Anda di halaman 1dari 128

ANALISIS SOSIAL TERHADAP SEKOLAH UNGGULAN DAN NON

UNGGULAN KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Ujian Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

SRI IRIL ANJANI SUHARMIN

10538325215

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

i
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Hari ini saya tumbang tapi ingat masih ada kata suatu saat

Dalam menuju suatu saat saya akan menempuh proses

Karena proses suatu saat itu adalah seni dalam kehidupan bukan suatu saatnya maka

Nikmatilah proses suatu saat mu

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas
ridho,nikmat dan kemudahan yang diberikan sehingga tugas akhir skripsi ini dapat
terselesaikan. Tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

 Ibuku sayang (Herna), terimakasih atas pengorbanan, kasih sayang dan


doa yang selalu dipanjatkan untuk mengiringi di setiap langkah dalam
hidupku
 Ayahku sayang (Suharmin), terima kasih atas segala pengorbanan,
bimbingan,motivasi serta rangkulan dan dukungan ayah selama ini
sehingga saya mampu menjalani proses dalam hidupku ini.
 Keluarga besar Patji dan Ambe’ Suha, yang mana selalu memberikan
support dan dukungan dalam menghadapi perihnya sebuah perjuangan
 Keluarga besar Rumah Ceria dan Teman-teman P2K serta keluarga
besar SMP Negeri 1 Parangloe, yang mengajarkan arti
persaudaraan,kebersamaan atau arti sosial yang sebenar-benarnya
 Keluarga besar pendidikan sosiologi C 15, teman seperjuangankuh
sampai pada tahap akhir ini di kampus universitas muhammadiyah
makassar

vi
ABSTARAK

SRI IRIL ANJANI SUHARMIN , 10538325215 Analisis Sosial Terhadap


Sekolah Unggulan Dan Non Unggulan Kabupaten Enrekang. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh
H. Nursalam dan Risfaisal selaku pembimbing I dan Pembimbing II
Tujuan umum dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sudut pandang
sosial tentang perbedaan kualitas antara sekolah unggulan dan non
unggulan,Untuk mengetahui persepsi masyarakat dari segi kekurangan, dan
kelebihan antar sekolah unggulan dan non unggulan. Secara khusus penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang
Mengetahui secara khusus yang menjadi wacana perbedaan di sosial tentang
sekolah unggulan dan non unggulan Faktor-faktor yang membedakan antar
sekolah unngulan dan non unggulan. adapun Jenis penelitian yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah Jenis penelitian kualitatif dan Pendekatan
dalam penelitian ini yaitu pendekatan fenomenologi
Adapun Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian Data, Penarikan Kesimpulan dan
verifikasi danselain itu adapun Instrumen Penelitian di lakukan peneliti sebgaia
berikut Interview atau wawancara dan Observasi
Hasil analisis dari hasil wawancara dengan masyarakat berkaitan dengan
sudut pandang terhadap sekolah unggulan dan non unggulan di mana masyarakat
melihat kualitas sekolah dari segi fasilitas yang layak dan itu hanya dimiliki oleh
sekolah unggulan di mana fasilitas dalam hal dunia pendidikan hampir semua
mencakupi di sekolah unggulan sedangkan sekolah non unggulan bukannya tidak
memiliki Cuma kurang maksimal, Yang selanjutnya kualitas yang di hasilkan oleh
sekolah unggulan lebih baik dibandingkan sekolah non unggulan di mana sistem
cara mendidik di sekolah unggulan lebih baik dibandingkan di sekolah non
unggulan,
Sesuai hasil penelitia di mana pendapat dari pihak pemerintah yang hanya
menjalankan aturan sudah di perlakukan, pemerintah tidak aslal ambil keputusan
di mana parapemerintah hanya mengikutu seusatu yang sudah di tetapkan dalam
hal pengadaan sekolah unggulan dan non unggulan di mana mereka hanya
menjalankan sesuai dengan job yang telah mereka tempati dan ikuti aturan dan
apabila sekolah sudah memenuhi aturan maka pemerintah tidak berhak
menundanya.

Kata Kunci : Analisis Sosial , Sekolah Unggulan Dan Non Unggulan

vii
ABSTARAK

SRI IRIL ANJANI SUHARMIN, 10538325215 Social Analysis of Featured and


Non-Featured Schools in Enrekang Regency. Thesis Faculty of Teacher Training
and Education Muhammadiyah University Makassar Makassar Supervised by H.
Nursalam and Risfaisal as supervisor I and Advisor II
The general objective of this study is to find out the social point of view
about the difference in quality between superior and non-excellent schools, To
find out people's perceptions of disadvantages, and strengths between featured
and non-featured schools. Specifically, this research was conducted with the aim
of knowing and describing the Knowing specifically which became a discourse on
social differences about superior and non-excellent schools. As for the type of
research that will be used in this study is the type of qualitative research and the
approach in this research is the phenomenological approach.
The data analysis in this study are as follows: Data Collection, Data
Reduction, Data Presentation, Conclusion Withdrawal and verification, and other
than that the Research Instrument is carried out. the following researchers
interview or interview and observation
The results of the analysis of the results of interviews with the community
relate to the point of view of superior and non-excellent schools where the
community sees the quality of schools in terms of decent facilities and it is only
owned by superior schools where facilities in terms of education are almost all
include in excellent schools while non-excellent schools do not have less than the
maximum, the next quality produced by excellent schools is better than non-
excellent schools where
the system of how to educate in primary schools n is better than in non-
leading schools. In accordance with the results of the study in which the opinion
of the government that only implements the rules has been treated, the
government is not willing to take a decision where the government only follows
something that has been determined in the procurement of superior and non-
excellent schools in where they only run in accordance with the jobs they have
lived in and followed the rules and if the school meets the rules the government
has no right to postpone it.

Keywords: Social Analysis, Featured and Non-Featured Schools

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk

mewakili atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid

atas berbagai anugerah pada setiap detik waktu, denyut jantung ,gerak langkah,

serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Proposal ini adalah setitik dari

sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi

terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga

dalam tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas

penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk

membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan

tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua

orang tuaku tercinta yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,

mendidik, mendukung serta membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Penulis juga mengucapkan parasaudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya

membrikan motivasi. Dengan segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih

kepada dosen pembimbing yaitu Dr. H. Nursalam, M.Si Selaku pembimbing I,

dan juga Bapak Risfaisal, S.Pd., M.Pd Selaku Pembimbing II , yang selalu

ix
memberikan bimbingan motivasi serta menuntun penulis sejak awal penyusunan

proposal hingga selesainnya proposal ini.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr. H. Abd.

Rahman Rahim, MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin

Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan

pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan

Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar

yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat bagi

penulis.

Dan tak’ lupa pula ucapan terimah kasih kepada teman-teman

seperjuanganku yang selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku

terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala

kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat membangun.

Semoga Proposal ini dapat memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal Alamin.

Billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat wassalamu’alaikum warahmatullahi

wabarakatuh

Makassar , Agustus 2019

SRI IRIL ANJANI SUHARMIN

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................i

LEMBAR PENEGESAHAN .................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMEBIMBING ..................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ......................................................................................iv

SURAT PERJANJIAN ...........................................................................................v

MOTTO DA PEMBAHSAN .................................................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix

DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumsuan Maslah ................................................................................................. 9

C. Tujaun Penelitian ................................................................................................ 9

D. Manfaat .............................................................................................................. 10

E. Defenisi Operasional ......................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 13

A. Kajaian Konsep ................................................................................................ 13

B. Landasan Teori ................................................................................................. 25

xi
C. Keranka Fikir .................................................................................................... 26

D. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 30

A. Jenis Dan Pendekataan Penelitian ................................................................ 30

B. Lokasi Dan Waktu Penelitia........................................................................... 30

C. Fokus Penelitian ............................................................................................. 32

D. Informan Penelitian ....................................................................................... 32

E. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 33

F. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 34

G. Teknik Pengumpulan ..................................................................................... 36

H. Teknik Analisi Data ....................................................................................... 36

I. Teknik Keabsahan Data ................................................................................. 37

J. Etika Penelitian ............................................................................................... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 41

A. Sejarah Kabupaten Enrekang ......................................................................... 41

B. Kondisi Geografis ............................................................................................. 45

C. Lokasi objek penelitian ................................................................................... 46

D. Keadaan Pendidikan Di Enrekang ................................................................. 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 43

A. Persepsi Masyarakat Terkait Dengan Sekolah Tentang Sekolah

Unggulan dan Non Unggulan ............................................................................. 53

1. Hasil Penelitian ............................................................................................... 53

2. Pembahasan .................................................................................................... 73

xii
3. Kesesuaian teori dengan hasil ....................................................................... 76

B. Kebijakan Pemerintah Terhadap Implementasi Aturan ................................... 77

Di Sekolah Unggulan dan Non Unggulan ....................................................... 77

1. Hasil Penelitian .............................................................................................. 77

2. Pembahasan .................................................................................................. 88

3. Kesesuaian Teori Dengan Hasil Penelitian ................................................ 90

BAB VI PENUTUP .................................................................................................... 93

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 93

B. SARAN ................................................................................................................. 92

DAFTAR FUSTAKA .................................................................................................. 94

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan kriteria pemilihan lokasi penelitian .....................................31

Tabel 3.2 Waktu Penelitian ....................................................................................31

Tabel 3.3. Instrument observasi .............................................................................35

Tabel 3.4. Keadaan Aktifitas ..................................................................................35

Tabel 4,1 pembagian kecamatan dalam lingkup kabupaten Enrekang ..................41

Tabel 4,2 Data APK dan APM Kabupaten Enrekang ......................................49

xiv
DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 KERANGKA PIKIR ............................................................................27

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai

makhluk individu setiap manusia memiliki cirri khas,keinginan,kepribadian,dan

watak yang berbeda-beda. Dilain sisi manusia juga merupakan makhluk sosial

yang membutuhkan manusia lain dalam menjalani hidupnya. Dalam

hubungannya sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama orang lain

atau berkelompok. Ketika manusia hidup bersama dengan orang lain maka

hubungan sosial atau interaksi sosial menjadi kebutuhan dasar bagi manusia.

Kompetensi sosial menjadi kebutuhan bagi setiap individu dalam

kehidupan bermasyarakat sehari-hari, tidak terkecuali bagi siswa. Siswa

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah anggota masyarakat yang

berusaha megembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur

pendidikan baik pendidikan informal pendidikan formal maupun pendidikan non

formal pada jenjang penddidikan dan jenis pendidikan tertentu .

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan

seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

keterampilan, mengembangkan potensi diri, dan dapat membentuk kepribadian

yang bertanggung jawab, cerdas, dan kreatif . Dengan adanya pendidikan sosial

manusia dapat terbina dan dapat terwujud dengan baik dan dapat pula

mensejahterakan kehidupan manusia. Secara Sederhana Pendidikan dapat di

artikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

1
2

nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogik yang berarti membimbing

atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja dilakukan oleh orang dewasa

atau tenaga pedidik agar anak didiknya menjadi dewasa. Pendidikan diartikan pula

sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai

hidup atau penghidupan lebih tinggi dalam arti mental.

Menurut Lukman (2000) untuk dapat menjalin hubungan yang hangat

dengan orang lain, dibutuhkan kecakapan yang memampukan individu untuk

dapat berhubungan dengan individu lain. Kecakapan ini juga dikenal dengan

istilah kompetensi sosial atau interpersonal. Adanya kompeten sosial ini membuat

seseorang merasa mampu untuk terampil dalam menjalin hubungan yang efektif

dengan orang lain dan mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul

dalam situasi hubungan sosial.

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, karena pendidikan bisa mempengaruhi kualitas hidup. Apalagi saat ini

perkembangan teknologi terjadi dengan begitu cepat, sehingga memaksa kita

semua harus bisa mengikuti perkembangan zaman jika tidak ingin menjadi

orang yang tertinggal.

Pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah, tidak semuanya dapat

diterima dengan baik oleh siswa. tidak semua siswa mempunyai pendapat,

pemikiran, dan daya tangkap yang sama terhadap materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru sekolah.


3

Oleh karena itu, guru yang merupakan komunikator dalam proses

pembelajaran didalam kelas harus bisa menguasai kelas. Seorang guru harus bisa

menciptakan suatu kondisi atau proses yang mampu mengarahkan siswanya untuk

melakukan aktivitas belajar. Karena dalam hal ini seorang guru mempunyai peran

yang sangat penting mengingat tugas seorang guru sebagai motivator.

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka diperlukan seorang guru yang

profesional baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode, pengelolaan

kelas, dan sebagainya. Selain itu diharapkan kepada guru untuk lebih kreatif

melakukan kegiatan pendukung pembelajaran di dalam kelas dengan membina

siswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dalam hal ini guru

sebaiknya menyiapkan wadah untuk siswa agar dapat mengembangkan potensi

dalam diri siswa sehingga bakat yang dimiliki siswa dapat tersalurkan dengan

baik. Karena Tidak bisa dipungkiri bahwa guru sebagai penopang dan pembangsa

dan mampu menciptakan peradaban dunia yang lebih baik.

Untuk belajar dengan baik maka diperlukan motivasi yang baik pula.

Siswa yang mengikuti pelajaran tanpa adanya motivasi maka tidak akan

mendapatkan hasil yang baik dari proses belajar mengajar tersebut. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan daya penggerak di dalam diri

siswa untuk dapat belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari proses belajar

mengajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang akan

dicapai dalam proses belajar dapat terwujud. Penggunaan media dalam proses

belajar merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan

motivasi belajar siswa. Karena media, merupakan salah satu hal mutlak yang ada
4

dalam proses belajar. Oleh karena itu, sebisa mungkin guru harus bisa

menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar.

Media yang menarik akan mempengaruhi motivasi belajar, ketika siswa

menilai bahwa apa yang ditampilkan oleh guru itu menarik maka ia akan

terdorong atau merasa tertantang untuk mengetahui apa yang akan di sampaikan

oleh guru sehingga proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan. Tetapi

sebaliknya jika siswa menilai apa yang ditampilkan guru tidak menarik maka

siswa akan datar saja dalam mengikuti proses. Setiap orang berhak untuk

mendapatkan pendidikan. Pada dasarnya pendidikan itu mengajarkan setiap

individu untuk berpikir dan bertindak mencerminkan dirinya sebagai individu

penerus generasi yang baik. Pendidikan dewasa ini sudah banyak melahirkan

berbagai macam model pendidikan. Pendidikan formal ataupun non formal,

contohnya mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan homeschooling,

pendidikan khusus bagi para masyarakat yang kurang mampu dan pendidikan

umum negeri maupun swasta mulai dari Taman Kanak-kanak hingga ke

Perguruan Tinggi, yang bertaraf Nasional dan Internasional.

Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. Sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek

yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki

kepribadian yang utama.(Zuhairini, 1993: 9)

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan

nasional dijelaskan bahwa jalur pendidikan itu terbagi menjadi tiga yaitu :
5

pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal, sehingga

menimbulkan tiga lembaga pendidikan pula.

Pendidikan Non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Menurut Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan non formal diselenggarakan bagi

warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Serta berfungsi untuk mengembangkan

potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur hierarkis dan

memiliki kelas yang berurutan dari Sekolah Dasar sampai Universitas yang

termasuk juga di dalamnya kegiatan tambahan bagi studi akademik umum

dengan bermacam-macam program juga lembaga khusus untuk pelatihan

teknis dan profesional. (Mustofa Kamil, 2009:10)

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

dinyatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agen of

change” (agen perubahan), bertugas untuk membangun peserta didik agar


6

sanggup memecagkan masalah nasional (internal) dan memenangkan persaingan

internasional (Ekternal).

Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa

mencapai kemampuan secara terukur dan mampu di tunjukan perstasinya tersebut,

Tipe ini yaitu, dimana sekolah menerima dan menyeleksi secara ketat siswa yang

masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Sedangkan

sekolah Non unggulan yaitu sekolah yang kurang mampu membawa setiap siswa

mencapai kemampuannya secara terukur dan kurang dalam penunjukan prestasi ,

dikarenakan berbagai hal. Misalnya, kurangnya fasilitas sekolah, kurangnya

kinerja guru dalam hal ini penggunaan metode dan media pembelajaran dan bisa

saja dilabelkan sekolah yang kurang memiliki cerita baik di kalangan masyarakat

baik dari segi mutu dan kualitas sekolah.

Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan

potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas- tugas

kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota

masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara

berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan itu harus

mengandung nilai-nilai yang serasi dengan kebudayaan pendidikan. Oleh karena

itulah, maka dapat dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan,

mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu masyarakat, melalui

kegiatan ikut membentuk kepribadian anak-anak agar menjadi manusia dewasa

yang mampu berdiri sendiri didalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya.


7

Dengan kata lain sekolah berfungsi mempersiapkan pengganti generasi yang

kelak mampu mempertahankan eksistensi kelompok atau masyarakat.

Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa

mencapai kemampuan secara terukur dan mampu di tunjukan perstasinya tersebut,

dan yang ingin dibahas disini sekolah unggulan dan non unggulan yang ada di

kabupaten Enrekang dimana diketahui daerah Enrekang daerah yang bisa dikata

jauh dari jangkauan ibu kota provinsi bisa di kategorikan Enrekang adalah daerah

yang pedalaman di mana sudut pandang masyarakat saat ini bahwa sekolah

unggulan bisa bersaing dengan sekolah manapun, hal ini masih menjadi tanda

Tanya bagi kita karena dari sudut pandang beberapa orang pernah meneliti daerah

pedalaman mengatakan bahwa “daerah yang tidak dijangkau oleh teknologi tidak

bisa di kategorikan daerah yang unggulan ” sedangkan diketahui bahwa Enrekang

adalah daerah bisa dikata pedalaman dan susah dijangkau teknologi karena

kondisi wilayahnya, tapi lagi lagi di sini di bahas sudut pandang masyarakat

tentang sekolah unggulan dan non unggulan.

Fakta-fakta yang masuk di sekolah unggulan ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi di antaranya nilai kedisiplinan di sekolah SMP sebelumnya,

prestasi yang didapat , dan nilai keseharian juga lingkungan harus memenuhi

standar yang telah di tetapkan oleh pemerintah sebagai syarat sekolah unggulan,

sedangkan sekolah non unggulan adalah sekolah yang tidak menuntu terlalu

banyak syarat agar dapat mempermudah bagi anak-anak yang tidak memiliki

prestasi dapat bersekolah, dan kebanyakan sekolah non unggulan ini bisa di kata
8

berstatus swasta, di mana faktanya yang di kenal oleh masyarakat adalah siswanya

bisa bebas keluar masuk sekolah, tata tertib tidak terlalu tegas terhadap siswa.

SLTA atau sederajat yang di Enrekang adalah sekolah umum yang

berpariasi di mana sekolah yang ada di Enrekang memiliki berbagai macam

karakter seperti sekolah agama, jurusan dan sekolah umum di mana sekoah-

sekolah ini memiliki tujuan yang berbeda beda di mata masyarakat tapi pada

dasarnya entah sekolah unggulan maupun non unnggulan memiliki tujuan yang

sama kepada siswa dan yang menjadi latar belakang dari sekolah di kabupaten

Enrekang adalah antusias mereka untuk belajar, ketertiban dan kebersamaan

walauapun kapasitas sekolah di Enrekang tidak secanggih yang ada di daerah

daerah perkotaan.

Sekolah di Enrekang adalah sekolah yang bisa dikata lebih mengutamakan

pembelajaran tentang ajaran agama karena di kabupaten Enrekang lebih dominan

satu agama yaitu agama islam dan hampir semua sekolah memiliki jam

pembelajaran khusus tentang agama, karena pemahaman tentang pembelajaran

agama adalah dapat memperbaiki ahlak para siswa di lingkungan, dan ini salah

satu bukti yang di miliki kebanyakan siswa seperti mereka tidak pernah tauran

dengan sekolah sekolah yang lain bahkan mereka lebih berusaha untuk

memperkuat ikatan petemanan dengan sekolah lain dan paradigma ini hampir

dimiliki semua sekolah di Enrekang entah sekolah unggulan ataupun sekolah non

unngulan.

Adapun yang melatarbelakangi sehingga peneliti mengangkat judul

penelitian ini adalah karena di kabupaten Enrekang masih banyak perbedaan-


9

perbedaan tentang lingkungan sekolah terkhusus bagi sekolah unggulan dan non

unggulan yang ada di kabupaten Enrekang, Mengingat pentingnya nama baik di

lingkungan sosial terkhusus bagi sekolah unggulan terhadap sudut pandang

masyarakat di mana sudut pandang masyarakat yang melihat keunggulan dari

beberapa sisi berbeda dengan sudut pandang peneliti yang pernah meneliti

langsung lingkungan sosial, Sesuai dengan pembahasn di atas maka peneliti

mengangkat judul “Analisis Sosial Terhadap Sekolah Unggulan dan Non

Unggulan Kabupaten Enrekang”

B. Rumsuan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian yaitu

1. Bagaimana Persepsi masyarakat terhadap adanya sekolah unggulan dan

non unggulan di kabupaten Enrekang ?

2. Bagaimana Kebijakan pemerintah terhadap implementasi aturan di

sekolah unggulan dan non unggulan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

a. Untuk mengetahui sudut pandang sosial tentang perbedaan kualitas

antara sekolah unggulan dan non unggulan.

b. Untuk mengetahui persepsi masyarakat dari segi kekurangan, dan

kelebihan antar sekolah unggulan dan non unggulan


10

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan tentang:

a. Mengetahui secara khusus yang menjadi wacana perbedaan di sosial

tentang sekolah unggulan dan non unggulan

b. Faktor-faktor yang membedakan antar sekolah unngulan dan non

unggulan

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu

pendidikan mengenai sudut pandang disosial terhadap sekolah-

sekolah yang ada di kabupaten Enrekang.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi reperensi bagi orang yang ingin

mengkaji tentang sudut pandang masyrakat mengenai tentang sekolah

unggulan dan non unggulan

2. Manfaat kebijakan

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pemikiran dasar orang

tentang sekolah unggulan yang di mana pemikiran di sosial bahwa

hanya sekolah unggulan lah yang pantas di tempati untuk belajar.

b. Dapat mengurangi persepsi masyarakat tentang sekolah non

unggulan sekolah pilihan terakhir pada saat tidak di terima sekolah

unggulan .
11

E. Defenisi Operasional

1. Analisis sosial adalah suatu upaya untuk memperoleh gambaran secara

lengkap mengenai situasi sosial yang ada di dalam masyarakat pada

wilayah tertentu dengan cara menelah kaitan-kaitan histori sosial politik

dan struktur yang ada di dalam masyarakat (Paul sinla Eloee) sumber :

Kompasiana.

2. Analisi sosial merupakan yang lengkap mengenai stimulasi sosial dengan

menelah kaitan-kaitan berbagai sub system dalam kehidupan masyarakat

Nadya rere) Sumber Prezi.

3. Analisis sosial adalah usaha untuk memperoleh gambaran lengkap

mengenai situasi/realitas sosial atau masalah sosial secara objektif kritis

dengan menelah kaitan-kaitan histori

Kesimpulan : intinya dari penjelasan di atas mengenai tentang cara

memahami kondisi sosial dari sudut pandang yang berbeda beda.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agen

of change” (agen perubahan), bertugas untuk membangun peserta didik

agar sanggup memecahkan masalah nasional (internal) dan memenangkan

persaingan internasional (Ekternal)

4. Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa

mencapai kemampuan secara terukur dan mampu di tunjukkan perstasinya

tersebut, Tipe ini yaitu, dimana sekolah menerima dan menyeleksi secara

ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang

tinggi.
12

5. Sekolah Non unggulan yaitu sekolah yang kurang mampu membawa

setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan kurang dalam

penunjukan prestasi , dikarenakan berbagai hal. Misalnya, kurangnya

fasilitas sekolah, kurangnya kinerja guru dalam hal ini penggunaan metode

dan media pembelajaran dan bisa saja dilabelkan sekolah yang kurang

memiliki cerita baik di kalangan masyarakat baik dari segi mutu dan

kualitas sekolah. maka defenisi operasional yang perlu di jelaskan yaitu.

a. Perbandingan

Perbandingan yaitu menbandingkan sesuatu yang lain sehingga dapat

di lihat persamaan dan perbedaanya. Dalam penelitian ini

membandingkan yang membedakan antar sekolah unggulan dan non

unggulan dari sudut pandang pandang masyarakat

b. Sosial

Sosial dalam penelitian ini adalah sudut pandang yang membedakan

terhadap sekolah unggulan dan non unggulan, sudut pandang yang di

maksudkan adalah sesuatu yang membedakan tentang kualitas antara

sekolah unggulan dan non unggulan di sosial.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Analisis Sosial

Analisis adalah sebuah aktivitas yang membuat kegiatan memilah,

mengurangi membedakan suatu untuk di golongkan dan di kelompokkan

menurut kriteria tertentu lalu di cari di taksir makna dan kaitannya (WIrardi)

Analisis merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu

keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda tanda

komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu

keseluruhan yang terpadu (Komaruddin)

Sosial merupakan lingkungan tentang masyarakat yang meliputi gejala-

gejala sosial, struktur sosial dan perubahan sosial yang terjadi dalam

masyarakat. Sosial menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat

seperti norma-norma, kelompok sosial lapisan masyarakat, lembaga

masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta

perwujudannya. Gejala-gejala tersebut ada yang tidak berlangsung normal

sebagaimana yang dikehendaki masyarakat merupakan gejala-gejala abnormal

atau gejala-gejala patologis, hal ini disebabkan adanya unsur-unsur

masyarakat tidak dapat berfungsi sehingga menyebabkan kekecewaan dan

penderitaan. Gejala-gejala abnormal dinamakan masalah- masalah sosial. Salah

satu contoh masalah sosial masyarakat adalah tentang lingkungan sekolah

seperti yang ingin di bahas dalam penelitian ini .

13
14

Menurut Soekanto (2009: 54) interaksi sosial merupakan kunci dari

semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada

kehidupan bersama. Dalam suatu masyarakat untuk dapat beradaptasi

pastinya akan didahului oleh proses interaksi, sebab tanpa interaksi adaptasi

tidak akan mungkin tercapai.

Calhoun dan Acocella (1990: 13) menyatakan bahwa penyesuaian diri

adalah interaksi individu yang terus menerus dengan dirinya sendiri,

dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial ( yang juga dapat dinamakan

proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya

aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya

merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua

orang bertemu, interaksi dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat

tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi.

Sulherland (Huky BA & Wila D.A.) interaksi sosial merupakan saling

pengaruh-mempengaruhi secara dinamis antara kekuatan-kekuatan dalam mana

kontak diantara pribadi dan kelompok menghasilkan perubahan sikap dan tingka

laku dari pada partisipan. Jika manusia tidak dapat memuaskan kebutuhan-

kebutuhan tertentu oleh dirinya sendiri, maka hal ini dapat mendorong timbulnya

organisasi formal, institusi, dan birokrasi.


15

Hubert Bonner (Santoso. 2010: 164) seperti yang dikutip oleh Dr. W. A.

Gerungan, ia menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan

antara dua atau lebih individu di mana kelakuan individu saling mempengaruhi,

mengubah atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Dalam

hal ini Hubert Bonner menekankan tentang proses hubungan antara dua atau

lebih individu yang berada dalam situasi yang sama yaitu situasi sosial.

Bentuk (social dynamic) yang di maksud oleh Agust Comte seperti yang

di jelaskan diatas, sama dengan yang di maksud dengan struktur dinamis dalam

masyarakat. Struktur dinamis ini dilihat memiliki kemiripan dengan proses

sosial. Proses sosial yang di maksud adalah di mana individu, kelompok,

dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga melahirkan

sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Proses

sosial ini kemudian mengalami dinamika sosial lain yang disebut dengan

perubahan sosial yang terus-menerus dan secara simultan bergerak dalam sistem-

sistem sosial yang lebih besar. Proses-proses sosial ini akan mengalami pasang

surut seirama dengan perubaha-perubahan sosial secara global.

Bentuk umum proses sosial dalah interaksi sosial, sedangkan

bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan

hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang- perorangan,

antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang- perorangan dengan

kelompok manusia. (Soekanto,2002:62). Syarat terjadinya interaksi sosial adalah

adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi (communication).


16

Kehidupan seseorang saat ini mulai masuk pada dunia yang serba

pilihan, mereka dapat memilih hidup dalam sebuah kelompok atau hidup

dalam bermasyarakat, bahkan dapat hidup dalam dunia yang serba global.

Seseorang juga dapat memilih hidup dalam masyarakat lokal atau

memilih hidup dalam masyarakat global, bahkan boleh hidup didalam kedua

kehidupan tersebut yaitu glokal (global-lokal), maka kontak-kontak sosial

menjadi sangat majemuk dan rumit. Kerumitan ini pula dipacu dengan

perkembangan teknologi informasi, sehingga dimana pun ia berada, ia dapat

melakukan kontak sosial dengan siapa saja dan di mana saja yang diinginkan.

Kontak sosial bukan saja menjadi kebutuhan, namun juga menjadi pilihan

dengan siapa ia melakukannya.

Secara konseptual kontak sosial dapat dibedakan antara kontak sosial

primer dan kontak sosial sekunder. Kontak sosial primer, yaitu kontak sosial

yang terjadi secara langsung antara seseorang dengan orang atau kelompok

masyarakat lainnya secara tatap muka. Sedangkan kontak sosial sekunder terjadi

melalui perantara yang sifatnya manusiawi maupun dengan teknologi. Ketika

masyarakat saat ini telah berkembang dengan tingkat kemajuan teknologi

informasi semacam ini, maka kontak-kontak sosial primer dan sekunder semakin

sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Seperti, kontak telepon yang

menggunakan teknologi teleconfrensce dimana kontak terjadi antara orang-

perorang (orang dengan kelompok dan sebagainya), secara tatap muka dan saling

menyapa namun dari tempat yang sangat jauh. Juga seandainya kontak-kontak

pribadi yang terjadi dengan internet juga dapat langsung menyapa dan saling
17

tatap muka walaupun tempat mereka berjauhan. Semua ini menjadi fenomena

yang mengacaukan konsep-konsep lama tentang kontak sosial tersebut.

(Bungin,2006: 55-57).

Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses memaknai

yang dilakukan oleh seseorang (I) terhadap informasi, sikap, dan perilaku

orang (II) lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap,

perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang (I) membuat reaksi-

reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada

pengalaman yang pernah dia (I) alami. Fenomena komunikasi

dipengaruhi pula oleh media yang digunakan, sehingga media kadang kala

juga ikut mempengaruhi isi informasi (I) dan penafsiran (II), bahkan menurut

Marshall McLuhan dalam Bungin (1999:7) bahwa media juga adalah pesan itu

sendiri.

Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam

setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan

penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi

yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada

masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan

pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan

secara tatap muka maupun media massa yang atau yang menerima informasi.

Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah

aktivitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan

pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi yang diterimanya


18

itu. Pemaknaan kepada informasi subjektif dan kontekstual. Subjektif, artinya

masing-masing pihak (sumber informasi dan audience) memiliki kapasitas

untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang diterima berdasarkan

pada apa yang ia rasakan, ia yakini, dan ia mengerti serta berdasarkan pada

tingkat pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa

pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat di mana

informasi itu ada dan di mana kedua belah pihak itu berada. Dengan demikian,

konteks sosial-budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam memaknakan informasi

yang disebarkan dan yang diterima itu. Oleh karena itu, maka sebuah

proses komunikasi memiliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya,

karena dilakukan oleh subjek-objek yang beragam dan konteks sosial yang

majemuk pula. (Bungin, 2011: 57-58)

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2002: 71-104),

menjelaskan bahwa ada dua golongan proses sosial sebagai akibat dan

interaksi sosial, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.

mana accomodation menampakkan suatu proses untuk meredakan suatu

pertentangan yang terjadi di masyarakat, baik pertentangan yang terjadi di

antara individu, kelompok dan masyarakat, maupun dengan norma dan nilai

yang ada di masyarakat itu. Proses accomodation ini menuju pada suatu tujuan

yang mencapai kestabilan. Bentuk-bentuk accomodation adalah sebagai berikut:

Proses sosial tidak berhenti sampai di situ, karena accomodation

berlanjut dengan proses berikutnya yaitu asimilasi, yaitu suatu proses

pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai akibat dari proses
19

sosial, kemudian menghasilkan budaya tersendiri yang berbeda dengan

budaya asalnya.

Dalam beberapa literature, pengertian integrasi sosial memiliki esensi yang

sama yaitu integrasi sosial tidak lebih dari pada istilah yang menunjukkan ikatan

antar anggota kelompok atau masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan

komunitas yang dapat diidentifikasi.

Integrasi memiliki dua pengertian, yaitu:

1) Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam

suatu sistem sosial tertentu.

2) Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.

Suatu integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak mengalami

perpecahan meskipun menghadapi berbagai tantangan baik berupa tantangan

fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut pandangan para

penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi diatas

tumbuhnya konsensus (kesepakatan) diantara sebagian besar anggota

masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental

(mendasar) dan masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat

sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial.

Proses integrasi sosial adalah proses yang berlangsung dalam jangka

waktu yang lama karena merupakan proses mental yang membutuhkan waktu

lama, dimana keterbukaan dan kesadaran beberapa Etnis yang saling bertemu

dan saling berinteraksi sangat diharapkan demi tercapainya persatuan antar

kelompok Etnis tersebut.


20

2. Sekolah Unggulan dan Non Unggulan

Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa

siswanya unggul secara intelektual, emosional dan spiritual. Sekolah unggul pada

umumnya lebih mengedepankan kualitas siswa, agar nantinya mereka dapat

bersaing dalam hidup didunia global. Sekolah unggul umumnya memiliki

ciri khusus, di antaranya siswa yang cerdas, guru yang profesional, disiplin,

berdedikasi tinggi, cerdas, mampu menciptakan desain, strategi, model dan

metode pembelajaran, ramah dan dapat berbaur dengan sesama guru dan siswa.

Proses pembelajaran yang dijalankan berjalan menyenangkan, kepala sekolah

yang baik dan mampu bertindak sebagai manajer yang baik. Mengelola sekolah

unggul harus dijalankan secara profesional, termasuk juga tentang kriteria guru

harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap

siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu menunjukkan

prestasinya. Sekolah unggulan dianggap sekolah bermutu, namun dalam

penerapannya, banyak kalangan menganggap bahwa dalam kategori unggulan

tersirat harapan apa yang dapat diberikan kepada siswa pada saat lulus.

Harapan itu sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh setiap orang tua

siswa, pemerintah, masyarakat bahkan oleh siswa itu sendiri, yaitu sejauh mana

(out put) dan (out come) sekolah memiliki kemampuan intelektual, moral dan

keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat, negara dan agama. Banyak

pihak mendeskripsikan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang telah


21

memiliki keunggulan dalam berbagai sisi, termasuk unggul dalam jumlah siswa.

Semakin banyak jumlah siswa yang mampu direkrut, maka sekolah tersebut

dianggap unggul.

Sekolah unggul pada prinsipnya harus memiliki ciri-ciri khusus dan

dapat menjadi dasar utama dalam menentukan unggul tidaknya sebuah lembaga

pendidikan. Ciri-ciri sekolah unggul adalah: (1) memiliki siswa dengan

bakat- bakat khusus dan kemampuan serta kecerdasan yang tinggi; (2) memiliki

tenaga pengajar yang profesional dan handal; (3) memiliki kurikulum yang

diperkaya (eskalasi); (4) memiliki sarana dan prasarana yang baik, seperti ruang

kelas, taman bermain, laboratorium dan ruang komputer yang lengkap

peralatannya, perpustakaan, lapangan olah raga yang dapat meningkatkan prestasi

siswa, media belajar yang cukup lengkap, buku pelajaran dengan perbandingan 1

siswa: 1 buku untuk setiap mata pelajaran, musholla yang bersih dan rapi, tenaga

konseling dan ruang konseling. Ruang konseling harus dilengkapi dengan

kotak P3K, tempat tidur, dan peralatan lainnya. Jumlah siswa dalam kelas

maksimum 30 orang.

Kurniasih menyebutkan sekolah unggul harus mampu mengelola siswa untuk

dijadikan pribadi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakteristik

individualnya (Kurniasih, 2009: 49). Sekolah unggul juga mampu dan

sanggup mendidik siswanya untuk menguasai sains dan teknologi. Staf pengajar

di sekolah unggul harus memiliki kriteria tersendiri sebagai seorang pendidik.

Kriteria tersebut mencakup: (1) guru profesional yang memiliki kompetensi yang

tinggi dalam menguasai kurikulum, materi pembelajaran, metode, strategi,


22

dan pendekatan pembelajaran dengan kualitas yang tinggi; (2) berprestasi,

menguasai teknik-teknik evaluasi pembelajaran, dan menguasai strategi

pembelajaran yang unggul; (3) memiliki disiplin dan berdedikasi tinggi, setia

terhadap tugas, inovatif; kreatif dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing

siswa yang memiliki bakat dan potensi yang unggul; (4) sehat jasmani dan rohani,

energi, berpenampilan, berbudi pekerti luhur, dan senior dalam jenjang pangkat

atau pengalamannya; (5) memiliki kelebihan khusus dibanding guru lainnya

baik dalam bidang keterampilan, mengampu suatu mata pelajaran khusus,

dan membimbing siswa mata materi ekstrakurikuler (Kurniasih, 2009: 70).

Guru disekolah unggul harus mampu menerapkan metode pembelajaran,

strategi, model-model pembelajaran, teknik, dan pendekatan-pendekatannya

untuk mengaktifkan siswa dan merangsang otak mereka untuk berpikir, dan juga

mengembangkan variasi pembelajaran yang cukup beragam. Dalam proses

pembelajaran, guru harus memberikan perhatian khusus terhadap siswa secara

merata sehingga dapat memberikan layanan yang sesuai, bahkan demi tercapainya

kesuksesan hasil belajar, guru juga dianjurkan untuk mengetahui kondisi

psikologis siswa secara lebih mendalam.

Tidak semua sekolah dapat dikatakan unggul, keunggulan suatu sekolah,

harus dilengkapi dengan komponen-komponen pendukung seperti tersebut di atas,

dan selain komponen di atas, letak dan luas sekolah juga harus

diperhatikan. Banyak sekolah berdiri dipinggir jalan besar, sempit dan gersang.

Kondisi sekolah seperti itu akan mempersulit berjalannya proses pembelajaran.

Sudah Seharusnya sekolah-sekolah tersebut menyediakan berbagai macam


23

kebutuhan siswa, seperti taman sebagai tempat bermain.

Sekolah unggul juga harus memiliki komponen-komponen kelengkapan

pendukung lainnya, sehingga berbeda dengan sekolah non unggulan. Komponen-

komponen tersebut adalah Letak dan kondisi sekolah nyaman dan asri, jauh

dengan jalan raya, bertujuan menghindari terhambat berjalannya proses

pembelajaran para siswa juga para Guru harus disiplin. Disiplin di sini adalah

dapat mengatur waktu selama proses pembelajaran Guru dapat menciptakan

model dan metode pembelajaran sendiri, sesuai kebutuhan para siswa dan

dapat melihat kondisi proses mengajar, Kepala sekolah memberikan

riward/penghargaan kepada guru berprestasi agar dapat meningkatkan motivasi

para guru untuk mengajar dan ketersediannya ruang bermain siswa termasuk

gedung olah raga, gedung seni, laboratorium guna pengembangan kreatifitas

siswa, Guru yang mengajar harus sesuai dengan disiplin ilmunya,

berpengalaman dan humoris, untuk menghindari siswa bosan Tidak terjadi

dikotomi antara guru dan siswa.

komponen di atas adalah suatu kaharusan yang harus dimiliki sekolah

unggul. Apa lagi pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan

mulai memberlakukan sekolah satu hari penuh. Tujuan pemberlakuan sekolah

satu hari penuh cukup baik, namun harus ditopang oleh komponen- komponen

yang tersebut di atas.

Tapi bukan berarti sekolah non unggulan itu tidak berprestasi Cuma

sekolah sekolah non unggulan saat ini sedang dalam proses peningkatan

sebenarnya dari pemerintah sekolah unggulan dan non unggulan itu hampir sama
24

tidak di bedakan di mata pemerintah Cuma yang banyak membedakan itu di mata

masyarakat di mana aggapan mereka sekolah unggulan lebih di proritaskan dari

pada sekolah non unggulan.

B. Landasan Teori

1. Teori konstruksi sosial

Pada Paragraf ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan

dengan tema pembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori

tindakan sosial yang di kemukakan oleh George Herbert Mead (Tradisi Aliran

Dalam Sosiologi : 218)

Herbert Mead Melihat Teori konstruksi sosial sebagai realitas dalam sistem

sosial diciptakan melalui interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai

dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut dipraktikkan dan diperankan

berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem yang kemudian

dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu

melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut

eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial.

Masyarakat di Kabupaten Enrekang memiliki beberapa sistem keyakinan

yang telah melekat mulai dari keyakinan leluhur mereka hingga sekarang, sistem

yang terjadi sudah tidak mudah lagi di lepas karna bisa di kata sitem kayikinan

yang mereka miliki sudah mutlak kebenaranya melaui dari sudut pandang mereka

dan sistem keyakina yang mereka miliki sudah menjadi dara daging bagi mereka.

Adapaun alasan Peneliti mengangkat teori tersebut di mana teori tersebut

menjelaskan tentang bagian bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling
25

menyatuh dan sangat berkaitan dengan judul di mana judul menjelaskan tentang

pandangan keyakinan sosial tehadap sekolah unggulan dan non unggulan di mana

selama ini sudah menjadi paradigma masyarakat.

2. teori tindakan sosial

Pada Paragraf ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang

relevan dengan tema pembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori

tindakan sosial yang di kemukakan oleh Max Webber (Tradisi Aliran Dalam

Sosiologi : 201)

Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial

antar hubungan sosial dan itulah yang dimaksudkan dengan pengertian paradigma

definisi sosial dan itulah yang di maksudkan dengan pengertian paradigma

definisi atau ilmu sosial itu. Tindakan manusia dianggap sebagai sebuah

bentuk tindakan sosial yang manakala tindakan itu ditujukan pada orang lain.

sekolah unggulan dan non uggulan di kabupaten Enrekang di ambil dari

beberapa sudut pandang sosial di mana terdapat perbedaan yang dapat dilihat

dengan mata telanjang oleh sosial mulai dari lingkungan, kondisi sekolah,

keadaan murid dll. dan teori tentang sekolah unggulan di mata masyarakat adalah

di mana sekolah di utamakan di bandingkan sekolah non unggulan selama ini

yang di anggap sekolah pembuangan bagi masyarakat dan paradigma ini sudah

tidak bisa lagi di pungkiri, karena pada dasarnya sifat dasar manusia apa yang

dilihat itu dipercaya, sesuai dengan teori tindakan sosial yang di kemukakan oleh

max weber membahas tentang paradigma sosial.


26

alasan Peneliti mengangkat teori ini di mana teori tersebut menjelaskan

tentang paradigma sosial dan ini sangat berkaitan dengan judul yang di angkat di

mana objek peneliti yaitu sudut pandang masyarakat tentang sekolah unggulan

dan non uggulan

C. Kerangka Pikir

Kerangka konseptual yang Peneliti lakukan untuk mencari suatu kebenaran

dari data atau masalah yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian

yang telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang,

membantah atau membenarkan hasil penelitian sebelumnya, menemukan suatu

kajian baru (ilmu baru) yang akan digunakan dalam menjawab masalah-masalah

yang ada.

Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan

kebutuhan yang akan diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan metode

sampling, olah literarute (studi pustaka), studi kasus dan pengamatan langsung

kelapangan apa yang terjadi sebenarnya,

Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari

pemikiran yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun

secara umum tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan apa yang

dipikirkan sebelumnya dan di sini peneliti akan memaparkan semua hasil yang

apapun di dapatkan di lokasi tentang kenyataan yang terjadi. dan pada

kenyataannya apa yang di dengar tidak selamanya benar seperti tentang sekolah

unggulan dan non unggulan di sosial di mana melihat sekolah dari segi nama

tidak memperhatikan kebutuhan dari anaknya.


27

Adapun struktural dalam penelitian ini yang sesuai dengan apa yang ingin

di lakukan.

ANALISIS SOSIAL

Sekolah unggulan Sekolah non unggulan

Sosial

Pendapat sosial

Hasil

Positif Negative

Pendapat Sosial Tentang Sekolah Formal Dan Non


Formal

Bagan 2.1 KERANGKA PIKIR


28

D. Penelitian Terdahulu

Rachmat Indryanto, 2016. Analisis Sosial Etnis Jawa Pada Masyarakat

Di Kelurahan Sumpang Binangae Di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

Skripsi. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.

(dibimbing oleh Ridwan Said dan Mustakim Nur Johar). Penelitian ini

bertujuan (1) untuk mengetahui bagaimana proses Adaptasi Sosial Etnis Jawa

Pada Masyarakat Setempat.(2) Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan

menghambat proses Adaptasi Sosial Etnis Jawa Pada Masyarakat Setempat.

Kelebihan, dalam penelitian ini yaitu hasil penelitian lebih rinci terhadap

Adaptasi Sosial Etnis faktor yang mendukung dan menghambat proses Adaptasi

Sosial Etnis Jawa sehingga mudah di pahami oleh pembaca

Kekurangan dalam penelitian ini adalah tidak membahas secara rinci

tentang sosial sehingga beberapa hasil tentang sosial ada yang tidak di jelaskan

seperti komunikasi sosial, hubungan sosial di lingkungan mereka karena

penelitian ini fokus pada teknik dalam analisis adaptasi sosial

Alis Muhlis dan Norkholis, 2013 Analisis Tindakan Sosial Max

Weber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi

Living Hadis). Tradisi pembacaan kitab Mukhtashar Al-Bukhari sebagai salah

satu tradisi penyambutan datangnya bulan suci Ramadhan yang rutin dilakukan

setiap tahun oleh Pondok Pesantran (Ponpes) At-Taqwa Yogyakarta. Tradisi

tersebut dilaksanakan selama satu bulan penuh pada bulan Rajab.Penelitian ini

menggunakan teori tindakan sosial Max Weber yang telah diuraikan menjadi

empat tipe; yaitu tindakan tradisional, tindakan afektif, rasional instrumental dan
29

rasionalitas nilai.

Kelebihan dari penelitian ini adalah pembahasan masalah strategi tindakan

sosial lebih simple, mudah dipahami menggunakan metode-metode yang umum

sehingga lebih menarik di pelajari.

Kekuranagan dalam penelitian ini adalah lebih fokus kepada tindakan sosial

tidak memperhatikan antar hubungan sosial dan kondisi sosial, cara penelitian

terlalu khusus tidak memperhatikan kondisi sosial yang lain


30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekataan Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Jenis

penelitian kualitatif. Jenis Penelitian Kualitatif artinya data terurai dalam bentuk

kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Pendekatan

kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang

berupa sistem dan tidak ada yang patut diremehkan, semuanya penting, dan

semuanya mempunyai pengaruh dan kaitan dengan yang lain.

Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan fenomenologi dimana salah

satu jenis penelitian kualitatif yang di aplikasikan dalam fenomena yang terjadi

langsung di lapangan, untuk mengungkap dengan jenis penelitian yang di

jelaskan paragraf petama yaitu penelitian kualitatif di mana sang peneliti akan

terjun langsung di lingkungan sosial untuk mendapatkan data-data yang di

butuhkan seperti dokumentasi, wawancara dan peneliti juga akan terjun langsung

kelapangan di mana tempat lingkungan di sekitar sekolah untuk mendapatkan data

langsung dari masyarakat

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Kabuaten Enrekang di mana terdapat 6 titik

yang menjadi objek penelitian di antarnya:

30
31

Rancangan kriteria pemilihan lokasi penelitian


Lokasi penelitian Penelitian yang akan di lakukan terbagi dua jensi sekolah
Antaranya :
1. Unggulan
a. SMAN 1 Enrekang
b. SMAN 3 Enrekang
c. SMAN 5 Enrekang
2. Non unggulan
a. Madrasah aliyah swasta muhammadiyah
b. Madrasah aliyah swasta MA Guppi Gandeng
c. SMA Muhammadiyah Kalosi
peristiwa persoalan Dalam hal ini terdapat bererapa isu di sosial tentang
isu perbedaan antara sekolah unggulan dan non unggulan,
persoalan tersebut membuat sekolah yang lain kurang di
minati padahal banyak juga non unggulan yang siswa
siswanya di akui dalam beberapa hal, sehingga peneliti
penasaran untuk meneliti kasus ini
Tabel 31 Rancangan kriteria pemilihan lokasi penelitian

2. Waktu Penelitian

Adapun rancangan waktu yang ingin dilakukan untuk melakukan Kegiatan

penelitian ini seperti yang bakalan di jelaskan di bawa :

No Jenis kegiatan Mei JUNI JULI JULI


III IV I II III IV I II III IV I II
1 Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Konsultasi
bimbingan
4 Seminar
proposal
5 Pengurusan izin
penelitian
6 penelitian
7 pengolahan data
32

8 penyusuana
skripsi
9 bimbingan
skripsi
Tabel 31 Waktu Penelitian

C. Fokus Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam argumentasi, serta penafsiran berbeda-

beda yang akan ditimbulkan setelah membaca tulisan ini serta mencegah

kesimpangsiuran penjelasan dan pokok permasalahan yang terdapat di dalam

judul ini maka perlu ditentukan fokus penelitian. Fokus penelitian dalam proposal

ini tentang :

1. Pendapat masyarakat persoalan sekolah unggulan dan non unggulan

2. Perbedaan lingkungan tentang sekolah unggulan dan non unggulan

3. Kondisi kegiatan siswa tentang sekolah unggulan dan non unggulan

D. Informan Penelitian

1. Informan

Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar

tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah

penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti

sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi dalam hal ini

sampling dijaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Maksud

kedua dari informan adalah untuk menggali informasi yang menjadi dasar dan

rancangan teori yang dibangun.


33

2. Teknik Penentuan Informan

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah

berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data,

dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Informan yang

bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang

akan menjadi informan nara sumber (keyinforman) dalam penelitian ini adalah

masyarakat sekitar sekolah dan guru-guru sekolah tempat penelitian .

Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa

tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas dari

keragaman fenomena sosial yang diteliti. Dengan demikian, informan

ditentukan dengan teknik snowball sampling, yakni proses penentuan

informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya

secara pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang

diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian

dianggap sudah memadai.

E. Jenis dan Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek

darimana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua

sumber data yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah masyarakat dan orang sekitar sekolah

.
34

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang
5
tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini,

dokumentasi dan wawancara merupakan sumber data sekunder

F. Instrumen Penelitian

1. Interview atau wawancara

Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai

keadaan seseorang. Misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang

lingkungan, kondisi siswa, keadaan para guru, kedisiplinan. Bagian ini peneliti

melakukan wawancara kepada orang tertentu yang di anggap memiliki peran

penting di dalam memahami kondisi sosial tentang sekolah unggulan dan non

unggulan seperti masyarakat setempat guru-guru di sekolah tempat penelitian

yang lebih tahu kondisi lingkungan sekitar sekolah tersebut.

2. Observasi

Observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan

sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologi, observasi atau

yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian

terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Apa yang

dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Didalam artian penelitian

observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
35

Bagian ini sangat penting bagi peneliti untuk melihat kenyataan yang

sebenarnya, terjun langsung ke lapangan adalah bagian yang ril pengumpulan data

juga memperkuat keyakinan data yang di butuhkan pada kenyataan yang

kebanyakan saat ini hanya isu di lingkungan yang tidak jelas maka dari itu

peneliti turun langsung untuk memastikan keadaan dan kondisi tempat penelitian

agar tidak terjadi teori yang tidak-tidak, adaapun format instrument observasi

sebagai berikut :

Tabel 3.3. Instrument observasi

Nama Aktifitas :
Jenis Objek :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Lokasi :

Tabel 3.4. Keadaan Aktifitas

Nomor Tema/Objek Interpretation

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen

rapat, catatan harian, dan sebagainya.

Hal ini sudah jelas dalam penelitian yang memperkuat bukti penelitian

secara empiris bahwa di butuhkan sebuah wujud yang bisa dilihat dimanapun itu
36

maka dari itu peneliti disini melakukan observasi sekaligus dokumentasi tentang

kejadian di lapangan dan hasil dari instrumen yang lain, agar hasil bisa di

buktikan dalam bentuk wujud yang dapat di lihat di manapun.

G. Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka,

wawancara, kelompok terfokus sebagai berikut.

a. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan untuk menggali teori yang relevan dengan

hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Teori tersebut, diantaranya

adalah teori tentang motivasi bagi siswa yang ingin melanjutkan ke

perguruan tinggi .

b. Penelusuran Online

Teknik penelusuran data online adalah tata cara melakukan

penelusuran data melalui media internet. Teknik ini digunakan untuk

mencari informasi yang berkaitan dengan kajian masalah-maslah yang

bakalan di hadapi para siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai

cara seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dicatat secara

objektif dan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Data yang

dikumpulkan berkaitan dengan penerapan nilai-nilai tentang bimbingan


37

belajar dengan motivasi berprestasi.

b. Reduksi Data

Dalam tahap reduksi data, data yang diperoleh peneliti dipilih mana

yang penting dan yang tidak perlu digunakan dalam penelitian ini. Peneliti

akan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan

membuang yang tidak perlu.

c. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari tahap reduksi data maka data selanjutnya

disajikan dan dibandingkan dengan kajian teori yang telah dibuat.

d. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi

Data yang telah diolah dan disajikan tersebut kemudian akan ditarik

kesimpulan yang dapat menjawab fokus masalah atau rumusan masalah

dalam penelitian ini.

I. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain

digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian

kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai

unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian

kualitatif (Moleong,2007:320).

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian

yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk

menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan


38

confirmability (Sugiyono,2007:270). Adapaun penjelasan uji keabsahan

data sebagai berikut :

1. credibility

(credibility) kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran dan

temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan

mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai

pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data

yang telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan. Kredibilitas

menunjukkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif.

2. Transferability

Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas

eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan

derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepopulasi dimana

sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan,

hingga mana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

3. Depenability

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu

penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat

mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian

kualitatif,uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruh proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses

penelitian kelapangan,tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu

diuji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya


39

ada, maka penelitian tersebut tidak reliable atau dependable.

4. Konfirmability

Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji

obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian

telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif. uji konfirmability

mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara

bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian. Dikaitkan

dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari

proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi

standar konfirmability.

J. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi

tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut (Loiselleetal.,

(2004) dalam Palestin (2007):

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respectforhumandignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait

dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah:

peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informedconsent).


40

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian(respect forprivacy

and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

3. Keadilan dan inklusivitas (respectforjustice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan,

kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan

aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang

sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam

penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancingharms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence).
41

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam Provinsi

Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 3° 14’ 36” - 3° 50’ 00” LS

dan 119° 40’53” - 120° 06’ 33” BT dan berada pada ketinggian 442 mdpl,

dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 km². Kabupaten Enrekang berbatasan

dengan Tana Toraja di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Luwu dan Sidrap, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Sidrap dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang. Selama

setengah dasawarsa terjadi perubahan administrasi pemerintahan baik tingkat

kecamatan maupun pada tingkat kelurahan/desa, yang awalnya pada tahun 1995

hanya berjumlah 5 kecamatan dan 54 desa/kelurahan, tetapi pada tahun 2008

jumlah kecamatan menjadi 12 kecamatan dan 129 desa/kelurahan. Adapun

pembagian kecamatan dalam lingkup kabupaten Enrekang antara lain:

Tabel 4,1 pembagian kecamatan dalam lingkup kabupaten Enrekang

1 Kecamatan Alla 7. Kecamatan Cendana

2. Kecamatan Anggeraja 8. Kecamatan Curio

33 Kecamatan Enrekang 9. Kecamatan Malua

432 Kecamatan Masalle 10. Kecamatan Baraka

545. Kecamatan Buntu Batu 11. Kecamatan Bungin

65. Kecamatan Baroko 12. Kecamatan Maiwa

6. Sumber . Wikipedia (Artikel Enrekang )

41
42

Secara umum bentuk topografi wilayah Kabupaten Enrekang terbagi

atas wilayah perbukitan karst (kapur) yang terbentang di bagian utara dan

tengah, lembah-lembah yang curam, sungai serta tidak mempunyai wilayah

pantai. Jenis flora yang banyak ditemukan pohon bitti atau yang biasa disebut

vitex cofassus, pohon hitam Sulawesi atau diospyros celebica, pohon ulin/kayu

besi eusideraxylon zwageri, pohon lithocarpus celebica, kayu bayam, kayu

agatis - agatis celebica, kayu kuning – arcangelisia flava merr. Selain itu

terdapat juga rotan lambang-calamus sp, rotan tohiti – calamus inops becc.

Rotan taman. Jenis anggrek juga banyak ditemukan anggrek yaitu goodyera

celebica, anggrek Sulawesi dari species phalaenopsis venosa, anggrek

kalajenigking arachnis celebica. Anggrek pleomele angustifolia. Anggrek

cymbidium finlaysonianum, dan jenis tanaman lainnya (Alamendah, 2011).

a. Sistem Kepercayaan

Konsepsi kepercayaan mulai muncul ketika adanya kesadaran manusia

bahwa, adanya kekuatan lain yang lebih mengagumkan terhadap hal-hal atau

gejala-gejala tertentu yang sifatnya luar biasa, yang lebih besar diluar kekuatan

manusia itu sendiri, yang tak bisa dijelaskan oleh akal manusia yang disebut

kekuatan supranatural. Hal serupa juga dirasakan masyarakat Enrekang pada

masa lampau dimana mereka mulai mengenal suatu kepercayaan yang disebut

Aluk Tojolo.

Aluk Tojolo ini berdasarkan tujuh asas yang terbagi dalam dua bagian,

pertama yang berkaitan dengan kepercayaan yang terdiri atas tiga asas yang

dikenal “Tallu Aluk Pamula” yaitu: 1. Percaya dan menyembah kepada Puang
43

Matua sebagai sang pencipta alam, 2. Percaya dan menyembah kepada Dewata-

dewata yang memeliharan ciptaan Puang Matua. Pengertian dewata berasal dari

kata Den Watanna yang artinya memiliki suatu kekuatan, ada beberapa Dewata

yang dikenal pada masyarakat Enrekang yang namanya disesuai dengan tempat

mereka berada, seperti dewata jo palli yaitu dewata yang berada pada gunung

palli, dewata yang menguasai air dan sumber air disebut Dewata Jo Wai dan

masih banyak lagi dewata-dewata lain yang dikenal dalam masyarakat, 3.

Percaya dan menyembah kepada Tojolo sebagai pemberi berkah dan

memelihara kepada keturunannya.

Kedua, berkaitan dengan kehidupan yang terdiri atas empat asas atau

yang dikenal dengan nama “A’pa’ Pamula Ada’” yaitu: 1. Ada’ Tojolo, yakni

adat kelahiran manusia 2. Ada’ Tolino, yakni adat kehidupan dari pada manusia

3. Ada’ Peta’da Damban, yakni adat penyembahan kepada tuhannya 4. Ada’

Tomate, yakni adat kematian manusia. Sebagai lambang penghormatan baik

kepada dewata maupun kepada roh nenek moyang agar diberi

perlindungan/keselamatan terhadap pengaruh jahat dan memberikan

berkat/kesejahteraan kepada mereka. Bersumber dari kepercayaan tersebut

maka timbullah upacara ritual. Upacara-upacara ritual tersebut antara lain:

1. Upacara adat maccere manurung (untuk menghormati arwah leluhur)

2. Upacara mangkande-kande (pada saat turun sawah/panen)

3. Upacara mampejampi (pengobatan)

4. Upacara meta’da barakka (meminta berkah).

Kepercayaan Aluk Tojolo di Enrekang berintikan pada dua hal, yakni


44

pandangan terhadap cosmos dan kesetiaan kepada leluhur.

b. Sistem Sosial

Terbentuknya struktur pelapisan sosial masyarakat Enrekang berawal

dari konsep To Manurung, dimana cara kedatangan To Manurung yang tiba-tiba

turun dari langit dianggap luar biasa dan memberikannya kewibawaan yang

ampuh dalam menghadapi rakyat, hal ini memberikan pula suatu anggapan

pada masyarakat bahwa status sosial To Manurung dan keturunannya lebih

tinggi dari masyarakat biasa. Pada umumnya masyarakat Enrekang mengenal

tiga lapisan masyarakat yaitu:

Golongan To Puang atau Arung (bangsawan), bagi masyarakat Enrekang,

keturunan To Puang dianggap titisan dewa sehingga mereka mempunyai

peranan dalam memegang pucuk pimpinan yang tertinggi dalam suatu daerah

kekuasaan, seperti Raja Ada’, Ambe’banua, Ambe’kampung atau Tomatua.

Golongan To Mardeka (rakyat biasa) golongan ini menempati golongan

tengah, dimana mereka tidak termasuk kaum bangsawan (penguasa) dan bukan

orang yang diperhamba.

Golongan To Kaunan (hamba milik to puang). Golongan yang

diperhamba atau abdi dari orang lain.

Ketiga golongan tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Enrekang sekarang tidak difungsikan lagi, namun demikian keturunan puang

masih tetap dihormati dengan panggilan “puang”.


45

B. Kondisi Geografis

Kabupaten Enrekang adalah salah satu daerah tingkat II di provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota Kabupaten ini terletak di Kota Enrekang .

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.786,01 km² dan berpenduduk sebanyak ±

190.579 jiwa. Enrekang terbagi menjadi 12 kecamatan dan 129 desa atau

kelurahan yaitu Kecamatan Enrekang , Kecamatan Maiwa, Kecamatan Baraka,

Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Alla, Kecamatan Cendana, Kecamatan Malua,

Kecamatan Bungin, Kecematan Curio, Kecamtan Buntu Batu, Kecamatan

Massalle, Dan Kecamatan Baroko. Kecamatan yang memiliki wilayah terbesar

yaitu Kecamatan Maiwa dengan luas wilayah 393 km2 atau 22 %. Sedangkan

kecamatan yang terkecil yaitu Kecamatan Enrekang dengan luas wilayah 29 km2

atau 1,94 %.

Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki

kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang

(Massenrempulu') berada di antara kebudayaan Bugis, Mandar dan Tana Toraja.

Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terbagi

atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di Massenrempulu', yaitu bahasa

Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri dituturkan oleh penduduk di

Kecamatan Alla', Baraka, Malua, Buntu Batu, Masalle, Baroko, Curio dan

sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Enrekang dituturkan oleh

penduduk di Kecamatan Enrekang , Cendana dan sebagian penduduk di

Kecamatan Anggeraja. Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di Kecamatan

Maiwa dan Kecamatan Bungin. Melihat dari kondisi sosial budaya tersebut, maka
46

beberapa masyarakat menganggap perlu adanya penggantian nama Kabupaten

Enrekang menjadi Kabupaten Massenrempulu', sehingga terjadi keterwakilan

dari sisi sosial budaya.

Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Kabupaten

Enrakang, memberikan penjelasan bahwa secara geografis, Enrekang memang

sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Enrekang

yang berpenduduk sebanyak ± 190.579 jiwa. Kabupaten Enrekang Provinsi

Sulawesi Selatan memiliki berbagai potensi alam seperti marmer, batubara,

minyak dan gas bumi, batuan mineral, serta perikanan laut yang cukup besar.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kalosi yang merupakan salah

satu wilayah administrasi kelurahan yang berada dalam lingkup Kecamatan Alla,

yang terletak di pusat Kecamatan Alla mempunyai luas wilayah seluas +9,30

Km.

C. Lokasi objek penelitian

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya yaitu ada enam sekolah menjadi

contoh bagi masyarat untuk di analasis sesuai dengan sudut pandang mereka dan

adapun profil singkat tentang sekolah yang menjadi contoh diantaranya terbagi

dua golongan yaitu sekolah unggulan dan sekolah non unggulan

a. Sekolah unggulan

1) SMAN 1 Enrekang

Bertempat di JL. Jendral Sudirman No. 9 Enrekang Sulawesi selatan

Dan memiliki 26 kelas, 3 Laboratorium dan 1 Perpustkaan


47

2) SMAN 3 Enrekang

Bertempat di Jl. Poros Makassar Tator KM. 275 Buntu Sugi

Kecamatan Alla Kab, Enrekang Provinsi Sulawesi selatan

Dan memilik fasilitas 24 Kelas, 3 Laboratorium dan 1 Perpustakaan

3) SMAN 5 Enrekang

Bertempat di jln. Kemakmuran No. 1 Baraka, Kecamatan Baraka Kab.

Enrekang Provinsi Sulawesi selatan dan memiliki fasilitas 28 Kelas, 3

Laboratorium , 1 Perpustakaan

b. Sekolah Non Unggulan

Bertempat di poros malua pontana dan memilik fasilitas 20 Kelas, 2

Laboratorium , 1 Perpustakaan

1) Madrasah aliyah swasta MA Guppi Gandeng

Bertempat di Gandeng Jln. poros Salukanan, dan memiliki Fasilitas

21 Kelas, 2 Laboratorium , 1 Perpustakaan

2) SMA Muhammadiyah Kalosi

Beretempat di jln. Jendral ahmad yani no 29 dan memiliki fasilitas 11

Kelas, 3 Laboratorium , 1 Perpustakaan

D. Keadaan Pendidikan Di Enrekang

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun

usianya, yang sedang sekolah ditingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia

yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk diusia


48

yang sama. Kegunaan APM adalah untuk menunjukkan partisipasi sekolah

penduduk usia sekolah ditingkat pendidikan tertentu. Data APK dan APM

Kabupaten Enrekang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


49

Tabel 4,2 Data APK dan APM Kabupaten Enrekang

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK


jumlah
jumlah
jumlah siswa usia
jumlah siswa usia Jumlah jumlah
siswa usia 16-18 th
NO Kecamatan penduduk 13-15 th penduduk penduduk
7-12 th APK APK bersekolah APK
usia 7-12 bersekolah usia 13- usia 16-
bersekolah di
th di 15 th 18th
di SD/MI SMA/MA/
SMP/MTs
SMK
Kecamatan
1 3.480 3.495 99,57 1.808 1.558 116,05 956 1.639 58,33
Maiwa
Kecamatan
2 755 654 115,44 282 290 97,24 163 305 53,44
Bungin
Kecamatan
3 1.234 1.302 94,78 486 579 83,94 238 610 39,02
Cendana
Kecamatan
4 4.340 4.601 94,33 2.422 2.050 118,15 2.527 2.156 117,21
Enrekang
Kecamatan
5 3.654 3.602 101,44 1.263 1.606 78,64 1.562 1.500 104,13
Anggeraja
Kecamatan
6 1.359 1.155 117,66 383 515 74,37 278 906 30,68
Malua
Kecamatan
7 3.358 3.198 105,00 1.759 1.425 123,44 1.553 1.689 91,95
Baraka
Kecamatan
8 Buntu 2.243 1.929 116,28 570 860 66,28 191 542 35,24
Batu
Kecamatan
9 2.989 3.123 95,71 1.811 1.392 130,10 3.382 1.464 231,01
Alla
50

10 Kecamatan 2.250 106,67 735 1.002 73,35 281 1.054 26,66


2.400
Curio
Kecamatan
11 2.173 1.851 117,40 510 824 61,89 77 868 8,87
Masalle
Kecamatan
12 1.652 1.544 106,99 663 687 96,51 Belum terdapat SMA/MA/SMK
Baroko
Jumlah 29.637 28.704 103,25 12.692 12.788 99,25 11.208 12.733 88,02
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Enrekang

Data pada tabel diatas memperlihatkan adanya perbedaan yang cukup besar APK antar kecamatan

utamanya pada jenjang pendidikan Menengah. Keadaan ini terjadi akibat adanya kecenderungan siswa

melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah menengah di kecamatan lain yang fasilitas pendidikannya

lebih lengkap maupun pindah ke Kabupaten tetangga. APK SLTP dan APK SLTA cukup tinggi pada

kecamatan Enrekang 117,21, Kecamatan Anggeraja 104,13 dan Tertinggi di kecamatan Alla 231,01%,

dan yang terendah pada Kecamatan Masalle.


51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSEPSI MASYARAKAT TERKAIT DENGAN SEKOLAH

UNGGULAN DAN NON UNGGULAN

1. Hasil Penelitian

Persepsi masyarakat tentang sekolah unggulan dan non unggulan itu

sudah bukan rahasia lagi di mana orang tua akan berusaha memasukan anaknya

ke sekolah unggulan tanpa berfikir panjang, kalau di fikir secara logis khususnya

SMA sederajat itu bukan lagi persoalan tentang unggulnya atau tidak, tergantung

dari individu masing-masing karena kebanyakan selama ini yang dinilai dari

sebuah sekolah bukan dari seberapa banyak siswa yang dia terima, dan terkadang

sekolah unggulan menurun menjadi non unggulan dan begitupun sebaliknya

dalam artian bahwa penilaian selama ini diambil dari kualitas siswa dan guru,

sekolah bukanlah sesuatu yang cerdas atau benda mati yang sedang berkembang

tetapi sekolah adalah wadah kosong yang di isi oleh orang-orang dengan tujuan

tertentu atau sekolah merupakan wadah kosong yang ingin dikembangkan oleh

orang-orang dengan tujuan untuk berproses dan menghasilkan sebuah input di

mana input itu akan di kenal oleh masyarakat bukan siswanya yang akan dikenal

pertama tetapi sekolahnya.

Dari latar belakang di atas bahwa sekolah unggulan dan non unggulan itu

tergantung dari orang- orang yang berada di dalamnya dengan output yang bisa di

akui, dalam artian bahwa semua sekolah berusaha untuk menjadi lebih baik, dan

seharusnya sekolah unggulan dan non unggulan itu tidak di beda-bedakan seperti

51
52

hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa pihak sekolah tentang sekolah

unggulan dan non unggulan :

Saya sebenarnya tidak terlalu sepakat terhadap kelas


unggulan dikarenakan sepemahaman saya seakan-akan di
diskriminasi apabila dikotak-kotakkan antara unggulan dan non-
unggulan, bahkan menurut saya sebaiknya diratakan semua karena
pada dasarnya semua orang sama serta berhak mendapatkan
perlakuan dan pendidikan yang sama. Kebetulan saya Alumni
Psikologi dan dalam Psikologi tidak ada kelas Unggulan.(hasil
wawancara/FA/29/7/2019)

Hasil pemaparan dari informan yang berinisial FA mempersepsikan

melalui sudut pandang yang mengatakan bahwa sekolah itu sama semua

fungsinya di mana tempat menempuh ilmu bukan sesuatu yang di tempati

bersaing siapa yang lebih unggul akan tetapi tujuan penerapan untuk sekolah

unggulan dan non unggulan adalah sebuah pengharagaan yang telah di capai

dalam sebuah sekolah bukan dari segi persaingan yang di lakukan tapi ini dari segi

sesuatu yang dapat membuat para murid menjadi lebih bermotivasi dalam

menuntut ilmu misalnya kalau seorang siswa bisa mencapai target yang telah di

janjikan atau standar dari sebuah istansi maka dia bisa mendapatkan beasiswa dan

ini tidak terkhusus kepada sekolah unggulan

Dalam hal ini persepsi masyarakat tentang sekolah unggulan dan non

unggulan mengatakan tentang masalah perbedaan sekolah disini memang harus di

pahami tujuan dari penerapan terhadap sekolah unggulan dan non ungglan di

mana para pemerintah memiliki tujuan khusus dimana tujuan itu demi kebaikan

semua sekolah tapi masih banyak belum paham dari tujuan tersebut sehingga

memunculkan pardigma terhadap sekolah non unggulan yang tidak terlalu baik
53

dan menyebabkan beberapa masyarakat tidak sependapat dengan teori tersebut,

Salah satu pendapat dari masyarakat memiliki pandangan yang sangat bagus

tentang sekolah unggulan dan sekolah non unggulan di mana dia melihat segi

aturan yang di mana menyamaratakan semua pendidikan tujuan dari sekolah

hampir semua sama , hasil wawancara dari narasumber hampir sejalan dengan

wawancara sebelumnya dengan data di sampaikan Informasi berikut ini

Sebenarnya menurut saya harusnya tidak ada klasifikasi itu


karena terobosan tujuan pendidikan ialah mencerdaskan generasi
bangsa, kemudian yang mencolok dari sekolah unggulan itu biasanya
dari segi sarana dan prasarananya yang jauh lebih dari pada sekolah
non unggulan, yang mana sebaiknya itu disama ratakan juga dengan
yang membtuhkan. .(hasil wawancara/HN/29/7/2019)

Hasil pemaparan dari informan yang berinisial HN masalah tentang

perbedaan yang mencolok antar sekolah unggulan dan non unggulan di mana dia

melihat dari tujuan pelajar yang mendapatkan pengatahuan secara merata tapi

kenyataannya masih banyak yang bisa dilihat dengan kasat mata perbedaan yang

mencolok terhadap sekolah unggulan dan non unggulan seperti yang dibahasakan

oleh HN tersebut dari segi prasarana sangat mencolok terhadap perbedaan antara

sekolah unggulan dan nonunggulan.

Konsep utama dari sebuah pendidikan di zaman sekarang adalah di mana

yang paling di perhatikan adalah sebuah prasarana untuk membantu meningkatkan

pengetahuan para siswa sedangkan dari kondisi yang telah diteliti banyak yang

mengatakan masih banyak sekolah yang belum memaksimalkan prasarana yang

harus di gunakan dalam mengembangkan sebuah pengetahuan tapi kenyataannya

tidak sesuai dengan apa yang di harapakan, masih banyak sekolah sekolah yang
54

belum memadai dari hal prasaran, hal seperti ini lah yang harus di perhatikan

untuk meningkatkan kualitas pengetahuan para siswa.

Menurut saya dari sisi positifnya pada wilayah pengembangan


yaitu terkumpulnya siswa yang berprestasi serta proses
bimbingannya sudah bagus, hanya saja dalam perspektif masyarakat
melahirkan dikotomi,disintegrasi, seolah-olah siswa yang diterima
disekolah tersebut hanya siswa yang memiliki kemampuan akademik
bagus serta ekonomi materi .(hasil wawancara/SI/30/7/2019)

Setiap pandangan masyarakat memiliki perbedaan seperti persepsi salah

satu masyarakat yang berinisial SI dimana dia melihat dari sisi positif pengadaan

sekolah unggulan dan non unggulan dengan memanfaatkan prestasi yang bakalan

muncul karena tidak bisa di pungkiri karakter setiap siswa itu berbeda beda dan

tidak semua bidang bisa di andalkan setiap siswa pasti ada kemampuan yang

paling menonjol di suatu bidang, setiap pengadaan perlombaan dengan berbagai

jenis perlombaan tidak semua siswa bisa melakukanya dan tidak semua siswa bisa

menguasai semua bidang tersebut, sebenarnya tidak ada siswa yang bodoh Cuma,

kemampuan setiap siswa berbeda beda, dan masih banyak siswa membutuhkan

bimbingan para guru untuk memahami bidang dan meningkatkan kemampuan

mereka.

Dalam hal sekolah unggulan dan nonunggulan tidak bisa dipungkiri dari

masyarakat banyak yang lebih memilih sekolah unggulan dan mengabaikan

sekolah non unggulan di sebabkan ada beberapa nilai nilai positif yang di anggap

masyarakat di sekolah unggulan demi kebaikan anaknya hal di tunjukkan dari

beberapa hasil prestasi yang telah di capai oleh sekolah tersebut sehingga para

masyarakat memiliki sudut pandang masing masing terhadap sekolah. Dalam

artian tidak semuanya memiliki pandangan yang sama, diterapkan sekolah


55

unggulan dan non unggulan disertai dengan adanya nilai-nilail positif yang ingin

dicapai seperti memotivasi sekolah agar memiliki pemikiran tidak ketinggalan

dengan sekolah sekolah lain dan berusaha juga meningkatkannya, pasti para

pemerintah yang menerapkan sekolah unggulan dengan standar standar yang ada

pasti sudut pandang yang dapat memajukan para generasi anak muda untuk masa

depannya.

Sekolah unggulan yaitu sekolah yang dimana mempunyai


kualitas yang bagus dalam segi fasilitas,dengan fasilitas mapan
tentunya proses belajar mengajar yang efektif, kalau non unggulan
tentunya fasilitasnya itu tidak memadai sehingga proses belajar
mengajar tidak akan berjalan dengan baik. .
(hasil wawancara /RH/31/7/2019)

Salah satu persepsi masyarakat yang bisa dikata memiliki pandangan yang

benar benar tarjadi di ingkungan bahkan bukan Cuma sekolah, kampus pun begitu

di mana dia melihat sekolah unggulan pada saat penerimaan bisa dikatakan

lumayan ketat walaupun hampir semuanya tidak begitu tapi sekolah unggulan

melakukan tahap demi tahap dalam seleksi penerimaan siswa baru, tapi ini

menunjukan bahwa setiap sekolah ingin memaksimalkan kualitas walaupun belum

semaksimal yang di harapkan,

Memang dari segi peminat tidak bisa di pungkiri sekolah unggulan

memiliki pendaftar yang over sehingga mengadakan peyeleksian penerimaan

murid atau membatasi penerimaan siswa, hal ini menunjukkan sekolah uggulan di

mata masyarakat begitu sangat utamakan di tunjukan sala satu dari segi

penerimaan siswa yang begitu banyak sedangkan kebanyakan sekolah


56

nonunggulan mengadakan penerimaan siswa setelah sekolah uggulan

megumumkan hasil seleksi penerimaan siswa

Kualitas dari sebuah sekolah memang tidak bisa di pungkiri untuk

meningkatkan kemampuan para siswa dalam menuntut ilmu seperti media

informasi dalam hal ini menunjukan masyarakat juga memiliki persepsi tersendiri

dari beberapa hal terhadap sekolah, secara otomatis orang tua murid pasti

menginginkan anaknya mendapatkan sesuatu yang lebih baik mulai segi fasilitas

sekolah yang digunakan, dan strategi guru dalam membimbing para siswa, Selain

dari pendapat masyarakat peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat

berkaitan dengan masalah fasilitas yang berada di sekolah unggulan dan non

unggulan dan adapun hasil wawancara dengan pihak sekolah tentang fasilitas

sekolah unggulan dan non unggulan sebagai berikut :

Kualitas antara sekolah unggulan dan non unggulan pasti


berbeda, contohnya SMA Tinggi Moncong dan SMA 17 yang
terkenal dengan sekolah unggulan yang mana dari segi
intelegensinya lebih tinggi dan perlakuannya akan jauh lebih baik
dibanding dengan sekolah non unggulan. Dan juga untuk Out
Putnya dalam artian untuk ranking 1 dari sekolah unggulan dan non
unggulan pasti berbeda dari segi intelegensi.
.( hasil wawancara /FT/32/7/2019)

Berkaitan hasil wawancara persepsi dari sumber informan yang

berinisial FT yang melihat dari hasil outputnya di mana hasil lebih berkualitas di

sekolah unggulan di sebabkan sekolah unggulan memiliki kualitas lebih bagus di

bandingkan sekolah non unggulan,

Kualitas memang tidak bisa muncul begitu saja pasti ada sebuah pondasi

yang menopang sehingga memiliki sebuah kualitas dan ini biasa di tunjukan di
57

sekolah sekolah di mana kualitas sebuah murid tergantung dari wadah yang

membentuk pondasi para siswa, memang semua kepribadian siswa tidak

bersumber semuanya dari sekolah tapi sebagian besar terbentuk dari sekolah

karena tujuan dari sekolah adalah membimbing para generasi muda dalam hal ini

akan di tunjukan beberapa hal yang positif dan negatif dari pengkajian yang di

lakukan oleh tenaga pendidik selama ini, dan yang di dapatkan di lingkungan itu

tidak lebih dari sebuah pengalaman sedangkan sekolah selain dari pemahaman

mereka juga di kasih sebuah gambaran dari hasil kehidupan mereka.

Terkait dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti sala satu pendapat

dari informan yang melihat dari sudut pandang positif dari berbagai segi yang

dapat dia perhatikan memang hampir semua sekolah unggulan lebih unggul dari

segi fasilitas tapi pendapat dari hasil wawancara dikatakana dari sala satu

informan yang melihat juga melihat sebuah keunggulan dari segi bakat

Apabila berbicara dari segi kualitas memang lebih berkualitas


di sekolah unggulan namun kenyataannya dalam dunia pendidikan
bukan hanya prestasi yang dikejar melainkan ada juga
pengembangan bakat yang dikejar dan orientasinya sekarang bukan
hanya pengetahuan yang dimunculkan tetapi bakat juga dimunculkan.
.(hasil wawancara/HS/31/7/2019)

Pengadaaan sekolah unggulan dan non unggulan oleh pihak yang

berwewenang memang sala satunya kualitas dari sekolah tapi segi penilaian tidak

sepenuhnya di lihat dari segi kualitas tapi di lihat juga dari beberapa hasil yang

menunjukan hal positif, tapi terkadang masyaraakat menunjukan sesuatu yang

baik dari segi kualitas tanpa memperhatikan sesuatu yang bisa menjadi penilaian
58

yang baik sehingga sekolah sekolah lain banyak di anggap tidak bermutu padahal

mungkin mereka memiliki kualitas segi lain yang tidak kala dari sekolah unggulan

Kualitas dari sebuah sekolah unggulan memang lebih baik dibandingkan

sekolah nonunggulan di tunjukan dari beberapa hasil yang telah di nilai oleh pihak

yang berwajib, dalam artian bahwa menjadi sekolah unggulan berarti telah

memenuhi standar yang telah di tetapkan jadi sekolah unggulan tapi bukan berarti

sekolah non unggulan tidak mau menjadi sekolah yang unggul juga Cuma hampir

semua sekolah non unggulan sementara proses untuk memenuhi standar menjadi

sekolah unggulan,

Walaupun sekolah ungggulan lebih unggul dalam hal kualitas dan sarana

dan prasarana bukan berarti sekolah non unggulan tidak memiliki kualitas yang

baik dan sekolah non unggulan juga memiliki fasilitas walau tidak selengkap

sekolah unggulan dan sekolah non unggulan juga bukan berarti mereka tidak ingin

menjadi unggul cuma ada beberapa faktor yang sementara proses belum tercapai

untuk standar jadi sekolah unggulan. Selain dalam hal fasilitas ada juga hasil

wawancara yang melihat dari segi jaringan atau hubungan kerjasama dengan

pendidikan yang lain, dalam hal ini memang tidak bisa dipungkiri bahwa kita

tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain seperti yang dikatakan salasatu

informan.

Dari segi kualitas memang berbeda sebab sekolah


unggulan mempunyai jaringan yang sangat meluas, contohnya di
perguruan tinggi universitas , sedangkan non unggulan mempunyai
juga jaringan tetapi tidak sama halnya dengan sekolah unggulan
yang jangkauannya meluas. . (hasil wawancara /RH/ 36/3/8/2019)
59

Sesuai hasil wawancara di atas sala satu sumber informan yang berinisial

RH melihat dari sudut pandang hubungan kerjasama dengan pendidikan lainnya di

mana sekolah unggulan memiliki kerjasama dengan pendidikan yang lebih tinggi

dan kapasitas untuk murid yang di janjikan lebih besar di bandingkan sekolah

nonunggulan.

Jaringan sekolah memang sangat di butuhkan dalam hal menambah ilmu

pengetahuan bagi siswa terutama universitas universitas dan selama ini jatah

untuk sekolah unggulan yang di tawarkan memang lumayan banyak untuk

siswanya yang ingin lanjut ke perguruan tinggi atau biasa di sebut bebas tes.

Seperti yang dibahas pada paragraf di atas bahwa bukan berarti sekolah

non unggulan tidak memiliki fasilitas yang lengkap Cuma belum dimanfaatkan

secara maksimal seperti hasil wawancara pada sala satu informan sebagai berikut.

Bicara tentang kualitas sekolah unggulan dan sekolah non


unggulan, maka kita akan mengkaitkannya dengan beberapa faktor
penunjang kualitas sekolah baik dari segi fasilitas sarana dan
prasarana serta tenaga didik pada sekolah tersebut, yang mana kita
ketahui bahwa kedua klasifikasi sekolah tersebut memiliki faktor
penunjang akan tetapi faktor penunjang pada sekolah unggulan jauh
lebih maksimal dibandingkan dengan sekolah non unggulan. .( hasil
wawancara/MY/4/8/2019)

Berkaitan dengan hasil wawancara dengan sala satu sumber informan yang

berinisial MY di mana dia melihat kualitas sebuah sekolah dari segi dari segi

faktor penunjang di mana faktor penunjang yang di maksud adalah sebuah

kapasitas yang di miliki sebuah sekolah untuk meningkatkan pengetahuan para

siswa
60

Seperti yang dibahasakan paragraf sebelumnya yang mengatakan kualitas

sebuah sekolah tidak akan begitu saja karena ada beberapa faktor penilaian yang

membuat sebuah sekolah bisa di akui sala satunya faktor penunjang dalam

meningkatkan pengetahuan para siswa di mana faktor penunjang di maksud

adalah sebuah prasarana media pembelajaran yang bisa memaksimalkan strategi

pembelajaran oleh tenaga pendidik

Dari hasil wawancara di atas sesuai dengan sudut pandang mereka masing

masing yang dilakukan dengan pihak sekolah dan masyarakat dikatakan sekolah

unggulan lebih memadai dan hanya sekolah unggulan yang lebih diutamakan

sehingga para siswa yang berkualitas hanya ada pada sekolah unggulan.

Selain dari kualitas sekolah peniliti juga mengadakan penelitian yang

berkaitan dengan standar sekolah, Untuk menjadi sekolah unggulan itu tidak

langsung dicap jadi sekolah unggulan, ada juga sistem penilaian yang di lakukan

oleh beberapa pihak yang berkewajiban sehingga di akui oleh masyarakat dan

sekolah harus mencapai standar yang telah di keluarkan oleh pihak tersebut

sehingga bisa dikatakan sekolah unggulan dan beberapa aturan telah dikeluarkan

mulai kondisi prestasi dan masih banyak hal lainya, terkait hasil wawancara yang

dilakukan peneliti terhadap sudut pandang masyarakat yang menjadi standar

penilaian menjadi sekolah unggulan. Adapun Hasil wawancara yang di lakukan

peneliti dengan melihat dari segi kualitas sekolah tersebut dengan mengatakan :

Standar untuk menjadi sekolah unggulan yaitu:


Akreditasinya harus bagus, Tenaga pendidik atau guru harus yang
berkompeten dalam hal bidangnya.
(hasil wawancara /FR/34/4/8/2019)
61

Berkaiatan dengan hasil wawancara dengan sumber informan yang

berinisial FR berkaitan dengan standar sekolah dengan melihat standar untuk jadi

sekolah unggulan di mana dia melihat segi akreditas dan tenaga pendidik,di mana

sumber informan mengaggap sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki

akreditasi yang bagus dan guru-guru yang berkompeten.

Sekolah unggulan adalah sekolah yang memilki akreditas yang bagus

memang sala satu persyaratan jadi sekolah unggulan adalah sebuah akreditas tapi

berbicara soal akreditas itu tidak asal di cap sebagai sekolah dengan akreditas

bagus, butuh beberapa perjuangan dari pihak sekolah untuk hal tersebut dan ini

bukan hal dalam bersaing tapi di mana sistem pemerintah untuk mengakui para

sekolah dalam yang telah di capai oleh sekolah tersebut.

Selain dari segi kualitas tenaga pengajar ada juga yang melihat untuk

standar sekolah dari sarana dan prasarana yang memadai sehingga bisa menjadi

sekolah unggulan dan hasil wawancara yang dilakukan dengan peneliti sebagai

berikut.

Standar untuk menjadi sekolah unggulan yaitu dari segi


sarana dan prasarana serta tenaga pendidiknya.
(hasil wawancara /AR/4/8/2019)

Berkaitan dengan hasil wawacara yang telah di lakukan mengatakan

standar untuk sekolah unggulan di mana sala satu sumber informan yang

berinisial AR mengatakan standar untuk jadi sekolah unggulan adalah di mana

sekolah harus memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk memebuat

parasiswa berkembang dalam hal pengetahuan.


62

Sekolah unggulan dan sekolah non unggulan tidak lepas dari sebuah sarana

prasaran dalam hal pembelajaran di mata masyarakat yang mana menganggap

sekolah non unggulan memilki sarana dan prasarana yang masih minim di

gunakan oleh para siswa dalam pembelajaran dan seperti yang di bahasakan

sebelumnya bahwa sarana sangat di butuhkan dalam media pembelajaran bagi

siswa di zaman sekarang tanpa sarana prasana dalam dunia pendidikan sekarang

itu sangatlah sulit dalam menemukan informasi dari luar

Salah satu faktor pendukung adalah fasilitas, dimana hasil wawancara

yang dilakukan dengan sala satu informan yang melihat dari segi prasarana

gedung, fasilitas untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan adapun hasil

wawancaranya sebagai berikut :

Syaratnya yaitu dari segi fasilitas yang mana terdapat


laboratorium yang lengkap, perpustakaan yang lengkap serta
klasifikasi guru yang berkompeten minimal S1.
(hasil wawancara /LZ/4/8/2019)

Sarana media pembelajaran yang paling utama adalah sebuah wadah untuk

berkumpul dan sala satu hasil wawancara di mana sumber informan yang

berinisial LZ melihat dari segi prasarana gedung sebagai media pembelajaran,

memang tidak bisa di pungkiri bahwa gedung untuk para siswa sangatlah wajib

dalam menimpah ilmu dan beberapa fasilitas pendukung yang melengkapi gedung

tersebut, apalagi sekarang sekolah sudah semakain berkembang berbagai macam

gedung telah di bangun mulai laboratorium yang bermacam macam agar para

siswa dapat fokus dalam pembelajar di bidang tersebut


63

Sarana paling utama paling penting adalah sebuah ruangan untuk

pengadaan proses pembelajaran mulai dari ruangan kelas, laboratorium hingga

ruangan yang tempati media untuk penegtahuan tambahan, sekolah adalah sebuah

media di man terdapat berbagai macam bentuk untuk pengembangan para siswa

karena segala macam usaha untuk melengkapi fasilitas di maksimalkan

semaksimal mungkin demi perkembangan pangetahuan para siswa. Bahkan di

dunia pendidikan sekarang hampir mata pelajaran memiliki ruangan tersendiri

agar para siswa dapat fokus terhadap satu pelajaran.

Selain dari prasarana ada hal yang paling utama yaitu tidak lain dari

sebuah manejemen dari sekolah atau sering dikenal oleh masyarakat strategi

dalam mengelolah sekolah, dari beberapa nara sumber yang dimintaki keterangan

untuk dianalisis oleh peneliti, disini juga peneliti melakukan wawancara yang

berkaitan dengan strategi di mana strategi lah yang bisa dikata dasar dari sebuah

Perkembangan dari hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa, tanpa strategi

sebuah istansi seperti sekolah tidak bisa melakukan perkembangan, hal ini

menunjukkan bahwa strategilah yang menjadi patokan dasar sebuah sekolah. Ada

pun Pendapat masyarakat tentang sistem dan strategi dari hasil wawancara yang di

lakukan oleh peneliti sebagai berikut :

Untuk strateginya pasti berbeda dikarenakan beda


kepala beda watak dan karakter jadi untuk perlakuan ke
siswanya masing-masing juga berbeda, serta seharusnya guru
itu pintar dan berinovatif. (hasil wawancara /FR/4/8/2019)

Berkaitan dengan hasil wawancara dengan sala satu sumber informan yang

berinisial FR tentang strategi, setiap tenaga pengajar memiliki cara yang berbeda
64

beda sesuai dengan kemampuan dan sesuatu yang mereka anggap sesuai dengan

bahan ajar yang mereka bawakan, tetapi kadang ada juga beberapa guru yang

memahami konsep para siswa atau kondisi para siswa di mana para siswa tidak

bisa menangkap apa yang akan di bawakan oleh guru tersebut dan ini sering

terjadi oleh para siswa dan berkaitan dengan hasil wawancara sebelumnya di

mana kemampuan daya tanggap siswa itu berbeda beda di sini para guru juga

harus kreatif dalam membawakan materi kepada siswa dan memahami kondisi

siswa agar siswa dapat menerima pembelajarn tersebut tanpa beban.

Strategi sebuah sekolah atau guru memang tidak di atur oleh pihak yang

berwajib karena mengingat yang bakalan menghadapi siswa secara langsung tidak

lain adalah sebuah guru dari sekolah tersebut dan yang memahami apa yang di

inginkan para siswa dan cara siswa menangkap materi yang memang harus para

guru pahami maka dari itu tidak heran cara pembelajaran para guru berbeda beda

mengingat apa yang di butuhkan oleh para siswa dalam materi yang di bawakan

oleh guru tersebut selain itu cara pengguaan media pun para guru harus mahami

media tersebut agar dapat memampatkan dalam pembelajaran

adapun beberapa hasil wawancara yang di lakukan dengan peneliti seperti

yang dikatakan berikut :

Masing masing dari tenaga pendidik atau guru memiliki


strategi masing masing dalam menghadapapi siswanya. (hasil
wawancara /AM/4/8/2019)

Berkaitan hasil wawancara seperti yang di persepsikan oleh sala satu

sumber informan yang berinisial AM tentang strategi di sekolah, di mana di

melihat strategi dalam pembelajaran, selama ini memang cara guru membawakan
65

mata pelajaran berbeda beda karena cara pemikiran guru juga berbeda beda di

mana dia berusaha memahami para siswa agar materi yang di bawakan bisa di

pahami oleh para siswa.

Strategi adalah sebuah dasar dalam langkah melakukan sesuatu tanpa

strategi yakin rencana tidak akan tersusun secara sistematika terkhusus bagi

sekolah sekolah, secara otomatis dari hasil observasi selama ini cara mengajar

guru berbeda beda di sebabkan karena cara pandang mereka terhadap mata

pelajar untuk di tangkap oleh siswa tidak sama semua seperti mata pelajaran

matematika dan sosiologi di mana tipe cara penangkapan mata pelajaran begitu

sangat berbeda secara otomatis guru juga harus memikirkan strategi yang tepat

dalam membawakan masing masing mata pelajaran yang di bawakannya.

Berkaiatan hasil wawancara selain strategi terhadap data yang di analisis

peneliti juga melakukan wawancara berkaitan dengan alasan orang tua yang lebih

memilih memasukan anaknya ke sekolah unggulan di bandingkan sekolah non

unggulan, Alasan bagi masyarakat untuk memasukan anaknya ke sekolah

unggulan sudah tidak diragukan lagi karena paradigma hampir semua orang sama,

siapa sih yang mau hal tidak baik walaupun tanpa mencari tau apakah benar benar

baik atau tidak pilihan yang mereka pilih intinya mereka menginginkan yang baik

dan mengabaikan yang buruk, berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan

peneliti tentang sudut pandang masyarakat terhadap orang tua murid yang lebih

mengutamakana sekolah unggulan dari pada sekolah non unggulan seperti yang

dikatakan sala satu sumber informan sebagai berikut :


66

Sebenarnya orang tua berbondong bondong untuk


memasukkan anaknya ke sekolah unggulan karena Out Putnya
dan Track Recordnya. (hasil wawancara /FR/6/8/2019)

Output suatu sekolah tidak lain hasil dari sebua strategi dimana proses

strategi yang baik akan menghasilkan output yang baik juga seperti hasil

wawancara yang di lakukan dengan salah satu sumber informan yang berinisial

FR mempersepsikan terhadap hasil output dari sekolah unggulan dimana menjadi

alasan ornag tua yang lebih mengutamakan sekolah unggulan di bandingkan

sekolah non unggulan

Begitu banyak pendapat di mata masyarakat berkaitan dengan setiap

sekolah karena mereka ingin hasil yang dapat menjanjikan bagi anak anaknya

seperti hasil observasi yang di lakukan di mana orang tua lebih mengutamakan

sekolah unggulan karena secara kasat mata hasil yang telah di lihat di masyarakat

terhadat output sekolah unggulan banyak di akui, selain itu di katakana sekolah

unggulan secara otomatis memiliki sesuatu yang lebih unggul dalam hal

manajemen sekolah tapi bukan berarti sekolah non unggulan tidak memiliki

manajemen atau strategi seperti yang di bahasakan sebelumnya Cuma hasil

penilain dari yang menetapkan aturan standar sekolah melihat seuatu yang bisa

tergolong sekolah unggulan dan begitu pun sekolah yang lainya

Walaupun alasan orang tua murid berbeda intinya mereka memiliki

penilaian tersendiri untuk kebaikan anaknya dan hal itu sudah lumrah dimata

masyarakat seperti melihat dari segi fasiltas sekolah sehingga mengatakan sekolah

itu lebih baik dari pada yang lain seperti hasil wawancara yang dilakukan yang

melihat dari segi fasilitas.


67

Hampir semua orang tua murid memilih sekolah unggulan dan itu sudah

pasti walaupun memiliki alasan yang berbeda beda karena cara penilaian

masyarakat berbeda beda walaupun tujuannya sama. seperti yang di bahasakan di

atas yang mengatakan bahwa siapa sih yang tidak ingin sesuatu yang baik pasti

ingin kita semua ingin memiliki walaupun kadang itu tidak sesuai dengan harapan

kita cara orang mendapatkan sesuatu yang baik itu berbeda beda, berkaitan hasil

wawancara dengan sudut pandang yang berbeda beda seperti halnya dengan

sumber informan yang satu ini di mana dia melihat sebagian dari segi prestasi.

Yang membuat orang tua berlomba-lomba memasukkan


anaknya ke sekolah unggulan adalah mulai dari sarana dan
prasarana sekolah, visi dan misi sekolah unggulan dan akreditasi
sekolah tentu lebih baik dari sekolah yang dicap non unggulan
serta orang tua juga kadang melihat prestasi-prestasi yang pernah
diraih sekolah tersebut. (hasil wawancara /RM/49/7/8/2019)

Berkaiatan dengan hasil wawancara dengan sala satu sumber informan yang

berinisial RM di mana mempersepsikan tentang alasan orang tua memasukan

anaknya ke sekolah unggulan di mana diamelihat dari sudut pandang dari segi

sarana dan beberapa yang bisa menjanjikan masa depan para murid secara

otomatis orang tua mana yang tidak ingin anaknya menjadi sesuatu yang lebih

baik kedepanya secara otomatis orang tua akan memilih seuatu layak seperti

unggulan di bandingkan sekolah non unggulan

Sarana dan prasarana memang selama ini hal yang lumrah bagi penilaian

masyarakat secara otomatis masyarakat melihat mana sekolah yang lebih layak

dari segi bangunan karena bangunan sekolah sesuatu hal yang menjadi daya tarik

utama bagi masyarakat dan visi misi sekolah yang hampir setiap istansi memiliki
68

visi misi sekolah di mana hal menjadi motivasi untuk melangka ke depan agar

menjadi yang lebih baik, tapi dimata orang para murid walaupun jarang

memerperhatikan soal visi misi yang paling utama sekolah mana yang paling

bagus untuk masa depan anaknya, bisa di kata hampir semua para orang tua

memiliki paradigma yang sama terhadap sebuah sekolah.

Selain dari segi alasan orang tua peneliti di sini juag mengambil data

sebagai bahan untuk di analisis terhadap sekolah unggulan dan non unggulan di

mana peneliti melakukan hasil wawancara berkaiatan dengan ketertiban sebuah

siswa di sekolah, Sala satu penilaian yang dapat masuk kategori dalam

persyaratan menjadi sekolah unggulan adalah ketertiban siswa di lingkungan yang

bisa menjadi suatu penilaian bagi masyarakat, karena suatu ketertiban bisa dikata

cerminan dari sebuah hasil output dari sekoah yang benar benar memperhatikan

sebuah kualitas dalam dunia pendidikan, berkaitan dengan hasil penelitian peneliti

disini menampilkan beberapa hasil wawancara berkaitan dengan sudut pandang

masyarakat terhadap sekolah unggulan dan non unggulan tentang sebuah

ketertiban siswa dan sala satu hasil wawancara dengan sumber informan yang

melihat dari sebuah ketertiban siswa dari aturan yang benar diterapkan

Dari segi ketertiban para siswa saat ini jauh lebih baik
karena aturan yang lebih disiplin dan mengikat para siswa.
(hasil wawancara /RS/8/8/2019)

Berkaitan soal aturan itu sudah tidak asing lagi di mata masyarakat di mana apa

bila para siswa melanggar pasti ada sangsinya dan ini salah satu yang bisa menjadi

motivasi bagi siswa yang susah di atur, karena mengingat sebuah prinsip motivasi

di mana mengatakan kalau tidak bisa di kasih hadiah ya hukuman, memang


69

simple tapi dalam manejemen sebuah sekolah tidak lah mudah apalagi berkaitan

soal aturan seperti yang di bahasakan sumber informan yang berinisial RS

mengatakan mulai sekarang siswa mulai bisa di atur karena aturan, secara

otomatis guru juga harus bekerja keras agar aturan yang di perlakukan bisa

bermanfaat.

Aturan sebuah sekolah adalah sala satu cara manajemen untuk menjadi

sekolah lebih baik di mana pemikiran kebanyakan orang masi melenceng dari

kehidupan yang layak apa lagi pada saat masa sekolah banyak anak-anak yang

ingin merasa bebas dalam hal seperti ini tidak mudah di atur maka dari itu sebuah

sekolah membutuhkan aturan yang tegas untuk kebaikan para siswa dan tidak

sedikit para siswa yang terkena sangsi karena melanggar aturan, dan hal seperti itu

sudah wajar, agar para siswa lain dapat melihat dan menjadi lebih baik karena

tingkah laku yang telah di lakukan oleh murid terkena sanksi itu bisa di kata

melenceng dari sebuah kebaikan dan menjadi pembelajaran bagi siswa lain

Selain dari segi aturan ada juga yang melihat dari kehidupan sehari hari

dilingkungan seperti kenakalan remaja diluar sekolah, dalam hal ini karakter siswa

juga memiliki karakter yang berbeda beda ini ditunjukkan dari kehidupan siswa

yang di luar sekolah dalam hal ini sumber informan memberikan sebuah

pernyataan dari sudut pandangnya di mana dia melihat dari segi tingkah laku di

luar sekolah

Ketertiban siswa di luar lingkungan sekolah masih banyak


yang tidak tertib dalam artian kurangnya sopan santun serta tata
krama dalam lingkungan masyarakat
(hasil wawancara /RF/7/8/2019)
70

Berkaitan dengan hasil wawancara dengan sumber informan yang

berinisial RH di mana melihat kelakuan para siswa di luar sekolah di mana dia

melihat masih banyak yang menyimpang dari hasil yang di harapkan, memang

tidak sepenuhnya sekolah yang menanggung kehidupan siswa, sekolah juga

memiliki batasan waktu dalam membimbing para siswa tapi disini sekolah tidak

lepas tanggung jawab di mana mereka tetap melihat siswa siswanya walaupun di

luar sekolah tapi kadang ada juga para siswa susah di atur di mana mereka akan

kenakalan di luar apabila sudah di luar pengawasan

Ketertiban sekolah adalah hal yang harus memang di patuhi oleh siswa di

mana untuk kebaikan siswa itu sendiri, karena Berbicara soal kenakalan remaja

yang paling dominan itu dikalangan pelajar hal itu sudah wajar di mata

masyarakat yang melihat kelakuan kurang disiplin bila mereka di luar

pengawasan sekolah sehingga masyarakat memiliki persepsi tersendiri terhadap

tingkah laku siswa apabila di luar sekolah.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat di atas memiliki sudut pandang

yang berbeda beda tapi ada juga yang hanya redaksi kata yang membedakan,

dalam artian bahwa hampir semua sudut pandang masyarakat mengatakan sekolah

unggulan lah yang jauh lebih baik tapi dalam hal aturan yang di keluarkan

pemerintah dalam hal dunia pendidikan itu dibedakan antara sekolah unggulan

dan non unggulan di mana ditunjukan kurikulum yang diperlakukan semua

sekolah sama yang menjadi perbedaan paling urjen itu dikembalikan dari sekolah

masing masing dalam mengatur cara mendidik para siswa di setiap tenaga

pendidik.
71

2. Pembahasan

Di lihat dari hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti masyarakat

banyak yang mengatakan sekolah unggulan lah lebih baik dan hanya sekolah

unggulan lah yang paling pantas di tempati dalam hal mendapatkan ilmu

pengetahuan.

Hasil analisis dari hasil wawancara dengan masyarakat berkaitan dengan

sudut pandang terhadap sekolah unggulan dan non unggulan di mana masyarakat

melihat kualitas sekolah dari segi fasilitas yang layak dan itu hanya dimiliki oleh

sekolah unggulan di mana fasilitas dalam hal dunia pendidikan hampir semua

mencakupi di sekolah unggulan sedangkan sekolah non unggulan bukannya tidak

memiliki Cuma kurang maksimal, Yang selanjutnya kualitas yang di hasilkan oleh

sekolah unggulan lebih baik dibandingkan sekolah non unggulan di mana sistem

cara mendidik di sekolah unggulan lebih baik dibandingkan di sekolah non

unggulan, Jika dijabarkan satu persatu peraturan menteri (Permendiknas)

yang mengatur masing-masing standar pendidikan tersebut, maka akan tampak

nyata bahwa sesungguhnya sekolah yang memenuhi standar sudah memenuhi

bahkan melebihi kriteria sekolah unggul atau sekolah non unggulan dalam

kriteria sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Merumuskan ciri-ciri sekolah Unggulan salah satunya adanya standar

disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di

sekolah. Dalam Standar Nasional Pendidikan disiplin sangat diperhatikan,

bahkan untuk volume dan intonasi suara di kelas serta tutur kata saja diatur

dalam sebuah standar.


72

Dalam hal kelulusan, standar yang berlaku dalam pelajaran Agama Islam

untuk SMP, dikatakan siswa lulus (memenuhi syarat kelulusan) apabila berhasil

Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan

menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan

namimah. Luar biasa, suatu standar yang bahkan belum mampu dicapai

oleh sebagian mahasiswa dan sarjana Universitas Islam di Negeri kita.

Maka andai saja kepala sekolah, guru siswa dan karyawan mengikuti

ketentuan dalam peraturan yang ditetapkan, tentulah kepala sekolah, guru, dan

siswa akan jauh diatas standar.

Jika ditelaah secara mendalam standar pendidikan Nasional sebagaimana

turunannya dalam peraturan Menteri (Permen), sangat sulit bagi kita menunjuk

yang mana sekolah efektif dan mana yang bukan, konon lagi sekolah

unggulan dalam arti excllent. Sebab kebanyakan sekolah kita belum memenuhi

standar yang ditetapkan. Maka kriteria sekolah efektif dapat dicapai apabila

standar pendidikan dalam PP 19 tahun 2005 diterapkan dengan baik secara

keseluruhan.

Di lihat dengan keterkaitan dengan pandangna masyarakat dan aturan

dalam pemerintah di mana tujuan pemerintah menyamaratakan semua aturan

terhadap sekolah tanpa membedakan itu sekolah unggulan mau pun non

unggulan dalam hal ini analisis terhadap sekolah unggulan dan non unggulan di

mana dimasyarakat condong ke sekolah unggulanlah lebih baik dengan memiliki

asumsi yang bemacama macam dalam artian bahwa bukannya sekolah non

unggulan kurang baik tapi sekolah sekolah sekarang kurang pengawasan dari
73

dinas pendidikan. dalam hal mendidik itu di tunjukan dalam undang undang di

mana pemerintah tidak membedakan kurikulum pembelajaran terhadap sekolah

unggulan dan non unggulan tapi dimata masyarakat itu perbedaan outputnya

sangat jelas entah dari segi kualitas, segi fasilitas, dari siswanya itu sendiri dan

begitu banyak juga yang lainya disebabkan ada beberapa sekolah yang tidak

terlalu di perhatikan dalam artian bahwa tidak semua sekolah di kontrol dengan

baik ini di tunjukkan hasil dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

mana sekolah unggulan lah yang paling baik dan sekolah non unggulan kurang

baik di mata masyarakat.

Hasil analisis dari hasil penelitian di mana Masyarakat lebih melihat dari

segi kualitas dan sarana dan prasarana sekolah di mana sesuatu yang bisa di lihat

dengan kasat mata oleh masyarakat maka akan memunculkan paradigma

masyarakat terhadap sekolah unggulan lebih baik dari pada sekolah non

unggulan secara otomatis akan mempengaruhi dampak Sistem sekolah non

unggulan kurang maksimal dibandingkan sekolah unggulan dalam persoalan

sitem dimata masyarakat dan para Orang tua murid lebih mengutamakan sekolah

unggulan untuk menyekolakan anaknya karena memiliki fasilitas dan sarana

prasarana yang lengkap seperti di pembahasan hasil penelitian dimana sekolah

unggulan memiliki nilai positif yang lebih di mata masyarakat di bandingkan

sekolah non unggulan tapi strategi sebuah sekolah tidak berkurang untuk

memperbaiki sekolah semaksimal mungkin karena itu bisa di kata kewajiban

setiap guru yang bertanggung jawab di sekolah walaupun pandangan masyarakat

Strategi setiap sekolah berbeda dan strategi sekolah unggulan lebih baik
74

dibandingkan sekolah non unggulan .

3. Kesesuaian teori dengan hasil

Dalam teori Konstruksi sosial yang di kemukakan oleh Peter Berger Melihat

Teori konstruksi sosial sebagai realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui

interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai

dan keyakinan tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor

sosial sehingga melekat dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas.

Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu melalui proses internalisasi,

dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat

dalam institusi sistem sosial dan kesesuaian teori dengan kejadian yang di

lapangan di mana pada masyarakat menyakini sesuatu yang benar benar mereka

lihat sehingga atau suatu objektivitas, objektifikasi akan ditangkap sebagai gejala

realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran.

Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat (Man is a social

product)..

Hal ini menunjukan tindakan masyarakat terhadap teori kontruksi sosial di

mana teori tersebut menjelaskan bahwa realitas yang mereka yakini yang menjadi

paradigma untuk dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial

sehingga melekat dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas.


75

B. Kebijakan Pemerintah Terhadap Implementasi Aturan Di Sekolah

Unggulan dan Non Unggulan

1. Hasil Penelitian

Sekolah unggulan adalah sekolah dengan keunggulan pada semua

komponen atau aspek, ada pandangan masyarakat pendidikan dan

masyarakat umum bahwa sekolah dapat dikatakan unggulan bilamana

mampu menghasilkan lulusan dengan nilai UN atau transkip nilai yang

tinggi melalui proses pembelajaran yang baik. Dalam perspektif teoritik

keunggulan tersebut dinamakan dengan keunggulan mutio dimensional.

Adapun pendapat salah satu dari pemerintah di bagian bidang Seksi

kurikulum dan pembelajaran megatakan :

Persoalan kebijakan dari pemerintah terkhusus dari saya, saya


hanya bisa konsisten terhadap aturan yang telah di perlakukan di
beberapa aturan yang telah di kaji oleh pemerintah dengan
berbabagai macam pertimbnagan dan bagi saya dan teman saat
hanya bisa ikuti aturan yang telah tertulis, seperti halnya pengadaan
sekolah unggulan dan non unggulan kami tidak bisa menetapkan
begitu saja, sudah ada aturan yang harus di ikuti dan apa bila
sekolah tersebut sudah memenuhi standar menjadi sekolah unggulan
maka kami tinggal menertapkan dalam artian bukan kami yang yang
membuat sekolah menjadi baik tapi mereka sendiirilah yang
membuat sekolah menjadi baik.
(hasil wawancara /DP/2/8/2019)

Di mana salah satu pendapat sumber informan yang berinisial DP dari pihak

pemerintah bidang Seksi kurikulum dan pembelajaran mengatakan tentang

persoalan kebijakan dari pemerintah yang telah tertulis dan di jalankan oleh para

pemerintah dalam artia bahwa pemerintah tidak bisa ambil keputusan secara

mendadak harus ada perizinan dan kesesiauan dari aturan yang telah tertulis
76

Aturan pemerintah adalah aturan yang wajib di jalankan karena aturan yang

di buat bukan persoalan aturan yang di buat begitu saja pasti ada pengkajian yang

dalam dan alasan yang kuat sehingga aturan tersebut di perlakukan pihak sekolah

selain itu ada juga salah satu pendapat yang lain berkaitan dengan pihak

pemerintahan seperti yang di katakana berikut ini.

Kebijakan dari pemeritah terhdap sekolah unggulan dan


non unggulan bagi saya itu sudah ditetapkan, ada aturan di atas
kertas kami tidak bisa megeluarkan kebikajakan begitu saja,
dalam hal kebijakan kami harus memahami aturan yang telah di
perlakukan seperti penyelenggaraan sekolah unggulan dan non
unggulan, itu sudah memang ada aturanya, ya tinggal sekolah
saja yang memenuhi standar untuk menjadi sekolah unggulan dan
apabila mereka sudah memenuhinya maka kami tidak punya hak
untuk menundanya(hasil wawancara/HS/2/8/2019/)

Berkaiatan dengan hasil wawancara bisa di kata pendapat dari sumber

informan beranisial HS bidang Seksi Pendidikan Masyarakat Kursus dan

Pembelajaran hanya memiliki perbedaan redaksi kata di mana sama sama

menjelaskan tentang cara kebijakan para pemerintah untuk pengadaan

sekolah unggulan dan non unggulan

Sesuai apa yang di bahasakan informan dari pihak pemerintah di mana

untuk menyelenggrakan sekolah unggulan dan non unggulan mereka hanya

konsisten terhadap aturan yang telah di tetapkan selain itu mereka hanya bisa

konsisten terhadap aturan dalam artian bahwa kalau sekolah sudah

memenuhi aturan maka mereka tidak punya hak untuk menunda sekolah

tersebut menjadi sekolah unggulan selain itu adapun alasan dari

pemerintahan yang menjadi patokan di mana mengadakan sekolah unggulan

di mana para pemerintah telah memperdiksi yang akan terjadi kedepanya


77

maka dari itu ada alasan yang telah di keluarkan untuk peneyelenggaraan

sekolah unggulan sperti hasil obeserpasi yang telah di lakukah oleh peneliti

berikut ini :

1. Untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu

bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan

produktivitas nasional, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi,

sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan

berkelanjutan.

2. Untuk melakukan pengkajian secara komprensif dan

mendalam terhadap terjadinya transformasi struktur masyarakat, dari

masyarakat agraris ke masyarakat modern, menuju ke masyarakat

industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya

pada tuntutan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).

3. Persaingan global yang semakin ketat. yaitu bagaimana

meningkatkan daya saing Bangsa dalam menghasilkan karya-karya

yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).

4. Munculnya kolonialisme baru di bidang iptek dan

ekonomi menggantikan kolonialisme politik. Dengan demikian

kolonialisme kini tidak lagi berbentuk fisik, melainkan dalam bentuk

informasi. Ketergantungan Bangsa kita pada Bangsa lain merupakan

suatu bentuk kolonialisme baru yang menjadi semacam virtual

enemy yang telah masuk ke seluruh pelosok dunia ini. Semua


78

tantangan ini menuntut SDM Indonesia agar meningkatkan serta

memperluas pengetahuan dan wawasan keunggulan, keahlian

yang profesional, keterampilan dan kualitasnya.

(Observasi /12/8/2019)

Hasil dari penelitian di mana pemerintah memiliki 4 poin di bahas dari

pemerintah bertujuan untuk kemajuan anak muda bangsa dalam segala macam

hal bukan untuk saling bersaing antara sekolah tapi disini dinas pendidikan

mengeluarkan pernyataan untuk memotivasi para sekolah agar dapat

memperbaiki mutu pendidikan dari sekolah masing masing karena tidak bisa di

pungkiri baik buruknya sekolah itu tergantung lagi dari sekolah masing masing

walaupun sudah ada aturan, tapi kreatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran

itu dikembalikan ke sekolah masing masing.

Alasan para pemerintah untuk menetapkan para pendidikan saat ini karena

memiliki alasan yang sangat kuat, hasil analisis yang telah di lakukan pemerintah

yang akan menjadi persaingan ketat dan apabila Negara kita kurang dalam hal

ilmu pengetahuan secara otomatis kita akan di bodohi oleh perkembangan yang

akan datang

Dalam teorinya, sekolah hadir dalam rangka menjalankan amanah undang-

undang yang tersirat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 1 dan 3, yang juga merujuk pada UUD

dasar 1945. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005, peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 61 ayat 1,


79

Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, kebijakan

Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 tentang pedoman Penjaminan Mutu

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah yang intinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Tanpa dasar

hukum sekalipun sesungguhnya sekolah yang berkualitas sebagai proyeksi dan

percontohan mendesak untuk dibuat, mengingat rendahnya SDM kita yang

diduga akibat proses pendidikan yang kurang baik. Sehingga kehadirannya

sekolah unggul diharapkan bukan semata untuk memenuhi harapan undang-

undang, tapi juga yang lebih penting menjawab permasalahan pendidikan yang

sudah sangat kompleks di tengah tantangan dunia global.

Dalam perjalanannya, keunggulan yang disematkan pada sebuah sekolah

masih belum tepat sasaran. Kadang-kadang sekolah hanya dilihat dari gedungnya

saja, atau dikatakan unggul ketika siswanya banyak, atau diisi oleh kalangan elit.

Bisa jadi juga karena biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan di

sekolah tersebut sangat tinggi. Jika demikian adanya, maka akan banyak

bermunculan sekolah-sekolah yang sesungguhnya bukan unggul, tapi

diunggulkan. Padahal, sekolah unggul bukanlah nomenklatur, melainkan

penghargaan yang diberikan. Bisa jadi unggul di satu sisi, tapi memiliki

kekurangan di sisi lain. Bisa jadi tahun ini unggul, tapi tahun selanjutnya malah

menurun, jadi sekolah yang keunggulannya fluktuatif. Lebih tepat jika sematan

unggul pada sekolah dikembalikan pada posisinya (sesuai dengan kriteria dan

ciri- cirinya) kepada sekolah unggulan, sehingga tidak mencerminkan

arogansi dalam mengungguli sekolah lain. Tidak mustahil, akibat sematan


80

unggul tersebut, maka paradigmanya berwujud sekolah eksklusif bak menara

gedung, dengan biaya masuk sangat besar, yang hanya mampu dibayar oleh para

saudagar dan kalangan elit, tidak lagi memiliki kepekaan terhadap nurani

masyarakat (a sense of community). Alhasil, sekolah unggul akan melenceng dari

tujuan awal, juga bertentangan dengan kriteria dan ciri-ciri sekolah non unggulan

yang secara otomatis mambatalkan persamaan sekolah non unggulan dan sekolah

unggul.

Jika diamati, maka sejalan dengan dengan UU Sisdiknas no 20 tahun

2003. Bahkan secara khusus dalam Bab IX ditetapkan 8 (delapan) Standar

Nasional Pendidikan yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan

penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala.

Bagi saya persoalan aturan itu sudah ada tinggal di jalankan


saja sebagaimana aturan tentang job kita, ya intinya adalah
pengimplementasian aturan bukan kehebatan indipidu dari seorang
peerintah (hasil wawancara /HI/2/8/2019)

Seperti di bahasakan salah satu informan dari pihak pemerintah

beranisial HI Bidang Seksi Peningkatan mutu GTK yang mengatakan tentang

salah satu cara pemerintah terhadap sebuah kebijakana di mana dia

memutuskan, semuanya tergantung aturan

Ya memang di jaman sekarang keputusan sebuah lembaga istansi itu

tidak asal di putuskan begitu saja pasti ada dasar dalam keputusan di mana

aturan main yang di perlakukan untuk dalam sebuah kebijakan karena aturan

yang tertulis itu sudah di sepekati oleh pihak pihak yang khusus dalam

membuat sebuah aturan, untuk sebua lembaga kedepannya dan aturan yang di
81

perlakukan untuk pengadaan sekolah unggulan dan non ungglan seperti berikut

ini.

1. Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi

minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan

struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan

kalender pendidikan. Selanjutnya diatur dalam Permendiknas Nomor 22

Tahun 2006, dimana terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SD/SMP/SMA/LB

(ABCDE) yang harus dicapai. Apabila standar yang ditetapkan dalam standar

proses tidak tercapai maka sekolah tersebut tidak memenuhi standar, dan

tentu saja tidak dapat dikatakan sekolah unggul sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.

2. Kedua, Standar proses yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu,

dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran (Silabus dan

RPP), pelaksanaan pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran

yang efektif dan efisien. Standar proses kemudian diatur dalam Permendiknas

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan


82

Dasar dan Menengah dan Permendiknas Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B,

dan Program Paket C. dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007 tersebut

diatur tentang aturan penyusunan silabus dan RPP, persyaratan pelaksanaan

proses pembelejaran dan pelaksanaan pembelajaran, pemantauan, supervise,

evaluasi dan tindak lanjut.

3. Ketiga, Standar Kompetensi lulusan meliputi standar kompetensi lulusan

minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan

minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal

mata pelajaran.

4. Keempat, Pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang

dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai

ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan

anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,

Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Pendidik meliputi pendidik

pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB,

SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik

pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala


83

sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar,

pamong belajar, dan tenaga kebersihan. Kompetensi minimal yang harus

dimiliki telah diatur dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 16 Tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi

Sekolah, Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Perpustakaan Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008

tentang Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor,

Permendiknas Nomor 40 Tahun 2009 tentang Standar Penguji pada Kursus

dan Pelatihan, Permendiknas Nomor 41 Tahun 2009 tentang Standar

Kualifikasi Pembimbing pada Kursus dan Pelatihan, Permendiknas Nomor 42

Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus dan Pelatihan, Permendiknas

Nomor 43 Tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Pendidikan pada

Program Paket A, Paket B, dan Paket C, Permendiknas Nomor 44 Tahun

2009 tentang Standar Pengelola Pendidikan pada Program Paket A, Paket B,

dan Paket C.

5. Kelima, sarana dan prasarana. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki

sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku

dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan


84

berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang

pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang

bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,

tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi,

dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Tentang kriteria minimal diatur

dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan

Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), kemudian Permendiknas

Nomor 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah

Luar Biasa dan Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana

Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK).

6. Keenam, Standar pengelolaan, terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar

pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah

Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah. Selanjutnya diatur dalam

Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Ketujuh, Standar pembiayaan pendidikan, terdiri atas biaya investasi, biaya

operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya

penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan


85

modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus

dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran

secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:

Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat

pada gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi

pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan

sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi,

dan lain sebagainya. Selanjutnya diatur dalam Permendiknas Nomor 69

Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar

Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

8. Standar Penilaian pendidikan. Pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian

hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana

dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai

peraturan perundang- undangan yang berlaku. Selanjutnya diatur dalam

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian


86

Pendidikan(D2/Observas/)12/9/2019)

Jika dijabarkan satu persatu peraturan menteri (Permendiknas)

yang mengatur masing-masing standar pendidikan tersebut, maka akan tampak

nyata bahwa sesungguhnya sekolah yang memenuhi standar sudah memenuhi

bahkan melebihi kriteria sekolah unggul dalam kriteria para sebagaimana

dijelaskan sebelumnya.

Aturan pemerintah adalah aturan yang mutlak di ikuti setiap pendidikan di

mana hasil keputusan tentang aturan aturan demi kebaikan suatu sekolah agar

generasi penerus dapat memiliki prestasi sesuai yang di harapkan lagi lagi

persoalan cara mendidik secara indipidu itu di kembalikan lagi kepada masig

masing tenaga pengajar maka dari itu tidak heran ada kalo ada perbedaan yang di

bidarakan masyarakat terhadap sekolah unggulan dan non unggulan

2. Pembahasan

Sesuai hasil penelitia di mana pendapat dari pihak pemerintah yang hanya

menjalankan aturan sudah di perlakukan, pemerintah tidak asal ambil keputusan di

mana parapemerintah hanya mengikuti seusatu yang sudah di tetapkan dalam hal

pengadaan sekolah unggulan dan non unggulan di mana mereka hanya

menjalankan sesuai dengan job yang telah mereka tempati dan ikuti aturan dan

apabila sekolah sudah memenuhi aturan maka pemerintah tidak berhak

menundanya

kebijakan pemerintah adalah aturan yang mutlak untuk sekolah di mana hasil

pengkajian dari para petinggi untuk kebaikan para generasi muda dan adapun

ketetapan yang berlaku untuk menjadi standar sekolah adalah yang pertama
87

Standar Isi y a n g mencakup lingkup materi minimal dan tingkat

kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang

dan jenis pendidikan tertentu yang ke dua Standar proses yaitu proses

pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik yang ke tiga Standar Kompetensi lulusan meliputi standar

kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar

kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi

lulusan minimal mata pelajaran. Yang ke empat Pendidik dan tenaga

kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Yang kelima sarana dan prasarana.

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis

pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, ke enam Standar pengelolaan,

terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan,

standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh

Pemerintah. Selanjutnya diatur dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007

tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, ke tujuh Standar pembiayaan pendidikan, terdiri atas biaya investasi,


88

biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi

biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan

modal kerja tetap.kedelapan Standar Penilaian pendidikan. Pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik,

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh

Pemerintah.

Seperti yang di bahasakan dari hasil observasi dari pemerintah di mana

pemerintah menetapkan beberapa standar terhadap pendidikan dan pemerintah

membedakan antara satu sekolah dengan sekolah yang lain bisa di kata tidak

masalsah dalam dunia pendidikan yang menjadi persoalannya adalah seorang

pengawas untuk dalam mengimplementasikan aturan aturan yang di terapkan

karna tanpa pengawasan itu sama saja.

3. Kesesuaian Teori Dengan Hasil Penelitian

selain teori kontruksi sosial peneliti juga mengangkat teori tindakan sosial

yang di kemukakan oleh Weber yang melihat sosiologi sebagai sebuah studi

tentang tindakan sosial antar hubungan sosial dan itulah yang dimaksudkan

dengan pengertian paradigma definisi sosial dan itulah yang di maksudkan

dengan pengertian paradigma definisi atau ilmu sosial itu. Tindakan manusia

dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial yang manakala tindakan itu

ditujukan pada orang lain.

Kesesuaian teori dengan kejadian di lapangan dimana para pemerintah

melihat kondisi di Negara Indonesia yang bakalan menjadi persainagan ketat di

masa akan mendatang dan pemerintah juga yang telah di utus siap telah meyakini

keputusan telah di perlakukan maka dari itu hasil keputusan pemerintah untuk
89

megeluarkan aturan setelah mempelajari kondisi agar generasi bangsa Indonesia

tidak kala dalam hal persaingan di segala macam aspek sperti katakana Weber

yang melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial di maksud

dari itu pemerintah mempelajari kondisi baru bertindak dalam mengantisifasi

dalam hal yang akan mendatang maka dari pemerintah megeluarkan aturan aturan

seperti yang di bahasakan di hasil penelitian tentang aturan pemerintah.


90

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. serta temuan peneliti di

lapangan yang telah dilakukan peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai

pernyataan singkat yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas masalah

yang diangkat dalam penelitian yaitu Analisis Sosial Terhadap Sekolah Unggulan

dan Non Unggulan Kabupaten Enrekang.

1. Masyarakat lebih melihat kebaikan sesuatu dari segi kualitas yang bisa

dilihat mata secara langsung tanpa mempertimbangkan sekolah yang sedang

berkembang, menganggap strategi sekolah unggulan lebih baik dari pada

sekolah non unggulan, sekolah unggulan lebih disiplin dari pada sekolah non

unggulan dan orang tua murid lebih memilih menyekolakan anaknya di

sekolah unggulan dibandingkan sekolah non unggulan karena hasilnya dapat

menjanjikan untuk masa depan anaknya

2. Kebijakan dari pihak pemerintah di mana mereka hanya bisa mengikuti

aturan yang telah di perlakukan, Aturan pemerintah telah di tetapkan dan

perlakukan sama rata terhadap sekolah tanpa memperhatikan status sekolah,

seperti menerapakan standar pembelajaran, pembangunan sarana dan

prasarana, standar tentang materi, standar biaya operasional dll dalam artian

bahwa pemerintah tidak membedakan sekolah antara satu dengan sekolah

yang lain.

90
91

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran kepada

pihak-pihak yang berkaitan dengan Analisis Sosial Terhadap Sekolah

Unggulan dan Non Unggulan Kabupaten Enrekang

1. Dalam hal menilai sebaiknya kita lihat dulu misi dari sekolah dan orang

orang yang sedang menjalankan sistem sekolah tersebut, mereka

bukannya tidak ingin menjadi sekolah unggulan Cuma sementara proses

dan perbaikan dalam berbagai hal, dan secara otomatis sekolah tidak ingin

juga melihat sekolah mereka menjadi tidak baik dan melihat anak-anak

didiknya mendapatkan output yang tidak kalah dengan sekolah sekolah

yang lain

2. Di harapkan para pemerintah sesuai dengan hasil wawancara dengan

sudut pandang masyarakat mengatakan sekolah unggulan jauh lebih baik

dari pada sekolah non unggulan dalam artian tidak mungkin masyarakat

mengeluarkan asumsi tanpa alasan tertentu disini di harapkan kepada

pemerintah agar pengawasan terhadap sekolah diperketat dalam berbagai

hal, walaupun sudah ada aturan tapi tanpa pengawasan itu sama saja

melepas para wadah pendidik dilingkungan, karena ada beberapa alasan

yang didapat dari sosial tentang hal-hal yang tidak baik terhadap para

anak didik atau siswa


92

DAFTAR FUSTAKA

Agust Comte Bentuk social dynamic struktur dinamis dalam masyarakat Bintang
Usaha Jaya

Alis Muhlis dan Norkholis, 2018 Analisis Tindakan Sosial Max Weber
Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living
Hadis). Teknik Penentuan Informan

Ambo Upe, S.Sos., M.S.Si : Tradisi Aliran Dalam Sosiologi , Positivisistik ke


Post Positivistik : Kharisma Putra Utama Offset 2010

Baharuddin, Pardigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2016,

Bogdan dan Biklen (dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2011, hlm. 14) proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara PT Rineka
Cipta, 2015
Bungin,2016: 55-57 mengacaukan konsep-konsep lama tentang kontak sosial
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004

Calhoun dan Acocella (2017: 13) : interaksi individu sebab tanpa interaksi
adaptasi tidak akan mungkin tercapai; Kumpulan-kumpulan pendapat para
ahli tentang sosial : yokyakarta 2011

Gillin dan Gillin dalam Soekanto 2018: 71-104, dua golongan proses sosial
sebagai akibat dan interaksi sosial, yaitu proses sosial asosiatif dan proses
sosial disosiatif

Hubert Bonner (Santoso. 2017: 164) seperti yang dikutip oleh Dr. W. A.
Gerungan, ia menjelaskan bahwa interaksi sosial mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu

Menurut Soekanto (2016: 54) interaksi sosial, sebab tanpa interaksi adaptasi
tidak akan mungkin tercapai; Kumpulan-kumpulan pendapat para ahli
tentang sosial : yokyakarta 2011

Mustofa Kamil, 2017:10 : lembaga khusus untuk pelatihan teknis dan


profesional. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004

Skripsi : Rachmat Indryanto, 2018. Analisis Sosial Etnis Jawa Pada Masyarakat
Di Kelurahan Sumpang Binangae Di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru
perpustakaan.upi.edu

92
93

Skripsi : Alis Muhlis dan Norkholis, 2013 Analisis Tindakan Sosial Max
Weber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi
Living Hadis). perpustakaan.upi.edu

snowball sampling proses penentuan informan berdasarkan informan Jakarta:


Darus Sunna Press, 2008

Sulherland (Huky BA & Wila D.A.) interaksi sosial pengaruh-mempengaruhi


secara dinamis antara kekuatan-kekuatan dalam mana kontak diantara
pribadi dan kelompok menghasilkan perubahan sikap dan tingka laku dari
pada partisipan : Surabaya: Usaha Nasional,

UUD Negara repobik Indonesia, Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia


No.20 Tahun 2016

Zuhairini, 1018 : 9 memiliki perana pokok dalam membentuk generasi muda agar
memiliki kepribadian yang utama.: Bandung : Sinar Baru, 2002,)
L

N
52

LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA

a. Identitas responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Jabatan :
Alamat :
1. Bagaimana pendapat anda terhadap sekolah unggulan dan non unggulan ?
2. Apa pendapat anda dari segi kualitas terhadap sekolah unggulan dan non
unggulan ?
3. Menurut Anda bagaimana standar dari pemerintah untuk memenuhi syarat
menjadi sekolah unggulan
4. Kira kira menurut anda adakah perbedaan strategi dari para guru dalam
mendidika para siswa ?
5. Menurut anda apakah sistem sekolah unggulan lebih bagus dari pada sekolah
non unggulan ?
6. Apa yang membedakan sekolah unggulan non unggulan sehingga para orang
tua murid matian matian masukan anaknya ke sekolah unggulan ?
7. Bagaimana ketertiban Siswa di linkungan Sekolah yang anda perhatikan
selama ini ?
LAMPIRAN 2 98

HASIL WAWANCARA

NO NAMA (USIA) UMUR HASIL WAWANCARA


1 FITRA 34 Tahun Saya sebenarnya tidak terlalu sepakat terhadap kelas
unggulan dikarenakan sepemahaman saya seakan-akan di
diskriminasi apabila dikotak-kotakkan antara unggulan
dan non-unggulan, bahkan menurut saya sebaiknya
diratakan semua karena pada dasarnya semua orang sama
serta berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang
sama. Kebetulan saya Alumni Psikologi dan dalam
Psikologi tidak ada kelas Unggulan.

Kualitas antara sekolah unggulan dan nonunggulan pasti


berbeda, contohnya SMA Tinggi Moncong dan SMA 17
yang terkenal dengan sekolah unggulan yang mana dari
segi intelegensinya lebih tinggi dan perlakuannya akan
jauh lebih baik dibanding dengan sekolah nonunggulan.
Dan juga untuk Out Putnya dalam artian untuk ranking 1
dari sekolah unggulan dan nonunggulan pasti berbeda dari
segi intelegensi.

Standar untuk menjadi sekolah unggulan yaitu:


i. Akreditasinya harus bagus,
ii. Tenaga pendidik atau guru harus yang berkompeten
dalam hal bidangnya,

Untuk strateginya pasti bebeda dikarenakan beda kepala


beda watak dan karakter jadi untuk perlakuan ke siswanya
99

masing masing juga berbeda, serta seharusnya guru itu


pintar dan berinovatif.

Sebenarnya orang tua berbondong bondong utuk


memasukkan anaknya ke sekolah unggulan karena Out
Putnya dan Track Recordnya.

2 AMRIANI 40 Tahun Menurut saya terkait klasifikasi antara sekolah unggulan


dan non unggulan itu sudah bagus, sehingga memudahkan
kita untuk mencari siswa yang berprestasi dan tidak
berprestasi.

Kualitasnya dapat kita lihat dari siswanya yang berprestasi


di sekolah unggulan maupun di sekolah nonunggulan

Standar untuk jadi sekolah unggulan yaitu dari segi sarana


dan prasarana serta tenaga pendidiknya.

Masing masing dari tenaga pendidik atau guru memiliki


strategi masing masing dalam menghadapapi siswanya.

Alasan orang tua berlomba lomba memasukkan anaknya


kesekolah unggulan karena dari segi fasilitas, sarana dan
sistem yang berlaku di dekolah tersebut.

3 HASNI 40 Tahun Sebenarnya menurut saya harusnya tidak ada klasifikasi


itu karena terobosan tujuan pendidikan ialah
mencerdaskan generasi bangsa, kemudian yang mencolok
100

dari sekolah unggulan itu biasanya dari segi sarana dan


prasarananya yang jauh lebih dari pada sekolah non
unggulan, yang mana sebaiknya itu disama ratakan juga
dengan yang sekolah non unggulan, karena bukan jaminan
bahwa lebih berpotensi yang di sekolah unggulan
dibanding non unggulan.

Apabila berbicara dari segi kualitas memang lebih


berkualitas di sekolah unggulan namun kenyataanyan
dalam dunia pendidikan bukan hanya prestasi yang dikejar
melainkan ada juga pengembangan bakat yang dikejar dan
orientasinya sekarang bukan hanya pengetahuan yang
dimunculkan tetapi bakat juga dimunculkan.

Saat ini untuk menjadi sekolah unggulan salah satunya ada


internet karena sekolah sekarang berbasis data, kemudian
sarana dalam ruang kelas dilengkapi dengan LCD dan
Komputer.

Masing masing berbeda starteginya dalam proses


pemberian pelajaran kepada siswa, dan jika ingin mudah
memahami siswa itu intinya dikaitkan dengan kehidupan
sehari hari artinya pembelajaran dalam konsep nyata atau
faktual.

Salah satu pendorong orang tua berlomba lomba ingin


101

memasukkan anaknya ke sekolah unggulan yaitu karena


sarana dan prasarananya yang lebih memadai dibanding
sekolah non unggulan

4 LAZAKA 59 Tahun Sekolah unggulan bisa mencetak siswa yang lebih bagus
dan sukses dibanding siswa yang di sekolah non unggulan

Syaratnya yaitu dari segi fasilitas yang mana terdapat


laboratorium yang lengkap, perpustakaan yang lengkap
serta klasifikasi guru yang berkompeten minimal S1.

P ada dasarnya untuk strategi pembelajarannya di sekolah


unggulan dan non unggulan hampir sama dikarenakan
memiliki kurikulum yang sama.

Faktor utamanya yaitu dikarenakan harapan orang tuanya


yang menginginkan anaknya jauh lebih bagus.

5 HERMAN HAMID 51 Tahun Mengenai sekolah Unggulan dan Sekolah Non unggulan
itu tergantung dari faktor pendukung sehingga terdapat
pengklasifikasiannya, yang mana terdapat beberapa
faktornya yaitu terkait fasilitas, tenaga pendidik dan
pendukung lainnya

Dari segi kualitasnya sebenarnya banyak misalnya untuk


sekolah unggulan mereka memiliki manfaat yang lebih
unggul di saat masuk pada jenjang universitas begitupun
sebaliknya pada sekolah non unggulan
102

Tergantung dari fasiltas dan dukungan bantuan pemerintah


yang mana biasanya untuk sekolah unggulan lebih banyak
mendapat fasilitas serta bantuan dari pemerintah
sedangkan berbalik pada sekolah nonunggulan yang rata
rata minim.

Orang tua rata rata berbondong bondong untuk


memasukkan anaknya ke sekolah unggulan karena faktor
pendukung dari segi fasilitas yang memamadai di sekolah
pendukung, misalnya salah satu SMA di Malino yang
termasuk sekolah unggulan rata rata orang tua berlomba
lomba memasukkan anaknya disana.

Dari segi ketertiban para siswa saat ini jauh lebih baik
karena aturan yang lebih disiplin dan mengikat para siswa.

6 Surianto 46 tahun Pada dasarnya itu bagus yang mana sekolah unggulan itu
lebih baik untuk para siswa untuk melanjutkan tahap
pendidikan dan untuk sekolah unggulan bukan berarti
tidak diprioritaskan tetapi tetap dapat di tempati untuk
mendapatkan dan melanjutkan pendidikan

Untuk sekolah unggulan memiliki kualitas yang lebih


unggul dengan sarana dan prasarana yang memadai dan
untuk sekolah non unggulan sebenarnya tidak jauh beda
dengan sekolah unggulan.
103

Pada dasarnya tidak semestinya sistem pada sekolah


unggulan lebih baik daripada sekolah nonunggulan
dikarenakan kebanyakan juga siswa pada sekolah
nonunggulan jauh lebih unggul dibanding sekolah
nonunggulan.

Orang tua para siswa kenayakan berlomba lomba


memasukkan anaknya se sekolah unggulan dikarenakan
rata rata siswa dari sekolah unggulan lebih mudah
aksesnya untuk melanjutkan pendidikan tahap berikutnya
ke universitas ternama.

Sangat bervariasi, para siswa diluar lingkungan sekolah


banyak melakukan hal yang tidak relevan dikarenakan
faktor tidak terpantaunya dari pihak sekolah.

7 RISDA 34 tahun Tentunya masyarakat memiliki pilihan dengan


mempertimbangkan manfaat dan kebaikan dari sekolah
unggulan dan unggulan.

Kualitas keilmuan dari sekolah unggulan lebih terlihat dan


lebih menonjol dibandingkan sekolah non unggulan

Jelas sekali sistem pada sekolah unggulan lebih bagus

Sekolah unggulan mengutamakan kualitas murid, motivasi


belajar murid lebih tinggi karena adanya persaingan murid
104

yang satu dengan yang lain, dan sekolah unggulan dapat


menjadikan mrid yang membanggakan orang tuanya.

Ketertiban siswa diluar sekolah banyak yang tidak


menggambarkan mereka siswa yang terdidik, namun ada
juga sebagian yang mengamalkan apa yang mereka
dapatkan di sekolah.

Saya melihat dari semangat belajarnya dari sekolah


unggulan semangat belajar para siswa harus ditingkatkan
karena yang diterimamasuk itu adalah anak yang
berprestasi, sedangkan sekolah nonunggulan semangat
belajar siswa kurang karena mereka merasa tidak ada
saingan.

Kualitas sekolah unggulan dari segi saran dan prasarana


otomatis lebih lengkap di bandingkan sekolah non
32 Tahun unggulan.
8 RINA FITRIANA SARI
Menurut saya sekolah unggulandan
nonunggulansebenarnya sama, tergantung siswanya
bagaimana caranya belajar serta menyikapi.

Yang membedakan sekolah unggulan di pandangan


masyarakat pada umumnya bahwa rata rata anak yang
sekolah di unggulan kebanyakan lulus di perguruan tinggi
negeri , serta sarana dan prasarana lebih lengkap sehingga
orang tua lebih memilih memasukkan anaknya ke sekolah
105

unggulan.

Ketertiban siswa di luar lingkungan sekolah masih banya


yang tidak tertib dalam artian kurangnya sopan santun
serta tata krama dalam lingkungan masyarakat.

9 Andi Saida 37 tahuun Dengan adanya klasifikasi sekolah unggulan dan non
unggulan menurut saya kurang baik karena akan
mengurangi kesempatan para siswa mendapatkan fasilitas
sekolah yang merata dan kualitas pendidikan yang merata.
Padahal jika kualitas pendidikan merata akan sangat
mempengaruhi keluaran keluaran siswanya.

Kualitas sekolah unggulan tentu jauh lebih baik


dibandingkan sekolah non unggulan, baik dari segi
kualitas akademik maupun fasilitas, dimana hal ini pasti
akan mempengaruhu kualitas dari siswanya sendiri. Siswa
yang sekolah disekolah ungula jelas lebih baik
dibandingkan non unggulan karena mereka memiliki
fasilitas yang memadai untuk mengembangkan bakat
minat dan pemikiran mereka.

Sekolah unggulan lebih bagus dibandingkan sekolah non


unggulan, baik dari segi pembelajaran, fasilitas sekolah
dan perilaku siswa itu sendiri.

Orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya


kesekolah unggulan jelas melihat kualitas sekolah
106

unggulan yang jauh lebih baik dibandingkan sekolah non


unggulan, orang tua juga mempertimbangkanpara anaknya
yang akan berkembang secara akademik arena mereka
difasilitasi dengan baik disekolah unggulan dibandingkan
non unggulan, dan orang tua juga jelas
mempertimbangkan pandangan masyarakat terhadap
anaknya, dimana masyarakat kebanyakan memiliki
pandangan yang baik terhadap sekolah unggulan
dibandingkan non unggulan.

Keterlibatan siswa diluar sekolah kurang baik, kebanyakan


siswa lebih aktif disekolah dan jarang berbaur dengan
masyarakat.

10 Rina Husni 36 tahun Sekolah unggulan yaitu sekolah yang dimana mempunyai
kualitas yang bagus dalam segi fasilitas,dengan fasilitas
mapan tentunya proses belajar mengajar yang efektif,
kalau non unggulan tentunya fasilitasnya itu tidak
memadai sehingga proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan baik.

Dari segi kualitas memang berbeda sebab sekolah


unggulan mempunyai jaringan yang sangat meluas,
contohnya di perguruan tinggi universitas , sedangkan non
unggulan mempunyai juga jaringan tetapi tidak sama
halanya dengan sekolah unggulan yang jangkauannya
meluas.
107

Memang beda karena sekolah unggulaan memiliki


masalah kedisiplinan yang bagus karena tidak akan
mungkin jadi sekolah unggulan jika kedisiplinannya
kurang.

Karena kedisiplinannya tidak diragukan lagi dan fasilitas


dalam sekolah unggulan memang memadai dan mapan.

Masalah ketertibannya khusu dilingkungan saya bahwa


anak sekolah itu kurang disiplin karena mereka semestinya
masuk pelajaran jam 07.15 tapi berangkat ke sekolah jam
08.00.

11 Ambar Adjda 47 tahun Dengan adanya sekolah unggulan ini dapat menjadi
motivasi bagi para calon didik untuk mempersiapkan diri
dengan maksimal untuk memasukinya sedangakn sekolah
non unggulan merupakan sekolah pada umumnya yang
tersebar disekitar kita, yang dimana bukanlah
permasalahan dari segi keunggulansekolah tersebut atau
dari calon peserta didik, akan tetapi sekolah ini menerima
calon peserta didik sesuai standar pada umumnya sehinga
alonpeserta didik dari segala ranah dapat diterima dengan
baik disekolah ini.

Kualitas sekolah unggulan dan nonunggulam, sebagai


bentuk motivasi peningkatan kualitas siswa dan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan berinovasinya
metode pembelajaranyang dapat diterapkan denganadanya
108

kualitas sekolah dari segi fasilitas yang baik dan lengkap


serta begitupun dari segi kualitas guru yang baik. Dan ini
akan signifikan berbeda dengan sekolah yang tidak
memperhatikansegi kualitas dari sekolah tersebut.

Belum tentu, karena ada banyak sisi yang dapat kita lihat
dari suatu sekolah, karena setiap sekolah memiliki
kelebihan dan kekuranagn masing-masing.

Daris egi kualitas dan kuantitas sekolah tersebut, misalnya


dari segi fasilitas sekolah, kualitas tenaga kerja, prestasi
dan proses pembelajaran.

Karena setiap siswa itu berbeda-beda.

12 M. Yusuf 44 Tahun Menurut saya terkait adanya kalsifikasi sekolah unggulan


dan non unggulan itu ada baiknya dan tidak baiknya, yang
mana dari segi baiknya yaitu apabila disekolah unggulan
sudah pasti siwa yang sekolah disitu adalah mereka yang
memiliki akademik yang baik, baik dari segi prestasi dan
bakat sehingga proses belajar dan mengajarnya akan jauh
lebih mudah apalagi kita ketahui disekolah unggulan
memiliki faslitas sarana dan prasaran yang sangat
memadai dan didukung dengan tenaga pendidik yang
sudah pasti berkompeten pada bidang ajarnya. Sedangkan
dari segi tidak baiknya yaitu terjadi pada sekolah non
unggulan yang mana hampir merata siswanya kebanyakan
sangat minim akan prestasi dan juga bakat serta faktor
109

pendukung dari segi fasilitas sarana dan prasarana yang


sangat minim sehingga untuk pengembangan para siswa
sangatlah lambat.

Bicara tentang kualitas sekolah unggulan dan sekolah


nonunggulan, maka kita akan mengkaitkannya dengan
beberapa faktor penunjang kualitas sekolah baik dari segi
fasilitas sarana dan prasarana serta tenaga didik pada
sekolah tersebut, yang mana kita ketahui bahwa kedua
klasifikasi sekolah tersebut memiliki faktor penunjang
tersebut akan tetapi faktor penunjang pada sekolah
unggulan jauh lebih maksimal dibandingkan dengan
sekolah non unggulan.

Menurut saya standar dari pemerintah untuk menjadi


sekolah unggulan yaitu sekolah tersebut harus memiliki
beberapa standar baik dari tenaga didik atau guru,
pengelolaaan, kompetensi lulusan serta sarana dan
prasarana.

Yang membedakan antara sekolah unggulan dan


nonunggulan sehingga para orang tua berlomba-lomba
ingin memasukkan anaknya ke sekolah unggulan itu
terletak pada kualitas sekolah unggulan yang memiliki
fasilitas sarana prasana yang lebih memadai serta tenaga
didik yang lebih kompeten untuk menunjang bakat dan
prestasi anak didik. Dan juga pada realitanya output siswa
dari sekolah unggulan jauh lebih mudah melanjutkan tahap
110

pendidikan berikutnya ke perguruan tinggi yang ternama.

Pandangan saya terhadap ketertiban siswa di luar


lingkungan sekolahyaitu sebagian besar dari mereka
mengikuti aturan aturan atau norma baik dalam
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan adat
istiadat. Namun ada juga sebagian kecil yang melanggar
aturan atau tidak tertib.

13 Rasmawati 49 tahun Sekolah Unggulan itu adalah sekolah yang bisa dikatakan
unggul dalam berbagai aspek, mulai dari fasilitas belajar,
sarana dan prasarana bisa dikatakan memadai dan juga
pengarahan moral atau budi pekerti yang baik. Sedangkan
sekolah non unggulan adalah sekolah yang sering
dikatakan sebagai sekolah pembuangan dari siswa-siswa
yang tidak lulus dari sekolah unggulan atau sering kali
dikatakan sekolah pelarian bagi siswa yang ketinggalan di
sekolah unggulan.

Kualitas sekolah unggulan lebih baik mulai dari kualitas


pembelajaran yang mengarahkan siswa lebih disiplin,
kreatif, dan kualitas guru di sekolah unggulan bisa
dikatakan mempunyai kemampuan lebih dalam mendidik
siswa-siswinya. Dan sekolah unggulan juga dimanjakan
dengan kualitas sarana dan prasarana lengkap dari sekolah
sehingga sangat menunjang minat belajar siswa dalam
pengembangannya. Sedangkan kualitas Sekolah Non
Unggulan kualiatas pembelajaran memang sangat beda
111

dengan sekolah unggulan karena sarana dan prasarana


sekolah tidak memadai atau media belajar di sekolah Non
Unggulan memang kurang baik sehingga minat belajar
siswa menjadi tidak baik. Sekolah unggulan dan non
unggulan serimg kali dilihat dari akreditasi sekolah itu.

Sistem sekolah unggulan memang lebih bagus dari sekolah


non unggulan karena sekolah unggulan sangat
memperhatikan proses belajar mengajar siswanya yang
sangat ditunjang oleh fasilitas lengkap. Sedangkan sekolah
non unggulan system belajarnya akan sangat terganggu
karena fasilitas sekolah yang sangat memprihatinkan.

Yang membuat orang tua berlomba-lomba memasukkan


anaknya ke sekolah unggulan adalah mulai dari sarana dan
prasarana sekolah, visi dan misi sekolah unggulan dan
akreditasi sekolah tentu lebih baik dari sekolah yang dicap
non unggulan serta orang tua juga kadang melihat prestasi-
prestasi yang pernah diraih sekolah tersebut.

Ketertiban siswa diluar sekolah unggulan bisa diinput dan


output akan selaras karena siswa sekolah unggul tidak
hanya diajari persoalan akademik tetapi juga psikis dan
etika siswa juga sangat diperhatikan. Ketertiban siswa
diluar sekolah non unggulan bisa dikatakan sangat
memprihatinkan karena tekanan tentang label atau cap
sekolah non unggulan atau pembuangan akan sangat
mempengaruhi perilaku dan etika siswa, dimidset
112

masyarakat siswa yang dicap dari sekolah non unggulan


banyak minum-minum,merokok dan sebagainya.
LAMPIRAN 3

113
114
115

Anda mungkin juga menyukai