat karena adanya penilaian
dari manajer atau pemimpin organisasi terhadap karyawannya. Ada
yang menilai karena keberhasilan pekerjaannya atau pekerjaan
karyawan tersebut baik. Ada juga pemimpin yang menyukai anggotanya
berdasarkan sikap yang baik walaupun pekerjaannya tidak terlalu bagus.

2.3.6. Saluran Komunikasi Organisasi


Saluran atau media komunikasi adalah alat yang digunakan oleh
komunikator untuk menyebarluaskan suatu pesan dengan tujuan
memperoleh respon atau feedback yang baik. Menurut R. Wayne Pace
dalam (Ruliana, 2014, p. 33), menyatakan ada beberapa alat untuk media
komunikasi organisasi dapat melalui:
1. Pertemuan Sosial
2. Acara Keluarga
3. Sesi Pelatihan
4. Komite
5. Faksimile
6. Buletin
7. Iklan
8. Notifikasi

18
9. Memo
10. Telepon
11. Laporan Berkala
12. E-mail
13. Persentasi Video
14. Konferensi
15. Pidato
16. Poster
17. Kotak Saran

Jenis-jenis media komunikasi diatas merupakan variasi metode dan


merupakan media komunikasi yang digunakan dalam organisasi. Metode-
metode diatas dapat digunakan berbentuk tulisan, lisan atau kombinasi
antara tulisan dan lisan yang sifatnya two-way communication (komunikasi
dua arah) dan mendapat timbal balik. Sementara itu ada media komunikasi
berifat khusus (special media) seperti internet, DVD, faksimile, pamflet,
poster.

2.3.7. Iklim Komunikasi Organisasi


Dalam (Purwanto, 2009, p. 21) ada lima iklim komunikasi yang ideal
antara lain:
1. Dukungan (supportiveness)
Komunikasi anggota dengan pemimpin mampu meningkatkan
kepercayaan diri, semangat, serta makna penting dari peran anggota.
2. Pengambilan Keputusan yang partisipatif (participative dessicion
making)
Komunikasi anggota dengan pemimpin memiliki manfaat dan pengaruh
dalam mengambil setiap keputusan.
3. Kejujuran, percaya diri dan kredibilitas (trust, confident & credibility)
Sumber pesan dan peristiwa dari komunikasi dapat dipercaya antara
pemimpin dan anggotanya.
4. Keterbukaan (openness)
Apapun bentuk komunikasi dari anggota ke pemimpin, pemimpin ke
anggota dan ke sesama anggota menggunakan unsur ketebukaan
informasi.
5. Tujuan kinerja tinggi (high performance goals)

19
Penjelasan tentang sasaran dan uraian untuk menggapai kinerja terbaik
dikomunikasikan secara jelas kepada anggotanya.

2.4 Pola Komunikasi


Pola Komunikasi berasal dari kata pola dan komunikasi. Menurut (Badan
Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2016b), pola adalah sistem, pola kerja,
bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari kounikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu.
Dalam (Effendy, 2011, p. 225) mengatakan, pola komunikasi adalah suatu
proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur
yang dicakup beserta keberlangsungannya guna memudahkan pemikiran secara
sistematik dan logis.
Dari definisi tersebut, pola komunikasi merupakan sebuah bentuk atau
model komunikasi yang mendefinisikan bagaimana proses komunikasi serta
unsur-unsur yang mempengaruhi berhasilnya proses komunikasi dalam
menyelesaikan hambatan dan permasalahan yang ada di dalamnya.

Peranan individu dapat ditentukan oleh hubungan struktur antara satu


individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini pula
ditentukan oleh pola komunikasi individu dengan arus pesan dalam jaringan
informasi. Ada enam pola komunikasi, yaitu:

1. Opinion Leader adalah pimpinan informal dalam organisasi.


2. Gatekeepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara
anggota organisasi
3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan antara organisasi
dengan lingkungannya.
4. Bridge adalah anggota kelompok dalam organisasi yang menghubungkan
kelompok satu dengan kelompok lainnya.
5. Liaison hampir sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu bukanlah
anggota dari satu kelompok yang menghubungkan dengan kelompok lainnya
6. Isolate adalah anggota organisasi yang di asingkan oleh anggota lain tapi dia
mempunyai kontak dengan anggota orang lain dalam organisasi.

20
Pola Komunikasi diesebut juga dengan aliran komunikasi, (Pace & Faules, 2015,
p. 195) mengklasifikasikan aliran komunikasi dalam empat arah:
A. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas dalam organisasi berarti pesan atau informasi yang
disampaikan berasal dari anggota (jabatan yang rendah) ke pemimpin
(jabatan yang lebih tinggi). Semua anggota dalam organisasi dapat
berkomunikasi ke pemimpin untuk meminta atau memberi informasi berupa
komentar, saran, keluhan, dll.
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti pesan yang
disampaikan berasal dari pemimpin atau ketua kepada anggotanya. Dengan
kata lain, yang lebih tinggi jabatannya akan menyampaikan pesan kepada
yang ada dibawahnya. Ada lima jenis informasi dari pemimpin ke
anggotanya:
1. Informasi tentang cara-cara melakukan sesuatu
2. Informasi tentang alasan mengapa sesuatu harus dilakukan
3. Informasi tentang kebijakan sebuah organisasi
4. Informasi tentang kinerja anggota
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission) (Altamira, 2015, p. 35).

B. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke atas dalam organisasi berarti pesan atau informasi yang
disampaikan berasal dari anggota (jabatan yang rendah) ke pemimpin
(jabatan yang lebih tinggi). Semua anggota dalam organisasi dapat
berkomunikasi ke pemimpin untuk meminta atau memberi informasi berupa
komentar, saran, keluhan, dll. Dalam (Altamira, 2015, p. 25) dijelaskan,
informasi ke atas antara lain:
1. Menjelaskan apa yang harus dilakukan anggota untuk mencapai prestasi
atau kemajuan dan rencana ke depan.
2. Menjelaskan kendala pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan anggotanya
sehingga memerlukan bantuan pimpinan
3. Memberikan masukan, ide atau gagasan untuk evaluasi organisasi

21
4. Mengetahui bagaimana perasaan anggota tentang pekerjaan yang
dilakukan, pendapat mengenai rekan kerja dan organisasi.

C. Komunikasi Horizontal
Kata “horizontal” memiliki makna sejajar atau datar. Jadi, penyampaian
pesan dilakukan oleh sesama anggota dalam organisasi. Berikut ini tujuan
dari komunikasi horizontal (Altamira, 2015, p. 102):
1. Membagikan jobdesk (penugassan) tiap individu
2. Membagikan informasi mengenai rencana dan evaluasi kegiatan
organisasi
3. Diskusi untuk mencari solusi pada masalah organisasi
4. Membentuk kesamaan mindset (pola pikir) serta kesamaan tujuan
5. Menjadi penengah saat terdapat peerbedaan
6. Menimbulkan motivasi pada setiap anggota

D. Komunikasi Lintas Saluran


Dalam organisasi, bukan hanya terdapat komunikasi antara atasan dan
bawahan saja. Tetapi setiap orangpun berbagi informasi dengan melewasi
batas fungsional, artinya dengan seseorang yang tidak menduduki posisi
atasan maupun bawahan mereka.
Dalam (Altamira, 2015, p. 26) dijelaskan komunikasi lintas saluran
terjadi misalnya menghimpun data, menyampaikan laporan, menyiapkan
pengarahan, mengkoordinasi aktivitas, dan menasihati pegawai. Mereka
dapat berkomunikasi dengan orang-orang selain atasan atau bawahan
mereka, tetapi ada dalam organisasi.
Sedangkan Menurut (Effendy, 2011, p. 225) ada 3 pola komunikasi yaitu:
1. Pola Komunikasi Satu Arah
Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan media ataupun tanpa media. Karena tidak ada umpan
balik, komunikan bertindak sebagai pendengar saja.
2. Pola Komunikasi Dua Arah (Two-Way Traffic Communication)
Pada komunikasi dua arah, komunikator dan komunikan saling bertukar
fungsi dalam menjalani fungsi mereka. Komunikator pada tahap

22
pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling
bergantian fungsi. Pada pola ini, erjadi respons secara langsung dan
terus-menerus.
3. Pola Komunikasi Multi Arah
Pola Komunikasi multiarah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu
kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan
saling bertukar pikiran secara dialogis.

Sedangkan menurut (Cangara, 2012, p. 43), dalam Buku Pengantar Ilmu


Komunikasi tedapat beberapa pola komunikasi, yakni:
1. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer merupakan proses penyampaian pesan dari
komunikator ke komunikan dengan menggunakan simbol atau lambang,
baik verbal maupun non-verbal. Simbol verbal adalah bahasa, yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau makna tertentu. Sedangkan
simbol non-verbal adalah isyarat menggunakan panca indra seperti mata,
tangan, dsb.
2. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi sekunder adalah penyampain pesan menggunakan alat
atau media sebagai sarana komunikasi. Komunikator menggunakan
media karena pesan yang akan disampaikan kepada komunikan yang
lokasinya jauh atau komunikan dengan jumlah banyak. Seiring
berjalannya waktu, komunikasi sekunder semakin efektif dan efisien
karena ditunjang oleh media yang semakin canggih dan terus
berkembang.
3. Pola Komunikasi Linear
Linear memiliki arti lurus ke satu titik. Pada komunikasi linear,
komunikator dan komunikan melakukan komunikasi secara langsung
dengan tatap muka. Namun, tak jarang juga menggunakan media
komunikasi.
4. Pola Komunikasi Sirkular

23
Silkular adalah lingkaran atau bulat. Pada pola komunikasi sirkular,
komunikasi berlangsung karena komunikator dan komunikan saling
memberi umpan balik atau respons ketika proses komunikasi.

2.5 Pola Komunikasi Organisasi


Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, organisasi terdiri dari orang-
orang yang menduduki suatu posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang
tersebut terjadi pertukaran pesan/informasi melalui jaringan komunikasi
(communication networking). Suatu jaringan komunikasi akan berbeda dalam
sistem dan struktur antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Begitu juga
peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur
antara satu individu dengan individu lainnya, maka hubungan tersebut akan
ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam
jaringan sistem komunikasinya.
Untuk mengetahui model komunikasi dan peranannya dapat dipergunakan
analisis jaringan komunikasi dalam upaya membangun hubungan atau koneksi
orang-orang atau kelompok tertentu, misalnya hubungan atasan dengan bawahan
atau sebaliknya pada sebuah organisasi,”Apa dan bagaimana” model jaringan
komunikasi yang dipakai untuk mengatur mekanisme arus informasi, pesan,
instruksi dan laporan kerjanya adalah sebagai berikut ; Menurut (Rahmat, 2015,
pp. 162–163) komunikasi organisasi dibedakan berdasarkan lima pola yaitu:
1. Model Komunikasi Roda
Dalam pola komunikasi roda, pemimpin menjadi fokus utama karena
berada di pusat atau tengah-tengah. Pemimpin merupakan satu-satunya yang
dapat mengirim dan menerima pesan kepada semua anggotanya. Jika
anggotanya ingin berkomunikasi dengan anggota lainnya, harus melalui
pemimpin atau ketuanya.

24
Gambar 2.1 Pola Komunikasi Roda

Gambar 2.1 menggambarkan bagaimana pola komunikasi roda


berlangsung. Melalui pola ini, pesan yang disampaikan bisa dikirimkan
secara serentak karena bersumber langsung dari pemimpin atau memusat.
Pemimpin yang menyampaikan sebuah informasi dapat menerima feedback
atau respons secara langsung dari anggotanya. Sistem jaringan komunikasi
disini menjadikan semua laporan, instruksi, perintah kerja dan kepengawasan
terpusat satu orang yang memimpin dengan empat bawahan atau lebih. Dan
tidak terjadi interaksi (komunikasi) antara satu bawahan dengan bawahan
yang lain.

2. Model Komunikasi Lingkaran


Pada pola ini, tidak ada pemimpin dalam komunikasi. Artinya, tidak
ada pengontrol komunikasi karena pemimpin maupun anggotanya memiliki
kekuatan serta wewenang yang sama dalam menyampaikan dam menerima
pesan. Pada pola lingkaran, seseorang dapat melakukan komunikasi hanya
dengan dua orang disisinya,

Gambar 2.2 Pola Komunikasi Lingkaran

25
Gambar 2.2 merupakan gambaran pola komunikasi roda, aliran pesan
tidak memusat seperti pada pola roda. Model jaringan komunikasi lingkaran
ini, pada semua anggota/staf bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan
hirarki tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkatan yang lebih tinggi, dan
hanya terbatas pada setiap level. Misalnya komunikasi terjadi secara interaksi
antar sesama bawahan dengan atasannya langsung (komunikasi berjenjang).

Misalnya pemimpin hanya berkomunikasi dengan dua orang yang


dekat dengan dirinya untuk menyampaikan pesan. Lalu pesan tersebut
diteruskan kepada anggota lainnya. Anggota organisasi bisa memberikan
umpan balik atau respons perihal informasi dari pimpinan melalui dua
anggota yang menyampaikan pesan tersebut kepada mereka.

3. Model Komunikasi Rantai


Pola rantai mirip dengan pola lingkaran, namun komunikasi berasal
dari pemimpin yang menjadi sumber informasi pada organisasi. Semua
anggota dapat berkomunikasi satu sama lain. Namun, alur pesan yang
disampaikan adalah dari atas ke bawah sehingga anggota terakhir yang
menerima pesan seringkali menerima pesan yang kurang akurat.

Gambar 2.3 Pola Komunikasi Rantai

Gambar 2.3 menggambarkan pola komunikasi rantai, aliran informasi


memusat pada bagian atas namun aliran tersebut mengarah ke bawah.
Kelemahan pola ini adalah pemimpin tidak mengetahui informasi yang
disampaikan akan akurat dan utuh karena tidak adanya timbal balik dari
anggota.

4. Model Komunikasi Y

26
Pola komunikasi Y merupakan pola komunikasi yang sangat rumit,
hampir sama seperti pola komunikasi lingkaran dan rantai.

Gambar 2.4 Pola Komunikasi Y

Gambar 2.4 menggambarkan pola komunikasi Y. Pola ini


merupakan gabungan pola lingkaran dan rantai. Pada pola ini, satu orang
akan menjadi penerima pesan dari dua sumber. Kemudian pesan tersebut
akan diteruskan kepada anggota lain yang ada dibawahnya. Model Pola
komunikasi dalam organisasi di sini, tidak jauh berbeda dengan model rantai
(Chain). Yaitu terdapat empat level jenjang hirarki, satu supervisor
mempunyai dua bawahan dan dua atasan yang mungkin berbeda devisi atau
departement. Dalam hal ini penyampaian informasi kepada yang lainnya
biasanya terjadi diluar suatu pengelompokan atau terpisah, pimpinan dan
anggota beperan langsung dalam mengirim dan menerima pesan dan
komunikasinya bersifat disentralisasi.

5. Model Komunikasi Bintang (Star)


Pola komunikasi organisasi bintang (star) atau semua saluran (all
channels). Setiap anggotanya bisa berkomunikasi secara terbuka dengan
sesame anggota. Pada pola ini, semua saluran tidak terpusat pada satu orang
pemimpin, semua anggota berpartisipasi dalam proses komunikasi.

Gambar 2.5 Pola Komunikasi Bintang (Star)

27
Gambar 2.5 merupakan gambaran pola komunikasi bintang. Seluruh
arus pesan mengalir dari berbagai sisi. Pola ini memberikan kepuasan kepada
seluruh anggotanya dan paling cepat menyelesaikan tugas. Alur informasinya
terbuka antara pemimpin dan anggota, serta terdapat feedback secara
langsung satu sama lain.

2.6 Teori Yang Digunakan


Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk menggunakan Teori
Pola Komunikasi (Rahmat, 2015, pp. 162–163) sebagai teori utama untuk
melihat bagaimana proses implementasi Pola Komunikasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel) Periode 2018-2019. Dengan
teori ini juga, penulis ingin melihat bagaimana pola komunikasi yang terjadi
antara internal organisasi GenBI Sumsel.

2.7 Kerangka Teori


Dalam penelitian ini menggunakan Teori Pola Komunikasi oleh
(Rahmat, 2015, pp. 162–163). Teori ini menjelaskan bahwa pola
komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan
keterpautannya unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsungannya,
guna memudahkan pemikiran sistematik dan logis. Teori Pola Komunikasi
ini digunakan karena makna dari pola komunikasi ini menjelaskan adanya
cara-cara tersendiri dari suatu organisasi untuk saling berkomunikasi
melalui pola-pola tertentu. Terdapat Lima dimensi yang di gunakan untuk
melihat pola komunikasi organisasi GenBI Sumsel dalam internal
anggotanya.
Adapun Lima dimensi menurut (Rahmat, 2015, pp. 162–163) Model
Pola Komunikasi antara lain sebagai berikut :
1. Model Roda
Model Pola Komunikasi ini menjadikan semua laporan,
instruksi, perintah kerja dan kepengawasan terpusat satu orang yang
memimpin dengan empat bawahan atau lebih. Dan tidak terjadi interaksi
(komunikasi) antara satu bawahan dengan bawahan yang lain.

28
2. Model Lingkaran
Model pola komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/staf bisa
terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada
kelanjutannya pada tingkatan yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada
setiap level. Pada pola ini, tidak ada pemimpin dalam komunikasi.
Artinya, tidak ada pengontrol komunikasi karena pemimpin maupun
anggotanya memiliki kekuatan serta wewenang yang sama dalam
menyampaikan dan menerima pesan.
3. Model Rantai
Model Rantai ini menganut hubungan komunikasi garis
langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadi suatu
penyimpangan. Model ini banyak dianut pada pola komunikasi dalam
manajemen operasi militer, yang bersifat sangat kaku.
4. Model Huruf Y
Model Pola komunikasi dalam organisasi di sini, tidak jauh
berbeda dengan model rantai. Yaitu terdapat empat level jenjang hirarki,
satu supervisor mempunyai dua bawahan dan dua atasan yang mungkin
berbeda divisi atau departement. Dalam hal ini penyampaian informasi
kepada yang lainnya biasanya terjadi di luar suatu pengelompokan atau
terpisah, pimpinan dan anggota beperan langsung dalam mengirim dan
menerima pesan dan komunikasinya bersifat disentralisasi .
5. Model Bintang
Dalam model pola komunikasi ini setiap anggota dapat
berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain. Pada pola,
semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin. Pola ini juga
paling memberikan kepuasan kepada anggota-anggotanya, dan yang
paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas berkenaan dengan masalah
yang sukar.

2.8 Kerangka Pemikiran


Mengenai Kerangka Pemikiran penelitian, dapat diketahui bahwa
teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Pola Komunikasi
oleh (Rahmat, 2015, pp. 162–163) yang terdapat lima dimensi. Teori ini

29
digunakan dalam menentukan Pola Komunikasi di dalam Organisasi
Generasi Baru Indonesia (GenBI Sumsel) yang juga menekankan pada Cara
dan Pola tertentu yang digunakan dalam proses berkomunikasi pada internal
organisasi tersebut.
Berikut Lima Dimensi yang ada dalam kerangka penelitian:
1. Model Roda, ialah model pola komunikasi di sini menjadikan semua
laporan, instruksi, perintah kerja dan kepengawasan terpusat pada satu
orang yang memimpin dengan empat bawahan atau lebih.
Dalam hal ini, Model Pola komunikasi di GenBI Sumsel memiliki
kepengawasan terpusat pada satu pimpinan saja. menyelesaikan
masalah, memberikan pemeriksaan informasi, memecahkan konflik-
konflik yang nantinya dipusatkan pada pimpinan GenBI Sumsel.
Bawahan dalam hal ini hanya dapat berhubungan dengan pimpinannya
langsung dan tiap antar bawahan tidak terjadi interaksi satu sama lain.
2. Model Lingkaran ,Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada
semua anggota/staf bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan
hirarki tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkatan yang lebih tinggi,
dan hanya terbatas pada setiap level.
Dalam hal ini komunikasi yang terjadi melibatkan antara tiga tingkat
(level) organisasi, misalnya pimpinan GenBI Sumsel dapat
berkomunikasi dengan staff yang berbeda atau dengan divisi berbeda
yang ada dalam organisasi GenBI Sumsel.
3. Model Rantai yakni Model pola komunikasi di sini terdapat lima
tingkatan dalam jenjang hirarkisnya dan hanya dikenal sebagai sistem
komunikasi arus ke atas (upward) dan kebawah (downward). Dalam
Model Rantai ini Pimpinan GenBI Sumsel memberikan intruksi-
intruksi, petunjuk-petunjuk, informasi, penjelasan, dan lain-lain
kebawahannya dengan komunikasi garis langsung (komando), pesan
yang di sampaikan dalam model ini bersifat kaku dan biasanya anggota
terakhir yang menerima pesan dari pimpinan seringkali tidak menerima
pesan dengan akurat.

30
4. Model Huruf “Y” model komunikasi ialah komunikasi yang
memasukan dua orang yang menjadi sentral dalam proses penyampaian
informasi kepada yang lainnya pada batas luar pengelompokan.
Pada model ini sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi
bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Dalam hal ini pimpinan GenBI
Sumsel memiliki peran yang jelas dalam hal menyampaikan informasi,
tetapi semua bawahan lain berperan sebagai pimpinan kedua, bawahan
atau staff disini dapat mengirim pesan dari dua orang lainnya,
sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu orang
saja.
5. Model Bintang bisa di artikan sebagai komunikasi yang penyebaran
pesannya paling cepat dan paling terbuka arus informasinya.
Misalnya Pimpinan GenBI Sumsel (orang pertama) mengirim pesan ke
Ketua Divisi (orang kedua) dan Anggota (orang ketiga). Kemudian,
orang kedua memberitahu orang keempat dan orang kelima. Dan orang
ketiga mengatakan pada orang keenam. Model pola komunikasi ini juga
memberikan kepuasan kepada bawahan karena dapat menyelesaikan
tugas paling cepat.

31
2.9 Alur Pemikiran
Bagan 2.1. Alur Pemikiran
2.10
Teori
2.11
Pola Komunikasi Pola Komunikasi
2.12 2015, pp.
(Rahmat, yang berjalan
2.13
162–163)
Melihat Pola Komunikasi
Yang Ada Dalam Internal
• Proses Komunikasi
Organisasi GenBI Sumsel
• Interaksi Periode 2018-2019

1. Kepengawasan terpusat pada satu orang


Model Roda yang memimpin
2. Setiap anggota hanya dapat berhubungan
dengan pimpinannya (up&down
communication)

1. Tidak memiliki pemimpin, semua anggota


posisinya sama.
Model 2. Cenderung lambat dalam memecahkan
Lingkaran masalah

1. Menganut hubungan komunikasi garis


langsung (komando) dan bersifat sangat
kaku
2. Pesan yang diterima seringkali tidak
Model Rantai akurat (miss communication)

Model Huruf Y 1. Penyampaian informasi dari pemimpin ke


anggotanya melalui perantara
2. Komunikasi bersifat desentralisasi atau
dipusatkan.

1. Setiap anggota dapat berkomunikasi


Model dengan anggota lainnya.
Bintang 2. Memberikan kepuasan dalam penyelesaian
tugas

Sumber: Diolah Peneliti

32
2.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu panduan dalam melakukan
penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori dalam mengkaji
permasalahan serupa. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti
mempelajari berberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya
kajian peneliti.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.
1. Nama Peneliti Buyung Irawan
Judul Penelitian Pola Komunikasi Dalam Kaderisasi
Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Palembang Darussalam
Asal Universitas Universitas Sriwijaya
Tahun Penelitian 2019
Metode Penelitian Kualitatif
Perbedaan Penelitian fokus pada proses kaderisasi
Penelitian anggota HMI, sementara peneliti lebih fokus
pada komunikasi internal organisasi. Dalam
menganalisis teori pola komunikasi bintang,
penelitian ini hanya menggunakan tiga dimensi
yakni komunikasi dua arah, komunikasi semua
saluran atau media dan kecepatan anggota
dalam menjalankan tugasnya.
2. Nama Peneliti Ade Putra Setiawansyah.
Judul Penelitian Pola Komunikasi Komunitas Madridista
Banda Aceh Dalam Melakukan Kegiatan
Sosial.
Asal Universitas Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam, Banda Aceh.
Tahun Penelitian 2017
Metode Penelitian Kualitatif
Perbedaan Penelitian menggunakan teori pola komunikasi
Penelitian primer, sekunder, linier dan sirkular.
Sementara peneliti menggunakan pola
komunikasi bintang.
3. Nama Peneliti Maulisa Sudrajat
Judul Penelitian Pola Komunikasi Organisasi
Lembaga Kemanusiaan Nasional
Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU).
Asal Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

33
Tahun Penelitian 2014
Metode Penelitian Kualitatif
Perbedaan Penelitian menggunakan pola komunikasi
Penelitian organisasi rantai dan bintang. Sementara
peneliti hanya menggunakan pola komunikasi
organisasi bintang.
4. Nama Peneliti Melisa Bunga Altamira
Judul Penelitian Komunikasi Organisasi Dalam Pembentukan
Budaya Organisasi (Studi Nilai Budaya
Organisasi I've Care Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia)
Asal Universitas Universitas Indonesia
Tahun Penelitian 2015
Metode Penelitian Kualitatif
Perbedaan Penelitian ini membahas tentang bagaimana
Penelitian menguatkan budaya organisasi I’ve care
karena semangat organisasi anggotanya
menurun selama 3 tahun terakhir. Sementara
peneliti membahas proses komunikasi internal
organisasi secara keseluruhan.
5. Nama Peneliti Rara Ayu Mulia Murti, dkk.
Judul Penelitian Komunikasi Organisasi PT. PLN (Persero)
Area Bandung Dalam Kegiatan Code Of
Conduct
Asal Universitas Universitas Telkom
Tahun Penelitian 2017
Metode Penelitian Kualitatif
Hasil Penelitian Komunikasi berlangsung secara komunikasi
ke atas atau ke bawah, komunikasi horizontal.
Aliran informasi dalam komunikasi sangat
terbuka dan bebas.
Perbedaan Dalam penelitian tersebut, semua jenis pola
Penelitian komunikasi dianalisis kemudian baru
mengetahui pola mana yang sesuai dengan
organisasi. Sedangkan penulis menentukan
satu pola sejak awal, yakni pola komunikasi
bintang. Setelah itu, penelitian dimulai dengan
indicator dari teori tersebut.
(Sumber: Diolah Peneliti)

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Menurut (Sugiyono, 2011, p. 2) dalam metode kualitatif peneliti
berperan sebagai instrumen utama, data diperoleh dari berbagai teknik
pengumpulan data, validasi data menggunakan triangulasi, analisis data
bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada
generalisasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitiatif. Peneliti memilih pendekatan deskriptif karena berusaha
menganalisis serta mendeskripsikan secara detail mengenai pola
komunikasi internal organisasi GenBI Sumsel periode 2018-2019.

3.2 Definisi Konsep


Dalam penelitian ini, ada beberapa konsep yang perlu peneliti
definisikan sesuai dengan konteks penelitian ini. Konsep tersebut
diantaranya:
A. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen
komunikasi dengan komponen lainnya.
B. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Fokus komunikasi organisasi adalah seluruh anggota
dalam organisasi.

35
3.3 Fokus Penelitian
Penelitian ini fokus pada pola komunikasi organisasi (Rahmat, 2015, pp.
162–163) yang dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1 Fokus Penelitian

Pola Dimensi Indikator


Komunikasi 1. Kepengawasan terpusat pada satu orang
Model Roda yang memimpin
(Rahmat, 2. Setiap anggota hanya dapat berhubungan
2015) dengan pimpinannya (up&down
communication)
1. Tidak memiliki pemimpin, semua
anggota posisinya sama.
Model Lingkaran
2. Cenderung lambat dalam memecahkan
masalah
1. Menganut hubungan komunikasi garis
langsung (komando) dan bersifat sangat
Model Rantai kaku
2. Pesan yang diterima seringkali tidak
akurat (miss communication)
1. Penyampaian informasi dari pemimpin
ke anggotanya melalui perantara
Model Y
2. Komunikasi bersifat desentralisasi atau
dipusatkan.
1. Setiap anggota dapat berkomunikasi
Model Bintang dengan anggota lainnya.
2. Memberikan kepuasan dalam
penyelesaian tugas
(Sumber: Diolah Peneliti )

3.4 Unit Analisis


Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi Generasi Baru
Indonesia (GenBI) Sumatera Selatan. Yakni bagaimana pola komunikasi
internal GenBI Sumatera Selatan.

3.5 Informan Penelitian


Dalam menentukan informan, penelitian ini menggunakan teknik
"purposive samping". Artinya, informan dipilih secara sengaja dan dengan
alasan serta tujuan tertentu. Informan harus memiliki banyak informasi
tentang topik penelitian atau ahli dalam bidang yang diteliti (Sugiyono,
2011, p. 97). Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk

36
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan
yang akan diteliti.
3.5.1. Kriteria Informan
Menurut pendapat Spradley dan Faisal (1990:45) informan harus
memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan
atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan
ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala
tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subjek masih terkait secara penuh serta aktif pada lingkungan dan
kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk
dimintai informasi.
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderunng diolah
atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam
memberikan informasi
3.5.2. Key Informan
Key Informan merupakan informasi kunci yaitu orang yang
dianggap dapat memberikan informasi-informasi secara detail. Key
Informan merupakan narasumber utama dalam penelitian ini.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka informan ditentukan dengan
teknik purposive yaitu penentuan informan tidak didasarkan oleh
pedoman atau berdasarkan perwakilan populasi, namun berdasarkan
kedalaman informasi yang dibutuhkan, yaitu dengan menemukan
informasi kuci yang kemudian akan dilanjutkan pada informan lainnya
dengan tujuan mengembangkan dan mencari informasi sebanyak-
banyaknya yang mempunyai hubungan denngan permasalahan yang
diteliti.
Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling, yaitu pemilihan dilakukan secara sengaja

37
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti memilih informan dengan jumlah
tujuhorang yang terdiri dari pengurus inti dan anggota GenBI Sumsel.
Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap semua informan
tersebut.

Tabel 3.2 Informan Penelitian


Lama Asal Jenis
No. Nama Jabatan
Menjabat Universitas Informan
1. Ursi Ketua Umum Universitas Informan
1 Tahun
Muharilasi Sriwijaya Primer
2. Weni Sekretaris Universitas Informan
1 Tahun
Anggraini Sriwijaya Primer
3. M.Iman Kepala Divisi
Kurniawan Pengembangan
dan
Universitas Informan
Pemberdayaan 1 Tahun
Sriwijaya Primer
Sumber Daya
Manusia
(PPSDM)
4. Alhadi Saputra Kepala Divisi UIN Raden Informan
1 Tahun
Pendidikan Fatah Primer
5. Alma Megia Kepala Divisi
UIN Raden Informan
Kesehatan 1 Tahun
Fatah Primer
Masyarakat
6. Alif Anggota Universitas Informan
6 Bulan
Muhammad Sriwijaya Sekunder
7. Luh Siadyani Anggota Universitas Informan
6 Bulan
Sriwijaya Sekunder
Sumber: Diolah Dari Data GenBI Sumsel

3.6 Data dan Sumber Data


3.6.1 Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kualitatif.
Berdasarkan sumber perolehannya data dibagi menjadi data
primer dan data sekunder.

3.6.2 Sumber Data


A. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data utama yang
digunakan sebagai acuan dalam sebuah penelitian. Data primer

38
diperoleh secara langsung dari hasil wawancara mendalam
dengan beberapa informan dari pengurus inti GenBI Sumsel
antara lain Ketua Umum, Sekretaris, Kepala Divisi PPSDM,
Kepala Divisi Pendidikan, Kepala Divisi Lingkungan Hidup
serta tiga anggota terpilih.
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung dari hasil
wawancara dengan beberapa informan. Seperti data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen tentang organisasi GenBI
Sumsel yang didapatkan selama penelitian. Dokumen tersebut
memberikan informasi tentang pola komunikasi internal
organisasi GenBI Sumsel.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik
antara lain sebagai berikut:
A. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan. Peneliti melakukan
wawancara secara mendalam sesuai dengan pedoman wawancara
(interview guide). Wawancara dilakukan dengan sembilan orang
informan dari GenBI Sumsel.
B. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data dan pengamatan
secara langsung menggunakan panca indra. Penelitian ini
menggunakan observasi partisipatif karena peneliti bukan hanya
mengamati tapi terlibat secara langsung dalam menjalankan pola
komunikasi internal organisasi GenBI Sumsel periode 2018-2019.
C. Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi merupakan data yang
memperkuat data dari wawancara mendalam dan observasi. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai sumber seperti

39
dokumen, arsip organisasi, rekaman, foto dan video kegiatan yang
berhubungan dengan pola komunikasi organisasi GenBI Sumsel
periode 2018-2019.

3.8 Teknik Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan konsep yang menentukan
kesahihan (validitas) atas kehandalan (reabilitas) dan digunakan
sebagai suatu penilaian yang akan ditentukan oleh standar apa yang
digunakan. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hasil
dari penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Maka dari itu diperlukan teknik keabsahan data untuk menguji
keabsahan atau validitas data-data. Penelitian ini menggunakan dua
teknik triangulasi menurut (Sugiyono, 2011, p. 240):
1. Triangulasi sumber
Mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa sumber. Data
yang di peroleh di lapangan yang di dapat melalui informan dari
pengurus, anggoota GenBI Sumsel kemudian di tarik kesimpulannya
selanjutnya dimintakan (member check) dengan semua sumber data
tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Mengecek data kepada sumber yang sama dengan menggunakan cara
yang berbeda. Misalnya data di peroleh dari pengurus dan anggota
GenBI Sumsel dengan wawancara, di cek dengan observasi di
lapangan, dokumentasi atau kuisioner. Bila dengan ketika teknik data
tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain baik itu informan pengurus maupun
anggota GenBI Sumsel untuk memastikan data mana yang di anggap

40
benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda-beda.

3.9 Teknik Analisis Data


Metode penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif
analitis yaitu suatu bentuk penelitian yang meliputi proses pengumpulan
dan penyusunan data, kemudian data yang sudah terkumpul dan tersusun
tersebut dianalisis sehingga diperoleh pengertian data yang jelas. Setelah
dilakukan penelitian akan diperoleh data kualitatif sesuai dengan
pendekatan yang diambil. Oleh karena itu semua data yang diperoleh di
lapangan baik yang berupa hasil observasi maupun wawancara akan
dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi tentang bagaimana
pola komunikasi organisasi GenBI Sumatera Selatan.
Metode analisis yang digunakan dengan beberapa tahap yaitu
reduksi data, display data, gambaran kesimpulan dan verifikasi data.
Penerapan teknik analisa data tersebut dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Peneliti mencari dan mengumpulkan semua data yang diperoleh saat
penelitian secara detail, kemudian data tersebut direduksi. Reduksi
berarti membuat rangkuman hal-hal penting yang ditemukan saat
proses penelitian. Seperti membuat catatan kecil dengan poin-poin
tertentu di dalamnya sehingga dapat dijadikan pedoman penelitian.
Hal ini dilakukan agar peneliti lebih fokus dalam mendeskripsikan
semua data yang diperoleh. Sehingga lebih mudah dalam
menganalisis permasalahan dan mempermudah dalam mengolah data
selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah peneliti melakukan reduksi, data penelitian kemudian
disajikan dengan berbagai bentuk seperti narasi (uraian) , foto, tabel,
bagan dan grafik. Dalam penelitian kualitatif, lebih sering
menggunakan teks naratif untuk mendeskripsikan semua informasi.
Penyajian data digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

41
menganalisis masalah, menentukan langkah atau tindakan
selanjutnya serta menentukan kesimpulan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing)
Langkah terakhir adalah verifikasi hasil penelitian. Dalam hal ini,
peneliti menarik kesimpulan penelitian berdasarkan data-data yang
telah diolah serta dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mencapai
tujuan penelitian yakni mengetahui pola komunikasi organisasi
GenBI Sumsel periode 2018-2019.

42
BAB IV

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

4.1 Sejarah GenBI (Generasi Baru Indonesia)


Dalam sejarah bermula dari obrolan santai saat berbuka puasa
bersama , usai acara penandatanganan perjanjian kerjasama pemberian
Beasiswa antara Bank Indonesia dengan Universitas Indonesia, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Institut Pertanian Bogor dan Universitas
Negeri Jakarta pada 3 Agustus 2011, muncul wacana untuk membentuk
wadah berhimpun (komunitas) untuk menjalin komunikasi dan interaksi,
saling menginspirasi, memotivasi serta menjalin sinergi antar sesama
mahasiswa penerima Beasiswa Bank Indonesia.
Pada saat itu muncul beberapa kesepakatan, diantaranya adalah;
nama dan lambang untuk Komunitas Penerima Beasiswa Bank Indonesia
adalah Generasi Baru Indonesia (GenBI), membentuk tim perumus dan
kelompok kerja yang bertugas untuk merencanakan pertemuan umum dan
deklarasi yang akan dilaksanakan pada 11 November 2011 (11-11-11) serta
menyusun rancangan Konstitusi Organisasi (Statuta, AD dan ART).
Berbagai cara dilakukan oleh kelompok kerja untuk menjalin
komunikasi dan bersosialisasi ke seantero negeri, diantaranya dengan
memanfaatkan jaringan media sosial (social media network) facebook
dengan membuat FanPage Generasi Baru Indonesia (GenBI) yang di
launching tepat pada tanggal 17 Agustus 2011.
Semangat pembentukan Komunitas Mahasiswa Penerima Beasiswa
Bank Indonesia bergulir ke berbagai daerah melalui kegiatan pertemuan
umum yang juga di isi dengan Learning Forum dalam bentuk Dialog &
Diskusi Terbuka yang membahas kondisi terkini di bidang makro dan mikro
ekonomi serta sosial-politik dengan narasumber yang kompeten di
bidangnya
Komunitas Mahasiswa Penerima Beasiswa Bank Indonesia
(Generasi Baru Indonesia) yang sudah dibentuk di seluruh Perguruan

43
Tinggi dimana ada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bank Indonesia sebagai
wahana serta sarana pengembangan kepemimpinan mahasiswa berbasis
kampus yang diperuntukan dan dikelola oleh para Mahasiswa Penerima
Beasiswa Bank Indonesia dalam rangka akselerasi dan optimalisasi potensi
bibit – bibit unggul muda Indonesia yang memiliki beragam latar belakang
bidang keahlian dan peminatan dengan harapan dapat melahirkan para
pemimpin bangsa (future leader) yang memiliki kemampuan serta wawasan
yang lebih luas dan komprehensif untuk menjawab berbagai tantangan
kehidupan dunia dimasa depan.
Generasi Baru Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan
kepekaan sosial serta menumbuhkan semangat dan jiwa pengabdian
terhadap masyarakat sehingga para Mahasiswa Penerima Beasiswa Bank
Indonesia dapat menjadi pemimpin yang menjulang keatas dan mampu
mengakar ke bawah hingga terbangunnya mental pembelajaran yang
bertitik pada proses perbaikan diri yang berkelanjutan. GenBI Sumatera
Selatan terdiri dari 2 Unversitas yang berbeda yaitu GenBI Komisariat
Universitas Sriwijaya dan GenBI Komisariat UIN Raden Fatah Paembang.
GenBI Sumsel berdiri pada tahun 2015 yang merupakan salah satu dari
GenBI di seluruh provinsi di Indonesia berjumlah 50 orang setiap
universitas.

4.2 Visi & Misi Organisasi


Visi global dan cita-cita untuk mendunia sudah lama ditanamkan
oleh pendiri bangsa, Indonesia dapat menjadi negara maju yang
dibanggakan rakyatnya dan disegani bangsa lain, saat ini 65 juta orang
sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia adalah generasi muda, mereka
merupakan warga negara yang tidak pernah berputus asa mencintai
bangsanya yang kelak akan menjadi penggerak keberhasilan negeri ini.
Diperlukan generasi muda yang selalu ingin belajar dan ingin maju, dahaga
akan prestasi, memilikidaya juang, percaya diri, dengan visi, ambisi serta
kreativitas yang kuat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang

44
diperlukan guna menciptakan kemakmuran, kemajuan peradaban dan
keadilan sosial.
Visi GenBI adalah menjadikan kaum muda Indonesia sebagai
generasi yang berbagai bidang keilmuan serta dapat membawa perubahan
positif, menjadi inspirasi dan penggerak perubahan disemua lini
kehidupan (enable leadership development in young people to make
positive impact on society).
Sejak November 2011 hingga Agustus 2016, GenBI telah berdiri
di 30 provinsi diseluruh Indonesia dan telah melaksanakan lebih dari 700
program sosial kemasyarakatan di 4 (empat) bidang pengabdian, yaitu:
1. Pendidikan (education for all).
2. Kewirausahaan Sosial(social business).
3. Kesehatan Masyarakat (public health promotion).
4. Lingkungan Hidup (environmental awareness – climate change).

Misi GenBI:
1. Initiate, menggagas berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat
untuk Indonesia yang lebih baik.
2. Act, menjadi garda terdepan dalam melakukan aksi nyata untuk
pembangunan bangsa.
3. Share, peduli dan berkontribusi untuk pemberdayaan masyarakat.
4. Inspire ,berbagi inspirasi dan motivasi untuk menjadi energi bagi negeri.

INITIATE - ACT - SHARE - INSPIRE juga merupakan nilai - nilai (values)


yang selalu terkandung dalam seluruh aktivitas/program sosial pengabdian
masyarakat yang dilaksanakan oleh GenBI, sehingga seluruh aktivitas yang
dilaksanakan dapat membawa dampak kebermanfaatan bagi masyarakat
luas, bangsa, Negara dan dunia.

45
4.3 Makna Logo GenBI Sumsel

Gambar 4.1 Logo GenBI Sumsel

Sumber: Arsip GenBI Sumsel

Warna Merah melambangkan keberanian, semangat, serta optimis jiwa


muda GenBI Sumsel menebar manfaat.
Dua buah gelombang melambangkan energi GenBI untuk menjadi energi
untuk negeri dan siergitas antar bank Indonesia dan GenBI menebar manfaat
Jembatan ampera melambangkan ciri khas atau ikon kebanggan
masyarakat Sumatera Selatan khususnya Plembang
Letak logo GenBI Nasional di tengah melambangkn bahwa GenBI Sumsel
berada di kota Palembang.

46
4.4 Struktur Organisasi GenBI Sumsel 2018-2019

Pembina GenBI Sumsel

Ketua Umum GenBI Sumsel


Ursi Muhari Lasi
Universitas Sriwijaya

Sekretaris Umum GenBI Sumsel Bendahara Umum GenBI Sumsel


Weni Anggraini Laila Maharani
Universitas Sriwijaya UIN Raden Fatah Palembang

Kepala Divisi Kepala Divisi Kepala Divisi Kepala Divisi Kepala Divisi
Lingkungan Kesehatan Kepala Divisi
Pendidikan Kewirausahaan PPSDM
Hidup Masyarakat Kerjasama
Alhadi Saputra Ahmad Randha Iman
Rizki Akbar
Demmi Gustian Alma Meiga N. Kurniawan
UIN Raden Universitas Universitas
UIN Raden Fatah UIN Raden Fatah Universitas
Fatah Sriwijaya Sriwijaya
Palembang Palembang Sriwijaya
Palembang
v
Wakil Kepala Wakil Kepala Wakil Kepala Wakil Kepala Wakil
Wakil Kepala
Divisi Divisi Divisi Divisi Kepala Divisi
Divisi Lingkungan Kewirausahaan Kesehatan PPSDM Kerjasama
Pendidikan Hidup Masyarakat
Nicco Ersa Nurul Q. Edwin Aribi
Serry Andersi Prabowo A. Taranggo M. Alfarisi
Aziz UIN Raden UIN Raden
Universitas UIN Raden UIN Raden Fatah Fatah
Sriwijaya Universitas Fatah Fatah Palembang Palembang
Sriwijaya Palembang Palembang

47
4.4 Tugas Dan Fungsi BPH (Badan Pengurus Harian)
4.4.1 Ketua Umum
1. Membuat dan mengesahkan seluruh keputusan–keputusan dan
kebijakan organisasi melalui kesepakatan
2. Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan organisasi dan program kerjanya dan
mempertanggungjawabkan pada akhir masa kepengurusan.
3. Memelihara keutuhan dan kekompakan seluruh pengurus
organisasi
4. Memberikan pokok-pokok pikiran yang merupakan strategi dan
kebijakan organisasi dalam rangka pelaksanaan program kerja
5. Mengoptimalkan fungsi dan peran ketua-ketua bidang agar
tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja organisasi.
6. Merealisasikan visi dan misi yang telah dibuat.

4.4.2 Sekretaris Umum


1. Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan organisasi
bersama-sama ketua dalam bidang administrasi dan
penyelenggaraan organisasi.
2. Mengordinasikan seluruh penyelenggaraan roda organisasi
bidang administrasi dan tata kerja organisasi dibantu dengan
sekretaris komisariat Unsri dan UINRF serta
mempertanggungjawabkan kepada ketua.
3. Mengarsipkan semua surat masuk dan surat keluar.
4. Memeriksa proposal dan lpj setiap program kerja yang telah di
laksanakan.
5. Membuat daftar piket anggota.
6. Melakukan pengelolaan administrasi kesekretariatan,
korespondensi dan kearsipan, serta pengelolaan inventaris
organisasi serta pengadaan kebutuhan kesekretariatan.
7. Membuat notulensi setiap rapat dan pengarsipan.
8. Menjaga inventaris kesekretariatan GenBI Sumsel.

48
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum sesuai
dengan kepentingan dan perkembangan organisasi dalam
melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada Ketua Umum.
10. Membuat timeline kegiatan atau program kerja selama
kepengurusan

4.4.3 Bendahara Umum


1. Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan organisasi
bersama Ketua dalam hal keuangan dan kekayaan organisasi.
2. Mengordinasikan seluruh aktivitas pengolahan keuangan dan
kekayaan organisasi dan mempertanggungjawabkan kepada
ketua.
3. Melaksanakan tata pembukuan penerimaan, pengeluaran dan
pembayaran keuangan organisasi.
4. Melaksanakan pengelolaan keuangan dan pengadaan kebutuhan
barang organisasi.
5. Menyusun rencana anggaran dan TOR (terms of reference).
6. Membuat laporan periodik keuangan organisasi.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Umum dan
berkoordinasi langsung dengan Sekretaris Umum dalam
melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab kepada Ketua
Umum
8. Mengarsipkan setiap bukti transaksi
9. Menyampaikan laporan keuangan secara transparan secara
berkala kepada semua anggota
10. Menghimpun dana kas alumni dan anggota

49
4.4.4 Kepala Divisi Dan Wakil Kepala Divisi (Pendidikan, Linguhan Hidup,
Kewisrausahaan, Kesehatan Masyarakat)
1. Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh program kerja yang
ada di komisariat (tiap universitas Unsri dan UINRF) maupun GenBI
Sumsel umsel dan mempertanggungjawabkannya pada ketua.
2. Merencanakan, mengatur, membuat, membantu dan mengawasi program
kerja selama kepengurusan dengan bekerja sama dengan kepala divisi
dan wakilnya sesuai bidang masing–masing (Pendidikan, Linguhan
Hidup, Kewisrausahaan, Kesehatan Masyarakat).
3. Bertanggungjawab atas terlaksananya program kerja yang telah tersusun
dengan tidak terjadinya ketimpangan antara dua universitas.
4. Membangun hubungan kerjasama setiap anggota divisi
5. Merencanakan program kerja (unggulan dan rutin) setiap divisi bekerja
sama dengan divsi yang ada di komisariat (tiap universitas Unsri dan
UINRF) sesuai bidangnya
6. Setiap program kerja yang di rencanakan harus ada penanggungjawabnya
di awal.
7. Program kerja yang di rencanakan akan di buat format seragam untuk di
tampilkan di rapat kerja perdana GenBI Sumsel
8. Program kerja rutin dari kepengurusan tahun lalu yang di rasa bagus
untuk di lanjutkan, harap diadakan lagi di periode berikutnya
9. Dalam rangka pengembangan ide–ide yang akan di laksanakan, di
harapkan setiap Kepala dan Wakil Kepala tiap divisi dapat menghubungi,
diskusi, bertukar ide, dan menjalin silaturahmi antar divisi lainnya
(Pendidikan, Linguhan Hidup, Kewisrausahaan, Kesehatan Masyarakat).
10. Setiap anggota bertanggung jawab membantu program kerja tiap divisi
masing-masing, maupun membantu divisi lainnya (jika diperlukan).

50
4.4.5 Divisi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)
1. Merangkul anggota agar aktif dengan prinsip kenyamanan dan
kekeluargaan.
2. Mengatur, mengurus, dan melakukan kaderisasi serta pemberdayaan
Sumber Daya Manusia.
3. Melakukan koordinasi dengan departemen lain yang terkait dalam hal
pengembangan Sumber Daya Manusia.
4. Menciptakan atmosfer organisasi yang kondusif dan harmonis.
5. Menjadi mediasi dalam permasalahan internal di GenBI Sumsel.
6. Melakukan gathering atau sharing rutin antar anggota.
7. Melakukan evaluasi terhadap kaderisasi.
8. Memberikan reward/ punistment terhadap Sumber Daya Manusia.
9. Membantu melakukan pengawasan terhadap jadwal piket.
10. Membantu dan mengawasi setiap persiapan acara (gladi)
11. Merealisasikan kembali GenBI Seumur Hidup misalnya melalui acara
inagurasi atau temu GenBI Sumsel Senior.
12. Membuat beberapa peraturan keanggotaan dengan persetujuan ketua
umum jika diperlukan

4.4.6 Divisi Kerja Sama


1. Melakukan dan merencanakan hubungan kerja sama ke eksternal
2. Membantu dalam hal publikasi di GenBI Sumsel.
3. Mengedit dan mendesain banner, pamflet, video, dan hal yang
dibutuhkan dalam publikasi GenBI Sumsel
4. Mengarsipkan dokumentasi (video dan foto) kegiatan GenBI Sumsel.
5. Mengatur media sosial GenBI Sumsel.
6. Mengadakan upgrading desain secara rutin.
7. Bekerjasama dengan divisi lain dalam rangka mewujudkan GenBI
Kolaborasi dan bekerjasama dengan divisi lain dalam hal publikasi atau
kegiatan eksternal.
8. Bertanggung jawab dalam mengundang senior dalam kegiatan GenBI
Sumsel melalui narahubung

51
4.4.7. Anggota Tiap Divisi
1. Berkoordinasi dengan Ketua dan Wakil Ketua Divisi terkait program-
program kerja yang akan dilaksanakan.
2. Mengajukan usulan dan saran melalui Ketua dan Wakil Ketua Divisi
untuk kemudian diajukan kepada ketua umum.
3. Menyukseskan program kerja yang telah direncanakan pada saat rapat
program kerja.
4. Hadir dan bekontribusi pada setiap program kerja yang diselenggarakan
GenBI Sumsel.

52
BAB V
HASIL DAN ANALISIS

Penelitian ini mengenai Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru


Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel). Penelitian ini diawali dengan
memberikan surat izin penelitian kepada ketua umum GenBI Sumsel, kemudian
melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Pada bab ini, data temuan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan informan dan hasil observasi peneliti akan di analisis secara
deskriptif melalui kegiatan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan,
lalu menyusun laporan tersebut.
Wawancara dibantu dengan menggunakan alat tulis seperti pulpen, buku
catatan (notebooks), dan telepon genggam (recorder) untuk mencatat dan merekam
percakapan wawancara. Peneliti melakukan wawancara kepada key informan dan
informan pendukung yang telah dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling dan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti memilih key
informan yaitu 5 BPH (Badan Pengurus Harian) atau pengurus inti GenBI Sumsel
dan 2 anggota sebagai informan pendukung.
Data-data dari hasil penelitain melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi selanjutanya akan dianalisis dan dijabarkan. Dari rangkaian analisis
tersebut, ditarik kesimpulan untuk memberikan jawaban terhadap rumusan masalah
penelitian yang telah dibuat.
Dalam penelitian ini menggunakan Teori Pola Komunikasi oleh (Rahmat,
2015, pp. 162–163). Teori ini menjelaskan bahwa pola komunikasi adalah proses
yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang
dicakup beserta keberlangsungannya, guna memudahkan pemikiran sistematik dan
logis. Teori Pola Komunikasi ini digunakan karena makna dari pola komunikasi ini
menjelaskan adanya cara-cara tersendiri dari suatu organisasi untuk saling
berkomunikasi melalui pola-pola tertentu.
Pada bab ini peneliti akan menganalisis semua model atau pola komunikasi
dalam suatu organisasi sesuai 5 model yang ada (Rahmat, 2015, pp. 162–163).
Menurut Rahmat, dalam suatu organisasi terdapat lima pola yakni Roda, Lingkaran,

53
Rantai, Huruf Y dan Bintang. Kelima model atau pola tersebut memiliki ciri khas
masing-masing dan digunakan sesuai ciri-ciri tindakan yang dilakukan pemimpin
kepada anggota, anggota kepada pemimpin maupun ke sesama anggota.
Peneliti kemudian menyimpulkan model mana yang telah diterapkan oleh
organisasi GenBI Sumsel beserta kekurangan atau kelebihan pada masing-masing
pola yang digunakan.

5.1. Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru Indonesia Sumatera Selatan


(GenBI Sumsel) Periode 2018-2019
Pola komunikasi adalah sebuah bentuk atau model komunikasi yang
mendefinisikan bagaimana proses komunikasi serta unsur-unsur yang
mempengaruhi berhasilnya proses komunikasi dalam menyelesaikan hambatan dan
permasalahan yang ada di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi organisasi, pola
komunikasi merupakan bagian terpenting untuk menjalankan tugas dalam
organisasi tersebut. Setiap organisasi memiliki pola masing-masing sesuai
organisasi tersebut.
Menurut Pace & Faules, komunikasi organisasi merupakan sebuah perilaku
pengorganisasian yang terjadi (di dalam suatu organisasi) dan bagaimana mereka
yang terlibat dalam proses itu melakukan transaksi dan memberi makna atas apa
yang telah terjadi.
Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi organisasi yang berlangsung di
GenBI Sumsel, peneliti mengamati dari peristiwa-peristiwa komunikasi dan
komponen-komponen komunikasi yang membentuknya. Meliputi proses
komunikasi dan interaksi dalam organisasi. Seperti bagaimana interaksi ketua dan
anggota, anggota dan ketua, antar pengurus inti maupun antar anggota organisasi.
Peneliti melakukan wawancara untuk menemukan pola apa saja yang digunakan
GenBI Sumsel dalam menjalankan organisasinya. Dalam suatu organisasi, tentunya
dapat ditemukan lebih dari satu pola komunikasi organisasi dalam kegiatan
komunikasi antar seluruh anggotanya. Pola tersebut terbentuk berdasarkan budaya
komunikasi dan ciri khas dari organisasi tersebut yang diciptakan oleh ketua
maupun anggota yang ada di dalamnya.
Berikut analisis peneliti menggunakan teori Pola Komunikasi menurut (Rahmat,
2015, pp. 162–163) yang dibedakan berdasarkan lima pola, yakni:

54
5.1.1. Model Roda
Model atau pola yang pertama kali akan penulis analisis adalah Roda. Pada
pola roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya berasa
dipusat. Dalam pola ini, segala arahan kerja, instruksi dan keputusan ditetapkan oleh
satu orang pemimpin.
Pemimpin dalam suatu organisasi merupakan satu-satunya yang dapat
mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Tiap anggota tidak dapat
berinteraksi dengan sesama anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ini
berkomunikasi dengan anggota lain maka melalui pemimpinnya terlebih dahulu.
Pemimpin dalam organisasi pada pola roda mempunyai wewenang dan kekuasaan
penuh untuk berkomunikasi dan mempengaruhi anggotanya.
Pola Roda memiliki kepengawasan terpusat pada satu pimpinan saja
misalnya menyelesaikan masalah, memberikan pemeriksaan informasi,
memecahkan konflik-konflik yang nantinya dipusatkan pada pimpinan. Anggota
dalam hal ini hanya dapat berhubungan dengan pimpinannya langsung dan tiap
antar anggota tidak terjadi interaksi satu sama lain.
Terdapat dua indikator yang digunakan dalam melihat dimensi pembuatan
keputusan bersama yaitu kepengawasan terpusat pada satu orang yang memimpin
dan setiap anggota hanya dapat berhubungan dengan pimpinannya (up&down
communication). Dari hasil wawancara dan observasi peneliti didapatkan hasil
tentang tiap-tiap indikator, sebagai berikut:

A. Kepengawasan Terpusat Pada Satu Orang Yang Memimpin


Indikator yang pertama adalah kepengawasan organisasi terpusat pada satu
orang yang memimpin. Pemimpin menjadi kunci dalam sebuah organisasi, anggota
yang lain hanya menjalankan perintah dan arahan yang diberikan pemimpin dan
sesama anggota tidak saling berkomunikasi. Dalam hal ini, peneliti melakukan
wawancara untuk menentukan apakah pada organisasi GenBI Sumsel
kepengawasan organisasi terpusat pada satu orang yang memimpin atau tidak.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan pihak GenBI Sumsel, yaitu Ursi
Muharilasi sebagai informan I:

55
“Tidak terpusat. Walaupun memang dalam suatu organisasi pemimpin yang
memiliki peran dalam mengambil keputusan. Keputusan tersebut harus
berdasarkan kesepatan bersama. Jadi setiap hal harus didiskusikan dengan
ketua dan pengurus. Disini pemimpin menurut saya menjadi leader atau
seseorang yang berperan menentukan sesuatu dari beberapa opsi yang
dicanangkan oleh anggotanya. Kalau misalnya apa-apa terpusat di ketua,
berarti bersifat otoriter.”

Dari wawancara diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam proses komunikasi


organisasi dalam GenBI Sumsel tidak terpusat atau terfokus kepada satu orang
pemimpin. Pemimpin menjadi ketua dalam mengambil keputusan akhir, namun
keputusan tersebut datang atas hasil musyawarah bersama anggota lainnya. Hal ini
selaras dengan hasil wawancara dengan Weni Anggraini sebagai Informan II:

“……di GenBI ini tidak tergantung pendapat pemimpin atau ketua untuk
mengambil keputusan sendiri, pasti apa-apa kita harus berdiskusi. Misalnya
pada pengurus inti masih ada yang kurang setuju, itu masih harus dicari jalan
tengah untuk mencapai kesepakatan bersama. Apapun yang tertinggi memang
keputusan ketua atau pemimpin, namun untuk menentukan keputusan itu harus
dari kesepakatan bersama pengurus inti lainnya, tidak memutuskan sendiri.”

Menurut hasil wawancara bersama informan II, keputusan tertinggi dalam


suatu forum berada di tangan ketua. Tapi itu berasal dari kesepakatan bersama
melalui diskusi, rapat maupun musyawarah. Berdasarkan pengamatan peneliti,
dalam organisasi ini memang sangat membudayakan untuk selalu berdiskusi
bersama seperti dalam pemilihan ketua baru, penentuan program kerja selama satu
tahun ke depan, evaluasi kegiatan dan kinerja anggota maupun pembagian tugas, dll.
Jadi dapat disimpulkan bahwa instruksi dalam organisasi GenBI Sumsel berasal dari
kesepakatan bersama, yang akan dijalankan bersama-sama juga. Hal ini
dikemukakan juga oleh Informan III, Alhadi Saputra:

“…..di setiap program kerja atau hal dalam organisasi pasti kita diskusikan
bersama walaupun kadang tidak semua bisa hadir dalam rapat atau forum.
Seperti penentuan ketua umum, penentuan peraturan organisasi, penentuan
program kerja selama satu tahun ke depan, evaluasi kegiatan dan kinerja
anggota sampai rapat mengenai laporan pertanggung jawaban. Tiap divisi juga
selalu mengadakan rapat masing-masing.”

Bisa ditangkap dari wawancara diatas bahwa diskusi merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang efektif dalam menentukan suatu keputusan ataupun
penyelesaian masalah dalam GenBI Sumsel. Adanya diskusi seperti rapat atau forum
menghasilkan komunikasi dua arah yang dimana di dalamnya ada hubungan timbal

56
balik secara langsung antara ketua dan anggota organisasi. Hal ini juga disampaikan
oleh Informan pendukung II, Luh Siadyani:

“….. menurut saya di GenBI Sumsel ini tidak hanya terpusat pada satu
pemimpin. Karena di setiap bagian pasti ada yang menjadi ketua yang dibagi
tiap-tiap divisi. Di tiap universitas juga ada masing-masing ketua yang
mengkoordinir. Jadi tidak terpusat di satu pemimpin. Misalnya dalam suatu
program kerja, ketua divisi juga bisa langsung mendelegasikan anggotanya
untuk pembagian kerja, tidak berfokus pada arahan ketua umum itu
contohnya.”

Menurut wawancara dengan Luh Siadyani, komunikasi di GenBI tidak terfokus atau
terpusat pada satu orang pemimpin. Karena dalam organisasi ini terdapat bagian
divisi masing-masing dengan program kerja dan pembagian tugas yang berbeda,
tidak berdasarkan arahan ketua. Jadi tidak terpusat pada satu orang yang memimpin,
semua orang berpartisipasi dalam organisasi.

Gambar 5.1 Rapat Evaluasi Bulanan GenBI Sumsel

Sumber: Instagram @genbi.sumsel

Gambar 5.1 merupakan rapat evaluasi bulanan GenBI Sumsel, diskusi atau
rapat merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh organisasi GenBI Sumsel
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan maupun untuk mengkonsep hal-hal yang
diperlukan oleh organisasi. Fungsi diskusi bukan hanya untuk mengutarakan apa
yang ingin disampaikan oleh ketua umum juga untuk mendengarkan masukkan
maupun tanggapan dari anggota organisasi lainnya untuk menciptakan kondisi kerja
yang nyaman, membangun kerjasama yang lebih baik dan juga dapat mendengarkan
sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja.

GenBI Sumsel ini tidak terpusat, mereka saling bertukar pendapat, dapat dilihat
dari tabel di bawah terkait seberapa intens pengurus melakukan pertemuan/rapat;

57
Tabel 5.1. Jumlah Pertemuan/Rapat di GenBI Sumsel 2018-2019

No. Jenis Rapat Waktu Keterangan Jumlah


1. Musyawarah Besar 27 Januari Pemilihan Ketua Umum GenBI Sumsel 2018- 1
GenBI Sumsel 2018 2018 2019
2. Rapat Kerja GenBI 12 Februari Penyampaian rencana program kerja GenBI 1
Sumsel 2018 2018 Sumsel 2018
3. Rapat Bulanan Setiap bulan Untuk mengevaluasi program kerja, sumber 12
(Januari- daya manusia (anggota)
Desember)
4. Rapat Persiapan Acara Setiap Rapat untuk menentukan komsep acara dan 29
sebelum pembentukan panitia. Pada 2018, terdapat 29
acara acara.
5. Rapat Evaluasi Acara Setiap selesai Untuk mengetahui kesalahan pada suatu acara 29
acara sebagai rencana perbaikan.
6. Musyawarah Besar 2 Februari Tidak ada pemilihan ketua umum GenBI 1
GenBI Sumsel 2019 2019 Sumsel tapi menentukan koordinator tiap
Universitas yakni Unsri dan UIN RF,
Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban,
diikuti seluruh anggota
7. Rapat Kerja GenBI 3 Maret 2019 Pembentukan Program Kerja GenBI Sumsel 1
Sumsel 2019 2019, diikuti oleh pengurus inti dan kepala
divisi
8. Rapat Bulanan Setiap bulan Rapat bulanan diadakan untuk mengevaluasi 12
(Januari- jalannya organisasi
Desember)
9. Rapat Persiapan Acara Setiap Rapat untuk mematangkan konsep acara dan 45
sebelum persiapan seperti pembentukan panitia dan apa
acara saja yang diperlukan saat acara. Dilakukan
secara tatap muka sekali kemudian dilanjutkan
dengan diskusi di Grup WhatsApp. Pada tahun
2019, terdapat 45 acara.
10. Rapat Evaluasi acara Setiap selesai Untuk mengetahui kurangnya suatu acara, 45
acara seperti masalah yang muncul ataupun
kesalahan teknis untuk diperbaiki di acara
selanjutnya. Diikuti oleh panitia acara.
Total 176
Sumber: Arsip Sekretariat GenBI Sumsel

Menurut tabel 5.1, pada tahun 2018-2019 terdapat detidaknya 176


rapat/pertemuan yang diadakan GenBI Sumsel. Artinya, kepengawasan organisasi
memang tidak terpusat kepada satu orang yang memimpin, selalu ada diskusi
terbuka antara sesama anggota dalam organisasi. Ide-ide tiap orang maupun
kesepakatan bersama sangat diperlukan dalam organisasi GenBI Sumsel.

Dapat disimpulkan berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi dapat


disimpulkan bahwa dalam indikator ini bahwa kepengawasan dalam GenBI Sumsel
seperti memberi instruksi, arahan kerja dan kesepakatan tidak terpusat pada satu
orang pemimpin. Karena semuanya berpartisipasi dalam diskusi bersama seluruh
anggota untuk mengambil sebuah keputusan atau menentukan sesuatu.

58
B. Setiap Anggota Hanya Dapat Berhubungan Dengan Pimpinannya
(Up&Down Communication)
Indikator dari Model Roda yang ketua adalah setiap anggota dalam
organisasi hanya dapat berhubungan dengan pimpinannya, begitu juga sebaliknya.
Dalam pola ini, pemimpin merupakan sumber komunikasi, ia dapat mengirimkan
informasi ke semua anggotanya. Namun komunikasi antar anggota sangat terbatas
dan tidak terjalin. Berikut adalah hasil wawancara peneliti bersama Informan I Ursi
Muharilasi untuk mengetahui apakah indikator ini diterapkan di organisasi GenBI
Sumsel:
“Tidak tepat sih, disini kita hubungannya sangat terbuka ya jadi anggota bisa
berkomunikasi sesama anggota, dan anggota juga bisa berkomunikasi dengan
ketua atau sebaliknya. Karena kan GenBI ini komunitas ya bukan organisasi
formal. Jadi semuanya tuh bahu membahu saling berkoordinasi”

Berdasarkan wawancara dengan informan I, mengatakan bahwa hubungan

di GenBI Sumsel sangat terbuka untuk berkomunikasi satu sama lain untuk saling

berkoordinasi. Tiap anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lain tanpa ada

batasan dan hambatan. Jadi koordinasi bukan hanya terjalin antara ketua dan

anggota, tapi juga antar anggota pada jabatan yang sama atau setara. Hal ini selaras

juga dengan yang disampaikan oleh informan II Weni Anggraini sebagai berikut,

“… di GenBI Sumsel kita komunikasi ga cuma dari atas ke bawah. bawah ke atas ya.

Komunikasinya disini sangat terbuka, jadi tiap anggota bisa saling komunikasi sesama

anggota, begitu juga ke pengurus inti.”

Menurut infoman II, komunikasi bukan hanya atas ke bawah atau bawah ke
atas, tapi terdapat juga komunikasi horizontal. Yakni komunikasi antara sesama
anggota yang memiliki jabatan atau wewenang yang sama. Karena pada organisasi
GenBI Sumsel seluruh aktivitas dilakukan atas dasar kepentingan dan tujuan
bersama, bukan hanya visi ketua umum saja. Maka dari itu komunikasi antar
anggota diharuskan terjalin dengan erat. Komunikasi juga sangat fleksibel dan
dinamis, bukan hanya komunikasi secara langsung tapi juga menggunakan media
sosial seperti Grup WhatssApp.

59
Sedangkan menurut wawancara dengan informan III Alhadi Saputra,
anggota organisasi merupakan salah satu komponen penting dalam organisasi.
Dengan adanya anggota tujuan organisasi dapat dengan mudah dicapai.
Komunikasi antar seluruh anggora GenBI Sumsel bersifat kekeluargaan sehingga
hubungan antara atasan dan bawahan tidak terlalu jauh dalam suatu pekerjaan,
atasan juga perlu masukan dari bawahan dalam menetukan suatu keputusan yang
terbaik. Begitu juga seluruh anggotanya saling berkoordinasi dan membantu satu
sama lain. “…..di GenBI koordinasi seluruh anggota adalah no.1 jadi komunikasi
antar anggota diharapkan terjalin dengan erat begitu juga antara anggota dan
pemimpin atau ketua.” .
Gambar 5.2 Kegiatan Gathering Ultah GenBI dan Outbond

Sumber: Arsip GenBI Sumsel

Gambar 5.2 merupakan contoh kegiatan keakraban yang diadakan oleh


GenBI Sumsel. Bukan hanya fokus pada kegiatan eksternal yang bermanfaat,
GenBI Sumsel juga sering membuat acara internal agar anggotanya saling dekat,
bisa berkomunikasi dan bekerjasama dengan mudah, tentunya juga untuk
menyamakan visi dan tujuan organisasi. Contohnya gambar 5.2 kegiatan gathering
ultah GenBI dan Outbond diisi dengan hiburan, sharing session dan kegiatan
permainan kelompok di akhir pekan.
Menurut pengamatan peneliti, dalam organisasi GenBI Sumsel juga banyak
kegiatan yang memang digelar guna mengakrabkan seluruh anggota agar tidak
canggung dalam organisasi. Seperti acara keakraban, leadership camp, halal bi
halal, outbond, dll. Tentunya organisasi GenBI Sumsel bukan hanya meharapkan
komunikasi ketua ke anggota saja yang berjalan baik, tapi juga antar
sesameaanggota. Kuantitas anggota GenBI Sumsel yang banyak juga menjadi
tantangan untuk bagaimana menciptakan komunikasi yang baik di seluruh anggota.

60
Hal ini juga disampaikan oleh Informan pendukung I, Alif Muhammad dan
Informan pendukung II Luh Siadyani:

“…. disini komunikasi bebas karena kita komunitas penggerak aktivitas sosial
ya, jadi jauh dari kata formal. Jadi kayak temen yang nge project bareng kalo
di GenBI Sumsel ini. Semuanya bisa ngobrol bukan hanya persoalan
organisasi, tapi juga bisa di luar konteks itu.” (Alif Muhammad)

“….disini semua orang punya hak dan wewenang yang sama dalam
berkomunikasi ke siapapun. Pasti harus saling mengenal, karena disetiap
kepanitiaan itu kita akan bertemu dengan orang yang berbeda-beda. Tentunya
komunikasi yang terbuka bisa membuat anggota saling mengenal, akrab dan
tidak segan untuk saling meminta pertolongan” (Luh Siadyani).

Menurut wawancara dan observasi, dapat disimpulkan bahwa dalam


berkomunikasi, GenBI Sumsel bersifat sangat terbuka. Bukan hanya ketua yang
dapat menyampaikan informasi kepada anggota, tapi komunikasi antar anggota
juga harus terjalin dengan baik. Sesama anggota harus saling mengenal dan
bekerjasama karena dalam pelaksanaan program kerja pasti memerlukan usaha
seluruh anggota. Di bawah ini adalah analisi dari kedua indikator Model Roda yang
sudah dibahas di atas:
Tabel 5.2. Model Roda
Indikator Temuan Analisis
Kepengawasan Kepengawasan organisasi di GenBI Berdasarkan hasil wawancara,
Terpusat Pada Sumsel tidak terpusat pada satu orang dapat disimpulkan bahwa
Satu Orang pemimpin. Walaupun keputusan indikator kepengawasan terpusat
Pemimpin tertinggi berada di bawah ketua umum, pada satu orang pemimpin tidak
tapi itu berdasarkan hasil dari diskusi dilaksanakan di GenBI Sumsel.
maupun musyarawah bersama anggota Karena pada organisasi ini
lain. Di GenBI Sumsel terdapat komunikasi tidak terfokus pada
beberapa rapat rutin seperti: satu orang pemimpin, tetapi
seluruh anggota bisa
• Musyawarah besar: menentukan
berkomunikasi untuk
anggaran dasar organisasi dan
menyampaikan pendapat dan
memilih ketua umum untuk periode
bertukar pikiran. Musyawarah dan
setahun ke depan.
diskusi merupakan hal yang
penting untuk dilaksanakan dalam

61
• Rapat kerja: rapat untuk organisasi GenBI Sumsel untuk
mententukan atau merancang apa memutuskan suatu hal dalam
saja yang akan dilakukan satu tahun organisasi yang akan dijalankan
ke depan tiap divisi. bersama-sama.
• Rapat bulanan: mengevaluasi
Sesuai yang dikatakan menurut
seluruh kegiatan maupun kinerja
Pace dan Faules (2005)
anggota secara berkala, misalnya
mengatakan bahwa anggota
satu bulan sekali atau 3 bulan
organisasi setiap tingkatan harus
sekali.
diberi kesempatan dalam
• Rapat acara: musyawarah jika ada
berpendapat dan berkonsultasi
suatu acara yang akan diadakan
dengan manajemen di atas mereka
dalam waktu dekat seperti
agar berperan serta dalam proses
pembentukan panitia, pembentukan
pembuatan keputusan dan
konsep acara, penentuan tanggal
penentuan tujuan organisasi.
acara, dsb.
• Evaluasi acara: diadakan di tempat Dalam pengambilan keputusan
acara setelah acara selesai seorang atasan sebaiknya tidak
berlangsung agar mengetahui mengambil ataupun membuat
kekurangan acara dan diperbaiki di keputusan dari hasil pemikiran
program kerja selanjutnya agar pribadi melainkan keputusan
lebih baik. tersebut juga merupakan dari hasil
pemikiran maupun ide dari
bawahannya.

Setiap Anggota Komunikasi di GenBI bersifat terbuka, Berdasarkan hasil wawancara,


Hanya Dapat tidak ada batasan untuk organisasi GenBI Sumsel setiap
Berhubungan berkomunikasi. Komunikasi dengan anggotanya bisa berkomunikasi ke
Dengan anggota ke ketua berjalan dengan baik seluruh yang ada di organisasi
Pimpinannya tanpa hambatan, begitu juga baik itu ketua, pengurus inti dan
(Up&Down komunikasi antar anggota. Anggota sesama anggota. Bukan hanya
Communication) merupakan asset penting untuk anggota kepada ketua umum saja.
mencapai tujuan organisasi, sehingga Dalam organisasi ini, iklim

62
diperlukan anggota yang kompak dan komunikasi antar anggota
memiliki hubungan komunikasi yang dibentuk agar selalu harmonis dan
erat. Di GenBI Sumsel, terdapat akrab karena ada banyak program
beberapa kegiatan yang dirancang kerja yang melibatkan usaha
untuk mempererat hubungan antar bersama. Jika komunikasi antar
anggota dan ketua agar tidak canggung anggota tidak terjalin dengan baik,
seperti; maka akan sulit untuk mencapai
1.Hari Keakraban tujuan dan menciptakan
2.Leadership Camp kekompakan organisasi.
3. Halal Bi Halal
4. Outbond
5. Hari Ulang Tahun GenBI Sumsel

Sumber: Diolah Peneliti Dari Hasil Wawancara

5.1.2. Model Lingkaran


A. Tidak Memiliki Pemimpin, Semua Anggota Posisinya Sama
Dalam model lingkaran, semua anggota memiliki wewenang yang sama
dalam organisasi. Semua angota bisa berkomunikasi pada angota lain di sebelahnya,
namun tidak ada yang menjadi ketua atau pemimpin dalam komunikasi. Pada Model
lingkaran ini, semua anggota bisa melakukan interaksi pada setiap tiga tingkatan
hirarki tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkatan yang lebih tinggi, dan hanya
terbatas pada setiap tingkatan. Dalam pola ini proses penyampaian pesannya tidak
efektif karena komunikasi hanya terjadi dan berputar pada satu pola, sehingga tidak
adanya interaksi antara pimpinan dan bawahan. Namun, hal ini tidak diterapkan di
organisasi GenBI Sumsel. seperti yang dikatakan oleh informan I Ursi Muharilasi
sebagai berikut:

“Pemimpin itu pasti selalu ada ya. Ga mungkin kita ga melibatkan ketua atau
pemimpin. Pasti dalam segala aspek kita harus ada ketua. Contohnya saja ketika
membuat acara pasti ada Ketua Pelaksana atau Ketua Panitia. Ketua atau
pemimpin itu ibaratkan kepala ya kalau dalam tubuh. Jadi kalau tubuh kita tanpa
kepala pasti kita tak bisa mengetahui arah kemana akan melaju kan.”

63
Dalam organisasi GenBI Sumsel, ketua bukan hanya terdapat pada jabatan
struktural seperti ketua umum dan ketua divisi. Dalam setiap kegiatan dan program kerja,
pasti ada seorang ketua pelaksana atau koordinator. Dalam organisasi ini, dalam setiap hal
pasti memerlukan ketua agar program kerja dapagt terlaksana dengan arah yang baik serta
sebagai penanggung jawab dan mampu mengkoordinasi setiap anggotanya. Hal ini selaras
dengan yang dikatakan oleh Informan II Weni Anggraini:

“Karena emang budaya organisasi di GenBI selalu melibatkan ketua, menurut


kakak tidak akan ada titik tengah atau jalan tengah dalam diskusi kalau tidak
ada yang memimpin. Selalu diperlukan komunikasi yang baik juga antara ketua
dan anggotanya, agar bisa melaksanakan seluruh kegiatan dengan koordinasi
yang baik dan teorganisir”

Menurut informan II, ketua merupakan hal yang terpenting dalam organisasi
karena jika tidak ada ketua maka dalam organisasi tidak akan ada jalan tengah atau
kesepakatan tertinggi saat berdiskusi. Walaupun anggotanya dapat berkomunikasi
tanpa hambatan, tapi jika tidak ada peran pemimpin maka organisasi tersebut tidak
akan ada arah yang pasti. Hal selaras juga dikemukakan oleh Informan III Alhadi
Saputra:
“Tentumya tidak pernah ya, karena pemimpin merupakan sesuatu yang vital
dalam organisasi. Jadi apapun itu harus ada koordinator, organisasi akan
terombang-ambing jika tidak ada seorang leader. Walau demikian anggota juga
merupakan komponen yang penting dalam organisasi untuk saling bekerja sama
bahu membahu”

Menurut Informan III, pemimpin merupakan hal yang sangat penting (vital)
dalam GenBI Sumsel. Tanpa adanya seorang pemimpin maka seluruh masalah yang
muncul dalam berjalannya organisasi tersebut akan sangat sulit untuk diselesaikan
secara cepat dan efisien, yang mengakibatkan tujuan adanya organisasi tersebut
terhambat. Oleh karena itu, peran seorang pemimpin dalam suatu organisasi
sangatlah penting. Dan komunikasi antar pemimpin dan anggota haruslah terjalan
dengan baik. Agar menciptakan produktivitas anggota yang dapat bekerja sama
dengan baik, memiliki persepsi dan pikiran yang sama sehingga mampu
melaksanakan tujuan organisasi dengan baik. Pemimpin juga seharusnya menjadi
seorang yang hangat dan selalu merangkul anggotanya. Pada organisasi GenBI
Sumsel, ketua umum dipilih langsung oleh anggota melalui suara terbanyak.

64
Gambar 5.3 Musyawarah Besar GenBI Sumsel

Sumber Arsip GenBI Sumsel

Gambar 5.3, merupakan musyawarah besar yang diadakan satu tahun sekali
untuk memilih ketua umum, memaparkan lembaran pertanggung jawaban tiap
divisi dan demisioner pengurus. Artinya komunikasi di GenBI Sumsel bukan hanya
dilakukan secara horizontal (antar sesama jabatan/anggota), tapi juga secara vertikal
(antar anggota ke ketua umum). Dalam musyawarah besar, suara atau vote anggota
sangat diperlukan untuk menentukan ketua umum GenBI dalam setahun kedepan.

Tabel 5.3. Rekapitulasi Partipasi Musyawarah Besar GenBI Sumsel

No. Jenis Rapat Waktu Keterangan Jumlah


kehadiran
1. Musyawarah Besar 27 Januari Terdapat tiga kandidat untuk kepengurusan 78
GenBI Sumsel 2018 2018 2018-2019:
-Ursi Muharilasi (Unsri): 40
-Felix Prasetyo (Unsri): 27
-Sari Aprina (UIN RF): 8
Suara tidak sah: 5
Total 78
Sumber: Arsip Sekretariat GenBI Sumsel

Tabel 5.3 merupakan rekaputilasi partisiapasi musyawarah besar GenBI


Sumsel tahun 2018. Hal ini membuktikan bahwa anggota dan ketua merupakan
komponen yang tidak bisa terpisah. Ketua umum dipilih oleh anggota GenBI
Sumsel untuk memimpin organisasi selama satu periode.

Menurut Informan IV Iman Kurniawan dan Informan V Alma Meiga, sistem


komunikasi tidak terpusat pada satu orang pemimpin, semua orang dilibatkan untuk
berpendapat dan menyampaikan gagasannya. Walaupun demikian, di GenBI
Sumsel semua, keputusan tertinggi organisasi tetap ditentukan oleh ketua umum.

65
“Tidak terpusat sih, karena di GenBI ini kita memprioritaskan untuk “bekerja
sama-sama”. Jadi organisasi ini bukan hanya milik satu orang, tapi milik
bersama. Semua orang berhak untuk dilibatkan dan berpendapat. Jadi kakak
kurang setuju kalo hanya pemimpin menjadi fokus perhatian”, (Iman
Kurniawan)
“…. pemimpin tetap menjadi otoritas untuk memutuskan suatu kebijakan. Jadi
walaupun seluruh anggotanya bisa memberi rekomendasi ide atau pendapat,
keputusan tertinggi tetap berada di pemimpin”, (Alma Meiga)

Dapat disimpulkan bahwa dalam indikator ini, GenBI Sumsel selalu


melibatkan pemimpin dalam setiap hal. Baik itu jabatan struktural maupun
pemimpin dalam berbagai acara. Selain anggota, pemimpin juga merupakan asset
terpenting dalam organisasi.

B. Cenderung Lambat Dalam Memecahkan Masalah


Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/staf atau
pimpinan tidak terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada
kelanjutannya pada tingkatan yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap
level. Dalam hal ini komunikasi yang terjadi melibatkan antara tiga tingkat (level)
organisasi, misalnya tidak adanya interaksi terjadi karena hanya berputar didalam
satu pola. Jadi penyampaian informasi tergolong lama karena anggota hanya bisa
berkomunikasi pada dua sisi di sebelahnya saja. Namun di organisasi GenBI
Sumsel, komunikasi yang dilaksanakan tidak membutuhkan waktu yang lama,
seperti yang dikatakan oleh Informan III Alhadi Saputra:
“Komunikasi tidak membutuhkan waktu yang lama karena kita berkomunikasi
secara langsung maupun tidak langsung melalui media sosial. Jadi kita ada
grupWA untuk seluruh anggota. Jika ada keluhan atau saran bisa langsung
laporan atau koordinasi di grup tersebut.”

Pada model lingkaran, dalam organisasi cenderung lambat dalam


menyelesaikan masalah karena tidak adanya peran pemimpin. Walaupun
anggotanya bisa secara lancar berkomunikasi satu sama lain, tapi tidak ada pemberi
keputusan tertinggi dalam organisasi. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara
di organisasi GenBI Sumsel untuk mengetahui bagaimana indikator ini berjalan atau
tidak. Berikut wawancara dengan informan III Alhadi Saputra:

“Tentunya jika ada problem internal, pasti kita selesaikan dengan diskusi dan
kekeluargaan. Jadi di GenBI Sumsel ini jika ada masalah biasanya ga dibawa ribet.
Dan jarang juga terjadi masalah yang besar, palingan hanya perbedaan pendapat.”

66
Jadi setiap ada permasalahan baik internal maupun eksternal, pasti
didiskusikan secara bersamaan. Menurut Informan III, masalah di GenBI Sumsel
akan cepat diselesaikan karena jika terlalu lama masalah itu hadir di tengah-tengah
organisasi.akan menciptakan iklim yang buruk, yang berpengaruh pada semangat
anggota organisasi dalam menjalankan tugas. Hal ini juga selaras dengan yang
disampaikan oleh Informan II Weni Anggraini:
“…kita komunikasinya lebih ke struktural aja. Maksudnya saling tau dan saling
koordinasi. Misalnya GenBI dari Universitas Sriwijaya akan mengadakan acara,
otomatis ketua umum dan pengurus inti harus tau, begitu juga dari UIN RF harus
saling tau. Supaya kalau ada apa-apa bisa saling bantu. Jangan sampai ya satu
organisasi itu ga saling kenal dan ga saling tau, saling acuh apalagi kalo dalam
program kerja.”

Menurut informan II, masalah seperti miss communication sangat dihindari


pada organisasi GenBI Sumsel. Jadi sebisa mungkin dilakukan komunikasi secara
struktural untuk saling bekoordinasi agar bisa saling membantu satu sama lain.
Informan I, Alif Muhammad mengatakan bahwa di GenBI dalam menyelesaikan
masalah tidak menjalur ke banyak orang, kecuali memerlukan suara anggota lain.

“Di GenBI jika ada masalah tidak ribet dan menjalar ke banyak orang sih, jadi
masalah harus diselesaikan oleh masing-masing individu secara cepat. Nah kalo
dalam penyelesaian masalah cukup ketua dan pengurus inti saja yang mengambil
keputusan, tidak melibatkan seluruh anggota. Kecuali masalah tersebut
membutuhkan voting atau suara yang banyak.”

Alif mengatakan bahwa jika adalah masalah internal, yang dilibatkan hanya
yang terkait masalah bersama pengurus GenBI Sumsel. Tidak melibatkan seluruh
anggota untuk menyelesaikannya. Kecuali masalah tersebut berpengaruh pada
seluruh komponen organisasi dan memerlukan voting. Hal ini selaras dengan yang
dikatakan oleh Informan Pendukung II Luh Siadyani;

“Kita memprioritaskan dengan cara kekeluargaan sih, jadi kalau bisa masalah
kecil jangan dibesar-besarkan. Kalau ada kesalahan sedikit jangan dibawa
dendam, harap dimaklumin aja dan jangan dibawa perasaan juga. Kalau ada
masalah yang berhubungan etika buruk, baru kita tindak secara tegas. Ada juga
pemberentian anggota karena dia merugikan nama baik organisasi.”

Menurut Luh Siadyani, masalah kecil dalam organisasi tidak terlalu dibesar-
besarkan. Jika ada masalah yang berkaitan dengan individu anggota juga terdapat
divisi Pengembangan Pembedayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) yang
mengurusnya. Seperti Evaluasi keaktifan anggota, anggota yang kurang aktif pasti
langsung dihubungi untuk dapat berkontribusi.

67
Dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi GenBI tidak sulit dalam
memecahkan masalah. Setiap masalah diselesaikan secara kekeluargaan dan kalau
bisa menghindari masalah-masalah kecil yang membuat anggota menjadi kurang
semangat. Tentunya, peran anggota yang kompak dan pemimpin yang sangat
merangkul beprengaruh dalam setiap penyelesaian masalah dalam organisasi
GenBI Sumsel.

Tabel 5.4. Model Lingkaran


Indikator Temuan Analisis
Tidak Memiliki Di GenBI Sumsel memiliki pemimpin Dalam pola lingkaran, tidak ada
Pemimpin, (ketua umum) dan ketua masing- pengontrol komunikasi karena
Semua Anggota masing divisi. Ketua umum dipilih dari pemimpin maupun anggotanya
Posisinya Sama hasil musyawarah besar setiap memiliki kekuatan serta
tahunnya dan ketua umum memilih wewenang yang sama dalam
ketua divisi berdasarkan musyawarah menyampaikan dan menerima
dan pertimbangan beberapa anggota. pesan.
Ketua merupakan komponen penting Menurut hasil penelitian, dalam
dalam organisasi untuk memimpin dan GenBI Sumsel selalu ada orang
memberikan arah bagi organisasi. yang menjadi ketua. Karena dalam
Bukan hanya secara struktur organisasi, bukan hanya
organisasi, saat acara dan diperlukan anggota yang solid,
kepanitianpun harus ada yang menjadi tapi juga pemimpin yang bisa
ketua. Dalam kepanitiaan, yang mewujudkan visi & misi
menjadi ketua pelaksana harus organisasi. Jadi, komunikasi antar
bergantian. ketua dan anggota maupun antar
Semua anggota baik itu pemimpin dan sesama anggota harus dijalankan
anggota lainnya dapat dengan leluasa sebaik mungkin untuk
berkomunikasi di organisasi GenBI bekoordinasi satu sama lain, tidak
Sumsel, disini terjadi komunikasi terbatas pada setiap jabatan untuk
secara vertikal yakni pemimpin selalu dapat berkomunikasi.
merangkul dan mendukung seluruh Model lingkaran sebenarnya
anggotanya artinya selalu melibatkan membatasi komunikasi antar
saran dan masukan seluruh anggota. anggota ke jenjang yang lebih

68
Sedangkan komunikasi anggota ke tinggi, tapi indikator ini tidak
sesama anggotapun berjalan dengan terjadi di GenBI Sumsel. Karena
baik untuk saling berkoordinasi, saling komunikasi terjadi antar ketua dan
membantu jika ada kesulitan, saling anggota begitu juga sebaliknya,
bertukar ide. jadi semuanya memiliki
Dapat disimpulkan, seluruh anggota keterbukaan dalam melakukan
mempunyai hak yang sama untuk komunikasi.
berkomunikasi namun seluruh
kegiatan GenBI Sumsel memerlukan
pemimpin yang menjadi kepala untuk
mewujudkan visi misi organisasi.
Cenderung Pada organisasi GenBI Sumsel, dalam Pada pola ini, komunikasi
Lambat Dalam penyelesaian masalah cenderung tidak memerlukan waktu yang lama.
Memecahkan lambat, hal ini dibuktikan dengan Pada pola ini, tidak ada pemimpin
Masalah mudahnya komunikasi antar anggota, dalam komunikasi. Artinya, tidak
komunikasi tidak memerlukan waktu ada pengontrol komunikasi karena
yang lama dan proses komunikasi pemimpin maupun anggotanya
tidak menggunakan sistem yang memiliki kekuatan serta
berbelit. Berikut temuan peneliti: wewenang yang sama dalam
• Komunikasi di GenBI Sumsel tidak menyampaikan dan menerima
memerlukan waktu yang lama dan pesan. Hal ini menyebabkan
berbelit sebuah organisasi cenderung
• Masalah yang ada diselesaikan lambat dalam menyelesaikan
menggunakan cara kekeluargaan masalah.
• Tidak seluruh anggota terlibat Tapi tidak terjadi dalam organisasi
dalam penyelesaian masalah, hanya GenBI Sumsel, karena pada
pengurus inti dan yang terlibat saja organisasi ini terdapat ketua yang

• Terdapat divisi PPSDM yang menjadi kepala organisasi dan


mengurus masalah personal anggota yang koordinatif.

anggota Komunikasi di GenBI Sumsel


juga tidak berlangsung lama dan
melalui proses yang berbelit, pada

69
organisasi ini juga mengindari
masalah-masalah kecil yang
menghambat berjalannya
organisasi.
Sumber: Diolah Peneliti Dari Hasil Wawancara

5.3.1 Model Rantai


Model Rantai ini menganut hubungan komunikasi garis langsung
(komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadi suatu penyimpangan. Model ini
banyak dianut pada pola komunikasi dalam manajemen operasi militer, yang
bersifat sangat kaku. Dalam rantai ini pimpinan memberikan intruksi-intruksi,
petunjuk-petunjuk, informasi, penjelasan, dan lain-lain kebawahannya dengan
komunikasi garis langsung (komando), pesan yang di sampaikan dalam model ini
bersifat kaku dan biasanya di tandai dengan banyaknya petunjuk maupun perintah
yang diberikan atasan yang nantinya membutuhkan kepatuhan penuh bawahannya
untuk melakukan prosedur yang telah ditentukan. Adapun dua indikator yang dapat
mempengaruhi pola komunikasi organisasi pada model rantai adalah;

A. Menganut Hubungan Komunikasi Garis Langsung (Komando) dan


Bersifat Sangat Kaku
Maksud dari indikator ini adalah ketua maupun anggota berkomunikasi
secara formal, menggunakan bahasa yang kaku. Pada model rantai biasanya
pimpinan akan memberikan suatu perintah dengan tegas dan kaku kepada anggota.
Pola seperti ini biasanya ditemukan pada organisasi militer yang memiliki budaya
organisasi sangat hormat kepada atasan yang memiliki pangkat atau jabatan lebih
tinggi. Untuk mengetahui apakah indikator ini diterapkan di organisasi GenBI
Sumsel, peneliti melakukan wawancara dengan Informan I Ursi Muharilasi sebagai
berikut:

“Kurang tepat sih, karena komando menurut artinya kan harus sesuai perintah
atasan, instruksi atau aba-aba ketua ya. Tapi di GenBI ini kita selalu
berdasarkan keputusan bersama melalui diskusi, tidak terfokus arahan satu atau
dua orang. Dalam menentukan sesuatu pasti butuh ide semua anggota dan penuh
banyak pertimbangan”

70
Berdasarkan wawancara dengan Informan I, komunikasi komando tidak
diterapkan di GenBI Sumsel. Karena segala keputusan atau instruksi bukan
berdasarkan aba-aba pemimpin, melainkan atas diskusi berdasarkan kesepakatan
bersama yang ditentukan melalui musyawarah atau forum. Hal ini senada dikatakan
pula oleh Informan II Weni Angraini:

“….kita bukan fokus pada satu instruksi atau komando ketua atau pemimpin. Jadi
setiap instruksi atau pembagian tugas itu tergantung divisi masing-masing.
Biasanya berbeda sistem tiap divisi, karena berbeda juga kebutuhannya. Jadi ketua
umum memang berada di jabatan paling tinggi, tapi kebijakan tetap ditentukan
oleh divisi masing-masing”

Menurut Informan II, tiap divisi di GenBI Sumsel tentunya memiliki


pembagian tugas dan cara menyelesaikan tugas yang berbeda-beda sesuai
kebutuhan. Jadi instruksi atau keputusan dapat ditentukan sesuai versi divisi
masing-masing. Misalnya, divisi Kesehatan Masyarakat harus mempunyai
pengetahuan basic untuk pemeriksaan kesehatan seperti cara mengecek tensi darah
dan cara mengecek golongan darah. Berbeda dengan divisi Pendidikan yang
kegiatannya lebih ke literasi dan sosialisasi perpustakaan, jadi harus memiliki
kemampuan berbicara di depan umum dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh
Informan III, Alhadi Saputra:

“Ketua umum tidak setiap waktu memberikan arahan dan mengatur apa saja
yang harus dilakukan anggota, melainkan mengawasi tiap kegiatan dan
bertanggung jawab atas organisasi. Anggota bersikap fleksibel sih sesuai
kondisi dan situasi di lapangan.”

Informan III mengatakan bahwa ketua umum GenBI Sumsel tidak setiap
waktu mengatur apa saja yang harus dilakukan anggotanya, karena tiap divisi sudah
memiliki aturan dan cara tersendiri. Pada GenBI Sumsel, ketua umum mengawasi
dan bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan organisasi apakah semuanya berjalan
lancar dan tidak terdapat masalah. Segala kegiatan yang dilaksanakan bukan
berdasarkan perintah atasan melainkan hasil kesepakan bersama, berbeda dengan
organisasi militer yang anggotanya harus patuh terharap seluruh perintah
pemimpinnya tanpa terkecuali. Informan pendukun I, Alif Muhammad mengatakan:

“Komunikasi di GenBI tidak kaku kok, karena disini kita bukan organisasi formal
dan saling mengenal ya. Kita juga rata-rata seumuran, jadi menghindari
komunikasi atau suasana yang cenderung kaku. Penggunana bahasa juga tidak
baku sih, kayak ngobrol orang-orang yang seumuran namun saling menghormati
dan santun”

71
Menurut Alif Muhammad, organisasi GenBI Sumsel sangat menghindari
suasana yang kaku dalam organisasi. Karena rata-rata usia seluruh anggota itu
sebaya, tidak jauh berbeda jarak usianya. Seluruh anggotanya juga merupakan
mahasiswa meski berbeda-beda semester. Walaupun memiliki struktur organisasi
yang berjenjang, maksudnya terdapat ketua umum, ketua divisi dan anggota tapi
dalam implementasi komunikasi organisasi tapi komunikasi tidak harus formal atau
bersifat kaku. Hal ini juga selaras dengan pendapat dari informan lainnya:

“Engga kaku sih, karena kita bukan organisasi formal ya. Jadi saling pengertian
dan tidak terpaku oleh banyak aturan dan tuntutan tertentu.” (Informan IV, Iman
Kurniawan)

“Kalau dalam internal organisasi engga kaku sih. Kita kayak bertemanan aja, ga
senioritas atau formal disini” (Informan V, Alma Meiga)

“Tidak kaku, semua anggota melebur bersama pengurus. Instruksi awal emang
harus bisa membaur seluruh anggota organisasi.” (Informan pendukung II, Luh
Siadyani).
Gambar 5.4 Suasana Anggota GenBI Sumsel Saat Berkumpul di Sekretariat

Sumber: Arsip GenBI Sumsel

Gambar 5.4, merupakan suasana anggota GenBI saat berkumpul di Sekretariat.


Menurut observasi peneliti suasana organisasi GenBI Sumsel sangat kekeluargaan
Iklim komunikasi yang hangat dibangun agar koordinasi mampu berjalan dengan
baik sehingga anggota semakin kompak. Jadi dalam organisasi ini tidak ada
suasana kaku dan perintah yang komando.

Dalam organisasi GenBI Sumsel, cara berkomunikasi juga menyesuaikan


keadaan. Ketika sedang rapat atau diskusi, maka diharap untuk memperhatikan,
suasananya sedikit serius namun tetap santai (tidak kaku). Berbeda ketika di luar

72
konteks diskusi, anggota GenBI Sumsel seperti teman sebaya pada umumnya,
yaitu berbincang, bercanda gurau dan mungkin saling membahas hal private.
Suasana organisasi yang kaku akan membuat anggota kurang terbuka untuk
berbicara dan hubungan antar anggota akan tidak terlalu akrab.

B. Pesan Yang Diterima Seringkali Tidak Akurat (Miss Communication)


Pola komunikasi rantai adalah komunikasi yang dilakukan oleh anggota
kelompok organisasi, komunikasi yang dimaksud adalah satu anggota hanya dapat
menyampaikan pesan kepada anggota di sebelahnya, kemudian anggota yang
menerima pesan akan melanjutkan dengan anggota lainnya lagi dan seterusnya.
Setiap anggota dapat menyampaikan pesan atau meneruskannya kepada sesama
anggota dalam kelompok organisasi secara turun menurun atau secara berantai.
Dalam pola komunikasi ini, anggota terakhir yang menerima pesan yang
disampaikan oleh pemimpin seringkali tidak menerima pesan yang akurat. Sehingga
pemimpin tidak dapat mengetahui hal tersebut karena tidak adanya umpan balik
yang disampaikan.
Dalam pola komunikasi rantai, pesan yang disampaikan sering kali tidak akurat,
berikut hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai pola ini dengan informan
I Ursi Muharilasi:
“Pasti pernah terjadi, tapi tak terlalu sering sih. Biasanya miss communication itu
terjadi kepada individu atau oknum yang kurang sepaham ya, atau tidak satu
tujuan. Tapi tidak banyak kok. Contohnya dalam hal kegiatan, misalnya sudah
terkonsep, tapi dia ingin melakukan cara lain dari pada cara yang sudah
disepakati.”

Informan I mengatakan bahwa hambatan komunikasi terjadi karena ada


anggota yang tidak satu pemikiran dengan sesuatu yang sudah ditetapkan. Yang
seringkali menimbulkan perbedaan pendapat maupun persepsi, sehingga informasi
yang diterima tidak akurat sepenuhnya kepada seluruh anggota. Hal ini juga
dikemukakan oleh informan II, Weni Anggraini:

“Sebenernya sering sih, pasti dalam organisasi ada miss communication. Misal
kalo di sekretariat soal pendataan, inventaris, peminjaman alat, surat masuk-surat
keluar itu sering ada masalah sih gara-gara ada yang tidak saling lapor atau
berkabar. Sering juga ada acara yang bertabrakan di satu tanggal karena adanya
miss communication.”

73
Menurut Weni, penyampaian informasi yang kurang akurat itu berasal dari
pengirim pesan itu sendiri. Misalnya ada acara yang bertabrakan pada satu waktu, hal itu
terjadi karena tidak adanya komunikasi yang baik oleh pengirim pesan sehingga
menimbulkan kesalahpaham. Seharusnya, dalam organisasi semua hal dapat dilaporkan
dan diketahui seluruh anggota agar tidak terjadi miss communication. Informan pendukung
I, Alif Muhammad juga mengatakan demikian, “Sering sih pasti kalau ini. Pasti dalam
sebuah organisasi akan ada perbedaan persepsi tiap anggotanya. Tapi tidak seluruh
waktu terjadi pesan yang tidak akurat sih.”
Menurut Alif, miss communication dalam organisasi GenBI Sumsel
biasanya diminimalisir agar pesan yang disampaikan bisa tersampaikan dengan
akurat. Yakni dengan selalu mengadakan briefing sebelum acara berlangsung,
selalu menyampaikan informasi secara detail, jelas, lengkap dan berulang.
Tabel 5.5 Media Sosial GenBI Sumsel

Keterangan
Jumlah
Aktivitas Komunikasi Anggota/followers Tahun
No Pengelolaan media sosial 2018 Pembuatan
1. Facebook GenBI Sumsel 440 2015
2. Instagram genbi.sumsel 1084 2015
3. Line@ /@dop9316h 547 2017
4. WhatsApp GenBI Sumsel 2018-2019 105 2018

Keterangan
Jumlah
Aktivitas Komunikasi Anggota/followers Tahun
No Pengelolaan media sosial 2019 Pembuatan
1. Facebook GenBI Sumsel 440 2015
2. Instagram genbi.sumsel 2299 2015
3. Line@ /@dop9316h 547 2017
4. Email Genbisumsel2019@gmail.com - 2019
5. WhatsApp GenBI Sumsel 2018-2019 187 2018
Sumber: Kesekretariatan GenBI Sumsel

Dalam table 5.6, dijelaskan bahwa GenBI Sumsel memiliki beberapa


media sosial untuk penyampaian informasi secara eksternal maupun internal.
Dalam komunikasi organisasi internal, hanya menggunakan media WhatsApp grup
GenBI Sumsel yang berisi seluruh anggota, pengurus dan senior terdahulu.
Sehingga pesan yang disampaikan dapat disiarkan secara langsung dan serentak.
Untuk komunikasi eksternal, menggunakan beberapa media sosial seperti
Facebook, Instagram, line@ dan email.

74
Menurut observasi dan wawancara informan, dalam organisasi GenBI
Sumsel, jarang terjadi pesan yang disampaikan kurang akurat, karena tidak
menggunakan sistem yang berantai. Informasi yang general untuk seluruh anggota
selalu disiarkan di akun media sosial @genbi.sumsel dan grup WhatsApp GenBI
Sumsel. Jadi penyampaian informasi dapat langsung diketahui anggota secara
langsung melalui satu pintu.

Tabel 5.6. Model Rantai


Indikator Temuan Analisis
Menganut Pada organisasi GenBI Sumsel, Komunikasi garis langsung
Hubungan peneliti menemukan bahwa (komando) adalah ketika
Komunikasi komunikasi di organisasi ini bersifat pemimpin langsung memberi aba-
Garis Langsung sangan tebuka dan tidak kaku. aba atau arahan seacara langsung
(Komando) dan Penyampaian informasi tidak harus kepada anggotanya. Instruksi
Bersifat Sangat menggunakan bahasa yang formal, langsung diberikan oleh ketua
Kaku tidak ada batasan antara ketua dan umum. Ketua umum memegang
anggota tapi bisa saling berkomunikasi alih untuk memberikan suatu
dengan etika yang baik dan saling instruksi dalam organisasi.
menghargai. Tapi di organisasi GenBI Sumsel,
Komunikasi yang dianut GenBI ketua umum tidak menganut
Sumsel tidak seperti organisasi militer komunikasi garis komando karena
yang bersifat komando atau setiap divisi bebas mengatur
memberikan aba-aba langsung dari instruksi atau kebijakan sendiri
ketua yang paling atas. Tetapi semua sesuai kebutuhan masing-masing
kebijakan diambil dari diskusi dan divisi.
musyawarah, sesuai dengan rencana Jadi, intruksi utama bukanlah
dan kebutuhan masing-masing divisi. berdasarkan arahan ketua umum,
ketua umum menjadi pengawas
dan penanggung jawab organisasi.
Tapi kebiajakan ditentukan oleh
masing-masing ketua setiap divisi.

75
Pesan Yang Pada organisasi GenBI Sumsel, Pada model rantai, pesan yang
Diterima organisasi GenBI Sumsel, jarang disampaikan seringkali tidak
Seringkali Tidak terjadi pesan atau informasi yang akurat. Karena pesan yang
Akurat (Miss kurang akurat, karena tidak disampaikan dari atas (pemimpin)
Communication) menggunakan sistem yang berantai disampaikan secara berantai ke
seperti pada organisasi militer. bawah (anggota). Pesan yang
Informasi yang general atau umum disampaikan tidak dikirim secara
untuk seluruh anggota selalu disiarkan bersamaan, terkadang anggota
di akun media sosial Instagram yang menerima pesan terakhir
@genbi.sumsel dan grup WhatsApp mendapatkan informasi yang
GenBI Sumsel. kurang akurat. Namun hal ini tidak
Jadi penyampaian informasi dapat diterapkan di GenBI Sumsel,
langsung diketahui anggota secara karena di organisasi ini dalam
langsung melalui satu pintu. Informasi pendistribusian pesan selalu
yang diberikan juga selalu diusahakan disiarkan secara bersamaan,
untuk lengkap, jelas dan rinci. berulang, detail, lengkap. Selalu
ada pengarahan sebelum
mengadakan suatu acara dan
saling memberi tahu jika terdapat
informasi yang tidak valid.

Sumber: Diolah Peneliti Dari Hasil Wawancara

5.4.1 Model Huruf Y

Model Pola komunikasi dalam organisasi di sini, tidak jauh berbeda dengan
model rantai. Dalam hal ini penyampaian informasi kepada yang lainnya biasanya
terjadi di luar suatu pengelompokan atau terpisah, pimpinan dan anggota beperan
langsung dalam mengirim dan menerima pesan dan komunikasinya bersifat
disentralisasi. Pada pola Y ini pusat komunikasi tidak dapat berkomunikasi
langsung dengan seluruh individu, tetapi ada individu yang komunikasinya harus
melalui individu lain.

76
A. Penyampaian Informasi Dari Pemimpin Ke Anggotanya Melalui
Perantara
Pada indikator Model Huruf Y. penyampaian informasi dari pemimpin ke
anggota melalui perantara (tidak secara langsung). GenBI Sumsel sendiri memiliki
alur komunikasi dalam menentukan program kerja yang akan dilakukan. Walaupun
komunikasi di organisasi ini bersifat terbuka, seperti anggota bisa berkomunikasi
dengan pemimpin begitu juga sebaliknya, anggota bisa berkomunikasi dengan
anggota dari divisi lain tapi dalam mengajukan rancangan program kerja tiap divisi
memerlukan alur tertentu, seperti di bawah ini:

Bagan 5.1. Alur Penyampaian Rancangan Program Kerja GenBI Sumsel

Kepala Divisi Ketua Umum mengadakan Ketua Umum


Rapat Program rapat bersama seluruh mengajukan
Menyampaikan
Kerja Masing- kepala divisi dan pengurus rancangan program
Hasil Rapat
Masing Divisi inti untuk membahas kerja tiap divisi ke
Divisi ke ketua rancangan biaya dan waktu pihak Bank Indonesia
umum kegiatan untuk disetujui
Sumber: Diolah Peneliti Dari Hasil Wawancara

Dalam pengambilan keputusan, penyampaian informasi dari pemimpin ke


anggota begitu juga sebaliknya menggunakan perantara. Pola Y memiliki satu orang
yang berada ditengah, ia memiliki ketua diatasnya dan anggota dibawahnya. Sama
halnya seperti GenBI Sumsel, Ketua Divisi berada ditengah-tengah untuk
mengkoordinir komunikasi dari anggota ke ketua dan ketua ke anggota. Hal ini
senada dengan yang disampaikan oleh Informan I Ursi Muharilasi:

"Jadi anggota bebas rapat atau diskusi menentukan ide, selanjutnya ide tersebut
diteruskan oleh Kepala Divisi untuk disetujui Ketua Umum, itu sih alurnya kalau
yang perlu pakai perantara. Karena anggota kan banyak dan sudah dipilih satu
ketua tiap divisinya, jadi ketua divisi itu yang mewakilkan seluruh anggota untuk
bekoordinasi ke ketua umum”

Menurut Informan I, ketua divisi menjadi perwakilan untuk bekoordinasi


kepada ketua umum. Jadi seluruh ide anggota ditampung terlebih dahulu lalu
diteruskan ketua umum, anggota tidak perlu seluruhnya berkomunikasi ke ketua
umum dalam membahas suatu ide. Hal ini juga berlaku ketika ketua umum ingin
menyampaikan sesuatu ke anggota, jadi informasi tersebut disampaikan ke ketua
divisi untuk diteruskan ke anggota masing-masing divisi. Hal ini disampaikan oleh
Informan II, Weni Anggraini:

77
“Tegantung sih, misalnya di situasi informal (kumpul sebagai teman bukan rekan
organisasi) pasti bisa tanpa perantara ya. Tapi kalau dalam proses organisasi,
terkadang juga melalui perantara. Misalnya ada ketetapan atau keputusan yang
dihasilkan oleh Ketua Umum, maka akan diteruskan ke Kepala Divisi masing-
masing, jadi ketua umum tidak secara langsung memberikan informasi ke anggota,
melainkan melalui kepala divisi terkait.

Informan II mengatakan bahwa, bukan hanya komunikasi antara anggota dan


ketua saja yang memerlukan perantara posisi yang di tengah (ketua divisi) melainkan
hubungan dengan pihak Bank Indonesia juga memerlukan perantara/perwakilan.
Karena jumlah anggota yang begitu banyak, tidak memungkinkan untuk seluruhnya
dapat berkomunikasi dengan pihak Bank Indonesia, melainkan hanya perwakilan
masing-masing universitas yakni Universitas Sriwijaya dan UIN Raden Fatah
Palembang. Hal ini juga dikemukakan oleh Informan II Weni Anggraini dan
Informan Pendukung I Alif Muhammad:

“Organisasi kita juga berhubungan dengan bank Indonesia kan, nah itu juga hanya
ketua umum dan perwakilan ketua dari Unsri dan UIN RF saja yang berkomunikasi
atau berdiskusi kepada Pembina di BI, sehingga anggota hanya dapat meunggu
kabar saja tidak ikut berkomunikasi juga, Tapi dalam berdiskusi atau musyawarah,
tidak harus ada perantara, bisa berkomunikasi langsung.” (Weni Anggraini)

“Karena anggotanya banyak, jadi masih memerlukan perantara di beberapa


momen. Karena ga mungkin kan 100 orang semuanya harus rapat terus. Jadi
alurnya rapat dengan kelompok kecil tiap divisi, setelah itu masing-masing kepala
divisi menjadi perantara untuk dibahas dengan ketua umum dan pengurus inti.
Hasil dr rapat tersebut, disampaikan ketua umum yang menjadi perwakilan GenBI
Sumsel untuk dilaporkan kepada Pembina organisasi GenBI Sumsel, yakni dari
pihak Bank Indonesia.” (Alif Muhammad)
Gambar 5.5 Perwakilan Unsri Saat Bertemu Kepala Bank Indonesia Sumsel

Sumber: Arsip GenBI Sumsel

Dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi GenBI Sumsel strukrur organisasi


yang ada seperti yang tergambar di Pola Y, yakni terdapat ketua divisi yang berada

78
diposisi tengah. Ketua divisi tersebut memiliki jabatan yang lebih tinggi di atasnya,
yakni ketua umum dan memiliki jabatan yang lebih rendah dibawahnya yakni
anggota divisi. Dan pada momen tertentu contohnya koordinasi rancangan acara ke
ketua umum itu diwakilkan oleh ketua divisi. Dan saat berkomunikasi dengan
Pembina Bank Indonesia, diwakilkan juga oleh ketua umum. Pada momen tertentu,
komunikasi di GenBI Sumsel memerlukan perantara.

B. Komunikasi Bersifat Desentralisasi Atau Dipusatkan


Indikator yang kedua adalah komunikasi bersifat desentralisasi atau
dipusatkan. Desentralisasi merupakan suatu pemberian wewenang atau pemberian
kesempatan kepada jenjang yang lebih rendah untuk dapat memberikan pemikiran
pendapat mengenai suatu hal atau dalam hal pemutusan suatu masalah. Namun tetap
pada pengawasan jabatan yang paling atas.

Dalam hal ini, desentralisasi yang ada di GenBI Sumsel adalah ketika ketua
masing-masing divisi mempunyai kebebasan dalam merancang program kerja
masing-masing divisi, terdapat pula pembagian tugas yang berbeda, diatur masing-
masing ketua divisi. Hal ini kemumakanan oleh Informan I, Ursi Muharilasi:

“GenBI kalau dalam koordinasi pasti komunikasinya kita tekankan untuk


menerapkan desentralisasi. Komunikasi yang disentralisasi ini sangat baik untuk
dilakukan ya.”

“Setiap divisi bebeas memiliki ketentuan dan merealisasi ide serta pembagian tugas
yang berbeda tapiharus selalu ada komunikasi ke ketua dan pengurus inti.
Walaupun semua program kerja itu tanggung jawab masing-masing tapi jika ada
kesalahan atau masalah semua pasti tanggung jawab ketua dan pengurus inti .

Desentralisasi di GenBI Sumsel menurut wawancara dengan Informan I, di


organisasi ini dalam melakukan sesuatu atau membuat acara itu bebas menyuarakan
ide atau kreatifitasnya. Masing-masing divisi bebas menentukan konsep acara dan
waktu kegiatan. Akan tetapi, harus dilaporkan ke ketua umum, lalu disetujui.
Karena organisasi GenBI ini tidak berdiri sendiri, melainkan di bawah naungan
Bank Indonesia. Berikut penjelasan dari informan II, Weni Anggraini:
“Sebenarnya walaupun pola komunikasi di GenBI sangat terbuka, kita juga masih
menganut hirarki atau struktural ya. Misalnya tiap tiap pengeluaran dalam program
kerja harus dilaporkan oleh kepala divisi ke bendahara, evaluasi keaktifan anggota
harus dilaporkan ke PSDM, pembuatan surat menyurat harus dikoordinasikan ke
sekretaris.”

79
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan II, Pola komunikasi di
GenBI Sumsel masih dilakukan secara hirarki atau sktruktural. Walaupun dalam
divisi masing-masing menentukan program kerja sendiri, tapi harus dilapor ke atas
(pemimpin). Segala sesuatu harus dilaporkan juga ke pengurus inti yang
menangani, misalnya masalah keuangan harus dilaporkan ke bendahara umum,
kesekretariatan diurus oleh sekretaris dan masalah anggota oleh PPSDM. Informan
IV, Iman Kurniawan juga berpendapat yang sama:

“….dulu banyak terjadi masalah, seperti kejadian tabrakan tanggal acara, ada divisi
yang menyelenggarakan acara sementara ketuanya tidak tahu, dll. Tidak ada alur
koordinasi. Walaupun kita bebas bekreasi tapi sebaiknya harus saling berkabar.
Misalnya divisi Pendidikan di Universitas Sriwijaya ingin mengadakan seminar,
ketua divisi Pendidikan GenBI Sumsel harus tau kapan, dimana dan konsep
acaranya seperti apa, kemudian diteruskan di ketua agar ketua umum mengetahui
juga.”

Menurut Informan IV, komunikasi organisasi antara anggota sesama divisi


merupakan hal yang sangat penting, tapi koordinasi antara elemen lain yakni divisi
lain serta seluruh pengurus juga penting. Walaupun bebas dalam mengajukan suatu
program kerja, tapi diharapkan koordinasi yang baik. Karena koordinasi yang baik
dapat meminimalisir masalah atau konflik kecil yang ada dalam organisasi. Seperti
jadwal yang bertabrakan, keliru dalam pengeluaran dana maupun masalah personal
lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa organisasi GenBI Sumsel menganut sistem


desentralisasi yakni ketua divisi memiliki wewenang untuk mengatur divisinya
masing-masing, diluar arahan ketua umum. Tapi, komunikasi ke ketua juga sangat
diperlukan untuk menghindari masalah kecil yakni miss communication.

Tabel 5.7. Model Huruf Y


Indikator Temuan Analisis
Penyampaian Dalam Pola Y, terdapat pusat Pada pola Y ini pusat komunikasi
Informasi Dari informasi yang berada di tengah, yang tidak dapat berkomunikasi
Pemimpin Ke memiliki ketua di atasnya dan anggota langsung dengan seluruh individu,
Anggotanya di bawahnya. Begitu juga di GenBI tetapi ada individu yang
Melalui Sumsel, Ketua Divisi menempati komunikasinya harus melalui
Perantara posisi tengah dan memiliki ketua individu lain.Dalam organisasi

80
umum diatasnya dan anggota divisi di GenBI Sumsel, terkadang
bawahnya. komunikasi menggunakan
Walaupun di GenBI Sumsel bebas perantara, tapi tidak untuk seluruh
berkomunikasi, pada momen tertentu momen.
di organisasi GenBI Sumsel
penyampaian informasi melalui
perantara. seperti pengajuan ide
program kerja, pertemuan dengan
Pembina dari Bank Indonesia
Komunikasi Dalam organisasi GenBI Sumsel, Desentralisasi memperbolehkan
Bersifat setiap divisi bebas menentukan aturan divisi pada jenjang yang lebih
Desentralisasi atau kebiajakan masing-masing, tidak rendah membuat dan
Atau Dipusatkan harus atas arahan ketua umum. Dalam mengimplementasikan keputusan
hal ini, GenBI Sumsel memiliki fungsi yang berkaitan dengan divisi
dan tujuan yang berbeda-beda tiap masing-masing. Hal ini diterapkan
divisi, seperti Kesehatan masyarakat dalam organisasi GenBI Sumsel
kegiatannya berfokus pada karena masing-masing divisi
pengecekan kesehatan, sosialisasi memiliki bidang dan program
hidup bersih, dll. Sedangkan divisi kerja yang berbeda, tentunya juga
Pendidikan fokus pada kegiatan tujuan dan sasaran yang berbeda
literasi dan sosialisasi perpustakaan. pula.
Maksudnya desentralisasi disini
adalah setiap divisi menjalankan
fungsinya masing-masing, namun
tetap dalam pengawasan ketua umum
dan tetap sesuai dengan visi misi
organisasi.

Sumber: Diolah Peneliti Dari Hasil Wawancara

81
5.5.1 Model Bintang
Dalam pola komunikasi bintang atau semua saluran, setiap anggota dapat
berkomunikasi dengan semua anggota dalam organisasi tanpa ada batasan. Selain
itu, komunikasi tidak terpusat pada satu orang pemimpin didalam kelompok.
Komunikasi bersifat dua arah, setiap orang bisa menjadi komunikator maupun
komunikan. Pola ini juga paling memberikan kepuasan kepada anggota-anggotanya
dalam penyelesaian tugas karena memiliki tanggung jawab dan rasa memiliki (sense
of belonging) dalam organisasi. Berikut ada dua indikator yang peneliti bahas pada
organisasi GenBI Sumsel:

A. Setiap Anggota Dapat Berkomunikasi Dengan Anggota Lainnya


Indikator dalam model bintang adalah semua anggota bisa berkomunikasi
dengan anggota lainnya. Artinya, komunikasi terjadi secara dua arah atau two ways
communication. Komunikasi dua arah atau two ways communication adalah proses
komunikasi dimana terjadi timbal balik (feedback) atau respons saat pesan
dikirimkan oleh sumber atau pemberi pesan kepada penerima pesan.

Jenis komunikasi ini berbanding terbalik dengan komunikasi satu arah,


dimana kedua pihak berperan aktif saling berkesinambungan dan memberikan
respon terhadap pesan yang dikirimkan satu sama lain. Komunikasi dua arah banyak
ditemukan pada prakek komunikasi interpersonal atau antar pribadi maupun
komunikasi kelompok. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan I Ursi
Muharilasi:

“Iya, kita pasti dua arah jadi ada feed & back di setiap komunikasi. Di GenBI kita
menerapkan komunikasi yang timbal balik, saling aktif bertanya dan menjawab,
bahkan mengkritik untuk yang lebih baik serta saling memberi informasi. Jadi setiap
anggota memiliki hak untuk berbicara.”

Dari hasil wawancara diatas, bisa kita dapatkan bahwa setiap anggota di
GenBI sumsel bisa berkomunikasi dengan anggota lainnya dan komunikasi bersifat
dua arah atau saling memberikan timbal balik. Hal ini selaras dengan yang
disampaikan oleh informan IV:

“….semua anggota bisa saling bertukar ide, bertanya maupun menyanggah


atau mengkritik sesuatu. Komunikasi dilakukan baik secara langsung maupun
di sosial media, kita menggunakan Whats App.”

82
Menurut informan IV Iman Kurniawan, komunikasi antar anggota GenBI
bisa terjadi bukan hanya secara langsung tapi juga bisa melalui media sosial. Setiap
anggota bisa menjadi komukatior maupun komunikan. Artinya setiap anggota bisa
menjadi pemberi informasi dan saling tanya jawab, saling mengkritik, menyanggah
ataupun memberikan saran. Dalam melaksanakan diskusi juga bukan hanya
dilakukan secara langsung (tatap muka) tapi juga secara online melalui Grup
WhatssApp, jadi komunikasi antar anggota tidak dibatasi oleh waktu maupun jarak.
Dalam pembagian tugas juga anggota GenBI Sumsel akan fokus pada divisi
masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan bisa membantu divisi lain yang
kekurangan Sumber Daya Manusia. Maka dari itu sesama anggota harus saling
berkomunikasi satu sama lain, seperti yang disampaikan oleh informan IV Iman
Kurniawan:

“GenBI Sumsel ini komunitas yang diibaratkan sebagai rumah, jadi sangat dekat
hubungannya. Dan di GenBI ini juga pada dasarnya tiap divisi mengerjakan
prokernya masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan membantu divisi lain jika
kekurangan sumber daya manusia. Jadi fleksibel itu sih komunikasi dan sistem
kerjanya.”

Berdasarkan wawancara dengan informan IV, komunikasi di GenBI Sumsel


sangat fleksibel artinya setiap anggota bisa berkomunikasi dengan anggota lain
walaupun berbeda divisi. Setiap anggota dalam organisasi GenBI Sumsel bisa
menjadi komunikator maupun komunikan. Contohnya saat dilakukan musyawarah,
ada yang berperan sebagai komunikator dalam menyampaikan ide/materi, ada juga
yang berperan sebagai komunikan dengan memberikan respons berupa pertanyaan,
saran, maupun kritik.

Gambar 5.6 Kegiatan Pemberian Materi dan Tanya Jawab di GenBI Sumsel

Sumber: Arsip GenBI Sumsel

83
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa indikator ini sudah berlangsung di
GenBI Sumsel. Seluruh anggota GenBI Sumsel melakukan komunikasi dua arah,
aktif berkomunikasi satu sama lain, dan saling berbgi informasi dan pendapat. Di
setiap musyawarah dan diskusi, selalu ada sesi untuk saling bertanya maupun
menjawab semua pertanyaan dan saling bertukar pikiran.

B. Memberikan Kepuasan Dalam Penyelesaian Tugas


Pola komunikasi bintang membentuk anggota anggota memiliki rasa
tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan tugas dan ikut berperan aktif pada
seluruh kegiatan GenBI Sumsel. Seperti pada indikator ini, yakni terdapat kepuasan
dalam melaksanakan tugas dalam organisasi. Berikut hasil wawancara dengan
informan I Ursi Muharilasi:

“…..di GenBI Sumsel sendiri kita menciptakan sense of belonging atau rasa
memiliki organisasi. Jadi apapun tugas atau program kerja dilakukan dengan baik,
cepat dan sesuai tujuan bukan sebagai beban dalam diri anggota. Motivasi yang
diberikan tiap anggota juga menimbulkan rasa kepuasan sendiri dalam melakukan
program kerja di GenBI Sumsel. Karena disini kita bukan mencari materi atau apa
ya, tapi berkumpul menciptakan kegiatan yang bermanfaat.”

Dalam wawancara diatas, dijelaskan bahwa kepuasan dalam menyelesaikan


tugas terbentuk karena adanya motivasi atau saling mendukung antara anggota
GenBI Sumsel. Iklim komunikasi yang baik juga sangat berpengaruh untuk
menciptakan kondisi organisasi yang harmonis dan rasa memiliki dalam organisasi
tersebut. Penyelesaian tugas di GenBI Sumsel juga terjadi karena munculnya
kerjasama yang baik antar anggota sehingga program kerja bisa terlaksana sesuai
rencana dan tepat waktu. Rasa saling pengertian juga di tanamkan di organisasi
GenBI Sumsel, berikut adalah hasil wawancara dari informan II Weni Anggraini:

“Ya, Anggota anggota memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk


menyelesaikan tugas-tugas dalam organisasi dan ikut berperan aktif untuk
melakukan seluruh program kerja yang bermanfaat bagi masyarakat melalui
GenBI Sumsel.”

Salah satu hal yang dapat membuat seseorang berkinerja tinggi dalam
berkerja yaitu karena adanya motivasi. Selain motivasi dari individu tiap anggota
organisasi, GenBI Sumsel juga memeberikan penghargaan terhadap beberapa
anggota terbaik. Penghargaan yang berkala selalu ada tiap tahun adalah 6 sampai
10 delegasi terbaik (menurut evaluasi sikap dan kontribusi selama di GenBI

84
Sumsel) akan berkesempatan mengikuti event nasional yakni Leadership Camp
bersama GenBI di seluruh Indonesia. Selain itu, ada juga penghargaan yang dibuat
namun belum diadakan secara rutin seperti nominasi anggota teraktif, anggota
terfavorit, dll. Hal ini seleras dengan yang dikatakan oleh Informan pendukung I
Alif Muhammad:
“Kita sudah menerapkan sistem reward & punishment di GenBI sumsel walaupun
belum terlaksana secara berkala, misalnya ada nominasi anggota teraktif dan ada
juga hadiah untuk diberangkatkan pelatihan kepemimpinan nasional bagi
maksimal10 anggota teraktif. Itu untuk meningkatkan semangat anggota agar
terus aktif di setiap program kerja.”

Gambar 5.7 Pemberian penghargaan ke anggota; delegasi Leadeship Camp Nasional


(kiri) dan beberapa nominasi untuk anggota teraktif (kanan).

Sumber: Instagram @genbi.sumsel

Untuk menambah motivasi dan semangat anggota agar terus aktif dalam
organisasi, di GenBI Sumsel juga diterapkan reward & punishment. Jadi ada
penghargaan untuk anggota teraktif atau anggota yang memiliki kinerja yang
terbaik. Ada juga teguran atau peringatan untuk yang jarang berkontribusi.
Walaupun berlum terlaksana secara berkala, sistem hukuman di GenBI Sumsel
belum terlalu tegas dan sangat jarang terjadi. Kecuali ada beberapa kasus anggota
yang memiliki etika yang buruk dan mencemarkan nama baik organisasi. Kalau
evaluasi keaktifan belum terlalu ditindaklanjuti anggota yang tidak aktif karena
tantangan terbesar bagi GenBI Sumsel adalah kuantitas anggotanya karena

85
berjumlah 100 orang lebih. Maka dari itu, harus membuat organisasi ini memiliki
iklim senyaman mungkin, seperti yang dikemukakan oleh Informan III:

“….mayoritas anggotanya menganggap ini seperti “rumah”, hampir seluruh


kegiatan pasti terlaksana dengan baik dan sesuai rencana. Misalnya nih kalau ada
pembagian tugas pasti anggota akan selesai sebelum deadline yang diberikan.”

Dapat disimpulkan bahwa di dalam organisasi GenBI Sumsel memberikan


kepuasan dalam mengerjakan tugas pada tiap anggotanya. Karena organisasi ini
dianggap sebagai “rumah kedua” oleh para anggotanya jadi selalu semangat
mengerjakan tugas dalam organisasi. Anggotanya dapat saling bekerja sama
sehingga bisa melakukan hasil kerja yang maksimal dan cepat waktu pada setiap
kegiatan.

Tabel 5.8. Model Bintang


Indikator Temuan Analisis
Setiap Anggota Pada organisasi GenBI Sumsel, setiap Komunikasi dua arah atau disebut
Dapat anggota dapat berkomunikasi dengan two ways communication adalah
Berkomunikasi
anggota lainnya, walaupun berbeda proses komunikasi dimana terjadi
Dengan Anggota
Lainnya divisi. Di organisasi GenBI Sumsel, timbal balik (feedback) atau
komunikasi yang dilakukan bersifat respons saat pesan dikirimkan
dua arah, artinya setiap anggota bisa oleh sumber atau pemberi pesan
menjadi komunikator maupun kepada penerima pesan. Anggota
komunikan. Pada setiap momen GenBI Sumsel dapat
diskusi atau musyawarah, selalu ada berkomunikasi dengan anggota
kesempatan untuk berpendapat, lainnya, artinya komunikasi dalam
bertanya dan menjawab, mengkritik organisasi ini berjalan secara
dan menyanggah. Komunikasi bukan efektif. Adanya keterbukaan
hanya dilakukan secara langsung antara seluruh anggota, baik
(tatap muka) tapi juga melalui media sesame anggota maupun anggota
sosial yakni WhatsApp. Tak jarang ke pemimpin, jadi komunikasi
jika keadaan tidak memungkinkan dilakukan secara vertical maupun
untuk bertemu dan rapat, anggota horizontal. Komunikasi dilakukan
GenBI Sumsel melakukan rapat secara menggunakan berbagai media bisa

86
daring. Bisa disimpulkan bahwa bertemu langsung maupun sosial
komunikasi dalam GenBI Sumsel media. Dengan keterbukaan
sebagai berikut: komunikasi antara anggota, akan
• Seluruh anggota bisa menimbulkan hubungan kerja
berkomunikasi satu sama lain yang harmonis, menghindari
• Komunikasi sangat terbuka, semua kemungkinan kecil dari kesalahan
bisa menjadi komunikator maupun komunikasi (miss communication)
komunikan serta memperkecil resiko konflik
• Seluruh anggota memiliki antar anggota.
kesempatan yang sama untuk
berpendapat
Memberikan Indikator kedua dalam model bintang Kepuasan anggota dalam
Kepuasan adalah kepuasan dalam menyelesaikan berkontribusi menjalankan tugas
Dalam tugas, bisa dilihat dari tanggung jawab menjadi faktor utama dalam
Penyelesaian dan integritas dalam melaksanakan meningkatkan motivasi anggota
Tugas seluruh program kerja yang ada pada GenBI Sumsel. Dengan adanya
GenBI Sumsel. Kontribusi yang motivasi yang tinggi, anggota
maksimal oleh seluruh anggota juga akan saling bekerjasama,
sangat berpengaruh dalam semangat dan saling membantu
menyukseskan segala rencana yang dalam kinerja yang totalitas.
ada. Faktor internal sangat Peran internal sangat
berpengaruh dalam membentuk iklim berpengaruh dalam membentuk
organisasi yang baik, seperti saling sikap anggotanya. Maka dari itu,
memberi dukungan dan motivasi antar GenBI Sumsel berusaha
anggota GenBI Sumsel. Selain itu menciptakan iklim organisasi
terdapat sistem reward & punishment yang baik. Untuk meningkatkan
untuk mengapresiasi kinerja anggota semangat anggota, GenBI
yang baik serta untuk memberi Sumsel membuat sistem reward
peringatan kepada anggota yang & punishment, berupa
kurang aktif. Berikut contohnya, penghargaan dan hukuman untuk
reward: anggotanya.
Penghargaan yang diberikan

87
1. Terdapat penghargaan nominasi oleh GenBI Sumsel adalah
anggota teraktif dan terfavorit sebagai bentuk imbalan kepada
(walaupun belum dilaksanakan rutin) para anggotanya yang telah
2. Penghargaan untuk 6 sampai 10 bekerja dengan baik, hal ini
anggota teraktif untuk dikirim ke sesuai dengan apa yang
Leadership Nasional dikatakan oleh Tohardi (2002)
Sedangkan contoh dari punishment: mengatakan bahwa penghargaan
1. Terdapat terguran bagi anggota adalah imbalan yang diberikan
yang tidak aktif untuk memotivasi anggota
2. Akan ada surat peringatan bagi dalam organisasi agar
yang beretika tidak baik produktivitas- nya tinggi.
(merugikan organisasi) Seperti apresiasi untuk anggota
3. Beasiswa akan dicabut pihak bank teraktif dan paling sering
Indonesia jika tidak berkontribusi berkontribusi. Sedangkah
pada kegiatan GenBI dan beretika hukuman yang dimaksud berupa
tidak baik (merugikan organisasi) teguran untuk anggota yang
tidak aktif atau sanksi tegas bagi
anggota yang beretika tidak baik
(merugikan organisasi) berupa
pencabutan status anggota
dalam GenBI Sumsel.
Sumber: Diolah Peneliti Dari Hasil Wawancara

5.2. Hambatan Komunikasi Organisasi Generasi Baru Indonesia Sumatera


Selatan (GenBI Sumsel) Periode 2018-2019
Di dalam setiap proses komunikasi, selalu ada berbagai kendala atau
hambatan. Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau
mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat
mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap
pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang
sesuai.

88
Dalam hal ini, setelah menganalisis tentang pola apa yang digunakan dalam
organisasi GenBI Sumsel, peneliti juga melakukan wawancara kepada informan
tentang apa saja hambatan-hambatan komunikasi organisasi yang terjadi pada
GenBI Sumsel.
1. Jumlah Anggota Yang Banyak
Yang pertama adalah jumlah anggota dalam organisasi. Warren R. Plunkket
& Raymond F. Atner menjelaskan bahwa Number Of People Supervised
(Jumlah Staff Yang Berada Dalam Pengawasan) dapat menjadi hambatan dalam
komunikasi organisasi. Dalam hal ini dijelaskan jika anggota dalam organisasi
kurang dari 12 orang maka komunikasi berjalan baik, tapi sebaliknya bila lebih
dari 12 orang maka komunikasi akan terhambat.
Setiap tahunnya, setidaknya ada 100 mahasiswa penerima beasiswa Bank
Indonesia yang otomatis bergabung dalam organisasi GenBI Sumsel. Dari UIN
ada 50 mahasiswa dan Unsri ada 50 mahasiswa Hal ini selaras dengan yang
dikatakan oleh beberapa informan:

“Hambatan komunikasi organisasi GenBI Sumsel adalah yang pertama,


jumlah anggota yang sangat banyak. Hal ini membuat kita sulit untuk
mengatur atau berkoordinasi dengan seluruh anggota. “(Ursi Muharilasi)

“Hambatan nya ya jumlah anggota yang sangat banyak, kita kan ada 100
orang ya per tahun. 50 dariUnsri, 50 dari UIN. Terkadang sulit untuk
membuat semuanya aktif berkontribusi.” (Weni Anggraini)

“Hambatan yang paling mendasar adalah jumlah anggota GenBI yang


sangat banyak, satu tahun bisa bertambah 100 orang, belum lagi pengurus.”
(Iman Kurniawan)

“Kalau di GenBI ini jumlah anggotanya yang sangat banyak sering menjadi
hambatan komunikasi sih. Jadi harus benar-benar bisa mendekatkan
seluruh anggota, karena kan beda jurusan dan beda kampus juga ya.” (Luh
Siadyani)

Menurut ketiga informan diatas, kuantitas anggota sangat berpengaruh


dalam proses komunikasi organisasi. Semakin banyak anggota, maka semakin sulit
untuk dapat mengatur, bekoordinasi dan berkomunikasi dengan masing-masing
anggota. Semakin banyak anggota, maka semakin banyak masalah komunikasi
yang timbul seperti miss communication, informasi yang kurang valid atau kurang
jelas dan masalah personal lainnya.

89
2. Jarak dan Waktu
Jarak dan Waktu termasuk faktor lingkungan dapat menghambat komunikasi
organisasi. Rismayanti (2018) mengatakan bahwa lingkungan adalah sebuah situasi
yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi yang dipengaruhi oleh 4
faktor yakni Lingkungan Fisik (Jarak), Lingkungan Sosial Budaya, Lingkungan
Psikologis dan Dimensi Waktu.
Seperti yang kita ketahui, organisasi GenBI Sumsel terbagi atas dua universitas
yang berbeda, yakni Universitas Sriwijaya dan UIN Raden Fatah Palembang. Letak
geografis kedua kampus ini juga berbeda, UIN RF berada di kota Palembang,
sedangkan Unsri berada di Palembang dan Indralaya. Tentunya faktor jarak ini
dapat menghambat berjalannya proses komunikasi organisasi seperti yang
dikemukakan oleh beberapa informan;

“Hambatan yang kedua itu jarak ya, karena kan untuk bisa kumpul itu terkadang
susah untuk hadir semua. Karena anak Unsri juga rata-rata tinggalnya di Indralaya.
Jadi terkadang jarak sih yang menjadi hambatan.” (Weni Anggraini)

“Jarak juga menjadi hambatan sih ada yang domisili indralaya kan, jadi ya tidak bisa
hadir kan jadi banyak bahas di Grup WhatsApp.” (Alhadi Saputra)

Menurut informan di atas, perbedaan jarak antar anggota dapat menghambat


komunikasi dalam organisasi, Sehingga ada beberapa anggota yang berhalangan
hadir dalam rapat, pertemuan, atau agenda-agenda yang diselenggarakan. Maka
dari itu, selalu diusahakan untuk melakukan agenda di Palembang dan Indralaya
agar seimbang. Selain jarak, waktu juga menjadi faktor penghambat komunikasi
organisasi. Karena seluruh anggota pastinya memiliki jadwal kegiatan yang
berbeda-beda. Hal ini dikemukakan oleh beberapa informan:

“Hambatan komunikasi yang sering terjadi juga perkara waktu dan jarak sih.
Kadang waktu tidak memungkinkan anggota untuk selalu bertemu atau
berkontribusi pada suatu acara karena kesibukan masing-masing seperti kuliah atau
organisasi lainnya” (Alif Muhammad)

“Terus juga perkara jarak dan waktu ya, alhamdulillah sekarang sudah ada media
sosial sehingga tak sulit jika berhalang hadir untuk diskusi. Walaupun diskusi online
terkadang kurang terlalu efektif.” (Alhadi Saputra)

“Hambatan sih menurut saya jarak dan waktu untuk kumpul ya. Karena misalnya
nentuin jadwal rapat, belum tentu semuanya bisa datang karena ada kesibukan
masing-masing.”(Luh Siadyani)

90
Menurut wawancara dengan beberapa informan, waktu merupakan
hambatan komunikasi organisasi di GenBI Sumsel. Karena tidak semua orang bisa
berpartisipasi pada suatu pertemuan atau acara dalam satu waktu. Mereka memiliki
kesibukan yang berbeda dan jadwal kuliah yang berbeda-beda. Hal inilah yang
menjadikan anggota berhalangan hadir secara langsung, sehingga seringkali diskusi
dilanjutkan secara virtual walau tidak terlalu efektif.

3. Perbedaaan Pendapat
Perbedaan pendapat merupakan faktor penghambat komunikasi organisasi
karena perbedaan persepsi, perbedaan keadaan emosi, perbedaan sudut pandang,
prasangka pribadi maupun perbedaan dalam menyaring informasi (Rismayanti:
2018). Perbedaan pendapat juga menjadi faktor penghambat komunikasi organisasi
di GenBI Sumsel. Seperti yang kita ketahui, anggota GenBI Sumsel berasal dari
kampus dan jurusan yang berbeda-beda. Hal ini yang dikemukakan oleh Informan
V Alma Meiga dan Informan Pendukung 1 Alif Muhammad:

“Hambatan yang paling sering itu adalah perbedaan pendapat ya. Karena beda sudut
pandang dengan yang lainnya. Apalagi GenBI ini kan dari dua universitas yang
berbeda, pastinya sering ditemukan pendapat-pendapat atau ide yang berbeda juga.”
(Alma Meiga)

“Mungkin juga perbedaan latar belakang kampus sama budaya yang berbeda,
maksudnya kan mahasiswa ini datang dari kota atau kabupaten yang berbeda. Latar
belakang aktivitas juga memperngaruhi sih, contohnya ada yang dari organisasi
Lembaga Dakwah, ada yang dari BEM, ada yang dari organisasi keilmiahan,
tentunya awalnya pasti susah untuk menyamakan satu pola pikir di GenBI Sumsel.”
(Alif Muhammad)

Menurut wawancara dengan informan, perbedaan pendapat merupakan hal


yang manusiawi dan sering terjadi dalam organisasi. Hal itu bisa dibangun dengan
menyamakan tujuan dan persepsi tiap anggota. Tentunya, hal ini bisa diminimalisir
dengan berbagai kegiatan keakraban, sehingga terjalin hubungan yang akrab dan
mampu berkoordinasi yang baik sesama anggota. Kegiatan diskusi juga mampu
menyeragamkan ide dengan musyawarah bersama. Selain itu, karakter tiap individu
juga harus diketahui agar bisa beradaptasi dalam organisasi.
Bukan hanya perbedaan pendapat di internal organisasi antar sesama
anggota, hambatan yang sering terjadi juga saat berkomunikasi dengan Pembina

91
atau pihak dari Bank Indonesia. Karena terikat dengan Bank Indonesia terkait
pendanaan, GenBI Sumsel terkadang tidak bebas untuk kreatif dan berinovasi.
Seperti yang dikemukakan dalam hasil wawancara di bawah ini:
“….hambatan komunikasi organisasinya juga sama Pembina BI sih, karena kan kita
100% kegiatannya oleh pake dana selain dana BI, jadi biasnya konsep acara itu
tergantung kesepakatan Pembina di Bank Indonesia. Kita sering dirombak sih kalo
bikin-bikin acara, jadi agak terbatas untuk merealisasikan ide-ide.” (Luh Siadyani)

“……masalah pendanaan ya, karena kita 100% bersumber dari Bank Indonesia,
terkadang ruang kreatif untuk melakukan sesuatu itu tidak bebas. Misalnya kita
sudah merancang suatu acara, itu masih direvisi hingga sesuai standar orang bank
Indonesia, jadi tidak 100% ide kita dapat terealisasikan.” (Ursi Muharilasi)

Menurut hasil wawancara, terkadang terjadi perbedaan pendapat antara ide


yang diajukan GenBI Sumsel dengan pihak Bank Indonesia. Jadi terkadang konsep
yang sudah matang akan direvisi atau dirombak. Sering terjadi perubahan-
perubahan yang mendadak saat sebuah acara berlangsung dan itu sangat
menghambat proses komunikasi organisasi. Misalnya tiba-tiba ada informasi
perubahan waktu, perubahan susunan acara, perubahan tata ruang, dll. Terkadang
perbedaan pendapat dengan pihak Bank Indonesia ini bisa menghambat jalannya
suatu acara. Hal ini yang membuat anggota GenBI harus selalu siap dengan segala
perubahan yang terjadi.
Berdasarkan hasil pemaparan diatas, telah ditemukan tiga hambatan
komunikasi yang paling mendasar di Organisasi GenBI Sumsel yang pertama
adalah jumlah anggota yang banyak, karena di organisasi ini terdapat 100 lebih
anggota. Yang kedua adalah jarak & waktu karena domisili anggota ada yang di
Palembang & Indralaya, jadwal kegiatan juga berbeda-beda sehingga dua hal ini
menghambat untuk saling berkomunikasi secara langsung. Yang terakhir adalah
perbedaan pendapat karena latar belakang atau pola pikir yang berbeda antar
anggota, serta perbedaan pendapat pula antara anggota GenBI Sumsel dan
Pembina dari Bank Indonesia.

92
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Komunikasi dalam sebuah organisasi menentukan bagaimana hubungan
antara anggota organisasi agar visi & misi organisasi bisa terlaksana dengan baik.
Dalam setiap organisasi, tentunya memiliki cara atau pola komunikasi yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan sikap yang dibentuk dalam organisasi
tersebut. Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada pola komunikasi yang
terjadi antara ketua dan anggota organisasi.
Dalam pola komunikasi organisasi terdapat lima Pola Komunikasi yaitu
Pola Komunikasi Model Rantai, Model Roda, Model Lingkaran, Model Bintang
dan Model Huruf Y. Dalam suatu organisasi, biasanya bisa menggunakan satu pola
komunikasi organisasi atau lebih. Berikut analisis tiap-tiap Pola Komunikasi
Organisasi:
1.Model Roda, GenBI Sumsel tidak menganut model ini karena komunikasinya
tidak terfokus pada satu orang pemimpin. Serta anggota bukan hanya bisa
berkomunikasi ke ketua, karena seluruh anggota organisasi bisa berkomunikasi satu
sama lain.
2. Model Lingkaran, GenBI Sumsel tidak menganut model ini karena selalu
melibatkan pemimpin dalam berkomunikasi, pemimpin memiliki wewenang
tertinggi dalam berkomunikasi yakni untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
setelah musyawarah. Selain itu, pada organisasi ini juga tidak cenderung lambat
dalam menyelesaikan masalah.
3. Model Rantai, GenBI Sumsel tidak menganut model ini karena komunikasi
organisasinya tidak menganut garis langsung atau komando. Suasana organisasi
juga tidak kaku dengan bahasa yang formal. Serta pesannya disampaikan secara
serentak, tidak berantai dan jarang terjadi penyampain pesan yang tidak akurat.
4. Model Huruf Y, GenBI Sumsel menganut pola ini karena terbagi atas divisi-divisi
dan penyampaian informasi ke ketua maupun anggota begitu juga sebaliknya
menggunakan perantara posisi yang ditengah (kepala divisi).

93
5. Model Bintang, GenBI Sumsel menganut pola ini karena semua anggota bisa
berkomunikasi dengan media apapun tanpa hambatan. Selain itu, terdapat juga
kepuasan dalam penyelesaian tugas karena terdapat sistem reward & punishment.

6.2 Temuan Penelitian


Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat temuan pola komunikasi
organisasi yang terdapat di GenBI Sumsel periode 2018-2019 yakni Model Huruf
Y dan Model Bintang.
1. Model Huruf Y, karena dalam organisasi GenBI Sumsel strukrur organisasi yang
ada seperti yang tergambar di Pola Y, yakni terdapat ketua divisi yang berada
diposisi tengah. Ketua divisi tersebut memiliki jabatan yang lebih tinggi di atasnya,
yakni ketua umum dan memiliki jabatan yang lebih rendah dibawahnya yakni
anggota divisi.
Penyampaian keputusan tiap divisi juga melalui perantara posisi yang berada di
tengah. Saat rapat pembuatan acara divisi, anggota divisi bersama ketua divisi
mengadakan rapat. Kemudian hasil rapat tersebut disampaikan oleh perwakilan
divisi (ketua divisi) kepada ketua umum. Begitu juga ketika ketua umum
mengadakan rapat bersama ketua inti, hasil rapat tersebut diinformasikan masing-
masing ketua divisi ke anggotanya. Jadi hubungan antara ketua dan anggota tidak
secara langsung, melainkan melalui perantara posisi di tengah (ketua divisi) dalam
hal alur pembuatan acara divisi. Contoh lain juga jika ada diskusi atau infomasi
yang disampaikan pihak Bank Indonesia, tidak seluruh anggota harus datang,
melainkan perwakilan GenBI Sumsel (ketua umum) lalu diteruskan ke anggota
lainnya.
2. Model Bintang, karena dalam organisasi GenBI Sumsel komunikasi bersifat dua
arah, artinya selalu ada umpan balik dalam setiap komunikasi. Komunikasi GenBI
Sumsel bersifat terbuka, semua anggota bisa menjadi komunikator maupun
komunikan. Komunikasi bisa dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung tanpa adanya hambatan atau batasan. Setiap anggota bisa berkomunikasi
dengan sesama divisi, berbeda divisi atau bahkan ke jabatan yang lebih tinggi. Di
GenBI Sumsel juga mementingkan musyawarah dan diskusi bersama, jadi semua
anggota bisa bertukar pikiran untuk menyampaikan ide atau pikirannya.

94
Selain itu, terdapat kepuasan anggota untuk menjalankan tugasnya, seperti terdapat
kerjasama dan koordinasi yang baik antar anggota. Terdapat juga reward&
punishment berupa penghargaan bagi anggota yang aktif berkontribusi dan
peringatan bagi anggota yang kurang aktif atau memiliki etika yang kurang baik.
Contoh reward yang paling diidamkan oleh anggota GenBI Sumsel adalah menjadi
delegasi nasional Leadership Camp. Dan contoh punishment seperti surat
peringatan, pemcabutan beasiswa ataupun pemberhentian anggota.
Selain itu, peneliti juga menemukan berbagai hambatan komunikasi organisasi yang
terjadi di GenBI Sumsel:
1. Jumlah Anggota yang Banyak, hal ini menjadi hambatan karena sulitnya
berkomunikasi dan bekoordinasi dengan anggota GenBI Sumsel yang memiliki
anggota 100 lebih.
2. Jarak & Waktu, hal ini juga menjadi hambatan komunikasi organisasi karena
anggota GenBI Sumsel berada dalam domisili yang berbeda yakni Palembang &
Indralaya. Jadwal kegiatan atau kesibukan masing-masing juga berbeda sehingga
menghambat untuk berkomunikasi secara langsung face to face.
3. Perbedaan Pendapat, hal ini yang paling sering terjadi karena perbedaan latar
belakang dan pola pikir tiap anggota. Selain itu, sering juga terjadi perbedaan
pendapat antara pihak GenBI Sumsel dan Pembina dari Bank Indonesia.

6.3. Saran
Berdasarkan uraian hasil penelitian serta pembahasan tentang Pola Komunikasi
Organisasi GenBI Sumsel periode 2018-2019, maka peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut :
1. Tantangan terbesar dari organisasi GenBI Sumsel adalah kuantitas anggota yang
besar, maka dari itu diharapkan ketua umum mampu memperbanyak kegiatan
yang mengakrabkan anggota.
2. Agar komunikasi organisasi bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya, bukan
hanya memerlukan cara komunikasi yang baik, diharapkan ketua umum mampu
mengenali karakteristik personal masing-masing anggotanya.
3. Untuk anggota, diharapkan aktif berkontribusi dalam menyampaikan ide ataupun
pendapat, serta ikut dalam berbagai kegiatan sosial bermanfaat di GenBI Sumsel.

95
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2011. Sosiologi Komunikasi (5th ed.). Jakarta: Kencana Predana
Media.

Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi (Kedua). Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Kamus Komunikasi. Bandung: PT. Mandar Maju.

Hardajana, Andre. 2016. Komunikasi Organisasi: Strategi dan Kompetensi.


Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Littlejhon, Stephen W., dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.

Masmuh, Abdullah. 2010. Komunikasi Organisasi Dalam Prespektif Teori dan


Praktek. Malang: UMM Press.

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Muhammad, A. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurhadi, Fachrul Zikri. 2017. Teori Komunikasi Kontemporer. Depok: Kencana


Prenamedia Group.

Nurjaman, K., & Umam, K. 2012. Komunikasi & Public Relations (1st ed.).

96
Bandung: Pustaka Setia.

Pace, W. R., & Faules, D. F. 2015. Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan


Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, S .2009. Iklim Komunikasi Organisasi dan Pembentukan Budaya.


Jakarta: PT. Fortune Indonesia.

Rahmat, Jalaludin. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Robbins, S., & Timothy A. Judge. 2012. Organizational Behaviour (Vol. 66). New
Jersey: Prentice Hall.

Romli, Khomsarial. 2011. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo.

Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus. Depok: Raja
Grafindo Persada.

Ruliana, Poopy. & Lestari, Puji. 2019. Teori Komunikasi. Depok: Raja Grafindo
Persada.

Sugiyono, P. D. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Widjaja, A.W. 2010. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.


Jakarta: Bumi Aksara.

Wirawan. 2008. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Jurnal/ Skripsi:

Altamira, M. B. (2015). Komunikasi Organisasi Dalam Pembentukan Budaya


Organisasi (Studi Nilai Budaya Organisasi I’ve Care Pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia). Depok: Universitas Indonesia. Diakses
pada 5 November 2019.

Darussalam.Murti, Rara Ayu Mulia dkk. (2017).Komunikasi Organisasi PT. PLN


(Persero) Area Bandung Dalam Kegiatan Code Of Conduct. Universitas
Telkom: Bandung. Diakses 7 Januari 2020.

97
Irawan, Buyung. 2019. Pola Komunikasi Dalam Kaderisasi Anggota Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palembang Darussalam. Palembang:
Universitas Sriwijaya. Diakses pada 15 Desember 2019.

Kusumawati, T. I. 2016. Komunikasi Verbal Dan Nonverbal. VI(2), 145. Medan:


Universitas Islam Negeri Sumatra Utara. Diakses pada 5 Novermber 2019

Setiawansyah, Ade Putra. 2017. Pola Komunikasi Komunitas Madridista Banda


Aceh Dalam Melakukan Kegiatan Sosial. Banda Aceh: Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry. Diakses pada 15 November 2019.

Sudrajat, Maulisa 2014. Pola Komunikasi Organisasi Lembaga Kemanusiaan


Nasional Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. Diakses pada 7 Januari 2020.

Website:

Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. KBBI Daring.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Diakses pada 5 November 2019 pukul 19:45
WIB.

Generasi Baru Indonesia. 2019. Beasiswa Bank Indonesia.


https://genbi.id/beasiswa-bank-indonesia . Diakses pada 6 November 2019
pukul 20.00 WIB.

98
LAMPIRAN

99
100
101
102
103
INSTRUMEN PENELITIAN

PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Ursi Muharilasi
Umur : 23 Tahun
Jabatan : Ketua Umum
No HP : 085266707670
Waktu Wawancara : 15 Februari 2020 (pukul 15.00 WIB)

Pewawancara (P) Informan (I)


Halo kak,naurah akan mewawancarai Iya dek, boleh silahkan. Kakak jawab sebisa
kakak untuk menemukan pola kakak ya.
komunikasi apa saja yang diterapkan
GenBI Sumsel. Apakah kakak
bersedia?
Saya akan mewawancarai kakak Oke siap.
selaku ketua umum GenBI Sumsel ya
kak.
Model Roda:
Menurut kakak di organisasi GenBI Tidak. Karena memang dalam suatu
ini terpusat pada satu orang pemimpin organisasi pemimpin yang memiliki peran
ga kak? Dalam hal menentukan dalam mengambil keputusan. Jadi setiap hal
instruksi kerja dan perintah. harus didiskusikan dengan ketua dan
pengurus. Tapi tidak terpusat hanya depan
keputusan atau pendapat ketua saja, harus
berdasarkan kesepatan bersama walaupun
hasil akhir kesepakan memang bergantung
kepada keputusan ketua. Disini pemimpin

104
menurut saya menjadi leader atau seseorang
yang berperan menentukan sesuatu dari
beberapa opsi yang dicanangkan oleh
anggotanya. Kalau misalnya apa-apa terpusat
di ketua, berarti bersifat otoriter.

Apakah setiap anggota hanya dapat Tidak tepat sih, disini kita hubungannya
berhubungan dengan pimpinannya sangat terbuka ya jadi anggota bisa
(up&down communication) kak, berkomunikasi sesama anggota, dan anggota
begitu juga sebaliknya? juga bisa berkomunikasi dengan ketua atau
sebaliknya. Karena kan GenBI ini komunitas
ya bukan organisasi formal. Jadi semuanya
tuh bahu membahu saling berkoordinasi,
tidak hanya terpusat di satu tujuan pemimpin
Model Lingkaran:
Apakah dalam menyelesaikan Iya, pasti hanya beberapa orang yang
masalah hanya terjadi diskusi pada berwenang saja. Karena di GenBI ini
beberapa orang saja? sebenarnya jarang ya ada masalah yang besar,
biasanya hanya masalah keaktifan anggota
saja jadi itu mudah diatasi. Anggota GenBI ini
kan banyak, jika semua dilibatkan maka akan
makin banyak pendapat yang bervariasi
sehingga masalah akan sulit terpecahkan.
Sementara kita menghindari masalah yang
susah untuk diatasi, kita selalu ingin segala
masalah itu simpel dan mudah, agar tidak
rumit. Jadi biasanya masalah didiskusikan
pada pengurus inti saja.

Apakah di GenBI seringkali tidak


Pemimpin itu pasti selalu ada ya. Ga mungkin
melibatkan pemimpin dalam
kit aga melibatkan ketua atau pemimpin. Pasti
organisasi?
dalam segala aspek kita harus ada ketua.

105
Contohnya saja ketika membuat acara pasti
ada Ketua Pelaksana atau Ketua Panitia.
Ketua atau pemimpin itu ibaratkan kepala ya
kalau dalam tubuh. Jadi kalau tubuh kita tanpa
kepala pasti kita tak bisa mengetahui arah
kemana akan melaju kan. Nah percuma saja
misalnya seluruh anggota aktif
berkomunikasi, tapa ketua tidak bisa
menentukan keputusan dan mencari jalan
tengah permasalahan.
Model Rantai
Menurut kakak sistem komunikasi di Komunikasi di GenBI tidak kaku kok, karena
GenBI Sumsel masih kaku ga kak? disini kita bukan organisasi formal dan saling
mengenal ya. Kita juga rata-rata seumuran,
jadi menghindari komunikasi atau suasana
yang cenderung kaku.

Apa sering terjadi miss Pasti pernah terjadi, tapi tak terlalu sering sih.
communication kak dalam organisasi Biasanya miss communication itu terjadi
ini? kepada individua tau oknum yang kurang
sepaham ya, atau tidak satu tujuan. Tapi tidak
banyak kok. Contohnya dalam hal kegiatan,
misalnya sudah terkonsep, tapi dia ingin
melakukan cara lain dari pada cara yang
sudah disepakati.

Kak, apakah di GenBI Sumsel Kurang tepat sih, karena komando menurut
menganut komunikasi garis langsung artinya kan harus sesuai instruksi atau aba-aba
(komando)? ketua ya. Tapi di GenBI ini kita selalu
berdasarkan keputusan bersama melalui
diskusi, tidak terfokus arahan satu atau dua
orang ya. Anggotanya bebas berkreasi dan

106
berinovasi sesuai kreatifitas masing-masing,
asal kegiatan atau program kerja yang
dilakukan itu bermanfaat untuk masyarakat.
Model Y
Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel GenBI kalau dalam koordinasi pasti
bersifat disentralisasi kak? komunikasinya kita tekankan untuk
menerapkan desentralisasi. Komunikasi yang
disentralisasi ini sangat baik untuk dilakukan
ya. Agar alur koordinasi bisa terjadi secara
hirarki. Memang di GenBI kita organisasinya
santai ya,gaada batasan antara ketua dan
anggota tapi kita juga pengen sistem yang
rapi. Karena dulu banyak terjadi masalah ,
seperti kejadian tabrakan tanggal acara, ada
divisi yang menyelenggarakan acara
sementara ketuanya tidak tahu, dll. Tidak ada
alur koordinasi. Walaupun kita bebas bekreasi
tapi sebaiknya harus saling berkabar.
Misalnya divisi Pendidikan di Universitas
Sriwijaya ingin mengadakan seminar, ketua
divisi Pendidikan GenBI Sumsel harus tau
kapan, dimana dan konsep acaranya seperti
apa, kemudian diteruskan di ketua agar ketua
umum mengetahui juga. Walaupum semua
program kerja itu tanggung jawab masing-
masing tapi jika ada kesalahan atau masalah
semua pasti tanggung jawab ketua dan
pengurus inti.

Dalam GenBI Sumsel ini jika ingin Dalam menjalankan program kerja, biasanya
berkomunikasi apakah bisa secara informasi disampaikan secara perantara sih.
langsung kak antar individu, atau Laporan ke ketua umum hanya diwakilkan

107
harus melalui pertantara (individu lewat Ketua divisi masing-masing, begitu
lain) ? juga sebaliknya Ketua divisi jika ada masalah
langsung bekoordinasi sendiri ke ketua. Jadi
anggota bebas rapat atau diskusi menentukan
ide, selanjutnya ide tersebut diteruskan oleh
Kepala Divisi untuk disetujui Ketua Umum,
itu sih alurnya kalau yang perlu pakai
perantara. Karena anggota kan banyak dan
sudah dipilih ketua tiap divisinya, jadi ketua
divisi itu yang mewakilkan seluruh anggota
untuk bekoordinasi ke ketua umum.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Iya, kita pasti dua arah jadi ada feed & back
komunikasinya dua arah kak di setiap komunikasi. Di GenBI kita
maksudnya setiap anggota dapat menerapkan komunikasi yang timbal balik,
berkomunikasi dengan anggota staf saling aktif bertanya dan menjawab, bahkan
lain? mengkritik untuk yang lebih baik serta saling
memberi informasi. Jadi setiap anggota
memiliki hak untuk berbicara.

Apakah di dalam organisasi GenBI Sebenarnya ini yang paling diharapkan dalam
Sumsel dapat menyelesaikan tugas/ sebuah organisasi, jadi anggotanya bisa aktif
program kerja secara cepat dan dan kreatif dalam menemukan ide dan
sesusai rencana? membuat suatu program kerja. Di GenBI
Sumsel kita berusaha untuk mengenal dulu
setiap anggota, karena organisasi ini kan
kendalanya anggotanya sangat banyak. Jadi
sebisa mungkin dari saya ketua bisa kenal
semua anggota. Kemudian itulah yang bisa
membuat anggota nyaman dan semangat, jadi
suka ga suka, mau gamau, kalau udah nyaman

108
sama organisasi pasti akan aktif dan tugasnya
akan cepat terlaksana sesuai rencana.
Menurut kak Ursi, Apa sih hambatan Hambatan komunikasi organisasi GenBI
komunikasi organisasi yang sering Sumsel adalah yang pertama, jumlah anggota
terjadi pada organisasi GenBI yang sangat banyak. Hal ini membuat kita
Sumsel? sulit untuk mengatur atau berkoordinasi
dengan seluruh anggota. Yang Kedua adalah
anggota GenBI Sumsel ini masuk secara
otomatis setelah terpilih menjadi penerima
beasiswa Bank Indonesia. Berbeda dengan
organisasi atau komunitas di kampus yang
anggotanya memang sengaja untuk mendaftar
melalui open recruitmen. Banyak anggota
GenBI yang tidak berkontribusi secara
maksimal, karena tujuan awal bukan mau ikut
organisasinya tapi hanya ingin mendaftar
beasiswanya. Yang ketiga adalah masalah
pendanaan ya, karena kita 100% bersumber
dari Bank Indonesia, terkadang ruang kreatif
untuk melakukan sesuatu itu tidak bebas.
Misalnya kita sudah merancang suatu acara,
itu masih direvisi hingga sesuai standar orang
bank Indonesia, jadi tidak 100% ide kita dapat
terealisasikan.
Bagaimana sih cara GenBI Sumsel Kalo soal keanggotaan, ada divisi sendiri
dalam mengatasi hambatan-hambatan yang berusaha melakukan pengembangan
komunikasi organisasi? serta pendekatan ke anggota yaitu divisi
PPSDM. Jadi divisi PPSDM berusaha
membantu untuk memantau anggota mana
yang aktif mana yang tidak aktif. PPSDM
juga membantu untuk membuat iklim
organisasi yang baik, mencoba untuk dekat

109
dengan seluruh anggota agar komunikasi
organisasi mampu terlaksana dengan baik.
Kalau soal pendanaan, kita tidak boleh
menggunakan sponsor dari luar. Maka dari
itu, harus menyampaikan ide atau konsep se
bagus, se detail mungkin dengan sasaran dan
tujuan yang jelas juga. Dengan dibantu
evaluasi tiap acara, pastinya kita sudah
mengetahui secara jelas standar dari bank
Indonesia seperti apa jadi lebih mudah
dipersiapkan.
Nah kak, sekian dari Naurah. Mohon Iya sama-sama dek, kalau ada yang kurang
maaf apabila ada kesalahan ya. jelas bisa japri aja ya.
Terimakasih atas waktu dan
bantuannya kak.

110
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Weni Anggraini
Umur : 22 Tahun
Jabatan : Sekretaris Umum
No HP : 085368999236
Waktu Wawancara : 15 Februari 2020 / 16.00 WIB

Pewawancara (P) Informan (I)


Selamat sore kak, Naurah ingin Sore, boleh Naurah,akan kakak bantu jawab
mewawancarai kakak untuk laporan pertanyaan wawancaranya.
skripsi tentang Pola Komunikasi
Organisasi GenBI Sumsel, apakah
kakak bersedia?
Saya akan menganalisis lima model Oke, baiklah dek… bisa dimulai sekarang.
komunikasi organisasi kak. Nanti Insyaallah kakak bantu jawab semampunya
bakal disimpulkan organisasi ini ya, sepengalaman kakak di GenBI Sumsel
menggunakan pola komunikasi yang
mana aja.
Model Roda:
Yang akan saya tanyakan ke kakak, Kalo menurut kakak, tidak tepat karena model
apakah kepengawasan di GenBI roda tadi pengertiannya semua hal dalam
terpusat pada satu orang kakak? organisasi terpusat pada satu orang.
Sementara di GenBI ini tidak tergantung
pendapat pemimpin atau ketua untuk
mengambil keputusan sendiri, pasti apa-apa
kita harus berdiskusi. Misalnya pada
pengurus inti masih ada yang kurang setuju,

111
itu masih harus dicari jalan tengah untuk
mencapai kesepakatan bersama. Apapun yang
tertinggi memang keputusan ketua atau
pemimpin, namun untuk menentukan
keputusan itu harus dari kesepakatan bersama
pengurus inti lainnya, tidak memutuskan
sendiri.

Jadi semua laporan, instruksi, perintah Iya tidak, jadi kita tetap harus koordinir satu
kerja di GenBI Sumsel tidak hanya sama lain. Misalnya tiap divisi kan beda-beda
terpusat pada satu orang yang program kerja dan kebutuhanya, itu bisa
memimpin? didiskusikan di perngurus inti, ketua umum
dan tiap kepala divisi. Jadi tidak terpusat di
satu instruksi menyesuaikan kebutuhan dan
keadaan masing-masing.

Nah kak di GenBI Sumsel ini Tidak tepat sih, karena di GenBI Sumsel kita
menganut sistem komunikasi up and komunikasi ga cuma dari atas ke bawah.
down, yakni salah satu anggota hanya bawah ke atas ya. Komunikasinya disini
dapat berkomunikasi dengan sangat terbuka, jadi tiap anggota bisa saling
pemimpin begitu juga sebaliknya? komunikasi sesama anggota, begitu juga ke
pengurus inti. Misal di rapat, tiap anggota
divisi saling komunikasi bertukar ide untuk
sebuah program kerja. Nah mereka bisa
langsung membahas itu bersama sesama
anggota lalu dibahas juga dengan pengurus
inti. Jadi memang sangat terbuka sih, siapa
saja bisa berkomunikasi satu sama lain.
Model Lingkaran:
Nah kak, komunikasi di GenBI Kalau ribet sih engga ya, tapi kita
Sumsel ini ribet ga, maksudnya komunikasinya lebih ke struktural aja.
memerlukan waktu yang lama ga? Maksudnya saling tau dan saling koordinasi.

112
Misalnya GenBI dari Universitas Sriwijaya
akan mengadakan acara, otomatis ketua
umum dan pengurus inti harus tau, begitu juga
dari UIN RF harus saling tau. Supaya kalau
ada apa-apa bisa saling bantu. Jangan sampai
ya satu organisasi itu ga saling kenal dan ga
saling tau, saling acuh apalagi kalo dalam
program kerja. Kalau komunikasi
memerlukan waktu yang lama juga engga ya,
karena kita fleksibel aja dalam organisasi, ga
harus bicara secara langsung, bisa dari
whatsapp. GenBI Sumsel kan isinya
mahasiswa semuanya ya jadi santai gitu ga
lama dan ribet, beda kalo Lembaga formal
kayak kampus yang kalo apa-apa harus
disposisi secara bertingkat kan dari bawah ke
atas (pimpinan), di kita ga gitu kok asal saling
berkabar dan koordinasi aja.

Apakah dalam menyelesaikan Tergantung urgensi masalahnya, sih.


masalah hanya terjadi diskusi pada Biasanya kalau masalahnya tidak besar,
beberapa orang saja? hanya didiskusikan atau diselesaiakan antar
pengurus inti saja. Tapi jika masalahnya itu
melibatkan pihak luar dan seluruh anggota
sumsel, baru itu didiskusikan kepada banyak
orang. Tapi jarang sih ada masalah yang
besar-besar banget, jadi biasanya
permasalahan masalah itu bisa teratasi dengan
cepat, ga ribet banyak diskusi.

113
Apakah di GenBI seringkali tidak Kalau di GenBI Sumsel, tidak pernah ada
melibatkan pemimpin dalam suatu hal yang tidak diketuai. Pasti ada
organisasi? pemimpin dalam hal apapun, misalnya
kepengurusan, ketua divisi, ketua
pelaksanaan acara. Karena emang budaya
organisasi di GenBI selalu melibatkan ketua,
menurut kakak tidak aka nada titik tengah
atau jalan tengah dalam diskusi kalau tidak
ada yang memimpin
Model Rantai
Kak, apakah di GenBI Sumsel Engga sih, karena kalau komando kan suatu
menganut komunikasi garis langsung anggota hanya menerima pesan dari satu
(komando)? atasan atau ketua. Jadi komunikasi hanya
secara vertical atas ke bawah, atau bawah ke
atas. Kalau di GenBI kita komunikasinya
menyeluruh ya, semua anggota bisa
berkomunikasi dalam semua momen diskusi.

Menurut kakak sistem komunikasi di Sebenarnya sangat gampang dan fleksibel sih
GenBI Sumsel masih kaku ga kak? secara umum, ga kaku. Kalau tetap serius ya
harus serius. Tapi ada beberapa individu sih
yang pribadinya agak kaku karena susah
bergaul, kalau secara organisasinya sangat
fleksibel. Bahkan sangking longgarnya,
kadang dianggap remeh maksudnya
keseriusan dalam komunikasi sedikit
berkurang. Kadang saat serius itu ga kayak
serius karena komunikasi terlalu fleksibel dan
santai.

114
Apa sering terjadi miss Sebenernya sering sih, pasti dalam organisasi
communication kak dalam organisasi ada miss communication. Misal kalo di
ini? sekretariat soal pendataan, inventaris,
peminjaman alat, surat masuk-surat keluar itu
sering ada masalah sih gara-gara ada yang
tidak saling lapor atau berkabar. Sering juga
ada acara yang bertabrakan di satu tanggal
karena adanya miss communication.
Model Y
Kalau misalnya di GenBI Sumsel ini Tegantung sih, misalnya di situasi informal
jika ingin berkomunikasi apakah bisa (kumpul sebagai teman bukan rekan
secara langsung kak antar individu, organisasi) pasti bisa tanpa perantara ya. Tapi
atau harus melalui pertantara kalau dalam proses organisasi, terkadang juga
(individu lain) ? melalui perantara. Misalnya ada ketetapan
atau keputusan yang dihasilkan oleh Ketua
Umum, maka akan diteruskan ke Kepala
Divisi masing-masing, jadi ketua umum tidak
secara langsung memberikan informasi ke
anggota, melainkan melalui kepala divisi
terkait. Organisasi kita juga berhubungan
dengan bank Indonesia kan, nah itu juga
hanya ketua umum dan perwakilan ketua dari
Unsri dan UIN RF saja yang berkomunikasi
atau berdiskusi kepada Pembina di BI,
sehingga anggota hanya dapat meunggu kabar
saja tidak ikut berkomunikasi juga, Tapi
dalam berdiskusi atau musyawarah, tidak
harus ada perantara, bisa berkomunikasi
langsung.

Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel Kalau seperti yang naurah jelaskan tadi, iya
bersifat disentralisasi kak? kita menganut disentralisasi atau dipusatkan

115
di satu orang sebagai penyampai informasi.
Misalnya, dalam suatu divisi contohnya divisi
Pendidikan. Divisi tersebut memiliki struktur
Divisi Pendidikan Sumsel, Divisi Pendidikan
Unsri dan UIN serta anggota di tiap
universitas. Kepala Divisi Pendidikan tiap
Universitas berperan sebagai pusat informasi
antara pengurus inti GenBI Sumsel ke
anggota tiap divisi. Jadi kebijakan dari
pengurus inti ke tiap anggota di universitas
dipusatkan ke tiap Kepala divisi masing-
masing. Sehingga terkadang adanya
keterbatasan dalam komunikasi, karena
anggota tidak berkomunikasi langsung ke
pengurus inti melainkan mendapatkan kabar/
informasi dari jabatan yang lebih tinggi.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Ya tentu, kita menerapkan komunikasi dua
komunikasinya dua arah kak arah dalam setiap hal apapun. Jadi semua
maksudnya setiap anggota dapat anggota bisa saling bertukar ide, bertanya
berkomunikasi dengan anggota staf maupun menyanggah atau mengkritik
lain? sesuatu. Pasti setiap program kerja kita
melakukan evaluasi untuk lebih baik dan
semua orang bisa bersuara dalam forum
apapun. Komunikasi dilakukan baik secara
langsung maupun di sosial media, kita
menggunakan Whats App.

Apakah di dalam organisasi GenBI Ya, Anggota anggota memiliki rasa tanggung
Sumsel anggotanya mendapat jawab bersama untuk menyelesaikan tugas-
kepuasan sehingga dapat tugas dalam organisasi dan ikut berperan aktif
untuk melakukan seluruh program kerja yang

116
menyelesaikan tugas/ program kerja bermanfaat bagi masyarakat melalui GenBI
secara cepat? Sumsel. Kita sudah menerapkan sistem
reward & punishment di GenBI sumsel
walaupun belum terlaksana secara berkala,
misalnya ada nominasi anggota teraktif dan
ada juga hadiah untuk diberangkatkan
pelatihan kepemimpinan nasional bagi 10
anggota teraktif. Itu untuk meningkatkan
semangat anggota agar terus aktif di setiap
program kerja. Bagi yang jarang
berkontribusi sebenarnya bisa dicabut
beasiswanya dari Bank Indonesia, namun di
Sumsel belum terlaksana, jarang sekali
anggota yang dicabut beasiswa walaupun
tidak aktif. Walau demikian, antar anggota
GenBI Sumsel bersama menciptakan rasa
Kerjasama, menciptakan rasa memiliki,
Sehingga setiap tugas atau program kerja
terlaksana dengan cepat, tepat waktu dan puas
dengan hasil bersama.
Apasih hambatan komunikasi Hambatan nya ya jumlah anggota yang sangat
organisasi yang sering terjadi di banyak, kita kan ada 100 orang ya per tahun.
GenBI Sumsel? 50 dariUnsri, 50 dari UIN. Terkadang sulit
untuk membuat semuanya aktif berkontribusi.
Hambatan yang kedua itu jarak ya, karena kan
untuk bisa kumpul itu terkadang susah untuk
hadir semua. Karena anak Unsri juga rata-rata
tinggalnya di Indralaya. Jadi terkadang jarak
sih yang menjadi hambatan.
Apalagi kegiatan Unsri kadang kita
selenggarakan di Indralaya, terkadang anak-

117
anak yang di Palembang itu sulit untuk
bergabung.
Terus juga miss communication sering
ditemukan sih, karena komunikasi antar
anggota ke ketua umum, begitu juga
sebaliknya kan menggunakan perantara
melalui ketua divisi. Nah, terkadang ada miss
informasi, misalnya informasi yang
disampaikan kurang detail atau informasinya
tidak tepat waktu gitu.
Solusi untuk memecahkan hambatan Kalo masalah kuantitas anggota, itu hal yang
komunikasi organisasi apasih kak?? sulit ya. Walaupun ada PPSDM yang
mengaturnya, masih tidak bisa berjalan
maksimal sih. Jadi semua anggota harus
bekerja sama-sama untuk merangkul semua
anggota. Terkadang, yang jarang datang itu
merasa organisasi ini “asing” atau tidak ada
teman dekat yang hadir juga. Pendekatan
dalam organisasi memang penting sih.
Kalau masalah jarak, sedang diusahakan
untuk adil ya, maksudnya ga seluruh kegiatan
itu di Palembang. Jadi ada beberapa kegiatan
yang diselenggarakan di Indralaya bukan
semuanya di Palembang. Karena kan anak
Unsri domisilinya di Indralaya.
Baiklah kak mungkin itu saja yang Iya sama-sama dek, kalau ada yang kurang
Naurah tanya kak, terimakasih banyak boleh via telpon aja ya. Senang membantu,
ya kak nanti kalau ada yang belum semangat skripsinya.
jelas boleh saya hubungin lagi ya.

118
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Alhadi Saputra
Umur : 22 Tahun
Jabatan : Ketua Divisi Pendidikan
No HP : 089633368228
Waktu Wawancara : 13 Februari 2020 (pukul 19.00 WIB)

Pewawancara (P) Informan (I)


Selamat malam kak,ini ka khadi ya? Iya boleh naurah, kebetulan kakak sudah lama
Boleh minta bantuannya kak Naurah disini sekitar 3 tahun jadi semoga jawaban
mau mewawancarai seputar pola kakak bisa membantu, ya.
komunikasi organisasi GenBI Sumsel.
Saya akan menganalisis lima model Boleh naurah, silahkan dimulai
komunikasi organisasi kak. Nanti kita wawancaranya.
simpulkan pola apa yang diterapkan di
GenBI Sumsel
Model Roda:
Kak apakah semua laporan, instruksi, Tidak tepat sih karena di setiap program kerja
perintah kerja di GenBI Sumsel hanya atau hal dalam organisasi pasti kita diskusikan
terpusat pada satu orang yang bersama walaupun kadang tidak semua bisa
memimpin? hadir dalam rapat atau forum. Seperti
penentuan ketua umum, penentuan peraturan
organisasi, penentuan program kerja selama
satu tahun ke depan, evaluasi kegiatan dan
kinerja anggota sampai rapat mengenai
laporan pertanggung jawaban. Tiap divisi
juga selalu mengadakan rapat masing-masing.
Semua orang bisa berpendapat dan

119
menyampaikan ide terbaik, hanya saja jika
tidak hadir maka akan dianggap akan setuju
dengan segala keputusan yang ditetapkan saat
rapat.

Nah kak di GenBI Sumel ini apakah Tidak tepat sih karena di GenBI koordinasi
salah satu anggota hanya dapat seluruh adalah no.1 jadi komunikasi antar
berkomunikasi dengan pemimpin anggota diharapkan terjalin dengan erat
begitu juga sebaliknya? begitu juga antara anggota dan pemimpin atau
ketua.
Model Lingkaran:
Apakah di GenBI seringkali tidak Tentumya tidak pernah ya, karena pemimpin
melibatkan pemimpin dalam merupakan sesuatu yang vital dalam
organisasi? organisasi. Jadi apapun itu harus ada
koordinator, organisasi akan terombang-
ambing jika tidak ada seorang leader.

Bagaimana sih kak cara GenBI dalam Tentunya jika ada problem internal, pasti kita
menyelesaikan masalah? selesaikan dengan diskusi dan kekeluargaan.
Jadi di GenBI Sumsel ini jika ada masalah
biasanya ga dibawa ribet. Dan jarang juga
terjadi masalah yang besar, palingan hanya
perbedaan pendapat.

Nah kak, sistem komunikasi di Engga juga sih karena kita berkomunikasi
GenBI Sumsel ini memerlukan waktu secara langsung maupun tidak langsung
yang lama ga? melalui media sosial. Jadi kita ada grupWA
untuk seluruh anggota. Jika ada keluhan atau
saran bisa langsung laporan atau koordinasi di
grup tersebut.
Model Rantai

120
Apa sering terjadi miss Kalau hal ini pasti sering terjadi di semua
communication kak dalam organisasi tempat sih, jadi merupakan hal yang wajar
ini? jika komunikasinya kurang lancar. Tapi
bukan masalah yang terlalu besar.

Kak, apakah di GenBI Sumsel Engga juga sih karena kita bukan fokus pada
menganut komunikasi garis langsung satu komando ketua atau pemimpin. Jadi
(komando)? setiap instruksi atau pembagian tugas itu
tergantung divisi masing-masing. Biasanya
berbeda sistem tiap divisi, karena berbeda
juga kebutuhannya.

Menurut kakak sistem komunikasi di Engga kaku sih, karena kita bukan organisasi
GenBI Sumsel masih kaku ga kak? formal ya. Jadi saling pengertian dan tidak
terpaku oleh banyak aturan dan tuntutan
tertentu.
Model Y
Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel Sebenarnya walaupun pola komunikasi di
bersifat disentralisasi kak? GenBI sangat terbuka, kita juga masih
menganut hirarki atau struktural ya. Misalnya
tiap tiap pengeluaran dalam program kerja
harus dilaporkan oleh kepala divisi ke
bendahara, evaluasi keaktifan anggota harus
dilaporkan ke PSDM, pembuatan surat
menyurat harus dikoordinasikan ke sekretaris.
Jadi memang menganut desentralisasi seperti
pola Y yang Naurah jelaskan. Kepala divisi
melaporakan apa yang didiskusikan bersama
anggotanya kepada jabatan diatasnya. Jadi
posisi kepala divisi berada di tengah-tengah
sebagai jembatan komunikasi anggota kepada
jabatan struktural yang paling tinggi.

121
Kalau misalnya di GenBI Sumsel ini Walaupun komunikasinya sangat terbuka tapi
jika ingin berkomunikasi apakah bisa masih juga perlu perantara, ini berlangsung
secara langsung kak antar individu, sesuai jabatan sih. Misalnya anggota tidak
atau harus melalui pertantara bertanggung jawab atas laporan pelaksanaan
(individu lain)? program kerja, hal itu akan diurus oleh Kepala
Divisi kepada ketua umum, walaupun
anggota terlibat dalam suatu program kerja
tersebut.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Sifat komunikasi di GenBI Sumsel sangat
komunikasinya dua arah kak terbuka, tidak ada sekat. Setiap orang bisa
maksudnya setiap anggota dapat berkomunikasi satu sama lain walau berbeda
berkomunikasi dengan anggota lain? divisi. GenBI Sumsel ini komunitas yang
diibaratkan sebagai rumah, jadi sangat dekat
hubungannya. Dam di GenBI ini juga pada
dasarnya tiap divisi mengerjakan prokernya
masing-masing, tapi tak menutup
kemungkinan membantu divisi lain jika
kekurangan sumber daya manusia. Jadi
fleksibel itu sih komunikasi dan sistem
kerjanya.

Apakah di dalam organisasi GenBI Sebenarnya masalah menyelesaikan tugas,


Sumsel anggotanya mendapat maksudnya jadi anggota aktif di program
kepuasan sehingga dapat kerja GenBI ini tergantung individu masing-
menyelesaikan tugas/ program kerja masing sih. Karena organisasi ini status
secara cepat? anggotanya otomatis, tidak ada rekrutmen
karena ketika lulus beasiswa otomatis jadi
bagian GenBI. Ada beberapa yang senang
karena mendapat organisasi baru, ada juga
yang mengesampingkan GenBI karena bukan
prioritas. Sayangnya, sistem reward &

122
punishment di GenBI belum diberlakukan
secara berkala jadi ada beberapa oknum yang
menghilang begitu saja. Tapi karena
mayoritas anggotanya menganggap ini seperti
“rumah”, hampir seluruh kegiatan pasti
terlaksana dengan baik dan sesuai rencana.
Misalnya nih kalau ada pembagian tugas pasti
anggota akan selesai sebelum deadline yang
ditentukan. Dan ada beberapa anggota juga
yang mengambil peran lebih sebagai MC,
talent, dsb.
Apa sih kak hambatan komunikasi Hambatan sih menurut saya jarak dan waktu
organisasi dalam organisasi GenBI untuk kumpul ya. Karena misalnya nentuin
Sumsel? jadwal rapat, belum tentu semuanya bisa
datang karena ada kesibukan masing-masing.
Jarak juga sih ada yang domisili indralaya
kan, jadi ya tidak bisa hadir kan jadi banyak
bahas di Grup WhatsApp.
Gimana sih kak ngatasin hambatan Kita sih fleksibel aja yah, jadi yang bisa hadir
komunikasi organisasi yang ada di kita tetap adakan pertemuan. Namun yang
GenBI Sumsel? tidak bisa hadir disarankan untuk
menyampaikan ide atau saran melalui chat.
Sekian ya kak terimakasih atas Iya sama-sama silahkan hubungi lagi aja.
waktunya. Kalau ada pertanyaan
boleh saya kontak lagi ya.

123
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Iman Kurniawan
Umur : 22 Tahun
Jabatan : Anggota
No HP :
Waktu Wawancara : 23 Maret 2020 (17.00 WIB)

Pewawancara (P) Informan (I)


Halo kak apakabar? Naurah mau Alhamdulillah baik, Nau. Boleh nau tanya-
minta bantuannya buat penelitian tanya aja kalo soal GenBI.
skripsi tentang GenBI kak. Apakah
kakak bersedia jadi narasumber?
Model Roda:
Apakah di GenBI Sumsel ini Tidak terpusat sih, karena di GenBI ini kita
kepemimpinannya terpusat pada satu memprioritaskan untuk “bekerja sama-sama”.
orang pemimpin? Jadi organisasi ini bukan hanya milik satu
orang, tapi milik bersama. Semua orang
berhak untuk dilibatkan dan berpendapat. Jadi
kakak kurang setuju kalo hanya pemimpin
menjadi fokus perhatian.

Nah di GenBI Sumsel ini apakah salah Engga, di GenBI Semuanya bisa
satu anggota hanya dapat berkomunikasi satu sama lain. Malah
berkomunikasi dengan pemimpin sebenarnya angota diwajibkan untuk saling
begitu juga sebaliknya? akrab dan mengenal, jadi kalau ada kgiatan
mudah untuk mengkoordinirnya. Gaada
perbedaan ya antara perlakuan anggota atau

124
jabatan yang lebih tinggi. Jabatan itu Cuma
struktural ga memperngaruhi gaya
komunikasinya, bebas aja sih.
Model Lingkaran:
Apakah di GenBI seringkali tidak Enga sih pasti melibatkan ketua ya, walaupun
melibatkan pemimpin dalam semua anggota memiliki hak yang sama untuk
organisasi? berkomunikasi, tapi tetap keputusan tertinggi
itu ditetapkan oleh ketua. Ketu aitu menjadi
kepala sekaligus menjadi penengah dalam
perbedaan pendapat di sebuah organisasi.

Bagaimana sih kak cara GenBI dalam Kita memprioritaskan dengan cara
menyelesaikan masalah? kekeluargaan sih, jadi kalau bisa masalah
kecil jangan dibesar-besarkan. Kalau ada
kesalahan sedikit jangan dibawa dendam,
harap dimaklumin aja dan jangan dibawa
perasaan juga. Kalau ada masalah yang
berhubungan etika buruk, baru kita tindak
secara tegas. Ada juga pemberentian anggota
karena dia merugikan nama baik organisasi.

Nah kak, sistem komunikasi di Engga, karena kita organisasi informal ya, ga
GenBI Sumsel ini memerlukan waktu kayak kantoran atau Lembaga formal yang
yang lama ga? komunikasi ke atasan perlu disposisi atau
harus melewati berbagai proses untuk
menyampaikan pesan.
Karena kita semua mahasiswa jadi
komunikasi organisasi juga enjoy layaknya
usia seumuran ya, tapi tetap tujuan organisasi
harus kita wujudkan.

125
Model Rantai
Menurut kak sistem komunikasi di Sama sekali tidak kaku, karena organisasi kan
GenBI Sumsel masih kaku ga? ibarat tempat belajar kedua setelah kampus
ya. Jadi kalau di kampus sangat serius, di
GenBI juga sangat serius nanti anggotanya
sungkan untuk kesini. Jadi ya dibuat se santai
mungkin tapi harus tetap kejer target proker.

Apa sering terjadi miss Sering sih tapi ga terlalu menghambat


communication kak dalam organisasi organisasi ya. Kalau ada kesalahan pasti
ini? semua anggota berusaha untuk saling backup
dan saling ngingetin satu sama lain.

Apakah di GenBI Sumsel menganut Engga ya, karena kita selalu pake
komunikasi garis langsung masyawarah kecuali situasinya bener-bener
(komando)? urgen dan perlu jawaban cepet. Pasti semua
hal di GenBI mempertimbangkan pendapat
anggota, bukan ketua saja.
Model Y
Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel Walaupun tiap anggota bisa berkomunikasi
bersifat disentralisasi ? dengan siapa saja, tapi kita sistemnya masih
disentralisasi kok. Jadi kayak model Y yang
naurah jelaskan tadi ya, ada ketua divisi
posisinya yang ditengah-tengah, diatas kepala
divisi itu ada ketua umum dan jajarannya.
Sedangkan di bawah kepala divisi ada
anggota tiap divisi. Nah ketua divisi itulah
yang menjadi penghubung atau pemberi
informasi dari anggota (bawah) ke ketua
(atas) begitu juga sebaliknya.

126
Apakah komunikasi di GenBI Sumsel Karena anggotanya banyak, jadi masih
ini bisa secara langsung kak antar memerlukan perantara di beberapa momen.
individu, atau harus melalui pertantara Karena ga mungkin kan 100 orang semuanya
(individu lain)? harus rapat terus. Jadi alurnya rapat dengan
kelompok kecil tiap divisi, setelah itu masing-
masing kepala divisi menjadi perantara untuk
dibahas dengan ketua umum dan pengurus
inti. Hasil dr rapat tersebut, disampaikan
ketua umum yang menjadi perwakilan GenBI
Sumsel untuk dilaporkan kepada Pembina
organisasi GenBI Sumsel, yakni dari pihak
Bank Indonesia.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Iya dua arah, jadi setiap sesi diskusi
komunikasinya dua arah kak diharapkan untuk saling respon satu sama
maksudnya setiap anggota dapat lain. Komunikasi yang aktif sangat
berkomunikasi dengan anggota lain? mempengaruhi bagaimana koordinasi dengan
baik ya. Jadi harus selalu berkabar dalam
melakukan atau menentukan sesuatu. Semua
anggota bebas kok berkomunikasi dgn yang
lain walau beda divisi.

Apakah di dalam organisasi GenBI Iya sih, kita harap semuanya bisa dengan
Sumsel anggotanya mendapat ikhlas ya dalam mengerjakan tugas sebaik
kepuasan sehingga dapat mungkin. Karena ini bukan organisasi profit
menyelesaikan tugas/ program kerja ya jadi gaada keuntungan secara materi kalau
secara cepat? berhasil melaksanakan proker. Di GenBI
Sumsel kita berlatih untuk menjadi pribadi
yang memiliki kepemimpinan tinggi,
kerjasaama yang baik, menambah
pengalaman, memperbanyak skill dan
memperkuat jaringan pertemanan. Agar anak-

127
anak GenBI ini mentalnya memang siap
untuk kerja dimanapun nanti. Kalo reward
dari organisasi pasti ada pemilihan anggota
terbaik ya dan memberikan kesempatan
delegasi terbaik untuk ikut acara
kepemimpinan nasional atau leadership camp
nasional.
Apakah dalam organisasi GenBI Tidak terlalu sering sih… karena komunikasi
Sumsel sering terjadi hambatan dalam sekarang tidak hanya bisa melalui face to face,
komunikasi kak? biasa melalui WhatsApp. Hambatannya sih
paling lebih ke personal ya, misalnya
perbedaan persepsi.
Apa saja sih kak hambatan Hambatan yang paling mendasar adalah
komunikasi organisasi di GenBI jumlah anggota GenBI yang sangat banyak,
Sumsel? satu tahun bisa bertambah 100 orang, belum
lagi pengurus. Kalau media komunikasi, tidak
ada hambatan karena sekarang bisa diskusi
melalui online.
Hambatan komunikasi organisasi yang lain
sih karena di GenBI ini dibagi tiap divisi
masing-masing, yang membuat anggota
hanya fokus pada divisinya. Misalnya nih,
divisi Pendidikan membuat acara, anggota
hadir hanya dari divisi Pendidikan, dikit
sekali divisi lain yang hadir.
Selain itu, karena komunikasi antar anggota-
ketua umum itu melalui perantara ketua
divisi, terkadang ada penyampaian informasi
yang kurang lengkap dan tidak tepat waktu.
Sering juga ketua divisi kelupaan untuk
memberikan informasi dari ketua umum.

128
Bagaimana cara menanggulangi Cara yang paling optimal sih sering
hambatan komunikasi organisasi mengadakan kegiatan internal ya, disamping
GenBI Sumsel kak? fokus pada kegiatan eksternal yang
bermanfaat untuk masyarakat luas, kondisi
atau suasana organisasi yang baik antar
anggota juga harus dibangun. Karena kita
jumlahnya banyak, itu sih tantangan di
orgnisasi ini.

Makasih banyak ya kakatas waktunya, Iya sama-sama Nau.


nanti aku hubungi lagi ya kak

129
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Alma Megia
Umur : 22 Tahun
Jabatan : Anggota
No HP :
Waktu Wawancara : 25 Maret 2020 (16.00 WIB)

Pewawancara (P) Informan (I)


Halo Kak Alma, Naurah Mau izin Boleh dek silahkan kakak bantu…
untuk penelitian skripsi kak…
mengenai GenBI Sumsel
Model Roda:
Apakah di GenBI Sumsel ini Tidak. Karena dalam organisasi ini terdapat
kepemimpinannya terpusat pada satu struktur kepengurusan dimana seluruh
orang pemimpin? anggota & pengurus memiliki hak yang sama
untuk memutuskan suatu kebijakan bagi
oragnisasi tersebut. Oleh karena itu selalu
diadakan musyawarah dalam setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.agar pemimpin tidak
menjadi satu-satunya pengambil kebijakan.

Nah di GenBI Sumsel ini apakah salah Tidak. Karena disini kita punya kebebesan
satu anggota hanya dapat untuk dapat berbicara satu sama lain.
berkomunikasi dengan pemimpin
begitu juga sebaliknya?

Model Lingkaran:

130
Apakah di GenBI seringkali tidak Tidak. Karena pemimpin tetap menjadi
melibatkan pemimpin dalam otoritas untuk memutuskan suatu kebijakan.
organisasi? Jadi walaupun seluruh anggotanya bisa
memberi rekomendasi ide atau pendapat,
keputusan tertinggi tetap berada di pemimpin.

Bagaimana sih kak cara GenBI dalam Tentunya secara kekeluargaan ya, kalau ada
menyelesaikan masalah? masalah pasti dibahasnya tidak ke seluruh
anggota, hanya pengurus dan yang terlibat
saja.

Nah kak, sistem komunikasi di Engga kok, apalagi sekarang udah cangih ya
GenBI Sumsel ini memerlukan waktu jadi bisa pakai WA atau langsung telpon.
yang lama ga?
Model Rantai
Menurut kk sistem komunikasi di Sama sekali ga kaku, kita tetap fokus ngerjain
GenBI Sumsel masih kaku ga? proker dengan profesional tapi kalo hubungan
antar anggota kita kayak temen aja ya. Jadi ga
ada kaku atau canggung.

Apa sering terjadi miss Tentunya sering ya, tapi itu bukan masalah
communication kak dalam organisasi yang besar kok. Bukan sesuatu yang harus
ini? diperdebatkan sampai bertengkar. Jadi kalau
ada yang salah dalam menyampaikan suatu
hal, langsung ditegur atau diberi tahu.

Apakah di GenBI Sumsel menganut Engga yak arena kita bukan kayak militer atau
komunikasi garis langsung tantara, jadi dalam melakukan sesuatu ga
(komando)? harus sesuai aba-aba ketua melainkan
dipertimbangkan sama-sama.

Model Y

131
Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel Kalau masalah komunikasi biasa sehari-hari
bersifat disentralisasi? bebas aja sih. Tapi kalau penyampaian
informasi disentralisasi pasti ya. Misalnya
kalau rapat divisi cukup anggota divisi saja,
setelah itu Ketua Divisi baru menyampaikan
ke atas. Begitu juga jika rapat dengan penurus
inti, Ketua Divisi dan ketua umum saja, baru
disampaikan ke Anggota Divisi.

Apakah komunikasi di GenBI Sumsel Sebenarnya ga perlu perantara ya kalu sehari-


ini bisa secara langsung kak antar hari, tapi missal berkenanan dengan pihak BI,
individu, atau harus melalui pertantara barulah hanya ketua umum saja yang
(individu lain)? mewakili. Jadi seluruh ide anggota di
tamping, kemudian disampaikan ke ketua
umum kepada pihak BI.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Pastinya dua arah ya, karena ada yang
komunikasinya dua arah kak bertanya dan menjawab dalam setiap diskusi.
maksudnya setiap anggota dapat Selalu ada respons tiap komunikasi baik itu
berkomunikasi dengan anggota lain? secara langsung maupun secara media sosial.
Anggota harus aktif dalam berkomunikasi.

Apakah di dalam organisasi GenBI Di GenBI kan sifatnya volunteer ya jadi ga


Sumsel anggotanya mendapat dapet materi, kalo ke kepuasan lebih ke
kepuasan sehingga dapat atmosfer yang dibuat senyaman mungkin dan
menyelesaikan tugas/ program kerja tentunya kita selalu membuat kegiatan
secara cepat? bermanfaat jadi anggota semangat untuk
berkontribusi.
Di Organisasi GenBI Sumsel, apakah Tidak terlalu sering sih, biasanya hanya
sering ada hambatan dalam hambatan-hambatan kecil seperti perbedaan
berkomunikasi kak? pendapat.

132
Apa saja sih kak hambatan Hambatan yang paling sering itu adalah
komunikasi organisasi di GenBI perbedaan pendapat ya. Karena beda sudut
Sumsel? pandang dengan yang lainnya. Apalagi GenBI
ini kan dari dua universitas yang berbeda,
pastinya sering ditemukan pendapat-pendapat
atau ide yang berbeda juga.
Bagaimana sih kak cara mengatasi Mudah sih, karena di organisasi GenBI selalu
hambatan komunikasi organisasi? berdasarkan pada suara terbanyak dan
musyawarah terkadang perbedaan pendapat
bukanlah masalah yang terlalu besar. Jadi
semuanya bisa didiskusikan atas keputusan
bersama.
Cukup pertanyaan kak, Makasih Iya nau sama-sama
banyak ya kak atas bantuannya

133
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Alif Muhammad
Umur : 20 Tahun
Jabatan : Anggota
No HP : 085155415858
Waktu Wawancara : 23 Februari 2020

Pewawancara (P) Informan (I)


Halo alif, naurah mau wawancara Alif Iya, boleh silahkan nau.
selaku anggota GenBI Sumsel untuk
laporan skripsi. Apakah bersedia?
Jadi judul penelitian Naurah tentang Oke, aku jawab semampunya ya nau.
Pola Komunikasi organisasi GenBI
Sumsel lip, mohon bantuannya ya.
Model Roda:
Alif apakah semua laporan, instruksi, Tidak sih, pasti adanya diskusi dalam
perintah kerja di GenBI Sumsel hanya penentuan instruksi dan sebagainya. Tapi
terpusat pada satu orang yang yang disayangkan jika misalnya saya tidak
memimpin? bisa hadir rapat, maka sering anggota
dianggap setuju atau bersedia dengan
pembagian tugas yang diberikan. Jadi tinggal
menuruti instruksi teman-teman yang datang
saat membahas suatu hal.

Nah di GenBI Sumsel ini apakah salah Tidak sih, disini komunikasi bebas karena kita
satu anggota hanya dapat komunitas penggerak aktivitas sosial ya, jadi
berkomunikasi dengan pemimpin jauh dari kata formal. Jadi kayak temen yang
begitu juga sebaliknya? nge project bareng kalo di GenBI Sumsel ini.

134
Semuanya bisa ngobrol bukan hanya
persoalan organisasi, tapi juga bisa di luar
konteks itu.
Model Lingkaran:
Apakah di GenBI seringkali tidak Pasti melibatkan ketua ya, karena ketua itu
melibatkan pemimpin dalam sangat penting dalam sebuah organisasi.
organisasi? Ketua juga bisa mempengaruhi kinerja
anggota ya baik atau buruk. Bisa saya bilang
“kunci organisasi” ya dari ketuanya yang
seperti apa.

Bagaimana sih kak cara GenBI dalam Di GenBI jika ada masalah tidak ribet dan
menyelesaikan masalah? menjalar ke banyak orang sih, jadi masalah
harus diselesaikan oleh masing-masing
individu secara cepat. Nah kalo dalam
penyelesaian masalah cukup ketua dan
pengurus inti saja yang mengambil keputusan,
tidak melibatkan seluruh anggota. Kecuali
masalah tersebut membutuhkan voting atau
suara yang banyak.

Nah kak, sistem komunikasi di Nah kalo soal itu, tergantung si penyampai
GenBI Sumsel ini memerlukan waktu informasi sih. Jadi terkadang ada beberapa
yang lama ga? orang yang sudah mendapatkan informasi nih
missal dari pihak BI atau dari ketua umum tapi
dia belum menyebarkan ke seluruh anggota.
Kalo proses komunikasi ga ribet dan lama ya,
sekarang kan zaman sudah canggih jadi bisa
langsung lapor di grup.

Model Rantai

135
Menurut Alif sistem komunikasi di Tidak kaku, semua anggota melebur bersama
GenBI Sumsel masih kaku ga? pengurus. Instruksi awal emang harus bisa
membaur seluruh anggota organisasi.

Apa sering terjadi miss Sering sih pasti kalau ini. Pasti dalam sebuah
communication lip dalam organisasi organisasi akan ada perbedaan persepsi tiap
ini? anggotanya. Tapi tidak seluruh waktu terjadi
pesan yang tidak akurat sih.

Apakah di GenBI Sumsel menganut Tidak sih karena kita di organisasi GenBI
komunikasi garis langsung Sumsel ini tidak harus bekerja sesuai arahan
(komando)? ketua umum, tapi menyesuaikan tujuan dan
kebutuhan program kerja tiap divisi. Memang
pada awal bergabung ada arahan langsung
dari ketua umum, tapi itu seperti pengenalan
saja tentang peraturan di organisasi ini seperti
apa. Ketua umum tidak setiap waktu
memberikan arahan dan mengatur apa saja
yang harus dilakukan anggota, melainkan
mengawasi tiap kegiatan dan bertanggung
jawab atas organisasi. Anggota bersikap
fleksibel sih sesuai kondisi dan situasi di
lapangan.
Model Y
Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel Kalau melihat pola Y yang naurah jelaskan
bersifat disentralisasi ? tadi, terkadang di GenBI itu komunikasinya
bersifat disentralisasi atau terpusat tapi tidak
dominan. Sebagai contoh, GenBI kan
dibawah naungan bank Indonesia tapi tidak
secara struktural organisasi, Bank Indonesia
hanya sebagai Pembina tapi yang
bertanggung jawab penuh atas pendanaan

136
GenBI Sumsel. Nah, untuk masalah
koordinasi dengan pihak Bank Indonesia
biasanya tidak sembarangan, dalam artian
hanya terpusat di ketua umum saja. Lalu ketua
umum menyampaikan informasi dari BI ke
seluruh anggota.Jadi tidak seluruh anggota
terlibat dalam pengambilan keputusan
bersama pihak BI.

Apakah komunikasi di GenBI Sumsel Sebenarnya komunikasi biasa sih ga harus ada
ini bisa secara langsung Alip antar perantara ya misalnya saat rapat atau forum.
individu, atau harus melalui pertantara Tapi ada suatu kondisi yang mengharuskan
(individu lain)? adanya perantara untuk menjadi komunikator.
Bisa kita sebut perwakilan dan jabatannya
berada di tengah-tengah, tidak yang paling
tinggi tapi bukan juga yang terendah.
Contohnya Kepala Divisi, dia masih punya
atasan yakni ketua umum dan punya bawahan
berupa beberapa anggota. Nah tugasnya
kepala divisi ini sebagai perwakilan divisi
masing-masing untuk menyampaikan
informasi ke anggota kepada ketua umum.
Contoh lain kepala divisi bertanggung jawab
atas penyampaian laporan pertanggung
jawaban (LPJ) kegiatan kepada ketua dan
anggota. Kepala Divisi juga sebagai jembatan
informasi jika ada kritik atau saran dari
anggota yang disampaikan ke ketua umum.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Komunikasi di GenBI Sumsel sudah sangat
komunikasinya dua arah kak terbuka dalam organisasi. saya rasa dua arah
karena bersifat saling bertukar pendapat

137
maksudnya setiap anggota dapat ataupun saling berkomunikasi layaknya
berkomunikasi dengan anggota lain? organisasi biasa tidak ada senioritas ataupun
kekangan dalam organisasi ini.

Apakah di dalam organisasi GenBI Sebenarnya sih iya, karena di GenBI Sumsel
Sumsel anggotanya mendapat sendiri kita menciptakan sense of belonging
kepuasan sehingga dapat atau rasa memiliki organisasi. Jadi apapun
menyelesaikan tugas/ program kerja tugas atau program kerja dilakukan dengan
secara cepat? baik, cepat dan sesuai tujuan bukan sebagai
beban dalam diri anggota. Motivasi yang
diberikan tiap anggota juga menimbulkan rasa
kepuasan sendiri dalam melakukan program
kerja di GenBI Sumsel. Karena disini kita
bukan mencari materi atau apa ya, tapi
berkumpul menciptakan kegiatan yang
bermanfaat serta sebagai wadah melatih
softskill sih.
Apakah ada hambatan komunikasi Hambatan yang utama itu jumlah anggota ya,
organisasi dalam GenBI Sumsel? karena terlalu banyak jadi susah untuk
mengkoordinasinya satu-satu. Mungkin juga
perbedaan latar belakang kampus sama
budaya yang berbeda, maksudnya kan
mahasiswa ini datang dari kota atau
kabupaten yang berbeda. Latar belakang
aktivitas juga memperngaruhi sih, contohnya
ada yang dari organisasi Lembaga Dakwah,
ada yang dari BEM, ada yang dari organisasi
keilmiahan, tentunya awalnya pasti susah
untuk menyamakan satu pola pikir di GenBI
Sumsel.
Hambatan komunikasi yang sering terjadi
juga perkara waktu dan jarak sih. Kadang

138
waktu tidak memungkinkan anggota untuk
selalu bertemu atau berkontribusi pada suatu
acara karena kesibukan masing-masing
seperti kuliah atau organisasi lainnya.
Bagaimana solusi untuk mengurangi Solusinya ya harus perbanyak pertemuan
kendala komunikasi organisasi di antar anggota sih, sehingga bisa dekat. Bukan
GenBI Sumsel? hanya kepentingan organisasi tapi bisa
berteman baik kedepannya.
Terus juga perkara jarak dan waktu ya,
alhamdulillah sekarang sudah ada media
sosial sehingga tak sulit jika berhalang hadir
untuk diskusi. Walaupun diskusi online
terkadang kurang terlalu efektif.
Mungkin itu dulu ya lip Oke nau sama-sama, senang bisa membantu.
wawancaranya, terimakasih sudah
menjawab ya. Nanti aku boleh
hubungin ya kalau kurang jelas

139
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi : Pola Komunikasi Organisasi Generasi Baru
Indonesia Sumatera Selatan (GenBI Sumsel)
Periode 2018-2019
Nama : Luh Siadyani
Umur : 21 Tahun
Jabatan : Anggota
No HP :
Waktu Wawancara : 25 Februari 2020 (17.00 WIB)
Tempat Wawancara : KFC Kambang Iwak

Pewawancara (P) Informan (I)


Halo luh, mohon bantuannya ya saya Iya, boleh silahkan nau dimulai
mau wawancara kamu sebagai wawancaranya
anggota GenBI Sumsel untuk
menemukan pola komunikasi
organisasi pada organisasi ini.
Model Roda:
Apakah di GenBI Sumsel ini Engga sih karena menurut saya di GenBI
kepemimpinannya terpusat pada satu Sumsel ini tidak hanya terpusat pada satu
orang pemimpin? pemimpin. Karena di setiap bagian pasti ada
yang menjadi ketua yang dibagi tiap-tiap
divisi. Di tiap universitas juga ada masing-
masing ketua yang mengkoordinir. Jadi tidak
terpusat di satu pemimpin. Misalnya dalam
suatu program kerja, ketua divisi juga bisa
langsung mendelegasikan anggotanya untuk
pembagian kerja, tidak berfokus pada arahan
ketua umum itu contohnya.

140
Nah di GenBI Sumsel ini apakah salah Tidak sih disini semua orang punya hak dan
satu anggota hanya dapat wewenang yang sama dalam berkomunikasi
berkomunikasi dengan pemimpin ke siapapun.
begitu juga sebaliknya?

Model Lingkaran:
Apakah di GenBI seringkali tidak Tidak sih, karena pasti dalam hal apapun kita
melibatkan pemimpin dalam butuh sosok pemimpin ya. Di GenBI Sumsel
organisasi? saya belum menemukan adanya kekosongan
koordinator. Karena kegiatan ga mungkin
jalan kalau ga ada ketuanya sih.

Bagaimana sih kak cara GenBI dalam Diselesaikan secara internal kak, jadi kalau
menyelesaikan masalah? ada masalah paling cuman pengurus dan yang
terlibat saja yang menyelesaikan. Kecuali
masalah tersebut berpengaruh ke banyak
orang.

Nah kak, sistem komunikasi di GenBI Engga sih, karena komunikasi bisa dilakukan
Sumsel ini memerlukan waktu yang secara cepat, ga ada tahapan-tahapan yang
lama ga? mengatur ya, karena sangat dinamis.
Model Rantai
Menurut Luh sistem komunikasi di Kalau dalam internal organisasi engga kaku
GenBI Sumsel masih kaku ga? sih. Kita kayak bertemanan aja, ga senioritas
atau formal disini.

Apa sering terjadi miss Di setiap organisasi pasti pernah ya terjadi ini,
communication Luh dalam organisasi timbul karena pesan yang kurang akurat atau
ini? persepsi oranng yang berbeda.

141
Apakah di GenBI Sumsel menganut Sebenarnya dalam internal organisasi ga
komunikasi garis langsung komando ya, karena setiap kepala divisi
(komando)? punya instruksi masing-masing untuk
anggotanya dan fleksibel menyesuaikan
kebutuhan dan keadaan. Tapi disisi lain kita
bisa dibilang komando saat berhubungan
dengan pihak BI, karena hampir seluruh
kegiatan GenBI Sumsel itu didanai dengan
Bank Indonesia. Nah, walaupun kita sudah
ngelist kegiatan apa aja yang akan dilakuin,
itu masih harus dipilih dulu sama pihak BI
mana yang boleh dilakukan atau tidak. Tapi
kalo dalam internal organisasi di luar
Pembina, kita ga komando kok karena apa-
apa pasti berlandaskan musyawarah mufakat
dan mempertimbangkan banyak pendapat
anggota.
Model Y
Apakah Komunikasi di GenBI Sumsel Desentralisasi ini lebih ke saat fungsional
bersifat disentralisasi ? jabatan sih. Misalnya pada rapat kerja
tahunan, ketika Kepala Divisi sudah
berkomunikasi untuk diskusi program kerja
dengan anggota, Kepala Divisi tersebut
menyampaikan apa saja hasil diskusi ke
jabatan yang lebih tinggi. Jadi anggota tidak
dapat andil dalam hal itu. Kepala tiap divisi
selalu menjadi perwakilan atau perantara
anggota untuk menyampaikan hasil diskusi
anggota ke jabatan yang lebih tinggi.
Walaupun terkesan santai, tapi GenBI
melakukan struktural yang rapi kok,

142
maksudnya menjalankan fungsional sesuai
jabatan dengan baik.

Apakah komunikasi di GenBI Sumsel Sebenernya yang menggunakan perantara itu


ini bisa secara langsung Luh antar bukan hubungan antar anggota ya. Tapi
individu, atau harus melalui pertantara hubungan antara Pembina GenBI Sumsel dan
(individu lain)? anggota. Pembina ga pernah mendiskusikan
sesuatu ke sembarang orang, pasti ke ketua
GenBI. Dan ya walaupun di GenBI kita bebas
menyampaikan ide, ga semua ide kita bisa
terealisasi sih karena kita kan di setiap
kegiatan menggunakan dana dari BI. Jadi
tergantung persetujuan Pembina.
Model Bintang
Apakah di GenBI Sumsel sistem Iya sih dua arah karena komunikasi di GenBI
komunikasinya dua arah kak Sumsel sangat terbuka, tidak ada batasan
maksudnya setiap anggota dapat ingin berkomunikasi kepada siapa. Saya
berkomunikasi dengan anggota lain? katakana dua arah juga karena disini semua
orang bisa bertanya maupun menjawab. Jadi
interaksi memang aktif ke segala pihak.

Apakah di dalam organisasi GenBI Sebenarnya kepuasaan menjalankan tugas itu


Sumsel anggotanya mendapat terjadi apabila anggota saling merangkul sih.
kepuasan sehingga dapat Nah di GenBI Sumsel ini saya lihat sangat
menyelesaikan tugas/ program kerja merangkul ya, maksudnya ya kita selalu
secara cepat? welcome dengan siapa saja yang mau
berpartisipasi dan tidak harus mewajibkan
anggota harus datang terus. Disisi lain kondisi
yang kayak gini bisa membuat iklim
organisasinya jadi baik ya karena tidak terlalu
memaksakan. Tapi disisi lain juga banyak
yang menyepelehkan dan tidak mau hadir

143
dalam setiap acara. Tapi mayoritas anggota
yang saya temui sih punya perasaan lebih ya,
maksudnya mengganggap GenBI Sumsel ini
adalah rumah bagi mereka jadi apa aja
kegiatan yang dilakuin pasti sesuai deadline
dan dikerjakan dengan maksimal sih.
Luh, apakah ada kendala komunikasi Ada, namun tidak terlalu sering. Contohnya
organisasi dalam GenBI Sumsel? ya dalam penyampaian informasi. Sering ada
miss communication sih misalnya informasih
yang dadakan atau informasi yang kurang
detail.
Kalau di GenBI ini jumlah anggotanya yang
sangat banyak sering menjadi hambatan
komunikasi sih. Jadi harus benar-benar bisa
mendekatkan seluruh anggota, karena kan
beda jurusan dan beda kampus juga ya.
Terus juga hambatan komunikasi
organisasinya juga sama Pembina BI sih,
karena kan kita 100% kegiatannya oleh pake
dana selain dana BI, jadi biasnya konsep acara
itu tergantung kesepakatan Pembina di Bank
Indonesia. Kita sering dirombak sih kalo
bikin-bikin acara, jadi agak terbatas untuk
merealisasikan ide-ide.
Apasih kak saran kakak untuk Biasanya ya kita selalu evaluasi mengenai
memininimalisir kendala atau situasi organisasi, apa saja kendalanya. Bukan
hambatan komunikasi di GenBI Cuma kendala dalam komunikasi, kemudian
Sumsel? solusinya kita cari bersama. Misalnya nih ya,
kalo mau rapat, tapi anggota selalu dikit, kita
pasti adain solusi kayak rapat online. Atau
misalnya anak layo jarang dateng, pasti kita
adain juga kegiatan di layo.

144
Hambatan komunikasi juga terjadi jika
anggota belum saling mengenal, karena kan
ga seluruh orang bisa berbaur dengan mudah.
Maka dari itu, selalu diusahakan untuk
merangkul semua anggota agar tidak pasif.
Makasih banyak ya Luh atas Oke Naurah, terimakasih ya.
waktunya, nanti aku hubungi lagi
kalau kurang jelas ya.

145
DOKUMENTASI WAWANCARA

WAWANCARA MENDALAM DENGAN KETUA UMUM GENBI SUMSEL,


URSI MUHARILASI

WAWANCARA MENDALAM DENGAN SEKRETARIS GENBI SUMSEL,


WENI ANGGRAINI

146
WAWANCARA MENDALAM DENGAN KETUA DIVISI KESEHATAN
MASYARAKAT, ALMA MEIGA

WAWANCARA MENDALAM DENGAN ANGGOTA GENBI SUMSEL, LUH


SIADNYANI

147
WAWANCARA MENDALAM DENGAN KETUA DIVISI PENDIDIKAN
GENBI SUMSEL, ALHADI SAPUTRA

WAWANCARA MENDALAM DENGAN ANGGOTA GENBI SUMSEL, ALIF


MUHAN

148
149

Anda mungkin juga menyukai