TESIS
Oleh
MUHAMMAD SILAHUDDIN
0301517008
Motto :
Persembahan:
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul ―Penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika‖. Tesis ini disusun
dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang.
Penulisan tesi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta
kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
seperti demokrasi liberal, komunis dan lain sebagainya. Begitu pula dengan
kepribadian, yang semuanya itu menjadi ciri yang melekat dalam diri
Pancasila (Suyahmo, 2014: 33). Demokrasi Pancasila adalah yang secara jelas
Pro dan kontra terus menghiasi dinamika demokrasi di ndonesia dari merdeka
hingga saat ini, adapun yang kontra salah satunya seperti adanya kelompok
mengkritik keras terhadap sistem demokrasi. Kritikan itu tertuju pada inti dari
tersebut 180 derajat berseberangan dengan ideologi HTI. Ismail dengan tegas
menyatakan sistem demokrasi tidak sesuai dengan ajaran Islam pada titik hak
untuk menerbitkan hukum. Dalam Islam, kata dia, kedaulatan di tangan Allah.
bahkan tidak semua golongan Islam pun sepakat dengan cara berfikir Ismail
tersebut.
tingkat partisipasi masyarakat, seperti pemilu pada tahun 2014 kemarin juga
mengalami peningkatan. Tetapi masih ada sikap apatisme dan partisipasi yang
rendah dalam jumlah yang tidak kecil, rakyat tidak tertarik dengan pemilihan
suatu kepala daerah atau pemilihan presiden, karena beberapa alasan yang
partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 ini terbilang tinggi, yakni sebesar
75,11%. Namun jika diamati, bila tingkat partisipasi dalam pemilu mencapai
75,11%, maka dapat disimpulkan bahwa angka golput mencapai lebih dari
24%. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan raihan suara yang diraup
oleh pemenang pemilu, yakni PDIP yang hanya sebesar 18,9%. Hal tersebut
apabila sebagian dari 24% yang masih golput itu adalah pemilu pemula.
dengan membela suatu partai atau calon kepala daerah mati-matian, dan
dengan baik. Kedua sikap tersebut apatisme dan fanatisme tidaklah benar,
adalah seperti kebebasan, budaya menghormati hak dan kebebasan orang lain,
sebagainya.
sosialisasi oleh KPU, atau yang berada dijenjang pendidikan sejak usia dini
(dalam perspektif sosial). Selain itu kegiatan diluar mata pelajaran juga
merupakan sekolah dengan Peserta Didik yang berasal dari berbagai macam
daerah, beragam suku, dan juga memiliki budaya yang berbeda. Sehingga
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar
mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
ekstrakurikuler.
peduli (toleransi, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
demokrasi.
2. Identifikasi Masalah
2.3 Kurangnya pengajaran nilai demokrasi pada peserta didik yang multikulture di
2.4 Adanya Pondok Pesantren peserta didik yang berfaham feodal di sekitar SMP
nilai demokrasi yang baik di SMP NU Putri Nawa kartika akan menjadikan
permasalahan yang ada tidak terselesaikan dan menjadi hambatan bagi sekolah
3. Cakupan Masalah
akan diteliti oleh peneliti yaitu upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
Didik dari SMP tersebut selain dari kota Kudus sendiri, juga terdiri dari
Peserta Didik yang berasal dari berbagai macam kota bahkan provinsi, terdiri
dari berbagai macam suku dan juga ras. Mereka yang berasal dari luar daerah
ilmu umum dan juga ilmu agama. Hal tersebut menunjukkan bahwa Peserta
5. Tujuan Penelitian
dicapai dalam suatu penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:
keilmuan dan kajian ilmu pendidikan politik, dan ilmu pengetahuan sosial
LANDASAN TEORI
1. Kajian Pustaka
sebagai tinjauan pustaka oleh peneiliti yang relevan dengan penumbuhan nilai-
implikasi logis dari harapan damai monadik dalam hal kemungkinan keterlibatan
dan inisiasi konflik, dengan menggunakan data dari tahun 1816 sampai 2001.
Pada tingkat analisis monadik, kami menemukan tidak ada dukungan untuk
Tingkat analisisnya adalah lebih tepat untuk digunakan, dan apakah kita
fokus pada perselisihan antar negara yang dimiliterisasi keterlibatan atau inisiasi,
mengingat temuan ini bahwa demokrasi tidak hanya melawan negara-negara non-
memahami empiris dasar untuk klaim bahwa demokrasi lebih damai secara umum
yang akan dilakuka oleh peneliti adalah dalam dunia pendidikan atau lembaga
sekolah.
Evans, dalam jurnal yang berjudul “Just war, democracy, democratic peace”
pada tahun 2011. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa poin terakhir dalam
diambil artikel ini sepanjang: yaitu, untuk membuat sketsa beberapa argumen
dalam bentuk perkenalan sehingga dapat diatur sebuah agenda penelitian untuk
intinya bagian eksplorasi pada topik, dua isu yang muncul di berbagai titik harus
tidak boleh lupa bahwa di sini tidak ada dukungan otomatis demokrasi liberal,
sama seperti tidak menghibur oleh JWT dari DPT senantiasa berkomitmen pada
bentuk liberalnya. Secara luas Ketegasan yang ditegaskan 'demokrasi' tidak boleh
memiliki alasan sendiri untuk mendukung interpretasi tertentu dari ideal yang
berbeda dari yang didukung sehubungan dengan jenis debat lainnya tentang itu.
Meskipun hal itu mendorong kontroversi lebih jauh dalam jajaran perang adil,
permintaan maaf semata-mata untuk satu, diakui saat ini dominan, cara
'melakukan' demokrasi.
bahkan di dalam Pada tahap yang baru lahir, untuk mengatakan, bagaimanapun,
bahwa hanya demokrasi yang bisa menghasilkan peperangan saja dan hanya hasil
demokrasi yang bisa menjadi hasil justifikasi perang adil saja. Untuk semua
Peringatan dan kualifikasi yang masuk sejauh ini, mungkin masih sulit untuk
menolak rasa ditarik menuju kesimpulan ini. Bahkan jika argumen prinsip abstrak
dilakukan tidak dengan kuat mendorong kita ke arah ini, bukti pengalaman sejarah
terbatas artikel ini, saya hanya menawarkan beberapa poin untuk membantu
membentuk debat untuk dikejar di tempat lain. Jika seseorang berpikir bahwa
diprakarsai oleh negara-negara non-demokrasi karena ipso facto tidak adil. Dan
terhadap demokrasi.
itu tidak begitu penting dan perlu seperti beberapa kriteria perang lainnya yang
adil dalam menimbang keseluruhannya keadilan perang Ada hierarki kriteria dan
terbuka. Tapi kita juga harus merenung kemungkinan prioritas normatif semacam
itu bergeser sepanjang waktu: kita tidak berbicara tentang prinsip moral abadi.
menjadi norma legitimasi yang sangat luas untuk pemerintahan dimana dulu tidak
dan kita pasti harus mempertimbangkan apakah hak untuk berperang tidak juga
setelah semua.
1.1.1.3 Studying the quality of democracy: Two cross-national measures of
democratic citizenship
satunya adalah dari warga negaranya. Dijelaskan oleh Richard Ledet dalam jurnal
of democratic citizenship” pada tahun 2016. Studi ini mengukur dua komponen
(in) toleransi. Ukuran partisipasi ekspresif, berakar pada klasik dan teori
masyarakat dengan cara baru. Ukuran saya (dalam) toleransi, kongruen dengan
yang lebih luas. Studi masa depan membangun hal ini penelitian dapat menjawab
tentang interaksi antara warga yang berpartisipasi secara ekspresif, sangat toleran,
dan demokrasi. Ukuran demokratis kewarganegaraan juga bisa digunakan untuk
menyelidiki hubungan antara tingkat ekspresif partisipasi dan / atau (in) toleransi
dan tingkat demokrasi. Ini diluar lingkup artikel ini menilai dampak partisipasi
ekspresif dan intoleransi terhadap tingkat demokrasi yang berbeda negara dari
toleran dan partisipasi secara ekspresif diciptakan untuk setiap gelombang baru
mengevaluasi kualitas demokrasi antar bangsa yang ada sudah dianggap sebagai
demokrasi dan demokrasi berkualitas tinggi luas, lintas nasional, saya telah
nasional.
1.1.1.4 Missing the Third Wave: Islam, Institutions, and Democracy in the Middle
East
dalam Jurnal yang berjudul “Missing the Third Wave: Islam, Institutions, and
Democracy in the Middle East” pada tahun 2011 mendiskripsikan tentang
Institusi yang mengatur hubungan antara Islam, negara, dan oposisi pada tahun
1980 secara signifikan terkait dengan tingkat reformasi politik pada tahun 1990,
meskipun pada tahun 2000 kekuatan mereka berkurang sehingga tidak lagi
signifikan dalam spesifikasi model lengkap. Efek ini adalah terutama kuat di
MENA, yang penting, pengaruh institusional ini jauh lebih erat kaitannya dengan
tidak pernah secara substantif atau signifikan secara statistik, dan karena tidak
pernah menjadi bagian dari Spesifikasi model teoritis, terjatuh dari hasil yang
dukungan kuat untuk lini ini argumentasi, setidaknya berkaitan dengan tingkat
liberalisasi politik di keduanya 1990 dan 2000. Rasio keaksaraan diuji sebagai
variabel alternatif untuk perempuan subordinasi, tapi itu tidak signifikan. Hanya
rasio jenis kelamin yang dilaporkan pada hasil penelitian tentang kontrol politik -
tahun-tahun sejak kemerdekaan dan umur dari rezim saat ini pada tahun 1990 -
secara konsisten memiliki efek yang tidak signifikan, keduanya secara substantif
dan statistik. Dengan demikian, mereka juga dihilangkan karena mereka tidak
signifikan Ini menghibur, karena ini menunjukkan bahwa bahkan jika ada alasan
untuk melakukannya percaya jenis rezim dapat mempengaruhi strategi yang
diambil elit negara menuju Kaum Islamis di tahun 1980an, ia tidak menentukan
tingkat liberalisasi yang diikuti. Sejauh mana Islam menjadi basis rezim pada
tahun 1980 secara signifikan terkait dengan tingkat reformasi pada tahun 1990. Ini
dalam rezim, ketakutan akan sebuah pasca reformasi Rezim yang lebih
konservatif pun diredam. Pasukan oposisi cenderung lebih mendorong lebih keras
Dampak inklusi Islam dan MENA pada tingkat reformasi pada tahun 1990,
di Indonesia Khususnya, juga kuat dan signifikan. Hasil serupa diperoleh dengan
menggunakan pengukuran untuk inklusi Arab dan Islam juga, meski karena ruang
masuknya pasukan Islam di dunia Arab atau kawasan tersebut dikaitkan dengan
reformasi yang lebih besar. Di luar dunia Arab dan wilayah MENA,
reformasi.
meningkatkan rasa takut akan Islam politik. Dalam hal ini Kasus, reformasi
politik lebih terbatas daripada di situlah kekuatan Islamis secara formal termasuk
pada umumnya, melihat liberalisasi politik kurang dari yang lain sebagian besar
daripada kasus di luar daerah Ini tidak akan menjadi hasil yang diharapkan jika,
jawab atas resistensi terhadap liberalisasi. Pada saat yang sama, analisis tersebut
pengalaman ini tidak ada, penyertaan atau Pengucilan kelompok Islam pada tahun
1980 kurang penting dalam menentukan tingkat kebebasan politik dan sipil yang
diraih.
dari perspektif agama Islam dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Steven
bahwa umat Islam tinggal di delapan negara termasuk dalam penelitian ini tidak
Selain itu, tidak ditemukan pola yang menunjukkan bahwa umat Islam dan
keanggotaan dalam asosiasi sukarela. Ada juga tanda adanya "reaksioner" yang
lebih sedikit (yaitu, mereka yang menyetujui rezim komunis lama sementara
yang termasuk dalam studi, agama mungkin sebenarnya hanya memainkan peran
survei yang bertanya jika responden mengikuti ajaran agama mereka, variabel
(frekuensi masjid atau gereja kehadiran) kurang ideal, hal ini terutama berlaku
Indonesia juga oleh Syafiq Hasyim dalam jurnal yang berjudul “Majelis Ulama
Indonesia and pluralism in Indonesia” pada tahun 2015. Menjabarkan tentang
negara Muslim seperti Indonesia tidak hanya secara legal, tapi juga secara
kultural, menuntut jika kita menginginkan negara ini tetap menjadi negara
didikte oleh negara. Peran negara seperti Indonesia adalah untuk menyediakan dan
dipromosikan oleh negara, belajar dari kasus dukungan MUI dalam pluralisme
karena monopoli interpretasi Islam dan pembuatan fatwa oleh satu organisasi.
peran MUI, tidak hanya konsekuensi kekuatan nasional, tapi juga masalah
terhadap Afghanistan, Irak, Rohingya dan banyak lainnya Faktor eksternal telah
Community Who Live in the Graviar: A Case Study the population in the
Coupled Ecosystem – Social System in the Community Who Live in the Graviar:
A Case Study the population in the areas of Brintik Hill Graveyard Communities
mengenai masalah yang ada yaitu mengapa orang miskin dan orang pinggiran
sebagai komunitas kuburan menjadi maju dan bertahan. Artikel ini bertujuan
Mereka kekurangan sumber daya untuk mendapatkan jenis diet, ikut serta dalam
kegiatan dan memiliki kondisi hidup dan fasilitas yang biasa, atau setidaknya
banyak didorong atau disetujui dalam masyarakat di mana mereka milik. Ada
aliran energi, material, dan informasi dari dan ke sistem sosial, dari dan ke
ekosistem Sistem sosial dipilih dan diadaptasi untuk ekosistem Sistem dan
masyarakat yang belum memiliki tempat atau tanah. Ini akan menggunakan
bangunan atau tempat tinggal. Jumlah mereka adalah orang miskin beberapa desa
hidup di makam. Bagi banyak orang tua, anak-anak adalah masa depan ekonomi
mereka. Mereka adalah seorang polis asuransi, dan produk tabungan. Sosial
masyarakat. Orang miskin menginginkan banyak anak hanya karena itu adalah
bayi kecil disewa dari orang lain. Bayi untuk digunakan oleh para wanita yang
kedua lingkungan karakteristik individu orang dalam komunitas dan kekuatan dari
perilaku, kebutuhan, dan kepercayaan yang merupakan hasil dari atau pengalaman
uniknya.
Namun ia juga mengakui bahwa apa pun yang dibawa ke sana situasinya
harus terkait dengan dunia sebagai orang itu menghadapinya. Itu adalah dalam
transaksi antara orang tersebut dan bagian dari dunia orang itu yang berkualitas
hidup dapat ditingkatkan atau rusak. Di sinilah terletak keunikan pekerjaan sosial.
barang-barang relasional seperti kontak, informasi dan reputasi yang penting nilai.
Barang-barang ini hanya dapat dilestarikan jika individu tetap berada dalam
konteks pribadi hubungan dan jejaring sosial, ada yang lebih besar kemungkinan
kesepakatan akan dijaga. Hal ini karena dari ketakutan bahwa jika suatu perjanjian
modal sosial dan kecenderungan individu untuk bekerja sama dikonfirmasi oleh
dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat diterima dan dapat tercapai suatu tujuan
oleh seorang jurnalis. Dijabarkan oleh Lawrence Pintak dan Budi Setiyono dalam
Indonesia melihat misi inti mereka telah berevolusi namun telah ada tidak berubah
secara radikal sejak era Suharto. Sementara mereka tidak lagi lapdog dari
pemerintah, mereka terus melihatnya sebagai tugas mereka untuk bekerja dalam
memilikinya. Prioritas mereka adalah area yang bisa membantu mereka bangsa
berhasil beralih ke abad baru: pendidikan, hak asasi manusia, eliminasi korupsi
Indonesia masih tidak melihatnya sebagai tempat mereka untuk menyerang atau
merobohkan. Sama seperti pria yang punya hak untuk meneriakkan api di sebuah
dengan nasionalisme Indonesia yang didukung dengan sangat keras oleh media di
bawah Soeharto. Untuk sebagian besar, mereka menyukai menenun Muslim nilai
berlanjut dan negara dan menolak manifestasi kekerasan Islam militan, karena
tsunami Asia, Mereka sama sekali tidak anti-Amerika, juga tidak pernah
Presiden Obama dan potensi hubungan yang lebih baik antara United Negara dan
dunia muslim. Akhirnya, wartawan Indonesia tidak takut mengkritik diri sendiri,
etika industri mereka sendiri, sama seperti mereka berjuang untuk melepaskan
penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari, hal ini perlahan tapi pastilah
media sosial dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan oleh Flourensia Sapty
Rahayu, Susi Widjajani, Muslimah Zahro Romas dalam hasil penelitiannya yang
telah berjalan sesuai dengan rencana. Hanya ada sedikit kendala pada saat
untuk sosialisasi yang telah diberikan kepada mereka. Peserta Didik-siswi di salah
satu sekolah kurang disiplin dalam mengerjakan tugas sehingga harus selalu
Menjelaskan tentang Metode komunikasi yang tidak bisa diinterupsi oleh aksi
musuh. sebuah konsekuensi bahagia dari ini adalah bahwa hal itu tidak dapat
ditekan oleh mereka yang mungkin memilih untuk melakukannya, dan dengan
demikian menjadi cara yang ampuh untuk mencapai orang-orang. Apalagi karena
biaya transmisi dan penerimaannya begitu rendah, itu bisa membuat setiap orang
seluruh dunia. Hal ini memungkinkan gagasan menyebar, berita menjadi tanpa
sensor, dan meletakkan dasar untuk prasyarat yang paling penting demokrasi.
Bukti paling kuat bahwa Internet memang bekerja dengan cara ini Adanya
internasional yang sangat terorganisir, yang ada mendorong netizen untuk secara
aktif terlibat dalam pengawasan pemerintah dan partisipasi. Tidak diragukan lagi,
Amerika Serikat memiliki jumlah kelompok terbanyak, tetapi mereka juga sangat
aktif di Kanada, Inggris, Australia, dan banyak negara lainnya. Beberapa contoh
Saya senang untuk mengatakan bahwa dalam sebuah survei baru-baru ini, Kanada
dinilai lebih dulu di antara dua puluh negara yang bertindak dengan cara ini. Di
dijelaskan Di atas ada kontrol yang nyata dan efektif. Internet dikelola oleh
untuk Ditugaskan Nama dan Nomor. Pemerintahan Internet oleh ICANN adalah
daripada yang satu ini bahkan mulai melakukannya keadilan. Untuk pandangan
menyeluruh tentang Kehadiran dan sejarah internet, dan tata kelola, lihat Internet
di antara mereka yang ingin mendaftarkan nama Web. Tapi ICANN's dewan
datang dari banyak tempat, dan terutama dari dua nya Direksi sendiri yang berasal
dari Amerika Serikat dan Jerman, berpusat di sekitar tuduhan bahwa hal itu tidak
demokratis, bahwa hal itu menguntungkan perusahaan global besar, dan dengan
multinasional untuk siapa keuntungan, dan bukan keadilan adalah tujuan penting.
Hasilnya adalah komersialisasi yang berkembang Internet. Hal ini dapat di jadikan
in Indonesia
dengan Media pemerintah dan konvensional dan sosial. Pemilik media dan
bertentangan, pemilik media dan wartawan sekarang cukup bugar baik dalam
kategori 'kolaborasi orientasi terhadap dialog'. Pada bagian dari para aktivis, kami
mencatat 'orientasi agon terhadap dialog.' Ini menunjukkan bahwa kita seharusnya
dan Zoller, 2012: 84). Jadi, beberapa Aktivis mungkin masih bisa menjalin
dukungan atas tindakan yang mereka luncurkan melalui media sosial. Tapi
kebanyakan para aktivis sangat yakin akan pengaruh media sosial yang luar biasa
Diilustrasikan oleh Usman Hamid, yang tampaknya tidak lagi melihat sebuah isu
para aktivis sudah lama mencoba untuk secara taktis menangani kebutuhan untuk
pergerakan gerakan (yang sekarang kita sebut jaringan gerakan atau gerakan
berdasarkan kasus per kasus. Aktor lain akan melakukan hal yang sama. Haruskah
aktivis Terus bekerja secara sistematis dan inovatif dalam ranah media sosial yang
unik, Indonesia mungkin terus bergerak secara bertahap namun secara signifikan
mengarah pada apa yang disebut sosial demokrasi media. Untuk saat ini, semua
agen ini telah mengklik dan mengklik-dan belajar, satu klik pada satu waktu.
Dijelaskan pula oleh Andi Ali Said Akbar dalam jurnalnya yang berjudul
semangat demokrasi dan pluralism melalui dialog dan kerjasama antar ormas dan
kelompok berbeda agama kemudian antara ormas dengan Negara. Belum banyak
dikembangkan strategi dialog internal umat beragama seperti dialog antar sesame
Ormas Islam sendiri. Padahal kita ketahui antara NU, Muhammadiyyah, ICMI,
JIL, FPI, Budayawan, Universitas dan lain sebagainnya memiliki akar sejarah,
pemikiran, tradisi dan strategi gerakan yang jauh berbeda satu sama lain.
Pembelajaran dari perbedaan sejarah, pemikiran dan tradisi ini masih jarang
didialogkan di internal umat Islam sendiri. Tradisi dialog dan kerjasama antar
sesame ormas seagama akan menumbuhkan promosi nilai-nilai etika politik yang
membuat mereka bersingungan maka tidak akan mudah terarah pada konflik yang
menajam dan anarkhis. Pada akhirnya baik Ormas dan Negara memiliki tanggung
jawab yang sama pentingnya dalam mengembangkan kultur dan etika masyrakat
yang dikembangkan oleh para pendiri bangsa bergerak dari ranah yang bersifat
pribadi meluas pada dimensi sosial dan politik. Pengalaman hidup anak-anak
berpikir mereka yang kritis dan reflektif mampu mengungkap adanya proses
budaya yang dianggap tidak wajar. Mereka menggugat proses dehumanisasi yang
kedaulatan politik itulah, para pendiri bangsa mempunyai cara pandang dan
dalam jurnal yang berjudul ―Jean-Jaques Rousseau dalam Demokrasi‖ pada tahun
2016, menjelaskan demokrasi Rousseau tidak terlepas dari teori sentralnya pada
kebebasan dan kehendak umum. Demokrasi sebagai tata kelola rakyat selalu
berbasis pada kebebasan dan kehendak umum. Bila bagi Locke pemerintahan
yang baik seharusnya dipisahkan menjadi tiga yakni legislatif, eksekutif, dan
federatif; pemerintahan yang baik bagi Rousseau tidak perlu dibagi karena dapat
memecah keutuhan negara. Dia beranggapan bahwa demokrasi yang ideal tidak
kepentingan umum. Namun, dia juga berpendapat kepentingan umum pasti selalu
legislatif, dari tingkat pusat maupun daerah. Berikut adalah telah diterangkan oleh
Pemilihan Umum Kepala Daerah‖ pada tahun 2010, menjelaskan dalam Pasal 1
Republik. Dari rumusan Pasal tersebut tergambar bahwa the founding fathers
definisi hakiki Negara Indonesia. Dan Pasal 37 ayat (5) menyatakan bahwa
selamanya, kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan Rakyat pada suatu hari
mengubah lagi ketentuan Pasal 37 ayat (5) tersebut (Asshiddiqie, 2006). Salah
satu ciri dari sebuah Negara Kesatuan adalah tidak terdapat Negara dalam Negara.
Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah.
yang tesebar di seluruh tanah air Indonesia yang sangat luas dan majemuk.
Selanjutnya dijelaskan pula oleh Muhammad Bayu Dwi Cahyo dalam hasil
Hak Suara pada Pemilu Legislatif 2014‖ tahun 2015, menjelaskan beberapa hal
Menggunakan Hak Suara pada Pemilu Legislatif 2014, yaitu pertama tingkat
partisipasi masyarakat pada Pemilu Legislatif 2014 kali ini meningkat. Karena
jika dibandingkan dengan Pemilu Legislaif 2009, pemilih yang hadir meningkat
walaupun jumlah peningkatannya bisa dibilang sedikit. Dan walaupun sebenarnya
tingkat masyarakat yang golput masih cukup banyak. Dari data yang penulis
peroleh, dari sebesar 66.378 pemilih, ada sebanyak 45.564 (69%) pemilih yang
Kabupaten Grobogan menjadi salah satu penyebab banyaknya pemegang hak pilih
yang golput, sekitar 25%-30% pemegang hak pilih tidak berada ditempat atau
berada di luar kota, baik untuk bekerja maupun kuliah dan lain-lain. Tidak
juga menjadi penyebab mengapa masyarakat memilih untuk golput. Dan juga
yang akan dipilih juga menyebabkan masyarakat enggan untuk menggunakan hak
pilihnya.
Ketiga, jika dilihat dari pasal 28 E UUD 1945, golput bukanlah sebuah
dapat memilih karena tidak terdatar sebagai DPT (Daftar Pemilih Tetap) meru-
pakan suatu pelanggaran HAM, karena telah menghilangkan hak politik sebagai
warga Negara yang berhak untuk memilih atas dasar hal-hal tersebut, penulis me-
pindah memilih, agar masyarakat yang merantau ke luar kota maupun keluar
negeri dapat dengan mudah mendapatkan hak pilih, dan tetap bisa berpartisipasi
masyarakat terhadap Pemilu menjadi meningkat, dan agara masyarakat mau untuk
dating ke TPS untuk menggunakan hak pilih mereka. Yang terakhir, Bawaslu
membiarkannya saja. Dan Bawaslu juga harus lebih sering turun langsung ke
1.1.2.6 Partai Politik Islam dan Pemilihan Umum: Studi Peningkatan Dukungan
Elektoral PKB dan PPP Pada Pemilu Legislatif 2014 DPR RI di Dapil DKI
Jakarta
Legislatif 2014, seperti PKB dan PPP, menunjukkan bahwa partai-partai politik
Islam juga mempunyai peluang yang sama dengan partai-partai lainnya yang tidak
berbasis agama untuk menaikkan suara di dalam arena politik pemilu. Jadi, partai
berlabel agama atau nasionalis, ataupun yang lainnya tidak berpengaruh signifikan
sendiri. Partai berbasis agama atau nasionalis jika tidak berperforma baik maka
tidak akan mendapatkan dukungan. Namun sebaliknya, partai berbasis agama atau
partai nasionalis, jika berperforma baik, maka akan mendapatkan dukungan dari
pemilih
Sejalan dengan itu, ada beberapa tantangan ke depan yang harus direspons
agar terus eksis di kancah perpolitikan tanah air. Pertama, terkait dengan
dampak positif bagi perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Kedua, dalam hal
semakin kompetitif ini supaya bisa tetap eksis dan dilirik oleh para pemilih.
Kautsar Bandarlampung
kualitas pendidikannya. Dijabarkan oleh Tuti Sulistio Warni & Nurul Fatimah
terbukti sekolah ini dalam penerapan program sekolah tidak berjalan efektif
karena tidak semua program sekolah dan fasilitas sekolah dapat dirasakan para
Peserta Didik SMA Al-Kautsar, selain itu proses pembelajaran yang efektif juga
tidak terjadi di seluruh tipe kelas, akhirnya berdampak pada prestasi yang mereka
peroleh. Khususnya kelas plus yang difasilitasi lebih oleh sekolah tidak
namun justru tidak diterapkan oleh para guru. Selain itu komunikasi antara Peserta
Didik dan guru juga tidak efektif, terbukti sekolah tidak memiliki banyak data
dunia pekerjaan, hal ini menyebabkan sulitnya mengukur keunggulan SMA Al-
hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
kali ini, yaitu oleh Syamsul Bakhri, Tri Marhaeni Pudji Astuti, Eko Handoyo
dalam jurnal yang berjudul ―Aspek Demokrasi dalam Pemilihan Umum Raya
Online Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Semarang tahun 2011‖ pada tahun
perlu dikembangkan lebih lanjut. Penghitungan suara yang terkesan tertutup dan
dalam bidang teknologi, yaitu sistem online dalam Pemira. Sistem Pemira online
pada awalnya sebagai gagasan atau discovery, untuk meningkatkan efisiensi dan
penekanan penggunaan kertas dalam Pemira.Tetapi, karena gagasan ini sesuai dan
mendukung visi Unnes konservasi pada tahun itu juga dilakukan pengembangan
dan penerapan.Teknologi ini baru pada tahap invention yaitu diakui dan
diterapkan di Unnes Dalam Penghitungan suara Pemira online tidak terjadi aksi
publik yang diprakarsai oleh individu karena selain dari hasil Pemira yang
berkumpul dan melihat hasil penghitungan suara. Semua yang berada di sana
tidak memberikan dukungan dengan bersorak-sorak atau yel-yel dan tidak terjadi
perbedaan pendapat atau adanya hal yang dapat memicu terjadinya konflik. Dapat
Ketua Osis
penggunaan oleh Peserta Didik SMA N 1 Slawi, maka didapatkan presentase rata-
rata dari seluruh kriteria adalah 85% yang dapat dikategorikan ke dalam kriteria
menampung semua pesan masuk dan juga merespon kembali pesan tersebut
tabrakan SMS yaitu 3 menit 5 detik. Kelebihan dari model e-election ini adalah
keras PC dan modem GSM yang berspesifikasi tinggi, user dapat cepat
perolehan suara secara otomatis. Kekurangannya sistem ini masih bersifat lokal
(tidak terhubung jaringan internet) dan tampilan layout dinilai masih sederhana.
Pendidikan Politik
politik yang akan digunakan dan semua bentuk yang disuguhkan di atas
sesungghnya tidak menjadi persoalan yang dasar. Aspek yang terpenting adalah
bahwa kita wajib merumuskan bentuk pendidikan politik yang dipilih. Pendidikan
politik yang dipilih harus mampu meningkatkan rasa keterikatan diri (sense of
belonging) yang tinggi terhadap tanah air, bangsa dan negara. Apabila
diasosiasikan dengan bentuk politik yang tertera di atas, maka yang menjadi tolak
lembaga atau asosiasi dalam masyarakat. Dalam hal ini pendidikan politik dapat
masyarakat
Indonesia
untuk dirinya sendiri atau untuk aktualisasi dan eksistensi diri dalam masyarakat,
partai politik yang bertujuan meraih kekuasaan sehingga kemudian turut serta
dan bernegara.
1.1.2.12 Money Politic dalam Praktik Demokrasi Indonesia
oleh Amarru Muftie Holish (2018) mengenai money politic dalam Prespektif
politic di Indonesia akan merusa elekttabilitas dari Pemilihan Umum itu sendiri.
seseorang adalah pelangaran pidana, hal ini tertera dalam UU No 12 tahun 2003
pasal 139 (2) tentang pemilihan umum. Sehingga dapatalah diatrik kesimpulan
Praktik money Politik dengan bentuk apapau dan tujuan apapun adalah pelangaran
Kewarganegaraan
memiliki peran penting dan sekaligus memiiki tanggung jawab yang besar
berbagai ancaman. Hal yang sangat penting dalam pendidikan sekolah adalah
menyangkut dua hal; panataan dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan
pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler (mata pelajaran). Isi materi
berkenaan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang layak dari pendidikan
yang adil dan sejahtera, dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam
karena itu betapa pentingnya pembinaan dan mengarahkan siswa agar menjadi
manusia yang mampu dan bertangung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat,
bangsa dan negara. Siswa merupakan bagian yang belum terpisahkan dari pada
harus dapat dipahami dan dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan
melahirkan para pemilih pemula dalam pesta demokrasi. Terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan para pemilih generasi muda atau pemilih utama kurang
Sementara itu, apabila para generasi muda belum mengetahui secara pasti hak dan
kewajibannya sebagai pemegang kedaulatan rakyat cenderung untuk bersifat
pasif.
Muhammadiyah 1 Kartasura
demokrasi antara lain nilai keterbukaan, nilai persamaan dan nilai kerjasama
pengelola dan semua pihak yang terlibat untuk mengembangkan sikap demokratis
sosial, karena masing-masing sudah mengerti peran dan tugasnya. Model simulasi
dalam dua tahap, yaitu tahap uji coba terbatas dan uji coba luas. Implementasi
pada uji coba terbatas dimaksudkan untuk mendapatkan model yang ideal, yang
pengelola program studi PKn dan IPS, untuk dapat mengembangkan berbagai
peserta didik. Penelitian sederhana dapat dilakukan oleh para guru guna
sosial pada pembelajaran PKn konteks IPS ternyata bisa meningkatkan sikap
ini sebagai salah satu alternatif untuk memperkaya bahan dan proses pembelajaran
1.1.2.17 Pola asuh orang tua Demokratis, interaksi edukatif, dan motivasi
belajar siswa.
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pola Asuh Orang Tua
Demokratis dengan Motivasi Belajar Siswa. Dalam hal ini Pola Asuh Orang Tua
Belajar Siswa, semakin baik pola asuh orang tua maka motivasi belajar siswa juga
akan semakin baik. Besaran hubungan yang didapat adalah r= 0,559 dengan arah
Individu dengan Motivasi Belajar Siswa. Dalam hal ini Interaksi Edukatif
Belajar Siswa, semakin baik Interaksi Edukatif Individu maka motivasi belajar
siswa juga akan semakin baik. Besaran hubungan yang didapat adalah r= 0,720
asuh Orang Tua Demokratis dan Interaksi Edukatif Individu dengan Motivasi
Belajar Siswa. Dalam hal ini Pola asuh Orang Tua Demokratis dan Interaksi
Belajar Siswa, semakin baik Pola Asuh orang tua Demokratis dan Interaksi
Edukatif Individu maka motivasi belajar siswa juga akan semakin baik. Besaran
hubungan tanpa adanya variabel pengontrol yang didapat adalah r=0,524 dengan
arah positif dan tingkat hubungan ‘Sedang‖, tetapi setelah diberikan variabel
pengontrol r= 0,2109 dengan arah positif dan tingkat hubungan ―Rendah‖. Nilai
Rsquare 0,564 artinya 56,4 % motivasi belajar siswa di pengaruhi oleh variabel
pola asuh orang tua demokratis dan interaksi edukatif individu, sedangkan sisanya
0,436 artinya 43,6% di pengaruhi oleh faktor-faktor lain (variabel lain diluar
Hubungan pola asuh orang tua demokratis dan interaksi edukatif individu dengan
Faridah, Jerico Mathias (2018) Indonesia sebagai negara yang memiliki sejuta
kekayaan baik alam maupun kebudayaan menyebabkan negara ini menjadi sangat
beragam. Negara yang kompleks atau beragam erat kaitannya dengan negara
Sistem demokrasi yang berjalan harus menjamin hak-hak sipil dan politik
masyarakat.
dan dilakukan oleh golongan-golongan garis keras. Bila hal ini terus terjadi maka
suci tidak pantas untuk dipolitisasi atau dijadikan sebagai alat untuk mencapai
kehilangan nilai-nilai luhur yang ada dalam setiap ajarannya. Sehingga, politisasi
agama dianggap tidak baik dan akan menyederai ajaran dari suatu agama.
meningkatkan kinerja siswa dalam belajar secara maksimal. Selama ini ada kesan
bahwa para guru sejarah kebudayaan Islam pada MTsN Model Meulaboh, MTsN
untuk diterapkan dalam pembelajaran. Untuk itu, hendaknya para guru sejak
Cirebon
pendapat orang lain, tidak memotong pembicaraan orang lain yang sedang
didik kelas IX di SMP Negeri 1 Gempol Kabupaten Cirebon terdapat dua faktor
yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri; dan faktor
eksternal seperti keluarga dan teman sebaya. Usaha guru IPS untuk mengatasi
kendala dalam membangun karakter demokratis peserta didik kelas IX di SMP
Negeri 1 Gempol Kabupaten Cirebon dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
pemilihan ketua kelas dan ketua OSIS secara langsung. Kondisi ini
dominan, apatis, normal. Kondisi yang dominan tidak dikendalikan oleh guru. (4)
Musyawarah merupakan bentuk diskusi yang asli Indonesia dengan ciri yang
kepercayaan dan amanah yang diberikan pada wakil rakyat tidak dapat
Hak asasi manusia sebagai konsep yang dipengaruhi oleh berbagai aspek,
kalangan hingga saat ini. Dikarenakan Esensi HAM bersifat universal, maka
pandangan yang menyatakan bahwa HAM berasal dari budaya Barat‖ sehingga
mempertentangkannya adalah tidak sesuai dengan sifat melekat dan universal dari
HAM.
menjadi pilihan sistem politik di berbagai negara dunia ketiga pada dua dasawarsa
dianggap mampu dan nyata untuk mengatasi masalah sosial politik yang dihadapi
berbagai negara.
Agar akselerasi praktek demokratisasi dapat ditingkatkan, maka perlu
terjadi selama satu dekade proses reformasi digulirkan sebaiknya terus dikoreksi
dan diperbaiki. Dengan cara ini maka praktek demokrasi untuk kesejahteraan
1.1.3.4 Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UGM
Bob Sugeng Hadiwinata, Afan Gaffar, Cornelis Lay, dan Endi Haryono
lupa, dengan membebaskan gaya berpikir masyarakat maka demokrasi tidak akan
emreka pun bisa mendapatkan buah simalakama andaikata ada gerakan massive
mengacu kepada teori Third Wave Democracy dari Huntington, dapat dipahami
pula bahwa sudut pandang para akademisi JSP sesuai dengan teori tersebut
sehingga Indonesia dapat dikatakan cukup lama dalam memulai demokrasi dan
sedang dalam jalur yang tepat untuk mencapai demokrasi yang benar dan baik.
Abd. Kadir Patta (2009) menuturkan bahwa terlepas dari cacat demokrasi,
begitu marak ingin diwujudkan hingga saat ini. Setidaknya, menurut Robert Dahl
kaum otokrat yang kejam dab licik, demokrasi menjamin bagi warga Negaranya
dengan sejumlah hak asasi yang tidak diberikan dan tidak dapat diberikan oleh
lebih luas bagi warga negaranya daripada alternative system politik lain yang
nondemokratis.
1.1.3.6 Pemahaman Nilai - Nilai Demokrasi Siswa Melalui Metode Inquiri Pada
metode inquiri, dapat diamati sebagai berikut yaitu: kemampuan siswa dalam
politik pemerintah/ negara yang menjamin hak publik atas kebebasan untuk
demokrasi bukan berarti sebebasnya, tetapi harus tetap dalam koridor Pancasila
dan NKRI, sejalan dengan amanat Pasal 28 J UUD 1945, kebebasan yang dalam
pelaksanaannya tetap harus menghormati hak dan kebebasan orang lain, karena
sejatinya orang lain juga mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya.
tentang demokrasi yang perlu kita cermati yaitu dalam pidatonya dimana dia
mengemukakan bahwa demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Konsep ini benar benar diterapkan di Indonesia dan menjadi dasar dalam setiap
konsep yang mulia ini dicoreng dengan oknum oknum bakal calon ataupun tim
Irsyad Surabaya
secara umum pada OSIS putera dan puteri, dapat diketahui bahwa OSIS SMA Al-
oleh OSIS SMA Al-Irsyad Surabaya yaitu pada kegiatan mengambil keputusan,
Penyelenggaraan Pemilu
massa pada zaman modern ini dituntut untuk bisa mengawasi sekaligus menjadi
sudah tentu dalam hal ini media massa harus bisa memberikan informasi yang
Ada beberapa aspek yang bisa dijadikan indikator sehingga pemilu bisa
dikatakan berkualitas. Pertama harus ada proses yang jelas dan transparan dalam
input daftar pemilih. Artinya yang didata sebagai pemilih harus berdasarkan data
yang otentik dan dipastikan tidak adanya pendobelan daftar pemilih. Kedua
pemilu yang berkualitas dapat diukur dari tingkat partisipasi publik dalam
menggunakan hak pilihnya. Untuk itu demi mewujudkannya, media massa dinilai
efektif dalam mendukung hal tersebut. Media massa dapat menjadi tempat
dengan kontrol sosial karena meyakini bahwa, siswa memiliki kapasitas yang
kritis dan etis untuk bertang-gung jawab terhadap pilihan dan tindakan yang
belajar tanpa ada intevensi dan pengawasan guru. Siswa menyusun dan
menentukan gagasan, metode dan sumber belajar sesuai kebutuhan siswa sendiri
pada masayarakat Islam Melayu dan Non Melayu Sukabangun, Soak Simpur
Gotong-royong pada hari-hari besar (3) Undangan Warga (4) Undangan Pesta (4)
etnis Sunda sebagai pendatang dengan etnis Rejang sebagai pribumi di Imigrasi
Permu telah berlangsung satu abad lamanya. Setelah melewati kurun waktu
tersebut telah terjadi adaptasi timbal balik antara kedua etnis tersebut. Masyarakat
dari etnis Sunda telah menerima kebiasaan etnis Rejang seperti penggunaan
bahasa Rejang saat berdialog dengan orang Rejang, melakukan adat istiadat
bercocok tanam padi sawah, beternak ikan di kolam, membuat peganan khas
disokong oleh adanya kesamaan agama yang semakin mempersatukan dua etnis
pilar integrasi.
khas bangsa lebih khusus pada masyarakat Indonesia, dan telah diperbincangkan
namun menurut hemat penulis kedua memiliki arti dan makna sejarah yang
berbeda antara satu dengan yang lain, meskipun keduanya sama-sama berbicara
integratif.
merupakan sesuatu yang alami yang harus dipandang sebagai suatu fitrah. Hal
tersebut dapat dianalogikan seperti halnya jari tangan manusia yang terdiri atas
lima jari yang berbeda, akan tetapi kesemuanya memiliki fungsi dan maksud
seberat apapun. Untuk menyadari hal tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki
dibentuk dan ditanamkan dalam suatu kehidupan masyarakat yang majemuk. Jika
hal tersebut tidak ditanamkan dalam suatu masyarakat yang majemuk, agar
yang ada, dalam nilai-nilai budaya dan etos, etika, serta pembenahan dalam
hukum dan penegakan hukum bagi keadilan. Dalam upaya ini harus dipikirkan
adanya ruang-ruang fisik dan budaya bagi keanekaragaman kebudayaan yang ada
setempat pada tingkat local, atau pada tingkat nasional serta berbagai corak
dinamikanya.
pembakuannya sebagai acuan bertindak, sesuai dengan adab dan moral dalam
berbagai interaksi yang terserap dalam hak dan kewajiban pelakunya dalam
berbagai struktur kegiatan dan manajemen. Pedoman etika ini akan membantu
bermunculan akibat akses komunikasi dan informasi yang tak terbendung. Saat
terjadi pertemuan antara globalisasi negara-bangsa (nation-state) dan kelompok
kerigidan, penuhanan atas pemahaman sendiri dan menganggap yang lain sebagai
golongan sesat harus diberantas. Sebab pada hakikatnya tidak ada kebenaran apa
Siti Nur Jannah, Dkk (2017) menyebutkan dalam penelitiannya yaitu yang
operasional yakni pengelolaan kelas pada saat pembelajaran. Kedua, siswa kelas
kegiatan seperti kegiatan formal sekolah berupa kegiatan belajar mengajar dan
pembiasaan diri.
hidup bersama atau berdampingan dengan kelompok lain yang berbeda, saling
di Indonesia
multikultural di Indonesia masih menjadi wacana baru yang perlu direspon untuk
untuk suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multikultural
juga dapat dijadikan instrumen strategis untuk mengembangkan kesadaran atas
multi etnis, multi ras, dan multikultur yang memerlukan konstruksi baru atas
Purwokerto.
Purwokerto, dan SMA N 1 Purwokerto telah megacu pada ideal kurikulum yang
rukun, saling membantu menghargai, tidak boleh mengejek dan nasihat lain agar
nilai multikultural sudah ada, termasuk penerapan metode belajar yang tidak
dengan penelitian dan juga perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti:
4. Missing the Third Ellen Lust Mendiskripsikan tentang Penerapan Ruang lingkup
Wave: Islam, Institusi yang mengatur Demokrasi Demokrasi
Institutions, and hubungan antara Islam,
Democracy in the negara, dan oposisi pada
Middle East tahun 1980 secara signifikan
terkait dengan tingkat
reformasi politik pada tahun
1990
8. The Mission of Lawrence Cara wartawan Indonesia Peran wartawan Ruang lingkup
Indonesian Pintak dan melihat misi inti mereka telah dalam demokrasi penerapan
Journalism: Budi berevolusi namun telah ada di suatu negara demokrasi
Balancing Setiyono tidak berubah secara radikal
Democracy, sejak era Suharto
Development, and
Islamic Values
9. Does the Internet C.C. Metode komunikasi yang Penerapan Lingkup
Gotlieb tidak bisa diinterupsi oleh demokrasi di era penerapan
Promote aksi musuh. sebuah modern demokrasi
konsekuensi bahagia dari ini melalui internet
Democracy adalah bahwa hal itu tidak
dapat ditekan oleh mereka
yang mungkin memilih untuk
melakukannya, dan dengan
demikian menjadi cara yang
ampuh untuk mencapai
orang-orang
Indonesia
11. Demokrasi Andi Ali Menjabarkan secara kultural, Penumbuhan Ruang lingkup
Said penting pula melakukan demokrasi penumbuhan
Menundukkan Akbar perubahan strategi demokrasi
pengakaran budaya
Anarki demokrasi di tubuh Ormas.
12. Pola Demokrasi Hariono Menjelaskan blue-print Pola penerapan Ruang lingkup
demokrasi yang demokrasi penerapan
yang dikembangkan oleh para demokrasi
pendiri bangsa bergerak dari
Dikembangkan ranah yang bersifat pribadi
meluas pada dimensi sosial
Pendiri Bangsa dan politik.
14. Tinjauan Widayati Negara Indonesia adalah Dasar hukum Ruang lingkup
negara kesatuan dengan prisip Pemilu pemilu dalam
Konstitusional desentralisasi. Negara berdemokrasi
Kesatuan Republik Indonesia
Terhadap Pemilihan dikembangkan dengan tetap
menjamin otonomi daerah-
Umum Kepala daerah yang tesebar di
seluruh tanah air Indonesia
Daerah yang sangat luas dan
majemuk
16. Partai Politik Islam Donie demokrasi golongan, Demokrasi dalam Ruang lingkup
kadewand meningkatnya dukungan pemilu berdemokrasi
dan Pemilihan ana malik elektoral partai-partai politik
Islam di Pemilu Legislatif
Umum: Studi 2014, seperti PKB dan PPP,
menunjukkan bahwa partai-
Peningkatan partai politik Islam juga
mempunyai peluang yang
Dukungan Elektoral sama dengan partai-partai
lainnya yang tidak berbasis
PKB dan PPP Pada agama untuk menaikkan
suara di dalam arena politik
Pemilu Legislatif pemilu
2014 DPR RI di
Dapil DKI Jakarta
2011
23. Pemahaman siswa Agung Siswa sebagai penerus bangsa Demokrasi dalam Ruang lingkup
Suharyant memiliki peran penting dan mapel PKn penerapan
tentang konsep o sekaligus memiiki tanggung demokrasi
jawab yang besar terhadap
Demokrasi dalam kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
Pendidikan
Kewarganegaraan
Muda Terhadap
Tingkat Partisipasi
Pelaksanaan
Pemilihan Umum
26. Pengembangan Ana Peserta didik dapat Sikap demokratis Lingkup kajian
Andriani berkolaborasi dengan guru dalam pelajaran demokratis
Model Simulasi dalam setiap pembelajaran IPS dan PKn
PKn (Pendidikan
Sosial pada Kewarganegaraan) konteks
IPS (Ilmu Pengetahuan
Pembelajaran PKn Sosial) dengan model
simulasi sosial, karena
Konteks IPS: Upaya masing-masing sudah
mengerti peran dan tugasnya.
Meningkatkan Model simulasi sosial
berdampak positif terhadap
Sikap Demokratis peningkatan aktivitas peserta
didik dalam proses
Peserta Didik pembelajaran
27. Pola asuh orang tua Muka Menjelaskan dari hasil Demokrasi dalam Cara penerapan
Dalas, penelitian bahwa terdapat keluarga demokrasi
Demokratis, Emosda, hubungan yang positif dan
Ekawarna signifikan antara Pola Asuh
interaksi edukatif, Orang Tua Demokratis
dengan Motivasi Belajar
dan motivasi belajar Siswa
siswa.
Didik Kelas IX di
SMP Negeri 1
Gempol Kabupaten
Cirebon
31. Demokrasi Dan Sugiyar Esensi demokrasi hendaknya Demokrasi dalam Ruang lingkup
diletakkan di atasprinsip dan msayrakat penelitian
Hak Asasi Manusia kesadaran akan kepentingan multikultur
bersama. Keputusan
dalam Masyarakat mayoritas haruslahdihormati
namun, sedapat mungkin
Multikultural dihindari dominasi mayoritas
dan tindakan tiraniminoritas
dalam pembuatan suatu
kebijakan politik.
32. Demokrasi dan Heru Demokrasi adalah konsep Demokrasi dalam Ruang lingkup
Nugroho politik yang menjadi pilihan masyarakat penelitian
Demokratisasi: sistem politik di berbagai Indonesia
negara dunia ketiga pada dua
Sebuah Kerangka dasawarsa terakhir
Konseptual untuk
Memahami
Dinamika Sosial-
Politik di Indonesia
33. Potret Pandangan Ardyantha Demokrasi dalam civil Permasalahan Ruang lingkup
Sivadabert society mengidikasikan demokrasi permasalahan
Akademisi Di Purba bahwa para akademisi yang demokrasi
menggunakan kacamata ini
Jurnal Ilmu Sosial yakni Bob Sugeng
Hadiwinata, Afan Gaffar,
Dan Ilmu Politik Cornelis Lay, dan Endi
Haryono menginginkan
UGM (JSP) adanya kedewasaan
masyarakat Indonesia dalam
Mengenai memandang suatu civil
society dikarenakan tidak
Permasalahan seluruh civil society
merupakan perwakilan
Demokrasi Di masyarakat yang
menginginkan dan
Indonesia memperkuat nilai-nilai
demokrasi
34. Masalah dan Abd. Menuturkan bahwa terlepas Dinamika Sudut pandang
Kadir dari cacat demokrasi, demokrasi demokrasi
Prospek Demokrasi Patta bagaimanapun juga kita harus
terus memandang berbagai
keuntungan yang membuat
terus demokrasi diharapkan.
Ada beberapa alasan
mengapa demokrasi begitu
marak ingin diwujudkan
hingga saat ini.
35. Pemahaman Nilai - Cristopel Menjelaskan mengenai Deokrasi melalui Ruang lingkup
penumbuhan nilai-nilai pembelajaran di penelitian dan
Nilai Demokrasi demokrasi yang dilakukan di kelas masyarakat
dalam pembelajaran.
Siswa Melalui
Metode Inquiri
Pada Pembelajaran
1 Gamping Sleman
Hukum
Ketatanegaraan
37. Penanaman Nilai- Siti Nur Menyebutkan dalam Penanaman nilai Ranah dalam
Jannah, penelitiannya yaitu yang multikulturalisme penumbuhan
Nilai Dkk pertama, penanaman nilai- nilai-nilai
nilai multikulturalisme dalam
Multikulturalisme pembelajaran sejarah materi
Indonesia zaman Hindu-
dalam Pembelajaran Buddha pada siswa dilakukan
pada tataran operasional
Sejarah Sub Materi yakni pengelolaan kelas pada
saat pembelajaran
Pokok Indonesia
Zaman Hindu-
Kelas X Madrasah
Aliyah Negeri
Purbalingga Tahun
Ajaran 2016/2017.
38. Penanaman Nilai- Zulqarnain Dalam proses penanaman Cara dalam Ranah
nilai-nilai pendidikan pendidikan penelitian
nilai Pendidikan multikultural di pondok multikultural
pesantren DDI-AD
Multikultural di Mangkoso, pembina dan
guru-guru dapat
Pondok Pesantren D menerapkannya melalui
beberapa kegiatan seperti
DI-AD Mangkoso kegiatan formal sekolah
berupa kegiatan belajar
Barru Sulawesi mengajar dan kegiatan non
formal melalui kegiatan
Selatan pengembangan diri dan
kegiatan pembiasaan diri.
di Indonesia
oleh beberapa hasil penelitian diatas adalah dalam penelitian kali ini penulis
multikultur, yang mana peserta didik terdiri dari masyarakat yang beragam dan
2. Kajian Teori
2.1 Demokrasi
Kata ―demokrasi‖ berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti
demokrasi liberal, komunis dan lain sebagainya. Begitu pula dengan implementasi
itu menjadi ciri yang melekat dalam diri Pancasila (Suyahmo, 2014: 33).
1
Blackwell Dictionary of Modern Social Thought, Blackwell Publishing 2003, 148
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum
dalam konstitusi.2
Demokrasi sosial adalah ideologi politik, sosial, dan ekonomi yang mana
pendapatan dan regulasi ekonomi untuk kepentingan umum dan ketentuan negara
lingkaran setan kemiskinan ekonomi dan politik. Kapasitas adaptif dalam sistem
2
"Democracy and Citizenship: Glossary". American politics. The University of Texas at
Austin. Diakses tanggal 2004-08-09.
jalannya organisasi negara terjamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian
yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi
sama.
Demokrasi pada hakikatnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat itu
adalah sejalan dengan substansi keadilan. Artinya, jika nilai demokrasi dipahami,
disikapi, dan dilakukan secara benar dan konsisten maka akan menimbulkan rasa
tertentu pada seseorang warga negara. Nilai-nilai itu disampaikan dan ditanamkan
individu yang bebas otonom maupun sebagai warga negara yang bertanggung
jawab. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kebebasan, nilai tanggung jawab,
kemandirian (mewujudkan diri sendiri), hak untuk menentukan diri sendiri,
Setelah diutarakan tentang pengertian dari nilai dan juga demokrasi, jadi
yang dimaksud nilai-nilai demokrasi adalah takaran, harga sebuah gagasan dan
secara damai dalam suatu masyarakat yang selalu berubah, pergantian penguasa
kebebasan.
warga demokrat adalah Rasa hormat dan bertanggung jawab, Bersikap kritis,
Membuka diskusi dan dialog, Bersikap terbuka/toleran, Rasional, Adil, dan Jujur.
dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu dalam menggunakan haknya setiap
individu harus memperhatikan dan mengutamakan kepentigan masyarakat dan
dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dan emosi. Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan
dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul
Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental
atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
61).
menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang selalu
berubah, pergantian penguasa dengan teratur, pengunaan pemaksaan seminimal
dalamnya mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yaitu ―multi‖ yang
berarti plural, ―kulturalisme‖ berisi pengertian kultur atau budaya. Istilah plural
pengakuan akan adanya hal-hal yang berjenis-jenis tetapi juga pengakuan tersebut
Menurut Farida Hanum dalam Setya Raharja (2011: 115) nilai-nilai inti
dalam pendidikan multikultural, proses nilai yang ditanamkan berupa cara hidup
tengah masyarakat yang plural. Kemudian masih dalam Farida Hanum & Setya
Raharja (2011: 116) Peserta Didik nantinya juga diharapkan menjadi generasi
yang menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan
terjabarkan dalam bentuk kompetensi inti dalam mata pelajaran IPS dan di
terjemahkan dalam bentuk kompetensi dasar yang harus dikuasai Peserta Didik.
Hal ini mengenai nilai-nilai multikultural terdapat pada kompetensi dasar 3.2
Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang
kebangsaan.
3. Kerangka Teoritis
pendekatan konsep berpikir dalam penelitian ini adalah fenomenologi, berasal dari
dilihat pada dua posisi, yang pertama ia merupakan reaksi terhadap dominasi
Husserl: zuruck den sachen selbt (kembalilah pada realitas itu sendiri). Berbeda
dengan Kant, Husserl menyatakan, bahwa apa yang disebut fenomena adalah
realitas itu sendiri yang nampak setelah kesadaran kita cair dengan realitas.
Fenomenologi Husserl justru bertujuan mencari yang esensial atau eidos (esensi)
dari apa yang disebut fenomena. Metode yang digunakan untuk mencari yang
tersebut, dapat diketahui bahwa fenomena di SMP NU Putri Nawa Kartika yaitu
selain itu kehidupan yang tidak demokratis juga terjadi di beberapa pesantren.
Nomena dalam penelitian kali ini adalah bagaimana masih adanya faham feodal
demokrasi.
Kedua adalah teori habitus dan arena dari Pierre Bourdieou. Upaya
dilihat dari konsep Bourdieu tentang habitus dan lingkungan (ranah) dan
sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh individu tanpa melalui sebuah kesadaran.
Habitus diperoleh sebagai akibat dari lamanya posisi dalam kehidupan sosial yang
diduduki. Jadi habitus akan berbeda-beda tergantung pada wujud posisi seorang
demokrasi yang telah diutarakan oleh beberapa tokoh dalam kajian pustaka, yang
secara damai dan sukarela. Selain itu digunakan juga teori tentang masyarakat
sosial budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik
demokratis. Adapun nantinya dari hasil analisis bisa positif bisa negatif, artinya
positif apabila arena sekolah mengajarkan nilai-nilai demokrasi secara baik dan
4. Kerangka Berfikir
membentuk narasi atau grafis. Sehingga berdasarkan landasan teori dan definisi
dari beberapa istilah dapat disusun bentuk kerangka berfikir yang berupa gambar
Di dalam Di Luar
kelas/pembelajaran kelas/pembelajaran
sebuah kehidupan, begitu pula pada peserta didik di SMP NU Putri Nawa Kartika
dapatkan dari pembelajaran di kelas, dan juga melalui kegiatan diluar kelas seperti
terdapat beberapa kendala, misalnya minat yang kurang, atau fanatisme yang
berlebihan bahkan adanya ideologi yang tidak menerima demokrasi. Oleh karena
itu dirasa penting penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikulture di
SMP NU Putri Nawa Kartika sehingga dapat menanamkan sikap demokratis bagi
Peserta Didik yag nantinya dapat mewujudkan masyarakat yang demokratis sesuai
PENUTUP
1. Simpulan
Pelajar Putri Nahdlotul Ulama), 4) Class meeting. Dari penjabaran diatas dapat
pendapat, kritis dalam menilai suatu usulan atau program kerja organisasi, jujur
keanekaragaman karena peserta didik yang ada berasal dari berbagai daerah dan
peserta didik multikultur di SMP NU Putri Nawa Kartika ada yang dapat
merasakan manfaatnya ada yang biasa saja (acuh tak acuh), tetapi mayoritas
responden mengungkapkan dapat merasakan manfaatnya, dirasa perlu akan
adanya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik agar tumbuh sikap-sikap
belajarpun dapat berjalan dengan baik, selain itu peserta didik juga diharapkan
memberikan dampak yang positif, msialnya dalam kegiatan yang diutarakan oleh
didik multikultur dapat memberikan dampak pada dirinya yaitu peserta didik lebih
hari. Selain itu juga siswa lebih paham akan pentingnya nilai demokrasi bagi
dirinya dan selanjutnya dapat ditularkan dalam lingkungannya. Diluar itu semua
siswa dapat menafikan adanya faham yang mengatakan demokrasi itu thogut.
Karena esensi dari demokrasi adalah suatu hal yang positif sesuai dengan nilai-
nilai agamanya
feodal yang memposisikan murid santri sebagai budak yang dituntut patuh, ta‘at,
seperti pondok yang tidak memperbolehkan dalam mengikuti ekstra volly dan
pencak silat dengan alasan yang tidak diketahui, oleh karena itu peran sekolah
agar terjalin suatu hubungan dan pemahaman yang baik pula mengenai demokrasi
2. Saran
Untuk kepala sekolah selaku supervisi dan pemegang kekuasaan di sekolah sudah
tetapi dirasa perlu pendampingan yang intens didalam penumbuhan tersebut agar
bisa lebih maksimal. Selain itu komunikasi dengan lingkungan sekitar seperti
nilai demokrasi.
penumbuhan nilai pada peserta didik terasuk nilai demokrasi, diras perlu lebih
memperhatikan peserta didik yang berasal dari pesantren yang memiliki nilai
feodal agar lebih bisa memahami demokrasi tanpa mengurangi rasa hormat
baik antara organisasi tersebut dengan Pemangku kebijakan dan juga lingkungan
sekitar. Sehingga nantinya akan diperoleh sinergi positif dan lebih solid dalam
kegiatannya.
penumbuhan nilai demokrasi disetiap even. Agar tercipta suasana yang kondusif
dan nyaman.
bersikap menjadi warga sekolah yang baik dengan peduli dan ikut berperan aktif,
demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Kadir Patta. 2009. Masalah dan Prospek Demokrasi. Jurnal Academica
Fisip Untad VOL.I
Agung Suharyanto. 2017. Pemahaman siswa tentang konsep Demokrasi dalam
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan. Vol. 1 Nomor 1
Akhmad Hidayatullah Al Arifin. 2012. Implementasi Pendidikan Multikultural
dalam Praksis Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan:
Fondasi dan Aplikasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Sleman Volume 1,
Nomor 1
Amarru Muftie Holish. 2018. Rohmat, Iqbal Syarifudin. 2018. Money Politic
dalam Praktik Demokrasi Indonesia. Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang. Volume 4 Nomor 2.
Amanah Nurish. 2010. Penyimpangan sex Hubungan Sesama Jenis Perempuan
Dilingkungan Pesantren. Jurnal Gender, Technology and Development,
14, 2 (2010): 267–277
Ana Andriani. 2014. Pengembangan Model Simulasi Sosial pada Pembelajaran
PKn Konteks IPS: Upaya Meningkatkan Sikap Demokratis Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Vol 7(2).
Andi Ali Said Akbar. 2016. Demokrasi Menundukkan Anarki. Jurnal Politik
Indonesia: Indonesian Political Science. Vol 1 (1): 1-13.
Ardyantha Sivadabert Purba. 2015. Potret Pandangan Akademisi di Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UGM (JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi
di Indonesia. Jurnal Politik Muda, Vol. 4 No. 1, Januari - Maret 2015, 1 -
12 1
Binov Handitya . 2018. Merawat Sikap dan Perilaku Hidup Demokratis Melalui
Pendidikan Politik. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Volume 4 (3)
Blackwell. 2003. Dictionary of Modern Social Thought, Blackwell Publishing.
C.C. Gotlieb. 2002. Does the Internet Promote Democracy?. Journal of
Department o/Computer Science University o/Toronto,-
Cristopel. 2016. Pemahaman Nilai - Nilai Demokrasi Siswa Melalui Metode
Inquiri Pada Pembelajaran Pkn di SMA Negeri 1 Gamping Sleman.
Jipsindo No. 2, Volume 3
Daya Negri Wijaya. 2016. Jean-Jaques Rousseau dalam Demokrasi. Jurnal
Politik Indonesia: Indonesian Political Science.Vol 1 (1) (2016) 14-29
Dirk Tomsa. 2012. Moderating Islamism in Indonesia: Tracing Patterns of Party
Change in the Prosperous Justice Party. Journal of Political Research
Quarterly. Vol. 65(3): 486 – 498
Donie Kadewandana Malik. 2016. “Partai Politik Islam dan Pemilihan Umum:
Studi Peningkatan Dukungan Elektoral PKB dan PPP Pada Pemilu
Legislatif 2014 DPR RI di Dapil DKI Jakarta. Jurnal Politik Indonesia:
Indonesian Political Science. Vol 1 (1): 45-68.
Effendi Gazali. 2014. Learning by clicking: An experiment with social media
democracy in Indonesia. Journal of the International Communication
Gazette. Vol. 76(4–5) 425–439
Ellen Lust. 2011. Missing the Third Wave: Islam, Institutions, and Democracy in
the Middle East. Journal of St Comp Int Dev. Vol 46:163–19.
Eta Yuni Lestari, Nugraheni Arumsari.2018. Partisipasi Politik Pemilih Pemula
pada Pemilihan Walikota Semarang di Kota Semarang. Dalam Jurnal
Integralistik. Volume 22. No 1. Hal 24
Etika Mulyawati. 2014. Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS Gateway
Untuk Pemilihan Ketua Osis. Jurnal Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. –
Flourensia Sapty Rahayu, Susi Widjajani, Muslimah Zahro Romas. 2013. Iptek
Bagi Masyarakat Peserta Didik dalam Menyikapi Fenomena
Cyberbullying di Kalangan Remaja. Jurnal Program Studi Teknik
Informatika Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Vol. 17 No. 2, Desember
2013
Gina Lestari. 2015. Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di
Tengah Kehidupan Sara. Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah
Mada, Th. 28, Nomor 1
Handoyo. 2010. Buku Ajar Pendidikan Politik. Semarang: Jurusan HKn, FIS,
UNNES
Hanum, Farida dan Setya Raharja. 2011. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan:
Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Menggunakan Modul Sebagai Suplemen Pelajaran IPS di Sekolah Dasar,
Volume 04 No. 2.
H.A.R Tilaar. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa
Depan dalam Tranformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo
Hariyono. 2012. Pola Demokrasi Yang Dikembangkan Pendiri Bangsa. Jurnal
Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang. Vol. 22 No. 2 - Juli 2012.
Hlm. 157—170
Hedi Heryadi, Hana Silvana. 2013. Komunikasi Antarbudaya dalam Masyarakat
Multikultur (Studi Tentang Adaptasi Masyarakat Migran Sunda di Desa
Imigrasi Permu Kecamatan Kepahiang Provinsi Bengkulu). Jurnal Kajian
Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108
Henry B. Mayo. 1960. An Introduction to Democratic Theory. New York: Oxford
University Press.
Herly Janet Lesilolo, Zamroni, Suyata. 2015. Kebebasan Siswa dalam Budaya
Demokratis di Sekolah (Studi Multi Kasus di SMA Yogyakarta). Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Universitas Neger
Yogyakarta Volume 3, No 1, Juni 2015 (11-18)
Heru Nugroho. 2012. Demokrasi dan Demokratisasi: Sebuah Kerangka
Konseptual untuk Memahami Dinamika Sosial-Politik di Indonesia. Jurnal
Pemikiran Sosiologi Volume 1 No.1
Jailani. 2015. Sistem Demokrasi di Indonesia Ditinjau dari Sudut Hukum
Ketatanegaraan. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I
Lawrence Pintak and Budi Setiyono. 2011. The Mission of Indonesian
Journalism: Balancing Democracy, Development, and Islamic Values.
International Journal of Press/Politics. Vol 16(2): 185–209
Mahfud, Choirul, 2014. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mark Evans. 2011. Just war, democracy, democratic peace. European Journal of
Political Theory. Vol 11(2): 191–208
Middya Boty. 2017. Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat
Islam Melayu dengan Non Melayu pada Masyarakat Sukabangun Kel.
Sukajadi Kec. Sukarami Palembang. Jsa Vol 1 No 2, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Miriam Budiardjo. 1982. Masalah Kenegaraan. Jakarta: Gramedia
Muhammad Bayu Dwi Cahyo. 2015. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Menggunakan Hak Suara pada Pemilu Legislatif 2014. Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Volume 10. Nomor 1.
June 2015
Muhammad Nur Halim. 2014. Potret Pendidikan Multikutural dalam Kurikulum
Sekolah di Purwokerto. JPA Volume 15 Nomor (1) Jurusan Dakwah
STAIN Purwokerto
Muh. Sain Hanafy. 2015. Pendidikan Multikultural dan Dinamika Ruang
Kebangsaan. Jurnal Diskursus Islam 119 Volume 3 Nomor 1
Muka Dalas, Emosda, Ekawarna. 2012. Pola asuh orang tua Demokratis,
interaksi edukatif, dan motivasi belajar siswa. Jurnal Tekno-Pedagogi,
Universitas Jambi. Vol. 2 No. 1.
Murdani. 2015. Implementasi pembelajaran Demokratis: Sebuah studi tentang
pembelajaran SKI pada madrasah tsanawiyah di aceh. Jurnal Ilmiah
ISLAM FUTURA, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Vol. 14. No. 2
Nur Chayati, Eko Supriyanto, M. Yahya. 2015. Pengelolaan pembelajaran sikap
Demokratisdi SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, Vol 25, No.2. ISSN: 1412-3835
Panti Rahayu. 2018. Keikutsertaan Masyarakat Dalam Menjalankan
Pemerintahan dan Sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Melalui
Pemilihan Umum di Indonesia. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang. Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018
Richard Ledet. 2016. Studying the quality of democracy: Two cross-national
measures of democratic citizenship. Journal of Education, Citizenship and
Social Justice. Vol. 11(1) 3 - 18
Parsudi Suparlan. 2002. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal
Antropologi Indonesia ke-3, Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
Permatasari, Listyaningsih. 2015. Praktek Demokrasi Pada Organisasi Siswa
Intra Sekolah di SMA Al-Irsyad Surabaya. Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Surabaya. Volume 01 Nomor 03
Rachman, M. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter Berwawasan
Konservasi Nilai-Nilai Sosial. Semarang: Jurnal Unnes Forum Ilmu Sosial,
40(1).
Ritzer, George, Goodman dan Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern( Edisi
Keenam). Jakarta: Kencana
Riyan Gunawan, Ahmadi. 2018. Fungsi Media Massa dalam Perspektif Negara
Demokrasi terkait Penyelenggaraan Pemilu. Jurnal Hukum Universitas
Negeri Semarang Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 1101-1118
Rizal Mubit. 2016. Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia.
Jurnal Pascasarjana IAIN Tulungagung Vol. 11, No. 1
Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin. Pengaruh Pendidikan Politik
dan Demokrasi Bagi Generasi Muda Terhadap Tingkat Partisipasi
Pelaksanaan Pemilihan Umum. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang. Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 1191-1204
Rustam Ibrahim. 2013. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip,
dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal ADDIN, Vol.
7, No. 1.
Stephen L . Quac kenbush, Michael Rudy. 2009. Evaluating the Monadic
Democratic Peace. Journal of Conflict Management and Peace Science.
Vol 26(3): 268–285
Siti Faridah, Jerico Mathias. 2018. Politisasi Agama Pemecah Keutuhan Bangsa
dalam Pemilu. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.Volume 4 Nomor 3
Siti Nur janah, Hamdan Tri Atmaja, Ufi Saraswati. 2017. Penanaman Nilai-Nilai
Multikulturalisme dalam Pembelajaran Sejarah Sub Materi Pokok
Indonesia Zaman Hindu-Buddha pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah
Negeri Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017. Indonesian Journal of
History Education. Jurnal Indonesian Journal of History Education
UNNES Volume 5 (2)
Sirait, M., Masrukhi., & Suprayogi. (2014). Peran Forum Kerukunan Umat
Beragama dalam Mengembangkan Nilai Toleransi di Kabupaten Bekasi.
Semarang: Unnes Civic Education Journal, 3(2).
Steven Ryan Hofmann. 2004. Islam And Democracy, Micro-Level Indications of
Compatibility. Journal of Comparative Political Studies. Vol. 37 No. 6
Sugiyar. 2017. Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat
Multikultural. Jurnal Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Yudharta Pasuruan. Volume 3, Nomor 1, Desember 2017
Sunarjan. Y.Y.F.R. 2014. Survival Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik
Semarang. Salatiga: Stya Wacana University Press.
Suradi. 2017. Masyarakat Multikultural Bangsa Indonesia. Jurnal Pendidikan
Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Suyahmo. 2014. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama.
Suyahmo, Suyahmo. 2015. "Model Implementasi Sila Ke 4 ―Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan‖ Sebagai Lokus Pendidikan Demokrasi Di
SMP Kota Semarang." Jurnal Penelitian Pendidikan 32.1
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/view/5707
Syafiq Hasyim. 2015. Majelis Ulama Indonesia and pluralism in Indonesia.
Journal of Philosophy and Social Criticism. Vol. 41(4-5): 487–495
Syamsul Bakhri, Tri Marhaeni Pudji Astuti, Eko Handoyo. 2013. Aspek
Demokrasi dalam Pemilihan Umum Raya Online Presiden MahaPeserta
Didik Universitas Negeri Semarangtahun 2011. Solidarity: Journal of
Education, Society and Culture. Vol 2 (1) (2013)
Tantri Rahmawati Ningrum, Suniti. 2017. Peran Guru Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam Membangun Karakter Demokratis Peserta Didik Kelas IX di SMP
Negeri 1 Gempol Kabupaten Cirebon. Jurnal Edueksos, IAIN Syekh
Nurjati Cirebon Volume VI No 2.
Tuti Sulistio Warni & Nurul Fatimah. 2015. Kapitalisme Pendidikan dalam
Penerapan Progam Sekolah di SMA Al-Kautsar Bandarlampung. Jurnal
Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang. Vol 2(2)
Wahyuningtyas Dwi Saputri, Bagus Edi Prayogo. 2018. Tantangan Demokrasi di
Era Globalisasi Demi Mewujudkan Pencegahan Politik Uang dalam
Pemilu. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Volume 4
Nomor 2 Tahun 2018, 262-275
Widayati. 2010. “Tinjauan Konstitusional Terhadap Pemilihan Umum Kepala
Daerah. Jurnal Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung,
Semarang. Volume 5. Nomor 2. Juli 2010
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2011), hlm.17.
Zulkarnain. 2016. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Pondok
Pesantren D DI-AD Mangkoso Barru Sulawesi Selatan. Jurnal Al-
Thariqah Vol. 1, No. 2, STAI Madinatunnajah Rengat, Indragiri Hulu
Internet:
Diunduh dari : wikipedia.osis.mpk.com (Pada 11 Desember 2017)
Diakses dari : https://scholar.google.co.id/citations?user=cN-AfOgAAAAJ&hl=en
(Google Scholar Suyahmo)
Diakses dari : https://scholar.google.co.id/citations?user=08opnD4AAAAJ&hl=id
(Googe Scholar Y.Y.F.R Sunarjan)
"Democracy and Citizenship: Glossary". American politics. The University of
Texas at Austin. Diakses tanggal 2004-08-09
LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN
PENUMBUHAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PESERTA DIDIK MULTIKULTUR
DI SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA
RANCANGAN INSTRUMEN WAWANCARA (PEDOMAN WAWANCARA)
Kepala SMP NU Putri Nawa Kartika
Nama Lengkap : M. Misbahus Surur, S.H.I
Usia : 35
Alamat : Sunggingan, Kota, Kudus
Jabatan : Kepala Sekolah
Pendidikan : S1 Hukum Islam, S2 Manajemen Pendidikan Islam
No. HP : 085640161010
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Kepala Sekolah/Guru) di SMP NU PUTRI
terhadap peserta didik multikultur di Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaimana kurikulum di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
melalui beberapa kegiatan. 3. Kenapa peserta didik SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur?
4. Bagaimanakah multikultur yang dimaksudkan dalam peserta didik SMP
NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Sejak kapan nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
6. Bagaimana nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
7. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
8. Kegiatan apakah yang merupakan suatu upaya penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
9. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
10. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 11. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 12. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 13. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
14. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
15. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atau tidak?
3. Hambatan dalam upaya 16. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 17. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 18. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
19. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Waka Kesiswaan SMP NU Putri Nawa Kartika
Nama Lengkap : Didik Budi Purnomo, S.Hum
Usia : 32
Alamat : Karang malang, Gebog, Kudus
Jabatan : Waka Kesiswaan
Pendidikan : S1 Bahasa Arab
No. HP : 085729009878
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Kepala Sekolah/Guru) di SMP NU PUTRI
terhadap peserta didik multikultur di Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaimana kurikulum di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
melalui beberapa kegiatan. 3. Kenapa peserta didik SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur?
4. Bagaimanakah multikultur yang dimaksudkan dalam peserta didik SMP
NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Sejak kapan nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
6. Bagaimana nilai demokrasi ditumbuhkan di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
7. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan di
SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
8. Kegiatan apakah yang merupakan suatu upaya penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
9. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
10. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 11. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 12. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 13. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
14. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
15. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih
demokratis/tidak?
3. Hambatan dalam upaya 16. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada peserta
penumbuhan nilai demokrasi pada didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 17. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 18. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
19. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Pembina OSIS
Nama Lengkap : Farul Rohman, S.Pd
Usia : 27
Alamat :
Jabatan : Pembina OSIS
Pendidikan : S1 Bahasa Inggris
No. HP : 08974510203
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Pembina OSIS/Pramuka) di SMP NU
terhadap peserta didik multikultur di PUTRI Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
melalui beberapa kegiatan. multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui (dalam
OSIS/Pramuka)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 7. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Pembina Pramuka
Nama Lengkap : M. Toyyib Achsin, S.Pd
Usia : 56
Alamat : ......................................................................
Jabatan : Pembina Pramuka
Pendidikan : S1 Pendidikan Matematika
No. HP : 085226545361
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat (Pembina OSIS/Pramuka) di SMP NU
terhadap peserta didik multikultur di PUTRI Nawa Kartika?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
melalui beberapa kegiatan. multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui (dalam
OSIS/Pramuka)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 7. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Guru Mapel IPS
Nama Lengkap : Siti Muaffanah, S.Pd
Usia : 28
Alamat : ......................................................................
Jabatan : Guru Mapel
Pendidikan : S1 IPS
No. HP : 085640553546
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
terhadap peserta didik multikultur di 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui (dalam
melalui beberapa kegiatan. Mapel IPS/PPKn)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 7. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Guru Mapel PPKn
Nama Lengkap : Muhammad Silahuddin, S.Pd
Usia : 25
Alamat : Getassrabi 4/6, Gebog, Kudus
Jabatan : Guru Mapel
Pendidikan : S1 PPKn Unnes
No. HP : 0895342220004
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Penumbuhan nilai demokrasi 1. Sejak kapan anda menjabat di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
terhadap peserta didik multikultur di 2. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
SMP NU PUTRI Nawa Kartika multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui
melalui beberapa kegiatan. (dalam Mapel IPS/PPKn)?
3. Apakah nilai-nilai demokrasi keadilan, kebebasan, toleran, kritis, jujur,
partisipatif, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
keanekaragaman, menyelesaikan pertikaain secara damai di tumbuhkan
di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
4. Bagaimanakah peran anda dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Bagaimanakan tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai
demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa
Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 6. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
demokrasi pada peserta didik peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda
multikultur di SMP NU PUTRI rasakan?
Nawa Kartika. 7. Seberapa besar dampak tersebut?
8. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
9. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
10. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih
demokratis atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 11. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 12. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 13. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
14. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
Peserta Didik
Nama Lengkap : Isyi Zahrotal Jasmin dan Laila Irfana
Usia : ......................................................................
Alamat : ......................................................................
Jabatan : ......................................................................
Pendidikan : ......................................................................
No. HP : ......................................................................
No. Fokus Pedoman Wawancara
1. Tanggapan Peserta Didik pada 1. Apakah peserta didik SMP NU Putri Nawa Kartika Multikultur?
upaya penumbuhan nilai demokrasi 2. Masalah apa yang terjadi dalam peserta didik multikultur yang kamu
pada peserta didik multikultur di ketahui?
SMP NU PUTRI Nawa Kartika. 3. Bagaiamanakah penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik
multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda ketahui?
4. Apa peran anda/Pengurus OSIS dalam penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
5. Kegiatan apa menurutmu dalam sekolah/OSIS yang merupakan
penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP
NU PUTRI Nawa Kartika?
6. Bagaimana tanggapan anda terhadap penumbuhan nilai-nilai demokrasi
pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
7. Apakah sudah berjalan efektif penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada
peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
2. Dampak upaya penumbuhan nilai 8. Apakah ada dampak dari penumbuhan nilai-nilai demokrasi pada peserta
demokrasi pada peserta didik didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika yang anda rasakan?
multikultur di SMP NU PUTRI 9. Seberapa besar dampak tersebut?
Nawa Kartika. 10. Menurut anda apakah dampak tersebut Positif/negatif?
11. Siapakah yang dapat nerasakan dampak tersebut?
12. Apakah terjadi peningkatan kualitas peserta didik yang lebih demokratis
atauntidak?
3. Hambatan dalam upaya 13. Apakah hambatan dalam upaya penumbuhan nilai demokrasi pada
penumbuhan nilai demokrasi pada peserta didik multikultur di SMP NU PUTRI Nawa Kartika?
peserta didik multikultur di SMP 14. Bagaimana menurut anda menyikapinya?
NU PUTRI Nawa Kartika. 15. Bagaiamana peran sekolah dalam menyikapi hambatan tersebut?
16. Bagaimana peran peserta didik dalam menyikapi hambatan tersebut?
INSTRUMEN PENELITIAN
PENUMBUHAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PESERTA DIDIK MULTIKULTUR
DI SMP NU PUTRI NAWA KARTIKA
RANCANGAN INSTRUMEN OBSERVASI (LEMBAR OBSERVASI)
No Fokus Observasi Kegiatan Observasi
1. Penumbuhan nilai demokrasi
terhadap peserta didik
multikultur di SMP NU PUTRI Pengamatan terhadap kegiatan penumbuhan peserta didik di SMP NU Putri Nawa Kartika
Nawa Kartika melalui
beberapa kegiatan.
Foto Kegiatan Seleksi Pengurus OSIS, Foto Kegiatan Orasi Calon Ketua OSIS,
DG, IPPNU dan PMR DG, IPPNU dan PMR
Foto kegiatan LPJ Pengurus OSIS, DG, Foto Kegiatan LPJ Pengurus OSIS, DG,
IPPNU dan PMR IPPNU dan PMR