Anda di halaman 1dari 115

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK

PADA SEKOLAH SMPN 7 TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
NIRAWANTI TRIUTAMI
105381107416

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

MARET, 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah, yang dipuji dengan segenap bahasa yang ada, yang

disembah pada setiap waktu, yang kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan diri

dan amal kita, yang atas izin-Nya niat-niat baik kita dapat terlaksana. Shalawat dan

salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu

„Alaihi Wa Sallam, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti

mereka dengan baik hingga hari kiamat. Aamiin.

Alhamdulillah, dengan izin dan pertolongan Allah peneliti dapat

menyelesaikan proposal ini. Kemudian dalam proses penyusunan proposal peneliti

juga tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan baik materil maupun

spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah peneliti

menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar

Erwin Akib, M,Pd., Ph.D. Selaku dekan fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Drs. H. Nurdin, M,Pd. Selaku Ketua Prodi Ketua Prodi Pendidikan

Sosiologi

Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph,D. Selaku sekretaris prodi pendidikan

sosiologi
Prof. Dr Eliza Meiyani, M.Si. Selaku Pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

Sudarsono S.Pd.,M.Pd. Selaku pembimbing II yang selalu bijaksana

memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama pembimbingan pembuatan

Skripsi.

Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa Orang tua saya Ayahanda Supadio dan Ibunda Salma

Tercinta yang dengan segala pengorbananya tak akan pernah penulis lupakan atas

jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat an petunjuk bagi mereka yang merupakan

dorongan yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini

Kakakku Zulfikar Latua dan Adikku Widya Lestari Supma, Wulan Lestari

Supma atas motivasi setiap langkahku.

Asrianto yang selalu mensuport untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Seluruh teman-teman angkatan, terutama untuk kelas Sosiologi B 2016 dan

Genosida 2016 yang senantiasa mengisi hari-hari penulis menjadi menyenangkan.

Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah

membantu memberikan dukungan.

Jazakumullah khairan, semoga Allah senantiasa mencurahkan kebaikan-

Nya untuk kita dan semoga Allah juga senantiasa memberikan nikat iman, nikmat

islam, kasih sayang serta petunjuk-Nya kepada kita. Peneliti menyadari bahwa

proposal ini masih jauh dari kata sempurna, dengan kerendahan hati, peneliti

mengaharapkan saran dam kritik yang membangun dari semua pihak yang
membaca proposal ini. Akhir kata peneliti berharap semoga proposal ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Aamiin Aamiin ya Rabbal „alamiin.

Makassar, 02 September 2020

Nirawanti Triutami
MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau


telah selesai (dari suatu uruan), tetaplah bekerja keras (untuk uruan lain)” QS.
Al- Insyirah 6-7).

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini teruntuk kedua orang tuaku yang telah mendidik
dengan ketulusan cintanya sehingga aku dapat menjalani kehidupan ini. Dan
seluruh keluarga yang kusayangi.
ABSTRAK

Nirawanti Triutami, 2020. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak
Pada Sekolah SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Pembimbig I Eliza Meiyani dan pembimbing II Sudarsono.
Pola Asuh adlah suatu kegiatan yang dilakukan secara terpadu dalam jangka
waktu yang lama oleh orang tua terhadap anaknya dengan tujuan untuk
membimbing, membina dan melindungi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Anak Pada
Sekolah SMPN 7 Turatea dan apa solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar
termotivasi dalam belajar sekolah SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan menggunakan 5 Informan
dengan metode wawancara dan dianalisis secara kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua yang
anaknya berprestasi dan kurang berprestasi dalam hal memotivasi anaknya untuk
belajar sangat berbeda, dimana orang tua yang anaknya berprestasi menggunakan
pola asuh yang bersifat demokratis cenderung mampu meluangkan waktunya
untuk anak, selain itu mereka memberikan hadiah, kasih sayang serta perhatian
kepada anaknya untuk lebih meningkatkan motivasi anak. Sedangkan orang tua
yang anaknya kurang berprestasi menggunakan pola asuh yang bersifat permisif
cenderung kurang mampu meluangkan waktunya untuk anak, tetapi tetap
memberikan nasehat kepada anak sebagai bentuk upaya meningkatkan motivasi
belajar anak. Kendala yang dihadapi oleh orang tua siswa SMPN 7 Turatea dalam
memotivasi anaknya ada tiga hal antara lain kondisi anak, kesibukan orang tua
serta keadaan sekitar. Solusi yang dilakukan oleh orang tua siswa SMPN 7
Turatea dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada proses memotivasi anak
untuk belajar ada tiga hal, antara lain: anak diberi nasehat akan pemahaman
tentang pentingnya belajar, membuat aturan yang tegas kepada anak, serta
meminta bantuan anggota keluarga lain ketika orang tua tidak memiliki waktu
untuk membantu anak dalam belajar.

Kata kunci: Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar anak.
ABSTRACT

Nirawanti Triutami, 2020. Parenting Patterns of Children's Learning Motivation


at SMP 7 Turatea, Jeneponto Regency. Faculty of Teacher Training and
Education. Supervisor I Eliza Meiyani and supervisor II Sudarsono.
Parenting is an activity that is carried out in an integrated manner for a long
time by parents to their children with the aim of guiding, fostering and protecting
the child. The purpose of this study was to determine the effect of parenting styles
on children's learning motivation at SMPN 7 Turatea and what solutions should
be done by parents to be motivated in learning at SMP 7 Turatea, Jeneponto
Regency. This research is a qualitative research using 5 informants with the
interview method and analyzed qualitatively descriptive.
The results showed that the parenting style carried out by parents whose
children were achieving and underachieving in terms of motivating their children
to learn was very different, where parents whose children performed well using
democratic parenting tended to be able to spend their time with their children,
besides that they gave gifts, love and attention to their children to further increase
children's motivation. Meanwhile, parents whose children are underachieving use
permissive parenting tend to be less able to spend time with their children, but
still provide advice to children as an effort to increase children's learning
motivation. There are three obstacles faced by the parents of students of SMPN 7
Turatea in motivating their children, including the child's condition, the busyness
of the parents and the surrounding conditions. There are three solutions made by
parents of students of SMPN 7 Turatea in overcoming the problems faced in the
process of motivating children to learn, including: children are given advice on
understanding the importance of learning, make strict rules for children, and ask
for help from other family members when parents do not have time to help
children in learning.

Keywords: Parenting Patterns of Children's Learning Motivation.


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul .......................................................................................... i

Halaman Judul ............................................................................................ ii

Halaman Pengesahan Pembimbing ............................................................ iii

Lembar Persetujuan Pembimbing.............................................................. iv

Lembar Pernyataan Keaslian Penulisan Skripsi ...................................... v

Kata Pengantar............................................................................................. vi

Motto dan Pemrsembahan .......................................................................... ix

Abstrak .......................................................................................................... x

Abstrack ........................................................................................................ xi

Daftar Isi ....................................................................................................... xii

Daftar Tabel .................................................................................................. xiii

Daftar Lampiran .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

E. Definisi Operasional................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 8

A. Kajian Konsep .................................................................................... 8


1. Pola Asuh Orang Tua ................................................................... 8

2. Motivasi Belajar ........................................................................... 13

B. Kajian Teori ....................................................................................... 16

1. Teori Tindakan Sosial .................................................................. 16

2. Teori Interaksi Sosial ................................................................... 17

C. Kerangka Pikir ................................................................................... 21

D. Penelitian Relevan.............................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 28

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................ 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 29

C. Informan Penelitian ............................................................................ 30

D. Fokus Penelitian ................................................................................. 30

E. Instrumen Penelitian........................................................................... 31

F. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 33

H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 35

I. Teknik Keabsan Data ......................................................................... 36

J. Etika Penelitian .................................................................................. 37

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................ 39

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................. 39

1. Sejarah berdirinya SMPN 7 Turatea ............................................ 39

2. Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 7 Turatea ............................. 39

3. Keadaan Siswa SMPN 7 Turatea ................................................. 41


4. Visi dan Misi SMPN 7 Turatea .................................................... 41

B. Letak Geografis .................................................................................. 42

C. Keadaan Penduduk.................................................................. 44

D. Keadaan Pendidikan........................................................................ 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 47

A. Hasil Penelitia........................................................................ 47

B. Pembahasan........................................................................... 56

BAB VI KESIMPULAN................................................................... 67

A. Kesimpulan............................................................................ 67

B. Saran..................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 70
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 : Bagian Kerangka Pikir ............................................................... 22

Tabel 3.1 : Lokasi Penelitian........................................................................ 29

Tabel 3.2 : Waktu Penelitian ........................................................................ 30

Tabel 4.1 : Data Guru dan Pegawai SMPN 7 Turatea ................................. 40

Tabel 4.2 : Jumlah Siswa SMPN 7 Turatea ................................................ 41

Tabel 4.3 : Luas dan Jumlah Desa di Kabupaten Jeneponto ........................ 44

Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Kabupaten Jeneponto ................................... 45


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

membentuk karakter pada anak. Ada beberapa jenis pendidikan yang di dapatkan

oleh anak dalam perkembangannya. Salah satunya yaitu pendidikan di dalam

keluarga yang secara langsung di dapatkan dari orang tua. Pendidikan dalam

keluarga atau dalam ilmu psikologi disebut pola asuh yang mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap perilaku anak ketika berada di lingkungan sekolah dan

lembaga pendidikan lainnya.

Menurut Eva Latifah bahwa secara bahasa pola asuh terdiri dari dua kata

yaitu “pola” dan “asuh”. Pola yaitu suatu bentuk, keteraturan dari suatu hal,

sedangkan asuh berarti suatu sikap mendidik. Maka dari itu pola asuh adalah suatu

kegiatan yang dilakukan secara terpadu dalam jangka waktu yang lama oleh orang

tua terhadap anaknya dengan tujuan untuk membimbing, membina dan

melindungi anak. Maksud dari pola asuh yang dilakukan secara terpadu adalah

pola asuh yang dikerjakan secara bersama-sama oleh kedua orang tua, tidak ada

perbedaan sikap antara ayah dan ibu. Terlebih untuk usia sekolah menengah

dimana pada masa-masa remaja yang banyak perhatian. Maka sebagai orang tua

hendaklah memberikan bimbingan serta binaan atau pola asuh yang tepat karena

peserta didik pada masa ini sangat membutuhkan motivasi dalam belajar.

1
2

Menurut Hamzah B. Uno bahwa: Motivasi dan belajar merupakan dua hal

yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek dan penguatan

yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang

menimbulkan kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu

dapat tercapai.

Anak yang memiliki motivasi belajar akan dapat meluangkan waktu

belajar lebih banyak dan lebih tekun dari mereka yang kurang memiliki atau

bahkan tidak memiliki motivasi belajar sama sekali. Setelah anak mendapatkan

motivasi dalam belajarnya secara tidak langsung akan berdampak baik pada

prestasinya, tetapi kenyataannya banyak yang motivasi dalam belajarnya

menurun, sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi pada prestasi belajar

anak.

Dari beberapa uraian di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian

lebih dalam mengenai studi yang mengkaji tentang pola asuh terhadap motivasi

belajar anak pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea Kabupaten Jeneponto. Penelitian

yang dilakukan peneliti disini pada dasarnya adalah melanjutkan penelitian

terdahulu dengan tujuan yang sama yaitu pola asuh orang tua terhadap motivasi

belajar. Kajian tentang pola asuh terhadap motivasi belajar anak telah dilakukan

oleh sejumlah peneliti terdahulu, penelitian yang mengkaji tentang pengaruh pola

asuh orang tua, konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar

dikaji oleh Nur dkk (2016) dan pengaruh perhatian orang tua, motivasi belajar,
3

dan lingkungan social terhadap prestasi belajar dikaji oleh Kurniawan dkk (2014).

Kajian yang lebih relevan mengkaji mengenai hubungan antara pola asuh orang

tua dengan motivasi berprestasi peserta didik oleh Susanto dkk (2013). Studi ini

melengkapi penelitian tentang pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar pada

anak. Kebaruannya, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengkaji

tentang pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak pada sekolah SMP

Negeri 7 Turatea, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ini adalah keluarga

yang dalam hal ini adalah pola asuh orang tua. Jika kalau sikap orang tua yang

terbuka dan selalu menyediakan waktu akan membantu anak dalam memahami

dirinya yang terus mengalami perubahan juga akan membantu anak meningkatkan

semangat belajarnya. Anak merasa tidak terpaksa untuk bersekolah dan semangat

belajarnya pun akan tumbuh terus, dengan adanya sikap yang positif, maka anak

akan merasa lebih muda untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Anak akan

mengoptimalkan potensi berfikirnya di sekolah dan selalu berusaha untuk

mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dengan tepat. Namun, hal itu tidak terjadi di

sekolah SMP Negeri 7 Turatea, motivasi itu lebih banyak tidak didukung oleh

lingkungan pembelajaran yang minim bahkan pola asuh orang tua yang tidak baik.

Berdasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti saat

observasi di SMP Negeri 7 Turatea menunjukkan bahwa sebagian besar peserta

didik kurang memiliki motivasi belajar yang kurang seperti datang terlambat,

tidak mengerjakan tugas bahkan bolos dari sekolah serta tidak fokus menerima
4

pelajaran. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung sebagian peserta

didik kurang menunjukkan minatnya dalam proses pembelajaran peserta didik

lebih senang mengganggu temannya daripada memperhatikan pembelajaran. Saat

diberi tugas, peserta didik juga tidak segera mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan realitas tersebut, maka peneliti tertarik mengangkat judul

“Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Sekolah SMP

Negeri 7 Turatea”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

yang mengkaji tentang Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak

pada Sekolah SMP Negeri 7 Turatea. Rumusan masalah secara rinci sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak

pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea?

2. Apa solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak termotivasi

dalam belajar pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembahasan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar

anak pada seko;lah SMP Negeri 7 Turatea.


5

2. Untuk mengetahui solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak

termotivasi dalam belajar pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebagai berikut;

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangsih pemikiran dalam memperkarya wawasan terhadap pola

asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak.

b. Penelitian ini dapat menjadi pijakan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi orang tua, sebagai bahan informasi tentang pentingnya pemberian

pola asuh yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar pada anak,

sehingga diharapkan pada orang tua dapat bersikap tepat dalam

memberikan pola asuh kepada anaknya.

b. Bagi guru, dapat dijadikan bahan informasi tentang motivasi belajar

pada anak dengan pola asuh orang tua yang tepat, sehingga diharapkan

mereka dapat bekerjasama dan memberikan bimbingan serta arahan

kepada anak didiknya agar keberhasilan bisa dicapai.

c. Bagi kepala sekolah, dapat dijadikan bahan informasi tentang motivasi

belajar peserta didik dengan pola asuh orang tua, sehingga diharapkan

dapat memberikan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan motivasi

belajar peserta didik di sekolah.


6

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus

bahasa Indonesia, “pola” berarti model, system, cara kerja, dan bentuk yang

tetap. Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik)

atau membimbing. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan

orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Orang tua mempunyai

peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik serta memberi

contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti

dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan

norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan tiap

keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan

pada diri tiap orang tua.

2. Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi

yang mendorong, merangsang dan menggerakkan seseorang untuk belajar atau

melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, atau lebih ringkasnya

merupakan sesuatu yang menggerakkan orang baik secara fisik atau mental

untuk belajar atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dikehendakinya

serta mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus

bahasa Indonesia, “pola” berarti model, system, cara kerja, dan bentuk yang

tetap. Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik)

atau membimbing. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan

orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Orang tua mempunyai

peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik serta memberi

contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti

dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan

norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan tiap

keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan

pada diri tiap orang tua.

Menurut Sugihartono dkk, pola asuh orang tua adalah pola perilaku

yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Masing-masing pola

asuh orang tua yang ada akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Orang tua merupakan lingkungan

terdekat yang selalu mengitari anak sekaligus menjadi figur dan idola mereka.

Model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan

8
8

dipelajari dan ditiru oleh anak. Anak meniru bagaimana orang tua bersikap,

bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan dan kritikan satu sama lain,

menanggapi, dan memecahkan masalah, serta mengungkapkan perasaan dan

emosinya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua

selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua

mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk

mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat. Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan

anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak dalam mencapai proses

kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan

masyarakat pada umumnya.

b. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua menurut Stewart dan Koch (Aisyah) terdiri

dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh otoriter,

(2) pola asuh demokratis, dan (3) pola asuh permisif.

1). Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada

pengawasan orang tua atau kontrol yang ditujukan pada anak untuk

mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah

pengasuhan yang kaku, diktator, dan memaksa anak untuk selalu

mengikuti orang tua tanpa banyak alasan anak harus tunduk dan patuh

terhadap kemauan orang tua. Apapun yang dialakukan oleh anak

ditentukan oleh orang tua. Sutari Imam Barnadib (Aisyah) mengatakan


9

bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk

mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya, untuk

memunculkan perilaku agresif. Berdasarkan teori yang disampaikan

terlihat bahwa semakin dihadang kebutuhan seseorang untuk mencapai

tujuan akan menjadikan prakondisi agresif semakin tertekan dan

mengakumulasi se hingga muncul perilaku agresif. Menurut Stewart dan

Koch (Aisyah) orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai

ciri antara lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang

serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai

mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah

lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. Orang tua tidak

mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan

jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab

seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung memberi hukuman

terutama hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap

anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada

perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak

dikontrol dengan ketat.

Menurut Bety Bea Septiari, Pola asuh ini menggunakan

pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak

harus menurut kepada orang tua. Keinginan orang tua harus dituruti, anak

tidak boleh mengeluarkan pendapat. Anak jarang diajak berkomunikasi

ataupun bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa
10

semua sikap yang dilakukan sudah baik, sehingga tidak perlu anak

dimintai pertimbangan atas semua keputusan yang menyangkut

permasalahan anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai

dengan hukuman-hukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas

hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang

membatasi perilakunya. Orang tua dengan pola asuh otoriter jarang atau

tidak pernah memberi hadiah yang berupa pujian maupun barang

meskipun anak telah berbuat sesuai dengan harapan orangtua.

2). Pola Asuh Demokratis

Menurut Syamsul Yusuf pola asuh demokratis adalah sikap orang

tua dengan kontrolnya mengikat, bersikap responsif terhadap kebutuhan

anak, mendorong anaknya untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan,

memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik atau buruk.

Hanna Wijaya dari Aisyah dari hasil penelitiannya menemukan bahwa

teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan

dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri

membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku

mandiri yang bertanggung jawab.

3). Pola Asuh Permisif

Menurut Syamsul pola asuh orang tua dengan permisif merupakan

sikap orang tua meningkat namun kontrolnya rendah, memberikan

kebebasan terhadap anak untuk mengatakan dorongan keinginannya. Tipe

orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu


11

memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali

dan kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada. Anak

sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak

yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur

dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Menurut

Septriari, dalam pola asuh permisif orang tua serba membolehkan anak

berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa

adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya.

Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan

kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan

anak agresif, tidak patuh pada orang tua dan kurang mampu mengontrol

diri.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Edward adapun factor yang mempengaruhi pola asuh anak

adalah:

1) Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan

mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa

cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan

peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak,

mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu

berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan

fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Orang tua yang sudah mempunyai
12

pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap

menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu

mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

2) Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka

tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola

pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

3) Budaya

Sering sekali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat

disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap

berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua

mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik,

oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh

anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh

terhadap anaknya.

2. Motivasi Belajar

a. Motivasi Belajar

Darmoko, motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti

dorongan atau menggerakkan. William J. Stanton yang dikutip oleh Winardi

mendefinisikan motivasi “suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang

berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas”. Motivasi


13

terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi

(situation) kerja.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara

potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan (reinforced practice)

yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar,

motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri

peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan

arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi

adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organism,

mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna

bagi kehidupan individu.

Berdasarkan beberapa uraian tentang motivasi tersebut, maka motivasi

belajar dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang

mendorong, merangsang dan menggerakkan seseorang untuk belajar atau

melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, atau lebih ringkasnya

merupakan sesuatu yang menggerakkan orang baik secara fisik atau mental

untuk belajar atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dikehendakinya

serta mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya.

b. Jenis Motivasi Belajar

Menurut Sardiman ada berbagai jenis motivasi, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsi tidak perlu

dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
14

untuk melakukan sesuatu. Seorang peserta didik melakukan belajar karena

didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

2) Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas

belajardimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Adanya beberapa factor yang mempengaruhi pelajar diantaranya factor

yang berasal dari luar dirinya dan factor yang berasal dari dalam dirinya

menurut Sumadi Suryobroto adalah:

1) Factor-faktor non social

Kelompok factor ini antara lain misalnya keadaan udara, suhu udara,

cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar.

2) Factor-faktor social

Factor social adalah factor manusia (sesama manusia), baik manusia itu

hadir maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan jadi kehadirannya tidak

langsung.

3) Factor-faktor fisiologis

Factor ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (a) jasmani

pada umumnya dan; (b) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.


15

4) Factor-faktor psikologis

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa yang mendorong

seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut: (a) adanya sifat ingin tahu

dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; (b) adanya sifat yang kreatif yang

ada pada manusia dan berkeinginan untuk selalu maju; (c) adanya keinginan

untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman; (d) adanya

keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

B. Kajian Teori (Sebagai Landasan Teori)

1. Teori Tindakan Sosial

Peneliti menggunakan teori tindakan social karena tindakan sosial

merupakan sebuah perilaku atau tindakan yang dilakukan individu bersal dalam

dirinya dan dapat mempengaruhi sekitarnya seperti penelitian yang dilakukan oleh

peneliti tentang pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak pada sekolah

SMP Negeri 7 Turatea. Barulah kemudian aktor memilih tindakan. Secara tak

sadar masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia. Interaksi tersebut

berasal dari tataran interaksi individu. Menurut Max Weber tindakan sosial terbagi

4 yaitu:

a. Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational), Tindakan ini

merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas

pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu

dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.


16

b. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational), tindakan rasional nilai ini memiliki

sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan

perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam

hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.

c. Tindakan Afektif (Affectual Action), tipe tindakan sosial ini lebih didominasi

perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar.

Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi

emosional dari individu.Seperti penelitian ini, aktor melakukan pola asuh

orang tua terhadap motivasi belajar pada anak.

d. Tindakan Tradisional (Traditional Action), dalam tindakan jenis ini, seseorang

memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek

moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.

2. Teori Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain.

Dalam bergaul, berbicara, bersalaman, bahkan bertentangan sekalipun kita

memerlukan orang lain. Dalam bergaul dengan orang lain selalu ada timbal balik

atau melibatkan dua belah pihak. Interaksi sosial merupakan ciri khas kehidupan

bermasyarakat. Artinya kehidupan bermasyarakat akan kelihatan nyata dalam

berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Contoh keramaian di

pasar, buruh pabrik berdemontrasi, dan pelajar belajar di kelas.

Interaksi sosial terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga

menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya


17

berupa tindakan yang berupa kerja sama tetapi juga dapa berupa persaingan dan

pertikaian. Menurut Kimball Young Dan Raymond W. Mack (1959) interaksi

sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut anatara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan

kelompok.

Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial sebagai bentuk hubungan manusia yang menimbulkan aksi

dan reaksi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar individu. Menurut

soerjono soekanto (2000:37), faktor yang memengaruhi interaksi sosial ada enam

macam, sebagai berikut.

1. Imitasi

Imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti

perilaku orang lain. Imitasi dpat berakibat positif bila yang ditiru merupakan

individu-individu baik menurut pandangan umum.Tetapi imitasi juga bisa

bersifat negative jika individu yang ditiru berlawanan dengan pandagan

umum.Contoh banyaknya mahapeserta didik yang berambut panjang seperti

permpuan ataupun sebaliknya perempuan memilki rambut seperti laki-laki.

2. Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada

orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/

pengaruh tersebut tanpa berpikirr panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari

orang-orang yang berwibawa dan mempunyai pengaruh besar dilingkungan


18

sosialnya. Cepat atau lambat proses sugesti tergantung pada usia, kepribadian,

kemampuan intelektual, dan kemampuan fisik seseorang. Sugesti dapat berupa

berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti perilaku, pendapat saran, dan

pertanyaan. Reklame dan iklan yang dimuat dimedia cetak , atau media

elektronik juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat massal.

Contoh iklan sampo yang diperagakan oleh seorang yang seolah-olah

rambutnya rontok, setelah memakai sampo tersebut rambutnya menjadi kuat,

tidak rontok dan tebal.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan individu lain yang ditiru. Orang lainyang menjadi

sasaran identifikasi disebut idola (dari kata idol yang berarti sosok yang

dipuja). Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses sugesti dan proses

imitasi yang telah kuat. Contoh mahapeserta didik mengagumi dosennya

sehingga penampilan, cara bicara atau perilakunya mirip atau identic dengan

dosen yang diidolakan.

4. Simpati

Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan

membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain. Peraasan

simpati dapat disampaikan kepada seseorang, sekelompok orang atau lembaga

formal pada waktu khusus misalnya peringatan ulang tahun kemerdekaan RI ,

kenaikan kelas, atau kenaikan jabatan. Agar simpati dapat berlangsung,

diperlukan adanya saling pengertian antara dua belah pihak. Pihak yang satu
19

terbuka mengungkapkan pemikiran atau isi hatinya, sedangkan pihak yang

lain mau menerimanya iyulah sebabnya simpati merupakan dasar-dasar

persahabatan. Contohnya pearasan simpati seorang terhadap gadis yang

akhirmya menimbulkan perasaan cinta kasih di antara keduanya.

5. Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, atau stimulus yang diberikan

seseorang kepada orang lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti

atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh

rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada

kelompok, kelompok kepada kelompok, individu kepada individu.Motivasi

dapat berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.Contoh

penghargaan kepada mahapeserta didik yang berprestasi merupakan motivasi

bagi mahapeserta didik untuk belajar lebih giat.

6. Empati

Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam

perasaan orang lain baik suka maupun duka. Contohnya kalau kita melihat

orang lain mendapat musibah, kita seolah-olah ikut menderita dan ikut

membantu meringankan musibah yang dialami orang lain.


20

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang

menjadi objek permasalahan di sebuah topik penelitian. Yang menjadi kriteria

utama dalam membuat suatu kerangka berpikir agar dapat meyakinkan ilmuwan

adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membuat suatu kerangka berpikir

dapat membuahkan kesimpulan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji atau mendeskripsikan

pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak pada sekolah SMP Negeri 7

Turatea. Serta solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar termotivasi dalam

belajar.

Peneliti menggunakan teori tindakan social karena tindakan sosial

merupakan sebuah perilaku atau tindakan yang dilakukan individu berasal dalam

dirinya dan dapat mempengaruhi sekitarnya seperti penelitian yang dilakukan oleh

peneliti tentang pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak pada sekolah

SMP Negeri 7 Turatea. Barulah kemudian aktor memilih tindakan. Secara tak

sadar masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia. Interaksi tersebut

berasal dari tataran interaksi individu. Interaksi sosial terjadi apabila satu individu

melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain.

Interaksi antara peran orang tua dan guru sekolah terhadap anak dalam proses

belajar untuk menemukan solusi yang harus dilakukan orang tua agar anak

termotivasi dalam belajar pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea.


21

Pola Asuh Orang Tua

Proses Belajar

Peran Orang Tua Anak

Solusi Anak Termotivasi Dalam Belajar

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan atau penelitian terdahulu yang diuraikan dalam

penelitian ini pada dasarnya dapat dijadikan acuan untuk mendukung dan

memperjelas penelitian ini dan dapat peneliti jadikan sebagai referensi untuk

melengkapi penelitian yang kurang dan dapat jadikan peneliti contoh dalam

proses penelitian, berikut beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan

penelitian ini, yaitu:

1. Akif Hermawan, dkk. Dalam Jurnal Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Volume 01 No .02, 2013 hal 362-367 yang berjudul

“Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi

Peserta didik Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sangkapura Gresik”.


22

Tujuan penelitiannya untuk mengetahui hubungan antara pola asuh

orang tua dengan motivasi berprestasi peserta didik kelas VIII SMP

Negeri 1 Sangkapura Gresik. Data penelitian ini diambil melalui

angket pola asuh dan angket motivasi berprestasi. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi korelasional dan

analisis data menggunakan koefisien kontingensi. Hasil penelitian

menunjukkan data dari sampel yang berjumlah 34 peserta didik,

sebanyak 33 peserta didik tergolong dalam tipe pola asuh, 3 dengan

persentase sebesar 97,05 % dengan rincian 5 peserta didik kategori

motivasi berprestasi kurang sekali, 5 peserta didik kategori motivasi

berprestasi kurang, 4 peserta didik kategori motivasi berprestasi

sedang, 10 peserta didik kategori motivasi berprestasi tinggi dan 9

peserta didik kategori motivasi berprestasi sangat tinggi. Sedangkan 1

peserta didik tergolong dalam tipe pola asuh 2 yaitu sebesar 2,92%

dengan kategori motivasi berprestasi tinggi kemudian dari analisis

koefisien kontingensi di dapatkan hasil sebesar 0,244. Jadi, tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

motivasi berprestasi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1

Sangkapura dengan sumbangan sebesar 0,0595% dan sisanya 99,94%

dipengaruhi oleh factor yang lain.

2. Andi Saparuddin Nur, dkk. Dalam Journal of Mathematics Education

Volume 02 No.02, 2016 hal 89-96 yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh

Orang Tua, Konsep Diri, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi


23

Belajar Matematika Peserta didik kelas IX SMP Negeri di Kota

Merauke”. Tujuan penelitiannya untuk mendeskripsikan serta

menganalis besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung antar

variable yang mempengaruhi prestasi belajar Matematika peserta didik

kelas IX SMP Negeri di Kota Merauke. Penelitian yang digunakan

adalah statistic deskriptif dan statistic inferensial. Penelitian ini

berjumlah 1041 peserta didik dengan jumlah sampel 281 peserta didik

yang tersebar secara proporsional beserta di 6 (enam) SMP Negeri di

Kota Merauke. Hasil penelitian menunjukkan : (1) diperoleh model

jalur yang dan dapat menjelaskan fenomena antar variable dengan

matriks korelasi populasi yang tidak berbeda dengan matriks korelasi

data sampel, (2) pola asuh orang tua berpengaruh positif terhadap

konsep diri peserta didik sebesar 0,25 atau 25%, (3) pola asuh orang

tua dan konsep diri secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap

motivasi berprestasi sebesar 0,2149 atau 21,49%, dan (4) pola asuh

orang tua, konsep diri dan motivasi berprestasi secara bersama-sama

berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika peserta didik

sebesar 0,1197 atau sebesar 11,97%.

3. Didik Kurniawan, dkk. Dalam Jurnal Riset Pendidikan Matematika

Volume 01 No.02, 2014 hal 1-9 yang berjudul “Pengaruh Perhatian

Orang Tua, Motivasi Belajar dan Lingkungan Sosial terhadap Prestasi

Belajar Matematika Peserta didik SMP Negeri 20 Mataram NTB ”.

Tujuan penelitiannya untuk mendeskripsikan pengaruh perhatian orang


24

tua, motivasi belajar, dan lingkungan social peserta didik terhadap

prestasi belajar Matematika Peserta didik kelas VIII SMP di Kota

Mataram. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

yang bersifat expost facto. Pengambilan data adalah instrumen tes

prestasi belajar matematika kelas VIII yang terdiri dari 25 soal, angket

perhatian orang tua peserta didik, angket motivasi belajar, dan angket

lingkungan social peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perhatian orang tua, motivasi belajar dan lingkungan social secara

bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

belajar Matematika peserta didik SMP dengan sumbangan sebesar

10,6%. Secara parsial perhatian orang tua dan motivasi belajar

memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar sementara lingkungan

social tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar.

4. Fuji Ayu Hidayatul M. Dalam Jurnal Skripsi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial 2018 hal 01-123 yang berjudul “Pengaruh Pola

Asuh Orang Tua dan Penggunaan Gadget Terhadap Hasil Belajar Mata

Pelajaran IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Singosari ”. Tujuan

penelitiannya adalah untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS

siswa kelas VII di SMPN 1 Singosari, mengetahui seberapa tinggi

tingkat pengaruh penggunaan gadjet terhadap hasil belajar mata

pelajaran IPS siswa kelas VII di SMPN 1 Singosari, dan mengetahui

seberapa tinggi tingkat pengaruh pola asuh orang tua dan penggunaan
25

gadjet terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VII di

SMPN 1 Singosari. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan

korelasional, instrument yang digunakan berupa angket dan

dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji heteroskesdastisitas, autokorelasi dan analisis

regresi linier berganda, determinasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil nilai yang diperoleh dari perhitungan SPSS

20 ada pengaruh positif antara pola asuh orang tua dan penggunaan

gadget terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Singosari. Karena Ftabel untuk N=180 sebesar 3,05. Diperoleh

Fhitung (3,366)>Ftabel (3,05) dan nilai signifikan (0,037)< (0,05) yang

artinya Ho ditolak, maka dapat dinyatakan bahwa variabel pola asuh

orang tua dan penggunaan gadjet secara bersama-sama atau secara

simultan berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajar IPS siswa

kelas VII SMPN 1 Singosari, artinya semakin optimal pola asuh orang

tua dan semakin optimal penggunaan gadget yang digunakan dengan

benar maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan hasil belajar

siswa akan meningkat secara optimal.

5. Rini Harianti dan Suci Amin. Dalam Jurnal Curricula 2016 Vol. 1, No.

2 hal 20-29 yang berjudul “Pola Asuh Orang Tua dan Lingkungan

Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Tujuan penelitian ini

untuk menguji korelasi antara pola asuh orang tua dan lingkungan
26

pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di sekolah cerdas. Sampel

terdiri dari 57 siswa sekolah cerdas Tampan Pekanbaru. Pendekatan

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

Hasil menunjukkan bahwa pola asuh positif dari segi control orangtua

(64%), kejelasan komunikasi (61%) dan tuntutan orang tua menjadi

matang (54%). Siswa memiliki motivasi internal (68%) dan eksternal

positif (55%) dalam pembelajaran. Terdapat pengaruh yang signifikan

0,000 dengan koefisien determinasi 69.1%. Disimpulkan bahwa pola

asuh berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Disarankan kepada

para orang tua dan sekolah agar dapat menerapkan pola asuh yang

baik, menciptakan situasi belajar yang dapat merangsan minat siswa

untuk giat belajar dan memperhatikan kebutuhan sekolah anak.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif

adalah sebuah metode penelitian yang mengungkapakan situasi sosial tertentu

dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar. Bogdan mendefinisikan

“metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

diamati” (Afrizal, 2015:13). Menjelaskan bahwa Penelitian ini didasari dengan

maksud untuk mengetahui alasan memilih penelitian tersebut yaitu untuk

menggambarkan dan mendeskripsikan secara mendalam terkait dengan Pola

Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Anak pada Sekolah SMP Negeri 7 Turatea.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriftif yaitu

pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berupaya untuk menjelaskan

makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala,

termasuk di dalamnya konsep diri atau pandangan hidup mereka sendiri

(Creswell, 2016:51). Penelitian ini dilakukan, penelitian yang didasari dengan

maksud untuk mengetahui alasan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi

yaitu untuk mendalami dan menggambarkan berbagai fenomena terkait dengan

29
28

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Anak pada Sekolah SMP Negeri 7

Turatea.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian, peneliti memberikan penjelasan alasan pemilihan

lokasi, baik alasan Objektif maupun subyektif.

Rancangan Kriteria Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Penelitian ini terkait Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Motivasi Anak pada Sekolah SMP Negeri 7 Turatea.

Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto.

Peristiwa/ Dalam pelaksanaan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Persoalan (issu) Motivasi Anak pada Sekolah SMP Negeri 7 Turatea.

sehingga peneliti tertarik ikut untuk menelitinya.

Gambar Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

b. Waktu penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan waktu

pelaksanaan penelitian.

Adapun waktu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan

penelitian Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Anak pada Sekolah

SMP Negeri 7 Turatea adalah selama 2 bulan, dimulai dari bulan Juli

sampai bulan Agustus 2020. Selanjutnya peneliti membuat tabel jadwal

penelitian, dengan format sebagai berikut:


29

Bulan I Bulan II
No Jenis kegiatan
I II III IV I II III IV
1 Pengusulan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Konsultasi Pembimbing
4 Seminar Proposal
5 Pengurusan Izin Penelitian
6 Dst
Gambar Tabel 3.2 Waktu Penelitian

C. Informan Penelitian

Informan penelitian yang dimaksud disini yaitu dimana peneliti diberi

informasi oleh informan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek

penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang

diperlukan selama proses penelitian.

Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005:171-172), informan penelitian ini

meliputi tiga macam yaitu:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Dalam hal ini yaitu guru SMP Negeri 7 Turatea.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini yaitu Orang Tua Peserta Didik

SMP Negeri 7 Turatea.

D. Fokus Penelitian

Adapun fokus dan deskripsi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana pola asuh orang tua terhadap

motivasi belajar anak pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea serta solusi yang harus

dilakukan orang tua agar anak termotivasi dalam belajar pada sekolah SMP
30

Negeri 7 Turatea. Oleh karena itu peneliti akan menentukan beberapa informan

yang dianggap dapat memberikan informan yang berkaitan dengan peran orang

tua dalam memotivasi anak belajar di sekolah SMP Negeri 7 Turatea. Informan

yang terdiri dari guru, orang tua peserta didik. Peneliti menentukan informan

karena informan dapat memberikan suatu informasi jawaban yang sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan segala unsur yang digunakan dalam

proses penelitian yang diharapkan akan menunjang keberhasilan peneliti dalam

penelitiaanya. Pada umumnya, penelitian tentu membutuhkan beberapa instrumen

dan semakin banyak instrument yang digunakan maka akan besar peluang

keberhasilan suatu penelitian.

Penelitian ini, maka peneliti mulai tahap awal penelitian sampai hasil

penelitian ini seluruhnya dilakukan oleh peneliti. Selain itu untuk mendukung

tercapainya hasil penelitian maka peneliti menggunakan alat bantu berupa

pedoman observasi, pedoman wawancara, serta catatan dokumentasi sebagai

pendukung dalam penelitian ini.

1. Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh penelitian pada

saat melakukan pengamatan langsung di lapangan.

2. Panduan wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah

disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan

peneliti yang akan dijawab melalui proses wawancara


31

3. Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai

penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, data sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

F. Jenis dan Sumber Data

Adapun suber data yang dikumpulkan peneliti adalah, sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang

memenuhi kriteria penelitian melalui teknik wawancara dan interview secara

langsung dan mendalam. Data yang diperoleh peneliti akan diproses, diolah dan

dianalisa yang bersumber dari observasi dan wawancara langsung dengan guru,

orang tua peserta didik.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang memberikan informasi secara tidak

langsung. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian ini, yang berupa

buku, teori-teori, jurnal, blog, web, arsip, data lain yang relevan sebagai landasan

teoritis yang dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian. Data sekunder ini

diperoleh dari data yang digunakan selama proses pembelajaran untuk

mengumpulkan data yaitu buku tentang pendapat atau teori sosiologi yang

berhubungan dengan masalah penelitian, sejarah berdiri dan berkembangnya, visi

dan misi, keadaan guru dan peserta didik, serta orang tua peserta didik SMP

Negeri 7 Turatea.
32

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan

langsung di lapangan.Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

mencatat informasi sebagai mana yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo

, 2002:116). Data diperoleh melalui observasi , mengikuti beberapa aktifitas

peserta didik dengan melakukan pengamatan secara langsung dalam hal ini

peneliti mengunjungi rumah orang tua peserta didik yang dapat memberikan

informasi atau memperkuat data penelitian, dan telah memperoleh izin dari

subyek mengambil foto/video secara langsung sambil peneliti mengamati pola

asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak pada sekolah SMP Negeri 7

Turatea. Apakah dalam pola asuh orang tua ada solusi yang harus dilakukan oleh

orang tua agar anak termotivasi dalam belajar.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2010:186). Penelitian yang digunakan adalah

wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur

dimana pihak-pihak yang terkait akan diwawancarai diminta informasinya dengan


33

menggunakan pedoman wawancara pada informan yaitu orang tua peserta didik

sebanyak 4 orang, dan 1 guru. Adapun rumusan masalah yang akan ditanyakan

dan yang sudah disiapkan oleh peneliti kepada informan atau narasumber adalah

bagaimana pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak pada sekolah SMP

Negeri 7 Turatea serta apa solusi yang harus dilakukan orang tua agar anak

termotivasi dalam belajar pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea. Dan selanjutnya

pertanyaan peneliti yang akan dijawab oleh informan melalui proses wawancara.

Sedangkan dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara

yang dilakukan dengan lebih bebas dibandingkan dari wawancara terstruktur,

wawancara yang hanya memuat garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Hanya mengembangkan pertanyaan wawancara sesuai dengan kondisi

informan.Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil

wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari pewawancara.

3. Dokumentasi

Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong,

2010:217). Metode Dokumentasi adalah cara mengumpulkandata melalui

peninggalan tertulis, seperti teori-teori, jurnal, blog, web, arsip, buku-buku tentang

pendapat atau teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan data lain

yang relevan sebagai landasan teoritis yang dibutuhkan untuk melengkapi data

penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen diperoleh berupa


34

data yang digunakan selama proses pembelajaran untuk mengumpulkan data yaitu

buku tentang pendapat atau teori sosiologi yang berhubungan dengan masalah

penelitian, hasil wawancara dengan subyek, sejarah berdiri dan berkembangnya,

visi dan misi, keadaan guru dan peserta didik, serta orang tua peserta didik SMP

Negeri 7 Turatea.

H. Teknik Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting atau pokok dalam suatu

pengkajian. Karena itu dalam menganalisis data, peneliti memfokuskan pada

aspek pendidikan karakter disekolah. Bahwa teknik analisis data adalah proses

pencarian data dan penyusunan data yang sistematis melalui hasil penelitian yang

didapat di lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dapat

menambah wawasan bagi peneliti terhadap apa yang didapatkan. Data yang

diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif dimana

data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan diolah kemudian disajikan

dalam bentuk tulisan dengan menggambaran secara jelas. Menyangkut analisis

data kualitatif, mengajurkan tahapan-tahapan dalam menganalisis data kualitatif

sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu data yang diperoleh dilapangkan yang masih ditulis

dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci, laporan tersebut

direduksi dirangkum dan difokuskan pada bantuan program,disusun lebih

sistematis sehingga mudah dipahami.


35

2. Penyajian data, usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau informasi,

untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari hasil

penelitian tersebut.

3. Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan

sehingga ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.

I. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data adalah proses mengtriangulasikan tiga data yang

terdiri dari data observasi, wawancara, dan dokumen. Adapun alat yang digunakan

untuk menguji keabsahan data yaitu:

1. Triangulasi sumber adalah dimana peneliti menggali kebenaran informai

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Seperti peneliti

melakukan wawancara tentang pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar

anak pada sekolah SMP Negeri 7 Turatea secara mendalam dan observasi,

peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),

dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau

tulisan pribadi.

2. Triangulasi waktu,Waktu juga sering mempengruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid

sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data

dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara ,

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
36

uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga ditemukan kepastian datanya.

3. Triangulasi teori, yaitu teori yang akan dipakai dilapangan seperti teori

tindakan social dan interaksi sosial. Teori tersebut selanjutnya dibandingkan

dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual

peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi

teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti

mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis

data yang telah diperoleh.

4. Triangulasi teknik, triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data

tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,

untuk mestikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya

benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah standar tata perilaku peniliti selama melakukan

penelitian, mulai dari menyusun desain penelitian, mengumpulkan data lapangan

(melakukan wawancara, observasi, dan pengumpulan data dokumen), menyusun

laporan penelitian hingga mempublikasikan hasil penelitian. Misalnya :

1. Menginformasikan tujuan penelitian kepada informan.


37

2. Meminta persetujuan informan (Informan Consent) untuk diwawancarai.

3. Menjaga kerahasiaan identitas informan, jika terkait informasi sensitif.

4. Meminta izin informan jika ingin merekam wawancara, atau ambil foto/

video.
39

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Sejarah berdirinya SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto

SMP Negeri 7 Turatea berdiri pada tahun 2013. Sekolah ini dibangun atas

bantuan dari pememerintah Australia. Dengan sebanyak siswa 73 siswa. Kegiatan

belajar mengajar dilakasanakan pada pagi hari jam 7:30 AM.

Pada tahun 2020 memiliki siswa sebanyak siswa 93 siswa, yang terdiri dari

siswa laki-laki sebanyak 50 siswa, dan siswa perempuan sebanyak 43 siswa.

Sekolah SMP Negeri 7 Turatea masih Akreditas C. SMP Negeri 7 Turatea sudah

menggunakan Kurikulum 2013 (K13). Jumlah kelas keseluruhan sebanyak 6

ruangan, dan memiliki ruang Lab.IPA, ruang Perpustakaan dan mushola.

2. Keadaan guru dan pegawai SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto

Jumlah guru dan pegawai di SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto

berjumlah 19 orang. Adapun nama guru, pegawai dan jabatan sebagai berikut:

No. Nama Guru P/L Pegawai

1. Sumarni M P PNS

2. Irnawati P PNS

39
40

3. Nurhidayat P PNS

4. Wardiman L PNS

5. Syahrir L PNS

6. Nur Fitriana Rasyid P Honor

7. Asnidar P Honor

8. Nurhidayat Situju P Honor

9. Ratnawati, Ss P Honor

10. Ruhayyah P Honor

11. Sartika P Honor

12. Sri Sulfaida Daming P Honor

13. St. Manikam Js P Honor

14. Sudirman Jaya L Honor

15. Nur Reskiyawan L Honor

16. Sumiati P Honor

17. Surianti, S P Honor

18. Hasnaeni p Honor

19. Kaharuddin L Honor

Tabel 4.1

Data guru dan pegawai SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto


41

3. Keadaan siswa SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto

Jumlah siswa SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto tahun ajaran

2019/2020. Adapun data siswa sebagai berikut:

No. Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VII 16 12 28

2. VIII 14 11 25

3. IX 20 20 40

50 43 93

Jumlah

Tabel 4.2 Jumlah siswa SMPN 7 Turatea 2019/2020

4. Visi dan Misi SMPN 7 Turatea Kabupaten Jeneponto

Setiap sekolah pasti memiliki visi dan misi, sekolah yang tidak memiliki

visi dan misi bagaikan seseorang yang berjalan tanpa memiliki arah dan tujuan.

Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan

digunakan untuk memandu perumusan misi pada sekolah, engan kata lain visi

adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang

bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi

karena visi harus mengakomodasikan semua kelompok kepentingan di sekolah,


42

misi dapat juga diartikan sebagai tindaka untuk memenuhi kepentingan tiap-tiap

kelompok yang terkait dengan sekolah.

Visi sekolah SMPN 7 Turatea : Terwujudnya warga sekolah yang berakhlak

mulia, berbudaya, berprestasi dan berwawasan lingkungan.

Misi sekoah SMPN 7 Turatea :

1. Terwujudnya pengembangan kurikulum sesui dengan kondisi sekolah

2. Terwujudnya peningkatan profesionalisme dan kompetensi pendidik

dan tenaga kependidikan

3. Terwujudnya peningkatan kemampuan warga sekolah dalam IPTEK

4. Terwujudnya pengembangan potensi siswa kreatif, inovatif,

berkualitas dan berakhlak mulia

5. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah dan rapi

6. Terwujudnya peningkatan peran serta warga sekolah, orang tua siswa

dan pemerintah dalam pengembangan pengelolalaan sekolah yang

ramah lingkungan

7. Terwujudnya pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan

kebutuhan

8. Terwujudnya pengembangan standar penilaian.

B. Letak Geografis

Kabupaten Jeneponto dengan letak geografis 5º23’12”-5º42’1,2”Lintang

Selatan (LS) dan 119º29’12”-119º56’44,9”Bujur Timur (BT) dengan posisi

strategis dan aksebilitas yang tinggi, sehingga memiliki peluang pengembangan


43

ekonomi melalui keterkaitan wilayah khususnya keterkaitan dengan daerah yang

mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya.

Ada beberapa kabupaten yang secara administratif berbatasan dengan

Kabupaten Jeneponto.Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Jeneponto

sebagai berikut:

-Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar

-Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng

-Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar

-Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

Kabupaten Jeneponto yang pusat pemerintahannya di Kota Bontosunggu

terletak 91 Km di sebelah selatanKota Makassar dengan luas wilayah tercatat

749,79 km2 atau 74.979 Ha, yang secara administratif terdiri dari 11 Kecamatan

dan 113 Desa/Kelurahan. Kecamatan Bangkala Barat merupakan kecamatan

terluas di Kabupaten Jeneponto yakni 15.269 ha atau 20,40% dari luas wilayah

Kabupaten Jeneponto, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah

Kecamatan Arungkeke dengan luas 29,91 ha atau 3,99% dari luas wilayah

Kabupaten Jeneponto.

Luas wilayah dan jumlah desa di Kabupaten Jeneponto disajikan pada Tabel :

No. Kecamatan Jumlah Luas Wilayah

Kel./Desa Luas persen

1. Bangkala 14 121,82 16,25

2. Bangkala Barat 8 152,96 20,40


44

3. Tamalatea 12 57,58 7,68

4. Bontoramba 12 88,30 11,78

5. Binamu 13 69,49 9,27

6. Turatea 11 53,76 7,17

7. Batang 6 33,04 4,41

8. Arungkeke 7 29,91 3,99

9. Tarowang 8 40,68 5,43

10. Kelara 10 43,95 5,86

11. Rumbia 13 58,30 7,78

Tabel 4.3 Luas dan jumlah desa di Kabupaten Jeneponto

C. Keadaan Penduduk

No. Kelompok Laki-laki Perempuan

Umur

1. 0-4 16,538 16,155

2. 5-9 16,774 16,566

3. 10-14 17,490 16,780

4. 15-19 16,840 16,134

5. 20-24 15,389 15,476


45

6. 25-29 14,851 16,270

7. 30-34 12,550 14,078

8. 35-39 11,970 13,513

9. 40-44 10,596 12,506

10. 45-49 10,853 12,444

11. 50-54 10,021 10,810

12. 55-59 6,603 7,793

13. 60-64 5,516 6,539

14. 65-69 3,831 4,794

15. 70-75 3,272 4,111

16. 75+ 3,272 5,264

Jumlah 176,377 189,233

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Jeneponto

D. Keadaan Pendidikan

Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah juga dikemukakan bahwa

pendidikan merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah dan


46

merupakan urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah,

khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto, harus

mempunyai perhatian yang serius dalam mengelola pendidikan.

Namun untuk mengembangkan pendidikan sebagaimana yang

diamatkan oleh Undang-Undang, Pemerintah Kabupaten Jeneponto masih

menghadapi beberapa kendala, khususnya dalam hal peningkatan potensi

Sumber Daya Manusia (SDM). Hal tersebut disebabkan karena belum

tersusunnya dokumen perencanaan yang terprogram dan

berkesinambungan, sehingga hasilnya belum sesuai yahng diharapkan oleh

semua pihak.
47

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data berupa

data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan

beberapa informan yaitu 2 orang tua siswa berprestasi selaku informan 1 dan

informan 2, 2 orang tua siswa yang kurang berprestasi selaku informan 3 dan

informan 4, dan guru SMPN 7 Turatea selaku informan 5. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari dokumentasi karena data yang diperoleh oleh peneliti

merupakan data yang didasarkan dari hasil penelitian di lapangan. Alasan peneliti

mengumpulkan data wawancara dari keempat informan adalah agar hasil

penelitian yang didapat dan ditulis bersifat objektif.

Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam proses pendidikan

karena pendidikan utama dan pertama berasal dari dalam keluarga. Awal

kehidupan seorang anak selalu didampingi oleh orang tua terutama seorang ibu,

hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-

anak mereka baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang sangat

berpengaruh. Bahkan para orang tua umumnya merasa memiliki tanggung jawab

penuh atas kehidupan anak-anaknya. Sehingga sangat tidak diragukan lagi dalam

rana pendidikan, pola asuh orang tuapun secara mendasar berpengaruh terhadap

proses belajar anak, dan secara sadar maupun tidak sadar akan memiliki dampak

47
48

yang besar terhadap motivasi bagi anak dalam kelangsungan pendidikannya

(Zubaedi, 2011: 150).

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan data-data atau dokumen tertulis

yang telah dilakukan oleh penulis yang berkaitan dengan pola asuh orang tua

terhadap motivasi belajar anak pada sekolah SMPN 7 Turatea, didapatkan hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Sekolah

SMPN 7 Turatea

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga,

mengajar, mendidik serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk

mengetahui, mengenal, mengerti dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku

yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola

asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini

tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua. Berikut hasil wawancara

peneliti dengan beberapa informan yang dianggap relevan untuk memberikan

informasi terkait “pola asuh orang tua dalam proses belajar anak”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang berprestasi

yaitu Ibu Salma selaku informan 1, menyatakan bahwa:

“Saya selalu memperhatikan anak saya belajar, mulai dari mengingatkan


jadwal belajarnya setiap hari hingga menemani ketika belajar, karena
anak sekarang kalau tidak diingatkan kadang lupa akan waktu, terlalu
sibuk bermain handphone, jadi harus selalu diingatkan agar anak tetap
belajar dengan baik. Selain itu jika anak saya kesulitan dalam belajar
saya akan selalu membantunya.” (D.1/Wawancara/16/November)
49

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh orang tua siswa yang berpestasi

yaitu Ibu Nurhayani selaku informan 2, sebagai berikut:

“Setiap anak belajar saya selalu melarang anggota keluarga yang lain
untuk menyalakan televisi di saat jam belajar, karena dapat mengganggu
konsentrasi anak. Selain itu sebelum anak selesai belajar saya akan
menyita handphonenya dulu karena kalau anak dibiasakan memegang
handphone akan menurunkan keinginan belajarnya dan tentunya itu akan
mengganggu hasil belajarnya nanti disekolah.”
(D.2/Wawancara/30/November)

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Salibone selaku informan 3, menyatakan bahwa:

“Setiap malam saya ingatkan anak untuk mengerjakan tugasnya kalau ada
tugas yang belum diselesaikan, kadang kalau ada waktu luang juga saya
mengecek kembali tugas-tugas anak yang sudah dikerjakan.”
(D.3/Wawancara/05/Desember)

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Sri kanang selaku informan 4, menyatakan bahwa:

“Saya kadang mengecek anak saat belajar, meskipun tidak terlalu sering
karena dia sudah terbiasa belajar sendiri. Tapi yah namanya juga anak-
anak kadang belajar sambil nonton tv atau belajar sambil main
handphone. Tapi saya tidak mempermasalahkan itu yang penting anak
saya punya keinginan untuk belajar. Kalau dilarang juga takutnya anak
tertekan, jadi selagi masih batas wajar yah dibiarkan saja.”
(D.4/Wawancara/15/Desember)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas menunjukkan

bahwa orang tua yang anaknya berprestasi selalu memantau jadwal belajar
50

anaknya dan menjauhkan anak dari hal-hal yang bisa mengganggu proses belajar

anak. Sedangkan orang tua yang anaknya kurang berprestasi lebih membebaskan

anaknya dalam proses belajarnya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pola

asuh orang tua yang anaknya berprestasi dengan orang tua yang anaknya kurang

berprestasi sangat berbeda.

Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong,

merangsang dan menggerakkan seseorang untuk belajar atau melakukan kegiatan

untuk mencapai suatu tujuan, atau lebih ringkasnya merupakan sesuatu yang

menggerakkan orang baik secara fisik atau mental untuk belajar atau untuk

mencapai suatu tujuan tertentu yang dikehendakinya serta mendapat kepuasan dari

hasil perbuatannya. Berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan

yang dianggap relevan untuk memberikan informasi terkait “cara orang tua dalam

memotivasi anak untuk belajar”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang berprestasi

yaitu Ibu Salma selaku informan 1, menyatakan bahwa:

“Saya sangat memotivasi anak untuk selalu meluangkan waktu untuk


belajar, karena saya sadar bahwa belajar adalah hal yang sangat penting
untuk meraih kesuksesannya nanti. Salah satu motivasi yang saya berikan
kepada anak adalah dengan memberikan hadiah ketika dia mendapatkan
nilai yang bagus dikelasnya, jadi dia lebih termotivasi untuk belajar. Saya
sebagai bundanya juga harus memberikan perhatian dan kasih sayang
kepada anak saya, karena perhatian dan kasih saya yang saya berikan
kepada anak saya akan membuat dia selalu turut dengan apa yang saya
arahkan. Selain itu saya juga berusaha untuk memenuhi perlengkapan
belajar yang dibutuhkannya agar anak saya lebih rajin belajar.”
51

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh orang tua siswa yang berpestasi

yaitu Ibu Nurhayani selaku informan 2, sebagai berikut:

“Motivasi itu memang sudah seharusnya diberikan oleh orang tua kepada
anak-anaknya supaya lebih rajin belajar, karena anak-anak memang
sangat membutuhkan dorongan dari orang tua. Saya selalu memberikan
motivasi kepada anak saya untuk belajar. Saya sering memberikan hadiah
karena anak saya paling suka bila diberi hadiah. Hadiah yang saya
berikan seperti buku tulis, pulpen, kotak pensil, tas dan alat-alat yang bisa
digunakan untuk menunjang belajarnya.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Saliboone selaku informan 3, menyatakan bahwa:

“Kita sebagai orang tua hendaknya terus memberikan dukungan kepada


semua aktivitas yang dilakukan oleh anak. Apalagi soal belajar karena
kalau mau sukses ya memang harus belajar. Tapi kembali lagi setiap anak
itu pasti punya keterbatasan kita orang tua ya hanya memberikan yang
terbaik untuk anak.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Sri Kanang selaku informan 4, menyatakan bahwa:

“Orang tua memang pendidik yang menanamkan nilai-nilai dan benih-


benih pertama dalam diri anak, jadi memang sedari kecil anak sudah saya
biasakan untuk belajar mandiri, makanya dia sampai sekarang selalu
belajar mandiri, tapi karena memang perkembangan teknologi yang
semakin canggih anak-anakpun tidak lepas akan hal itu, makanya kita
sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan anak dan mengingatkan anak
agar tidak lupa untuk belajar. Yah namanya juga anak-anak kalau tidak
diingatkan pasti akan lupa untuk belajar, mereka lebih senang main. Jadi
sudah sewajarnya kita sebagai orang tua memberikan motivasi yang baik
agar anak selalu ingat belajar.”
52

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas menunjukkan

bahwa semua orang tua menganggap pemberian motivasi kepada anak adalah satu

hal yang sudah sepatutnya diberikan oleh orang tua kepada anaknya, khususnya

dalam hal belajar. Namun cara orang tua yang anaknya berprestasi dalam

memberikan motivasi adalah dengan memberikan hadiah, dimana tujuan

pemberian hadiah tersebut agar anak lebih termotivasi dalam belajar. Sedangkan

orang tua yang anaknya kurang berprestasi adalah dengan memberikan motivasi

berupa nasehat.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru SMPN 7 Turatea sebagai

informan 5 untuk mengetaui apakah peran orang tua dalam memberikan motivasi

kepada anaknya berpengaruh terhadap perilaku anak di sekolah. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru SMPN 7 Turatea yaitu Ibu Hasnaeni, S.Pd selaku

informan 5, menyatakan bahwa:

“Siswa yang berprestasi memang rata-rata orang tuanya sering


berkomunikasi kepada saya terkait perkembangan belajar anaknya atau
menanyakan soal PR, biasanya kami berkomunikasi melalui telfon
maupun lewat SMS. Secara umum memang mereka yang masuk pada
kategori anak berprestasi lebih aktif dalam kelas, tugas-tugasnya pun
selalu dikumpulkan tepat waktu. Sedangkan anak-anak yang kurang
berprestasi cenderung tidak aktif dalam kelas, dan terkadang juga tidak
mungumpulkan tugas dengan berbagai macam alasan mulai dari lupa
bawa buku tugasnya, lupa kerja PR dan lain-lain. Dan itu semua
berdampak pada nilai akhir dari anak-anak ini. Jadi memang pola asuh
orang tua itu penting sekali untuk menumbuhkan antusias anak-anak agar
lebih termotivasi dalam mengikuti proses belajar disekolah.”
53

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas menunjukkan

bahwa pola asuh orang tua sangat memberikan efek terhadap aktivitas anak di

sekolahnya. Orang tau yang aktif memperhatikan anaknya, cenderung anaknya

pun akan aktif dalam proses belajar disekolahnya. Sedangkan, orang tua yang

kurang aktif dalam memperhatikan anaknya, cenderung anak kurang aktif dalam

proses belajar di sekolahnya.

2. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Anak Pada Sekolah SMPN 7 Turatea

Kendala merupakan rintangan yang dihadapi oleh seseorang dalam

menjalankan suatu hal bahkan bisa saja berakibat pada kegagalan. Begitupun

orang tua yang tidak lepas dari berbagai kendala yang terjadi dalam proses

memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar. Berdasarkan hasil

wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa informan menjelaskan bahwa

pola asuh yang diterapkan kadang mengalami sedikit kesulitan. Hasil wawancara

dengan orang tua siswa yang berprestasi yaitu Ibu Salma selaku informan 1,

menyatakan bahwa:

“Kendalanya kadang ketika mood anak lagi turun ya kadang keinginan


belajarnya juga menurun. Kondisi kesehatan fisik anak juga kadang
menyebabkan motivasi belajar anak menjadi turun. Selain itu, faktor main
handphone juga sangat mempengaruhi karena kadang anak lupa diri
untuk belajar.”

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh orang tua siswa yang berpestasi

yaitu Nurhayani selaku informan 2, sebagai berikut:


54

“Kendalanya karena kemajuan teknologi yang semakin canggih jadi anak


kadang selalu mau main handphone, jadi kalau tidak dibatasi akan
membuat anak lupa waktu.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Salibone selaku informan 3, menyatakan bahwa:

“Kendalanya karena kami ini sibuk bekerja, jadi kadang kalau pekerjaan
numpuk dikantor jadinya waktu untuk mengontrol tugas anak juga jadi
berkurang.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Sri Kanang selaku informan 4, menyatakan bahwa:

“Kendalanya kadang handphone, meskipun belajar tapi handphonenya


juga selalu menemani jadi mungkin akan kurang fokus, tapi mau dilarang
juga takut anak jadi terkekang. Jadi dibiarkan saja yang penting anak
tetap belajar.”

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas menunjukkan

bahwa kendala yang dihadapi orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar

anak adalah rata-rata anak terpengaruh dengan handphone sehingga membuat

fokus mereka dalam belajar terkadang jadi terpecah, selain itu kendala orang tua

terkendala dalam waktu ketika pekerjaan ditempat kerjanya juga menumpuk.

3. Solusi Yang Dilakukan Orang Tua Agar Anak Tetap Termotivasi

Untuk Belajar Pada Sekolah SMPN 7 Turatea

Setiap kendala yang dihadapi tentunya tidak lepas dari solusi yang bisa

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Adapun solusi yang lakukan oleh orang

tua untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam proses memotivasi anak untuk
55

tetap lebih giat dalam belajar bermacam-macam. Berikut hasil wawancara dengan

orang tua siswa yang berprestasi yaitu Ibu Salma selaku informan 1, menyatakan

bahwa:

“Solusinya selalu diberi pemahaman akan pentingnya belajar. Selain itu


kita lakukan aturan yang ketat, jadi kalau sudah jam belajar handphone
anak akan disita. Kalau sudah selesai belajar baru dibebaskan kembali
untuk main handphone. Anak juga tidak bisa dihalangi untuk bermain
handphone, takutnya anak ketinggalan zaman kalau terlalu dibatasi juga.”

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh orang tua siswa yang berpestasi

yaitu Ibu Nurhayani selaku informan 2, sebagai berikut:

“Di nasehati dulu dengan baik. Tapi kalau sudah membandel baru
handphonenya saya sita, jika sudah dikasi tau tapi belum juga bergerak
untuk belajar. Karena kalau kita tidak tegas, anak juga akan tetap
melakukan apa yang menurutnya menyenangkan. Jadi kita sebagai orang
tua harus punya pendirian juga, inikan untuk kebaikan anak masa
depannya juga.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Salibone selaku informan 3, menyatakan bahwa:

“Kadang saya suruh kakaknya untuk membantu tugas-tugasnya yang tidak


bisa dia kerjakan kalau kami orang tuanya lagi sibuk bekerja.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa yang kurang

berprestasi yaitu Ibu Sri Kanang selaku informan 4, menyatakan bahwa:

“Kita nasehati dan diberi pemahaman bahwa belajar itu sangat perlu,
karena untuk menjadi orang sukses caranya memang harus belajar. Kalau
hukuman sendiri, keluarga ku tidak membiasakan memberi hukuman, lebih
56

baik dinasehati saja. Selagi perbuatan anak masih dalam batas wajar
dibiarkan saja.”

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas menunjukkan

bahwa solusi yang dilakukan oleh orang tua dari siswa yang berprestasi adalah

dengan membuat aturan yang ketat dan tegas. Sedangkan solusi yang dilakukan

oleh orang tua dari siwa yang kurang berprestasi adalah dengan memberikan

hukuman kepada anak, serta meminta bantuan dari anggota keluarga ketika ada

tugas anak yang tidak mampu dikerjakan.

B. Pembahasan

1. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Sekolah

SMPN 7 Turatea

Setiap orang tua mengharapkan anaknya untuk sukses. Banyak cara yang

dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankannya

ada yang berhasil, ada juga yang tidak. Pola asuh orang tua merupakan salah satu

cara yang memberikan pengaruh untuk mencapai tujuan tersebut. Dimana pola

asuh dari orang tua merupakan lingkungan hidup pertama yang sangat

memberikan pengaruh terhadap segala aktivitas anak, khususnya dalam hal

pendidikan. Untuk mendapatkan sebuah prestasi belajar yang baik, kegiatan yang

wajib dilaksanakan adalah belajar. Dalam hal ini pola asuh orang tua sangat

berperan penting karena orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memberikan

motivasi kepada anaknya dalam belajar serta memberikan bimbingan.

Menurut Zubaedi (2011: 150) pola asuh orang tua memiliki peran penting

dalam proses pendidikan karena pendidikan utama dan pertama berasal dari dalam
57

keluarga. Awal kehidupan seorang anak selalu didampingi oleh orang tua

terutama seorang ibu, hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab setiap orang

tua atas kehidupan anak-anak mereka baik dimasa sekarang maupun dimasa yang

akan datang sangat berpengaruh. Bahkan para orang tua umumnya merasa

memiliki tanggung jawab penuh atas kehidupan anak-anaknya. Sehingga sangat

tidak diragukan lagi dalam rana pendidikan, pola asuh orang tuapun secara

mendasar berpengaruh terhadap proses belajar anak, dan secara sadar maupun

tidak sadar akan memiliki dampak yang besar terhadap motivasi bagi anak dalam

kelangsungan pendidikannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,

menunjukkan bahwa pola asuh orang tua siswa SMPN 7 Turatea ada 2, antara

lain:

a. Pola Asuh Demokratis

Dalam hal ini orang tua siswa berprestasi pada SMPN 7 Turatea

cenderung menggunakan pola pengasuhan secara demokratis, dimana

berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya menjelaskan

bahwa orang tua yang anaknya berprestasi selalu memantau jadwal belajar

anaknya dan menjauhkan anak dari hal-hal yang bisa mengganggu proses

belajar anak. Dimana dalam proses belajar anak ada aturan yang dibuat

sehingga anak tidak semuanya bertindak sesuai keinginan, tetapi masih dalam

ikatan aturan yang telah dibuat oleh orang tua, dimana hal ini dilakukan

dengan tujuan agar anak tetap bisa fokus dalam belajar sehingga motivasinya
58

untuk belajar terus meningkat, dan tentunya hal tersebut akan memberikan

efek yang baik untuk kemajuan aktivitas dan nilai anak disekolah.

Hal tersebut sejalan dengan pendapatan Wibowo (2013: 76-77)

mengenai pola asuh demokratis, dimana dijelaskan bahwa pola asuh

demokratis merupakan pola asuh orang tua yang ditandai dengan orang tua

memberikan kebebasan kepada anak untuk berpendapat dan menentukan

masa depannya. Sehingga orang tua yang memiliki pola asuh seperti ini

cenderung memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapatan dan

berkehandak sesuai dengan apa yang dikehendakinya, tetapi tetap dalam

kontrol orangtua yang mengikat.

Cara orang tua dari siswa yang berprestasi di SMPN 7 Turatea dalam

meningkatkan motivasi anaknya untuk belajar adalah dengan memberikan

hadiah, kasih sayang, serta perhatian.

1) Hadiah

Menurut Djamarah (2018:37), pemberian hadiah dalam pendidikan

merupakan sebuah alat yang berupa tindakan pendidik yang dapat

mempengaruhi tingkah laku anak didik. Pemberian hadian ini berfungsi

sebagai insentif karena menjadi sesuatu yang penting bagi anak yang dapat

membesarkan kemungkinan bertambah giatnya usaha mempertinggi/

memperbaiki prestasi, sehingga pemberian hadiah sangat penting untuk

meningkatkan motivasi kegiatan yang produktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya pemberian hadiah maka akan memacu


59

semangat anak untuk bisa belajar lebih giat lagi, disamping itu siswa akan

termotivasi untuk menjadi lebih unggul diantara teman-temannya. Hadiah

ini dapat berupa buku tulis, pulpen, tas dan lain-lainnya.

2) Kasih sayang

Menurut Muhibbin (2010: 13), kasih sayang mempunyai pengaruh

yang kuat pada semua orang tua dan hal ini mempengaruhi tumbuh

kembang anak salah satunya dalam hal pendidikan, adapun manfaatnya

adalah dapat meningkatkan kinerja otak anak, memberikan timbal balik

yang positif kepada orang tua, anak lebih terbuka dengan orang tua, serta

anak lebih termotivasi untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki orang

tua dengan senang hati.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya kasih sayang dari orang tua maka akan

memacu semangat anak untuk bersikap positif, serta belajar lebih giat lagi

sesuai keinginan orang tuanya. Disamping itu siswa akan termotivasi

untuk menjadi lebih baik.

3) Perhatian

Menurut Hamzah (2008: 21), anak yang mendapatkan perhatian

dan kasih sayang yang penuh dari keluarga akan menciptakan perilaku

yang positif dalam hal kegiatan belajar anak, salah satunya dalam hal

memotivasi anak agar memiliki kemauan yang tinggi dalam melakukan

kegiatan belajar.
60

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya perhatian dari orang tua maka akan

memacu semangat anak untuk bersikap positif, serta belajar lebih giat lagi

dalam belajar. Disamping itu siswa akan lebih mempersiapkan dirinya

dengan lebih baik ketika belajar disekolah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fitriyah Indiriani (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Anak Berprestasi Di Sekolah (Studi Kasis Di SMP

Negeri 1 Pandaan)”. Dimana hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pola

asuh yang digunakan oleh orang tua yang anaknya berprestasi adalah pola

asuh yang bersifat demokratis, dimana salah satu upaya yang dilakuakn oleh

orang tua adalah dengan memberikan dorongan kepada anak berupa

pemberian hadiah, menyediakan fasilitas belajar yang lengkap dirumah, serta

mendampingi anak saat belajar dirumah.

b. Pola Asuh Permisif

Dalam hal ini orang tua siswa yang kurang berprestasi pada SMPN 7

Turatea cenderung menggunakan pola pengasuhan secara permisif, dimana

berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya menjelaskan

bahwa orang tua yang anaknya kurang berprestasi kurang intens dalam

memantau anak-anaknya untuk belajar, hal tersebut disebabkan fokus orang

tua yang terbagi antara pekerjaan dan proses belajar anak dirumah, sehingga

kontrol orang tua tergolong rendah. Dimana dalam proses belajar anak diberi
61

kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri, sedangkan orang tidak tidak

memiliki aturan yang tegas terhadap anak.

Hal tersebut sejalan dengan pendapatan Wibowo (2013: 79) mengenai

pola asuh permisif, dimana dijelaskan bahwa pola asuh permisif merupakan

pola asuh orang tua yang serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang

tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung

memanjakan, ingin dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya

cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Tipe

orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan

kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali dan kurang tegas

dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada. Anak sedikit sekali dituntut

untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang

dewasa.

Adapun cara orang tua dari siswa yang kurang berprestasi di SMPN 7

Turatea dalam meningkatkan motivasi anaknya untuk belajar adalah dengan

memberikan motivasi berupa nasehat. Hal ini juga memberikan efek yang

baik untuk memotivasi anak. Menurut Hamzah (2008:23), nasehat merupakan

suatu cara yang dapat digunakan untuk mengingatkan seseorang bahwa segala

bentuk perbuatan yang dilakukan tentunya memiliki konsekuensi tersendiri

nantinya, sehingga nasehat orang tua pada anaknya sangat berpengaruh

penting agar tumbuh kembang anak khususnya dalam proses pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sehingga dapat disimpulkan

bahwa dengan adanya nasehat dari orang tua maka akan memberikan
62

pemahaman kepada anak bahwa apa yang akan dilakukan dikemudian hari

akan memiliki konsekuensi tersendiri, seperti rajin belajar maka nantinya

akan memberikan efek yang baik untuk masa depannya, sedangkan malas

belajar akan memberikan efek yang kurang baik untuk masa depannya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Nur

Fadhilah dkk (2019), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Dimana hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh permisif

disebabkan karena faktor orang tua tersebut sibuk bekerja sehingga anak

kurang termotivasi untuk belajar.

Dalam Islam juga dijelaskan bahwa cara orang tua dalam mendidik anak

sangat penting, sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT yaitu pada Q.S

At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:

Yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Kementrian Agama, 2015).

Berdasarkan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa keluarga merupakan

tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Sehingga sudah menjadi

kewajiban orang tua dalam hal membimbing anak agar menjadi pribadi menjadi

yang lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki

kewajiban untuk membimbing anak-anaknya agar menjadi pribadi yang baik,


63

salah satunya dengan mengajarkan anak untuk mandiri sejak usia dini, karena

dengan mengajari anak untuk mandiri sejak dini, sehingga anak akan terlatih

untuk dapat memiliki tanggung jawab atas apa yang seharusnya menjadi

kewajibannya untuk dikerjakan.

2. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Anak Pada Sekolah SMPN 7 Turatea

Kendala merupakan rintangan yang dihadapi oleh seseorang dalam

menjalankan suatu hal bahkan bisa saja berakibat pada kegagalan. Begitupun

orang tua yang tidak lepas dari berbagai kendala yang terjadi dalam proses

memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar. Dalam hal ini ada beberapa

kendala yang dihadapi oleh orang tua siswa SMPN 7 Turatea, antara lain:

a. Kondisi anak

Menurut Sardiman (2011: 66), faktor penghambat orang tua dalam

meningkatkan motivasi belajar anak adalah kondisi anak. Setiap anak

memiliki kondisi yang berbeda-beda, dimana kondisi tersebut akan

mempengaruhi kemauan serta motivasi anak dalam belajar, salah satunya

mengenai kondisi fisik yang kurang sehat ataupun kemauan belajar yang

kurang sehingga menyebabkan motivasi anak menjadi turun.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya

menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi orang tua dalam meningkatkan

motivasi belajar anak adalah kondisi anak karena kondisi fisik anak yang bisa

saja menurun diwaktu-waktu tertentu, serta kemauan belajar anak yang

dimungkinkan juga menurun.


64

b. Kesibukan orang tua

Menurut Sardiman (2011: 67), faktor penghambat orang tua dalam

meningkatkan motivasi belajar anak adalah kesibukan orang tua.

Mendampingi anak belajar merupakan salah satu bentuk perhatian orang tua

terhadap anak, namun orang tua yang kurang meluangkan waktu untuk

mendampingi anak belajar karena baik ayah maupun ibu sama-sama bekerja

di luar rumah akan menurunkan motivasi belajar anak karena kurang

mendapat perhatian secara intens dari orang tua.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya

menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi orang tua dalam meningkatkan

motivasi belajar anak adalah kondisi orang tua karena ketidakmampuan orang

tua dalam membagi waktu antara pekerjaan dengan proses membimbing anak

pada kegiatan belajarnya.

c. Keadaan sekitar

Menurut Sardiman (2011: 67), faktor penghambat orang tua dalam

meningkatkan motivasi belajar anak adalah keadaan sekitar. Keadaan sekitar

merupakan hal yang sangat mempengaruhi perilaku anak salah satunya dalam

memotivasi untuk belajar, seperti lingkungan pertemanan, lingkungan

keluarga, serta lingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya

menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi orang tua dalam meningkatkan

motivasi belajar anak adalah keadaan sekitar seperti pengaruh teknologi yaitu

penggungaan handphone.
65

3. Solusi Yang Dilakukan Orang Tua Agar Anak Tetap Termotivasi

Untuk Belajar Pada Sekolah SMPN 7 Turatea

Setiap kendala yang dihadapi tentunya tidak lepas dari solusi yang bisa

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Adapun solusi yang lakukan oleh orang

tua siswa SMPN 7 Turatea untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam proses

memotivasi anak untuk tetap termotivasi dalam belajar bermacam-macam, antara

lain:

a. Anak diberi nasehat akan pemahaman tentang pentingnya belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya

menjelaskan bahwa solusi yang dilakukan oleh orang tua dari siswa adalah

dengan memberi nasehat dalam memberikan pemahaman akan pentingnya

belajar sehingga anak akan lebih termotivasi untuk belajar. Menurut Hamzah

(2008:23), nasehat merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk

mengingatkan seseorang bahwa segala bentuk perbuatan yang dilakukan

tentunya memiliki konsekuensi tersendiri nantinya, sehingga nasehat orang

tua pada anaknya sangat berpengaruh penting agar tumbuh kembang anak

khususnya dalam proses pendidikan. Hal ini dilakukukan oleh orang tua yang

anaknya berprestasi maupun yang anaknya kurang berprestasi.

b. Membuat aturan yang tegas kepada anak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya

menjelaskan bahwa solusi yang dilakukan oleh orang tua dari siswa adalah

dengan membuat aturan yang tegas kepada anak. Hal ini dominan dilakukan

oleh orang tua yang anaknya berprestasi, dimana tipe orang tua seperti ini
66

kadang membuat aturan yang tegas untuk menghidari anak terpengaruh

dengan faktor-faktor lain yang dimungkinkan bisa membuat motivasi

belajarnya menurun, selain itu agar anak tidak semenah-menah dalam berbuat

dalam artian anak masih bisa tunduk dengan keinginan dari orang tua tapi

tidak terkekang akan aturan tersebut.

c. Meminta bantuan anggota keluarga lain ketika orang tua tidak memiliki

waktu untuk membantu anak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya

menjelaskan bahwa solusi yang dilakukan oleh orang tua dari siswa adalah

dengan meminta bantuan kepada anggota keluarga yang lain, hal ini dominan

dilakukan oleh orang tua anaknya kurang berprestasi, yang terkadang tidak

memiliki kemampuan untuk meluangkan waktunya antara pekerjaan dan

kemampuan untuk membantu anak dalam pendidikannya.


67

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan

yang telah diuraikan pada bab VI mengenai pola asuh orang tua terhadap motivasi

belajar anak pada sekolah SMPN 7 Turatea. Maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua yang anaknya berprestasi dan kurang

berprestasi dalam hal memotivasi anaknya untuk belajar sangat berbeda,

dimana orang tua yang anaknya berprestasi menggunakan pola asuh yang

bersifat demokratis cenderung mampu meluangkan waktunya untuk anak,

selain itu mereka memberikan hadiah, kasih sayang serta perhatian kepada

anaknya untuk lebih meningkatkan motivasi anak. Sedangkan orang tua yang

anaknya kurang berprestasi menggunakan pola asuh yang bersifat permisif

cenderung kurang mampu meluangkan waktunya untuk anak, tetapi tetap

memberikan nasehat kepada anak sebagai bentuk upaya meningkatkan

motivasi belajar anak.

2. Kendala yang dihadapi oleh orang tua siswa SMPN 7 Turatea dalam

memotivasi anaknya ada tiga hal antara lain kondisi anak, kesibukan orang

tua serta keadaan sekitar.

3. Solusi yang dilakukan oleh orang tua siswa SMPN 7 Turatea dalam

mengatasi masalah yang dihadapi pada proses memotivasi anak untuk belajar

ada tiga hal, antara lain: anak diberi nasehat akan pemahaman tentang

67
68

pentingnya belajar, membuat aturan yang tegas kepada anak, serta meminta

bantuan anggota keluarga lain ketika orang tua tidak memiliki waktu untuk

membantu anak dalam belajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan maka penelitian ini dapat

memberikan saran kepada beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi Orang Tua

Diharapkan bagi orang tua khususnya orang tua siswa SMPN 7 Turatea untuk

terus meningkatkan motivasi anak dalam belajar agar anak lebih giat dan

sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, karena orang tua memiliki andil

yang cukup penting dalam hal memotivasi anak dalam proses pendidikannya.

Orang tua merupakan salah satu penentu masa depan anak, sehingga

pengorbanan yang tulus hendaknya diberikan sejak dini agar menunjang

kemajuan anaknya kelak.

2. Bagi anak

Diharapkan anak selalu menumbuhkan semangat untuk belajar meskipun

tanpa adanya paksaan dari orang tua, karena ketika anak belajar dengan giat

maka akan memberikan efek yang positif untuk masa depan yang baik

nantinya. Serta aktivitas yang berlangsung disekolah maupun dirumah juga

dapat menjadi lebih baik lagi.


69

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya bisa lebih mengembangakan penelitian yang

sudah ada dalam hal pemberian motivasi kepada anak, seperti melihat dari

sisi ekonomi orang tua, lingkungan sekitar anak dan lain-lainnya.


72

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2015).Metode Penelitian Kualitatif: Upaya mendukung Penggunaan


Penelitian Kualitati fdalam Berbagai Disiplin Ilmu, Jakarta: Rajawali
Pers.

Aisyah, St. (2010). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Agresivitas
Anak, 1-24.

Ayu Hidayatul M, Fuji. (2018). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan
Penggunaan Gadget Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Siswa
Kelas Vii Smp Negeri 1 Singosari, 1-123.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2018). Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam
Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta:
Rineka Cipta.

Eva, Latifah. (2012). Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pedagogia.

Fadhillah, Tri Nur. (2019). Analisis Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi
Belajar Siswa, 2(2), 249-255.

Hamzah, B Uni. (2008). Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi


Aksara.

Harianti, Rini. (2016). Pola Asuh Orang Tua dan Lingkungan Pembelajaran
Terhadap Motivasi Belajar Siswa, 1(2), 20-29.

Https://kbbi.web.id/asuh, diakses pada hari minggu 5 Juli 2020 pada jam 21.32.

Indriani, Fitriyah. (2008). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Berprestasi Di
Sekolah (Studi Kasus Di SMP Negeri I Pandaan). Skripsi. Universitas Islam
Negeri Malang.

John W. Creswel. (2016). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif.

Kementerian Agama. Al-Qur‟an Dan Terjemahan. (Semarang: PT Karya Toha


Putra, 2015).

Kurniawan, Didik. (2014). Pengaruh Perhatian Orang Tua, Motivasi Belajar, dan
Lingkungan Sosial terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta didik
SMP Negeri 20 Mataram NTB, 1(2), 1-9.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
73

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Muhibbin, Syah. (2010). Psikologi Pendidikan: Pendekatan Baru. Bandung: PT


Ramaja Rosdakarya.

Nur, Andi Saparuddin. (2016). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Konsep Diri, dan
Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta didik
Kelas IX SMP Negeri di Kota Merauke, 2(2), 89-96.

Nursalam, Suardi. (2016). Teori Sosiologi, Yogyakarta: Writing Revolution.

Ritzer, George. (2014). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali


Pers.

Septiani, Bety Bea. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua,
Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Susanto, A.H.E. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Motivasi Berprestasi Peserta didik Kelas VIII di SMP Negeri 1
Sangkapura Gresik, 1(2), 362-367.

Uno, A Hamzah,. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang


Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Wiwobo, Agus. (2013). Pendidikan Karakter Usia Dini Strategi Membangun


Karakter Di Usia Emas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, Syamsul. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam


Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
74

Lampiran 1

HASIL WAWANCARA

**Informan 1**
Nama Informan : Salma
Waktu Wawancara : 16 November 2020

1. Bagaimana pola asuh orang tua terkait proses belajar anak di rumah?

Jawaban: Saya selalu memperhatikan anak saya belajar, mulai dari

mengingatkan jadwal belajarnya setiap hari hingga menemani

ketika belajar, karena anak sekarang kalau tidak diingatkan kadang

lupa akan waktu, terlalu fokus bermain handphone, jadi harus

selalu diingatkan agar anak tetap belajar dengan baik. Selain itu

jika anak saya kesulitan dalam belajar saya akan selalu

membantunya

2. Bagaimana cara orang tua dalam memberikan motivasi kepada anak untuk

mau belajar?

Jawaban: Saya sangat memotivasi anak untuk selalu meluangkan waktu

untuk belajar, karena saya sadar bahwa belajar adalah hal yang

sangat penting untuk meraih kesuksesannya kelak. Salah satu

motivasi yang saya berikan kepada anak adalah dengan

memberikan hadiah ketika dia mendapatkan nilai yang bagus

dikelasnya, jadi dia lebih termotivasi untuk belajar. Saya sebagai

bundanya juga harus memberikan perhatian dan kasih sayang


75

kepada anak saya, karena perhatian dan kasih saya yang saya

berikan kepada anak saya akan membuat dia selalu turut dengan

apa yang saya arahkan. Selain itu saya juga berusaha untuk

memenuhi perlengkapan belajar yang dibutuhkannya agar anak

saya lebih rajin belajar

3. Kendala apa yang sering dihadapi orang tua dalam memberikan motivasi

kepada anak dalam proses belajarnya?

Jawaban: Kendalanya kadang ketika mood anak lagi turun ya kadang

keinginan belajarnya juga menurun. Kondisi kesehatan fisik anak

juga kadang menyebabkan motivasi belajar anak menjadi turun.

Selain itu, faktor main handphone juga sangat mempengaruhi

karena kadang anak lupa diri untuk belajar

4. Solusi apa yang dilakukan orang tua untuk mengatasi kendala yang dihadapi

dalam memberikan motivasi kepada anak?

Jawaban: Solusinya selalu diberi pemahaman akan pentingnya belajar. Selain

itu kita lakukan aturan yang ketat, jadi kalau sudah jam belajar

handphone anak akan disita. Kalau sudah selesai belajar baru

dibebaskan kembali untuk main handphone. Anak juga tidak bisa

dihalangi untuk bermain handphone, takutnya anak ketinggalan

zaman kalau terlalu dibatasi juga


76

**Informan 2**
Nama Informan : Nurhayani
Waktu Wawancara : 30 November 2020

1. Bagaimana pola asuh orang tua terkait proses belajar anak di rumah?

Jawaban: Setiap anak belajar saya selalu melarang anggota keluarga yang

lain untuk menyalakan televisi di saat jam belajar, karena dapat

mengganggu konsentrasi anak. Selain itu sebelum anak selesai

belajar saya akan menyita handphonenya dulu karena kalau anak

dibiasakan memegang handphone akan menurunkan keinginan

belajarnya dan tentunya itu akan mengganggu hasil belajarnya

nanti disekolah

2. Bagaimana cara orang tua dalam memberikan motivasi kepada anak untuk

mau belajar?

Jawaban: Motivasi itu memang sudah seharusnya diberikan oleh orang tua

kepada anak-anaknya supaya lebih rajib belajar, karena anak-anak

memang sangat membutuhkan dorongan dari orang tua. Saya selalu

memberikan motivasi kepada anak saya untuk belajar. Saya sering

memberikan hadiah karena anak saya paling suka bila diberi

hadiah. Hadiah yang saya berikan seperti buku tulis, pulpen, kotak

pensil, tas dan alat-alat yang bisa digunakan untuk menunjang

belajarnya
77

3. Kendala apa yang sering dihadapi orang tua dalam memberikan motivasi

kepada anak dalam proses belajarnya?

Jawaban: Kendalanya karena kemajuan teknologi yang semakin canggih jadi

anak kadang selalu mau main handphone, jadi kalau tidak dibatasi

akan membuat anak lupa waktu

4. Solusi apa yang dilakukan orang tua untuk mengatasi kendala yang dihadapi

dalam memberikan motivasi kepada anak?

Jawaban: Di nasehati dulu dengan baik. Tapi kalau sudah membandel baru

handphonenya kami sita, jika sudah dikasi tau tapi belum juga

bergerak untuk belajar. Karena kalau kita tidak tegas, anak juga

akan tetap melakukan apa yang menurutnya menyenangkan. Jadi

kita sebagai orang tua harus punya pendirian juga, inikan untuk

kebaikan anak masa depannya juga


78

**Informan 3**
Nama Informan : Salibone
Waktu Wawancara : 05 Desember 2020

1. Bagaimana pola asuh orang tua terkait proses belajar anak di rumah?

Jawaban: Setiap malam saya ingatkan anak untuk mengerjakan tugasnya

kalau ada tugas yang belum diselesaikan, kadang kalau ada waktu

luang juga saya mengecek kembali tugas-tugas anak yang sudah

dikerjakan

2. Bagaimana cara orang tua dalam memberikan motivasi kepada anak untuk

mau belajar?

Jawaban: Kita sebagai orang tua hendaknya terus memberikan dukungan

kepada semua aktivitas yang dilakukan oleh anak. Apalagi soal

belajar karena kalau mau sukses ya memang harus belajar. Tapi

kembali lagi setiap anak itu pasti punya keterbatasan kita orang tua

ya hanya memberikan yang terbaik untuk anak

3. Kendala apa yang sering dihadapi orang tua dalam memberikan motivasi

kepada anak dalam proses belajarnya?

Jawaban: Kendalanya karena kami ini sibuk bekerja, jadi kadang kalau

pekerjaan numpuk dikantor jadinya waktu untuk mengontrol tugas

anak juga jadi berkurang


79

4. Solusi apa yang dilakukan orang tua untuk mengatasi kendala yang dihadapi

dalam memberikan motivasi kepada anak?

Jawaban: Kadang kami suruh kakaknya untuk membantu tugas-tugasnya

yang tidak bisa dia kerjakan kalau kami orang tuanya lagi sibuk

bekerja

**Informan 4**
Nama Informan : Sri Kanang
Waktu Wawancara : 15 Desember 2020

1. Bagaimana pola asuh orang tua terkait proses belajar anak di rumah?

Jawaban: Saya kadang mengecek anak saat belajar, meskipun tidak terlalu

sering karena dia sudah terbiasa belajar sendiri. Tapi yah namanya

juga anak-anak kadang belajar sambil nonton tv atau belajar sambil

main handphone. Tapi saya tidak mempermasalahkan itu yang

penting anak saya punya keinginan untuk belajar. Kalau dilarang

juga takutnya anak tertekan, jadi selagi masih batas wajar yah

dibiarkan saja

2. Bagaimana cara orang tua dalam memberikan motivasi kepada anak untuk

mau belajar?

Jawaban: Orang tua memang pendidik yang menanamkan nilai-nilai dan

benih-benih pertama dalam diri anak, jadi memang sedari kecil

anak sudah saya biasakan untuk belajar mandiri, makanya dia

sampai sekarang selalu belajar mandiri, tapi karena memang


80

perkembangan teknologi yang semakin canggih anak-anakpun

tidak lepas akan hal itu, makanya kita sebagai orang tua hanya bisa

mengarahkan anak dan mengingatkan anak agar tidak lupa untuk

belajar. Namanya juga anak-anak kalau tidak diingatkan pasti akan

lupa untuk belajar, mereka lebih senang main. Jadi sudah

sewajarnya kita sebagai orang tua memberikan motivasi yang baik

agar anak selalu ingat belajar

3. Kendala apa yang sering dihadapi orang tua dalam memberikan motivasi

kepada anak dalam proses belajarnya?

Jawaban: Kendalanya kadang handphone, meskipun belajar tapi

handphonenya juga selalu menemani jadi mungkin akan kurang

fokus, tapi mau dilarang juga takutnya anak jadi terkekang. Jadi

dibiarkan saja yang penting anak tetap belajar

4. Solusi apa yang dilakukan orang tua untuk mengatasi kendala yang dihadapi

dalam memberikan motivasi kepada anak?

Jawaban: Kita nasehati dan diberi pemahaman bahwa belajar itu sangat perlu,

karena untuk menjadi orang sukses caranya memang harus belajar.

Kalau hukuman sendiri, keluarga kami tidak membiasakan

memberi hukuman, lebih baik dinasehati saja. Selagi perbuatan

anak masih dalam batas wajar dibiarkan saja


81

**Informan 5**
Nama Informan : Hasnaeni, S.Pd
Waktu Wawancara : 14 Desember 2020

1. Bagaimana perhatian orang tua terkait proses belajar anak?

Jawaban: Siswa yang berprestasi memang rata-rata orang tuanya sering

berkomunikasi kepada saya terkait perkembangan belajar anaknya

atau menanyakan soal PR, biasanya kami berkomunikasi melalui

telfon maupun lewat SMS. Dan itu semua berdampak pada nilai

akhir dari anak-anak ini.

2. Bagaimana sikap anak pada saat di sekolah?

Jawaban: Secara umum memang mereka yang masuk pada kategori anak

berprestasi lebih aktif dalam kelas, tugas-tugasnya pun selalu

dikumpulkan tepat waktu. Sedangkan anak-anak yang kurang

berprestasi cenderung tidak aktif dalam kelas, dan terkadang juga

tidak mungumpulkan tugas dengan berbagai macam alasan mulai

dari lupa bawa buku tugasnya, lupa kerja PR dan lain-lain.

3. Sebarapa penting pola asuh orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar

anak?

Jawaban: Pola asuh orang tua itu penting sekali untuk menumbuhkan

antusias anak-anak agar lebih termotivasi dalam mengikuti proses

belajar disekolah
82

DOKUMENTASI
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103

RIWAYAT HIDUP

N
Nirawanti Triutami, Lahir di Kabupaten Jeneponto tepatnya di

Kecamatan Turatea Desa Bontomatene’, Rabu 10 Juni 1998.

Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Supadio dan

Salma. Penulis pertama kali masuk di pendidikan formal di

sekolah dasar di SDN 90 Parasangan Beru pada tahun 2004 dan lulus pada tahun

2010. Setelah tamat SD, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah

pertama di SMPN 1 Turatea pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013.

Kemudian penulis melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMN 1 Turatea

masuk pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016. Dan pada tahun 2016 penulis

melanjutkan mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah

Makassar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, pada Program Studi

Pendidikan Sosiologi, Penulis menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada tahun

2021.

Anda mungkin juga menyukai