Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
iii
12. Kepada sahabat-sahabat “seperjuangan” di masa
kuliah Ratu Putri, Prawita Hartati, Ayu Retnodewi,
Syifa Fauziah, Indah Juanita, Fatma Rakhmatullah,
Aya Aisyah, Dini Lisnawati, Oktaviani. Terima kasih
atas persahabatan, canda tawa, nasehat, doa, dan
segala motivasi tiada henti. Semoga Allah
memudahkan jalan kita untuk menempuh kesuksesan,
Aamiin.
iv
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................. 12
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................... 12
C. Metode Penelitian ............................................................... 13
D. Sistematika Penulisan .......................................................... 18
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................... 21
A. Landasan Teori ................................................................... 21
1. Bullying................................................................................ 21
a. Bullying Di Sekolah....................................................... 23
b. Bentuk-Bentuk Bullying ............................................... 24
c. Faktor Yang Mempengaruhi Bullying .......................... 29
2. Remaja ................................................................................... 38
a. Ciri-Ciri Remaja............................................................. 39
b. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ............................ 41
4. Kajian Pustaka........................................................................ 42
BAB III. PROFIL LEMBAGA DAN INFORMAN ............. 47
A. Sejarah SMK Triguna ........................................................... 47
B. Visi Misi Sekolah ................................................................. 48
v
C. Tujuan Sekolah ..................................................................... 49
D. Profil Informan...................................................................... 50
BAB IV. DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................ 53
A. Faktor Keluarga Penyebab Perilaku Bullying ...................... 53
B. Faktor media Massa Penyebab Perilaku Bullying................. 58
C. Faktor Teman Sebaya Penyebab Perilaku Bullying .............. 64
D. Jenis-Jenis Bullying di SMK Triguna Ciputat…………... 67
BAB V. PEMBAHASAN ......................................................... 71
A. Analisis Antar Kasus ............................................................ 71
B. Analisis Intra Kasus............................................................... 86
BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..... 93
A. Kesimpulan ......................................................................... 93
B. Implikasi ............................................................................... 95
C. Saran ..................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 97
LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Kepala sekolah dan guru BK
Lampiran 2 Pedoman wawancara informan bullying pelaku dan
korban
Lampiran 3 Transkip wawancara kepala sekolah SMK Triguna
Lampiran 4 Transkip wawancara guru BK sekolah SMK Triguna
Lampiran 5 Transkip wawancara pelaku bullying SHR
Lampiran 6 Transkip wawancara pelaku bullying DND
Lampiran 7 Transkip wawancara korban bullying RLG
Lampiran 8 Hasil observasi
Lampiran 9 Hasil dokumentasi
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan sangat baik, tetapi hal itu tidak otomatis berjalan dengan
baik dan tidak terjadi permasalahan di dunia pendidikan (Camey
A.G dan Memel K. W 2012, 364).
2
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Orang tua,
keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum(Amir Syarifuddin 1997, 109).
3
baik masih tingkat ringan, sedang, maupun berat Berdasarkan
lembaga pendidikannya juga bervariasi mulai dari SD, SMP,
SMA/sederajat bahkan pendidikan tinggi. Siswa bisa menjadi
pelaku bullying terhadap siswa lain, menjadi target/korban
bullying dari siswa lain, atau menjadi saksi peristiwa bullying
yang terjadi di lingkungan sekolahnya (Sugiyarianti, t.t., 101).
Perilaku bullying menjadi tradisi yang berlangsung terus menerus
karena remaja mencari identitas diri melalui penggabungan diri
dalam kelompok teman sebayanya, menjadikan kelompok sebaya
(dalam hal ini siswa senior) sebagai model. Remaja bersedia
diperlakukan sebagai korban karena remaja butuh identitas sosial
sehingga mereka menerima saja segala perlakuan yang diberikan
oleh kelompok teman sebayanya. Setiap sekolah memiliki
masalah dengan perilaku bullying dari siswa, baik masih tingkat
ringan, sedang, maupun berat Berdasarkan lembaga
pendidikannya juga bervariasi mulai dari SD, SMP,
SMA/sederajat bahkan pendidikan tinggi. Siswa bisa menjadi
pelaku bullying terhadap siswa lain, menjadi target/korban
bullying dari siswa lain, atau menjadi saksi peristiwa bullying
yang terjadi di lingkungan sekolahnya(Sugiyarianti, t.t., 101).
4
push up. Yang ke dua, bullying verbal, terdeteksi karena
tertangkap oleh indera pendengaran, seperti memaki, menghina,
menjuluki, meneriaki, memalukan di depan umum, menuduh,
menyebar gossip, dan menyebar fitnah. Yang ke tiga, bullying
mental, merupakan jenis bullying yang sangat berbahaya karena
bullying ini langsung menyerang mental, tidak tertangkap mata
atau pendengaran. Seperti memandang sinis, meneror melalui
pesan, mempermalukan dan mencibir (Muhammad 2009, 232).
Dari ketiga bentuk bullying tersebut, masing-masing dapat
menimbulkan bencana sendiri-sendiri. Namun ketiganya kerap
membentuk kombinasi untuk menciptakan serangan yang lebih
kuat.
5
masalah tingkah laku, atau gangguan perkembangan neurologis.
Sedangkan karakteristik anak atau remaja pelaku bullying adalah
hiperaktif, agresif, destruktif, menikmati dominasi atas anak atau
remaja lainnya, cenderung pemarah, mudah tersinggung, dan
memiliki toleransi rendah terhadap frustasi. Mereka juga
cenderung sulit memproses informasi sosial, sehingga sering
menginterpretasikan secara keliru perilaku anak atau remaja lain
sebagai perilaku bermusuhan, juga saat sikap permusuhan itu
ditujukkan pada anak atau remaja lainnya(Surilena 2016, 36).
ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا َﻻ ﯾَ ْﺴ َﺨﺮْ ﻗَﻮْ ٌم ﻣِﻦْ ﻗَﻮْ مٍ َﻋﺴ َٰﻰ أَنْ ﯾَﻜُﻮﻧُﻮا َﺧ ْﯿ ًﺮا ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ و ََﻻ ﻧِﺴَﺎ ٌء ﻣِﻦْ ﻧِ َﺴﺎ ٍء
قُ ب ۖ ﺑِﺌْﺲَ ِاﻻ ْﺳ ُﻢ ا ْﻟﻔُﺴُﻮ ِ َﻋﺴ َٰﻰ أَنْ ﯾَﻜُﻦﱠ َﺧ ْﯿ ًﺮا ِﻣ ْﻨﮭُﻦﱠ ۖ و ََﻻ ﺗَ ْﻠ ِﻤﺰُوا أَ ْﻧﻔُ َﺴ ُﻜ ْﻢ و ََﻻ ﺗَﻨَﺎﺑَﺰُوا ﺑ ِْﺎﻷَ ْﻟﻘَﺎ
َﻚ ھُ ُﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤُﻮن َ ِﺑَ ْﻌ َﺪ ْاﻹِﯾﻤَﺎ ِن ۚ وَ ﻣَﻦْ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺘُﺐْ ﻓَﺄ ُو َٰﻟﺌ
(11)“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.”. (Q.S. Al-Hujurat:11)
Ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa ajaran Islam
menjunjung tinggi perdamaian sesama umat manusia dan jelas
6
bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama di mata Allah
SWT yang membedakan kualitas dan tinggi rendahnya derajat
seseorang adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT, bukan
ditentukan oleh bentuk fisik, warna kulit, jenis kelamin, ataupun
bahasa yang kebanyakan menjadi bahan bullying dimasa
sekarang. Berdasarkan Firman Allah tersebut, diketahui bahwa
bullying adalah perbuatan yang sangat tercela. Entah apapun
motif dibalik perilaku bullying, agama tetap tidak
membenarkannya meskipun hanya sekedar gurauan atau bahkan
serius. Perilaku bullying tidak selaras dengan ajaran agama Islam.
Untuk itu, sebagai seorang muslim hendaknya menjaga lisan atau
perkataan dan juga tangannya agar terhindar dari perbuatan
dzalim dan aniaya.
7
kasus bullying yang menimpa Ary di SMA Don Bosco Pondok
Indah, Ary mengaku dipukul dan disundut rokok oleh
seniornya(“5 Kasus Bullying SMA di Jakarta” t.t.). Kejadian
bullying lainnya yang sangat ramai di media sosial yaitu seorang
siswi yang berinisial SB kejadian yang berawal dari adu mulut
sebelumnya, korban dihadang dekat sekolahnya dan disuruh
datang ke Thamrin City. Seorang siswi tersebut dianiaya, dipaksa
cium tangan pada penganiayanya kejadian tersebut di rekam dan
di foto oleh salah satu pelaku. Tak hanya itu, siswi tersebut
dipaksa bersujud ke salah satu orang yang menganiaya. Dari hasil
video dan foto yang tersebar di media sosial, tidak ada
perlawanan sama sekali dari korban. Peristiwa bullying yang
terjadi pada tanggal 11 Agustus 2017, di SMA Nusantara Plus
Tangerang Selatan, Tujuh siswi kelas 12 menghukum adik
kelasnya dengan cara menyuruh meminum campuran sirup dan
bubur kacang hijau kejadian ini karena para siswi kelas 12 merasa
adik kelas nya tidak sopan karena menatap kakak kelas dari atas
ke bawah. Lalu ada lagi kasus bullying seorang siswi baru kelas 1
SMP PGRI Cipanas korban berinisial NZ menerima kekerasan
berupa tamparan saat mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa (LDKS) oleh alumni sekolahnya(“Siswa SMP di Cipanas
Ditampar saat Latihan Kepemimpinan, Setelahnya Trauma Tak
Mau Makan” 2017). Pada kasus bullying yang pernah mencuat di
sekolah SMK Triguna, adalah pada tahun 2014 pernah terjadi
kasus bullying dimana seorang siswa yang bisa dikatakan sedikit
8
‘lambat’ perkembangannya diejek bahkan pernah sampai di pukul
oleh teman-teman sekelasnya. Seorang anak yang menjadi korban
bullying tersebut tidak pernah bisa melawan dikarenakan takut,
dengan begitu banyak anak-anak yang justru semena-mena
memperlakukan anak tersebut (Dara Agnis Septiyuni 2014, 1).
9
Tabel 1.1 Data Jumlah Kasus bullying SMK TRIGUNA
CIPUTAT Tahun 2014-2018
10
besar-besarkan cukup dari sekolah saja yang menyelesaikan.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu dari tahun ke
tahun, sekolah ini berusaha untuk terus memperbaiki sistem
dan peraturan-peraturan agar menjadi lebih tegas sehingga
siswa pun akan takut dan kasus bullying di sekolah ini
semakin sedikit. Dan mulai terlaksana di tahun 2016-2017
sehingga kasus ini turun menjadi 30 kasus bullying. Sejalan
dengan yang diungkapkan oleh para informan pelaku bullying
SHR dan DND, bahwa mereka sudah sering melakukan
tindakan kekerasan/pengeroyokan dengan sekolah lain dan
menyebabkan banyak korban yang luka-luka yang hampir
sebagian besar dari sekolah lain. Berawal dari saling
mengejek satu sama lain, melakukan intimidasi kepada
sekolah lain melalui unduhan di media sosial, justru dapat
membuat pertengkaran yang lebih besar lagi, seperti
pengeroyokan, pemukulan antar siswa.
11
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
2. Rumusan Masalah
12
2. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Akademis
2) Manfaat Praktis
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
13
jelas, berdasarkan tujuan penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Memberikan gambaran spesifik dari sebuah situasi,
setting sosial, atau hubungan-hubungan yang terdapat dalam
penelitian(Deddy Mulaya 2013, 145).
14
B. Observasi
15
Kota Tangerang Selatan. Penelitian akan di laksanakan pada
bulan Maret 2018 sampai dengan bulan September 2018.
16
dan peer group
dapat
mempengaruhi
perilaku
bullying siswa
di sekolah, dan
Menganali untuk
sis faktor mengetahui
keluarga, bagaimana
media Wawan pergaulan serta
massa dan cara peraturan bagi
teman siswa di
sebaya sekolah.
Pelaku sebagai 2 1. untuk 1. SHR
2 Bullying penyebab mengetahui berbadan
perilaku bagaimana gemuk,
bullying hubungan tinggi, warna
dengan orang kulit
tuanya hitam,rambut
2. untuk hitam, agak
megetahui gondrong.
intensitas 2. DND
komunikasi berbadan
yang di jalin kurus, tinggi,
dengan orang warna kulit
tua nya coklat,
3. bagaimana rambut
bentuk pola hitam,
asuh orang pendek
17
Korban 1 tuanya 1. RLG
3 Bullying 4. bagaimana berbadan
intensitas kurus,
pelaku dan tinggi
korban sedang,
bullying dalam warna
mengakses kulit
internet dan coklat,
menonton rambut
televisi hitam,
5. bagaimana pendek
pergaulannya
baik di
lingkungan
rumah maupun
sekolah
E. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5)
bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab dengan
kebutuhan pembatasan dan uraiannya. Antara lain :
BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini berisi tentang landasan teori
mengenai pengertian Bullying, bentuk-bentuk bullying,
faktor-faktor yang mempengaruhi bullying, pengertian
perkembangan remaja, ciri-ciri remaja, tugas perkembangan
remaja, pengertian perilaku menyimpang, ciri-ciri perilaku
menyimpang, bentuk-bentuk perilaku menyimpang. Selain
18
itu juga berisi tentang kajian pustaka dan juga kerangka
berfikir.
BAB III : Pada bab ini akan membahas mengenai profil
lembaga dari SMK Triguna Utama, Ciputat Tangerang
Selatan. Mengenai sejarah sekolah, letak geografis, sosial
budaya dan lain sebagainya.
BAB IV : Pada bab ini peneliti mencoba menguraikan
mengenai data dan hasil temuan mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku bullying di SMK Triguna
Utama .
BAB V : Bab ini berisi pembahasan mengenai uraian yang
mengaitkan dengan teori yang di gunakan dalam penelitian
19
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Bullying
21
atau terancam sehingga menyebabkan korban merasa takut,
terancam, atau setidak-tidaknya tidak bahagia (Fitrian
Saifullah 2016, 204).
22
a) Bullying Di Sekolah
Salah satu fenomena yang menyita perhatian di
dunia pendidikan zaman sekarang adalah kekerasan di
sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa,
maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. Maraknya aksi
tauran dan kekerasan (bullying) yang di lakukan oleh
siswa di sekolah yang semakin banyak menghiasi deretan
berita di halaman media cetak maupun elektronika
menjadi bukti telah tercabutnya nilai-nilai
kemanusiaan(Wiyani 2012, 15–16).
Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari
dinamika sekolah, umumnya orang lebih mengenalnya
dengan sebutan pemalakan, pengucilan, intimidasi, dan
lain-lain. Mirisnya hal-hal seperti ini terkadang masih
dianggap biasa saja bagi orangtua atupun tenaga pendidik,
karena berfikir hal ini adalah bentuk interaksi untuk lebih
mengenal teman-temannya, padahal dari bentuk bullying
yang sederhana ini justru nantinya akan menjadi bentuk
bullying yang lebih besar lagi seperti kekerasan fisik yang
akan mengganggu psikis anak. Istilah bullying sendiri
memilik makna yang lebih luas, mencakup berbagai
bentuk penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk
menyakiti orang lain sehingga korban merasa tertekan dan
tak berdaya. Sekolah adalah pengaturan yang ideal adanya
bullying, di sekolah terdapat hierarki yang sangat tampak.
23
Misalkan senioritas antar sekolah yang memiliki dinamika
pengoprasian kekuatan. Dewasa ini memang banyak
sekali kasus bullying yang terjadi di beberapa sekolah di
Indonesia. Bahkan beberapa korban dan pelaku bullying
tersebut adalah anak remaja. Bahkan sekarang beberapa
anak remaja tidak memiliki rasa malu jika ia di label
sebagai anak nakal di sekolahnya karena ia sering
melakukan tindakan bullying di sekolahnya. Justru
mereka merasa bangga karena merasa dipandang
pemberani setelah melakukan perilaku bullying tersebut
(Wiyani 2012, 17).
b) Bentuk-Bentuk Bullying
24
1) Verbal.
Contohnya adalah panggilan telepon yang meledek,
pemalakan, pemerasan, mengancam, menghasut,
berkata jorok, berkata menekan, dan menyebarluaskan
kejelekan korban
2) Non-verbal
Non-verbal terbagi lagi menjadi langsung dan tidak
langsung (Ponny Retno Astuti 2008, 22), sebagai
berikut:
- Langsung, contohnya melalui gerakan tangan,
kaki, atau anggota badan lainnya dengan cara
kasar, menatap dengan tajam, menggeram,
hentakan mengancam, atau menakuti.
- Tidak langsung, contohnya manipulasi
pertemanan, mengasingkan, tidak
mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut,
dan curang.
25
b. Bullying verbal, terdeteksi karena tertangkap oleh indera
pendengaran, seperti memaki, menghina, menjuluki,
meneriaki, memalukan di depan umum, menuduh,
menyebar gossip dan menyebar fitnah.
c. Bullying mental atau psikologis, merupakan jenis bullying
paling berbahaya karena bullying bentuk ini langsung
menyerang mental atau psikologis korban, tidak
tertangkap mata atau pendengaran, seperti memandang
sinis, meneror lewat pesan atau sms, mempermalukan,
dan mencibir.
a. Bullying fisik
Bullying fisik diantaranya adalah: memukul, menampar,
menyikut, membanting, memaksa, mendorong,
menendang, mengambil atau mencuri, atau
menghancurkan barang-barang, mencubit, menyerang
dengan ludah, mengacam dan bahasa tubuh yang
mengintimidasi.
b. Bullying verbal
Bullying verbal yang lebih menyakitkan dari bullying
fisik. Kebanyakan bullying fisik diikuti dengan bullying
verbal. Contoh dari bullying verbal adalah: memberikan
26
julukan, memberikan komentar menghina dan mengejek,
menggoda secara berulang, memberikan komentar rasis
dan melecehkan, mengancam dan mengintimidasi,
menggosipkan seseorang di belakangnya.
c. Bullying sosial dan rasional
Beberapa contoh dari bully jenis ini adalah:
menghancurkan dan memanipulasi hubungan,
menghancurkan reputasi, menolak atau mengisolasi
seseorang, mempermalukan dan menghina, bahasa tubuh
yang negatif dan mengancam, menyakiti atau
menyebarkan catatan, cyber bullying.
27
menggertak, menyebarkan gossip, sikap negatif
terhadap guru, dan memaki. Antara anak laki-laki
dengan perempuan memiliki suatu perbedaan dalam
hal tindakan bullying yang dilakukan. Anak laki-laki
umumnya menggunakan kata-kata kasar, suka
menggoda, mengolok-olok teman, dan lainnya. Pada
anak perempuan biasanya menjadi pencemburu, egois,
pemarah dan bisa juga melampiaskannya dengan
membanting barang atau benda-benda lainnya.
c. Perilaku non-verbal langsung
Perilaku ini ditunjukkan melalui gerakan tubuh pelaku
bullying yang biasa dikenal dengan Bahasa tubuh,
yang diperlihatkan secara langsung kepada sasaran
atau korbannya. Anak-anak biasanya melakukan hal
seperti pandangan sinis, menunjukkan ekspresi wajah
yang merendahkan, memelototi, mengabaikan lawan
bicara, mengalihkan pandangan, dan gerakan-gerakan
tubuh yang menghina orang lain.
d. Perilaku non-verbal tidak langsung
Perilaku ini tidak melibatkan kontak langsung antara
pelaku bullying dengan korban. Perilaku yang
dilakukan seperti mendiamkan seseorang, berbuat
curang kepada orang lain atau sahabat yang
menyebabkan keretakan persahabatan, dengan sengaja
mengucilkan teman, menghasut teman lainnya,
28
mengirim SMS ancaman atau surat kaleng tanpa ada
nama pengirimnya. Perilaku ini dilakukan dengan
maksud agar lawan yaitu teman nya sendiri merasa
tidak nyaman, gelisah, terancam dan ketakutan.
e. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual biasanya dilakukan oleh seorang
laki-laki terhadap perempuan. Pelecehan seksual
dilakukan secara fisik atau lisan menggunakan ejekan
atau kata-kata yang tidak sopan untuk menunjuk pada
sekitar hal yang sensitif pada seksual. Secara fisik
pelecehan seksual bisa dilakukan dengan sengaja
memegang wilayah-wilayah seksual lawan jenis. Pada
tindak kekerasan seksual bisa juga terjadi dalam
bentuk penghinaan-penghinaan terhadap terhadap
lawan jenis atau sejenis seperti hal nya mengatakan
teman laki-laki “banci” bagi laki-laki yang berperilaku
feminism.
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bullying
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku bullying siswa antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Keluarga
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap
orang tua yang terlalu berlebihan dalam melindungi
anaknya, membuat mereka rentan terkena bullying
(Masdin 2013, 79). Pola hidup orang tua yang
29
berantakan, terjadinya perceraian orang tua, orang tua
yang tidak stabil perasaan dan pikirannya, orang tua
yang saling mencaci maki, menghina, bertengkar
dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan tidak
pernah akur, memicu terjadinya depresi dan stress
bagi anak. Seorang remaja yang tumbuh dalam
keluarga yang menerapkan pola komunikasi negatif
seperti sarcasm (sindirian tajam) akan cenderung
meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya (Irvan
Usman 2013, 51). Bentuk komunikasi negatif seperti
ini terbawa dalam pergaulannya sehari-hari, akibatnya
remaja akan dengan mudahnya bekata sindiran yang
tajam disertai dengan kata-kata kotor dan kasar. Hal
ini yang dapat memicu anak menjadi pribadi yang
terbelah dan berperilaku bully, sebab anak dan remaja
tersebut terbiasa berada di lingkungan keluarga yang
kasar.
Orang tua merupakan role model yang pertama
bagi anak-anaknya, tak jarang bahwa penyebab
munculnya perilaku bullying pada anak adalah dayang
dari orang tua. Terkadang orang tua merasa mereka
memiliki kendali atas anak-anaknya. Sehingga sering
kali mereka menggunakan kekerasan untuk membuat
anak-anak mereka mematuhi mereka. Orang tua yang
mengekspresikan amarah fisik akan meghasilkan
30
anak-anak yang akan mengekspresikan amarah
dengan fisik juga. Hal ini membuat mereka berfikir
bahwa kekerasan tersebut di perbolehkan seperti apa
yang mereka lihat dan rasakan. Beberapa lingkungan
keluarga yang dapat mempengaruhi (Allan Beane
2008, 35), di antaranya:
a. Kurangnya kehangatan dan penerimaan
b. Kegagalan untuk menetapkan batas yang jelas
terhadap perilaku agresif terhadap teman sebaya,
saudara, ataupun orang dewasa.
c. Sangat sedikit cinta dan perhatian dan juga
memberikan kebebasan yang berlebihan.
d. Menggunakan hukuman fisik serta kekerasan
emosional seperti meledek. seain itu orangtua
terlalu permisif atau tidak mengetahui bahwa
anak-anak mereka melakukan bullying. Orang tua
juga tidak mengembangkan sikap empati, sopan
santun, kebaikan, dan karakter penting lainnya
pada anak-anak mereka.
31
berhubungan juga ke dalam polapengasuhan orangtua
terhadap anaknya. Baumrind, (P. H. Mussen 1994,
399)membagi pola asuh ke dalam tiga bagian, yaitu:
Otoriter, permisif dan demokratis
32
b. Pola asuh permisif
Pola asuh ini sangat bertolak belakang dengan
pola di atas yang menggunakan pendekatan pola
kekuasaan orangtua. Permisif dapat diartikan
orangtua yang serba membolehkan atau suka
mengijinkan. Pola pengasuhan ini menggunakan
pendekatan yang sangat responsif (bersedia
mendengarkan) tetapi cenderung terlalu longgar.
Ciri-cirinya adalah orangtua lemah dalam
mendisiplinkan anak dan tidak memberikan
hukuman serta tidak memberikan dalam melatih
kemandirian dan kepecayaan diri. Kadang-kadang
anak merasa cemas karena melakukan sesuatu
yang salah atau benar. Tetapi karena orangtua
membiarkan, mereka melakukan apa saja yang
mereka rasa benar dan menyenangkan hati
mereka. Sedangkan orangtua cenderung
membiarkan perilaku anak, tetapi tidak
menghukum perbutan anak, walaupun perilaku
dan perbuatan anak tersebut.
c. Pola asuh demokratis
Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang
rasional dan demokratis. Orangtua sangat
memperhatikan kebutuhan anak dan
mencukupinya dengan pertimbangan faktor
33
kepentingan dan kebutuhan yang realistis.
Orangtua semata-mata tidak menuruti keinginan
anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak
mengenai kebutuhan yang penting bagi
kehidupannya. Ciri-cirinya adalah mendorong
anak untuk dapat berdiri sendiri, memberikan
pujian pada anak, serta bersikap hangat dan
mengasihi, dalam pola pengasuhan ini anak akan
merasa dihargai karena setiap perlakuan dan
permaalahan dapat dibicarkan dengan orangtu
yang senantiasa membuka diri untuk
mendengarkannya.
2. Faktor Media Massa
34
masyarakat dalam berinteraksi tanpa perlu bertatap
muka dimana tidak ada batasan geografis, terlebih
sekarang ini telah banyak orang mengenal sosial
media, hanya dengan menggunakan media sosial
seperti facebook, twitter, instagram, path, dan lain
sebagainya, masyarakat dengan mudahnya
mendapatkan informasi, bahkan portal berita sekarang
ini sudah terkoneksi dengan internet.
35
menggunakan sosial media. Kebebasan orang dalam
menggunakan media sosial inilah yang menimbulkan
banyak penyalahgunan media social (Chris Natalia
2016).
36
3. Faktor Peer Group Atau Teman Sebaya
Peer group atau teman sebaya Menurut
Benites dan Justicia, kelompok teman sebaya (genk)
yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan
dampak yang buruk bagi teman-teman lainnya seperti
berperilaku dan berkata kasar terhadap guru atau
sesama teman dan membolos (Irvan Usman 2013, 51).
Kemudian, berdasarkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis, ditemukan fakta bahwa kelompok
teman sebaya menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya perilaku bullying (Dara Aguis Septiyuni,
dkk 2014, 3). Anak-anak ketika berinteraksi dalam
sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying hanya untuk membuktikan
kepada teman sebayanya agar diterima dalam
kelompok tersebut, walaupun sebenarnya mereka
tidak nyaman melakukan hal tersebut. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Simbolon, faktor
penyebab bullying yang terjadi pada mahasiswa
berasrama karena perbedaan etnis, resistensi terhadap
tekanan kelompok, perbedaan keadaan fisik, masuk di
sekolah yang baru, orientasi seksual serta latar
belakang sosial ekonomi.
37
2. Remaja
38
a) Ciri-Ciri Masa Remaja
39
6. Banyaknya perubahan dalam penyesuaian diri dan
usaha untuk memaduka perubahan tersebut.
40
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan
ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur,
cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja
cenderung memandang kehidupan dari kaca mata
berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja
mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha
meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di
dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau
sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang
mereka inginkan.
41
masa remaja akhir (F.J. Monks, t.t., 99), penjelasannya
sebagai berikut:
42
Penelitian menjelaskan bahwa Faktor terjadinya
perilaku school bullying di Sekolah Dasar Negeri
Grindang antara lain (1) kurangnya pengetahuan guru
mengenai school bullying, serta pendapat guru yang
mengatakan kenakalan di sekolahnya masih wajar; (2)
reaksi yang ditunjukkan korban adalah, diam, takut
atau menangis; pelaku menunjukkan perilaku acuh
dan senang; sedangkan penonton menunjukkan reaksi,
melawan pelaku, membela pelaku atau diam; (3)
bentuk school bullying yang terjadi adalah bentuk
fisik (memukul dengan gagang sapu, memukul dengan
tangan, mendorong) dan non fisik (verbal:
mengancam, memaksa, menyoraki, meledek; non
verbal langsung: membentak, memarahi, memerintah,
menunjuk-nunjuk dengan jari; non verbal tidak
langsung: pengucilan).
2. Penelitian selanjutnya dari Ricca Novalia, mahasiswa
Universitas Islam Negeri suna Kalijaga Yohyakarta
dengan judul “Dampak Bullying Terhadap Kondisi
Psikososial Anak Di Perkampungan Sosial Pingit”
Skripsi ini menjelaskan bahwa kasus bullying tersebut
menimbulkan dampak negative terhadap korban
bullying. Pertama, anak korban bullying bersikap anti
sosial terhadap lingkungan bermain, korban menarik
diri dari lingkungan sosial dan tidak ingin melakukan
43
interaksi sosial, menjadi acuh tak acuh akan apa yang
terjadi di lingkungan sekitarnya. Kedua, dampak bagi
psikologi korban yaitu adanya depresi yang mendalam
yang bermula adanya rasa trauma yang dialami
kemudia berubah menjadi depresi.
3. Penelitian selanjutnya dari Farisa Handini, dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan judul skripsi “Hubungan Konsep Diri Dengan
Kecenderungan Berperilaku Bullying Siswa SMA
Negeri 70 Jakarta”
Skripsi ini menjelaskan bahwa hubungan konsep diri
dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa
SMA Negeri 70 Jakarta yang mengarah pada korelasi
negative. Artinya semakin tinggi (positif) konsep diri
siswa, maka semakin rendah kecenderungan
berperilaku bullying. Begitupun sebaliknya, semakin
rendah (negative) konsep diri siswa, maka semakin
tinggi kecenderungan berperilaku bullyingnya.
4. Penelitian selanjutya adalah dari Dina Amalia,
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
Dengan judul “Hubungan Persepsi tentang Bullying
Tentang Intensi melakukan Bullying Siswa SMA
Negeri 82 Jakarta”
44
Jenis dari penelitian ini adalah korelasional, seangkan
populasinya adalah siswa SMA Negeri 82 jakarta
selatan. Sample dari penelitian ini adalah 50 siswa.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara persepsi bullying
dengan intense melakukan bullying diterima. Arah
hubungan yang di dapat juga menunjukan positif.
Yang berarti bahwa semakin positif persepsi tentang
bullying maka akan semakin tinggi intense mlakukan
bullying. Persamaan antar penelitian Dina Amalia
dengan milik peneliti adalah terletak pada pembahasan
yang sama yaitu mengenai bullying di kalangan
peserta didik. Sedangkan perbedaan nya terletak pada
lokasi penelitian dan metode penelitian yang
digunakan.
45
46
BAB III
A. PROFIL LEMBAGA
1. Profil SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
Sekolah SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
berdiri semenjak tahun 1972, yang didirikan oleh
Departemen Agama dengan nama STM YPMII dan
dipegang oleh majelis muallimin dari Departemen
Agama. Kebanyakan dari mereka dari kalangan dosen
UIN yang dulunya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kemudian pada tahun 1986 berubah nama menjadi
STM Triguna Jaya, dan selanjutnya terjadi pergantian
pengurus yayasan pada tahun 1995 yang diketuai oleh
bapak Ibrahim. Berdasarkan surat keputusan kepala
dinas kabupatenTangerang dengan No. 421. 1/420.
4/11277 Dis Dik.
Lokasi SMK Triguna Utama terletak di jalan Ir. H.
Djuanda Ciputat Tangerang. Dengan bantuan
masyarakat dan swadaya murni, SMK Triguna Utama
di bangun diatas lahan seluas 2800 m2 dengan luas
bangunan sebesar 1291 m2. Searah dengan tuntutan
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri pada saat
ini, ada lima jurusan yang di buka antara lain :
Program Studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik,
47
Program Studi Pemeliharaan Mekanik industry,
Program Studi Teknik Kendaraan Ringan, Program
Studi Bisnis Manajemen (Kompetensi Keahlian
Administrasi Perkantoran), Program Studi Bisnis
Manajemen (Kompetensi Keahlian Akuntansi)
(“Profil-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t).
2. Visi Dan Misi
Persaingan dan tantangan kehidupan di masa yang
akan datang pastinya berat. SMK TrigunaUtama
sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan
menengah kejuruan, mempunyai VISI dan MISI untuk
menjawab tantangan tersebut sebagai berikut (“Visi
Misi-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t):
1. Visi
Menjadikan SMK Triguna Utama yang terampil,
unggul, berbudaya, beradab dan berkeberadaban
di tingkat Lokal, Nasional maupun global
2. Misi
a. Melaksanakan pendidikan agar sekolah
menghasilkan tenaga yang terampil.
b. Menyelenggarakan Pelatihan agar sekolah
unggul, berbudaya, beradab dan berkeberadaban
dalampersaingan Lokal, Nasional maupun global.
c. Menjadikan Sekolah sebagai kebanggan
masyarakat.
48
d. Menjadikan Lingkungan sekolah cermin Dunia
Usaha dan Industri.
e. Menciptakan kultur sekolah yang memiliki budi
pekerti luhur, beriman dan bertaqwa
kepadaTuhan Yang Maha Esa.
3. Tujuan Sekolah
Tujuan SMK Triguna Utama antara lain :
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi
manusia produktif, mampu bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI
sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai
dengan Kompetensi Keahlian pilihannya.
b. Membekali peserta didik agar mampu memilih
karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi,
beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam
Kompetensi Keahlian yang diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara
mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (“Tujuan Sekolah-Yayasan Perguruan
Triguna Utama” t.t).
49
B. PROFIL INFORMAN
1. Data Informan 1 (Pelaku SHR)
- Nama : SHR
- Tempat Tanggal Lahir : 15 Juni 2001
- Usia : 17 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Ciputat
- Agama : Islam
- Hobby : Bermain
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : Pelajar
- Jenis bully : Bully Fisik
2. Data Informan 2 (Pelaku DND)
- Nama : DND
- Tempat Tanggal Lahir : 10 Agustus 2001
- Usia : 17 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Pamulang
- Agama : Islam
- Hobby : Bermain
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : pelajar
- Jenis bully : Bully Fisik
50
3. Data Informan 3 (Korban RLG)
- Nama : RLG
- Tempat Tanggal Lahir : 5 Maret 2002
- Usia : 16 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Jakarta
- Agama : Islam
- Hobby : Belajar, Bermain
- Suku : Jawa
- Pekerjaan : Pelajar
- Jenis bully : Bully Verbal
51
52
BAB IV
53
“jika membicarakan mengenai faktor keluarga
yang menjadi penyebab masalah bullying yaa di
sekolah ini sebenarnya anak yang bermasalah
dengan tindakan bullying berasal dari keluarga
yang bermacam macam yaa, banyak sekali
permasalahnnya, diantaranya ada yang berasal
dari keluarga broken home, keluarga yang
memiliki perekonomian rendah, atau juga karena
keluarganya tidak peduli pada anak-anaknya, juga
keluarga yang terlalu membebaskan anaknya
begitu saja, sehingga anaknya merasa tidak
mendapatkan perhatian dari orang tuanya, ada
juga orang tuanya yang suka berselisih didepan
anaknya sendiri. Itu semua hal-hal yang berasal
dari faktor keluarga yang bisa mempengaruhi
perilaku bullying siswa disini. bermacam-macam
latar belakang keluarga lah tentunya”(Kepala
Sekolah SMK Triguna 2018a)
Selain itu bapak kepala sekolah juga menyampaikan, tidak
hanya dari faktor pola asuh orang tuanya saja. Tapi juga
bisa meliputi dari saudara-saudaranya atau dari kakak-
kakaknya yang memiliki perilaku yang tidak baik
sehingga bisa mempengaruhi seorang anak untuk
melakukan tindakan yang tidak baik pula karna seorang
remaja yang kondisi emosinya masih kurang stabil sangat
bisa terpengaruh dengan apa yang dia lihat terlebih
melihat perilaku dari orang terdekatnya.
54
bisa mempengaruhi perilaku seorang anak dalam
melakukan tindakan atau terlibat dalam kasus
bullying” (Kepala Sekolah SMK Triguna 2018a)
Hal tersebut juga dijelaskan oleh guru BK sekolah SMK
Triguna bahwa faktor keluarga memang menjadi salah
satu penyebab siswa melakukan tindakan bullying selain
dari faktor teman sebaya dan juga media masa :
“ada beberapa faktor penyebab bullying siswa
disini, salah satu diantaranya adalah dari
keluarganya sendiri, ada juga yang orangtuanya
ngomongnya kasar, ada juga dari orang tua yang
suka bentak-bentak anaknya sehingga anak
merasa terintimidasi karena perlakuan orang
tuanya yang seperti itu. Faktor dari keluarga
menurut saya menjadi faktor utama adanya
tindakan bullying. Karna selain disekolah, anak
juga banyak menghabiskan waktu di rumah juga
dan berinteraksi dengan orang tuanya ”(Guru BK
SMK Triguna 2018a)
55
nyari masalah mulu di sekolah, berantem terus,
suka tawuran sama sekolah lain, di sekolahnya
juga bermasalah suka bully orang, suka nyuruh,
sering marahin adik kelas nya di sekolah,
sekolahnya disini juga tapi sekarang abang aku
udah lulus kak. Jadi karna ngeliat dari abang aku
kaya gitu ya aku juga ngikutin caranya dia, aku
jadi suka ikut-ikutan tawuran sama sekolah lain,
suka berantem, nyuruh-nyuruh adek kelas, kalo
ada yang gasuka sama aku ya aku ajakin
berantem, dipukulin sampe dia ngerasa takut.
Lagian aku juga ga sendiri kok yang kaya gitu
disini, temen-temen juga banyak yang suka
ngecengin atau malakin adek kelas, jadi kaya
udah jadi kebiasaan aja kaya gitu karna
lingkungan aku juga mendukung. Tapi awalnya
sih karna abang aku yang pertama kali aku liat,
kalo abang aku aja bisa kaya gitu, kenapa aku
enggak. aku ikutin caranya dia gimana dia maen
sama temen-temennya dan gimana kelakuan di
sekolahnya. Dari situ aku jadi orang yang lebih
berani kak gak takut sama orang malahan aku
tantangin kalo dia remehin aku”(Informan DND
(Pelaku 17 tahun) 2018a)
Begitupun dengan yang diungkapkan oleh informan SHR
(Pelaku, 17tahun), informan mengungkapkan bahwa
orang tuanya merupakan orang yang cuek dan tidak begitu
peduli akan apa yang dilakukan oleh anak-anaknya :
56
terlibat tawuran sama sekolah lain malah jadinya
udah gak mau peduli. Yasudah aku jadi bebas
ngelakuin apa aja yang aku suka toh mereka aja
gak peduli kan. Awalnya ya suka dimarahin juga
tapi makin kesini makin bodo amat mungkin
karena capek kali ngadepin aku”(Informan SHR
(Pelaku 17 tahun) 2018a)
Ketika menceritakan mengenai keluarganya, terlihat
ekspresi sedih dari wajah informan, informan
menceritakan keluarganya sambil menundukan kepalanya
dan juga menggerak-gerakan kakinya dan tidak melihat
kepada peneliti. Informan terlihat seperti malu untuk
menceritakan masalahnya, selama melakukan wawancara
dengan informan, memang butuh waktu yang agak lama
juga agar informan bisa terbuka dan menceritakan
masalahnya kepada peneliti. Karena pada awalnya
informan tidak ingin terbuka. Dan selalu mengulur-ulur
percakapan dengan peneliti.
57
ya misalkan jangan sering banyak ulah kalo di
sekolah karena orang tua akan malu kalo anaknya
dapet masalah di sekolah. Yaa tegas sih mereka
kalo aku salah ya tetep di marahin kan buat
kebaikan aku juga katanya”(Informan RLG
(Korban 16 tahun) 2018b)
58
banyak konten yang gak pantes untuk dilihat oleh
anak remaja seumuran mereka. Dan sebenarnya
sekolah melarang siswa membawa hape. Akan
tetapi masih ada saja siswa yang melanggar
peraturan”(Kepala Sekolah SMK Triguna 2018b)
Selain itu, guru BK SMK Tiguna juga memiliki
penjelasan mengenai hal ini, sebagai berikut :
59
aku bisa up to date gitu sama yang lagi viral
sekarang selain itu juga kan aku bisa dapet temen-
temen baru, komunitas baru, jadi memperluas
jaringan petemanan juga kak. Kalo soal jadwal
main hape yaa aku setiap hari main hape gaada
batasan juga sih terserah aku aja siapa juga yang
ngelarang. Kalo untuk nonton televisi sih palingan
nonton anak langit kak kalo malem ”(Informan
SHR (Pelaku 17 tahun) 2018b)
Televisi, video game, dan film banyak menyuguhkan
adegan kekerasan, atau perang. Meski seharusnya, orang
tua melakukan pendampingan saat menonton atau
bermain video game untuk anak di bawah umur, nyatanya
banyak yang belum melakukan ini. Ekspos media
terhadap adegan kekerasan ini sering menginspirasi anak
untuk mencobanya dalam dunia nyata. Seharusnya orang
tua mendampingi dan memberi pengertian pada anak saat
menonton film beradegan kekerasan atau bermain video
permainan perkelahian. Karena pengaruh media inilah
yang 80 persen bisa membuat perilaku anak menjadi
negatif dan terinspirasi untuk melakukannya (“Faktor-
faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying” t.t.).
60
“kalo main game online kan emang lagi jamannya
banget kan kak, kalo udah sekali menang gitu kita
akan jadi ketagihan, dan aku sering menang
makannya aku sering banget main game online
sampe kuota internet abis juga gak masalah sih
buat aku. Lagian aku beli kuota juga pake duit aku
sendiri dari hasil ngumpul-ngumpulin uang aja
sih. Awalnya sih aku gak terlalu sering yaa main
game online, tapi makin sering menang makin
banyak yang main juga jadi ketagihan. Dan aku
juga lebih sering main game online sih di banding
social media lain kaya instagram, facebook, path.
Maksudnya instagram, facebook, juga main tapi
gak sesering main game online. Soalnya kalo di
instagram gitu kan Cuma gitu-gitu aja. kita Cuma
liat foto-foto atau video aja sih dari yang di share
orang-orang.(Informan DND (Pelaku 17 tahun)
2018b)
Paparan secara tidak langsung dari sosial media, tontonan
televisi, maupun video game, terutama yang frekuensinya
cukup sering, dikhawatirkan akan berdampak pada
pembentukan pola pikir yang menganggap tindakan
kekerasan adalah hal yang wajar dan bisa diterima atau
bahkan dilakukan dalam keseharian(“Memahami
Penyebab Tindakan Bullying Dan Cara Pencegahannya”
2016).
61
oleh orang tuanya. Lebih jelasnya melalui wawancara
dengan informan RLG berikut ini :
62
ataupun hanya sekedar selfie. Menurut Amalia, media
sosial merupakan jendela informasi nomor 1 di masa
depan, tapi jika disalahgunakan, media sosial bisa menjadi
bumerang dan berdampak negatif untuk anak-anak salah
satu dampak ngatif nya adalah adanya tindakan bullying.
Seharusnya, sebagai orang tua, jangan pernah tidak mau
tahu tentang teknologi, apalagi teknologi yang digunakan
oleh anak-anak anda. Karena dari situlah orang tua bisa
memantau anaknya di dunia digital. Anak-anak dan
remaja di Indonesia mudah mendapatkan media sosial,
bahkan anak-anak SD pun telah memiliki akun media
sosial mereka sendiri. Nah, yang harus dilakukan para
orang tua adalah belajar lebih banyak tentang media sosial
itu sendiri daripada anak-anaknya. Apa fungsinya,
bagaimana kinerjanya, apa efek yang ditimbulkan bahkan
pengaturan-pengaturannya. Karena banyak orang tua yang
tidak mau tahu atau bahkan menyebut dirinya gaptek.
Riset membuktikan bahwa 96% remaja didunia
menggunakan media sosial dalam kesehariannya dan
hanya 15% dari orang tua mengetahui media sosial
mereka. Bisa disimpulkan dari situlah banyak orang tua
membiarkan anaknya mengeksplorasi media sosial itu
sendiri tanpa memahami dampak yang bisa ditimbulkan
(“Orang Tua Wajib Mengawasi Media Sosial Anak -
Social Media Week” 2015).
63
C. Faktor Teman Sebaya Penyebab Terjadinya Bullying
64
berfikir ini sudah jadi tradisi di sekolah ini.
Pokoknya kelas 3 wajib membully kelas 1 dan 2.
Jadi senior itu gaboleh di remehkan dia harus jadi
penguasa disini. Jadi junior nya pun berfikir
bahwa nantipun saya kelas 3 akan seperti itu,
membully adik kelas nya juga”(Kepala Sekolah
SMK Triguna 2018c)
Sementara dari guru BK juga menjelaskan mengenai
faktor teman sebaya yang sangat mempengaruhi prilaku
bullying siswa, berikut penjelasannya :
65
ya namanya temen yaa pasti suka becandaan
ledek-ledekan, godain yang lewat gitu,atau kita
juga sering jajan bareng-bareng terus di makan
nya juga bareng-bareng biar seru aja sih kalo
sama temen-temen kaya gitu jadi kaya kompak
gitu diliatnya apalagi kita ngelakuin kaya gitu
hampir tiap hari kan pas istirahat sih
biasanya”(Informan SHR (Pelaku 17 tahun)
2018c)
Pada saat di wawancara pun, informan selalu di panggil
dan di teriaki oleh teman-temannya untuk bermain di
lapangan bola pada jam istirahat. Ada juga beberapa
temannya yang menghampirinya ketika sedang
diwawancara. Jadi informan sedikit tidak fokus.
66
lingkungan rumah maupun di sekolah. Berikut penjelasan
lengkapnya :
67
menangani pelaku setelah melakukan bullying, dan juga
dari pelaku itu sendiri. Terakhir kasus bullying DND
dan SHR pada bulan Mei 2018, dari jumlah 4 kali
terlibat kasus tawuran, kejadian yang terakhir ini,
berawal dari sosial media, melihat unduhan salah satu
siswa SMK 29 Jakarta mengambil topi sekolah SMK
Triguna dari salah satu siswa SMK Triguna, siswa SMK
29 Jakarta tersebut bukan hanya merebut tetapi merusak
topi tersebut dengan mencoret-coret, setelah itu DND
dan SHR beserta kakak kelas nya berkumpul di tempat
tongkrongan nya untuk membalas dendam kepada
sekolah SMK 29 Jakarta itu dengan mengajak tawuran,
arahan dari kakak kelas, yang pergi untuk melakukan
tawuran minimal 10 orang, dan sebagian adik kelas X
(sepuluh) di pilih oleh kakak kelas XII (dua belas) di
paksa untuk ikut tawuran. Kejadian tawuran ini sering
nya di lakukan di daerah Bulungan Jakarta Selatan, dan
sekitar jam 10 malam. Alat yang di bawa untuk tawuran
seperti kayu, gir motor, celurit. Dari tawuran tersebut
ada laporan yang menyatakan korban banyak dari
sekolah SMK 29 Jakarta dan korban nya mengalami
luka-luka, patah tulang, sampai ada yang masuk rumah
sakit karena perlakuan DND dan SHR. Beberapa kali
tawuran dengan salah satu SMK di daerah Jakarta
Selatan, sekolah Triguna menang, dan para pelaku
68
setelah di mintai keterangan oleh pihak sekolah, siswa-
siswa yang mengikuti tawuran tersebut sangat senang
bisa memenangkan tawuran dan membanggakan para
kakak kelas juga alumni. Dan hal tersebut tidak
membuat kapok, akan tetapi membuat mereka ingin
melakukannya lagi.
b. Bullying verbal
Bullying verbal ini dialami oleh korban RLG. Korban
sering diancam untuk tidak boleh di depan kelas, duduk
di kursi kantin, ngobrol dengan kakak kelas perempuan,
memakai topi sekolah di luar jam sekolah. Perlakuan
tersebut sering diterima korban RLG disaat jam pulang
sekolah, sebelum jam pulang sekolah biasa nya kakak
kakak kelas memberitahu untuk tunggu di samping
sekolah selepas bel pulang, yang melakukan perbuatan
ini lebih sering kelas XII karena mereka yang menguasai
peraturan siswa ke siswa. Ancaman tersebut dilakukan di
depan kakak-kakak kelas yang berkuasa, dengan kata-
kata mengancam “lu RLG kalo gak mau abis di luar
sekolah, turutin peraturan dari kita ini, jangan pake ngadu
ke guru atau orang tua juga, bisa ribet hidup lu” sehingga
hampir seluruh siswa laki-laki kelas X takut kepadanya
dan tidak ada yang berani melapor kepihak guru maupun
orang tua, setelah di ancam seperti itu RLG hanya
69
menjawab “iya” kepada kakak kakak kelas nya dan
bergegas untuk pulang kerumah.
70
BAB V
PEMBAHASAN
1. Analisis Antar kasus
Bullying merupakan masalah sosial yang sudah
tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Dan bullying
juga bukan merupakan sesuatu yang baru di dunia
pendidikan. Tindakan bullying banyak terjadi di dalam
ranah pendidikan baik dilakukan oleh anak sekolah
maupun mahasiswa. Ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab terjadinya tindakan bullying antara lain faktor
dari keluarganya, faktor media massa dan juga faktor peer
group atau teman sebaya. Tiga faktor tersebut merupakan
faktor yang paling kuat mempengaruhi tindakan bullying
siswa. Agar lebih terperinci peneliti akan membahas satu
persatu faktor penyebab tindakan bullying dikaitkan
dengan teori yang telah di dapat pada bab sebelumnya.
A. FAKTOR KELUARGA
Pada dasarnya, Keluarga merupakan agen
sosialisasi pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak, sehingga peran dan fungsi
keluarga menjadi sangat penting dan bertanggung jawab
terhadap tumbuh kembang anak. Dalam hal peran dan
fungsi orangtua terhadap anak, sangat berhubungan
dengan pola pengasuhan orangtua terhadap tumbuh
kembang anaknya. Hal ini berhubungan dengan teori
71
faktor otangtua sebagai penyebab bullying yang
dipaparkan oleh Baumrind, (BAB II, t.t., 32) yakni ada 3
pola asuh orangtua terhadap anak, antara lain: otoriter,
permisif dan demokratis. Otoriter artinya pola pengasuhan
yang memaksakan kehendak dan peraturan dari orangtua,
permisif artinya pola pengasuhan orangtua yang serba
membolehkan atau juga mengizinkan, sedangkan
demokratis adalah mendorong anak untuk mandiri namun
masih menempatkan batas dan kendali pada anak. Pola
asuh orang tua ini sangat mempengaruhi perilaku bulling
siswa di sekolah. keluarga atau orangtua merupakan
lingkungan pertama tempat anak belajar berbagai
pengetahuan, nilai, norma dan sebagainya, sehingga
keluarga akan membentuk kepribadian dari anak tersebut.
Kepribadian dari seorang anak sangat dipengaruhi oleh
bagaimana cara dan corak orang tua memberikan
pendidikan, pengasuhan dan bimbingannya. Keluargalah
yang paling bertanggungjawab atas penanaman norma-
norma masyarakat dalam diri para anggotanya secara
individual. Apabila keluarga tidak berhasil mendidik para
anggotanya untuk mematuhi norma-norma, maka
terjadilah perilaku menyimpang.
72
dalam perilaku menyimpang salah satunya adalah perilaku
bullying. Tindakan bullying terlebih pelaku bullying itu
sendiri seringkali dikaitkan berasal dari keluarga yang
bermasalah, orangtua yang kerap menghukum anaknya
secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres,
agresi dan permusuhan, atau orangtua yang cuek atau
acuh, atau juga memberikan kebebasan yang berlebihan,
sehingga orangtua kurang mendisiplinkan anak dan
kurang memperhatikan kebutuhan anaknya hal tersebut
membuat anak merasa kurang diperhatikan oleh
orangtuanya dan membuat mereka bisa melakukan apapun
untuk mencari perhatian dari luar, bahkan dengan cara
yang buruk sekalipun (BAB II, t.t., 27). Segala konflik
yang terjadi di dalam rumah, anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya
terhadap teman-temannya. Atau sering terjadi tindak
kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya,
ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka
perlawanan ini ditujukan pada teman-temannya.
73
otoriter, tidak harmonis, sering bertengkar hebat di depan
anaknya. Sedangkan yang menjadi korban bullying adalah
siswa dari keluarga yang baik, sering menghabiskan
waktu bersama orang tuanya, melakukan komunikasi dan
interaksi dengan anak, dan tidak pernah melakukan
pertengkarang di depan anaknya, dapat memberikan
kebutuhan kepada anak, akan tetapi tidak
memanjakannya.
74
kapan saja, terbukti anak SMK yang seharusnya jam 10
malam sudah berada di rumah, ini bisa pergi untuk
tawuran dengan sekolah lain di daerah Jakarta selatan.
Maka pantas saja jika anak pun tumbuh menjadi anak
yang arogan dan tidak memiliki kepribadian yang baik.
Sudah dijelaskan di awal bahwa terbentuknya kepribadian
baik dari seorang anak adalah berasal dari pola didik
keluarganya. jika pola didiknya baik, maka akan
menghasilkan anak yang berakhlak baik juga, begitupun
sebaliknya, jika pola didiknya kasar atau acuh maka anak
pun akan menjadi pribadi yang kasar dan acuh juga.
75
disertai dengan kata-kata kotor dan kasar. Hal ini yang
dapat memicu anak menjadi pribadi yang terbelah dan
berperilaku bully, sebab anak dan remaja tersebut terbiasa
berada di lingkungan keluarga yang kasar.
76
mempengaruhi perilaku anak. Dalam hal ini, orang tua
korban begitu perhatian terhadap perkembangan diri
korban baik itu di lingkungan rumahnya maupun di
sekolahnya. Orang tua korban selalu menjaga komunikasi
dan interaksi yang baik agar anaknya juga tumbuh
menjadi pribadi yang baik di lingkungannya.
77
sederhana contohnya menghasut seseorang, mengucilkan,
intimidasi, sampai pada tindakan kekerasan contohnya
memukul, menjambak, menapar, berkelahi dan lain
sebagainya. Terkait dengan hal tersebut, remaja adalah
yang paling mudah dipengaruhi dengan adegan-adegan
yang dia lihat di televisi dan bahkan mempraktekannya.
mirisnya lagi tayangan sinetron yang mempertontonkan
adegan perkelahian kebanyakan diperankan juga oleh
anak usia remaja, sehingga menimbulkan pemikiran bagi
para remaja yang melihatnya bahwa permusuhan dan
perkelahian adalah sesuatu yang keren untuk dilakukan.
Tayangan sinetron yang sedang menyedot peratian remaja
saat ini adalah sinetron yang di tayangkan di salah satu
televisi swasta, mereka menayangkan segerombolan para
remaja dengan geng motornya yang suka mencari masalah
dan berkelahi dengan geng motor lainnya dan perkelahian
itu terjadi secara terus menerus. Sangat miris tentunya
melihat tayangan seperti ini, seharusnya pertelevisian
Indonesia menyuguhkan tayangan yang edukatif demi
memotivasi remaja untuk menjadi yang lebih baik dan
berguna bagi lingkungannya. Tidak mempertontonkan
hal-hal negatif seperti permusuhan dan perkelahian yang
malah di tiru oleh banyak remaja. Bahkan tontonan yang
kurang mendidik seperti itu tapi mendapatkan rating yang
sangat tinggi, hal ini membuktikan bahwa tontonan seperti
78
itu justru digemari oleh para penonton khususnya oleh
penonton remaja.
Terkait dengan tayangan televisi di atas, SHR
(Pelaku 17 tahun) mengaku lebih sering bermain game
online dari pada menonton televisi. SHR suka menonton
televisi tapi tidak sesering bermain game online. SHR
mengungkapkan bahwa bermain game online lebih seru di
bandingkan menonton televisi, SHR biasa menonton
sinetron anak langit di malam hari jika menonton televisi.
Selain itu juga SHR suka bermain sosial media lainnya
seperti instagram, facebook dan twitter untuk berinteraksi
dengan teman-temannya atau melihat foto dan video
orang lain.
Begitu pula yang di ungkapkan dengan DND.
Pelaku lebih suka memainkan game online di hapenya,
selain itu juga pelaku juga memiliki akun sosial media
instagram, facebook, dan twitter untuk agar bisa
terhubung dengan teman-temannya yang juga banyak
menggunakan sosial media tersebut. Game online yang
pelaku mainkan juga memiliki bentuk kekerasan seperti
perang dan perkelahian. Game online terus berkembang
pesat dengan berbagai video game terbaru baik yang
online maupun offline. Akan tetapi, sangat disayangkan
permainan game online tersebut banyak di dominasi oleh
anak-anak dan remaja. Ada banyak macam video
79
permainan yang dengan bebas dibuka dan dimainkan oleh
anak-anak dan remaja, mulai dari yang mengasah otak,
hiburan ataupun mengandung unsur kekerasan. Yang
tentu saja hal ini akan memberikan dampak negatif bagi
perkembangan jiwa mereka. Anak akan mudah
melakukan kekerasan dan kehilangan empati, tidak bisa
menghormati orang tau atau juga orang lain, selain itu
juga menjadi tidak fokus belajar, dan dapat mengganggu
pikiran. Ternyata ada banyak sekali dampak negatif yang
di timbulkan akibat dari permainan game online. (Abdi
Tumanggor, ‘Inilah 16 Game Yang Di Larang Untuk Anak-
Anak di Antaranya Mobile Legend, Berikut
Dampaknya’Tribun-Medan.Com. diakses pada 16 agustus 2018
)
Dari kedua pengakuan pelaku tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa pelaku sama-sama gemar memainkan
game online dan juga memainkan sosial media lainnya.
Media sosial memang sedang banyak digemari oleh
kalangan remaja seperti Instagram, facebook, twitter,
path, snapchat, Line, Whatsapp dan BBM. Penggunan
sosial media begitu bebas di akses oleh siapa saja, tidak
ada batasan nya, setiap penggua sosial media bisa
memainan sosial media dimanapun dan kapanpun mereka
mau. Dalam hal ini, seorang pengguna sosial media bisa
berkomentar apapun yang mereka suka, mencari
informasi apapun, sosial media dapat memberikan
80
pengaruh yang besar bagi seseorang. Saat ini, orang
berlomba-lomba membuat suatu tayangan atau konten
tetang apapun dengan tujuan ingin menjadi viral. Banyak
anak muda yang justru memberikan konten negatif
tujuannya hanyauntuk menjadi viral dan terkenal. Segala
cara bisa mereka lakukan untuk menunjukan bahwa
mereka eksis di sosial media.
Terkait dengan ini, sebenarnya pengawasan dari
orang tua sangat di butuhkan bagi anak-anak yang
kecanduan terhadap segala bentuk sosial media. Sosial
media sudah menjadi racun bagi kebanyakan remaja saat
ini. Para pelaku bullying SHR dan DND mengaku bahwa
mereka diberikan kebebasan untuk memainkan hapenya
sendiri kapanpun mereka suka. Dengan memliki
handphone sendiri, maka remaja bisa bebas melihat
konten apapun yang mereka mau. Dampak positif dari
penggunaan sosial media bagi pelaku bullying adalah
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-
temannya, mereka jua membuat group kelas untuk
mengetahui terkait info apa saja dari sekolah nya. Adapun
dampak negatif sosial media adalah mereka akan menjadi
individu yang apatis karena terlalu fokus pada handphone
dan tidak peka terhadap lingkungannya, hal ini membuat
remaja memiliki sifat anti sosial. Hal itu termasuk
81
kedalam bentuk penyalahgunaan sosial media di kalangan
remaja.
Sementara itu menurut pengakuan korban bullying
RLG, dia juga suka menonton televisi dan memainkan
sosial media, akan tetapi tidak terlalu sering, karna
dibatasi oleh orang tuanya. Jika menonton televisi, pelaku
lebih suka menonon acara musik saja karena menurutnya
di televisi sudah tidak ada tayangan yang menarik untuk
dia tonton selain acara musik, selain itu juga pelaku suka
mengakses youtube untuk menonton ulasan musik dari
musisi favoritnya. korban dibatasi dalam bermain
smartphone oleh orang tuanya, karena orang tua tahu
dampaknya akan membahayakan perkembangan diri dari
korban akan sangat ke tergantungan dan akan menjadi
topik bagi korban. Dalam hal ini, pengawasan orang tua
memang sangat penting terkait dengan penggunaan
smartphone dan juga sosial media.
Segi positif penggunaan sosial media juga dapat
memberikan kemudahan bagi seseorang. Diantaranya,
sharing terkait dengan pelajaran sekolah ataupun diluar
tentang pelajaran sekolah, mereka juga bisa membuat
perjanjian untuk sekedar bertemu atau bermain, mereka
juga bisa membuat group di line, whatsaap atau BBM
sehingga akan banyak teman-teman nya juga yang
merespon. Penggunaan sosial media memang harus
82
digunakan secara baik dan benar agar tidak ada
penyalahgunaan sosial media yang dapat mengganggu
perkembangan diri teruama para anak-anak dan remaja
yang menggunakannya.
Terkait dengan permasalahan di atas, hal tersebut
sejalan dengan teori yang dipakai di (BAB II, t.t., 36) dari
Coloraso, yang mengungkapkan bahwa semua bentuk
media memiliki efek mendalam pada cara anak-anak
mempersepsikan dunia tempat tinggal mereka, baik itu
dari televisi maupun internet. Tidak hanya melalui
tontonan di televisi saja akan tetapi juga melalui
penggunaan sosial media yang berlebihan dan tanpa
kontrol.
C. FAKTOR TEMAN SEBAYA
Pada masa remaja, terjadilah proses pencarian jati diri
dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan
lingkungan sosialnya, dan sekolah merupakan salah satu
tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi,
sehingga remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah.
mulai dari memahami mata pelajaran yang di berikan
guru, sampai memenuhi kebutuhan bersosial bersama
teman-temannya. Pengaruh teman sebaya merupakan
pengaruh yang cukup dominan terhadap tindakan
bullying, karena remaja akan menghabiskan waktunya
bersama teman-teman sebayanya, remaja akan banyak
83
menghabiskan waktu di sekolahnya, maka dari itu, teman
sebaya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perilaku bullying siswa.
Remaja identik dengan pencarian jati diri, mereka
akan mendapatkan banyak masukan atau pengaruh dari
teman-teman nya yang nantinya akan membentuk pola
perilaku mereka. Dalam proses pencarian jati diri,
biasanya remaja lebih sering membuat suatu kelompok
atau dinamakan genk bersama teman-temannya yang
memiliki satu tujuan. Sebenarnya sah-sah saja jika para
remaja membentuk sebuah genk jika itu tidak merugikan
atau berdampak negatif bagi dirinya atau orang lain, yang
akan jadi masalah adalah ketika mereka membentuk
sebuah genk yang justru banyak dampak negatifnya dan
sering membuat masalah. Seperti yang di ungkapkan oleh
pelaku bullying yang juga memiliki teman genk mereka di
sekolah, tujuan mereka membuat genk di sekolah adalah
ingin di akui keberadaannya. Jadi orang-orang yang
melihatnya terlebih para adik kelas akan merasa takut dan
tidak berani macam-macam dengan mereka. Hal tersebut
seolah-olah membuat mereka merasa seperti raja yang di
takuti dan bertindak semena-mena. Berdasarkan
penjelasan dari para pelaku bullying, hal ini juga di
karenakan mereka ingin balas dendam karena kakak kelas
84
nya pun melakukan seperti itu ketika mereka masih jadi
adik kelas.
Sedangkan menurut pengakuan korban RLG, dia
juga memiliki kelompok bermain tersendiri, akan tetapi
tidak pernah membuat masalah seperti yang di lakukan
para pelaku. Dan walaupun mereka meliki kelompok
pertemanan sendiri, mereka tidak pernah membatasi
pertemanan dengan yang lain, jadi siapa saja boleh
gabung. Berbeda dengan pertemanan yang di jalin oleh
pelaku yang cenderung menolak orang baru yang masuk
ke dalam lingkaran pertemanan mereka, dan jika memang
ada yang ingin bergabung, mereka harus mematuhi
peraturan dari genk tersebut yang cenderung kearah
negatif. Bentuk tindakan bullying yang sering dilakukan
oleh genk pelaku diantaranya: membentak, menyuruh,
memalak, tidak memperbolehkan junior mereka untuk
duduk di kantin sekolah, tidak boleh bermain dengan
kakak kelas wanita, dan lain sebagainya, ada banyak
peraturan aneh yang di buat oleh genk dari pelaku.
Hal yang telah di paparkan di atas, sejalan dengan
teori yang di ungkapkan oleh Benites dan Justicia (BAB II,
t.t., 26)bahwa kelompok teman sebaya (genk) yang
cenderung kearah negatif atau yang memiliki masalah di
sekolah akan memberikan dampak yang buruk pula bagi
teman-teman lainnya seperti berperilaku dan berkata kasar
85
terhadap guru atau sesama teman yang lain. Hal ini
memperjelas bahwa kelompok teman sebaya menjadi
salah satu faktor yang paling dominan penyebab
terjadinya perilaku bullying siswa di sekolah.
86
artinya orangtua ada orang tua yang
lemah dalam komunikasi peduli dengan
menerapkan yang baik di perilaku
kedisiplinan pada keluarganya.D anaknya, serta
anak, sehingga alam hal ini, bersikap
anak dapat dapat kita hangat dan
melakukan apasaja analisis bahwa mengasihi,
yang mereka pola asuh sejalan dengan
inginkan bahkan orang tua yang teori yang di
melakukan sesuatu keras,mengaba tulis di (BAB
yang buruk ikan, dingin, II, t.t., 24)
sekalipun. Walau acuh tak acuh, dalam bentuk
bagaimanapun sering pengasuhan
anak akan merasa bertengkar, seperti ini anak
sedih ketika tidak akan akan merasa
mendapatkan mendorong dihargai
perhatian dari anak untuk karena setiap
orangtuanya berinteraksi perlakuan dan
sehingga dia dengan orang permasalahan
merasa berani lain dengan dapat
melakukan sesuatu cara yang dibicarkan
yang dapat menarik sama. Anak dengan
perhatian orang memperlakuka orangtua yang
lain salah satunya n orang lain senantiasa
adalah tindakan dengan buruk membuka diri
bullying yang dia sehingga untuk
lakukan. Karena meningkatkan mendengarkan
dengan begitu, dia kecenderungan nya. Pola
akan merasa di perilaku pengasuhan
akui oleh orang- bullying pada seperti ini
orang di sekitarnya. anak. Pola disebut juga
Pola asuh yang asuh orang tua dengan pola
seperti ini, yang seperti pengasuhan
memberikan ini, justru akan demokratis.
kebebasan kepada memberikan
anak untuk dampak
melakukan kepada pola
tindakan agresi interaksi anak
87
kepada orang lain. dengan teman-
temannya,
salah satunya
adalah siswa
cenderung
melakukan
tindakan
bullying
terhadap
teman-
temannya.
Faktor media SHR lebih suka Sama hal nya Sama halnya
massa memainkan sosial dengan SHR, seperti
media dan game DND pun informan yang
online. Game sangat suka lain, RLG juga
online dapat mengakses suka
menjadi penyebab sosial media mengakses
perilaku bullying, seperti internet dan
karena di dalamnya instagram, juga menonton
mengandung facebook, televisi, akan
bentuk kekerasan, whatsapp, lie, tetapi
apalagi bentuk BBM, dan penggunaanny
bullying yang media sosial a tidak begitu
dilakukan oleh lainnya, selain sering karena
SHR ini adalah itu juga DND ada kontrol
bersifat suka dari
perkelahian, game memainkan orangtuanya
online seringkali game online, yang jika
diisi dengan karena terlalu lama
berbagai tindakan menurutnya itu menonton atau
kekerasan. Ketika adalahhal yang memainkan
seseorang bermain ssangat seru. sosial media
game online, maka Seperti yang maka akan
ada banyak bentuk sudah di mengganggu
intimidasi yang paparkan, pola pikir dan
dilakukan agar bahwa di interaksi anak,
sang lawan bisa dalam karena anak
kalah, hal ini yang permainan akan fokus
88
membuat pengaruh game online dengan gadget
besar bahwa sosial yang mereka nya. Jika
media terlebih mainkan, menonton
permainan game banyak sekali televisi, RLG
online dapat unsur suka menonton
menjadi faktor negatifnya, acara musik
seseorang antara lain, dan tidak
melakukan perkelahian, menyukai
tindakan bullying permusuhan, tayangan
karena di dalam berbagai sinetron.
nya ada banyak bentuk Sedangkan
sekali bentuk intimidasi untuk
intimidasi. Selain lawan, hal penggunaan
dari pengaruh game tersebut dapat sosia media,
online, SHR juga membuat RLG
suka menonton siswa memanfaatkan
televisi tayangan melakukan nya untuk
anak langit, yang aksi yang dia sharing dengan
didalam nya pun lihat kepada teman-
banyak teman- temannya baik
mengandung unsur temannya. di group chat
yang tidak baik, seperti saling aupun personal
seperti perkelahian mengejek, chat, selain itu
dan permusuhan. berkata kasar, juga untuk
mengintimidas menanyakan
i, berkelahi, pelajaran yang
kekerasan dan tidak di
hal-hal negatif mengerti di
lainnya yang sekolah nya.
tidak patut RLG tidak
untuk di tonton begitu sering
dan di contoh dalam hal
oleh anak usia penggunaan
remaja. sosial media
karena
menurutnya
hal itu akan
menjadi
89
kecanduan jika
terlalu sering
menggunakann
ya.
Faktor teman SHR sering Lingkungan RLG memiliki
sebaya meghabiskan bermain anak teman rumah
waktu bersama sangat dan juga teman
dengan teman mempengaruhi di sekolah. di
rumah ataupun terhadap sekolah, RLG
teman sekolahnya, interaksi dan sering
akan tetapi pola menghabiskan
intensitasnya lebih perilakunya waktu bersama
kepada teman kepada orang teman-
sekolahnya, karena lain. DND temannya di
SHR memang suka kelas atau juga
banyak menghabiskan di depan kelas,
menghabiskan waktunya akan tetapi
waktu di sekolah. bersama tidak pernah
seperti berkumpul dengan teman duduk atau
dengan teman- rumahnya dan nongkrong di
teman satu genk juga bersama kantin karena
nya di kelas, di dengan teman takut kepada
ruang otomotif atau genk nya seniornya.
bisa juga dikantin. sekolah. Karena ada
nongkrong di peraturan dari
kantin, ruang siswa ke siswa
otomotif, di dimana adik
kelas atau juga kelas tidak
di lapangan boleh
sekolah. nongkrong di
kantin sekolah.
tempat duduk
di kantin
sekolah hanya
untuk kakak
kelas saja. Ada
banyak aturan
yang di buat
90
oleh kakak
kelas nya yang
sebenarnya
tidak masuk
akal. Tetapi
RLG tidak
berani
memberontak
karena takut
terjadi sesuatu
yang nantinya
justru akan jadi
masalah.
91
92
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Faktor Keluarga
Pola asuh keluarga sangat mempengaruhi tingkah laku
anak di lingkungannya, termasuk di sekolahnya juga.
Dalam hal ini, penyebab terjadinya perilaku bullying dari
faktor keluarga antara lain dari keluarga yang tidak
harmonis, keluarga yang acuh atau cuek seperti yang
dialami oleh pelaku SHR, sehingga SHR bebas
melakukan apa saja tanpa ada larangan dari orangtuanya
bahkan melakukan hal yang kurang baik sekalipun karena
tidak ada kontrol dari orangtua nya terhadap perilaku
SHR. juga keluarga yang suka melakukan pertengkaran
di depan anaknya seperti yang dialami oleh pelaku DND.
Kondisi keluarga yang tidak harmonis atau berkonflik,
akan memberikan dampak negatif juga bagi erkembangan
diri anak di sekolah maupun di lingkungan rumahnya
tempat dia bermain.
93
2. Faktor Teman Sebaya
Faktor teman sebaya juga memiliki pengaruh yang kuat
terhadap tindakan bullying siswa. Karena siswa banyak
menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan
teman-teman nya di sekolah ataupun dengan teman
rumahnya. Untuk membuktikan eksistensinya di sekolah,
biasanya siswa membentuk kelompok pertemanan atau
disebut juga dengan genk. Tujuan mereka membentuk
sebuah genk adalah karena ingin menjadi penguasa, di
anggap hebat, dan di takuti oleh siswa lain. Biasanya
pertemanan dalam sebuah genk juga memiliki visi misi
dan tujuan yang sama, jika ada orang yang tidak setuju
dengan peraturan yang ada, maka anggota genk tersebut
bisa di keluarkan bahkan ikut di bully.
3. Faktor Media Massa
Tayangan televisi yang tidak mendidikdan penggunaan
sosial media yang tidak terkontrol juga menjadi penyebab
tindakan bullying siswa. Seperti yang yang dilakukan oleh
pelaku DND dan SHR yang sering memainkan game
online dan menonton televisi yang mengandung unsur
kekerasan, sedangkan untuk korbannya sendiri RLG, ada
batasan dari orangtuanya dalam penggunaan sosial media
sehingga korban tidak terlalu sering menonton tivi dan
memainkan sosial media. Pengawasan dari orangtua
menjadi sangat penting dalam hal ini.
94
B. Implikasi
C. Saran
95
berbagai tindakan bullying peserta didik. Karena bullying
memiliki bentuk yang berbeda beda, sehingga
penanganannya pun berbeda.
3. Bagi orang tua siswa, agar dapet memberikan pengawasan
dan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya. Orang tua
harus lebih sering menjalin interaksi dan komunikasi
bersama-anak nya agar mengetahui bagaimana
perkemabangan anak baik di lingkungan bermainnya
maupun di sekolah. karena orang tua memiliki peran yang
sangat penting dalam tumbuh kembang anak-anaknya.
Orang tua tidak boleh bersifat cuek karena anak akan
merasa tidak di pedulikan dan hal itu membuat anak
melakukan banyak perilaku meyimpang salah satunya
adalah bullying.
4. Bagi peneliti selanjutnya, di perlukan adanya penelitian
yang lebih lanjut terkait permasalahan-permasalahan
bullying di sekolah. terutama penelitian yang lebih
terfokus pada penyelesaian kasus bullying yang di tinjau
dari faktor-faktor penyebab bullying nya sendiri. Dengan
begitu penanganan bullying dapat di lakukan secara cepat
dan tepat dan tidak ada lagi kasus bullying yang terjadi di
kalangan peserta didik.
96
DAFTAR PUSTAKA
97
Deddy Mulaya. 2013. Metodelogi PenelitianKualitatif:Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Dede Juwita Sari, Stefanus Adang Ides, dan Lina Dwi
Anggraeini. 2017. “Latar Belakang Siswa Melakukan
Bullying di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)” 5.
Dwi Narwoko, dan Dagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Elizabeth B Hurlock. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Fitrian Saifullah. 2016. “Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Bullying pada Siwa-siswi SMP (SMP Negeri 16
Samarinda),” 204.
F.J. Monks. t.t. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Gunarsa Singgih. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Iis Susanti, dan Pambudi Handoyo. 2015. “Perilaku Menyimpang
Di Kalangan Remaja Pada Masyarakat Karangmojo
Plandan Jombang” 3.
Irvan Usman. 2013. “Kepribadian, Komunikasi, Kelompok
Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying” 10:
51.
John W Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Jokie MS Siahaan. 2010. Sosiologi Perilaku Menyimpang. 2 ed.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Levianti. 2008. “Konformitas dan Bullying pada Siswa” 6.
98
Lexy J Moleong 2000, “Metode Penelitian Kualitatif” Bandung:
PT Remaja Rosdakarya : 135
Lidya Sayyidatun Nisa. 2012. “Religiulitas, Kecerdasan Emosi,
Dan Kenalakan Remaja” 7 (Agustus): 565.
Masdin. 2013. “Fenomena Bullying dalam Pendidikan”.Jurnal
Al-Ta’dib. 6: 79.
Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, : 216
Muhammad. 2009. “Aspek Perlindungan Anak dalam Tindak
Kekerasan (bullying) terhadap Korban Kekerasan di
Sekolah (Studi Kasus di SMK Kabupaten Banyumas)” 9:
232.
Nissa Adila. 2009. “Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku
Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal
Kriminologi Indonesia. 5: 58.
Nurseno. 2009. Sociologi. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
P. H. Mussen. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak.
Jakarta: Archan.
Ponny Retno Astuti. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif
Mengatasi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: UI Press.
Sahadir Nasution. 2014. “Perkembangan Remaja (Suatu
Tinjauan Psikologis)”.Jurnal Darul ‘Ilmi. 2 (Januari): 75.
Sarlito W Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Singgih Gumarsao. t.t. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Mulia.
Sugiono 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta) : 227
99
Surilena. 2016. “Jurnal Perilaku Bullying (Perundungan) pada
Anak dan Remaja” 43: 36.
Taufik Rohman Dohiri. 2003. Sosiologi. Jakarta: Yudistira.
Trevi, dan Winanti Siwi Respati. 2012. “Sikap Siswa Kelas X
SMK Y Tangerang Terhadap Bullying” 10 (Juni).
Wiyani. 2012. Save Our Children From School Bullying.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
SUMBER UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan. t.t.
100
https://socialmediaweek.org/jakarta/2015/02/24/orang-
tua-wajib-mengawasi-media-sosial-anak/.
“Siswa SMP di Cipanas Ditampar saat Latihan Kepemimpinan,
Setelahnya Trauma Tak Mau Makan.” 2017. Tribun Jabar.
4 September 2017.
http://jabar.tribunnews.com/2017/09/04/siswa-smp-di-
cipanas-ditampar-saat-latihan-kepemimpinan-setelahnya-
trauma-tak-mau-makan.
“Profil-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t https://triguna-
utama.sch.id/profil/.
SUMBER WAWANCARA
Guru BK SMK Triguna. 2018a. Wawancara “Faktor Keluarga
Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
Informan DND (Pelaku 17 tahun). 2018a. Wawancara “Faktor
Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
101
Informan RLG (Korban 16 tahun). 2018a. Wawancara “Faktor
Media Massa Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Keluarga Menjadi Penyebab
Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
Informan SHR (Pelaku 17 tahun). 2018a. Wawancara “Faktor
Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
Kepala Sekolah SMK Triguna. 2018a. Wawancara “Faktor
Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
102
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
A. Faktor Keluarga
1. Bagaimana kah keadaan keluarga pelaku dan korban
bullying ?
2. Bagaimana bentuk komunikasi yang di jalin sekolah
terhadap keluarga pelaku mapun korban bullying ?
3. Apakah sekolah pernah memanggil keluarga yang
terlibat bullying baik pelaku maupun korban ?
B. Faktor Media Massa
1. Apakah sekolah memiliki peraturan untuk tidak
membawa handphone ?
2. Apakah pernah ada pemeriksaan terhadap siswa
terkait membawa handphone ke sekolah ?
C. Faktor Teman Sebaya
1. Bagaimana bapak melihat pergaulan pelaku atau
korban di sekolah ?
2. Bagaimana betuk pertemanan baik pelaku maupun
korban bullying ?
A. Faktor Keluarga
1. Bagaimana hubungan kamu dengan ke dua orang tua
kamu ?
2. Bagaimana hubungan kamu dengan saudara-saudara
kamu ?
3. Bagaimana pola asuh orang tua kamu di rumah dalam
mendidik kamu ?
4. Apakah kamu selalu menjaga komunikasi dengan
orang tua?
5. Bagaimanakah sikap orang tua kamu terhadap
perkembangan pribadi dan sekolah kamu ?
6. Bagaimana perlakuan orangtua kamu terhadap kamu
di rumah?
7. Apakah orang tua kamu memiliki cukup waktu untuk
keluarga?
B. Faktor Media Massa
1. Seberapa sering kamu menonton televisi?
2. Acara apa yang kamu tonton?
3. Mengapa kamu menyukai tontonan tersebut?
4. Seberapa sering kamu mengakses internet?
5. Bagaimana cara kamu mengakses internet tersebut?
6. Informasi apa yang kamu cari dari intersnet tersebut?
C. Faktor Peer Group atau Teman Sebaya
1. Apakah kamu memiliki teman di lingkungan rumah
atau sekolah kamu ?
2. Berapa banyak teman kamu ?
3. Di mana biasanya kamu dan teman-teman kamu
berkumpul?
4. Apa yang biasanya dibicarakan dan atau dilakukan?
5. Bagaimana cara kamu menghabiskan waktu dengan
teman-teman kamu?
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018
Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMK
Triguna
Informan : Kepala Sekolah Bapak Robani,
M.Pd.
Assalamualaikum pak
Jawaban : Waalaikum salam
Mohon maaf saya mengganggu waktu nya
pak
Jawaban : Iya gapapa. Ada keperluan apa ya adek-adek ini
menemui saya ?
Jadi gini pak, saya dari mahasiswa UIN
Jakarta, berniat untuk melakukan penelitian skripsi disini
pak, skripsi saya mengenai faktor penyebab perilaku
bullying di SMK triguna ini pak. Kira-kira di perbolehkan
atau tidak pak ?
Jawaban : Yaa saya sih tidak masalah, silahkan saja. Kan
nanti juga penelitian nya bisa jadi masukan baik buat
sekolah ini.
Kalo saya mau mewawancarai bapak,
apakah bapak bersedia ?
Jawaban : selagi saya bisa bantu ya saya bersedia saja.
Kenapa tidak. Memang pertanyaannya apa saja ?
Sebelumnya maaf ya pak saya
menanyakan, saya sudah sering mendengar bahwa
sekolah ini sering sekali kejadian kasus bullying siswa,
atau perkelahian dan tawuran antar siswa dengan sekolah
lain. Apakah itu benar pak ?
Jawaban : hmm kalo sekarang sih alhamdulillah
kasusnya sudah jauh berkurang yaa, walaupun masih ada
kasus pembully-an siswa, tapi Alhamdulillah tidak
sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Ohh gitu pak, terkait masalah bullying itu
sendiri pak, yang bikin siswa melakukan bullying itu kan
faktornya ada macam-macam ya pak, bisa dari keluarga,
media sosial, dan dari teman bermain juga. Nah kalo
menurut bapak kalo dari keluarga sendiri, apakah bapak
tau bagaimana keadaan keluarga pelaku maupun korban
bullying ?
Jawaban : hmm jadi gini, saya cerita sedikit yaa, jadi
sebelum saya menjadi kepla sekolah, saya itu guru BK.
Jadi saya sudah banyak menangani kasus anak-anak
disini. Untuk kasuk bullying sendiri, kalo dari
keluarganya yaa keadannya macam-macam. Untuk pelaku
bullying nya sendiri biasanya dari kalangan keluarga yang
orang tuanya gak begitu peduli sama perkembangan anak-
anaknya, ada juga yang kurang harmonis dalam artian
sering bertengkar, macam-macam sih yaa keluarganya.
Tapi perlu di ingat lagi, bahwa faktor penyebabnya tidak
hanya berasal dari ke dua orang tua nya saja, tapi juga
meliputi keseluruhan dari anggota keluarganya. seperti
Kakak atau saudara-saudara dekatnya yang memiliki
perilaku buruk sangat bisa mempengaruhi perilaku
seorang anak dalam melakukan tindakan atau terlibat
dalam kasus bullying
Ohh gtu paak, kalo dari keluarga korbannya
sendiri keadannya gimana pak ?
Jawaban : biasanya sih korban bullying gtu kan pendiem
yaa, dia gak berani ngomong masalah di sekolahnya sama
orang tuanya. Keluarganya pun mereka tidak macam-
macam, ya baik-baik saja, gaada masalah apa-apa.
Bentuk komunikasi yang di jalin sekolah
dan keluarga pelaku aupun korban bagaimana pak ?
Jawaban : kalo anaknya sudah melakukan pelanggaran
yang parah, kita akan paggil orang tuanya, kita sharing
soal perkembangan sanak nya di sekolah, kita juga beri
arahan untuk orang tuanya biar bisa lebih memperhatikan
dan mengawasi pergaulan anaknya.
Pelanggaran yang parah itu sepertiapa ya
pak contohnya ?
Jawaban : ada berbagai macam yaa, perkelahian, narkoba,
ngelawan gutu, dll. Nanti saya kasih buku pedoman
pelanggaran tata tertib siswa di sekolah ini, disitu lengkap
apa saja pelnggraan siswanya. Mulai dari pelanggaran
berat sampai yang ringan.
Oke paak, nanti saya minta yaa pak untuk
data penelitian saya..
Jawaban : Iyaa, nanti saya carikan yaa.
Baik pak, Bapak sudah sering pak nanganin
kasus bullying di sekolah ini ?
Jawaban : saya udah lama bangt ya jadi guru BK
sebelum saya jadi kepala sekolah, jadi saya udah sering
sekali kasus-kasus bullying dan semacamnya di sekolah
ini. Misalkan seperti perkelahian, tawuran, kekerasan,
saling mengejek, ngomongnya kasar, siswa yang sering
nyuruh-nyuruh.
Terus tindak lanjutnya gimana pak,
penyelesaian nya terhadap kasus itu ?
Jawaban : tergantung yaa, ada yang Cuma di tegur sampe
dikasih nasehat saja, ada yang kita panggil orang tua nya,
ada juga yang kita keluarkan dari seklah. Tergantung
pelanggarannya seperti apa.
Baik pak, Selain dari faktor keluarga
sendiri, ada juga faktor dari media massa yang jadi
penyebab perilaku bullying, taggapan bapak sendiri
seperti apa ?
Jawaban : jadi pernah ada kasus disini, tapi saya lupa
detil kasusnya. Siswa di panggi ke ruamg BK, saya minta
mereka untuk menyerahkan handphone nya. Saya agak
kaget karena banyak juga konten-konten yang tidak
pantas di lihat untuk usia remaja, misalkan video
berantem, tawuran, sampai pada video dan foto yang
jorok-jorok. Harusnya anak seperti itu tidak pantas untuk
melihat itu semua. Karena akan merusak perkembangan
berfikir mereka.
Sekolah ini, ada peraturan untuk melarang
membawa handphone atau tidak ya pak ?
Jawaban : jika anak membawa handphone ke sekolah,
maka anak tidak akan fokus belajar dan juga yang lain
merasa terganggu, takutnya ada cemburu sosial juga yaa
buat anak-anak yang hapenya tidak bagus atau yang tidak
punya hape juga. Jadi kita melarang siswa untuk
membawa handphone ke sekolah.
Baik pak, untuk pergaulan antar siswanya
sendiri, bapak melihatnya seperti apa pak terkait kasus
bullying di sekolah ini ?
Jawaban : biasanya sih ada kumpulannya gitu ya atau
gank-gankan. Jadi selama saya menangani masalah anak-
anak disini. Kebanyakan mereka yang melakukan
bullying karena pengen dilihat jago sama siswa-siswa
lain. Jadi istilahnya tuh kaya jangan pernah cari masalah
sama saya kalo gamau babak belur. Permasalahn di
sekolah ini paling banyak perkelahian atau pengeroyokan,
baik itu yang di lakukan oleh kelompok terhadap satu
individu artinya korban bullying nya, maupun dari
kelompok ke kelompok lain. Selain itu ada campur tangan
alumni juga yaa. kaya mereka berfikir ini sudah jadi
tradisi di sekolah ini. Pokoknya kelas 3 wajib membully
kelas 1 dan 2. Jadi senior itu gaboleh di remehkan dia
harus jadi penguasa disini. Jadi junior nya pun berfikir
bahwa nantipun saya kelas 3 akan seperti itu, membully
adik kelas nya juga
Hmm jadi bapak sudah hafal betul yaa
mengenai pergaulan siswa-siswa disini ?
Jawaban : iyaa karna saya juga lama jadi guru BK, jadi
saya sudah banyak menangani kasus-kasus siswa di sini.
Hmmm, dari kasus yang ringan sampai
yang berat-berat sudah pernah bapak tangani ya pak. Baik
pak, saya rasa sudah cukup wawancaranya. Maaf ya pak
ganggu waktunya, takutnya bapak ada acara lagi setelah
ini.
Jawaban : iyaa tidak apa-apa. Sama sekali tidak
mengganggu waktu saya, saya malah senang ada yang
penelitian disini kan penelitian nya juga akan berguna
buat sekolah ini. saya juga senang bisa banu adek-adek.
Lancar untuk penelitiannya yaa, kalo butuh data lagi bisa
temui saya saja yaa di ruangan saya.
Baik pak, terimakasih banyak pak
Jawaban : iya sama-sama yaa
TRANSKRIP WAWANCARA
B. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018
Tempat : Ruang BK SMK Triguna
Informan : Guru BK
Assalamualaikum pak
Jawaban : Waalaikum salam
Maaf mengganggu waktunya ya pak, kita
boleh minta waktunya sebentar gak pak buat wawancara
terkait masalah bullying siswa ?
Jawaban : ohh yaa tentu boleh, memang mau
menanyakan masalah apa ?
Gini pak, saya kan meneliti tentang faktor
penyebab perilaku bullying siswa di SMK Triguna ini,
kan penyebab bullying itu ada berbagai macam ya pak,
bisa dari keluarga nya sendiri, bisa juga karna dari
pengaruh media massa, bisa juga karena pengaruh teman
sebaya. Nahh untuk pengearuh dari keluarganya sendiri
nih pak, kira-kira bapak tahu gak pak menegenai keadaan
keluarga pelaku bullying ?
Jawaban : dari anak-anak yang pernah saya tangani sih
yaa, baik bullying maupun kasus-kasus lain. salah satu
penyebabnya diantaranya adalah memang berasal dari
keluarganya sendiri, ada juga yang orangtuanya
ngomongnya kasar, ada juga dari orang tua yang suka
bentak-bentak anaknya sehingga anak merasa
terintimidasi karna perlakuan orang tuanya yang seperti
itu. Faktor dari keluarga menurut saya menjadi faktor
utama adanya tindakan bullying. Karna selain disekolah,
anak juga banyak menghabiskan waktu di rumah juga dan
berinteraksi dengan orang tuanya.
Pernah gak sih pak yang sampe orang tua
nya di panggil ke sekolah gtiu ?
Jawaban : yaa pernah lah pasti, apalagi kalo yang kasus
berat gitu pasti kita panggil orang tuanya, biar anaknya
juga kapok dan malu yaa kalo sudah di panggil orang tua.
Terus biasanya apa yang di bicarakan
dengan orang tua murid pak ?
Jawaban : yaa kita kasih tahu kasusnya dia seperti apaa,
kita ceritakan kenapa kita memanggil orang tuanya, kita
juga kasih pengarahan untuk orang tuanya biar lebih
mengawasi terus anak-anaknya.
Sering pak manggil orang tua ke sekolah ?
Jawaban : yaa enggak terlalu sering juga yaa, kalo sudah
melakukan pelanggaran berat gitu baru kita panggil orang
tua nya.
Pelanggaran berat nya seperti apa ya pak ?
Jawaban : yaa macam-macam lah ya, bisa karena
melawan guru, hamil atau ngehamilin anak orang, terlibat
tawuran dengan sekolah lain, memakai narkoba, dan lain
sebagainya.
Baik pak, kalo selain dari faktor keluarga
nya sendiri, bagaimana dengan pergaulan siswa dengan
temen-teman nya di sekolah ini pak ?
Jawaban : kalo menurut saya sih yaa, kelompok bermain
itu pasti sangat berpengaruh yaa sama kelakuan siswa
disini, Karena siswa merasa dia gak dikontrol sama orang
tuanya, jadi dia leluasa melakukan apa saja dengan teman-
temannya tanpa di ketahui oleh orang tuanya. Akan
banyak sekali pengaruh dari teman-temannya untuk
melakukan suatu hal, jadi kalo dia gak mau ngikutin
kemauan teman-temannya malah jadi di anggap gak solid
gitu. Yaa namanya anak remaja yang masih labil kan
masih mudah banget untuk dipengaruhi pikirannya.
Biasanya mereka main nya bergerombol
gitu gak gak pak ? misalkan kaya ada genk nya sendiri
gitu ?
Jawaban : sepertinya iyaa, apalagi kalo seniornya itu yaa
saya melihat mereka bermain dengan itu-itu saja
orangnya. Mungkin memang itu kelompok bermain
mereka yaa.
Hmm baik pak, sekolah ini
memperbolehkan bawa handphone atau enggak ya pak ?
Jawaban : Smartphone itu sangat menggangu konsentasi
belajar siswa ya. Selain itu dikhawatirkan akan adanya
cemburu sosial kepada yanga lain. Karena tidak semua
murid disini juga memiliki hape. Dalam hal cemburu
sosial, bisa saja temannya iri lalu melakuka hal-hal yang
negatif misalkan mncuri, atau bisa juga memaksa orang
tuanya ntuk membelikan hape.kan semanya bisa saja
terjadi. Jadi sekolah tidak memperboleh kan membawa
hape sebenarnya, tapi tetap masih ada saja yang
membawa hape.
Hmm bgtu ya paak, tapi pernah ada yang di
sita hape nya pak ?
Jawaban : iyaa pernah, karna di kelas main hape pas lagi
jam pelajaran. Itu kan mengganggu konsentrasi
belajarnya. Anaknya jadi gak fokus belajar. Ini kira-kira
wawancaranya masih lama tidak yaa ? saya ada urusan
keluar soalnya.
Ohh iya pakk sudah cukup pak, maaf
sebelumnya jadi engganggu waktu bapak
Jawaban : tidak apa-apa. Nanti kalo ada yang perlu di
tanyakan lagi boleh temui saya lagi yaa.
Iyaa pak, terima kasih banyak paak
Jawaban : Iyaa, saya tinggal dulu yaa.
TRANSKRIP WAWANCARA
C. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Otomotif
Informan : Pelaku Bullying SHR
D. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Otomotif
Informan : Pelaku Bullying DND
Haloo..
Jawaban : ini ada apa ya kak, kok saya di suruh kesini
sama guru BK
Kita boleh ngobrol sedikit gak ?
Jawaban : soal apa kak ?
Kata catatan dari guru BK, kamu sering kena masalah yaa
di sini ? ya misalkan berantem sama orang, sering tawuran
sama sekolah lain, sering nge bully juga..
Jawaban : Ohh soal itu, terus guru BK emang ngomong
apa lagi kak ?
Aku suruh wawancara langsung sama kamu aja sihh..
gimana kamu bersedia kan ?
Jawaban : boleh-boleh aja sih kak, asal nama aku di
samarin dan jangan ada foto aku.
Okee kita mulai aja yaa..
Jawaban : ahh gak ahh nanti di sebar-sebarin lagi..
Astagaa.. enggak beneran dehh ini buat aku simpen
pribadi aja..
Jawaban : hmmm yaudahh iyaak.. mau nanya apaa
emang nyaa kak..
Nahh gitu dong.. hmmm. Btw kamu tinggal sama orang
tua kamu kan yaa ?
Jawaban : iya kak sama orang tua aku dan kaka aku juga.
Hubungan kamu sama orang tua kamu gimana ?
kebiasaan kebiasaan mereka di rumah gimana ?
Jawaban : hmm gimana yaa bilangnya, kalo dari orang
tua sih sebenernya yaa gitu kak… kalo marah gitu suka
keras banget suaranya kadang kedengeran sama
tetangga.suka berantem hebat yang di denger sama
tetangga juga jadi ya malu sih sebenernya kalo tetangga
tahu gitu, kan harusnya gausah tau yaa..
Terus kalo kaka kamu gimana ?
Jawaban : kalo abang aku, agak bandel sih kak, waktu
pas sekolah juga suka nyari masalah mulu di sekolah,
berantem terus, suka tawuran sama sekolah lain, di
sekolahnya juga bermasalah suka bully orang, suka
nyuruh, sering marahin juniornya di sekolah, sekolahnya
disini juga tapi sekarang abang aku udah lulus kak. Jadi
karna ngeliat dari abang aku kaya gitu ya aku juga
ngikutin caranya dia, aku jadi suka ikut-ikutan tawuran
sama sekolah lain, suka berantem, nyuruh-nyuruh adek
kelas, kalo ada yang gasuka sama aku ya aku ajakin
berantem, dipukulin sampe dia ngerasa takut. Lagian aku
juga ga sendiri kok yang kaya gitu disini, temen-temen
juga banyak yang suka ngecengin atau malakin adek
kelas, jadi kaya udah jadi kebiasaan aja kaya gitu karna
lingkungan aku juga mendukung. Tapi awalnya sih karna
abang aku yang pertama kali aku liat, kalo abang aku aja
bisa kaya gitu, kenapa aku enggak. aku ikutin caranya dia
gimana dia maen sama temen-temennya dan gimana
kelakuan di sekolahnya. Dari situ aku jadi orang yang
lebih berani kak gak takut sama orang malahan aku
tantangin kalo dia remehin aku.
Perlakuan orang tua kamu ke kamu gimana ?
Jawaban : yaa kalo lagi baik mah baik kak, tapi kalo lagi
galak ya galak banget sampe kenceng banget marahinnya.
Sering ngobrol gitu gak sih sama keluarga ?
Jawaban : jarang-jarang kak.
Sering nanyain tentang sekolah kamu juga gak sih ?
Jawaban : gak juga sih kak biasa aja mereka gak pernah
nanya yang macem-macem gitu.
Hmmm gitu yaa.. kamu suka menghabiskan waktu di
rumah sambil nonton televisi gitu ?
Jawaban : jarang sih kak kalo nonton televisi
Hmm kamu punya hape ?
Jawaban : iya kak punya lah
Biasanya main apa kalo di hape ?
Jawaban : main game online kak
Kenapa suka main game online ?
Jawaban : Karna seru kak, kalo main game online kan
emang lagi jamannya banget kan kak, kalo udah sekali
menang gitu kita akan jadi ketagihan, dan aku sering
menang makannya aku sering banget main game online
sampe kuota internet abis juga gak masalah sih buat aku.
Lagian aku beli kuota juga pake duit aku sendiri dari hasil
ngumpul-ngumpulin uang aja sih. Awalnya sih aku gak
terlalu sering yaa main game online, tapi makin sering
menang makin banyak yang main juga jadi ketagihan.
Dan aku juga lebih sering main game online sih di
banding sosial media lain kaya instagram, facebook, path.
Maksudnya instagram, facebook, juga main tapi gak
sesering main game online. Soalnya kalo di instagram gitu
kan Cuma gitu-gitu aja. kita Cuma liat foto-foto atau
video aja sih dari yang di share orang-orang.
Ohh berarti kamu suka main social media juga yaa
orangnya?
Jawaban : iya kakk buat seru-seruan aja sih sebenrnya.
Sering yaa main hape gitu ? ga dimarahin orang tua
emang ?
Jawaban : dimarahin gimana kak, gak lah biasa aja. cuek-
cuek aja sih mereka gak pernah gimana-gimana.
Hmmm oke okee.. terus kalo di rumah, kamu suka main
sama temen-temen rumah kamu gak ?
Jawaban : Iyaa suka kak.
Biasanya ngapain aja kalo kumpul gitu ?
Jawaban : yaa keluar main motoran, atau nongkrong-
nongkrong aja sih kak.
Sama temen sekolah juga gitu ?
Jawaban : Kalo di sekolah ya biasanya di kantin duduk-
duduk atau di depan kelas atau di ruang otomotif. Dan aku
juga punya temen dari sekolah lain sih. jadi temen aku itu
banyak, tempat nongkrong nya juga banyak.
Biasanya ngomongin apa sih kalo sama temen-temen gitu
?
Jawaban : yaa ngomongin semuanya kak, apa aja
campur-campur. Kalo udah ngumpul sama temen-temen
kan apa aja bisa jadi obrolan. Semua topik di bikin jadi
seru.
Ohh gituu berati cukup banyak yaa temen-temen kamu.
Oke lahh makasih banyak yaa atas waktunya. Maaf
ganggu nih takutnya kamu mau ke kantin atau kumpul
sama temen-temen kamu silahkan yaa. Makasih banyak
yaa..
Jawaban : oke lah kak..
Tapi aku boleh minta foto kamu kan ?
Jawaban : asal jangan di sebar-sebarin aja yaa kak.
TRANSKRIP WAWANCARA
E. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Otomotif
Informan : Korban Bullying RLG