Anda di halaman 1dari 134

PENUMBUHAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PESERTA DIDIK

MULTIKULTUR DI SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister


Pendidikan

Oleh
MUHAMMAD SILAHUDDIN
0301517008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PASCASARJANA UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

➢ Khoirunnasi An’fauhum Linnas (Sebaik-baiknya manusia adalah


yang mampu memberikan manfaat kepada sesamanya).
➢ Fight, Never Loss Hope, And Start With Bismillah (Berjuang, Jangan
pernah hilang harapan dan Memulai dengan Bismillah)

Persembahan:

Alhamdulillah Karya yang telah saya selesaikan ini saya


persembahkan kepada:

➢ Kedua Orang Tua Saya yang paling saya Cintai di


dunia ini “Bapak H. Sodiq By dan Ibu Siti
Khuzaemah”. Serta adik saya Ni’am. Terimakasih
banyak atas kasih sayang dan keringat yang telah
kau curahkan selama ini sehingga sampailah saya
pada titik yang membahagiakan ini. Semoga Allah
melimpahkan pahal dan juga keberkahan dalam
hidup Bapak dan Ibu.
➢ Calon istri Fitrotun Nawa saya yang selalu
memberikan motivasi dan bantuan di saat saya
menjalani studi.
➢ Jurusan PIPS Pascasarjana Unnes yang
memberikan banyak ilmu, terutama dosen
pembimbing Bapak Suyahmo dan Bapak
Sunarjan.
ABSTRAK

Silahuddin, Muhammad. 2019. ―Penumbuhan Nilai-Nilai Demokrasi Pada


Peserta Didik Multikultur di SMP Nu PutriNawaKartika‖. Tesis. Program
Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pascasarjana. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Suyahmo, M.Si., Pembimbing II Dr.
YYFR. Sunarjan, M.S
Kata Kunci: Nilai-nilai Demokrasi, Multikultur, Peserta Didik
Sebagai dasar falsafah, Pancasila didalamnya bermuatan sebagai dasar,
ideologi, pandangan hidup, falsafah, kepribadian, yang semuanya itu menjadi ciri
yang melekatdalamdiriPancasila (Suyahmo, 2014: 33). Demokrasi Pancasila
secara jelas tercantum dalam sila keempat Pancasila. Tetapi dalam
implementasinya pada era sekarang masih saja ada kekurangannya.Nilai-nilai
demokrasi penting ditumbuhkan di Indonesia karena masyarakat Indonesia yang
beragam, termasuk di Sekolah Menengah Pertama Nahdlotul Ulama Putri Nawa
Kartika, merupakan sekolah dengan peserta didik yang berasal dari berbagai
macam daerah, beragam suku, dan budaya. Penelitian ini bertujuan
mendiskripsikan dan menganalisis penumbuhan nilai demokrasi, tanggapan,
dampak dan hambatan penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksplanasi kualitatif, yaitu
untuk melukiskan keadaan dan menganalisa sesuatu atau yang sedang terjadi pada
saat penelitian berlangsung dengan teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara dan dokumentasi, untuk memeriksa keabsahan data pada penelitian
kualitatif maka digunakan taraf kepercayaan data dengan teknik triangulasi
membandingkan sumber data yang diperoleh.
Penumbuhan nilai demokrasi di SMP NU Putri Nawa kartika dilakukan
melalui kegiatan Intra dan ekstrakulikuler. Intrakulikuler, seperti: Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pembelajaran
kurikulum 2013, dan Musyawarah kelas. Ekstrakulikuler, seperti kegiatan OSIS,
Pramuka, Ikatan Pelajar Putri NU, dan Class meeting. Nilai-nilai demokrasi yang
ditumbuhkan meliputi keadilan, kebebasan, partisipasi, toleran, kritis, jujur,
penghormatan terhadap nilai-nilai keanekaragaman dan menyelesaikan pertikaian
secara damai dan sukarela. Dampak yang dapat dirasakan meliputi peserta didik
lebih memahami dan dapat menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungannya. Adanya faham feodal dilingkungan pesantren dinilia
tidak demokratis. Peran sekolah dirasa sangat penting dalam menumbuhkan nilai-
nilai demokrasi di lingkungan sekolah yang selanjutnya dapat diterapkan
dipondok pesantren sekitarnya. Selain itu juga perlu adanya komunikasi yang baik
antara sekolah danpondok pesantren agar terjalin suatu hubungan dan pemahaman
yang baik pula mengenai demokrasi.
ABSTRACT

Silahuddin, Muhammad. 2019. ―The Growth of Democratic value In Multicultural


Students in Girl Junior High School Nawa Kartika Of Nahdlotul Ulama‖.
Thesis. Social Studies. Postgraduate.Semarang State University. Advisor I
Prof. Dr. Suyahmo, M.Si., Advisor II Dr. YYFR. Sunarjan, M.S
Keywords: Democration value, Multicultural, Student

As a basis for philosophy, Pancasila contains its foundations, ideologies,


views of life, philosophy, personalities, all of which are inherent in Pancasila
(Suyahmo, 2014: 33). The democracy of the sect is clearly stated in the fourth
teaching of Pancasila. But in its current implementation there is still a lack of
important democratic values in Indonesia because the diverse Indonesian
community, including Nahdlotul Ulama Princess Nawa Kartika Middle School, is
a school with students from different regions, diverse ethnic groups, and cultures.
This study aims to describe and analyze the growth of democratic values,
reactions, impacts and barriers to the growth of democratic values among
multicultural students at NU Kartika Junior High School.
This study uses descriptive qualitative explanatory methods, which is to
describe the situation and analyze something or what is happening when the
research is done with data collection techniques in the form of observations,
interviews and documentation, to examine the validity of data in qualitative
research so that the level of data confidence with triangulation compares sources
data obtained.
The growth of democratic values in Nawa Princess NawaKartika Junior
High was carried out through Intra and extracurricular activities. Intramural, such
as: Social Sciences, Charter Education and Citizenship, Curriculum Learning
2013, and Class Counseling. Extracurricular activities, such as student council
activities, Child Scouts, NU Women's Student Association, and Class meetings.
Emerging democratic values include justice, freedom, participation, tolerance,
criticism, honesty, respect for diversity and resolving conflicts peacefully and
voluntarily. Feeling effects include students being more aware and able to apply
the value of democracy to their daily lives in their surroundings. The existence of
feudal ideologies in the Islamic dormitory school environment is undemocratic.
The role of the school is very important in instilling democratic values in the
school environment which can then be implemented in the surrounding boarding
schools. In addition, there is also a need for good communication between Islamic
schools and boarding schools to establish good relations and understanding of
democracy.
PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul ―Penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika‖. Tesis ini disusun
dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang.

Penulisan tesi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta
kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.


2. Direksi Program Pascasarjana Unnes
3. Ketua Program studi Prof. Dewi Liesnoor S., M.Si dan Sekretaris Program
studi Pendidikan IPS Dr. Hamdan tri Atmaja, M.Pd Pascasarjana Unnes
yang telah memberikan kesempatan, arahan dan semangat dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Suyahmo, M.Si yang telah dengan tulus ikhlas memberikan ilmu,
dukungan, dan bimbingan selama proses penyusunan tesis ini.
5. Dr. YYFR. Sunarjan, M.S selaku Dosen pembimbing II, yang telah
dengan tulus ikhlas, selalu memberikan motivasi serta meluangkan waktu
di sela-sela kesibukannya, memberikan bimbingan dan petunjuk serta
dorongan semangat sehingga terselesaikannya tesis ini.
6. Kepala SMP NU Putri Nawa Kartika M. Misbahus Surur, S.H.I yang
dengan sangat antusias memberikan ijin dan dorongan motivasi dalam
mengerjakan tesis melalui penelitian disekolahnya.
7. Wakil Kepala Sekolah, Pembina OSIS, Bapak/Ibu Guru pengampu mapel
IPS dan PPKn, Pengurus OSIS dan seluruh siswa SMP NU Putri Nawa
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
PERSETUJUAN TIM TESIS................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
PRAKATA .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
3. Cakupan Masalah .......................................................................... 6
4. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
5. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
6. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
1. Mnafaat Teoritis...................................................................... 8
2. Manfaat Praktis....................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
1. Kajian Pustaka ................................................................................. 10
1.1 Penelitian Terdahulu............................................................... 10
1.1.1 Jurnal Internasional.......................................................... 10
1.1.2 Jurnal Nasional Terakreditasi.......................................... 30
1.1.3 Jurnal Nasional.................................................................. 49
2. KajianTeori...................................................................................... 77
2.1 Demokrasi................................................................................. 77
2.2 Masyarakat Multikulture........................................................ 84
3. Kerangka Teoretis ............................................................................ 84
4. Kerangka Berpikir ........................................................................... 87
BAB III METODE PENELITIAN
1. Dasar Penenlitian ............................................................................ 89
2. Lokasi Penelitian ............................................................................. 90
3. Fokus Penelitian .............................................................................. 90
4. Sumber Data Penelitian .................................................................. 91
5. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 92
6. Validitas Data Penelitian ................................................................ 94
7. Teknis Analisi Data ......................................................................... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................. 97
1.1 Profil SMP NU Putri Nawa Kartika ...................................... 97
1.2 Ekstrakulikuler ........................................................................ 100
2. Hasil Penelitian
2.1 Penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di
SMP NU Putri Nawa Kartika ................................................ 102
2.2 Tanggapan peserta didik mengenai penumbuhan nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika
......................................................................... 116
2.3 Dampak Penumbuhan Nilai Demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika ......................... 117
2.4 Hambatan penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika ........................... 119
3. PEMBAHASAN.................................................................................. 120
3.1 Nilai-nilai demokrasi yang ditumbuhkan pada peserta didik
multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika......................
3.2 Tanggapan Peserta Didik mengenai penumbuhan nilai 120
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI
Nawa Kartika ................................................................ 125
3.3 Dampak penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik di
lingkungannya ............................................................................. 126
3.4 Budaya Feodal menjadi hambatan penumbuhan nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika ................................................................. 128
BAB V PENUTUP
1. Simpulan ............................................................................................... 130
2. Saran ..................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Kerangka Berfikir ....................................................................... 87
Gambar 2. Kegiatan diskusi kelompok ........................................................ 113
Gambar 3. Pemilu OSIS ............................................................................... 114
Gambar 4. Kegiatan Pramuka ...................................................................... 115
Gambar 5. Kegiatan di pondok pesantren ................................................... 118
DFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Relevansi dan Perbedaan Jurnal Penelitian yang terdahulu............ 64
Tabel 2. Jadwal Ekstrakulikuler ................................................................... 100
Tabel 3. Daftar Nilai IPS tahun ajaran 2018/2019 ....................................... 119
Tabel 4. Data pelanggaran Siswa ................................................................. 119
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Implementasi demokrasi di setiap negara tentunya berbeda-beda,

seperti demokrasi liberal, komunis dan lain sebagainya. Begitu pula dengan

implementasi demokrasi di indonesia. Adalah demokrasi Pancasila yang mana

merupakan rujukan dari segala aspek sistem pemerintahan untuk mengatur

kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai dasar falsafah, Pancasila

didalamnya bermuatan sebagai dasar, ideologi, pandangan hidup, falsafah,

kepribadian, yang semuanya itu menjadi ciri yang melekat dalam diri

Pancasila (Suyahmo, 2014: 33). Demokrasi Pancasila adalah yang secara jelas

tercantum dalam sila keempat Pancasila. Tetapi dalam implementasinya pada

era sekarang masih saja ada kekurangannya.

Dewasa ini dalam kehidupan berdemokarsi di Indonesia pasca

reformasi tidaklah sepenuhnya berjalan dengan mudah dalam pelaksanaannya.

Pro dan kontra terus menghiasi dinamika demokrasi di ndonesia dari merdeka

hingga saat ini, adapun yang kontra salah satunya seperti adanya kelompok

yang menentang demokrasi. Mereka menganggap demokrasi adalah thogut.

TEMPO.CO, Jakarta (Selasa, 9 Mei 2017) Juru bicara Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI), Muhammad Ismail Yusanto, menegaskan bahwa pihaknya

mengkritik keras terhadap sistem demokrasi. Kritikan itu tertuju pada inti dari

sistem tersebut, yaitu kedaulatan di tangan rakyat. Menurut Ismail, pihaknya


sangat tidak sepakat apabila yang menentukan hukum adalah rakyat melalui

wakil-wakilnya atau anggota Dewan. Bahkan ia menyebut konsep demokrasi

tersebut 180 derajat berseberangan dengan ideologi HTI. Ismail dengan tegas

menyatakan sistem demokrasi tidak sesuai dengan ajaran Islam pada titik hak

untuk menerbitkan hukum. Dalam Islam, kata dia, kedaulatan di tangan Allah.

Fenomena tersebut tentunya tidaklah relevan dengan kehidupan demokrasi

yang ada di Indonesia melihat masyarakat Indonesia yang multikulture,

bahkan tidak semua golongan Islam pun sepakat dengan cara berfikir Ismail

tersebut.

Ditinjau dari aspek demekrasi pemilihan, terdapat beberapa kemajuan

tingkat partisipasi masyarakat, seperti pemilu pada tahun 2014 kemarin juga

mengalami peningkatan. Tetapi masih ada sikap apatisme dan partisipasi yang

rendah dalam jumlah yang tidak kecil, rakyat tidak tertarik dengan pemilihan

suatu kepala daerah atau pemilihan presiden, karena beberapa alasan yang

bermacam-macam sehingga mereka memilih untuk golput atau tidak

menyalurkan hak suaranya. Maka kemajuan demokrasi di Indonesia akan

menurun ditahun-tahun selanjutnya apabila tidak dikawal dengan baik oleh

elemen masyarakat dan pemerintah.

Dituliskan dalam Merdeka.com (14 Mei 2014) bahwa Ketua Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik mengatakan, meskipun tingkat

partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 ini terbilang tinggi, yakni sebesar

75,11%. Namun jika diamati, bila tingkat partisipasi dalam pemilu mencapai

75,11%, maka dapat disimpulkan bahwa angka golput mencapai lebih dari
24%. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan raihan suara yang diraup

oleh pemenang pemilu, yakni PDIP yang hanya sebesar 18,9%. Hal tersebut

tentunya mengundang tanda tanya besar, dan tentunya memprihatinkan

apabila sebagian dari 24% yang masih golput itu adalah pemilu pemula.

Berbanding terbalik dengan apatisme yang menjadi hambatan dalam

penerapan demokrasi di Indonesia juga terdapat sikap fanatisme berlebihan

dengan membela suatu partai atau calon kepala daerah mati-matian, dan

membenci lawan politiknya hingga mengakibatkan bentrokan, dan lain

sebagainya juga menjadikan hambatan demokrasi di Indonesia dapat berjalan

dengan baik. Kedua sikap tersebut apatisme dan fanatisme tidaklah benar,

dikarenakan kurangnya pemahaman demokrasi secara substansial. Demokrasi

substansial (nilai hakiki demokrasi), yaitu menekankan demokrasi sebagai

suatu nilai-nilai atau budaya yang memungkinkan rakyat bisa memiliki

kedaulatan dalam arti yang sesungguhnya. Beberapa nilai hakiki demokrasi

adalah seperti kebebasan, budaya menghormati hak dan kebebasan orang lain,

adanya pluralisme budaya, adanya toleransi, anti kekerasan, dan lain

sebagainya.

Melihat permasalahan yang ada, pemerintah tidaklah tinggal diam

dalam menanggulangi permasalahan aspek demokrasi di negara ini,

pemerintah membuat kebijakan-kebijakan berkenaan dengan pemahaman

nilai-nilai demokrasi bagi rakyatnya, termasuk bagi pemilih pemula diberikan

sosialisasi oleh KPU, atau yang berada dijenjang pendidikan sejak usia dini

diberikan pengertian pentingnya partisipasi demokrasi yang dimasukkan di


dalam mata pelajaran PPKn (dalam perspektif kewarganegaraan), dan IPS

(dalam perspektif sosial). Selain itu kegiatan diluar mata pelajaran juga

diajarkan, Peserta Didik diberikan pemahaman menganai demokrasi secara

substansial dan dituntut untuk dapat melaksanakannya dalam kehidupan

sehari-hari serta diberikan wadah untuk melaksanakan demokrasi.

Demokrasi dirasa penting diterapkan di Indonesia karena masyarakat

Indonesia yang beragam, termasuk di SMP NU Putri Nawa Kartika yang

merupakan sekolah dengan Peserta Didik yang berasal dari berbagai macam

daerah, beragam suku, dan juga memiliki budaya yang berbeda. Sehingga

dengan demokratisnya Peserta Didik SMP NU Putri Nawa Kartika, dapat

menjadikan masyarakat sekolah yang aman, damai dan saling menghargai.

Sehingga nantinya Peserta Didik dalam masyarakat dapat bersikap demokratis

dalam menyikapi lingkungan masyarakatnya yang beragam.

Dijabarkan didalam "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab". Dari sini, nilai demokrasi menjadi penting untuk

dimengerti, dipahami, disikapi, dan dilaksanakan oleh Peserta Didik agar

nantinya dapat menjadi masyarakat yang demokratis dilingkungannya

termasuk dalam lingkungan multikultural. Karena hal itulah peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian secara mendalam yang dituangkan dalam karya


ilmiah tesis dengan judul penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada Peserta

Didik multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika.

Selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti

dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar

dan pendidikan menengah dijabarkan dalam kompetensi inti dan kompetensi

dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP mengenai tujuan kurikulum

mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap

sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai

melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau

ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu ―Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya‖. Adapun rumusan Kompetensi

Sikap Sosial yaitu ―Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan

dan keberadaannya‖. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran

tidak langsung (indirect teaching), yaitu melalui keteladanan, pembiasaan, dan

budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta

kebutuhan dan kondisi peserta didik termasuk dalam penumbuhan nilai-nilai

demokrasi.
2. Identifikasi Masalah

2.1 Adanya konflik antar peserta didik karena perbedaan RAS.

2.2 Masih adanya kasus bulliying di SMP NU Putri Nawa Kartika

2.3 Kurangnya pengajaran nilai demokrasi pada peserta didik yang multikulture di

SMP NU Putri Nawa Kartika

2.4 Adanya Pondok Pesantren peserta didik yang berfaham feodal di sekitar SMP

NUPutri Nawa Kartika

Kondisi multikultural di SMP NU Putri Nawa Kartika dirasa perlu

adanya penumbuhan nilai-demokrasi, karen tanpa adanya penanaman nilai-

nilai demokrasi yang baik di SMP NU Putri Nawa kartika akan menjadikan

permasalahan yang ada tidak terselesaikan dan menjadi hambatan bagi sekolah

untuk melakukan kegiatannya.

3. Cakupan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka cakupan masalah yang

akan diteliti oleh peneliti yaitu upaya penumbuhan nilai demokrasi pada

peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA. Peserta

Didik dari SMP tersebut selain dari kota Kudus sendiri, juga terdiri dari

Peserta Didik yang berasal dari berbagai macam kota bahkan provinsi, terdiri

dari berbagai macam suku dan juga ras. Mereka yang berasal dari luar daerah

biasanya sekolah di SMP tersebut sambil mondok/pesantren yang mana beajar

ilmu umum dan juga ilmu agama. Hal tersebut menunjukkan bahwa Peserta

Didik dari SMP tersebut merupakan masyarakat yang muktikulture.


4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

4.1 Bagaimanakah penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di

SMP NU PUTRI Nawa Kartika?

4.2 Bagaimanakah tanggapan Peserta Didik mengenai penumbuhan nilai

demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?

4.3 Bagaimana dampak penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik

multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?

4.4 Bagaimana hambatan penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik

multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?

5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengacu pada hal-hal apa yang hendak

dicapai dalam suatu penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:

5.1 Mendiskripsikan dan menganalisis penumbuhan nilai demokrasi pada peserta

didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.

5.2 Mendiskripsikan dan menganalisis tanggapan Peserta Didik mengenai

penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU

PUTRI Nawa Kartika.

5.3 Mendiskripsikan dan menganalisis dampak penumbuhan nilai demokrasi pada

peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.

5.4 Mendiskripsikan dan Menganalisis hambatan penumbuhan nilai demokrasi

pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.


6. Manfaat Penelitian

6.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi, memperkaya khazanah

keilmuan dan kajian ilmu pendidikan politik, dan ilmu pengetahuan sosial

bagaimana terdapat dalam materi tentang pluralisme khususnya hal-hal yang

berkaitan dengan upaya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik di

SMP NU PUTRI Nawa Kartika berbasis peserta didik multikultur.

6.2 Manfaat Praktis

6.2.1 Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pendidik

dalam hubungannya dengan upaya penumbuhan nilai demokrasi pada

peserta didik demi terciptanya tujuan pendidikan nasional.

6.2.2 Bagi peserta didik SMP NU Putri Nawa Kartika

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan

tentang esensi dari kegiatan upaya penumbuhan nilai demokrasi pada

peserta didik berbasis peserta didik multikultur.

6.2.3 Bagi civitas akademika

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan

sebagai masukan, pertimbangan dan perbandingan bagi kalangan

akdemisi, wacana keilmuan mengenai upaya penumbuhan nilai demokrasi

pada peserta didik berbasis peserta didik multikultur.


6.2.4 Bagi Sekolah lain

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan motivasi serta dpaat

menjadi sudut pandang kepada sekolah lain agar dapat melaksanakan

penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik berbasis peserta didik

multikultur dengan berbagi macam kegiatan.


BAB II

LANDASAN TEORI

1. Kajian Pustaka

1.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian kali ini membahas tentang implementasi demokrasi,

sebelumnya terdapat pula beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan

sebagai tinjauan pustaka oleh peneiliti yang relevan dengan penumbuhan nilai-

nilai demokrasi pada Peserta Didik multikultur di SMP NU Putri Nawa

Kartika. Berikut akan dijelaskan beberapa hasil penelitian yang telah di

terbitkan dalam bentuk jurnal internasional maupun nasional.

1.1.1 Jurnal Internasional

1.1.1.1 Evaluating the Monadic Democratic Peace

Dijelaskan mengenai dampak positif dari demokrasi dijelaskan oleh

Stephen L . Quac kenbush, Michael Rudy dalam Jurnal yang berjudul

―Evaluating the Monadic Democratic Peace‖ pada tahun 2009.

Pada artikel ini, peneliti menjelaskan tentang evaluasi dukungan empiris

untuk demokrasi monokratis perdamaian. Peneliti menggambarkan dan menguji

implikasi logis dari harapan damai monadik dalam hal kemungkinan keterlibatan

dan inisiasi konflik, dengan menggunakan data dari tahun 1816 sampai 2001.

Pada tingkat analisis monadik, kami menemukan tidak ada dukungan untuk

gagasan bahwa demokrasi cenderung berperang daripada negara-negara non-

demokrasi. Hasil untuk inisiasi perselisihan dicampur, karena dua langkah


memperkirakan demokrasi untuk tidak berpengaruh sementara dua langkah

lainnya memperkirakan bahwa demokrasi mengurangi kemungkinan inisiasi.

Tingkat analisisnya adalah lebih tepat untuk digunakan, dan apakah kita

fokus pada perselisihan antar negara yang dimiliterisasi keterlibatan atau inisiasi,

argumen damai demokratis monolitik menerima tidak ada dukungan empiris

mengingat temuan ini bahwa demokrasi tidak hanya melawan negara-negara non-

demokrasi keteraturan yang cukup besar, namun juga cenderung melakukan

perselisihan melawan nondemokrasi Dari pada autrokrasi, kita sulit sekali

memahami empiris dasar untuk klaim bahwa demokrasi lebih damai secara umum

daripada negara-negara lain. Dalam jurnal ini sama-sama membahas tentang

demokrasi, tetapi berbeda dalam lingkungan penerapannya yang mana penelitian

yang akan dilakuka oleh peneliti adalah dalam dunia pendidikan atau lembaga

sekolah.

1.1.1.2 Just war, democracy, democratic peace

Selanjutnya dijelaskan juga menganai perdamaian demokratis oleh Mark

Evans, dalam jurnal yang berjudul “Just war, democracy, democratic peace”

pada tahun 2011. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa poin terakhir dalam

penelitian ini mencontohkan - sampai tingkat tinggi - pendekatan yang telah

diambil artikel ini sepanjang: yaitu, untuk membuat sketsa beberapa argumen

dalam bentuk perkenalan sehingga dapat diatur sebuah agenda penelitian untuk

teori perang adil kontemporer. Menyelamatkan perang adil/hubungan demokrasi

dari skeptisisme meremehkan dimana politik baru-baru ini retorika telah

melemparkannya, beberapa asumsi normatif yang dianalisis oleh JWT dan


Implikasi sekarang mungkin lebih terbuka untuk dicermati. Sebagai penutup ini

intinya bagian eksplorasi pada topik, dua isu yang muncul di berbagai titik harus

diisolasi sebagai pertimbangan pembingkaian penting untuk masa depan yang

diusulkan analisis. Pertama, betapapun kuatnya anggapan 'bias' diklaim, orang

tidak boleh lupa bahwa di sini tidak ada dukungan otomatis demokrasi liberal,

sama seperti tidak menghibur oleh JWT dari DPT senantiasa berkomitmen pada

bentuk liberalnya. Secara luas Ketegasan yang ditegaskan 'demokrasi' tidak boleh

diabaikan dalam perdebatan perang saja, meskipun yang terakhir mungkin

memiliki alasan sendiri untuk mendukung interpretasi tertentu dari ideal yang

berbeda dari yang didukung sehubungan dengan jenis debat lainnya tentang itu.

Meskipun hal itu mendorong kontroversi lebih jauh dalam jajaran perang adil,

pluralism makna demokrasi adalah salah satu kekuatan argumen yang

membebaskannya dari apapun Kecurigaan bahwa hal itu bermuara pada

permintaan maaf semata-mata untuk satu, diakui saat ini dominan, cara

'melakukan' demokrasi.

Kedua adalah pertanyaan seberapa dekat argumen tersebut telah muncul,

bahkan di dalam Pada tahap yang baru lahir, untuk mengatakan, bagaimanapun,

bahwa hanya demokrasi yang bisa menghasilkan peperangan saja dan hanya hasil

demokrasi yang bisa menjadi hasil justifikasi perang adil saja. Untuk semua

Peringatan dan kualifikasi yang masuk sejauh ini, mungkin masih sulit untuk

menolak rasa ditarik menuju kesimpulan ini. Bahkan jika argumen prinsip abstrak

dilakukan tidak dengan kuat mendorong kita ke arah ini, bukti pengalaman sejarah

dengan Penghormatan pada bagaimana demokrasi dan perang demokrasi non-


demokrasi mungkin membebani beratnya bantuannya Sesuai dengan ambisi

terbatas artikel ini, saya hanya menawarkan beberapa poin untuk membantu

membentuk debat untuk dikejar di tempat lain. Jika seseorang berpikir bahwa

hanya demokrasi hanya bisa berperang, maka orang mungkin tampak

berkomitmen untuk memperlakukan semua perang, sekarang dan melalui sejarah,

diprakarsai oleh negara-negara non-demokrasi karena ipso facto tidak adil. Dan

Itu mungkin tampak terlalu menyapu. Untuk mempertahankan preferensi JWT

terhadap demokrasi.

Namun menolak kesimpulan ini, orang bisa menyatakan bahwa preferensi

itu tidak begitu penting dan perlu seperti beberapa kriteria perang lainnya yang

adil dalam menimbang keseluruhannya keadilan perang Ada hierarki kriteria dan

'demokrasi' yang cukup rendah turun, karena ketidakhadirannya tidak dihitung

melawan keadilan. Jadi kemungkinannya perang adil oleh non-demokrasi terus

terbuka. Tapi kita juga harus merenung kemungkinan prioritas normatif semacam

itu bergeser sepanjang waktu: kita tidak berbicara tentang prinsip moral abadi.

'Demokrasi' itu sendiri, seperti telah disebutkan sebelumnya, telah berevolusi

menjadi norma legitimasi yang sangat luas untuk pemerintahan dimana dulu tidak

dan kita pasti harus mempertimbangkan apakah hak untuk berperang tidak juga

berkembang di bangun dari perkembangan khusus ini untuk menyingkirkan

negara-negara non-demokrasi di mana pernah terjadi tidak. Namun peristiwa

terakhir, mungkin sejarah membawa 'perang adil' dan demokrasi 'bersama-sama

setelah semua.
1.1.1.3 Studying the quality of democracy: Two cross-national measures of

democratic citizenship

Kualitas demokrasi suatu negara ditentukan oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah dari warga negaranya. Dijelaskan oleh Richard Ledet dalam jurnal

yang berjudul “Studying the quality of democracy: Two cross-national measures

of democratic citizenship” pada tahun 2016. Studi ini mengukur dua komponen

kewarganegaraan yang penting namun dapat diputuskan, ekspresif partisipasi, dan

(in) toleransi. Ukuran partisipasi ekspresif, berakar pada klasik dan teori

demokrasi partisipatif, menggunakan pertanyaan survei lintas negara yang

dirancang untuk mengukur warga negara keterlibatan dalam politik dan

masyarakat dengan cara baru. Ukuran saya (dalam) toleransi, kongruen dengan

pendekatan sebelumnya untuk mengukur toleransi lintas nasional, memperbaiki

ukuran sebelumnya dengan memasukkan sikap terhadap kelompok 'ancaman'

yang lebih luas. Studi masa depan membangun hal ini penelitian dapat menjawab

pertanyaan tentang hubungan antara intoleransi dan partisipasi ekspresif, dan

pengaruh bersama mereka terhadap kualitas demokrasi. Selain itu, penelitian di

masa depan harus diselidiki seberapa penting aspek kewarganegaraannya, seperti

pengetahuan politik, mempengaruhi kualitas demokrasi.

Langkah-langkah ini juga dapat digunakan untuk menciptakan peringkat

yang lebih konklusif mengenai kualitas demokrasi di antara negara-negara yang

memenuhi standar minimal demokrasi politik. Menggunakan tindakan demokratis

kewarganegaraan seperti yang disajikan di sini dapat memberikan wawasan baru

tentang interaksi antara warga yang berpartisipasi secara ekspresif, sangat toleran,
dan demokrasi. Ukuran demokratis kewarganegaraan juga bisa digunakan untuk

menyelidiki hubungan antara tingkat ekspresif partisipasi dan / atau (in) toleransi

dan tingkat demokrasi. Ini diluar lingkup artikel ini menilai dampak partisipasi

ekspresif dan intoleransi terhadap tingkat demokrasi yang berbeda negara dari

waktu ke waktu Jika peringkat negara berdasarkan tingkat di mana warganya

toleran dan partisipasi secara ekspresif diciptakan untuk setiap gelombang baru

WVS, ilmuwan sosial dapat menilai bagaimana kualitas warga negara

mempengaruhi (atau tidak) transformasi politik masa depan (yaitu perubahan

dalam tingkat demokrasi) di negara semi dan non-demokrasi.

Kerangka konseptual dan operasional disajikan di sini dan ukuran

kewarganegaraan yang dihasilkan memberikan alat baru yang berguna untuk

mengevaluasi kualitas demokrasi antar bangsa yang ada sudah dianggap sebagai

politik demokrasi atau polyarchies. Harapan saya adalah dengan membenarkan

mengapa kedua dimensi kewarganegaraan ini penting untuk menciptakan

demokrasi dan demokrasi berkualitas tinggi luas, lintas nasional, saya telah

berkontribusi dalam pengujian teori dan pengujian hipotesis upaya diarahkan

untuk mendapatkan wawasan baru tentang kewarganegaraan dan demokrasi lintas

nasional.

1.1.1.4 Missing the Third Wave: Islam, Institutions, and Democracy in the Middle

East

Pandangan agama mengenai demokrasi didunia sangatlah berpengaruh

terhadap implementasinya, termasuk agama Islam. Dijelaskan oleh Ellen Lust

dalam Jurnal yang berjudul “Missing the Third Wave: Islam, Institutions, and
Democracy in the Middle East” pada tahun 2011 mendiskripsikan tentang

Institusi yang mengatur hubungan antara Islam, negara, dan oposisi pada tahun

1980 secara signifikan terkait dengan tingkat reformasi politik pada tahun 1990,

meskipun pada tahun 2000 kekuatan mereka berkurang sehingga tidak lagi

signifikan dalam spesifikasi model lengkap. Efek ini adalah terutama kuat di

MENA, yang penting, pengaruh institusional ini jauh lebih erat kaitannya dengan

tingkat reformasi daripada penjelasan bersaing lainnya: jenis rezim, minyak,

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, dan hubungan gender.

Variabel kontrol sosial pada umumnya tidak signifikan. Persentase Muslim

tidak pernah secara substantif atau signifikan secara statistik, dan karena tidak

pernah menjadi bagian dari Spesifikasi model teoritis, terjatuh dari hasil yang

dipaparkan di sini. Itu Variabel untuk subordinasi perempuan tidak menunjukkan

dukungan kuat untuk lini ini argumentasi, setidaknya berkaitan dengan tingkat

liberalisasi politik di keduanya 1990 dan 2000. Rasio keaksaraan diuji sebagai

variabel alternatif untuk perempuan subordinasi, tapi itu tidak signifikan. Hanya

rasio jenis kelamin yang dilaporkan pada hasil penelitian tentang kontrol politik -

tahun-tahun sejak kemerdekaan dan umur dari rezim saat ini pada tahun 1990 -

secara konsisten memiliki efek yang tidak signifikan, keduanya secara substantif

dan statistik. Dengan demikian, mereka juga dihilangkan karena mereka tidak

melakukannya didorong secara teoritis.

Demikian pula, sementara monarki secara signifikan dan negatif terkait

dengan kemungkinan liberalisasi, variabel tipe rezim lainnya adalah tidak

signifikan Ini menghibur, karena ini menunjukkan bahwa bahkan jika ada alasan
untuk melakukannya percaya jenis rezim dapat mempengaruhi strategi yang

diambil elit negara menuju Kaum Islamis di tahun 1980an, ia tidak menentukan

tingkat liberalisasi yang diikuti. Sejauh mana Islam menjadi basis rezim pada

tahun 1980 secara signifikan terkait dengan tingkat reformasi pada tahun 1990. Ini

konsisten dengan Herb's (2005) argumen, bahwa di mana Islam dimasukkan ke

dalam rezim, ketakutan akan sebuah pasca reformasi Rezim yang lebih

konservatif pun diredam. Pasukan oposisi cenderung lebih mendorong lebih keras

untuk mendapatkan kebebasan politik.

Dampak inklusi Islam dan MENA pada tingkat reformasi pada tahun 1990,

di Indonesia Khususnya, juga kuat dan signifikan. Hasil serupa diperoleh dengan

menggunakan pengukuran untuk inklusi Arab dan Islam juga, meski karena ruang

pertimbangan spesifikasi alternatif ini tidak dilaporkan. Pada keduanya kasus,

masuknya pasukan Islam di dunia Arab atau kawasan tersebut dikaitkan dengan

reformasi yang lebih besar. Di luar dunia Arab dan wilayah MENA,

bagaimanapun, Dimasukkannya kekuatan Islam dikaitkan dengan sedikit

reformasi.

Pengalaman sejarah dan struktur kelembagaan dikombinasikan untuk

meningkatkan rasa takut akan Islam politik. Dalam hal ini Kasus, reformasi

politik lebih terbatas daripada di situlah kekuatan Islamis secara formal termasuk

dalam ranah politik. Hasilnya menunjukkan bahwa Pengecualian institusional dan

pengalaman historis di MENA penting dilakukan menentukan mengapa daerah,

pada umumnya, melihat liberalisasi politik kurang dari yang lain sebagian besar

masyarakat Muslim, dan menjelaskan variasi di wilayah ini. Dimana Kaum


Islamis termasuk dalam MENA, negara-negara bagian tidak akan terlalu liberal

daripada kasus di luar daerah Ini tidak akan menjadi hasil yang diharapkan jika,

untuk Misalnya, kepentingan strategis daerah atau "budaya Arab" bertanggung

jawab atas resistensi terhadap liberalisasi. Pada saat yang sama, analisis tersebut

dengan jelas menunjukkan hal itu pengalaman sejarah penting Dimana

pengalaman ini tidak ada, penyertaan atau Pengucilan kelompok Islam pada tahun

1980 kurang penting dalam menentukan tingkat kebebasan politik dan sipil yang

diraih.

1.1.1.5 Islam And Democracy, Micro-Level Indications Of Compatibility

Demokrasi juga dijelaskan indikasi tingkat mikro kompatibilitas demokrasi

dari perspektif agama Islam dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Steven

Ryan Hofmann, jurnal yang berjudul “Islam And Democracy, Micro-Level

Indications Of Compatibility” pada tahun 2004. Penelitian ini menunjukkan

bahwa umat Islam tinggal di delapan negara termasuk dalam penelitian ini tidak

mengevaluasi demokrasi secara lebih kasar daripada orang Kristen. Sebenarnya,

bukti empiris menunjukkan bahwa umat Islam, secara keseluruhan, menyediakan

penilaian demokrasi yang lebih positif daripada responden Ortodoks Timur,

mempertanyakan gagasan bahwa Islam secara khusus memusuhi demokrasi.

Selain itu, tidak ditemukan pola yang menunjukkan bahwa umat Islam dan

orang Kristen secara sistematis bereaksi berbeda terhadap faktor-faktor yang

beragam ilmuwan dianggap penting untuk pengembangan demokrasi. Hasilnya

memberi beberapa indikasi, bagaimanapun, bahwa evaluasi Muslim tentang

demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan yang ideal mungkin lebih


cenderung dipengaruhi secara positif oleh kepercayaan pada institusi politik dan

keanggotaan dalam asosiasi sukarela. Ada juga tanda adanya "reaksioner" yang

lebih sedikit (yaitu, mereka yang menyetujui rezim komunis lama sementara

menolak yang baru rezim) di antara penduduk Muslim postcommunist daripada di

kalangan orang Kristen tinggal di bekas negara komunis. Akhirnya, model

gabungan disajikan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa di negara-negara

yang termasuk dalam studi, agama mungkin sebenarnya hanya memainkan peran

kecil dalam penilaian demokrasi individu ideal.

Pertanyaan tetap, tentu saja. Bisa dikatakan bahwa negara-negara masuk

penelitian ini memiliki pemerintahan sekuler, dan juga kurang mempraktikkan

penganutnya Islam daripada banyak negara Muslim lainnya, yang mungkin

menimbulkan keraguan tentang penerapan temuan empiris ini ke negara lain

(misalnya, yang di Timur Tengah). Selanjutnya, karena kurangnya pertanyaan

survei yang bertanya jika responden mengikuti ajaran agama mereka, variabel

yang digunakan di sini untuk mengukur kepatuhan terhadap doktrin agama

(frekuensi masjid atau gereja kehadiran) kurang ideal, hal ini terutama berlaku

untuk Muslim responden.

1.1.1.6 Majelis Ulama Indonesia and pluralism in Indonesia

Basic negara Indonsia yang beragam, juga dapat menjadi faktor

pendukung atau penghambat akan implementasi demokrasi di negara ini. Oleh

karena itu implementasi demokrasi haruslah dilaksanakan dengan

mempertimbangkan pluralisme. Selanjutnya dijelaskan dari sudut pluralisme di

Indonesia juga oleh Syafiq Hasyim dalam jurnal yang berjudul “Majelis Ulama
Indonesia and pluralism in Indonesia” pada tahun 2015. Menjabarkan tentang

mempertahankan dan mengarusutamakan penghormatan terhadap pluralisme di

negara Muslim seperti Indonesia tidak hanya secara legal, tapi juga secara

kultural, menuntut jika kita menginginkan negara ini tetap menjadi negara

demokratis Namun, proses pengarusutamaan pluralisme semestinya dilakukan

melalui musyawarah publik terhadap berbagai organisasi masyarakat sipil, tidak

didikte oleh negara. Peran negara seperti Indonesia adalah untuk menyediakan dan

menegakkan hukum produk yang menumbuhkan pluralisme. Pluralisme yang

dipromosikan oleh negara, belajar dari kasus dukungan MUI dalam pluralisme

selama era Suharto, telah mengindikasikan kegagalan.

Keadaan sulit untuk memperkuat pluralisme Islam di Indonesia adalah

karena monopoli interpretasi Islam dan pembuatan fatwa oleh satu organisasi.

Untuk konteks Indonesia, monopoli Sunni terhadap interpretasi Islam yaitu

Seringkali dibajak oleh MU itu bermasalah. Dengan mengasumsikan peran

perwakilan secara keseluruhan Organisasi Muslim, MUI bertindak sebagai

penengah arus utama Islam di Indonesia dan Indonesia meminggirkan gerakan di

pinggiran. Meningkatnya iklim anti pluralisme, sebagaimana tercermin dalam

peran MUI, tidak hanya konsekuensi kekuatan nasional, tapi juga masalah

internasional dan transnasional. Itu Konflik Palestina dan Israel, serangan

terhadap Afghanistan, Irak, Rohingya dan banyak lainnya Faktor eksternal telah

berkontribusi untuk menciptakan sentimen anti-pluralisme. Terakhir dekade,

pengaruh kelompok Wahhabisme atau Neo-Hanbali di Indonesia juga telah terjadi

kerusakan besar pada pluralisme Indonesia. Kelemahan pluralisme hukum dan


penegakan hukum di Indonesia telah diinstruksikan sebagai wahana untuk

meningkatkan anti pluralisme.

1.1.1.7 Adaptive Capacity of Coupled Ecosystem – Social System in the

Community Who Live in the Graviar: A Case Study the population in the

areas of Brintik Hill Graveyard Communities in Semarang, Indonesia

Sunarjan (2018) dalam penelitiannya yang berjudul ―Adaptive Capacity of

Coupled Ecosystem – Social System in the Community Who Live in the Graviar:

A Case Study the population in the areas of Brintik Hill Graveyard Communities

in Semarang, Indonesia” menyebutkan tentang bagaimana cara beradaptasi,

mengenai masalah yang ada yaitu mengapa orang miskin dan orang pinggiran

sebagai komunitas kuburan menjadi maju dan bertahan. Artikel ini bertujuan

untuk menyelidiki peran kapasitas adaptif dalam menyediakan layanan

pengiriman dan mempengaruhi kesejahteraan dan kemiskinan keluar.

Beberapa tahun terakhir, (Locatelli, 2008 b) di sana telah menjadi minat

yang meningkat dalam ekosistem adaptasi (EBA). EBA (Locatelli, 2008a)

membahas peran jasa lingkungan di Indonesia mengurangi kerentanan sumber

daya alam masyarakat tergantung pada multisektoral dan pendekatan multiskala.

Mereka kekurangan sumber daya untuk mendapatkan jenis diet, ikut serta dalam

kegiatan dan memiliki kondisi hidup dan fasilitas yang biasa, atau setidaknya

banyak didorong atau disetujui dalam masyarakat di mana mereka milik. Ada

aliran energi, material, dan informasi dari dan ke sistem sosial, dari dan ke

ekosistem Sistem sosial dipilih dan diadaptasi untuk ekosistem Sistem dan

ekosistem sosial sudah adaptif kapasitas. Mereka memiliki kepekaan. Umumnya,


orang - orang yang datang di daerah kosong di Pemakaman Bukit Brintik adalah

masyarakat yang belum memiliki tempat atau tanah. Ini akan menggunakan

bangunan atau tempat tinggal. Jumlah mereka adalah orang miskin beberapa desa

di sekitar Semarang dan Jawa Tengah.

Modal advasory adalah upaya untuk beradaptasi sorounding orang yang

hidup di makam. Bagi banyak orang tua, anak-anak adalah masa depan ekonomi

mereka. Mereka adalah seorang polis asuransi, dan produk tabungan. Sosial

norma-norma juga dapat mencerminkan kepentingan ekonomi dalam suatu

masyarakat. Orang miskin menginginkan banyak anak hanya karena itu adalah

anak investasi ekonomi. Anak-anak sebagai keuangan instrumen. Semua waktu

bayi kecil disewa dari orang lain. Bayi untuk digunakan oleh para wanita yang

menyewa sebagai instrumen untuknya meminta uang kepada Sopir di jalan.

Modal komunitas adalah konsep yang membantu karena itu mempertimbangkan

kedua lingkungan karakteristik individu orang dalam komunitas dan kekuatan dari

lingkungan. Penulis menunjukkan bahwa seseorang membawa ke situasi satu set

perilaku, kebutuhan, dan kepercayaan yang merupakan hasil dari atau pengalaman

uniknya.

Namun ia juga mengakui bahwa apa pun yang dibawa ke sana situasinya

harus terkait dengan dunia sebagai orang itu menghadapinya. Itu adalah dalam

transaksi antara orang tersebut dan bagian dari dunia orang itu yang berkualitas

hidup dapat ditingkatkan atau rusak. Di sinilah terletak keunikan pekerjaan sosial.

Keterlibatan warga negara meningkatkan modal sosial karena meningkatkan

jumlah interaksi pribadi, meningkatkan informasi tentang ingkat kepercayaan


bahwa setiap individu layak dan dengan demikian mengkonsolidasikan

keseluruhan tingkat kepercayaan (Putnam 2000).

Pada saat yang sama jaringan kewarganegaraan tanggung jawab memasok

barang-barang relasional seperti kontak, informasi dan reputasi yang penting nilai.

Barang-barang ini hanya dapat dilestarikan jika individu tetap berada dalam

kerangka kerja komunitas hubungan. Penyebaran kewarganegaraan tampaknya

terjadi mengurangi masalah oportunisme karena kapan inisiatif berlangsung dalam

konteks pribadi hubungan dan jejaring sosial, ada yang lebih besar kemungkinan

kesepakatan akan dijaga. Hal ini karena dari ketakutan bahwa jika suatu perjanjian

dipatahkan sanksi yang dikenakan dapat menjadi pengecualian dari sistem

perjanjian individu dan kolektif. Mampu menggunakan barang komunitas dengan

demikian merupakan insentif penting dalam menghindari pembelotan dan

menempatkan hubungan kepercayaan beresiko. Hubungan sebab akibat antara

modal sosial dan kecenderungan individu untuk bekerja sama dikonfirmasi oleh

banyak bukti empiris.

1.1.1.8 The Mission of Indonesian Journalism: Balancing Democracy,

Development, and Islamic Values

Selanjut menganai implementasi demokrasi di Indonesia haruslah

dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat diterima dan dapat tercapai suatu tujuan

dari demokrasi di Indonesia itu sendiri. Terdapat upaya-upaya yang dapat

dilakukan oleh warga negara demi memajukan demokrasi di Indonesia, termasuk

oleh seorang jurnalis. Dijabarkan oleh Lawrence Pintak dan Budi Setiyono dalam

jurnal yang berjudul “The Mission of Indonesian Journalism: Balancing


Democracy, Development, and Islamic Values” tahun 2011. Cara wartawan

Indonesia melihat misi inti mereka telah berevolusi namun telah ada tidak berubah

secara radikal sejak era Suharto. Sementara mereka tidak lagi lapdog dari

pemerintah, mereka terus melihatnya sebagai tugas mereka untuk bekerja dalam

pengembangan masyarakat untuk memberi suara kepada mereka yang tidak

memilikinya. Prioritas mereka adalah area yang bisa membantu mereka bangsa

berhasil beralih ke abad baru: pendidikan, hak asasi manusia, eliminasi korupsi

dan kemiskinan, perbaikan lingkungan, dan kesehatan masyarakat orang orang.

Bebas dari pembatasan Orde Baru yang lebih mengerikan, wartawan

Indonesia masih tidak melihatnya sebagai tempat mereka untuk menyerang atau

merobohkan. Sama seperti pria yang punya hak untuk meneriakkan api di sebuah

teater yang ramai namun memilih untuk mempertahankan kontrol dirinya,

wartawan Indonesia percaya bahwa mereka harus menyeimbangkan hak mereka

sendiri dengan sesama warga negara mereka. Seperti mayoritas orang-orang

sebangsanya, identifikasi para jurnalis dengan Islam telah diperkuat, bercampur

dengan nasionalisme Indonesia yang didukung dengan sangat keras oleh media di

bawah Soeharto. Untuk sebagian besar, mereka menyukai menenun Muslim nilai

ke dalam struktur masyarakat namun mendukung pemisahan masjid yang terus

berlanjut dan negara dan menolak manifestasi kekerasan Islam militan, karena

takut mereka melemahkan stabilitas bangsa.

Meskipun sinis tentang motif Amerika dalam memberikan bantuan setelah

tsunami Asia, Mereka sama sekali tidak anti-Amerika, juga tidak pernah

mengalami radikalisasi pada era pasca-9/11. Mereka memberi sedikit prioritas


pada konflik Timur Tengah dan Asia Selatan dan tempat harapan besar pada

Presiden Obama dan potensi hubungan yang lebih baik antara United Negara dan

dunia muslim. Akhirnya, wartawan Indonesia tidak takut mengkritik diri sendiri,

mengekspresikannya kekhawatiran serius tentang kurangnya profesionalisme dan

etika industri mereka sendiri, sama seperti mereka berjuang untuk melepaskan

belenggu yang tersisa pada kemerdekaan mereka.

Dunia modern perkembangan IPTEK tentulah tak bisa kita hindari

penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari, hal ini perlahan tapi pastilah

akan mempengaruhi kegiatan demokrasi dalam praktiknya, seperti penggunaan

media sosial dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan oleh Flourensia Sapty

Rahayu, Susi Widjajani, Muslimah Zahro Romas dalam hasil penelitiannya yang

berjudul ―Iptek Bagi Masyarakat Peserta Didik dalam Menyikapi Fenomena

Cyberbullying di Kalangan Remaja‖ tahun 2013, menjabarkan tentang permasala-

han aspek kehidupan sosial masyarakat dijawab dengan memberikan penyuluhan

tentang bagaimana membangun sikap kepedulian sosial terhadap korban dan

bagaimana menyikapi peristiwa cyberbullying yang terjadi. Juga diberikan

pelatihan tentang bagaimana membangun sebuah komunitas online anti

cyberbullying di Internet. Kegiatan pendampingan dilakukan sebagai sarana untuk

memonitor sejauh mana Peserta Didik-siswi telah melakukan kegiatan sosisalisasi

tentang cyberbullying kepada teman-teman mereka. Secara umum semua kegiatan

telah berjalan sesuai dengan rencana. Hanya ada sedikit kendala pada saat

pendampingan untuk mengingatkan Peserta Didik-siswi dalam membuat tugas

untuk sosialisasi yang telah diberikan kepada mereka. Peserta Didik-siswi di salah
satu sekolah kurang disiplin dalam mengerjakan tugas sehingga harus selalu

dikejar-kejar untuk dapat memenuhi tenggat waktu yang telah diberikan.

1.1.1.9 Does the Internet Promote Democracy

Selanjutnya juga dijabarkan oleh C.C. Gotlieb dalam hasil penelitiannya

yang berjudul “Does the Internet Promote Democracy?” tahun 2002.

Menjelaskan tentang Metode komunikasi yang tidak bisa diinterupsi oleh aksi

musuh. sebuah konsekuensi bahagia dari ini adalah bahwa hal itu tidak dapat

ditekan oleh mereka yang mungkin memilih untuk melakukannya, dan dengan

demikian menjadi cara yang ampuh untuk mencapai orang-orang. Apalagi karena

biaya transmisi dan penerimaannya begitu rendah, itu bisa membuat setiap orang

penerbitnya sendiri, sehingga menjadi jalan bagi individu untuk menjangkau

seluruh dunia. Hal ini memungkinkan gagasan menyebar, berita menjadi tanpa

sensor, dan meletakkan dasar untuk prasyarat yang paling penting demokrasi.

Bukti paling kuat bahwa Internet memang bekerja dengan cara ini Adanya

ratusan jaringan komunitas, internet politik kelompok aksi, dan organisasi

internasional yang sangat terorganisir, yang ada mendorong netizen untuk secara

aktif terlibat dalam pengawasan pemerintah dan partisipasi. Tidak diragukan lagi,

Amerika Serikat memiliki jumlah kelompok terbanyak, tetapi mereka juga sangat

aktif di Kanada, Inggris, Australia, dan banyak negara lainnya. Beberapa contoh

harus dijadikan poin. Di Amerika. Demokrasi Online memberi tujuannya

Mempromosikan upaya partisipasi masyarakat secara online di seluruh dunia

berbagi pengalaman informasi, penjangkauan, dan pendidikan. Pusat untuk

Jaringan Sipil di Cambridge MA.


Kampanye Global Internet Liberty (www.gilc.org) memiliki kebebasan

berbicara dan privasi sebagai isu utamanya, namun cakupannya benar-benar

internasional, seperti namanya klaim. Di belasan negara pemerintah secara aktif

mendorong, dan bahkan mendukung secara finansial, semacam itu organisasi.

Saya senang untuk mengatakan bahwa dalam sebuah survei baru-baru ini, Kanada

dinilai lebih dulu di antara dua puluh negara yang bertindak dengan cara ini. Di

Universitas Toronto saya sendiri, The Electric Commons/L 'AgoraElectronique

dengan sangat baik.

Bahkan di negara-negara demokratis yang tidak kudis akses seperti yang

dijelaskan Di atas ada kontrol yang nyata dan efektif. Internet dikelola oleh

perusahaan swasta yang terdaftar di California-ICANN-the Internet Corporation

untuk Ditugaskan Nama dan Nomor. Pemerintahan Internet oleh ICANN adalah

topik yang sangat kontroversial yang membutuhkan pembicaraan lebih lama

daripada yang satu ini bahkan mulai melakukannya keadilan. Untuk pandangan

menyeluruh tentang Kehadiran dan sejarah internet, dan tata kelola, lihat Internet

Galaxy oleh Manuel Castells.

Cukuplah disini untuk mengatakannya seolah-olah Tujuan ICANN

terutama untuk mengelola ruang domain, menetapkan URL (Universal Resource

Locations), dan alamat internet untuk routing, dan ke menyelesaikan perselisihan

di antara mereka yang ingin mendaftarkan nama Web. Tapi ICANN's dewan

direksi sangat berat tertimbang oleh perwakilan dari perusahaan multinasional,

dan mekanisme penyelesaian perselisihannya sebagian besar diambil dari World

Intellectual Property Organization yang berbasis di Jenewa (WIPO), yang


mengelola hak cipta, hak paten, dan merek dagang. Kritik terhadap ICANN, yang

datang dari banyak tempat, dan terutama dari dua nya Direksi sendiri yang berasal

dari Amerika Serikat dan Jerman, berpusat di sekitar tuduhan bahwa hal itu tidak

demokratis, bahwa hal itu menguntungkan perusahaan global besar, dan dengan

mengikuti WIPO itu mengabadikan dominasi Internet oleh organisasi

multinasional untuk siapa keuntungan, dan bukan keadilan adalah tujuan penting.

Hasilnya adalah komersialisasi yang berkembang Internet. Hal ini dapat di jadikan

sebagai pijakan peneliti didalam memandang penggunaan internet dalam

demokrasi, meskipun berbeda konteksnya.

1.1.1.10 Learning by clicking:An experiment with social media democracy

in Indonesia

Selanjutnya mengenai penggunaan internet dalam berdemokrasi juga dapat

dimanfaatkan dalam proses pengambilan suaranya/ vooting. Seperti dijelaskan

oleh Effendi Gazali dalam jurnalnya yang berjudul ―Learning by clicking:An

experiment with social media democracy in Indonesia‖ pada tahun 2014

menjelaskan dari interplays yang digambarkan dalam penelitian tersebut, kita

dapat melihat bahwa semua faktor di dalamnya komunikasi politik kontemporer

Indonesia telah bereksperimen dengan media sosial. Tentu, mereka memiliki

kepentingan yang berbeda, tapi hampir semuanya melihat a secara bertahap

namun signifikan pengaruh media sosial terhadap demokrasi di Indonesia.

Pasar sekali lagi menunjukkan kemampuan beradaptasi dalam bekerja baik

dengan Media pemerintah dan konvensional dan sosial. Pemilik media dan

konglomerat mereka jarang kehilangan apapun yang bertentangan dengan


kepentingan mereka. Wartawan di industri media masih merasa harus melayani

kepentingan bersama. Secara umum, Bila ada kepentingan yang saling

bertentangan, pemilik media dan wartawan sekarang cukup bugar baik dalam

kategori 'kolaborasi orientasi terhadap dialog'. Pada bagian dari para aktivis, kami

mencatat 'orientasi agon terhadap dialog.' Ini menunjukkan bahwa kita seharusnya

tidak berusaha untuk meningkatkan hubungan sosial dengan mengorbankan

pengalamatan ketidaksetaraan dan eksploitasi sosial (Rawlins, 2009), atau tidak

mendukung dialog konsensual sebagai bentuk terbaik perubahan sosial (Ganesh

dan Zoller, 2012: 84). Jadi, beberapa Aktivis mungkin masih bisa menjalin

hubungan baik dengan ruang berita media konvensional untuk mendapatkan

dukungan atas tindakan yang mereka luncurkan melalui media sosial. Tapi

kebanyakan para aktivis sangat yakin akan pengaruh media sosial yang luar biasa

Diilustrasikan oleh Usman Hamid, yang tampaknya tidak lagi melihat sebuah isu

di sana, mengatakannya 'Konglomerat media konvensional hampir mati!' Bahkan

para aktivis sudah lama mencoba untuk secara taktis menangani kebutuhan untuk

merangkul keduanya prinsip-prinsip budaya konsumen saat ini dan menantang

narasi-narasumber yang dominan. Namun, mereka tidak selalu berhasil. Itulah

sebabnya mereka cenderung meringkas formula untuk memanfaatkan jaringan dan

pergerakan gerakan (yang sekarang kita sebut jaringan gerakan atau gerakan

jaringan). Mereka kemudian berusaha membangun sinergi dengan bagian

masyarakat sipil lainnya, antara lain di Dinamo (Digital Nation Movement).

Melihat banyak eksperimen, seseorang tidak dapat mengatakan bahwa

para aktivis Indonesia memiliki berhasil menaklukkan fenomena Lim 'banyak


klik, tongkat kecil'. Apa yang kita bisa Diperkirakan lebih jauh lagi bagi para

aktivis untuk terus bereksperimen dengan segala potensi sosialnya media

berdasarkan kasus per kasus. Aktor lain akan melakukan hal yang sama. Haruskah

aktivis Terus bekerja secara sistematis dan inovatif dalam ranah media sosial yang

unik, Indonesia mungkin terus bergerak secara bertahap namun secara signifikan

mengarah pada apa yang disebut sosial demokrasi media. Untuk saat ini, semua

agen ini telah mengklik dan mengklik-dan belajar, satu klik pada satu waktu.

1.1.2 Jurnal Nasional Terakreditasi

1.1.2.1 Demokrasi Menundukkan Anarki

Dijelaskan pula oleh Andi Ali Said Akbar dalam jurnalnya yang berjudul

―Demokrasi Menundukkan Anarki‖ pada tahun 2016 menjabarkan secara

kultural, penting pula melakukan perubahan strategi pengakaran budaya

demokrasi di tubuh Ormas. Selama ini hanya dikenal strategi pembangunan

semangat demokrasi dan pluralism melalui dialog dan kerjasama antar ormas dan

kelompok berbeda agama kemudian antara ormas dengan Negara. Belum banyak

dikembangkan strategi dialog internal umat beragama seperti dialog antar sesame

Ormas Islam sendiri. Padahal kita ketahui antara NU, Muhammadiyyah, ICMI,

JIL, FPI, Budayawan, Universitas dan lain sebagainnya memiliki akar sejarah,

pemikiran, tradisi dan strategi gerakan yang jauh berbeda satu sama lain.

Pembelajaran dari perbedaan sejarah, pemikiran dan tradisi ini masih jarang

didialogkan di internal umat Islam sendiri. Tradisi dialog dan kerjasama antar

sesame ormas seagama akan menumbuhkan promosi nilai-nilai etika politik yang

mencerminkan sikap ideal berdemokrasi.


Resep yang sama juga harus tumbuh dikalangan Ormas nasional,

kepemudaan dan kedaerahan. Ormas seperti Pemuda Pancasila (PP), KNPI,

Laskar Merah Putih dan sebagainnya. Sesama Ormas hendaknya mengembangkan

diskursus dan kerjasama gerakan yang mencerminkan etika politik dan

kepentingan bersama sehingga terbangun ikatan emosional, persaudaraan dan

kedewasaan berpolitik. Nantinya ketika terdapat isu ataupun momen yang

membuat mereka bersingungan maka tidak akan mudah terarah pada konflik yang

menajam dan anarkhis. Pada akhirnya baik Ormas dan Negara memiliki tanggung

jawab yang sama pentingnya dalam mengembangkan kultur dan etika masyrakat

sipil di sebuah Negara demokrasi.

1.1.2.2 Pola Demokrasi yang Dikembangkan Pendiri Bangsa

Hariono dalam jurnalnya yang berjudul ―Pola Demokrasi yang

Dikembangkan Pendiri Bangsa‖ tahun 2012 menjelaskan blue-print demokrasi

yang dikembangkan oleh para pendiri bangsa bergerak dari ranah yang bersifat

pribadi meluas pada dimensi sosial dan politik. Pengalaman hidup anak-anak

pergerakan sebagai pribadi yang sering diperlakukan tidak adil mendapat

pemahaman baru setelah mereka berkenalan dengan pengetahuan modern. Proses

berpikir mereka yang kritis dan reflektif mampu mengungkap adanya proses

budaya yang dianggap tidak wajar. Mereka menggugat proses dehumanisasi yang

sedang berlangsung pada jamannya. Mereka menyadari bahwa rakyat nusantara

tidak pernah mendapat kedaulatan dalam sistem feodal maupun kolonial.

Kekuasaan dalam sistem feodal maupun kolonial selalu berusaha

mendominasi. Kungkungan sistem feodal dan kolonial yang membelenggu


kedaulatan rakyat menyebabkan rakyat selamanya tidak akan berdaulat. Mereka

berusaha menemukan sistem kekuasaan yang memungkinkan untuk menempatkan

rakyat berdaulat. Sistem tersebut adalah demokrasi. Dalam rangka merebut

kedaulatan politik itulah, para pendiri bangsa mempunyai cara pandang dan

metode perjuangan yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh persepsi

mereka tentang demokrasi. Secara umum konsepsi tentang demokrasi dibedakan

menjadi dua, yaitu demokrasi moderat dan demokrasi radikal. Demokrasi

evolusioner adalah konsep yang beranggapan bahwa demokrasi harus

dilaksanakan secara gradual sesuai dengan kemampuan rakyat serta kondisi

sosial-ekonomi-politik yang ada. Kelompok yang mendukung konsepsi ini

umumnya menganut garis perjuangan yang kooperatif dengan pihak penjajah.

Tokoh-tokoh yang bersedia bergabung dalam Volksraad adalah pendukung dari

gerakan demokrasi evolusioner.

Sebaliknya mereka yang tidak bersedia bekerjasama dengan pihak

penjajah adalah pendukung demokrasi radikal. Mereka tidak bersedia duduk di

Volksraad, karena Volksraad hanya dianggap sebagai lembaga demokrasi semu.

Lembaga ini mempunyai kelemahan.

1.1.2.3 Jean-Jaques Rousseau dalam Demokrasi

Daya Negri Wijaya menjelaskan pandangan tokoh mengenai demokrasi

dalam jurnal yang berjudul ―Jean-Jaques Rousseau dalam Demokrasi‖ pada tahun

2016, menjelaskan demokrasi Rousseau tidak terlepas dari teori sentralnya pada

kebebasan dan kehendak umum. Demokrasi sebagai tata kelola rakyat selalu

berbasis pada kebebasan dan kehendak umum. Bila bagi Locke pemerintahan
yang baik seharusnya dipisahkan menjadi tiga yakni legislatif, eksekutif, dan

federatif; pemerintahan yang baik bagi Rousseau tidak perlu dibagi karena dapat

memecah keutuhan negara. Dia beranggapan bahwa demokrasi yang ideal tidak

akan pernah ada karena sangat kecil kemungkinan manusia memperjuangkan

kepentingan umum. Namun, dia juga berpendapat kepentingan umum pasti selalu

ada walaupun dibayangi oleh kepentingan pribadi. Selama kebebasan berpendapat

dijunjung tinggi dalam kehidupan politik dan musyararah dalam merancang

kebijakan dilakukan, maka pemerintahan telah mengarah pada demokrasi idealnya

Rousseau. Ketika kehendak umum selalu dikedepankan maka kesetaraan,

keadilan, dan kesejahteraan rakyat secara tidak langsung akan tergapai.

1.1.2.4 Tinjauan Konstitusional Terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah

Pemilu merupakan wujud nyata dari demokrasi disuatu negara termasuk

negara Indonesia yang asaskan demokrasi Pancasila, adapun dasar dari

dilaksanakannya pemilu di Indonesia baik dalam pemilu Eksekutif maupun

legislatif, dari tingkat pusat maupun daerah. Berikut adalah telah diterangkan oleh

Widayati dalam penelitiannya mengenai ―Tinjauan Konstitusional Terhadap

Pemilihan Umum Kepala Daerah‖ pada tahun 2010, menjelaskan dalam Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyatakan bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk

Republik. Dari rumusan Pasal tersebut tergambar bahwa the founding fathers

Indonesia sangat menekankan pentingnya konsepsi Negara Kesatuan sebagai

definisi hakiki Negara Indonesia. Dan Pasal 37 ayat (5) menyatakan bahwa

Khusus terhadap bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat


dilakukan perubahan. Pasal ini jelas mengandung komitmen dan tekad bahwa

Negara Republik Inndonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, akan tetap berbentuk Negara Kesatuan

selamanya, kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan Rakyat pada suatu hari

mengubah lagi ketentuan Pasal 37 ayat (5) tersebut (Asshiddiqie, 2006). Salah

satu ciri dari sebuah Negara Kesatuan adalah tidak terdapat Negara dalam Negara.

Kekusaan penyelenggaraan negara berada pada pemerintah pusat. Wewenang

legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional/pusat.

Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah.

Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian

kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi (Budiardjo, 1982). Negara

Indonesia adalah negara kesatuan dengan prisip desentralisasi. Negara Kesatuan

Republik Indonesia dikembangkan dengan tetap menjamin otonomi daerah-daerah

yang tesebar di seluruh tanah air Indonesia yang sangat luas dan majemuk.

1.1.2.5 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Menggunakan Hak Suara pada

Pemilu Legislatif 2014

Selanjutnya dijelaskan pula oleh Muhammad Bayu Dwi Cahyo dalam hasil

penelitiannya yang berjudul ―Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Menggunakan

Hak Suara pada Pemilu Legislatif 2014‖ tahun 2015, menjelaskan beberapa hal

yang perlu digaris bawahi mengenai Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

Menggunakan Hak Suara pada Pemilu Legislatif 2014, yaitu pertama tingkat

partisipasi masyarakat pada Pemilu Legislatif 2014 kali ini meningkat. Karena

jika dibandingkan dengan Pemilu Legislaif 2009, pemilih yang hadir meningkat
walaupun jumlah peningkatannya bisa dibilang sedikit. Dan walaupun sebenarnya

tingkat masyarakat yang golput masih cukup banyak. Dari data yang penulis

peroleh, dari sebesar 66.378 pemilih, ada sebanyak 45.564 (69%) pemilih yang

hadir, sementara sebanyak 21.743 (31%) pemilih yang tidak hadir.

Kedua, tingginya angka masyarakat urban di Kecamatan Godong

Kabupaten Grobogan menjadi salah satu penyebab banyaknya pemegang hak pilih

yang golput, sekitar 25%-30% pemegang hak pilih tidak berada ditempat atau

berada di luar kota, baik untuk bekerja maupun kuliah dan lain-lain. Tidak

tertariknya masyarakat Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan dengan Pemilu

juga menjadi penyebab mengapa masyarakat memilih untuk golput. Dan juga

banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang sosok calon-calon legislatif

yang akan dipilih juga menyebabkan masyarakat enggan untuk menggunakan hak

pilihnya.

Ketiga, jika dilihat dari pasal 28 E UUD 1945, golput bukanlah sebuah

pelanggaran hukum melainkan HAM. Jadi masyarakat bebas untuk memilih

ataupun tidak memilih pada penyelenggaraan Pemilu. Masyarakat yang tidak

dapat memilih karena tidak terdatar sebagai DPT (Daftar Pemilih Tetap) meru-

pakan suatu pelanggaran HAM, karena telah menghilangkan hak politik sebagai

warga Negara yang berhak untuk memilih atas dasar hal-hal tersebut, penulis me-

nyarankan beberapa hal. Pertama, pemerintah perlu lebih mempermudah proses

pindah memilih, agar masyarakat yang merantau ke luar kota maupun keluar

negeri dapat dengan mudah mendapatkan hak pilih, dan tetap bisa berpartisipasi

menggunakan hak pilihnya tanpa harus pulang ke kampong halamannya terlebih


dahulu. Selanjutnya, KPU harus lebih meningkatkan sosialisasi, agar antusiasme

masyarakat terhadap Pemilu menjadi meningkat, dan agara masyarakat mau untuk

dating ke TPS untuk menggunakan hak pilih mereka. Yang terakhir, Bawaslu

seharusnya cepat untuk menanggapi laporan-laporan dari warga, tidak hanya

membiarkannya saja. Dan Bawaslu juga harus lebih sering turun langsung ke

lapangan untuk meningkatkan pengawasan terhadap jalannya Pemilu.

1.1.2.6 Partai Politik Islam dan Pemilihan Umum: Studi Peningkatan Dukungan

Elektoral PKB dan PPP Pada Pemilu Legislatif 2014 DPR RI di Dapil DKI

Jakarta

Dijelaskan Donie kadewandana malik (2016) juga mengenai demokrasi

golongan, meningkatnya dukungan elektoral partai-partai politik Islam di Pemilu

Legislatif 2014, seperti PKB dan PPP, menunjukkan bahwa partai-partai politik

Islam juga mempunyai peluang yang sama dengan partai-partai lainnya yang tidak

berbasis agama untuk menaikkan suara di dalam arena politik pemilu. Jadi, partai

berlabel agama atau nasionalis, ataupun yang lainnya tidak berpengaruh signifikan

terhadap performa di pemilu. Melainkan yang lebih menentukan terhadap

kenaikan dukungan elektoral partai-partai di dalam pemilu adalah multifaktor

seperti kinerja/performa, program, maupun tokoh-tokoh dari partai politik itu

sendiri. Partai berbasis agama atau nasionalis jika tidak berperforma baik maka

tidak akan mendapatkan dukungan. Namun sebaliknya, partai berbasis agama atau

partai nasionalis, jika berperforma baik, maka akan mendapatkan dukungan dari

pemilih
Sejalan dengan itu, ada beberapa tantangan ke depan yang harus direspons

oleh partai-partai politik di Indonesia, khususnya bagi partai-partai politik Islam

agar terus eksis di kancah perpolitikan tanah air. Pertama, terkait dengan

kemampuan partai-partai politik Islam dalam mengaktualisasikan ideologi Islam

di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga dapat memberikan

dampak positif bagi perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Kedua, dalam hal

kepemimpinan politik. Artinya, sejauh mana partai-partai politik Islam, bisa

memiliki pemimpin-pemimpin yang visioner dan berkualitas. Ketiga, terkait

dengan kemampuan pengemasan (branding) partai-partai politik Islam di era yang

semakin kompetitif ini supaya bisa tetap eksis dan dilirik oleh para pemilih.

1.1.2.7 Kapitalisme Pendidikan dalam Penerapan Progam Sekolah di SMA Al-

Kautsar Bandarlampung

Kualitas demokrasi seorang warga negara tentunya juga dipengaruhi oleh

kualitas pendidikannya. Dijabarkan oleh Tuti Sulistio Warni & Nurul Fatimah

dalam jurnal yang berjudul ―Kapitalisme Pendidikan dalam Penerapan Progam

Sekolah di SMA Al-Kautsar Bandarlampung‖ tahun 2015, menerangkan

mengenai dunia pendidikan, dalam output yang dihasilkan SMA Al-Kautsar

terbukti sekolah ini dalam penerapan program sekolah tidak berjalan efektif

karena tidak semua program sekolah dan fasilitas sekolah dapat dirasakan para

Peserta Didik SMA Al-Kautsar, selain itu proses pembelajaran yang efektif juga

tidak terjadi di seluruh tipe kelas, akhirnya berdampak pada prestasi yang mereka

peroleh. Khususnya kelas plus yang difasilitasi lebih oleh sekolah tidak

menunjukan banyak prestasi, hal ini disebabkan dalam proses pembelajarannya


berjalan tidak efektif karena banyak program plus yang seharusnya dijalankan

namun justru tidak diterapkan oleh para guru. Selain itu komunikasi antara Peserta

Didik dan guru juga tidak efektif, terbukti sekolah tidak memiliki banyak data

mengenai keterserapan lulusan di berbagai macam perguruan tinggi dan juga

dunia pekerjaan, hal ini menyebabkan sulitnya mengukur keunggulan SMA Al-

Kautsar berdasarkan keterserapan lulusannya di dunia kerja.

1.1.2.8 Aspek Demokrasi dalam Pemilihan Umum Raya Online Presiden

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang tahun 2011.

Dalam hal pendidikan Demokrasi dalam lingkungan Pendidikan terdapat

hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

kali ini, yaitu oleh Syamsul Bakhri, Tri Marhaeni Pudji Astuti, Eko Handoyo

dalam jurnal yang berjudul ―Aspek Demokrasi dalam Pemilihan Umum Raya

Online Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Semarang tahun 2011‖ pada tahun

2013, menjelaskan dalam pelaksanaan pemilu online penghitungan suara yang

merupakan proses selanjutnya dalam berdemokrasi setelah pemungutan suara juga

perlu dikembangkan lebih lanjut. Penghitungan suara yang terkesan tertutup dan

tidak diketahui banyak mahasiswa dapat di tunjang dengan pemanfaatan

telekonferensi video. Sehingga partisipan dapat saling berkomunikasi tanpa

mengunjungi tempat penghitungan suara di Gedung Rektorat. Tetapi, bisa

melihatnya di tempat-tempat yang dekat, strategis dan dikunjungi banyak

mahaPeserta Didik. Misalnya di tiap-tiap fakultas, Taman Embung Unnes,

Gerbang utama Unnes dan Simpang tujuh Unnes.


Terjadinya perubahan sosial dan budaya dalam Pemira disebabkan oleh

penemuan baru. Faktor pendorong terjadinya perubahan adalah penemuan baru

dalam bidang teknologi, yaitu sistem online dalam Pemira. Sistem Pemira online

pada awalnya sebagai gagasan atau discovery, untuk meningkatkan efisiensi dan

penekanan penggunaan kertas dalam Pemira.Tetapi, karena gagasan ini sesuai dan

mendukung visi Unnes konservasi pada tahun itu juga dilakukan pengembangan

dan penerapan.Teknologi ini baru pada tahap invention yaitu diakui dan

diterapkan di Unnes Dalam Penghitungan suara Pemira online tidak terjadi aksi

publik yang diprakarsai oleh individu karena selain dari hasil Pemira yang

terpampang di layar diacuhkan oleh penonton. Hanya ada individu yang

berkumpul dan melihat hasil penghitungan suara. Semua yang berada di sana

tidak memberikan dukungan dengan bersorak-sorak atau yel-yel dan tidak terjadi

perbedaan pendapat atau adanya hal yang dapat memicu terjadinya konflik. Dapat

disimpulkan bahwa Pemira online dapat menjadi solusi untuk memecahkan

masalah konflik atau sengketa Pemilu yang sering terjadi.

1.1.2.9 Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS Gateway Untuk Pemilihan

Ketua Osis

Selanjutnya terdapat pula hasil penelitian oleh Donie Kadewandana Malik

(2016) mengenai demokrasi pemilihan dalam lingkungan pendidikan dasar dan

menengah adalah penelitian yang dilakukan oleh Etika Mulyawati dalam

penelitiannya yang berjudul ―Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS

Gateway Untuk Pemilihan Ketua Osis‖ pada tahun 2014, menjabarkan

berdasarkan testimony oleh pakar/pengguna TI, berikut ditampilkan perubahan


pada halaman kandidat, halaman suara dan halaman grafik. Berdasarkan hasil uji

penggunaan oleh Peserta Didik SMA N 1 Slawi, maka didapatkan presentase rata-

rata dari seluruh kriteria adalah 85% yang dapat dikategorikan ke dalam kriteria

‗Sangat Baik‘dalam range kriteria.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, sistem SMS gateway mampu

menampung semua pesan masuk dan juga merespon kembali pesan tersebut

secara keseluruhan. Waktu tunda yang dibutuhkan sistem untuk mengatasi

tabrakan SMS yaitu 3 menit 5 detik. Kelebihan dari model e-election ini adalah

untuk menggunakan sistem ini, pengembang tidak perlu menggunakan perangkat

keras PC dan modem GSM yang berspesifikasi tinggi, user dapat cepat

memperoleh informasi yang diinginkan dan sistem dapat memperbaharui hasil

perolehan suara secara otomatis. Kekurangannya sistem ini masih bersifat lokal

(tidak terhubung jaringan internet) dan tampilan layout dinilai masih sederhana.

1.1.2.10 Merawat Sikap dan Perilaku Hidup Demokratis Melalui

Pendidikan Politik

Binov Handitya (2018) menyebutkan bahwa apapun bentuk pendidikan

politik yang akan digunakan dan semua bentuk yang disuguhkan di atas

sesungghnya tidak menjadi persoalan yang dasar. Aspek yang terpenting adalah

bahwa kita wajib merumuskan bentuk pendidikan politik yang dipilih. Pendidikan

politik yang dipilih harus mampu meningkatkan rasa keterikatan diri (sense of

belonging) yang tinggi terhadap tanah air, bangsa dan negara. Apabila

diasosiasikan dengan bentuk politik yang tertera di atas, maka yang menjadi tolak

ukur utama keberhasilan pada jalannya pendidikan politik terletak pada


penyelengaraan bentuk pendidikan politik yang terakhir yaitu melalui jalur

lembaga atau asosiasi dalam masyarakat. Dalam hal ini pendidikan politik dapat

diterapkan dengan lebih ditekankan melalui jalur pendidikan formal, yaitu

pendidikan politik yang diselenggarakan melalui lembaga resmi (sekolah). Namun

harus didukung juga dengan peran masyarakat untuk ikut melaksanakan

pendidikan politik melalui jalan sosialisasi, lokakarya dan diskusi dalam

masyarakat

1.1.2.11 Keikutsertaan Masyarakat Dalam Menjalankan Pemerintahan dan

Sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Melalui Pemilihan Umum di

Indonesia

Panti Rahayu (2018) menjelaskan tentang partisipasi masyarakat, yang

mana keikutsertaan masyarakat untuk berada dalam lingkaran kekuasaan sehingga

dapat turut serta menjalankan pemerintahan maupun sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat yang dapat mengeluarkan berbagai kebijakan politik, dilandasi

dengan berbagai motivasi. Beberapa motivasi dapat dikategorikan sebagai

kepentingan pribadi misalnya karena untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan

untuk dirinya sendiri atau untuk aktualisasi dan eksistensi diri dalam masyarakat,

maupun motivasi untuk kepentingan kelompoknya yang merupakan bagian dari

partai politik yang bertujuan meraih kekuasaan sehingga kemudian turut serta

mengambil kebijakan-kebijakan penting berkaitan dengan kehidupan berbangsa

dan bernegara.
1.1.2.12 Money Politic dalam Praktik Demokrasi Indonesia

Masih kurangnya pemahaman demokrasi yang baik dimasyarakat

menjadikan praktik negatif demokrasi masih saja terlaksana, seperti dijabarkan

oleh Amarru Muftie Holish (2018) mengenai money politic dalam Prespektif

Demokrasi di Indonesia adalah suartu pelangaran, karena pada esensinya money

politic di Indonesia akan merusa elekttabilitas dari Pemilihan Umum itu sendiri.

Sudah sangatlah jelas bahwasannya money politic untuk mengendaliakn Hak

seseorang adalah pelangaran pidana, hal ini tertera dalam UU No 12 tahun 2003

pasal 139 (2) tentang pemilihan umum. Sehingga dapatalah diatrik kesimpulan

Praktik money Politik dengan bentuk apapau dan tujuan apapun adalah pelangaran

yang dikenakan sanksi Pidana yang tertera dalam Undang Undang.

1.1.2.13 Pemahaman siswa tentang konsep Demokrasi dalam Pendidikan

Kewarganegaraan

Dijelaskan oleh Agung Suharyanto (2017) Siswa sebagai penerus bangsa

memiliki peran penting dan sekaligus memiiki tanggung jawab yang besar

terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pendidikan kewarganegaraan

sebagai pendidikan bela negara yang merupakan wadah demokrasi. Pendidikan

kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela

negara sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari

berbagai ancaman. Hal yang sangat penting dalam pendidikan sekolah adalah

mengenai kurikulum pendidikan demokrasi. Kurikulum pendidikan demokrasi

menyangkut dua hal; panataan dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan

pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler (mata pelajaran). Isi materi
berkenaan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang layak dari pendidikan

demokrasi.Siswa merupakan generasi penerus bangsa untuk mewujudkan bangsa

yang adil dan sejahtera, dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam

kehidupan bangsa Indonesia, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Oleh

karena itu betapa pentingnya pembinaan dan mengarahkan siswa agar menjadi

manusia yang mampu dan bertangung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat,

bangsa dan negara. Siswa merupakan bagian yang belum terpisahkan dari pada

masyarakat Indonesia, mempunyai tanggung jawab dan dapat mampu memahami

konsep demokrasi ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu sistem demokrasi

harus dapat dipahami dan dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Maka dapat disimpulkan dengan menerapkan sistem demokrasi dapat

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

1.1.2.14 Pengaruh Pendidikan Politik dan Demokrasi Bagi Generasi Muda

Terhadap Tingkat Partisipasi Pelaksanaan Pemilihan Umum

Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin (2018) menjelaskan

Pendidikan politik dan demokrasi memiliki peranan yang penting dalam

melahirkan para pemilih pemula dalam pesta demokrasi. Terdapat beberapa faktor

yang menyebabkan para pemilih generasi muda atau pemilih utama kurang

antusias dalam menggunakan haknya. Semakin seseorang mengerti dan

memahami prinsip kehidupan berdemokrasi dan memahami akan hak dan

kewajibannya, maka kecenderungan untuk bersikap aktif semakin besar.

Sementara itu, apabila para generasi muda belum mengetahui secara pasti hak dan
kewajibannya sebagai pemegang kedaulatan rakyat cenderung untuk bersifat

pasif.

1.1.2.15 Pengelolaan pembelajaran sikap Demokratisdi SMP

Muhammadiyah 1 Kartasura

Dijelaskan oleh Nur Chayati, Eko Supriyanto, M. Yahya (2015) mengenai

pembelajaran sikap demokratis menjadi wahana efektif menanamkan nilai-nilai

demokrasi antara lain nilai keterbukaan, nilai persamaan dan nilai kerjasama

engan prinsip saling menghargai. Kenyataan menunjukkan masih kurangnya

kesadaran bersikap demokratis dikalangan peserta didik karena guru belum

sepenuhnya mengimplementasikan model dan strategi pembelajaran nilai-nilai

demokrasi di sekolah. Masih perlunya peningkatan sumber daya manusia bagi

pengelola dan semua pihak yang terlibat untuk mengembangkan sikap demokratis

dengan menciptakan situasi yang mendukung. Kompetensi guru sangat diperlukan

khususnya dalam pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran afektif yang

meliputi, strategi pembelajaran, bentuk-bentuk penilaian yang harus dilakukan

dalam menilai perubahan sikap yang terjadi pada anak didik.

1.1.2.16 Pengembangan Model Simulasi Sosial pada Pembelajaran PKn

Konteks IPS: Upaya Meningkatkan Sikap Demokratis Peserta Didik

Ana Andriani 2014 menjabarkan menganai Peserta didik dapat

berkolaborasi dengan guru dalam setiap pembelajaran PKn (Pendidikan

Kewarganegaraan) konteks IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dengan model simulasi

sosial, karena masing-masing sudah mengerti peran dan tugasnya. Model simulasi

sosial berdampak positif terhadap peningkatan aktivitas peserta didik dalam


proses pembelajaran. Penilaian otentik sangat tepat digunakan dalam

pembelajaran model simulasi sosial. Implementasi model pembelajaran dilakukan

dalam dua tahap, yaitu tahap uji coba terbatas dan uji coba luas. Implementasi

pada uji coba terbatas dimaksudkan untuk mendapatkan model yang ideal, yang

dapat meningkatkan sikap demokratis peserta didik.

Penelitian ini mengajukan saran-saran agar Perguruan Tinggi, khususnya

pengelola program studi PKn dan IPS, untuk dapat mengembangkan berbagai

inovasi pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan sikap demokratis

peserta didik. Penelitian sederhana dapat dilakukan oleh para guru guna

memperkaya bahan ajar dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran simulasi

sosial pada pembelajaran PKn konteks IPS ternyata bisa meningkatkan sikap

demokratis peserta didik, sehingga guru-guru dapat menjadikan hasil penelitian

ini sebagai salah satu alternatif untuk memperkaya bahan dan proses pembelajaran

PKn konteks IPS di sekolah.

1.1.2.17 Pola asuh orang tua Demokratis, interaksi edukatif, dan motivasi

belajar siswa.

Muka Dalas, Emosda, Ekawarna (2012) menjelaskan dari hasil penelitian

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pola Asuh Orang Tua

Demokratis dengan Motivasi Belajar Siswa. Dalam hal ini Pola Asuh Orang Tua

Demokratis memberikan pengaruh yang sedang terhadap peningkatan Motivasi

Belajar Siswa, semakin baik pola asuh orang tua maka motivasi belajar siswa juga

akan semakin baik. Besaran hubungan yang didapat adalah r= 0,559 dengan arah

positif dan tingkat hubungan ―Sedang‖.


Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Interaksi Edukatif

Individu dengan Motivasi Belajar Siswa. Dalam hal ini Interaksi Edukatif

Individu juga memberikan pengaruh yang kuat terhadap peningkatan Motivasi

Belajar Siswa, semakin baik Interaksi Edukatif Individu maka motivasi belajar

siswa juga akan semakin baik. Besaran hubungan yang didapat adalah r= 0,720

dengan arah positif dan tingkat hubungan ―Kuat‖.

Selanjutnya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pola

asuh Orang Tua Demokratis dan Interaksi Edukatif Individu dengan Motivasi

Belajar Siswa. Dalam hal ini Pola asuh Orang Tua Demokratis dan Interaksi

Edukatif Individu juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan Motivasi

Belajar Siswa, semakin baik Pola Asuh orang tua Demokratis dan Interaksi

Edukatif Individu maka motivasi belajar siswa juga akan semakin baik. Besaran

hubungan tanpa adanya variabel pengontrol yang didapat adalah r=0,524 dengan

arah positif dan tingkat hubungan ‘Sedang‖, tetapi setelah diberikan variabel

pengontrol r= 0,2109 dengan arah positif dan tingkat hubungan ―Rendah‖. Nilai

Rsquare 0,564 artinya 56,4 % motivasi belajar siswa di pengaruhi oleh variabel

pola asuh orang tua demokratis dan interaksi edukatif individu, sedangkan sisanya

0,436 artinya 43,6% di pengaruhi oleh faktor-faktor lain (variabel lain diluar

instrumen penelitian) seperti lingkungan, fasilitas, sarana prasarana dan lain-lain.

Hubungan pola asuh orang tua demokratis dan interaksi edukatif individu dengan

motivasi belajar siswa nilainya ‖rendah‖ dikarenakan adanya variabel-variabel

lain yang tidak diteliti sebesar 43,6%.


1.1.2.18 Politisasi Agama Pemecah Keutuhan Bangsa dalam Pemilu

Fanatisme dan ambisi berlebihan juga dapat merusak sistem demokrasi

disuatu negara sehingga mengakibatkan perpecahan, seperti dijabarkan Siti

Faridah, Jerico Mathias (2018) Indonesia sebagai negara yang memiliki sejuta

kekayaan baik alam maupun kebudayaan menyebabkan negara ini menjadi sangat

beragam. Negara yang kompleks atau beragam erat kaitannya dengan negara

demokrasi. Demokrasi sebagai bagian dari prinsip kedaulatan rakyat di

implementasikan melalui pemilu yang diselenggarakan dalam 5 tahun sekali.

Sistem demokrasi yang berjalan harus menjamin hak-hak sipil dan politik

masyarakat.

Dilihat dari penyelenggaraanya, politisasi dalam pemilu kerap kali terjadi

dan dilakukan oleh golongan-golongan garis keras. Bila hal ini terus terjadi maka

dapat berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa. Agama sebagai sesuatu yang

suci tidak pantas untuk dipolitisasi atau dijadikan sebagai alat untuk mencapai

kepentingan politik. Pencampuran antara agama dan politik menyebabkan agama

kehilangan nilai-nilai luhur yang ada dalam setiap ajarannya. Sehingga, politisasi

agama dianggap tidak baik dan akan menyederai ajaran dari suatu agama.

1.1.2.19 Implementasi pembelajaran Demokratis: Sebuah studi tentang

pembelajaran SKI pada madrasah tsanawiyah di aceh

Murdani (2015) menjelaskan penggunaan pembelajaran demokratis dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam belajar secara maksimal. Selama ini ada kesan

bahwa para guru sejarah kebudayaan Islam pada MTsN Model Meulaboh, MTsN

Peureumue, MTsN 1 Takengon, MTsN 2 Takengon, MTsN Model Gandapura,


MTsN Matang Glumpang Dua, MTsN Montasik dan MTsN Rukoh lebih

mengandalkan ceramah dalam pembelajarannya. Sementara itu dengan kehadiran

pembelajaran demokratis diyakini mampu memberikan kemudahan bagi guru

untuk diterapkan dalam pembelajaran. Untuk itu, hendaknya para guru sejak

sekarang perlu melakukan usaha-usaha pengembangan pembelajaran dengan

mempersiapkan materi-materi yang diinginkan oleh keadaan di kelas.

1.1.2.20 Peran Guru Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Membangun Karakter

Demokratis Peserta Didik Kelas IX di SMP Negeri 1 Gempol Kabupaten

Cirebon

Tantri Rahmawati Ningrum, Suniti (2017) menjelaskan bahwa Guru IPS

telah optimal dalam melaksanakan perannya sebagai seorang guru dalam

membangun karakter demokratis peserta didik dengan penuh keikhlasan dan

kesabaran. Sebagian besar pemahaman peserta didik kelas IX di SMP Negeri 1

Gempol terhadap karakter demokratis adalah sebagai sistem pemerintahan. Secara

keseluruhan peserta didik menyadari akan nilai-nilai demokrasi dan mampu

melakukannya, akan tetapi masih kurang dalam keberanian bependapat,

menunjukkan sikap hormat setiap ada perbedaan pendapat, mendengarkan setiap

pendapat orang lain, tidak memotong pembicaraan orang lain yang sedang

berpendapat, hal tersebut masih kurang.

Adapun kendala guru IPS dalam membangun karakter demokratis peserta

didik kelas IX di SMP Negeri 1 Gempol Kabupaten Cirebon terdapat dua faktor

yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri; dan faktor

eksternal seperti keluarga dan teman sebaya. Usaha guru IPS untuk mengatasi
kendala dalam membangun karakter demokratis peserta didik kelas IX di SMP

Negeri 1 Gempol Kabupaten Cirebon dengan melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran dan memberikan keteladanan.

1.1.3 Jurnal Nasional

1.1.3.1 Model Implementasi Sila Ke 4 ―Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan‖ Sebagai Lokus

Pendidikan Demokrasi di SMP Kota Semarang

Dijelaskan Suyahmo (2015) dalam penelitiannya bahwa (1) Pelaksanaan

Pendidikan demokrasi di sekolah lebih dominan dilakukan menggunakan simulasi

pemilihan ketua kelas dan ketua OSIS secara langsung. Kondisi ini

mengakibatkan siswa akan memahami bahwa demokratis itu. (2) Dalam

pembelajaran demokrasi guru banyak yang menggunakan metode diskusi, kondisi

menjadikan persepsi siswa akan terbentuk bahwa diskusi merupakan metode

untuk mengembangkan karakter demokratis. (3) Banyak ditemukan siswa yang

dominan, apatis, normal. Kondisi yang dominan tidak dikendalikan oleh guru. (4)

Musyawarah merupakan bentuk diskusi yang asli Indonesia dengan ciri yang

khusus yang tidak dimiliki oleh diskusi biasa.

1.1.3.2 Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Multikultural

Dijelaskan Sugiyar (2017) yaitu demokrasi sebagai kedaulatan rakyat.

Rakyat adalah pemilik kedaulatan sejati sehingga sudah sewajarnya apabila

kepercayaan dan amanah yang diberikan pada wakil rakyat tidak dapat

dipertanggung jawabkan dengan baik, maka kepercayaan dan amanah tersebut

dikembalikan pada pemiliknya sendiri. Esensi demokrasi hendaknya diletakkan di


atasprinsip dan kesadaran akan kepentingan bersama. Keputusan mayoritas

haruslahdihormati namun, sedapat mungkin dihindari dominasi mayoritas dan

tindakan tiraniminoritas dalam pembuatan suatu kebijakan politik.

Hak asasi manusia sebagai konsep yang dipengaruhi oleh berbagai aspek,

diantaranya ideologi, politik, dan budaya yang melingkupinya. Meski secara

historis sudah ada jauh sebelumnya, perdebatan tentang universalitas dan

partikularitas HAM masih diperbincangkan di berbagai kesempatan oleh berbagai

kalangan hingga saat ini. Dikarenakan Esensi HAM bersifat universal, maka

pandangan yang menyatakan bahwa HAM berasal dari budaya Barat‖ sehingga

bertentangan dengan budaya ―Timur‖ adalah pandangan yang kurang tepat.

Sesungguhnya bukan budaya Barat‖ berhadapan dengan budaya Timur‖, sehingga

tesis yang menghadapkan pada kedua hal tersebut dan kemudian

mempertentangkannya adalah tidak sesuai dengan sifat melekat dan universal dari

HAM.

1.1.3.3 Demokrasi dan Demokratisasi: Sebuah Kerangka Konseptual untuk Memahami

Dinamika Sosial-Politik di Indonesia

Heru Nugroho (2012) menyebutkan demokrasi adalah konsep politik yang

menjadi pilihan sistem politik di berbagai negara dunia ketiga pada dua dasawarsa

terakhir. Ambruknya ideologi komunisme Uni Soviet di tahun 1989, semakin

menambah popularitas demokrasi sebagai ideologi politik. Konsep demokrasi

dianggap mampu dan nyata untuk mengatasi masalah sosial politik yang dihadapi

berbagai negara.
Agar akselerasi praktek demokratisasi dapat ditingkatkan, maka perlu

upaya-upaya konkrit yang harus dilakukan, diantaranya adalah penanaman atas

pemahaman nilai-nilai demokrasi secara individual ditingkatkan, pembentukan

masyarakat sipil dan kelembagaan sosial, perbaikan kinerja parlemen dan

peningkatan kepekaan pemerintah.

Bangsa Indonesia yang masih dalam taraf belajar berdemokrasi harus

selalu belajar dan melakukan pembenahan di segala bidang. Kelemahan yang

terjadi selama satu dekade proses reformasi digulirkan sebaiknya terus dikoreksi

dan diperbaiki. Dengan cara ini maka praktek demokrasi untuk kesejahteraan

rakyat dapat direalisasi dan kegagalan demokrasi dapat dihindari.

1.1.3.4 Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UGM

(JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi Di Indonesia

Ardyantha Sivadabert Purba (2015) demokrasi dalam civil society

mengidikasikan bahwa para akademisi yang menggunakan kacamata ini yakni

Bob Sugeng Hadiwinata, Afan Gaffar, Cornelis Lay, dan Endi Haryono

menginginkan adanya kedewasaan masyarakat Indonesia dalam memandang suatu

civil society dikarenakan tidak seluruh civil society merupakan perwakilan

masyarakat yang menginginkan dan memperkuat nilai-nilai demokrasi. Jangan

lupa, dengan membebaskan gaya berpikir masyarakat maka demokrasi tidak akan

bisa mengontrol seluruh masyarakat Indonesia untuk mendukung demokrasi,

emreka pun bisa mendapatkan buah simalakama andaikata ada gerakan massive

yang berorientasikan civil society tapi untuk menolak demokrasi. Dengan

mengacu kepada teori Third Wave Democracy dari Huntington, dapat dipahami
pula bahwa sudut pandang para akademisi JSP sesuai dengan teori tersebut

sehingga Indonesia dapat dikatakan cukup lama dalam memulai demokrasi dan

sedang dalam jalur yang tepat untuk mencapai demokrasi yang benar dan baik.

1.1.3.5 Masalah dan Prospek Demokrasi

Abd. Kadir Patta (2009) menuturkan bahwa terlepas dari cacat demokrasi,

bagaimanapun juga kita harus terus memandang berbagai keuntungan yang

membuat terus demokrasi diharapkan. Ada beberapa alasan mengapa demokrasi

begitu marak ingin diwujudkan hingga saat ini. Setidaknya, menurut Robert Dahl

(1999), ada ada sepuluh keuntungan demokrasi dibandingkan system politik

lainnya, yaitu demokrasi menolong mencegah tumbuhnya pemerintahan oleh

kaum otokrat yang kejam dab licik, demokrasi menjamin bagi warga Negaranya

dengan sejumlah hak asasi yang tidak diberikan dan tidak dapat diberikan oleh

system-sistem yang nondemokratis, demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang

lebih luas bagi warga negaranya daripada alternative system politik lain yang

memungkinkan, demokrasi membantu rakyat untuk melindungi kepentingan dasar

mereka, demokrasi membantu perkembangan manusia lebih baik daripada

alternative system politik lain yang memungkinkan, hanya pemerintahan yang

demokratis yang dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi orang-

orang untuk menggunakan kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri, hanya

pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan sebesar-

besarnya untuk menjalankan tanggungjawab moral, hanya pemerintahan yang

demokratis yang dapat membantu perkembangan tingkat persamaan politik yang

relative tinggi, negara-negara demokrasi perwakilan modern tidak berperang satu


dengan lainnya, serta negara-negara dengan pemerintahan yang demokratis

cenderung lebih makmur daripada Negara-nagara dengan pemerintahan yang

nondemokratis.

1.1.3.6 Pemahaman Nilai - Nilai Demokrasi Siswa Melalui Metode Inquiri Pada

Pembelajaran PKn di Sma Negeri 1 Gamping Sleman

Cristopel (2016) menjelaskan mengenai penumbuhan nilai-nilai demokrasi

yang dilakukan di dalam pembelajaran, berdasarkan data hasil penelitian melalui

metode inquiri, dapat diamati sebagai berikut yaitu: kemampuan siswa dalam

merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, dan

menarik kesimpulan dari masalah yang ada dalam pembahasan materi

pembelajaran PKn dengan metode inkuiri maka pemahaman nilai - nilai

demokrasi siswa dapat ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran PKn di kelas

XA SMA Negeri 1 Gamping Sleman Yogyakarta.

1.1.3.7 Sistem Demokrasi di Indonesia ditinjau dari Sudut Hukum Ketatanegaraan

Jailani (2015) menyebutkan bahwa kebebasan untuk mengeluarkan

pendapat adalah prinsip universal dalam negara demokratis. Negara atau

pemerintah menciptakan kondisi yang baik dalam memgeluarang dijamin oleh

Kovenan Internasional tentang Hak Sosial, Ekonomi dan Budaya. Kebebasan

untuk mengeluarkan pendapat adalah prinsip universal di dalam negera

demokratis. Dalam perkembangannya, prinsip ini mengilhami perkembangan

demokrasi di negara-negara yang berkembang termasuk di Indonesia. Bahwa


pentingnya menciptakan kondisi baik secara langsung maupun melalui kebijakan

politik pemerintah/ negara yang menjamin hak publik atas kebebasan untuk

mengeluarkan pendapat sebagai salah satu baromoter penegakan demokrasi dalam

masyarakat suatu bangsa. Di Indonesia kebebasan berpendapat dalam alam

demokrasi bukan berarti sebebasnya, tetapi harus tetap dalam koridor Pancasila

dan NKRI, sejalan dengan amanat Pasal 28 J UUD 1945, kebebasan yang dalam

pelaksanaannya tetap harus menghormati hak dan kebebasan orang lain, karena

sejatinya orang lain juga mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya.

1.1.3.8 Tantangan Demokrasi di Era Globalisasi Demi Mewujudkan Pencegahan

Politik Uang dalam Pemilu

Wahyuningtyas Dwi Saputri, Bagus Edi Prayogo (2018) menyebutkan

demokrasi adalah sebuah konsep politik penyelenggaraan dengan berdasarkan

pada penyelenggaraan pemerintahan oleh rakyat. Konsep Abraham Lincoln

tentang demokrasi yang perlu kita cermati yaitu dalam pidatonya dimana dia

mengemukakan bahwa demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Konsep ini benar benar diterapkan di Indonesia dan menjadi dasar dalam setiap

urusan penyelenggaraan dimana rakyat memegang peranan penting. Namun

konsep yang mulia ini dicoreng dengan oknum oknum bakal calon ataupun tim

sukses yang menggunakan segala cara demi mendapatkan dukungan dari

masyarakat salah satunya adalah politik uang.


1.1.3.9 Praktek Demokrasi Pada Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMA Al-

Irsyad Surabaya

Permatasari, Listyaningsih (2015) menyebutkan berdasarkan hasil analisis

secara umum pada OSIS putera dan puteri, dapat diketahui bahwa OSIS SMA Al-

Irsyad Surabaya melaksanakan praktek berdemokrasi dengan baik yang dapat

dilihat berdasar pada perolehan sebesar 81,32. Praktek berdemokrasi pada

kegiatan mengambil keputusan merupakan kegiatan berdemokrasi yang paling

baik dalam pelaksanaannya dari keempat praktek berdemokrasi yang dilakukan

oleh OSIS SMA Al-Irsyad Surabaya yaitu pada kegiatan mengambil keputusan,

mengatasi konflik dan perbedaan, melaksanakan komitmen atas putusan yang

dikeluarkan, dan mengawasi pelaksanaan organisasi dan program kerja OSIS

1.1.3.10 Fungsi Media Massa dalam Perspektif Negara Demokrasi terkait

Penyelenggaraan Pemilu

Gunawan, Ahmadi (2018) Seiring dengan perkembangan zaman, media

massa pada zaman modern ini dituntut untuk bisa mengawasi sekaligus menjadi

kontrol sosial dalam masyarakat. Disamping itu, media massa mempunyai

peranan penting, yakni menjadi wadah dalam menjembatani aspirasi serta

pendapat publik. Indonesia yang menganut sistem demokrasi, yang

penyelenggaraan negaranya bertumpu pada kedaulatan serta kepentingan rakayt,

sudah tentu dalam hal ini media massa harus bisa memberikan informasi yang

aktual, faktual, dan seimbang demi kepentingan rakyat Indonesia. Dengan

informasi yang seimbang itu, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran daln

peran masyarakat dalam menanggapi permasalahan isu yang sedang berkembang.


Selain itu, informasi yang baik dapat menjadi refrensi bagi masyarakat untuk

memilih pemimpin dalam penyelenggaraan pemilu yang merupakan sebagai

bentuk realisasi negara demokrasi yang mengedepankan kedaulatan rakyat.

Pemilu yang berkualitas harus memiliki landasan yang jelas.

Ada beberapa aspek yang bisa dijadikan indikator sehingga pemilu bisa

dikatakan berkualitas. Pertama harus ada proses yang jelas dan transparan dalam

input daftar pemilih. Artinya yang didata sebagai pemilih harus berdasarkan data

yang otentik dan dipastikan tidak adanya pendobelan daftar pemilih. Kedua

pemilu yang berkualitas dapat diukur dari tingkat partisipasi publik dalam

menggunakan hak pilihnya. Untuk itu demi mewujudkannya, media massa dinilai

efektif dalam mendukung hal tersebut. Media massa dapat menjadi tempat

infromasi bagi masyarakat demi a terwujudnya pemilu 2019 yang berkualitas.

Pemilu yang berkualitas diyakini dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas

pula seperti yang terjadi di negara demokrasi lainya.

1.1.3.11 Kebebasan Siswa dalam Budaya Demokratis di Sekolah (Studi

Multi Kasus di SMA Yogyakarta)

Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata (2015) SMA Kolese De Britto

Yogyakarta dan SMA negeri 1 Yogyakarta mempraktik-kan kebebasan akademik

dengan kontrol sosial karena meyakini bahwa, siswa memiliki kapasitas yang

kritis dan etis untuk bertang-gung jawab terhadap pilihan dan tindakan yang

dilakukan. Kultur demokratis di sekolah dapat menggerakkan dan merespon

secara tepat kebebasan akademik dengan kontrol sosial melalui asumsi,

keyakinan, sikap dan praktik demokratis warga sekolah. Kultur demokratis


memiliki kapasitas untuk menilai dan me-lekatkan interaksi, komunikasi, dan

perilaku kebebasan warga sekolah dengan kontrol sosial yang tepat.

Praktik kebebasan akademik dengan kontrol sosial dalam kultur

demokratis di se-kolah adalah belajar mandiri. Belajar mandiri merujuk pada

belajar tanpa ada intevensi dan pengawasan guru. Siswa menyusun dan

menentukan gagasan, metode dan sumber belajar sesuai kebutuhan siswa sendiri

1.1.3.12 Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam

Melayu dengan Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kel. Sukajadi

Kec. Sukarami Palembang

Middya Boty (2017) menerangkan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial

pada masayarakat Islam Melayu dan Non Melayu Sukabangun, Soak Simpur

adalah sebagai berikut: (1) Gotong Royong membersihkan Lingkungan (2)

Gotong-royong pada hari-hari besar (3) Undangan Warga (4) Undangan Pesta (4)

Tolong menolong ketika ada musibah. Faktor Pendorong terjadinya Interaksi

Sosial adalah pemahaman dan kesadaran antar warga masyarakat.

1.1.3.13 Komunikasi Antarbudaya dalam Masyarakat Multikultur (Studi

Tentang Adaptasi Masyarakat Migran Sunda di Desa Imigrasi Permu

Kecamatan Kepahiang Provinsi Bengkulu)

Hedi Heryadi, Hana Silvana (2013) menjabarkan bahwa Interaksi antara

etnis Sunda sebagai pendatang dengan etnis Rejang sebagai pribumi di Imigrasi

Permu telah berlangsung satu abad lamanya. Setelah melewati kurun waktu

tersebut telah terjadi adaptasi timbal balik antara kedua etnis tersebut. Masyarakat

dari etnis Sunda telah menerima kebiasaan etnis Rejang seperti penggunaan
bahasa Rejang saat berdialog dengan orang Rejang, melakukan adat istiadat

Rejang, membuat dan mengkonsumsi makanan khas etnis Rejang. Sementara

masyarakat etnis Rejang banyak diantaranya yang menguasai bahasa Sunda,

bercocok tanam padi sawah, beternak ikan di kolam, membuat peganan khas

Sunda dan mengkonsumsinya. Acara kesenian jaipongan yang dibawakan oleh

etnis Sunda sering pula ditonton oleh masyarakat etnis Rejang.

Adanya sikap saling menghargai dan menghormati antar kelompok yang

berbeda etnis memungkinkan setiap kelompok etnis untuk dapat menjalankan

kebudayaannya masing-masing. Kondisi masyarakat yang telah berintegrasi ini

disokong oleh adanya kesamaan agama yang semakin mempersatukan dua etnis

yang berbeda ditambah adanya pernikahan campur yang menambah kokohnya

pilar integrasi.

1.1.3.14 Masyarakat Multikultural Bangsa Indonesia

Suardi (2017) menjabarkan Masyarakat multikultural telah menjadi cri

khas bangsa lebih khusus pada masyarakat Indonesia, dan telah diperbincangkan

dalam berbagai kegiatan, seminar, forum diskusi maupun dalam lingkungan

akademik. Namun demikian terkadang multikulturalisme kurang tepat digunakan,

bahkan masyarakat multicultural sering disamakan dengan masyarakat pluralisme,

namun menurut hemat penulis kedua memiliki arti dan makna sejarah yang

berbeda antara satu dengan yang lain, meskipun keduanya sama-sama berbicara

tentang keragaman. Karena memiliki konsep yang berbeda sehingga konsep

masyarakat multikulturalisme dan konsep masyarakat pluralisme perlu dikaji lebih

dalam lagi agar dapat menemukan kesesuaian dengan konteks masyarakat


Indonesia. Lebih jauh lagi untuk mendapatkan desain pengelolaan keragaman

yang lebih komprehensif dalam menjaga tatanan masyarakat yang seimbang

(equilibrium) dalam kesatuan ‗Bhineka Tunggal Ika‘. Sehingga inti

multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai

kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnis, gender, bahasa, ataupun

agama. Desain masyarakat multikultural dapat dikaji menggunakan paradigma

positifistik, pospositivistik, kritis dan postrukturalis sebagai suatu kesatuaan yang

integratif.

1.1.3.15 Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di

Tengah Kehidupan Sara.

Gina Lestari (2015) menyebutkan keragaman dalam masyarakat majemuk

merupakan sesuatu yang alami yang harus dipandang sebagai suatu fitrah. Hal

tersebut dapat dianalogikan seperti halnya jari tangan manusia yang terdiri atas

lima jari yang berbeda, akan tetapi kesemuanya memiliki fungsi dan maksud

tersendiri, sehingga jika semuanya disatukan akan mampu mengerjakan tugas

seberat apapun. Untuk menyadari hal tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki

peran yang sangat penting. Pengembangan multikulturalisme mutlak harus

dibentuk dan ditanamkan dalam suatu kehidupan masyarakat yang majemuk. Jika

hal tersebut tidak ditanamkan dalam suatu masyarakat yang majemuk, agar

kemajemukan tidak membawa pada perpecahan dan konflik. Indonesia sebagai

bangsa yang multikultural harus mengembangkan wawasan multikultural tersebut

dalam semua tatanan kehidupan yang bernafaskan nilainilaikebhinekaan.


Membangun masyarakat multikultur Indonesia harus diawali dengan keyakinan

bahwa dengan bersatu kita memiliki kekuatan yang lebih besar.

1.1.3.16 Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural

Parsudi Suparlan (2002) menjabarkan bahwa bila pengguliran proses-

proses reformasi yang terpusat pada terbentuknya masyarakat multikultural

Indonesia itu berhasil, maka tahap berikutnya adalah mengisi struktur-struktur,

atau pranata-pranata, dan organisasi-organisasi sosial yang tercakup dalam

masyarakat Indonesia. Isi dari struktur-struktur atau pranata-pranata sosial

tersebut mencakup reformasi dan pembenahan dalam kebudayaan-kebudayaan

yang ada, dalam nilai-nilai budaya dan etos, etika, serta pembenahan dalam

hukum dan penegakan hukum bagi keadilan. Dalam upaya ini harus dipikirkan

adanya ruang-ruang fisik dan budaya bagi keanekaragaman kebudayaan yang ada

setempat pada tingkat local, atau pada tingkat nasional serta berbagai corak

dinamikanya.

Upaya ini dapat dimulai dengan pembuatan pedoman etika dan

pembakuannya sebagai acuan bertindak, sesuai dengan adab dan moral dalam

berbagai interaksi yang terserap dalam hak dan kewajiban pelakunya dalam

berbagai struktur kegiatan dan manajemen. Pedoman etika ini akan membantu

upaya-upaya pemberantasan KKN secara hukum.

1.1.3.17 Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia

Rizal Mubit (2016) dalam penelitiannya menyebutkan dalam masyarakat

modern, multikulturalisme lebih kompleks lagi. Sebab budaya baru terus

bermunculan akibat akses komunikasi dan informasi yang tak terbendung. Saat
terjadi pertemuan antara globalisasi negara-bangsa (nation-state) dan kelompok

identitas maka kemunculan dari kelompok-kelompok identitas ini semakin

menguat. Globalisasi akan mendorong penguatan kesadaran politik dalam

kelompok-kelompok ini dan membuka kesadaran yang mendorong pentingnya

identitas. Globalisasi memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok

identitas untuk menemukan akar identitasnya.

Pemahaman agama, sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk

masyarakat adil dan sejahtera menjadi penting untuk diperhatikan. Artinya,

kerigidan, penuhanan atas pemahaman sendiri dan menganggap yang lain sebagai

golongan sesat harus diberantas. Sebab pada hakikatnya tidak ada kebenaran apa

pun yang menginjak dan meniadakan kebenaran lain.

1.1.3.18 Penanaman Nilai-Nilai Multikulturalisme dalam Pembelajaran

Sejarah Sub Materi Pokok Indonesia Zaman Hindu-Buddha pada Siswa

Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017.

Siti Nur Jannah, Dkk (2017) menyebutkan dalam penelitiannya yaitu yang

pertama, penanaman nilai-nilai multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah

materi Indonesia zaman Hindu-Buddha pada siswa dilakukan pada tataran

operasional yakni pengelolaan kelas pada saat pembelajaran. Kedua, siswa kelas

X MA Negeri Purbalingga memahami adanya penanaman nilai toleransi dalam

materi Indonesia zaman Hindu-Buddha. Ketiga, implementasi nilai-nilai

multikulturalisme telah dilakukan siswa tanpa mereka sadari dalam kehidupan

sehari-hari yang diwujudkan melalui sikap mereka terhadap suatu hal.


1.1.3.19 Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Pondok

Pesantren D DI-AD Mangkoso Barru Sulawesi Selatan

Zulqarnain (2016) menjelaskan dalam hasil penelitiannya yaitu dalam

proses penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural di pondok pesantren DDI-

AD Mangkoso, pembina dan guru-guru dapat menerapkannya melalui beberapa

kegiatan seperti kegiatan formal sekolah berupa kegiatan belajar mengajar dan

kegiatan non formal melalui kegiatan pengembangan diri dan kegiatan

pembiasaan diri.

Adapun keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut mengandung beberapa

nilai-nilai pendidikan multikutural, yaitu: demokrasi, keadilan, kerjasama,

disiplin, saling menghargai, saling menghormati, bertanggung jawab, belajar

hidup bersama atau berdampingan dengan kelompok lain yang berbeda, saling

tolong-menolong, keragaman budaya, keberagaman bahasa, toleransi antar suku

yang berbeda dan lain sebagainya.

1.1.3.20 Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis Pendidikan

di Indonesia

Akhmad Hidayatullah Al Arifin (2012) menuturkan bahwa pendidikan

multikultural di Indonesia masih menjadi wacana baru yang perlu direspon untuk

menjaga keutuhan bangsa yang kaya akan multikultur. Pendidikan multikultural

merupakan wujud kesadaran tentang keanekaragaman kultural, hak-hak asasi

manusia serta pengurangan atau penghapusan jenis prasangka atau prejudice

untuk suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multikultural
juga dapat dijadikan instrumen strategis untuk mengembangkan kesadaran atas

kebanggaan seseorang terhadap bangsanya.

Menghadapi pluralisme budaya, diperlukan paradigma baru yang lebih

toleran dan elegan untuk mencegah dan memecahkan masalah benturan-benturan

budaya tersebut, yaitu perlunya dilaksanakan pendidikan multicultural. Oleh

karenanya praktek pendidikan multikultural di Indonesia dapat dilaksanakan

secara fleksibel dengan mengutamakan prinsip-prinsip dasar multikultural.

Pendidikan multikultural juga sangat relevan dengan pendidikan demokrasi di

masyarakat plural seperti Indonesia, yang menekankan pada pemahaman akan

multi etnis, multi ras, dan multikultur yang memerlukan konstruksi baru atas

keadilan, kesetaraan dan masyarakat yang demoktratis.

1.1.3.21 Potret Pendidikan Multikutural dalam Kurikulum Sekolah di

Purwokerto.

Muhammad Nur Halim (2014) menerangkan bentuk aktual kurikulum

dalam lembaga pendidikan di Purwokerto yaitu SD N 1 Purwokertom SMP N 1

Purwokerto, dan SMA N 1 Purwokerto telah megacu pada ideal kurikulum yang

telah berperspektif multikultural. Pemberian nasihat dna motivasi untuk saling

rukun, saling membantu menghargai, tidak boleh mengejek dan nasihat lain agar

tumbuh sikap demokratis. Pemberian materi pelajaran yang berhubungan dengan

nilai multikultural sudah ada, termasuk penerapan metode belajar yang tidak

diskriminatif, memberikan kesempatan yang sama untuk dapat mempresentasikan

apa yang dihasilkan dalam kerja pribadi atau kelompok.


Berikut akan dikategorikan dalam bentuk tabel jurnal yang berkaitan

dengan penelitian dan juga perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti:

Tabel 1. Relevansi dan Perbedaan Jurnal Penelitian yang terdahulu

No Judul Penelitian Nama Hasil Penelitian Relevansi Perbedaan


Peneliti

1. Evaluating the Stephen L, Pada artikel ini, peneliti Gambaran Implementasi


Quac menjelaskan tentang evaluasi tentang demokrasi dari
Monadic kenbush, dukungan empiris untuk demokrasi sudut pandang
Michael demokrasi monokratis disebuah negara tempatnya.
Democratic Peace Rudy perdamaian

2. Just war, Mark Keadilan perang merupakan Sudut pandang Subjek


Evans hierarki kriteria dan mengenai demokrasi
democracy, 'demokrasi' yang cukup demokrasi yang dalam
rendah turun, karena dilakukan implementasin
democratic peace ketidakhadirannya tidak diberbagai ya
dihitung melawan keadilan. negara
Jadi kemungkinannya perang
adil oleh non-demokrasi terus
terbuka.

3. Studying the quality Richard Ukuran partisipasi ekspresif, Kualitas Subjek


of democracy: Two Ledet berakar pada klasik dan teori demokrasi warga Penerapan
cross-national demokrasi partisipatif, negara demokrasi
measures of menggunakan pertanyaan dilingkungan
democratic survei lintas negara yang masing-masing
citizenship dirancang untuk mengukur
warga negara keterlibatan
dalam politik dan masyarakat
dengan cara baru

4. Missing the Third Ellen Lust Mendiskripsikan tentang Penerapan Ruang lingkup
Wave: Islam, Institusi yang mengatur Demokrasi Demokrasi
Institutions, and hubungan antara Islam,
Democracy in the negara, dan oposisi pada
Middle East tahun 1980 secara signifikan
terkait dengan tingkat
reformasi politik pada tahun
1990

5. Islam And Steven Bukti empiris menunjukkan Demokrasi di Ruang lingkup


Ryan bahwa umat Islam, secara masyarakat negara
Democracy, Micro- Hofmann keseluruhan, menyediakan beragama
penilaian demokrasi yang
Level Indications Of lebih positif daripada
responden Ortodoks Timur,
Compatibility mempertanyakan gagasan
bahwa Islam secara khusus
memusuhi demokrasi

6. Majelis Ulama Syafiq Mempertahankan dan Implementasi Ruang lingkup


Hasyim mengarusutamakan Demokrasi dalam negara dan
Indonesia and penghormatan terhadap masyarakat agama
pluralisme di negara Muslim
pluralism in seperti Indonesia tidak hanya
secara legal, tapi juga secara
Indonesia kultural, menuntut jika kita
menginginkan negara ini
tetap menjadi negara
demokratis Namun, proses
pengarusutamaan pluralisme
semestinya Dilakukan
melalui musyawarah publik
terhadap berbagai organisasi
masyarakat sipil, tidak didikte
oleh negara

7. Moderating Dirk Pengembangan PKS dari Implmentasi Ruang lingkup


Islamism in Tomas kecil, kukuh Partai antisistem demokrasi dalam penerapan
Indonesia:Tracing Islamis ke seorang nasionalis kehidupan demokrasi
Patterns of Party agama masih sangat bernegara
Change in the konservatif menunjukkan
Prosperous Justice partai mainstream inklusi itu
Party (Partai memang bisa menyebabkan
Keadilan Sejahtera) moderasi.

8. The Mission of Lawrence Cara wartawan Indonesia Peran wartawan Ruang lingkup
Indonesian Pintak dan melihat misi inti mereka telah dalam demokrasi penerapan
Journalism: Budi berevolusi namun telah ada di suatu negara demokrasi
Balancing Setiyono tidak berubah secara radikal
Democracy, sejak era Suharto
Development, and
Islamic Values
9. Does the Internet C.C. Metode komunikasi yang Penerapan Lingkup
Gotlieb tidak bisa diinterupsi oleh demokrasi di era penerapan
Promote aksi musuh. sebuah modern demokrasi
konsekuensi bahagia dari ini melalui internet
Democracy adalah bahwa hal itu tidak
dapat ditekan oleh mereka
yang mungkin memilih untuk
melakukannya, dan dengan
demikian menjadi cara yang
ampuh untuk mencapai
orang-orang

10. Learning by Effendi Menjelaskan dari interplays Penggunaan Ruang lingkup


Gazali yang digambarkan dalam media sosial berdemokrasi
clicking:An penelitian tersebut, kita dapat dalam di suatu negara
melihat bahwa semua faktor berdemokrasi dengan
experiment with di dalamnya komunikasi menggunakan
politik kontemporer medsos
social media Indonesia telah
bereksperimen dengan media
democracy in sosial.

Indonesia

11. Demokrasi Andi Ali Menjabarkan secara kultural, Penumbuhan Ruang lingkup
Said penting pula melakukan demokrasi penumbuhan
Menundukkan Akbar perubahan strategi demokrasi
pengakaran budaya
Anarki demokrasi di tubuh Ormas.

12. Pola Demokrasi Hariono Menjelaskan blue-print Pola penerapan Ruang lingkup
demokrasi yang demokrasi penerapan
yang dikembangkan oleh para demokrasi
pendiri bangsa bergerak dari
Dikembangkan ranah yang bersifat pribadi
meluas pada dimensi sosial
Pendiri Bangsa dan politik.

13. Jean-Jaques Daya Menjelaskan demokrasi Sudut pandang Subjek


Negri Rousseau tidak terlepas dari demokrasi pengertian
Rousseau dalam Wijaya teori sentralnya pada demokrasi
kebebasan dan kehendak
Demokrasi umum.

14. Tinjauan Widayati Negara Indonesia adalah Dasar hukum Ruang lingkup
negara kesatuan dengan prisip Pemilu pemilu dalam
Konstitusional desentralisasi. Negara berdemokrasi
Kesatuan Republik Indonesia
Terhadap Pemilihan dikembangkan dengan tetap
menjamin otonomi daerah-
Umum Kepala daerah yang tesebar di
seluruh tanah air Indonesia
Daerah yang sangat luas dan
majemuk

15. Tingkat Partisipasi Muhamma Tingkatf partisipasi Gambaran Partisipasi


d Bayu masyarakat pada Pemilu partisipasi dalam demokrasi
Masyarakat dalam Dwi Legislatif 2014 kali ini berdemokrasi dalam ruang
Cahyo meningkat. Karena jika lingkup
Menggunakan Hak dibandingkan dengan Pemilu bernegara
Legislaif 2009, pemilih yang
Suara pada Pemilu hadir meningkat walaupun
jumlah peningkatannya bisa
Legislatif 2014 dibilang sedikit

16. Partai Politik Islam Donie demokrasi golongan, Demokrasi dalam Ruang lingkup
kadewand meningkatnya dukungan pemilu berdemokrasi
dan Pemilihan ana malik elektoral partai-partai politik
Islam di Pemilu Legislatif
Umum: Studi 2014, seperti PKB dan PPP,
menunjukkan bahwa partai-
Peningkatan partai politik Islam juga
mempunyai peluang yang
Dukungan Elektoral sama dengan partai-partai
lainnya yang tidak berbasis
PKB dan PPP Pada agama untuk menaikkan
suara di dalam arena politik
Pemilu Legislatif pemilu

2014 DPR RI di
Dapil DKI Jakarta

17. Kapitalisme Tuti Penerangkan mengenai dunia Lingkungan Peran lembaga


Sulistio pendidikan, dalam output pendidikan di pendidikan
Pendidikan dalam Warni & yang dihasilkan SMA Al- Indonesia dalam
Nurul Kautsar terbukti sekolah ini berdemokrasi
Penerapan Progam Fatimah dalam penerapan program
sekolah tidak berjalan efektif
Sekolah di SMA karena tidak semua program
sekolah dan fasilitas sekolah
Al-Kautsar dapat dirasakan para Peserta
Didik SMA Al-Kautsar
Bandarlampung

18. Aspek Demokrasi Syamsul Pelaksanaan pemilu online Cara Ranah/tingkat


Bakhri, penghitungan suara yang berdemokrasi pendidikan
dalam Pemilihan Tri merupakan proses selanjutnya dilembaga
Marhaeni dalam berdemokrasi setelah pendidikan
Umum Raya Online Pudji pemungutan suara juga perlu
Astuti, dikembangkan lebih lanjut.
Presiden Eko Penghitungan suara yang
Handoyo terkesan tertutup dan tidak
Mahasiswa diketahui banyak mahasiswa
dapat di tunjang dengan
Universitas Negeri pemanfaatan telekonferensi
video.
Semarang tahun

2011

19. Pembuatan Model Donie Menjabarkan berdasarkan Cara Penerapan


Kadewand testimony oleh berdemokrasi demokrasi pada
E-Election Berbasis ana Malik pakar/pengguna TI, berikut melalui peserta didik
ditampilkan perubahan pada pemilihan ketua
SMS Gateway halaman kandidat, halaman OSIS
suara dan halaman grafik.
Untuk Pemilihan Berdasarkan hasil uji
penggunaan oleh Peserta
Ketua Osis Didik SMA N 1 Slawi
20. Merawat Sikap dan Binov Apapun bentuk pendidikan Pendidikan Cara berpolitik
Handitya politik yang akan digunakan Politik di dalam
Perilaku Hidup dan semua bentuk yang lembaga lingkungan
disuguhkan di atas pendidikan demokratis
Demokratis Melalui sesungghnya tidak menjadi
persoalan yang dasar.
Pendidikan Politik

21. Model Suyahmo Pelaksanaan Pendidikan Implementasi Lokasi dan


demokrasi di sekolah lebih demokrasi objek kajian
Implementasi Sila dominan dilakukan dilingkungan penelitian
menggunakan simulasi sekolah
Ke 4 ―Kerakyatan pemilihan ketua kelas dan
ketua OSIS secara langsung.
yang Dipimpin Kondisi ini mengakibatkan
siswa akan memahami bahwa
Oleh Hikmat demokratis itu. (2) Dalam
pembelajaran demokrasi guru
Kebijaksanaan banyak yang menggunakan
metode diskusi, kondisi
dalam menjadikan persepsi siswa
akan terbentuk bahwa diskusi
Permusyawaratan/P merupakan metode untuk
mengembangkan karakter
erwakilan‖ Sebagai demokratis. (3) Banyak
ditemukan siswa yang
Lokus Pendidikan dominan, apatis, normal.
Kondisi yang dominan tidak
Demokrasi di SMP dikendalikan oleh guru. (4)
Musyawarah merupakan
Kota Semarang bentuk diskusi yang asli
Indonesia dengan ciri yang
khusus yang tidak dimiliki
oleh diskusi biasa.

22. Money Politic Amarru Mengenai money politic Praktik Implementasi


Muftie dalam Prespektif Demokrasi demokrasi demokrasi
dalam Praktik Holish di Indonesia adalah suartu
pelangaran, karena pada
Demokrasi esensinya money politic di
Indonesia akan merusa
elekttabilitas dari Pemilihan
Indonesia Umum itu sendiri.

23. Pemahaman siswa Agung Siswa sebagai penerus bangsa Demokrasi dalam Ruang lingkup
Suharyant memiliki peran penting dan mapel PKn penerapan
tentang konsep o sekaligus memiiki tanggung demokrasi
jawab yang besar terhadap
Demokrasi dalam kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
Pendidikan

Kewarganegaraan

24. Pengaruh Rohmat, Pendidikan politik dan Pendidikan Objek


Amarru demokrasi memiliki peranan demokrasi di penelitian
Pendidikan Politik Muftie yang penting dalam lembaga
Holish, melahirkan para pemilih pendidikan
dan Demokrasi Iqbal pemula dalam pesta
Syariefudi demokrasi
Bagi Generasi n

Muda Terhadap

Tingkat Partisipasi

Pelaksanaan

Pemilihan Umum

25. Pengelolaan Nur Pembelajaran sikap Nilai-nilai Nilai-nilai


Chayati, demokratis menjadi wahana demokrasi dalam demokrasi
pembelajaran sikap Eko efektif menanamkan nilai- pembelajaran dalam
Supriyanto nilai demokrasi antara lain masyarakat
Demokratisdi SMP , M. nilai keterbukaan, nilai lingkungan
Yahya persamaan dan nilai sekolah
Muhammadiyah 1 kerjasama engan prinsip
saling menghargai
Kartasura

26. Pengembangan Ana Peserta didik dapat Sikap demokratis Lingkup kajian
Andriani berkolaborasi dengan guru dalam pelajaran demokratis
Model Simulasi dalam setiap pembelajaran IPS dan PKn
PKn (Pendidikan
Sosial pada Kewarganegaraan) konteks
IPS (Ilmu Pengetahuan
Pembelajaran PKn Sosial) dengan model
simulasi sosial, karena
Konteks IPS: Upaya masing-masing sudah
mengerti peran dan tugasnya.
Meningkatkan Model simulasi sosial
berdampak positif terhadap
Sikap Demokratis peningkatan aktivitas peserta
didik dalam proses
Peserta Didik pembelajaran

27. Pola asuh orang tua Muka Menjelaskan dari hasil Demokrasi dalam Cara penerapan
Dalas, penelitian bahwa terdapat keluarga demokrasi
Demokratis, Emosda, hubungan yang positif dan
Ekawarna signifikan antara Pola Asuh
interaksi edukatif, Orang Tua Demokratis
dengan Motivasi Belajar
dan motivasi belajar Siswa

siswa.

28. Politisasi Agama Siti Dilihat dari Dampak Lingkup


Faridah, penyelenggaraanya, politisasi Demokrasi berdemokrasi
Pemecah Keutuhan Jerico dalam pemilu kerap kali
Mathias terjadi dan dilakukan oleh
Bangsa dalam golongan-golongan garis
keras. Bila hal ini terus terjadi
Pemilu maka dapat berpotensi
menimbulkan disintegrasi
bangsa. Agama sebagai
sesuatu yang suci tidak pantas
untuk dipolitisasi atau
dijadikan sebagai alat untuk
mencapai kepentingan politik.
Pencampuran antara agama
dan politik menyebabkan
agama kehilangan nilai-nilai
luhur yang ada dalam setiap
ajarannya. Sehingga,
politisasi agama dianggap
tidak baik dan akan
menyederai ajaran dari suatu
agama.
29. Implementasi Murdani menjelaskan penggunaan Pembelajaran Ruang lingkup
pembelajaran demokratis yang demokratis implementasi
pembelajaran dapat meningkatkan kinerja demokrasi
siswa dalam belajar secara
Demokratis: Sebuah maksimal. Selama ini ada
kesan bahwa para guru
studi tentang sejarah kebudayaan Islam
pada MTsN Model
pembelajaran SKI Meulaboh, MTsN
Peureumue, MTsN 1
pada madrasah Takengon, MTsN 2
Takengon, MTsN Model
tsanawiyah di aceh Gandapura, MTsN Matang
Glumpang Dua, MTsN
Montasik dan MTsN Rukoh
lebih mengandalkan ceramah
dalam pembelajarannya.
Sementara itu dengan
kehadiran pembelajaran
demokratis diyakini mampu
memberikan kemudahan bagi
guru untuk diterapkan dalam
pembelajaran

30. Peran Guru


Ilmu Tantri Menjelaskan bahwa Guru IPS Peran guru IPS Ruang lingkup
Rahmawat telah optimal dalam dalam penumbuhan
Pengetahuan Sosial i Ningrum, melaksanakan perannya membangun nilai-nilai
Suniti sebagai seorang guru dalam karakter demokratis
Dalam Membangun membangun karakter demokratis
demokratis peserta didik peserta didik
Karakter dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran
Demokratis Peserta

Didik Kelas IX di

SMP Negeri 1

Gempol Kabupaten

Cirebon

31. Demokrasi Dan Sugiyar Esensi demokrasi hendaknya Demokrasi dalam Ruang lingkup
diletakkan di atasprinsip dan msayrakat penelitian
Hak Asasi Manusia kesadaran akan kepentingan multikultur
bersama. Keputusan
dalam Masyarakat mayoritas haruslahdihormati
namun, sedapat mungkin
Multikultural dihindari dominasi mayoritas
dan tindakan tiraniminoritas
dalam pembuatan suatu
kebijakan politik.

32. Demokrasi dan Heru Demokrasi adalah konsep Demokrasi dalam Ruang lingkup
Nugroho politik yang menjadi pilihan masyarakat penelitian
Demokratisasi: sistem politik di berbagai Indonesia
negara dunia ketiga pada dua
Sebuah Kerangka dasawarsa terakhir

Konseptual untuk

Memahami

Dinamika Sosial-

Politik di Indonesia

33. Potret Pandangan Ardyantha Demokrasi dalam civil Permasalahan Ruang lingkup
Sivadabert society mengidikasikan demokrasi permasalahan
Akademisi Di Purba bahwa para akademisi yang demokrasi
menggunakan kacamata ini
Jurnal Ilmu Sosial yakni Bob Sugeng
Hadiwinata, Afan Gaffar,
Dan Ilmu Politik Cornelis Lay, dan Endi
Haryono menginginkan
UGM (JSP) adanya kedewasaan
masyarakat Indonesia dalam
Mengenai memandang suatu civil
society dikarenakan tidak
Permasalahan seluruh civil society
merupakan perwakilan
Demokrasi Di masyarakat yang
menginginkan dan
Indonesia memperkuat nilai-nilai
demokrasi
34. Masalah dan Abd. Menuturkan bahwa terlepas Dinamika Sudut pandang
Kadir dari cacat demokrasi, demokrasi demokrasi
Prospek Demokrasi Patta bagaimanapun juga kita harus
terus memandang berbagai
keuntungan yang membuat
terus demokrasi diharapkan.
Ada beberapa alasan
mengapa demokrasi begitu
marak ingin diwujudkan
hingga saat ini.

35. Pemahaman Nilai - Cristopel Menjelaskan mengenai Deokrasi melalui Ruang lingkup
penumbuhan nilai-nilai pembelajaran di penelitian dan
Nilai Demokrasi demokrasi yang dilakukan di kelas masyarakat
dalam pembelajaran.
Siswa Melalui

Metode Inquiri

Pada Pembelajaran

PKn di Sma Negeri

1 Gamping Sleman

36. Sistem Demokrasi Jailani Menyebutkan bahwa Sistem Sudut pandang


kebebasan untuk demokrasi berdemokrasi
di Indonesia mengeluarkan pendapat
adalah prinsip universal
ditinjau dari Sudut dalam negara demokratis.

Hukum

Ketatanegaraan

37. Penanaman Nilai- Siti Nur Menyebutkan dalam Penanaman nilai Ranah dalam
Jannah, penelitiannya yaitu yang multikulturalisme penumbuhan
Nilai Dkk pertama, penanaman nilai- nilai-nilai
nilai multikulturalisme dalam
Multikulturalisme pembelajaran sejarah materi
Indonesia zaman Hindu-
dalam Pembelajaran Buddha pada siswa dilakukan
pada tataran operasional
Sejarah Sub Materi yakni pengelolaan kelas pada
saat pembelajaran
Pokok Indonesia

Zaman Hindu-

Buddha pada Siswa

Kelas X Madrasah

Aliyah Negeri

Purbalingga Tahun

Ajaran 2016/2017.

38. Penanaman Nilai- Zulqarnain Dalam proses penanaman Cara dalam Ranah
nilai-nilai pendidikan pendidikan penelitian
nilai Pendidikan multikultural di pondok multikultural
pesantren DDI-AD
Multikultural di Mangkoso, pembina dan
guru-guru dapat
Pondok Pesantren D menerapkannya melalui
beberapa kegiatan seperti
DI-AD Mangkoso kegiatan formal sekolah
berupa kegiatan belajar
Barru Sulawesi mengajar dan kegiatan non
formal melalui kegiatan
Selatan pengembangan diri dan
kegiatan pembiasaan diri.

39. Implementasi Akhmad Menuturkan bahwa Implementasi Lokasi


Hidayatull pendidikan multikultural di pendidikan penelitian yang
Pendidikan ah Al Indonesia masih menjadi multikulture berbeda
Arifin wacana baru yang perlu
Multikultural dalam direspon untuk menjaga
keutuhan bangsa yang kaya
Praksis Pendidikan akan multikultur

di Indonesia

40. Potret Pendidikan Muhamma Menerangkan bentuk aktual Kurikulum Pemahaman


d Nur kurikulum dalam lembaga pendidikan multikutural
Halim pendidikan di Purwokerto multikultural dalam
Multikutural dalam yaitu SD N 1 Purwokertom ingkungan
SMP N 1 Purwokerto, dan pendidikan
Kurikulum Sekolah SMA N 1 Purwokerto telah
megacu pada ideal kurikulum
di Purwokerto. yang telah berperspektif
multikultural. Pemberian
nasihat dna motivasi untuk
saling rukun, saling
membantu menghargai, tidak
boleh mengejek dan nasihat
lain agar tumbuh sikap
demokratis.

Perbedaan antara beberapa jurnal diatas dengan penelitian yang dilakukan

oleh beberapa hasil penelitian diatas adalah dalam penelitian kali ini penulis

mengkaji tentang upaya penumbuhan nilai demokrasi berbasis masyarakat

multikultur, yang mana peserta didik terdiri dari masyarakat yang beragam dan

kompleks sehingga penumbuhan nilai demokrasi dalam masyarakat multikultur

dapat terlaksana dan dapat menjadikan peserta didik yang demokratis.

2. Kajian Teori

2.1 Demokrasi

Dari perspektif pendidikan, Kovacs dalam Zamroni (2013: 13)

menguraikan bahwa demokrasi merupakan suatu bentuk kehidupan bersama yang

mengembangkan individu melalui partisipasi mereka dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Partisipasi yang mereka lakukan

berdasarkan kebebasan, pandangan kritis dan reflektif yang ditujukan untuk

membangun kebersamaan dan kesejahteraan masyarakat.

Kata ―demokrasi‖ berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti

rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan. Demokrasi berarti pemerintahan


rakyat, atau suatu pemerintahan diamana rakyat memegang kedaulatan tertinggi

atau rakyat diikut sertakan dalam pemerintahan negara. Dengan diikut

sertakannya rakyat dalam pemerintahan, berarti semua ikut bertanggung jawab

dalam pembangunan negara (Suyahmo, 2014:1).

Implementasi demokrasi di setiap negara tentunya berbeda, seperti

demokrasi liberal, komunis dan lain sebagainya. Begitu pula dengan implementasi

demokrasi di indonesia. Adalah demokrasi Pancasila yang mana merupakan

rujukan dari segala aspek sistem pemerintahan untuk mengatur kehidupan

berbangsa dan bernegara. Sebagai dasar falsafah, Pancasila didalamnya bermuatan

sebagai dasar, ideologi, pandangan hidup, falsafah, kepribadian, yang semuanya

itu menjadi ciri yang melekat dalam diri Pancasila (Suyahmo, 2014: 33).

Ranney sebagaimana dikutip Bryan D. Jones dalam Trianto (2007: 221)

mengatakan bahwa demokrasi adalah suatu bentuk pemerintah yang

diorganisasikan sesuai dengan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, persamaan

politik, musyawarah rakyat, dan kekuasaan mayoritas.

Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem

politik yang menganut kebebasan individu. Secara konstitusional, ini dapat

diartikan sebagai hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.1 Dalam demokrasi

liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung)

diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang

tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak

1
Blackwell Dictionary of Modern Social Thought, Blackwell Publishing 2003, 148
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum

dalam konstitusi.2

Demokrasi sosial adalah ideologi politik, sosial, dan ekonomi yang mana

mendukung intervensi ekonomi dan sosial untuk mendorong keadilan

sosial dalam kerangka pemerintahan demokrasi liberal dan ekonomi kapitalis.

Protokol dan norma yang digunakan untuk mencapainya melibatkan komitmen

pada demokrasi perwakilan dan partisipatoris, kebijakan untuk meredistribusi

pendapatan dan regulasi ekonomi untuk kepentingan umum dan ketentuan negara

kesejahteraan. Dari ketiga demokrasi tersebut demokrasi Pancasila memiliki

peranan yang penting untuk diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari,

termasuk pada peserta didik di SMP NU Putri Nawa Kartika.

Berbicara mengenai penumbuhan nilai demokrasi perlu adanya proses

adaptasi. Sunarjan (2018: 520) menyebutkan bahwa memutus tautan lingkaran

setan kemiskinan ekonomi dan politik oleh menggunakan nilai-nilai sosial,

meningkatkan adaptif kapasitas, dan modal komunitas Bukit Brintik Komunitas

Makam. Intervensi dapat meningkatkan kondisi mereka. Intervensi pemerintah

dan Non Pemerintah Intervensi organisasi dapat digunakan dalam memotong

lingkaran setan kemiskinan ekonomi dan politik. Kapasitas adaptif dalam sistem

sosial berpasangan - ekosistem untuk menghasilkan model strategi bertahan hidup

di Indonesia sosiologi historis - ekologi

Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang

menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan

2
"Democracy and Citizenship: Glossary". American politics. The University of Texas at
Austin. Diakses tanggal 2004-08-09.
jalannya organisasi negara terjamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian

yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi

rakyat meskipun secara operasional implikasinya diberbagai negara tidak selalu

sama.

Demokrasi pada hakikatnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat itu

secara ontologis substansional mengandung keseimbangan, keseimbangan antara

rakyat yang memilih dengan pemimpin yang dipilih, keseimbangan antara

aspirasi, kepentingan rakyat dengan tugas pemimpin yang harus mematuhinya.

Keseimbangan antara ketaatan, kepatuhan, keloyalan rakyat dengan pemberian

pemimpin terhadap rakyat. Bentuk keseimbangan seperti itu sebagai wujud

cerminan keadilan, yang secara substansial juga menjunjung tinggi keseimbangan,

sebagaimana ditekankan oleh Aristoteles bahwa hakikat keadilan adalah bersifat

balance dan keseimbangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa demokrasi pada hakikatnya

adalah sejalan dengan substansi keadilan. Artinya, jika nilai demokrasi dipahami,

disikapi, dan dilakukan secara benar dan konsisten maka akan menimbulkan rasa

keadilan bagi semua orang (Suyahmo, 2014: 2-3).

Dunia pendidikan adalah proses mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai

tertentu pada seseorang warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan

untuk membentuk karakter dan keberpihakan warga negara sebagai implementasi

dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik kapasitasnya sebagai

individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara yang bertanggung

jawab. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kebebasan, nilai tanggung jawab,
kemandirian (mewujudkan diri sendiri), hak untuk menentukan diri sendiri,

partisipasi (turut menentukan), toleransi, pertolongan agar bisa menolong diri

sendiri, pluralisme, kemajuan serta perdamaian.

Setelah diutarakan tentang pengertian dari nilai dan juga demokrasi, jadi

yang dimaksud nilai-nilai demokrasi adalah takaran, harga sebuah gagasan dan

pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, menghargai

kebebasan berpendapat, memahami dan menyadari keanekaragaman dalam

masyarakat, serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Henry B. Mayo dalam Budiardjo (1982: 165) menyatakan bahwa nilai-

nilai yang harus dipenuhi untuk kriteria demokrasi adalah menyelesaikan

pertikaianpertikaian secara damai dan sukarela, menjamin terjadinya perubahan

secara damai dalam suatu masyarakat yang selalu berubah, pergantian penguasa

dengan teratur, pengunaan pemaksaan seminimal mungkin, pengakuan dan

penghormatan terhadap nilai-nilai keanekaragaman, menegakkan keadilan,

memajukan ilmu pengetahuan, dan pengakuan dan penghormatan terhadap

kebebasan.

M. Nur Khoiron juga dalam Handoyo (2010: 36-38) menjabarkan karakter

warga demokrat adalah Rasa hormat dan bertanggung jawab, Bersikap kritis,

Membuka diskusi dan dialog, Bersikap terbuka/toleran, Rasional, Adil, dan Jujur.

Selanjutnya dijelaskan juga dalam Suyahmo (2014:38) demokrasi Pancasila

memiliki pandangan semua warga negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak

dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu dalam menggunakan haknya setiap
individu harus memperhatikan dan mengutamakan kepentigan masyarakat dan

kepentingan negara, tidak boleh memaksakan kehendak pada pihak lain.

Nilai-nilai demokrasi tersebut tidaklah dapat di implementasikan tanpa

adanya partisipasi dari pengikutnya. Partisipasi sebagai suatu keterlibatan mental

dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di

dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental

dan emosi. Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan

dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul

tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.

Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental

serta penentuan kebijaksanaan (Sunarjan, 2014: 184)

Selain itu, demokrasi kental akan adanya kegiatan pemilihan suatu

kepemimpinan yang dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai tersebut. Henry B. Mayo

dalam bukunya yang berjudul Introduction to Democratic Theory, memberi

definisi terhadap sistem politik demokratis yaitu kebijaksanaan umum ditentukan

atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat

dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik

dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Mayo, 1960:

61).

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil beberapa nilai demokrasi

yang harus ada dalam penumbuhan demokrasi yaitu meliputi: partisipasi,

keadilan, kebebasan, menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela,

menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang selalu
berubah, pergantian penguasa dengan teratur, pengunaan pemaksaan seminimal

mungkin, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai keanekaragaman,

memajukan ilmu pengetahuan, rasa hormat dan bertanggung jawab, kritis,

terbuka/toleran, rasional dan jujur.

2.2 Masyarakat Multikultur

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis,

multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), isme

(aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan

martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya

masing-masing yang unik (Choirul Mahfud, 2009: 75).

Multikulturalisme ternyata bukanlah suatu pengertian yang mudah. Di

dalamnya mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yaitu ―multi‖ yang

berarti plural, ―kulturalisme‖ berisi pengertian kultur atau budaya. Istilah plural

mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan berarti sekedar

pengakuan akan adanya hal-hal yang berjenis-jenis tetapi juga pengakuan tersebut

mempunyai implikasi-implikasi politis, sosial, ekonomi. Oleh sebab itu pluralisme

berkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi (H.A.R. Tilaar, 2004: 82).

Menurut Farida Hanum dalam Setya Raharja (2011: 115) nilai-nilai inti

dari pendidikan multikultural berupa demokratis, humanisme, pluralisme. Adapun

dalam pendidikan multikultural, proses nilai yang ditanamkan berupa cara hidup

menghormati, tulus, toleran terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-

tengah masyarakat yang plural. Kemudian masih dalam Farida Hanum & Setya

Raharja (2011: 116) Peserta Didik nantinya juga diharapkan menjadi generasi
yang menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan

kejujuran dalam berperilaku sehari-hari.

Dalam pendidikan di Sekolah Menengah Pertam, nilai-nilai multikultural

terjabarkan dalam bentuk kompetensi inti dalam mata pelajaran IPS dan di

terjemahkan dalam bentuk kompetensi dasar yang harus dikuasai Peserta Didik.

Hal ini mengenai nilai-nilai multikultural terdapat pada kompetensi dasar 3.2

Menganalisis pengaruhinteraksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap

kehidupan social budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan dan 4.2.

Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang

berbeda terhadap kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan

kebangsaan.

3. Kerangka Teoritis

Teori yang digunakan untuk menganalisis masalah dan menjadi

pendekatan konsep berpikir dalam penelitian ini adalah fenomenologi, berasal dari

bahasa Yunani: Phainestai yang artinya ―menunjukkan‖ dan ―menampakkan diri

sendiri‖. Sebagai aliran epistemologi, fenomenologi diperkenalkan oleh Edmund

Husserl (1859-1938), meski sebenarnya istilah tersebut telah digunakan oleh

beberapa filsuf sebelumnya. Secara umum pandangan fenomenologi ini bisa

dilihat pada dua posisi, yang pertama ia merupakan reaksi terhadap dominasi

positivisme, dan yang kedua, sebenarnya sebagai kritik terhadap pemikiran

kritisisme Immanuel Kant, terutama konsepnya tentang fenomenon-numenon.

Husserl menggunakan istilah fenomenologi untuk menunjukkan apa yang

nampak dalam kesadaran kita dengan membiarkannya termanifestasi apa adanya


tanpa memasukkan kategori pikiran kita padanya atau menurut ungkapan

Husserl: zuruck den sachen selbt (kembalilah pada realitas itu sendiri). Berbeda

dengan Kant, Husserl menyatakan, bahwa apa yang disebut fenomena adalah

realitas itu sendiri yang nampak setelah kesadaran kita cair dengan realitas.

Fenomenologi Husserl justru bertujuan mencari yang esensial atau eidos (esensi)

dari apa yang disebut fenomena. Metode yang digunakan untuk mencari yang

esensial adalah dengan membiarkan fenomena itu berbicara sendiri tanpa

dibarengi dengan prasangka (presuppositionlessness). Berdasarkan penjabaran

tersebut, dapat diketahui bahwa fenomena di SMP NU Putri Nawa Kartika yaitu

masih adanya permasalahan peserta didik yang beragam dalam pergaulannya,

selain itu kehidupan yang tidak demokratis juga terjadi di beberapa pesantren.

Nomena dalam penelitian kali ini adalah bagaimana masih adanya faham feodal

dibeberapa pondok pesantren yang menghambat penumbuhan nilai-nilai

demokrasi.

Kedua adalah teori habitus dan arena dari Pierre Bourdieou. Upaya

Bourdieu untuk menjembatani antara objektivisme dengan subjektivisme, dapat

dilihat dari konsep Bourdieu tentang habitus dan lingkungan (ranah) dan

hubungan dialektik antara keduanya. Habitus berada di dalam pikiran aktor

sedangkan lingkungan berada di luar pikiran aktor. Meskipun sebenarnya semua

konsep dari Bourdieu saling berkaitan dan mempengaruhi. Habitus diartikan

sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh individu tanpa melalui sebuah kesadaran.

Habitus diperoleh sebagai akibat dari lamanya posisi dalam kehidupan sosial yang
diduduki. Jadi habitus akan berbeda-beda tergantung pada wujud posisi seorang

dalam kehidupan sosialnya. (Ritzer dan Goodman, 2008:522)

Selanjutnya teori tersebut dikombinasikan dengan teori nilai-nilai

demokrasi yang telah diutarakan oleh beberapa tokoh dalam kajian pustaka, yang

relevan dengan lingkungan peserta didik multikultur, meliputi: 1) keadilan, 2)

kebebasan, 3) toleran, 4) kritis, 5) jujur, 6) partisipasi, 7) pengakuan dan

penghormatan terhadap nilai-nilai keanekaragaman, 8) menyelesaikan pertikaian

secara damai dan sukarela. Selain itu digunakan juga teori tentang masyarakat

multikultur untuk mengidentifikasi karakteristik peserta didik tersebut.

Penumbuhan nilai-nilai demokrasi dianalisis dari teori grand desain

pendidikan karakter, yang mana pendidikan karakter merupakan proses

pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan

pendidikan(sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Nilai-nilai

luhur ini berasal dari teori-teori pendidikan, psikologi pendidikan, nilai-nilai

sosial budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No.20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik

nyata dalam kehidupan sehari-hari (Zubaedi, 2011: 17). Termasuk dalam

menumbuhkan nilai-nilai demokrasi bagi siswa dilingkungan sekolah.

Gambaran yang diteliti dengan diadakannya penumbuhan nilai-nilai

demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU Putri Nawa adalah

bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan, melalui cara apa dan apakah

berdampak pada peserta didik sehingga menjadikan peserta didik yang

demokratis. Adapun nantinya dari hasil analisis bisa positif bisa negatif, artinya
positif apabila arena sekolah mengajarkan nilai-nilai demokrasi secara baik dan

benar melalui beberapa kegiatan sehingga berdampak terhadap perilaku

demokratis peserta didk sdengkan negatif adalah sebaliknya.

4. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan dimensi-dimensi kajian utama, faktor-faktor

kunci, variabel-variabel, dan hubungan antar dimensi-dimensi yang disusun

membentuk narasi atau grafis. Sehingga berdasarkan landasan teori dan definisi

dari beberapa istilah dapat disusun bentuk kerangka berfikir yang berupa gambar

seperti dibawah ini:


Gambar 1. Kerangka berfikir

Nilai-nilai: DEMOKRASI pada Peserta didik


1) keadilan, multikulture
2) kebebasan,
3) toleran,
4) kritis,
5) jujur,
6) partisipasi, Nilai-Nilai Demokrasi Upaya
7) pengakuan dan penghormatan Hambatan
terhadap nilai-nilai Kegiatan penumbuhan Anggapan
keanekaragaman,
Dampak
8) menyelesaikan pertikaian
secara damai dan sukarela.

Di dalam Di Luar
kelas/pembelajaran kelas/pembelajaran

Mapel IPS dan PPKn 1. Pemilu OSIS


2. Ekstra Pramuka

Kehidupan Peserta didik Multikultur yang


Demokratis
Seperti yang diuraikan dalam kajian teori, demokrasi tentunya akan dapat

tumbuh dan berkembang dalam diri manusia apabila di implementasikan dalam

sebuah kehidupan, begitu pula pada peserta didik di SMP NU Putri Nawa Kartika

yang berbasis multikulture, tentunya materi tentang demokrasi telah mereka

dapatkan dari pembelajaran di kelas, dan juga melalui kegiatan diluar kelas seperti

di kegiatan OSIS dan Kepramukaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya tentunya

terdapat beberapa kendala, misalnya minat yang kurang, atau fanatisme yang

berlebihan bahkan adanya ideologi yang tidak menerima demokrasi. Oleh karena

itu dirasa penting penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikulture di

SMP NU Putri Nawa Kartika sehingga dapat menanamkan sikap demokratis bagi

Peserta Didik yag nantinya dapat mewujudkan masyarakat yang demokratis sesuai

dengan tujuan Pendidikan Nasional.


BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat

disimpulkan penumbuhan nilai demokrasi di SMP NU Putri Nawa kartika

dilakukan melalui kegiatan Intra dan ekstra kulikuler. a. Intrakulikuler, seperti: 1)

Muatan Pelajaran IPS, 2) Muatan pelajaran, 3) kegiatan Pembelajaran kurikulum

K13, dan 4) Musyawarah kelas dalam menentukan suatu keputusan bersama. b.

Ekstrakulikuler, merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar atau setelah jam

sekolah, seperti misalnya pada 1) kegiatan OSIS, 2) Pramuka, 3) IPPNU (ikatan

Pelajar Putri Nahdlotul Ulama), 4) Class meeting. Dari penjabaran diatas dapat

ditarik persaman yaitu dalam kegiatan ekstrakulikuler ditumbuhkan mengenai

nilai demokrasi keadilan dalam menentukan suatu hasil musyawarah, kebebasan

dalam mengemukakan pendapat dalam forum, partisipasi setiap anggota organiasi

untuk menentukan sebuah usulan/masukan, toleran dalam menerima perbedaan

pendapat, kritis dalam menilai suatu usulan atau program kerja organisasi, jujur

dalam setiap pengelolaan organisasi, penghormatan terhadap nilai-nilai

keanekaragaman karena peserta didik yang ada berasal dari berbagai daerah dan

menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela dalam setiap permasalahan

baik di organisasi ataupun diluar organisasi.

Tanggapan peserta didik mengenai penumbuhan nilai demokrasi pada

peserta didik multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika ada yang dapat

merasakan manfaatnya ada yang biasa saja (acuh tak acuh), tetapi mayoritas
responden mengungkapkan dapat merasakan manfaatnya, dirasa perlu akan

adanya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik agar tumbuh sikap-sikap

demokratis yang dapat menjadikan kondisi sekolah kondusif sehingga kegiatan

belajarpun dapat berjalan dengan baik, selain itu peserta didik juga diharapkan

dapat menularkan sikap demokratisnya dilingkungannya misal di lingkungan

pesantren ketika setelah kegiatan disekolah.

Penumbuhan nilia-nilai demokrasi yang dilakukan sekolah maka akan

memberikan dampak yang positif, msialnya dalam kegiatan yang diutarakan oleh

peneliti dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi di sekolah yang berbasis peserta

didik multikultur dapat memberikan dampak pada dirinya yaitu peserta didik lebih

memahami dan dapat menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-

hari. Selain itu juga siswa lebih paham akan pentingnya nilai demokrasi bagi

dirinya dan selanjutnya dapat ditularkan dalam lingkungannya. Diluar itu semua

siswa dapat menafikan adanya faham yang mengatakan demokrasi itu thogut.

Karena esensi dari demokrasi adalah suatu hal yang positif sesuai dengan nilai-

nilai agamanya

Secara empirik di beberapa pesantren disekitar sekolah masih ada budaya

feodal yang memposisikan murid santri sebagai budak yang dituntut patuh, ta‘at,

tidak boleh membantah (memperdebatkan) suatu hal dinilia tidak demokratis,

seperti pondok yang tidak memperbolehkan dalam mengikuti ekstra volly dan

pencak silat dengan alasan yang tidak diketahui, oleh karena itu peran sekolah

dirasa sangat penting dalam menumbuhkan nilai-nilai demokrasi dilingkungan

sekolah yang selanjutnya dapat diterapkan dipondok pesantren sekitarnya. Selain


itu juga perlu adanya komunikasi yang baik antara sekolah dan pondok pesantren

agar terjalin suatu hubungan dan pemahaman yang baik pula mengenai demokrasi

misalnya dalam berpendapat, tidak bermaskud membantah tetapi memberikan

kesempatan partisipasi santri dalam menyampaikan suatu gagasan.

2. Saran

2.1 Bagi Kepala Sekolah

Untuk kepala sekolah selaku supervisi dan pemegang kekuasaan di sekolah sudah

baik dalam memanage kegiatan penumbuhan nilai-nilai demokrasi di sekolah,

tetapi dirasa perlu pendampingan yang intens didalam penumbuhan tersebut agar

bisa lebih maksimal. Selain itu komunikasi dengan lingkungan sekitar seperti

Pondok Pesantren perlu ditingkatkan agar diperoleh kesepahaman mengenai nilai-

nilai demokrasi.

2.2 Bagi Tenaga Pendidik IPS dan PPKn

Sebagai pendidik tentunya menjadi ujung tombak penyampaian materi dan

penumbuhan nilai pada peserta didik terasuk nilai demokrasi, diras perlu lebih

memperhatikan peserta didik yang berasal dari pesantren yang memiliki nilai

feodal agar lebih bisa memahami demokrasi tanpa mengurangi rasa hormat

kepada kiyai. Selain itu penumbuhan nilai demokrasi melalui pembelajaran

diharapkan dapat dilaksanakan secara maksimal.

2.3 Bagi Pembimbing OSIS/Pramuka/IPPNU

Untuk pembimbing OSIS/Pramuka/IPPNU dirasa sudah sangat baik dalam

membimbing tetapi hendaknya mampu menjadi penghubung/komunikator yang

baik antara organisasi tersebut dengan Pemangku kebijakan dan juga lingkungan
sekitar. Sehingga nantinya akan diperoleh sinergi positif dan lebih solid dalam

melaksanakan kegiatan termasuk penumbuhan nilai demokrasi dalam setiap

kegiatannya.

2.4 Bagi OSIS/Pramuka/IPPNU

Diharapkan dapat lebih semangat mensosialisasikan dan melaksanakan kegiatan

penumbuhan nilai demokrasi disetiap even. Agar tercipta suasana yang kondusif

dan nyaman.

2.5 Bagi Peserta didik

Hendaknya menyadari akan pentingnya nilai-nilai demokrasi dan juga bagaimana

bersikap menjadi warga sekolah yang baik dengan peduli dan ikut berperan aktif,

memiliki komitmen yang besar dan bertanggung jawab dalam kegiatan

penumbuhan nilai demokrasi tersebut, sehingga akan terciptanya kehidupan yang

demokratis.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Kadir Patta. 2009. Masalah dan Prospek Demokrasi. Jurnal Academica
Fisip Untad VOL.I
Agung Suharyanto. 2017. Pemahaman siswa tentang konsep Demokrasi dalam
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan. Vol. 1 Nomor 1
Akhmad Hidayatullah Al Arifin. 2012. Implementasi Pendidikan Multikultural
dalam Praksis Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan:
Fondasi dan Aplikasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Sleman Volume 1,
Nomor 1
Amarru Muftie Holish. 2018. Rohmat, Iqbal Syarifudin. 2018. Money Politic
dalam Praktik Demokrasi Indonesia. Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang. Volume 4 Nomor 2.
Amanah Nurish. 2010. Penyimpangan sex Hubungan Sesama Jenis Perempuan
Dilingkungan Pesantren. Jurnal Gender, Technology and Development,
14, 2 (2010): 267–277
Ana Andriani. 2014. Pengembangan Model Simulasi Sosial pada Pembelajaran
PKn Konteks IPS: Upaya Meningkatkan Sikap Demokratis Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Vol 7(2).
Andi Ali Said Akbar. 2016. Demokrasi Menundukkan Anarki. Jurnal Politik
Indonesia: Indonesian Political Science. Vol 1 (1): 1-13.
Ardyantha Sivadabert Purba. 2015. Potret Pandangan Akademisi di Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UGM (JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi
di Indonesia. Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 1 -
12 1
Binov Handitya . 2018. Merawat Sikap dan Perilaku Hidup Demokratis Melalui
Pendidikan Politik. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Volume 4 (3)
Blackwell. 2003. Dictionary of Modern Social Thought, Blackwell Publishing.
C.C. Gotlieb. 2002. Does the Internet Promote Democracy?. Journal of
Department o/Computer Science University o/Toronto,-
Cristopel. 2016. Pemahaman Nilai - Nilai Demokrasi Siswa Melalui Metode
Inquiri Pada Pembelajaran Pkn di SMA Negeri 1 Gamping Sleman.
Jipsindo No. 2, Volume 3
Daya Negri Wijaya. 2016. Jean-Jaques Rousseau dalam Demokrasi. Jurnal
Politik Indonesia: Indonesian Political Science.Vol 1 (1) (2016) 14-29
Dirk Tomsa. 2012. Moderating Islamism in Indonesia: Tracing Patterns of Party
Change in the Prosperous Justice Party. Journal of Political Research
Quarterly. Vol. 65(3): 486 – 498
Donie Kadewandana Malik. 2016. “Partai Politik Islam dan Pemilihan Umum:
Studi Peningkatan Dukungan Elektoral PKB dan PPP Pada Pemilu
Legislatif 2014 DPR RI di Dapil DKI Jakarta. Jurnal Politik Indonesia:
Indonesian Political Science. Vol 1 (1): 45-68.
Effendi Gazali. 2014. Learning by clicking: An experiment with social media
democracy in Indonesia. Journal of the International Communication
Gazette. Vol. 76(4–5) 425–439
Ellen Lust. 2011. Missing the Third Wave: Islam, Institutions, and Democracy in
the Middle East. Journal of St Comp Int Dev. Vol 46:163–19.
Eta Yuni Lestari, Nugraheni Arumsari.2018. Partisipasi Politik Pemilih Pemula
pada Pemilihan Walikota Semarang di Kota Semarang. Dalam Jurnal
Integralistik. Volume 22. No 1. Hal 24
Etika Mulyawati. 2014. Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS Gateway
Untuk Pemilihan Ketua Osis. Jurnal Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. –
Flourensia Sapty Rahayu, Susi Widjajani, Muslimah Zahro Romas. 2013. Iptek
Bagi Masyarakat Peserta Didik dalam Menyikapi Fenomena
Cyberbullying di Kalangan Remaja. Jurnal Program Studi Teknik
Informatika Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Vol. 17 No. 2, Desember
2013
Gina Lestari. 2015. Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di
Tengah Kehidupan Sara. Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah
Mada, Th. 28, Nomor 1
Handoyo. 2010. Buku Ajar Pendidikan Politik. Semarang: Jurusan HKn, FIS,
UNNES
Hanum, Farida dan Setya Raharja. 2011. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan:
Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Menggunakan Modul Sebagai Suplemen Pelajaran IPS di Sekolah Dasar,
Volume 04 No. 2.
H.A.R Tilaar. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa
Depan dalam Tranformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo
Hariyono. 2012. Pola Demokrasi Yang Dikembangkan Pendiri Bangsa. Jurnal
Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang. Vol. 22 No. 2 - Juli 2012.
Hlm. 157—170
Hedi Heryadi, Hana Silvana. 2013. Komunikasi Antarbudaya dalam Masyarakat
Multikultur (Studi Tentang Adaptasi Masyarakat Migran Sunda di Desa
Imigrasi Permu Kecamatan Kepahiang Provinsi Bengkulu). Jurnal Kajian
Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108
Henry B. Mayo. 1960. An Introduction to Democratic Theory. New York: Oxford
University Press.
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata. 2015. Kebebasan Siswa dalam Budaya
Demokratis di Sekolah (Studi Multi Kasus di SMA Yogyakarta). Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Universitas Neger
Yogyakarta Volume 3, No 1, Juni 2015 (11-18)
Heru Nugroho. 2012. Demokrasi dan Demokratisasi: Sebuah Kerangka
Konseptual untuk Memahami Dinamika Sosial-Politik di Indonesia. Jurnal
Pemikiran Sosiologi Volume 1 No.1
Jailani. 2015. Sistem Demokrasi di Indonesia Ditinjau dari Sudut Hukum
Ketatanegaraan. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I
Lawrence Pintak and Budi Setiyono. 2011. The Mission of Indonesian
Journalism: Balancing Democracy, Development, and Islamic Values.
International Journal of Press/Politics. Vol 16(2): 185–209
Mahfud, Choirul, 2014. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mark Evans. 2011. Just war, democracy, democratic peace. European Journal of
Political Theory. Vol 11(2): 191–208
Middya Boty. 2017. Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat
Islam Melayu dengan Non Melayu pada Masyarakat Sukabangun Kel.
Sukajadi Kec. Sukarami Palembang. Jsa Vol 1 No 2, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Miriam Budiardjo. 1982. Masalah Kenegaraan. Jakarta: Gramedia
Muhammad Bayu Dwi Cahyo. 2015. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Menggunakan Hak Suara pada Pemilu Legislatif 2014. Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Volume 10. Nomor 1.
June 2015
Muhammad Nur Halim. 2014. Potret Pendidikan Multikutural dalam Kurikulum
Sekolah di Purwokerto. JPA Volume 15 Nomor (1) Jurusan Dakwah
STAIN Purwokerto
Muh. Sain Hanafy. 2015. Pendidikan Multikultural dan Dinamika Ruang
Kebangsaan. Jurnal Diskursus Islam 119 Volume 3 Nomor 1
Muka Dalas, Emosda, Ekawarna. 2012. Pola asuh orang tua Demokratis,
interaksi edukatif, dan motivasi belajar siswa. Jurnal Tekno-Pedagogi,
Universitas Jambi. Vol. 2 No. 1.
Murdani. 2015. Implementasi pembelajaran Demokratis: Sebuah studi tentang
pembelajaran SKI pada madrasah tsanawiyah di aceh. Jurnal Ilmiah
ISLAM FUTURA, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Vol. 14. No. 2
Nur Chayati, Eko Supriyanto, M. Yahya. 2015. Pengelolaan pembelajaran sikap
Demokratisdi SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, Vol 25, No.2. ISSN: 1412-3835
Panti Rahayu. 2018. Keikutsertaan Masyarakat Dalam Menjalankan
Pemerintahan dan Sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Melalui
Pemilihan Umum di Indonesia. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang. Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018
Richard Ledet. 2016. Studying the quality of democracy: Two cross-national
measures of democratic citizenship. Journal of Education, Citizenship and
Social Justice. Vol. 11(1) 3 - 18
Parsudi Suparlan. 2002. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal
Antropologi Indonesia ke-3, Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
Permatasari, Listyaningsih. 2015. Praktek Demokrasi Pada Organisasi Siswa
Intra Sekolah di SMA Al-Irsyad Surabaya. Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Surabaya. Volume 01 Nomor 03
Rachman, M. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter Berwawasan
Konservasi Nilai-Nilai Sosial. Semarang: Jurnal Unnes Forum Ilmu Sosial,
40(1).
Ritzer, George, Goodman dan Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern( Edisi
Keenam). Jakarta: Kencana
Riyan Gunawan, Ahmadi. 2018. Fungsi Media Massa dalam Perspektif Negara
Demokrasi terkait Penyelenggaraan Pemilu. Jurnal Hukum Universitas
Negeri Semarang Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 1101-1118
Rizal Mubit. 2016. Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia.
Jurnal Pascasarjana IAIN Tulungagung Vol. 11, No. 1
Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin. Pengaruh Pendidikan Politik
dan Demokrasi Bagi Generasi Muda Terhadap Tingkat Partisipasi
Pelaksanaan Pemilihan Umum. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang. Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 1191-1204
Rustam Ibrahim. 2013. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip,
dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal ADDIN, Vol.
7, No. 1.
Stephen L . Quac kenbush, Michael Rudy. 2009. Evaluating the Monadic
Democratic Peace. Journal of Conflict Management and Peace Science.
Vol 26(3): 268–285
Siti Faridah, Jerico Mathias. 2018. Politisasi Agama Pemecah Keutuhan Bangsa
dalam Pemilu. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.Volume 4 Nomor 3
Siti Nur janah, Hamdan Tri Atmaja, Ufi Saraswati. 2017. Penanaman Nilai-Nilai
Multikulturalisme dalam Pembelajaran Sejarah Sub Materi Pokok
Indonesia Zaman Hindu-Buddha pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah
Negeri Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017. Indonesian Journal of
History Education. Jurnal Indonesian Journal of History Education
UNNES Volume 5 (2)
Sirait, M., Masrukhi., & Suprayogi. (2014). Peran Forum Kerukunan Umat
Beragama dalam Mengembangkan Nilai Toleransi di Kabupaten Bekasi.
Semarang: Unnes Civic Education Journal, 3(2).
Steven Ryan Hofmann. 2004. Islam And Democracy, Micro-Level Indications of
Compatibility. Journal of Comparative Political Studies. Vol. 37 No. 6
Sugiyar. 2017. Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat
Multikultural. Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Yudharta Pasuruan. Volume 3, Nomor 1, Desember 2017
Sunarjan. Y.Y.F.R. 2014. Survival Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik
Semarang. Salatiga: Stya Wacana University Press.
Suradi. 2017. Masyarakat Multikultural Bangsa Indonesia. Jurnal Pendidikan
Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Suyahmo. 2014. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama.
Suyahmo, Suyahmo. 2015. "Model Implementasi Sila Ke 4 ―Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan‖ Sebagai Lokus Pendidikan Demokrasi Di
SMP Kota Semarang." Jurnal Penelitian Pendidikan 32.1
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/view/5707
Syafiq Hasyim. 2015. Majelis Ulama Indonesia and pluralism in Indonesia.
Journal of Philosophy and Social Criticism. Vol. 41(4-5): 487–495
Syamsul Bakhri, Tri Marhaeni Pudji Astuti, Eko Handoyo. 2013. Aspek
Demokrasi dalam Pemilihan Umum Raya Online Presiden MahaPeserta
Didik Universitas Negeri Semarangtahun 2011. Solidarity: Journal of
Education, Society and Culture. Vol 2 (1) (2013)
Tantri Rahmawati Ningrum, Suniti. 2017. Peran Guru Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam Membangun Karakter Demokratis Peserta Didik Kelas IX di SMP
Negeri 1 Gempol Kabupaten Cirebon. Jurnal Edueksos, IAIN Syekh
Nurjati Cirebon Volume VI No 2.
Tuti Sulistio Warni & Nurul Fatimah. 2015. Kapitalisme Pendidikan dalam
Penerapan Progam Sekolah di SMA Al-Kautsar Bandarlampung. Jurnal
Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang. Vol 2(2)
Wahyuningtyas Dwi Saputri, Bagus Edi Prayogo. 2018. Tantangan Demokrasi di
Era Globalisasi Demi Mewujudkan Pencegahan Politik Uang dalam
Pemilu. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Volume 4
Nomor 2 Tahun 2018, 262-275
Widayati. 2010. “Tinjauan Konstitusional Terhadap Pemilihan Umum Kepala
Daerah. Jurnal Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung,
Semarang. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2011), hlm.17.
Zulkarnain. 2016. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Pondok
Pesantren D DI-AD Mangkoso Barru Sulawesi Selatan. Jurnal Al-
Thariqah Vol. 1, No. 2, STAI Madinatunnajah Rengat, Indragiri Hulu
Internet:
Diunduh dari : wikipedia.osis.mpk.com (Pada 11 Desember 2017)
Diakses dari : https://scholar.google.co.id/citations?user=cN-AfOgAAAAJ&hl=en
(Google Scholar Suyahmo)
Diakses dari : https://scholar.google.co.id/citations?user=08opnD4AAAAJ&hl=id
(Googe Scholar Y.Y.F.R Sunarjan)
"Democracy and Citizenship: Glossary". American politics. The University of
Texas at Austin. Diakses tanggal 2004-08-09
LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN
PENUMBUHAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PESERTA DIDIK MULTIKULTUR
DI SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA
RANCANGAN INSTRUMEN WAWANCARA (PEDOMAN WAWANCARA)
Kepala SMP NU Putri Nawa Kartika
Nama Lengkap : M. Misbahus Surur, S.H.I
Usia : 35
Alamat : Sunggingan, Kota, Kudus
Jabatan : Kepala Sekolah
Pendidikan : S1 Hukum Islam, S2 Manajemen Pendidikan Islam
No. HP : 085640161010
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Kepala Sekolah/Guru) di SMP NU PUTRI
terhadap peserta didik multikultur di Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaimana kurikulum di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
melalui beberapa kegiatan. 3. Kenapa peserta didik SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur?
4. Bagaimanakah multikultur yang dimaksudkan dalam peserta didik SMP
NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Sejak kapan nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
6. Bagaimana nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
7. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
8. Kegiatan apakah yang merupakan suatu upaya penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
9. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
10. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 11. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 12. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 13. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
14. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
15. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atau tidak?

3. Hambatan dalam upaya 16. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 17. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 18. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
19. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Waka Kesiswaan SMP NU Putri Nawa Kartika
Nama Lengkap : Didik Budi Purnomo, S.Hum
Usia : 32
Alamat : Karang malang, Gebog, Kudus
Jabatan : Waka Kesiswaan
Pendidikan : S1 Bahasa Arab
No. HP : 085729009878
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Kepala Sekolah/Guru) di SMP NU PUTRI
terhadap peserta didik multikultur di Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaimana kurikulum di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
melalui beberapa kegiatan. 3. Kenapa peserta didik SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur?
4. Bagaimanakah multikultur yang dimaksudkan dalam peserta didik SMP
NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Sejak kapan nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
6. Bagaimana nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
7. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan di
SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
8. Kegiatan apakah yang merupakan suatu upaya penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
9. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
10. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 11. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 12. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 13. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
14. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
15. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih
demokratis/tidak?
3. Hambatan dalam upaya 16. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta
penumbuhan nilai demokrasi pada didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 17. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 18. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
19. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?

Pembina OSIS
Nama Lengkap : Farul Rohman, S.Pd
Usia : 27
Alamat :
Jabatan : Pembina OSIS
Pendidikan : S1 Bahasa Inggris
No. HP : 08974510203
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Pembina OSIS/Pramuka) di SMP NU
terhadap peserta didik multikultur di PUTRI Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
melalui beberapa kegiatan. multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui (dalam
OSIS/Pramuka)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 7. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Pembina Pramuka
Nama Lengkap : M. Toyyib Achsin, S.Pd
Usia : 56
Alamat : ......................................................................
Jabatan : Pembina Pramuka
Pendidikan : S1 Pendidikan Matematika
No. HP : 085226545361
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Pembina OSIS/Pramuka) di SMP NU
terhadap peserta didik multikultur di PUTRI Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
melalui beberapa kegiatan. multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui (dalam
OSIS/Pramuka)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?

2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 7. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Guru Mapel IPS
Nama Lengkap : Siti Muaffanah, S.Pd
Usia : 28
Alamat : ......................................................................
Jabatan : Guru Mapel
Pendidikan : S1 IPS
No. HP : 085640553546
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
terhadap peserta didik multikultur di 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui (dalam
melalui beberapa kegiatan. Mapel IPS/PPKn)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 7. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Guru Mapel PPKn
Nama Lengkap : Muhammad Silahuddin, S.Pd
Usia : 25
Alamat : Getassrabi 4/6, Gebog, Kudus
Jabatan : Guru Mapel
Pendidikan : S1 PPKn Unnes
No. HP : 0895342220004
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
terhadap peserta didik multikultur di 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui
melalui beberapa kegiatan. (dalam Mapel IPS/PPKn)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?

2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
demokrasi pada peserta didik peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda
multikultur di SMP NU PUTRI rasakan?
Nawa Kartika. 7. Seberapa besar dampak tersebut?
8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih
demokratis atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Peserta Didik
Nama Lengkap : Isyi Zahrotal Jasmin dan Laila Irfana
Usia : ......................................................................
Alamat : ......................................................................
Jabatan : ......................................................................
Pendidikan : ......................................................................
No. HP : ......................................................................
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Tanggapan Peserta Didik pada 1. Apakah peserta didik SMP NU Putri Nawa Kartika Multikultur?
upaya penumbuhan nilai demokrasi 2. Masalah apa yang terjadi dalam peserta didik multikultur yang kamu
pada peserta didik multikultur di ketahui?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika. 3. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui?
4. Apa peran anda/Pengurus OSIS dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Kegiatan apa menurutmu dalam sekolah/OSIS yang merupakan
penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP
NU PUTRI Nawa Kartika?
6. Bagaimana tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
7. Apakah sudah berjalan efektif penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 8. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 9. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 10. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
11. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
12. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 13. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 14. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 15. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
16. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
INSTRUMEN PENELITIAN
PENUMBUHAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PESERTA DIDIK MULTIKULTUR
DI SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA
RANCANGAN INSTRUMEN OBSERVASI (LEMBAR OBSERVASI)
No Fokus Observasi Kegiatan Observasi
1. Penumbuhan nilai demokrasi
terhadap peserta didik
multikultur di SMP NU PUTRI Pengamatan terhadap kegiatan penumbuhan peserta didik di SMP NU Putri Nawa Kartika
Nawa Kartika melalui
beberapa kegiatan.

2. Tanggapan Peserta Didik pada


upaya penumbuhan nilai Pengamatan terhadap tanggapan Peserta Didik pada upaya penumbuhan nilai demokrasi
demokrasi pada peserta didik pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.
multikultur di SMP NU PUTRI
Nawa Kartika.
3. Dampak upaya penumbuhan Pengamatan terhadap Dampak upaya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik
nilai demokrasi pada peserta multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.
didik multikultur di SMP NU
PUTRI Nawa Kartika.

4. Hambatan dalam upaya


penumbuhan nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur
di SMP NU PUTRI Nawa Pengamatan terhadap hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta
Kartika. didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika.
INSTRUMEN PENELITIAN
PENUMBUHAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PESERTA DIDIK MULTIKULTUR
DI SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA
RANCANGAN INSTRUMEN DOKUMENTASI (DAFTAR CEKLIS)
No Fokus Penelitian Temuan Dokumentasi Ada Tidak Keterangan
1. Penumbuhan nilai 1. Mendokumentasikan pihak-pihak V
demokrasi terhadap yang terlibat dalam penumbuhan nilai-
peserta didik nilai demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU multikultur di SMP NU Putri Nawa
PUTRI Nawa Kartika Kartika.
melalui beberapa 2. Mendokumentasikan kegiatan yang V
kegiatan. berkenaandengan penumbuhan nilai-
nilai demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU Putri Nawa
Kartika.
2. Tanggapan Peserta 1. Mendokumentasikan tanggapan V
Didik pada upaya peserta didik terhadap penumbuhan
penumbuhan nilai nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU Putri
didik multikultur di Nawa Kartika.
SMP NU PUTRI Nawa
Kartika.

3. Dampak upaya 1. Mendokumentasikan yang berkenaan V


penumbuhan nilai dengan dampak penumbuhan nilai-
demokrasi pada peserta nilai demokrasi pada peserta didik
didik multikultur di multikultur di SMP NU Putri Nawa
SMP NU PUTRI Nawa Kartika.
Kartika.

4. Hambatan dalam upaya 1. Mendokumentasikan hambatan yang V


penumbuhan nilai ada dalam penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta demokrasi pada peserta didik
didik multikultur di multikultur di SMP NU Putri Nawa
SMP NU PUTRI Nawa Kartika.
Kartika.
LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG PENELITIAN

Foto Kegiatan Seleksi Pengurus OSIS, Foto Kegiatan Orasi Calon Ketua OSIS,
DG, IPPNU dan PMR DG, IPPNU dan PMR

Foto kegiatan LPJ Pengurus OSIS, DG, Foto Kegiatan LPJ Pengurus OSIS, DG,
IPPNU dan PMR IPPNU dan PMR

Foto Kegiatan Class Meeting Foto Kegiatan Pemilihan Ketua OSIS,


DG, IPPNU dan PMR
Foto kegiatan penghitungan suara Foto antrian calon pemilih ketua OSIS,
pemilihan ketua OSIS, DG, IPPNU dan DG, IPPNU dan PMR
PMR

Foto penghitungan suara pemilihan Foto Kegiatan Belajar mengajar


ketua OSIS, DG, IPPNU dan PMR dilingkungan sekolah

Foto kegiatan Pembelajaran k13 Foto kegiatan Pembelajaran K13


Foto wawancara Peneliti kepada Foto wawancara Peneliti kepada
Kepada Kepala Sekolah Kepada peserta didik yang berasal dari
luar Jawa

Foto wawancara Peneliti kepada


Kepada Ketua OSIS

Anda mungkin juga menyukai