Anda di halaman 1dari 149

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU

BULLYING SISWA DI SMK TRIGUNA UTAMA


CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

RISHA DESIANA SUHENDAR


NIM :1113054100056

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK

RISHA DESIANA SUHENDAR


Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa
Di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan.
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal,
fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan dan
tak berdaya. Tindakan bullying bukan sesuatu yang baru di
kalangan peserta didik, bullying identik dengan usia remaja yang
masih sekolah. ada banyak faktor yang menjadi penyebab
tindakan bullying siswa di sekolah.
Penelitian ini memiliki rumusan masalah, yaitu : “Apa
Saja Faktor-Faktor Yang Menjadi Penyebab Siswa Melakukan
Tindakan Bullying Di SMK Triguna Ciputat Tangerang Selatan
? Tujuan dari dilakuakannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh dari faktor keluarga, media
massa dan teman sebaya terhadap tindakan bullying siswa di
sekolah SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Sedangkan teknik
pengumpulan datanya dilakukan melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi.
Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa: 1) faktor
keluarga menjadi penyebab perilaku bullying siswa di sekolah,
keluarga yang kurang memeberikan perhatian dan pengawasan
pada anak-anaknya, keluarga tidak harmonis, sering bertengkar,
kurangnya komunikasi dengan anak. 2) faktor media massa juga
menjadi penyebab tindakan bullying siswa, siswa sering
memainkan game online atau menonton televisi yang di dalam
nya mengandung unsur kekerasan. 3) faktor teman sebaya,
karena siswa banyak menghabiskan waktu di sekolah. Selain itu
juga masa remaja merupakan masa dimana anak sedang mencari
identitas diri, sehingga ada rasa ingin diakui dan berusaha
menjadi penguasa yang ditakuti oleh siswa-siswa lain nya.

Key words : analisis faktor, bullying, remaja

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan


kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai
persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)
Kesejahteraan Sosial. Shalawat dan salam kepada nabi
Muhammad SAW sosok teladan umat dalam segala perilaku
keseharian yang berorientasi kemuliaan hidup di dunia dan
akhirat.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto,
M. Ed, Ph.D selaku wakil dekan bidang akademik. Ibu
Dr. Roudhonah, MA selaku wakil dekan bidang
administrasi umum. Dan juga Bapak Dr. Suhaimi, M.
Si selaku wakil dekan bidang kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku ketua
program Studi Kesejahteraan Sosial. Terima kasih atas
bimbingan dan nasehatnya. Juga kepada Hj. Nunung
Khairiyah selaku sekertaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Ismet Firdaus, M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah membantu mengarahkan, membimbing,
memotivasi dan telah bersedia meluangkan waktunya
sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
ii
kepada penulis, semoga amal kebaikannya mendapat
balasan dari Allah SWT.
5. Kepala Yayasan, bidang kesiswaan, segenap jajaran
guru dan staff karyawan SMK Triguna Utama yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan baik.
6. Kepada para informan yang telah bersedia
meluangkan waktunya kepada peneliti, terimakasih
telah berbagi cerita dan pengalaman sehingga
membuat peneliti dapat lebih memahami mengenai
penelitian ini.
7. Teristimewa untuk suami tercinta Imam Swandyka
dan anakku gembil tersayang Niyaz Altan Swandyka,
terima kasih atas segala doa, pengorbanannya tanpa
pamrih, semangat, dan pengertian dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini, betapa
beruntungnya saya memiliki kalian.
8. Yang paling penulis hormati dan kasihi, Ayah
Suhendar, Mamah Suharoh dan Adik ku Rania
Salsabila Suhendar yang dengan cinta kasih tak
bersyaratnya selama ini, doa, dorongan dan
harapannya yang baik.
9. Kepada Hj. Siti Zuraidah (Mamah mertua), H. Rahmat
(Papah Mertua), dan Ries Setyadi (Adik Ipar) yang
telah memberikan doa dan dukungannya sehingga
skripsi ini dapat selesai dengan baik.
10. Kepada sahabat tercinta Ratu Putri Yuliandari, yang
telah memberi arahan, dorongan, semangat, doa, serta
waktu untuk berbagi di setiap kesempatan, sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi sebelum berakhir
2018.
11. Kepada sepupu ku Ghina Ramadhina yang sangat
berjasa dalam menjaga Niyaz ketika saya sedang
melaksanakan penelitian ini.

iii
12. Kepada sahabat-sahabat “seperjuangan” di masa
kuliah Ratu Putri, Prawita Hartati, Ayu Retnodewi,
Syifa Fauziah, Indah Juanita, Fatma Rakhmatullah,
Aya Aisyah, Dini Lisnawati, Oktaviani. Terima kasih
atas persahabatan, canda tawa, nasehat, doa, dan
segala motivasi tiada henti. Semoga Allah
memudahkan jalan kita untuk menempuh kesuksesan,
Aamiin.

Jakarta, Agustus 2018

Risha Desiana Suhendar


NIM 1113054100056

iv
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................. 12
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................... 12
C. Metode Penelitian ............................................................... 13
D. Sistematika Penulisan .......................................................... 18
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................... 21
A. Landasan Teori ................................................................... 21
1. Bullying................................................................................ 21
a. Bullying Di Sekolah....................................................... 23
b. Bentuk-Bentuk Bullying ............................................... 24
c. Faktor Yang Mempengaruhi Bullying .......................... 29
2. Remaja ................................................................................... 38
a. Ciri-Ciri Remaja............................................................. 39
b. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ............................ 41
4. Kajian Pustaka........................................................................ 42
BAB III. PROFIL LEMBAGA DAN INFORMAN ............. 47
A. Sejarah SMK Triguna ........................................................... 47
B. Visi Misi Sekolah ................................................................. 48

v
C. Tujuan Sekolah ..................................................................... 49
D. Profil Informan...................................................................... 50
BAB IV. DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................ 53
A. Faktor Keluarga Penyebab Perilaku Bullying ...................... 53
B. Faktor media Massa Penyebab Perilaku Bullying................. 58
C. Faktor Teman Sebaya Penyebab Perilaku Bullying .............. 64
D. Jenis-Jenis Bullying di SMK Triguna Ciputat…………... 67
BAB V. PEMBAHASAN ......................................................... 71
A. Analisis Antar Kasus ............................................................ 71
B. Analisis Intra Kasus............................................................... 86
BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..... 93
A. Kesimpulan ......................................................................... 93
B. Implikasi ............................................................................... 95
C. Saran ..................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 97
LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Kepala sekolah dan guru BK
Lampiran 2 Pedoman wawancara informan bullying pelaku dan
korban
Lampiran 3 Transkip wawancara kepala sekolah SMK Triguna
Lampiran 4 Transkip wawancara guru BK sekolah SMK Triguna
Lampiran 5 Transkip wawancara pelaku bullying SHR
Lampiran 6 Transkip wawancara pelaku bullying DND
Lampiran 7 Transkip wawancara korban bullying RLG
Lampiran 8 Hasil observasi
Lampiran 9 Hasil dokumentasi

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bullying menjadi permasalahan yang sudah mendunia.


Peristiwa bullying saat ini semakin meningkat di Indonesia,
namun luput dari perhatian. Kasus bullying biasanya menimpa
anak sekolah. Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah
sebenarnya bukan barang baru, baik di Indonesia maupun secara
global. Masalah kekerasan di sekolah merupakan sebuah
fenomena yang belum juga menemukan jalan keluar. Bukannya
semakin berkurang, semakin lama kekerasan di sekolah semakin
banyak dan bahkan mencapai pada level mengkhawatirkan. Salah
satu perilaku siswa di sekolah yang banyak diperbincangkan
adalah perilaku bullying sebagai bentuk penindasan terhadap
korban yang lemah dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai
secara berulang (Andi Halimah, dkk 2015, 129).

Bullying menjadi bagian dari kekerasan yang kerap terjadi


di tengah kehidupan masyarakat yang dianggap wajar. Istilahnya
yang semakin populer, bullying menjadi semakin santer di telinga
kita dengan adanya kasus yang dimuat di media-media tersebut.
Fenomena tersebut sudah lama terjadi di berbagai belahan dunia.
Selama masa sekolah, hampir sebagian besar siswa pernah
mengalami atau terlibat dalam bullying. Jika dilihat dari
kenyataannya saat ini, tujuan pendidikan telah dirumuskan

1
dengan sangat baik, tetapi hal itu tidak otomatis berjalan dengan
baik dan tidak terjadi permasalahan di dunia pendidikan (Camey
A.G dan Memel K. W 2012, 364).

Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas Pasal 1


menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”(Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
Tentang Pendidikan, t.t.).

Ironisnya sebagian masyarakat kita bahkan guru sendiri


menganggap bullying sebagai hal biasa dalam kehidupan remaja
dan tak perlu dipermasalahkan, bullying hanyalah bagian dari
cara-cara anak bermain(Trevi dan Winanti Siwi Respati 2012).
Tidak ada peraturan khusus yang mewajibkan sekolah harus
memiliki kewajiban program anti bullying, tetapi dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
Pasal 54 ditentukan:

“Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib


dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru,
pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang
bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.”

2
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Orang tua,
keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum(Amir Syarifuddin 1997, 109).

Bullying, pada umumnya orang lebih mengenal dengan


istilah-istilah pemalakan, pengucilan, intimidsi, dan lain-lain.
Kasus bullying di lingkungan sekolah, seperti tawuran, senior
menganiaya junior, pencurian, dan sebagainya. Bullying bukan
hanya berdampak negatif bagi korban, namun juga bagi
pelakunya. Siswa pelaku bullying berpotensi menjadi pelaku
kriminal sejak dini ataupun di kemudian hari.

Bullying merupakan satu kasus yang sering terjadi pada


remaja sekolah yang dilakukan atas nama senioritas. Namun
kasus ini masih kurang mendapatkan perhatian karena sering kali
dianggap sebagai hal yang biasa terjadi di sekolah. Di Indonesia
sendiri, berdasarkan hasil penelitian LSM Sejiwa terhadap lebih
dari 1.300 orang pelajar dan guru di Yogyakarta, Surabaya dan
Jakarta, menunjukkan bahwa setiap sekolah pasti ada kasus
bullying mulai dari yang ringan hingga yang berat.

Berdasarkan hasil penelitian dari Sugiriyanti mengenai


perilaku bullying pada anak dan remaja menjelaskan bahwa setiap
sekolah memiliki masalah dengan perilaku bullying dari siswa,

3
baik masih tingkat ringan, sedang, maupun berat Berdasarkan
lembaga pendidikannya juga bervariasi mulai dari SD, SMP,
SMA/sederajat bahkan pendidikan tinggi. Siswa bisa menjadi
pelaku bullying terhadap siswa lain, menjadi target/korban
bullying dari siswa lain, atau menjadi saksi peristiwa bullying
yang terjadi di lingkungan sekolahnya (Sugiyarianti, t.t., 101).
Perilaku bullying menjadi tradisi yang berlangsung terus menerus
karena remaja mencari identitas diri melalui penggabungan diri
dalam kelompok teman sebayanya, menjadikan kelompok sebaya
(dalam hal ini siswa senior) sebagai model. Remaja bersedia
diperlakukan sebagai korban karena remaja butuh identitas sosial
sehingga mereka menerima saja segala perlakuan yang diberikan
oleh kelompok teman sebayanya. Setiap sekolah memiliki
masalah dengan perilaku bullying dari siswa, baik masih tingkat
ringan, sedang, maupun berat Berdasarkan lembaga
pendidikannya juga bervariasi mulai dari SD, SMP,
SMA/sederajat bahkan pendidikan tinggi. Siswa bisa menjadi
pelaku bullying terhadap siswa lain, menjadi target/korban
bullying dari siswa lain, atau menjadi saksi peristiwa bullying
yang terjadi di lingkungan sekolahnya(Sugiyarianti, t.t., 101).

Menurut Yayasan Sejiwa, bentuk-bentuk bullying dapat


dikelompokkan kedalam tiga kategori, yang pertama, bullying
fisik yang meliputi tindakan seperti menampar, menimpuk,
menginjak, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan
barang, serta menghukum dengan berlari keliling lapangan atau

4
push up. Yang ke dua, bullying verbal, terdeteksi karena
tertangkap oleh indera pendengaran, seperti memaki, menghina,
menjuluki, meneriaki, memalukan di depan umum, menuduh,
menyebar gossip, dan menyebar fitnah. Yang ke tiga, bullying
mental, merupakan jenis bullying yang sangat berbahaya karena
bullying ini langsung menyerang mental, tidak tertangkap mata
atau pendengaran. Seperti memandang sinis, meneror melalui
pesan, mempermalukan dan mencibir (Muhammad 2009, 232).
Dari ketiga bentuk bullying tersebut, masing-masing dapat
menimbulkan bencana sendiri-sendiri. Namun ketiganya kerap
membentuk kombinasi untuk menciptakan serangan yang lebih
kuat.

Korban maupun pelaku bullying memiliki karakteristik


yang khas. Karateristik korban bullying adalah mereka yang
penampilan perilakunya sehari-hari berbeda, ukuran tubuh secara
fisik lebih kecil, lebih tinggi atau lebih berat badannya
dibandingkan kebanyakan anak atau remaja seusianya, berasal
dari latar belakang etnik, keyakinan atau budaya yang berbeda
dari kebanyakan anak atau remaja di lingkungannya, memiliki
kemampuan atau bakat yang istimewa, keterbatasan kemampuan
tertentu, misalnya attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD), gangguan belajar, retardasi mental, dan lainnya.
Umumnya anak atau remaja korban bullying adalah anak yang
pencemas, mudah gugup, selalu merasa tidak aman, pemalu,
pendiam, self-esteem rendah, memiliki cacat fisik atau mental,

5
masalah tingkah laku, atau gangguan perkembangan neurologis.
Sedangkan karakteristik anak atau remaja pelaku bullying adalah
hiperaktif, agresif, destruktif, menikmati dominasi atas anak atau
remaja lainnya, cenderung pemarah, mudah tersinggung, dan
memiliki toleransi rendah terhadap frustasi. Mereka juga
cenderung sulit memproses informasi sosial, sehingga sering
menginterpretasikan secara keliru perilaku anak atau remaja lain
sebagai perilaku bermusuhan, juga saat sikap permusuhan itu
ditujukkan pada anak atau remaja lainnya(Surilena 2016, 36).

Dalam Islam sendiri sangat melarang keras dan sangat


tidak menganjurkan perilaku merendahkan orang lain. Hal ini
sebagai mana penjelasan dalam sebuah firman Allah SWT dalam
surat Al-Hujurat ayat 11 berikut ini :

‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا َﻻ ﯾَ ْﺴ َﺨﺮْ ﻗَﻮْ ٌم ﻣِﻦْ ﻗَﻮْ مٍ َﻋﺴ َٰﻰ أَنْ ﯾَﻜُﻮﻧُﻮا َﺧ ْﯿ ًﺮا ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ و ََﻻ ﻧِﺴَﺎ ٌء ﻣِﻦْ ﻧِ َﺴﺎ ٍء‬
‫ق‬ُ ‫ب ۖ ﺑِﺌْﺲَ ِاﻻ ْﺳ ُﻢ ا ْﻟﻔُﺴُﻮ‬ ِ ‫َﻋﺴ َٰﻰ أَنْ ﯾَﻜُﻦﱠ َﺧ ْﯿ ًﺮا ِﻣ ْﻨﮭُﻦﱠ ۖ و ََﻻ ﺗَ ْﻠ ِﻤﺰُوا أَ ْﻧﻔُ َﺴ ُﻜ ْﻢ و ََﻻ ﺗَﻨَﺎﺑَﺰُوا ﺑ ِْﺎﻷَ ْﻟﻘَﺎ‬
َ‫ﻚ ھُ ُﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤُﻮن‬ َ ِ‫ﺑَ ْﻌ َﺪ ْاﻹِﯾﻤَﺎ ِن ۚ وَ ﻣَﻦْ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺘُﺐْ ﻓَﺄ ُو َٰﻟﺌ‬

(11)“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.”. (Q.S. Al-Hujurat:11)
Ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa ajaran Islam
menjunjung tinggi perdamaian sesama umat manusia dan jelas

6
bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama di mata Allah
SWT yang membedakan kualitas dan tinggi rendahnya derajat
seseorang adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT, bukan
ditentukan oleh bentuk fisik, warna kulit, jenis kelamin, ataupun
bahasa yang kebanyakan menjadi bahan bullying dimasa
sekarang. Berdasarkan Firman Allah tersebut, diketahui bahwa
bullying adalah perbuatan yang sangat tercela. Entah apapun
motif dibalik perilaku bullying, agama tetap tidak
membenarkannya meskipun hanya sekedar gurauan atau bahkan
serius. Perilaku bullying tidak selaras dengan ajaran agama Islam.
Untuk itu, sebagai seorang muslim hendaknya menjaga lisan atau
perkataan dan juga tangannya agar terhindar dari perbuatan
dzalim dan aniaya.

Fenomena bullying di lingkungan sekolah di Indonesia


yang sempat ramai menjadi pemberitaan di media adalah yang
terjadi di SMA Jakarta, yaitu kasus di SMA 90 Jakarta korban di
paksa lari dan ditampar oleh senior, kemudian kasus Ade Fauzan
siswa kelas I yang menjadi korban kekerasan dari siswa kelas III
di SMA 82 Jakarta. Ade saat itu sampai dirawat RS Pusat
Pertamina (RSPP). Lalu ada Okke Budiman, siswa kelas I SMA
46 mengaku dianiaya oleh seniornya siswa kelas III karena tidak
mau meminjamkan motornya. Ada kasus bullying di SMA 70
Jakarta, seorang siswi dihardik, dipukul, dan dicengkeram oleh
tiga seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara tidak
memakai kaos dalam (kaos singlet). Dan yang terbaru adalah

7
kasus bullying yang menimpa Ary di SMA Don Bosco Pondok
Indah, Ary mengaku dipukul dan disundut rokok oleh
seniornya(“5 Kasus Bullying SMA di Jakarta” t.t.). Kejadian
bullying lainnya yang sangat ramai di media sosial yaitu seorang
siswi yang berinisial SB kejadian yang berawal dari adu mulut
sebelumnya, korban dihadang dekat sekolahnya dan disuruh
datang ke Thamrin City. Seorang siswi tersebut dianiaya, dipaksa
cium tangan pada penganiayanya kejadian tersebut di rekam dan
di foto oleh salah satu pelaku. Tak hanya itu, siswi tersebut
dipaksa bersujud ke salah satu orang yang menganiaya. Dari hasil
video dan foto yang tersebar di media sosial, tidak ada
perlawanan sama sekali dari korban. Peristiwa bullying yang
terjadi pada tanggal 11 Agustus 2017, di SMA Nusantara Plus
Tangerang Selatan, Tujuh siswi kelas 12 menghukum adik
kelasnya dengan cara menyuruh meminum campuran sirup dan
bubur kacang hijau kejadian ini karena para siswi kelas 12 merasa
adik kelas nya tidak sopan karena menatap kakak kelas dari atas
ke bawah. Lalu ada lagi kasus bullying seorang siswi baru kelas 1
SMP PGRI Cipanas korban berinisial NZ menerima kekerasan
berupa tamparan saat mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa (LDKS) oleh alumni sekolahnya(“Siswa SMP di Cipanas
Ditampar saat Latihan Kepemimpinan, Setelahnya Trauma Tak
Mau Makan” 2017). Pada kasus bullying yang pernah mencuat di
sekolah SMK Triguna, adalah pada tahun 2014 pernah terjadi
kasus bullying dimana seorang siswa yang bisa dikatakan sedikit

8
‘lambat’ perkembangannya diejek bahkan pernah sampai di pukul
oleh teman-teman sekelasnya. Seorang anak yang menjadi korban
bullying tersebut tidak pernah bisa melawan dikarenakan takut,
dengan begitu banyak anak-anak yang justru semena-mena
memperlakukan anak tersebut (Dara Agnis Septiyuni 2014, 1).

Dari data yang peneliti dapatkan dari guru bidang


Kesiswaan SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan,
menyebutkan bahwa di SMK tersebut masih sering terjadi
bullying antar siswa dan antar kelas. Akan tetapi di tahun 2018 ini
tingkat bullying sudah menurun tidak sebanyak tahun-tahun
sebelumnya. Contoh bullying yang terjadi di SMK ini antara lain
mengganggu teman sekelas yang terlihat ‘Nerd’ atau orang
dengan perilaku sedikit aneh, atau juga jenis bully yang suka
mengejek bahkan mengintimidasi, bahkan ada juga jenis bully
sampai pada perkelahian. Berikut ini adalah data grafik
presentase tingkat bullying yang peneliti dapatkan langsung dari
guru bidang kesiswaan.

9
Tabel 1.1 Data Jumlah Kasus bullying SMK TRIGUNA
CIPUTAT Tahun 2014-2018

Grafik Jumlah Kasus Perilaku Bullying di


SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
Selatan Tahun 2014-2018

Tahun 2014- Tahun 2016-


Tahun 2018
2015 2017
Jumlah Kasus Bullying 36 30 24

Sumber : Bimbingan Konseling SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan

Berdasarkan data yang didapat dari guru Bimbingan


Konseling SMK Triguna Utama, di sekolah SMK Triguna
masih sering terjadi meskipun di tahun 2018 sudah menurun
kasusnya menjadi 24 kasus bullying. Kasus bullying yang
banyak terjadi di sekolah ini adalah tindakan kekerasan oleh
senior, atau pemalakan, atau pengeroyokan (tawuran) dengan
sekolah lain di sebabkan oleh saling mengejek satu sama lain.
Pada tahun 2014-2015 ada 36 kasus bullying, sempat terjadi
kasus pemukulan/tawuran dengan sekolah lain bahkan sampai
melibatkan pihak kepolisian hanya saja kasusnya tidak di

10
besar-besarkan cukup dari sekolah saja yang menyelesaikan.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu dari tahun ke
tahun, sekolah ini berusaha untuk terus memperbaiki sistem
dan peraturan-peraturan agar menjadi lebih tegas sehingga
siswa pun akan takut dan kasus bullying di sekolah ini
semakin sedikit. Dan mulai terlaksana di tahun 2016-2017
sehingga kasus ini turun menjadi 30 kasus bullying. Sejalan
dengan yang diungkapkan oleh para informan pelaku bullying
SHR dan DND, bahwa mereka sudah sering melakukan
tindakan kekerasan/pengeroyokan dengan sekolah lain dan
menyebabkan banyak korban yang luka-luka yang hampir
sebagian besar dari sekolah lain. Berawal dari saling
mengejek satu sama lain, melakukan intimidasi kepada
sekolah lain melalui unduhan di media sosial, justru dapat
membuat pertengkaran yang lebih besar lagi, seperti
pengeroyokan, pemukulan antar siswa.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk


melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai “Faktor-
Faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa di SMK
TRIGUNA UTAMA Tangerang Selatan”

11
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang diatas, agar penelitian ini lebih


terarah, Karenapermasalahan bullying di sekolah sangat
kompleks, dan tanpa fokus pembahasan masalah penelitian,
peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh di
lapangan. Maka peneliti membatasi fokus permasalahan
untuk dijadikan penelitian. Yang menjadi pembatasan
masalah pada penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor
penyebab perilaku bullying siswa di SMK Triguna Utama
Ciputat Tangeran Selatan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian diatas, masalah yang


akan diteliti dalam penelitian ini adalah

- Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku bullying


di kalangan peserta didik SMK Triguna Utama Ciputat
Tangerang Selatan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,


maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab perilaku bullying siswa SMK Triguna Utama
Tangerang Selatan.

12
2. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah


khasanah keilmuan dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial
khususnya tentangfaktor-faktor penyebab perilaku bullying
siswa SMK Triguna Utama Tangerang Selatan, yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan
kepustakaan bagi pengembang ilmu kesejahteraan sosial.

2) Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan untuk sekolah dan siswa hasil


penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran dan efektif
terhadap siswa yang terlibat bullying serta pertimbangan
terhadap faktor-faktor penyebab perilaku bullying, khususnya
yang berkaitan dengan upaya mengatasi bullying. Juga
diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat
terutama mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
mahasiswa Kesejahteraan Sosial.

D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode


penelitian kualitatif. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan
dapat memperoleh pemahaman mendalam dan gambaran yang

13
jelas, berdasarkan tujuan penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Memberikan gambaran spesifik dari sebuah situasi,
setting sosial, atau hubungan-hubungan yang terdapat dalam
penelitian(Deddy Mulaya 2013, 145).

2. Teknik Pengumpulan Data


A. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan (Lexy J Moleong, 2000, 135).
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara
terstruktur yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa
pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Dalam
jenis ini, pertanyaan sangat tergantung pada pewawancara, jadi
bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan
pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara
dengan terwawancara adalah dalam situasi biasa, wajar.
Sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti
pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara
akan dilakukan dengan kepala sekolah, guru bimbingan
konseling (BK), peserta didik yang pernah melakukan dan
mengalami bullying.

14
B. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan


pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Melalui observasi, peneliti mengetahui
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan observasi langsung serta
menggunakan jenis observasi partisipatif. Dengan observasi
langsung, peneliti melakukan pengamatan untuk mencari data
yang nantinya menjadi salah satu sumber data yang kemudian
dapat diolah menjadi bahan analisis (Sugiono 2008, 227).
C. Dokumentasi
Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto,
sehingga dengan adanya bantuan dokumen, peneliti terbantu
mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian.
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari
record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seseorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan
(Moleong, 216).
3. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Triguna Utama


yang terletak di Tangerang Selatan. Tepatnya di Jl. Ir. H.
Juanda No.12 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur

15
Kota Tangerang Selatan. Penelitian akan di laksanakan pada
bulan Maret 2018 sampai dengan bulan September 2018.

4. Teknik Pemilihan Informan

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah


purposive (bertujuan) sampling yang memberikan
keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian
ini adalah mereka yang memiliki wawasan dan pengetahuan
mengenai topik yang diteliti, infoman masih atau sedang
terlibat dalam kegiatan yang tengah diteliti, mempunyai
kesempatan atau waktu yang memadai untuk wawancara,
serta informan merupakan orang baru bagi peneliti sehingga
menggairahkan untuk dijadikan narasumber. Pemilihan
informan ini di dasari pada tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui gambaran tentang pengaruh keluarga terhadap,
media massa dan teman sebaya terhadap perilaku bullying.

Tabel 1.2 Informan Peneliti dan Ciri Fisik Informan


No Informan Informasi Metode Jml Alasan Ciri fisik
Yang Di informan
Cari
1 Kepala 2 Untuk
Sekolah mengetahui
Dan Guru sejauh mana
BK faktor
keluarga,
media massa

16
dan peer group
dapat
mempengaruhi
perilaku
bullying siswa
di sekolah, dan
Menganali untuk
sis faktor mengetahui
keluarga, bagaimana
media Wawan pergaulan serta
massa dan cara peraturan bagi
teman siswa di
sebaya sekolah.
Pelaku sebagai 2 1. untuk 1. SHR
2 Bullying penyebab mengetahui berbadan
perilaku bagaimana gemuk,
bullying hubungan tinggi, warna
dengan orang kulit
tuanya hitam,rambut
2. untuk hitam, agak
megetahui gondrong.
intensitas 2. DND
komunikasi berbadan
yang di jalin kurus, tinggi,
dengan orang warna kulit
tua nya coklat,
3. bagaimana rambut
bentuk pola hitam,
asuh orang pendek

17
Korban 1 tuanya 1. RLG
3 Bullying 4. bagaimana berbadan
intensitas kurus,
pelaku dan tinggi
korban sedang,
bullying dalam warna
mengakses kulit
internet dan coklat,
menonton rambut
televisi hitam,
5. bagaimana pendek
pergaulannya
baik di
lingkungan
rumah maupun
sekolah

E. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5)
bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab dengan
kebutuhan pembatasan dan uraiannya. Antara lain :
BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini berisi tentang landasan teori
mengenai pengertian Bullying, bentuk-bentuk bullying,
faktor-faktor yang mempengaruhi bullying, pengertian
perkembangan remaja, ciri-ciri remaja, tugas perkembangan
remaja, pengertian perilaku menyimpang, ciri-ciri perilaku
menyimpang, bentuk-bentuk perilaku menyimpang. Selain

18
itu juga berisi tentang kajian pustaka dan juga kerangka
berfikir.
BAB III : Pada bab ini akan membahas mengenai profil
lembaga dari SMK Triguna Utama, Ciputat Tangerang
Selatan. Mengenai sejarah sekolah, letak geografis, sosial
budaya dan lain sebagainya.
BAB IV : Pada bab ini peneliti mencoba menguraikan
mengenai data dan hasil temuan mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku bullying di SMK Triguna
Utama .
BAB V : Bab ini berisi pembahasan mengenai uraian yang
mengaitkan dengan teori yang di gunakan dalam penelitian

BAB VI : Bab ini berisi tentang kesimpulan, implikasi dan


saran

19
20
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. Bullying

Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang


mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan gangguan
psikis bagi korbannya berupa stress yang muncul dalam
bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya. Bullying
dapat didefinisikan sebagai perilaku verbal dan fisik yang
dimaksudkan untuk mengganggu seseorang yang lebih
lemah(John W Santrock 2007, 213).

Menurut Ken Rigby, bullying adalah sebuah hasrat


untuk menyakiti orang lain. Aksi ini dilakukan secara
langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan
senang(Ponny Retno Astuti 2008, 3).

Definisi bullying sendiri, menurut Komisi Nasional


Perlindungan Anak adalah kekerasan fisik dan psikologis
berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok
terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri.
Dapat dikatakan pula bullying adalah tindakan yang
dilakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut

21
atau terancam sehingga menyebabkan korban merasa takut,
terancam, atau setidak-tidaknya tidak bahagia (Fitrian
Saifullah 2016, 204).

Bullying termasuk dalam perilaku menyimpang.


Menurut James W. Van Der Zanden perilaku menyimpang
pada masyarakat dapat disebabkan beberapa faktor. Pertama,
kelonggaran aturan dan norma yang berlaku di wilayah
tersebut. Kedua, sosialisasi yang kurang sempurna sehingga
sosialisasi yang terjadi cenderung kepada subkebudayaan
yang menyimpang (Jokie MS Siahaan 2010, 63).

Bullying termasuk ke dalam kekerasan yang bersifat


psikologis, karena secara tidak langsung bullying
mempengaruhi mental orang yang di bully. Bullying
merupakan aktivitas sadar, disengaja, dan bertujuan untuk
melalui ancaman agresi lebih lanjut, dan menciptakan teror
yang didasari oleh ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk
mencenderai, ancaman agresi lebih lanjut, teror, yang dapat
terjadi jika penindasan meningkat tanpa henti. Berdasarkan
definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bullying
adalah perilaku menyimpang yang dilakukan dengan sengaja
oleh seseorang yang lebih kuat terhadap orang yang lemah
dengan tujuan untuk mengancam, menakuti, atau membuat
korbannya tidak bahagia(Nissa Adila 2009, 58).

22
a) Bullying Di Sekolah
Salah satu fenomena yang menyita perhatian di
dunia pendidikan zaman sekarang adalah kekerasan di
sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa,
maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. Maraknya aksi
tauran dan kekerasan (bullying) yang di lakukan oleh
siswa di sekolah yang semakin banyak menghiasi deretan
berita di halaman media cetak maupun elektronika
menjadi bukti telah tercabutnya nilai-nilai
kemanusiaan(Wiyani 2012, 15–16).
Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari
dinamika sekolah, umumnya orang lebih mengenalnya
dengan sebutan pemalakan, pengucilan, intimidasi, dan
lain-lain. Mirisnya hal-hal seperti ini terkadang masih
dianggap biasa saja bagi orangtua atupun tenaga pendidik,
karena berfikir hal ini adalah bentuk interaksi untuk lebih
mengenal teman-temannya, padahal dari bentuk bullying
yang sederhana ini justru nantinya akan menjadi bentuk
bullying yang lebih besar lagi seperti kekerasan fisik yang
akan mengganggu psikis anak. Istilah bullying sendiri
memilik makna yang lebih luas, mencakup berbagai
bentuk penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk
menyakiti orang lain sehingga korban merasa tertekan dan
tak berdaya. Sekolah adalah pengaturan yang ideal adanya
bullying, di sekolah terdapat hierarki yang sangat tampak.

23
Misalkan senioritas antar sekolah yang memiliki dinamika
pengoprasian kekuatan. Dewasa ini memang banyak
sekali kasus bullying yang terjadi di beberapa sekolah di
Indonesia. Bahkan beberapa korban dan pelaku bullying
tersebut adalah anak remaja. Bahkan sekarang beberapa
anak remaja tidak memiliki rasa malu jika ia di label
sebagai anak nakal di sekolahnya karena ia sering
melakukan tindakan bullying di sekolahnya. Justru
mereka merasa bangga karena merasa dipandang
pemberani setelah melakukan perilaku bullying tersebut
(Wiyani 2012, 17).
b) Bentuk-Bentuk Bullying

Bullying merupakan perilaku yang disengaja untuk


menyakiti atau melukai korbannya baik secara jasmani
dan rohani. Menurut Sullivan, menggolongkan dua bentuk
bullying sebagai berikut:

A. Fisik. Contohnya adalah menggigit, menarik rambut,


memukul, menendang, dan mengintimidasi korban di
ruangan atau dengan mengitari, memelintir, menonjok,
mendorong, mencakar, meludahi, dan merusak
kepemilikan korban, penggunaan senjata tajam dan
perbuatan kriminal.
B. Non-Fisik
Dalam non-fisik terbagi lagi menjadi verbal dan
nonverbal

24
1) Verbal.
Contohnya adalah panggilan telepon yang meledek,
pemalakan, pemerasan, mengancam, menghasut,
berkata jorok, berkata menekan, dan menyebarluaskan
kejelekan korban
2) Non-verbal
Non-verbal terbagi lagi menjadi langsung dan tidak
langsung (Ponny Retno Astuti 2008, 22), sebagai
berikut:
- Langsung, contohnya melalui gerakan tangan,
kaki, atau anggota badan lainnya dengan cara
kasar, menatap dengan tajam, menggeram,
hentakan mengancam, atau menakuti.
- Tidak langsung, contohnya manipulasi
pertemanan, mengasingkan, tidak
mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut,
dan curang.

Menurut Yayasan Sejiwa, bentuk-bentuk bullying dapat


dikelompokkan dalam tiga kategori(Muhammad 2009,
232), yaitu:

a. Bullying fisik, meliputi tindakan: menampar, menimpuk,


menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar
dengan barang, serta menghukum dengan berlari keliling
lapangan atau push up.

25
b. Bullying verbal, terdeteksi karena tertangkap oleh indera
pendengaran, seperti memaki, menghina, menjuluki,
meneriaki, memalukan di depan umum, menuduh,
menyebar gossip dan menyebar fitnah.
c. Bullying mental atau psikologis, merupakan jenis bullying
paling berbahaya karena bullying bentuk ini langsung
menyerang mental atau psikologis korban, tidak
tertangkap mata atau pendengaran, seperti memandang
sinis, meneror lewat pesan atau sms, mempermalukan,
dan mencibir.

Sementara menurut Beane, menyebutkan bahwa bullying


terdiri dari beberapa bentuk diantaranya bentuk fisik,
verbal, sosial serta rasional (Allan Beane 2008, 3–7),
sebagai berikut:

a. Bullying fisik
Bullying fisik diantaranya adalah: memukul, menampar,
menyikut, membanting, memaksa, mendorong,
menendang, mengambil atau mencuri, atau
menghancurkan barang-barang, mencubit, menyerang
dengan ludah, mengacam dan bahasa tubuh yang
mengintimidasi.
b. Bullying verbal
Bullying verbal yang lebih menyakitkan dari bullying
fisik. Kebanyakan bullying fisik diikuti dengan bullying
verbal. Contoh dari bullying verbal adalah: memberikan

26
julukan, memberikan komentar menghina dan mengejek,
menggoda secara berulang, memberikan komentar rasis
dan melecehkan, mengancam dan mengintimidasi,
menggosipkan seseorang di belakangnya.
c. Bullying sosial dan rasional
Beberapa contoh dari bully jenis ini adalah:
menghancurkan dan memanipulasi hubungan,
menghancurkan reputasi, menolak atau mengisolasi
seseorang, mempermalukan dan menghina, bahasa tubuh
yang negatif dan mengancam, menyakiti atau
menyebarkan catatan, cyber bullying.

Riauskina, Djuwita, dan Soesetio menyatakan bahwa bentuk-


bentuk bullying (Levianti 2008, 4), yaitu:

a. Kontak fisik langsung


Merupakan gangguan berupa serangan secara fisik
yang dilakukan oleh pelaku kepada korban atau
sasarannya dimana terlibat kontak langsung. Tindakan
ini dapat berupa memukul, mendorong, menendang,
mencubit dan lainnya yang merupakan tindakan
kekerasan.
b. Kontak verbal langsung
Merupakan serangan berupa kata-kata yang dilisankan
langsung dari pelaku kepada korban. Tindakan ini
dapat berupa ancaman, ejekan, mempermalukan,

27
menggertak, menyebarkan gossip, sikap negatif
terhadap guru, dan memaki. Antara anak laki-laki
dengan perempuan memiliki suatu perbedaan dalam
hal tindakan bullying yang dilakukan. Anak laki-laki
umumnya menggunakan kata-kata kasar, suka
menggoda, mengolok-olok teman, dan lainnya. Pada
anak perempuan biasanya menjadi pencemburu, egois,
pemarah dan bisa juga melampiaskannya dengan
membanting barang atau benda-benda lainnya.
c. Perilaku non-verbal langsung
Perilaku ini ditunjukkan melalui gerakan tubuh pelaku
bullying yang biasa dikenal dengan Bahasa tubuh,
yang diperlihatkan secara langsung kepada sasaran
atau korbannya. Anak-anak biasanya melakukan hal
seperti pandangan sinis, menunjukkan ekspresi wajah
yang merendahkan, memelototi, mengabaikan lawan
bicara, mengalihkan pandangan, dan gerakan-gerakan
tubuh yang menghina orang lain.
d. Perilaku non-verbal tidak langsung
Perilaku ini tidak melibatkan kontak langsung antara
pelaku bullying dengan korban. Perilaku yang
dilakukan seperti mendiamkan seseorang, berbuat
curang kepada orang lain atau sahabat yang
menyebabkan keretakan persahabatan, dengan sengaja
mengucilkan teman, menghasut teman lainnya,

28
mengirim SMS ancaman atau surat kaleng tanpa ada
nama pengirimnya. Perilaku ini dilakukan dengan
maksud agar lawan yaitu teman nya sendiri merasa
tidak nyaman, gelisah, terancam dan ketakutan.
e. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual biasanya dilakukan oleh seorang
laki-laki terhadap perempuan. Pelecehan seksual
dilakukan secara fisik atau lisan menggunakan ejekan
atau kata-kata yang tidak sopan untuk menunjuk pada
sekitar hal yang sensitif pada seksual. Secara fisik
pelecehan seksual bisa dilakukan dengan sengaja
memegang wilayah-wilayah seksual lawan jenis. Pada
tindak kekerasan seksual bisa juga terjadi dalam
bentuk penghinaan-penghinaan terhadap terhadap
lawan jenis atau sejenis seperti hal nya mengatakan
teman laki-laki “banci” bagi laki-laki yang berperilaku
feminism.
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bullying
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku bullying siswa antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Keluarga
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap
orang tua yang terlalu berlebihan dalam melindungi
anaknya, membuat mereka rentan terkena bullying
(Masdin 2013, 79). Pola hidup orang tua yang

29
berantakan, terjadinya perceraian orang tua, orang tua
yang tidak stabil perasaan dan pikirannya, orang tua
yang saling mencaci maki, menghina, bertengkar
dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan tidak
pernah akur, memicu terjadinya depresi dan stress
bagi anak. Seorang remaja yang tumbuh dalam
keluarga yang menerapkan pola komunikasi negatif
seperti sarcasm (sindirian tajam) akan cenderung
meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya (Irvan
Usman 2013, 51). Bentuk komunikasi negatif seperti
ini terbawa dalam pergaulannya sehari-hari, akibatnya
remaja akan dengan mudahnya bekata sindiran yang
tajam disertai dengan kata-kata kotor dan kasar. Hal
ini yang dapat memicu anak menjadi pribadi yang
terbelah dan berperilaku bully, sebab anak dan remaja
tersebut terbiasa berada di lingkungan keluarga yang
kasar.
Orang tua merupakan role model yang pertama
bagi anak-anaknya, tak jarang bahwa penyebab
munculnya perilaku bullying pada anak adalah dayang
dari orang tua. Terkadang orang tua merasa mereka
memiliki kendali atas anak-anaknya. Sehingga sering
kali mereka menggunakan kekerasan untuk membuat
anak-anak mereka mematuhi mereka. Orang tua yang
mengekspresikan amarah fisik akan meghasilkan

30
anak-anak yang akan mengekspresikan amarah
dengan fisik juga. Hal ini membuat mereka berfikir
bahwa kekerasan tersebut di perbolehkan seperti apa
yang mereka lihat dan rasakan. Beberapa lingkungan
keluarga yang dapat mempengaruhi (Allan Beane
2008, 35), di antaranya:
a. Kurangnya kehangatan dan penerimaan
b. Kegagalan untuk menetapkan batas yang jelas
terhadap perilaku agresif terhadap teman sebaya,
saudara, ataupun orang dewasa.
c. Sangat sedikit cinta dan perhatian dan juga
memberikan kebebasan yang berlebihan.
d. Menggunakan hukuman fisik serta kekerasan
emosional seperti meledek. seain itu orangtua
terlalu permisif atau tidak mengetahui bahwa
anak-anak mereka melakukan bullying. Orang tua
juga tidak mengembangkan sikap empati, sopan
santun, kebaikan, dan karakter penting lainnya
pada anak-anak mereka.

Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan


utama bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak. Maka dari itu,peran dan fungsi keluarga menjadi
sangat penting dan bertanggung jawab dalam tumbuh
kembang anak. Terkait dengan peran dan fungsi orang
tua dalam tumbuh kembang anak, maha hal ini

31
berhubungan juga ke dalam polapengasuhan orangtua
terhadap anaknya. Baumrind, (P. H. Mussen 1994,
399)membagi pola asuh ke dalam tiga bagian, yaitu:
Otoriter, permisif dan demokratis

a. Pola asuh otoriter


Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang
memaksakan kehendak, suatu peraturan yang di
canangkan orangtua dan harus di uruti oleh anak.
Pendekatan ini biasanya kurang responsif pada hak
dan keinginan anak. Anak lebih di anggap sebagai
objek yang harus patuh dan menjalankan aturan.
Ketidakberhasilan kemampuan dianggap
kegagalan. Ciri-cirinya adalah orangtua membatasi
anak, berorientasi pada hukuman, mendesak anak
untuk memengikuti aturan-aturan tertentu, serta
orangtua sangat jarang memberikan pujian pada
anak. Dalam hal ini anak akan timbul banyak
kekhawatiran apabila tidak sesuai dengan
orangtuanya dalam melakukan suatu kegiatan
sehingga anak tidak dapat mengembangkan sikap
kreatifnya serta hubungan orangtua yang
digunakan memungkinkan anak akan menjaga
jarak dengan orangtuanya.

32
b. Pola asuh permisif
Pola asuh ini sangat bertolak belakang dengan
pola di atas yang menggunakan pendekatan pola
kekuasaan orangtua. Permisif dapat diartikan
orangtua yang serba membolehkan atau suka
mengijinkan. Pola pengasuhan ini menggunakan
pendekatan yang sangat responsif (bersedia
mendengarkan) tetapi cenderung terlalu longgar.
Ciri-cirinya adalah orangtua lemah dalam
mendisiplinkan anak dan tidak memberikan
hukuman serta tidak memberikan dalam melatih
kemandirian dan kepecayaan diri. Kadang-kadang
anak merasa cemas karena melakukan sesuatu
yang salah atau benar. Tetapi karena orangtua
membiarkan, mereka melakukan apa saja yang
mereka rasa benar dan menyenangkan hati
mereka. Sedangkan orangtua cenderung
membiarkan perilaku anak, tetapi tidak
menghukum perbutan anak, walaupun perilaku
dan perbuatan anak tersebut.
c. Pola asuh demokratis
Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang
rasional dan demokratis. Orangtua sangat
memperhatikan kebutuhan anak dan
mencukupinya dengan pertimbangan faktor

33
kepentingan dan kebutuhan yang realistis.
Orangtua semata-mata tidak menuruti keinginan
anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak
mengenai kebutuhan yang penting bagi
kehidupannya. Ciri-cirinya adalah mendorong
anak untuk dapat berdiri sendiri, memberikan
pujian pada anak, serta bersikap hangat dan
mengasihi, dalam pola pengasuhan ini anak akan
merasa dihargai karena setiap perlakuan dan
permaalahan dapat dibicarkan dengan orangtu
yang senantiasa membuka diri untuk
mendengarkannya.
2. Faktor Media Massa

Penyebab terjadinya bullying juga bisa


disebabkan oleh faktor media massa, seperti yang di
ungkapkan oleh Coloraso, yang mengatakan bahwa
semua bentuk media memiliki efek mendalam pada
cara anak-anak mempersepsikan dunia tempat tinggal
mereka, baik itu dari televisi maupun internet.
Teknologi media telah menjadi begitu kuat sehingga
kita tidak dapat mengabaikan efek-efeknya yang di
timbulkan pada anak. Teknologi media seperti internet
memberikan berbagai kemudahan dalam mencari dan
memberikan informasi pada masyarakat. Teknologi
yang canggih melaui internet juga memudahkan

34
masyarakat dalam berinteraksi tanpa perlu bertatap
muka dimana tidak ada batasan geografis, terlebih
sekarang ini telah banyak orang mengenal sosial
media, hanya dengan menggunakan media sosial
seperti facebook, twitter, instagram, path, dan lain
sebagainya, masyarakat dengan mudahnya
mendapatkan informasi, bahkan portal berita sekarang
ini sudah terkoneksi dengan internet.

Remaja merupakan sosok yang paling sering


menggunakan internet, kebanyakan dari mereka
menggunakan media sosial untuk mencari teman atau
membangun pertemanan, mempost foto atau video,
membangun self-image, dan lain sebagainya. Akan
tetapi tidak semua remaja mengerti bagaimana
menggunaka sosial media dengan baik dan benar.
Penggunaan sosia media justru di gunakan oleh
sebagian remaja sebagai ajang pamer, memberikan
komentar-komentar yang jelek yang bisa menyulut
emosi para remaja lain, seperti yang kita ketahui
remaja adalah sosok yang mudah sekali terpengaruh
karena emosinya yang masih labil. Rentannya jiwa
remaja yang mudah terpengaruh oleh media sosial
yang saat ini menjadi bagian dalam aktivitas remaja
menarik perhatan khusus. Tidak ada pernyaratan wajib
di lakukan bagi orang-orang yang hendak beraktivitas

35
menggunakan sosial media. Kebebasan orang dalam
menggunakan media sosial inilah yang menimbulkan
banyak penyalahgunan media social (Chris Natalia
2016).

Sementara media massa lain nya seperti


televisi, sebagai contoh saat ini banyak sekali
tayangan televisi seperti sinetron yang
mempertontonkan hal-hal kurang mendidik, misalkan
tentang genk motor yang sering berkelahi, kebut-
kebutan di jalan, saling mencaci maki, kasar, dan hal-
hal negatif lainnya. Hal itu sangat bisa ditiru untuk
anak-anak maupun remaja yang melihatnya dan
mempraktekan hal tersebut di lingkungannya
(Coloroso Barbara 2007, 227–30).

Di Indonesia sendiri pernah terjadi kasus


bullying yang disebabkan oleh tayangan sinetron
televisi yang mengangkat kisah tentang kebrutalan,
kekerasan dan perkelahian yang secara tidak langsung
memberikan dampak buruk bagi masyarakat terutama
remaja dan anak-anak yang masih duduk di bangku
sekolah (Levianti 2008, 6). Hal ini dapat menciptakan
perilaku anak yang keras dan kasar yang selanjutnya
memicu terjadi bullying yang dilakukan oleh anak-
anak terhadap teman-temannya di sekolah.

36
3. Faktor Peer Group Atau Teman Sebaya
Peer group atau teman sebaya Menurut
Benites dan Justicia, kelompok teman sebaya (genk)
yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan
dampak yang buruk bagi teman-teman lainnya seperti
berperilaku dan berkata kasar terhadap guru atau
sesama teman dan membolos (Irvan Usman 2013, 51).
Kemudian, berdasarkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis, ditemukan fakta bahwa kelompok
teman sebaya menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya perilaku bullying (Dara Aguis Septiyuni,
dkk 2014, 3). Anak-anak ketika berinteraksi dalam
sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying hanya untuk membuktikan
kepada teman sebayanya agar diterima dalam
kelompok tersebut, walaupun sebenarnya mereka
tidak nyaman melakukan hal tersebut. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Simbolon, faktor
penyebab bullying yang terjadi pada mahasiswa
berasrama karena perbedaan etnis, resistensi terhadap
tekanan kelompok, perbedaan keadaan fisik, masuk di
sekolah yang baru, orientasi seksual serta latar
belakang sosial ekonomi.

37
2. Remaja

Istilah Adolescence berasal dari kata adolescere


yang berarti remaja atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja
adalah individu yang sedang mengalami masa
pertumbuhan atau peralihan dari masa kanak-kanak
menuju ke masa dewasa, yang pada masa tersebut terjadi
perkembangan-perkembangan, baik fisik, psikologis, dan
sosial. Hal senada dikemukakan Atkinson, bahwa masa
remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa.

Piaget mengatakan secara psikologis masa remaja


adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak-anak tidak lagi merasa dibawah
tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada
dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak. Mereka tidak dapat dan tidak mau
diperlakukan sebagai kanak-kanak karena mereka
sekarang hidup dengan orang dewasa, dimana dalam
masyarakat orang dewasa menuntut penyesuaian dengan
orang dewasa. Remaja memiliki proses perkembangan
yang sangat kompleks, sehingga sering menimbulkan
permasalahan, baik pada remaja itu sendiri maupun
lingkungannya.

38
a) Ciri-Ciri Masa Remaja

Gumarso, mengemukakan tujuh ciri-ciri remaja,


yaitu remaja yang berada dalam kegoncangan, terjadi
pertentangan dalam dirinya, keinginan mencoba hal yang
belum di ketahuinya, ingin mencoba apa yang di
kehendakinya, ingin menjelajah ke alam sekitar yang
lebih luas, menghayal dan berfantasi, dan mempunyai
aktivitas yang berkelompok (Singgih Gumarsao, t.t., 22).

Perubahan-perubahan fisik dan psikis yang di


alami remaja menjadikan tingakah lakunya tidak stabil
penuh gejolak, emosi gelisah dan mudah terpengaruh oleh
lingkungan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
remaja(F.J. Monks, t.t., 98),antara lain:

1. Perubahan jasmani yang demikian pesatnya yang jelas


berbeda dengan masa sebelumnya
2. Perkembangan intelektualitasnya lebih mengarah pada
pemikiran tentang dirinya dan refleksi diri.
3. Perubahan-perubahan dalam dalam hubungan antara
anak-anak dan orang tua dan orang lain juga orang tua
dalam lingkungan dekatnya
4. Perubahan dalam harapan dan tuntutan orang dewasa
terhadap remaja
5. Timbulnya perubahan dalam hal perilaku dan
kebutuhan seksual

39
6. Banyaknya perubahan dalam penyesuaian diri dan
usaha untuk memaduka perubahan tersebut.

Sedangkan Ciri-ciri masa remaja (Elizabeth B Hurlock


1997, 208), antara lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu


perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan
memberikan dampak langsung pada individu yang
bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti
perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum
dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja
tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan
pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai
dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu
perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan
peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada
nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan
kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang
dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

40
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan
ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur,
cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja
cenderung memandang kehidupan dari kaca mata
berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan
orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja
mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha
meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di
dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau
sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang
mereka inginkan.

b) Tahap Perkembangan Remaja

Semua aspek perkembangan remaja secara global


berlangsung antara umur 12-21 tahun. Dengan pembagian
usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun
adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah

41
masa remaja akhir (F.J. Monks, t.t., 99), penjelasannya
sebagai berikut:

A. Masa remaja awal (12-15 tahun)


a. Lebih dengat dengan teman sebaya
b. Ingi merasa bebas dan tidak ingin di kekang
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berfikir abstrak
B. Masa remaja tengah (15-18 tahun)
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk berpacaran atau kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kepampuan berfikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivias seks.
C. Masa remaja akhir (18-21 tahun)
a. Pengungkapan identitas diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Dapat mewujudkan rasa cinta
d. Mampu berfikir abstrak.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian yang dilakukan oleh Bibit Damalia,
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. dengan
judul penelitian “Perilaku School Bullying Di SDN
Drindang Di Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo,
Yogyakarta”

42
Penelitian menjelaskan bahwa Faktor terjadinya
perilaku school bullying di Sekolah Dasar Negeri
Grindang antara lain (1) kurangnya pengetahuan guru
mengenai school bullying, serta pendapat guru yang
mengatakan kenakalan di sekolahnya masih wajar; (2)
reaksi yang ditunjukkan korban adalah, diam, takut
atau menangis; pelaku menunjukkan perilaku acuh
dan senang; sedangkan penonton menunjukkan reaksi,
melawan pelaku, membela pelaku atau diam; (3)
bentuk school bullying yang terjadi adalah bentuk
fisik (memukul dengan gagang sapu, memukul dengan
tangan, mendorong) dan non fisik (verbal:
mengancam, memaksa, menyoraki, meledek; non
verbal langsung: membentak, memarahi, memerintah,
menunjuk-nunjuk dengan jari; non verbal tidak
langsung: pengucilan).
2. Penelitian selanjutnya dari Ricca Novalia, mahasiswa
Universitas Islam Negeri suna Kalijaga Yohyakarta
dengan judul “Dampak Bullying Terhadap Kondisi
Psikososial Anak Di Perkampungan Sosial Pingit”
Skripsi ini menjelaskan bahwa kasus bullying tersebut
menimbulkan dampak negative terhadap korban
bullying. Pertama, anak korban bullying bersikap anti
sosial terhadap lingkungan bermain, korban menarik
diri dari lingkungan sosial dan tidak ingin melakukan

43
interaksi sosial, menjadi acuh tak acuh akan apa yang
terjadi di lingkungan sekitarnya. Kedua, dampak bagi
psikologi korban yaitu adanya depresi yang mendalam
yang bermula adanya rasa trauma yang dialami
kemudia berubah menjadi depresi.
3. Penelitian selanjutnya dari Farisa Handini, dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan judul skripsi “Hubungan Konsep Diri Dengan
Kecenderungan Berperilaku Bullying Siswa SMA
Negeri 70 Jakarta”
Skripsi ini menjelaskan bahwa hubungan konsep diri
dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa
SMA Negeri 70 Jakarta yang mengarah pada korelasi
negative. Artinya semakin tinggi (positif) konsep diri
siswa, maka semakin rendah kecenderungan
berperilaku bullying. Begitupun sebaliknya, semakin
rendah (negative) konsep diri siswa, maka semakin
tinggi kecenderungan berperilaku bullyingnya.
4. Penelitian selanjutya adalah dari Dina Amalia,
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
Dengan judul “Hubungan Persepsi tentang Bullying
Tentang Intensi melakukan Bullying Siswa SMA
Negeri 82 Jakarta”

44
Jenis dari penelitian ini adalah korelasional, seangkan
populasinya adalah siswa SMA Negeri 82 jakarta
selatan. Sample dari penelitian ini adalah 50 siswa.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara persepsi bullying
dengan intense melakukan bullying diterima. Arah
hubungan yang di dapat juga menunjukan positif.
Yang berarti bahwa semakin positif persepsi tentang
bullying maka akan semakin tinggi intense mlakukan
bullying. Persamaan antar penelitian Dina Amalia
dengan milik peneliti adalah terletak pada pembahasan
yang sama yaitu mengenai bullying di kalangan
peserta didik. Sedangkan perbedaan nya terletak pada
lokasi penelitian dan metode penelitian yang
digunakan.

45
46
BAB III

PROFIL LEMBAGA DAN INFORMAN

A. PROFIL LEMBAGA
1. Profil SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
Sekolah SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
berdiri semenjak tahun 1972, yang didirikan oleh
Departemen Agama dengan nama STM YPMII dan
dipegang oleh majelis muallimin dari Departemen
Agama. Kebanyakan dari mereka dari kalangan dosen
UIN yang dulunya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kemudian pada tahun 1986 berubah nama menjadi
STM Triguna Jaya, dan selanjutnya terjadi pergantian
pengurus yayasan pada tahun 1995 yang diketuai oleh
bapak Ibrahim. Berdasarkan surat keputusan kepala
dinas kabupatenTangerang dengan No. 421. 1/420.
4/11277 Dis Dik.
Lokasi SMK Triguna Utama terletak di jalan Ir. H.
Djuanda Ciputat Tangerang. Dengan bantuan
masyarakat dan swadaya murni, SMK Triguna Utama
di bangun diatas lahan seluas 2800 m2 dengan luas
bangunan sebesar 1291 m2. Searah dengan tuntutan
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri pada saat
ini, ada lima jurusan yang di buka antara lain :
Program Studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik,

47
Program Studi Pemeliharaan Mekanik industry,
Program Studi Teknik Kendaraan Ringan, Program
Studi Bisnis Manajemen (Kompetensi Keahlian
Administrasi Perkantoran), Program Studi Bisnis
Manajemen (Kompetensi Keahlian Akuntansi)
(“Profil-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t).
2. Visi Dan Misi
Persaingan dan tantangan kehidupan di masa yang
akan datang pastinya berat. SMK TrigunaUtama
sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan
menengah kejuruan, mempunyai VISI dan MISI untuk
menjawab tantangan tersebut sebagai berikut (“Visi
Misi-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t):
1. Visi
Menjadikan SMK Triguna Utama yang terampil,
unggul, berbudaya, beradab dan berkeberadaban
di tingkat Lokal, Nasional maupun global
2. Misi
a. Melaksanakan pendidikan agar sekolah
menghasilkan tenaga yang terampil.
b. Menyelenggarakan Pelatihan agar sekolah
unggul, berbudaya, beradab dan berkeberadaban
dalampersaingan Lokal, Nasional maupun global.
c. Menjadikan Sekolah sebagai kebanggan
masyarakat.

48
d. Menjadikan Lingkungan sekolah cermin Dunia
Usaha dan Industri.
e. Menciptakan kultur sekolah yang memiliki budi
pekerti luhur, beriman dan bertaqwa
kepadaTuhan Yang Maha Esa.
3. Tujuan Sekolah
Tujuan SMK Triguna Utama antara lain :
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi
manusia produktif, mampu bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI
sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai
dengan Kompetensi Keahlian pilihannya.
b. Membekali peserta didik agar mampu memilih
karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi,
beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam
Kompetensi Keahlian yang diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara
mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (“Tujuan Sekolah-Yayasan Perguruan
Triguna Utama” t.t).

49
B. PROFIL INFORMAN
1. Data Informan 1 (Pelaku SHR)
- Nama : SHR
- Tempat Tanggal Lahir : 15 Juni 2001
- Usia : 17 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Ciputat
- Agama : Islam
- Hobby : Bermain
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : Pelajar
- Jenis bully : Bully Fisik
2. Data Informan 2 (Pelaku DND)
- Nama : DND
- Tempat Tanggal Lahir : 10 Agustus 2001
- Usia : 17 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Pamulang
- Agama : Islam
- Hobby : Bermain
- Suku : Betawi
- Pekerjaan : pelajar
- Jenis bully : Bully Fisik

50
3. Data Informan 3 (Korban RLG)
- Nama : RLG
- Tempat Tanggal Lahir : 5 Maret 2002
- Usia : 16 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Domisili : Jakarta
- Agama : Islam
- Hobby : Belajar, Bermain
- Suku : Jawa
- Pekerjaan : Pelajar
- Jenis bully : Bully Verbal

51
52
BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Secara umum, bullying diartikan sebagai perilaku agresif


yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk
menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina
dan tidak bisa membela dirinya. Kasus bullying sering di
lingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi
permasalahan dan menimbulkan perasaan cemas bagi peserta
didik. Mulai dari munculnya perilaku bullying yang paling
sederhana (berkata atau bertindak kasar, mencaci maki teman,
mengolok-olok dan memberi julukan hingga perkelahian antar
teman, dan lain-lain) sampai dengan tindakan kekerasan yang
kompleks (penganiayaan, perusakan fasilitas umum, melukai
teman, bahkan sampai membunuh) (Astuti 2008). Dari hasil
penelitian di lapangan, dapat peneliti jelaskan beberapa temuan
peneliti dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala
sekolah, guru BK dan juga informan, sebagai berikut :

1. A. Faktor Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya


Bullying
Dalam kaitannya dengan faktor keluarga, berdasarkan
hasil dari wawancara dengan kepala sekolah SMK
Triguna mengungkapkan bahwa salah satu penyebab
siswa bisa melakukan perilaku bullying adalah dari
keluarganya sendiri. Lebih jelasnya sebagai berikut :

53
“jika membicarakan mengenai faktor keluarga
yang menjadi penyebab masalah bullying yaa di
sekolah ini sebenarnya anak yang bermasalah
dengan tindakan bullying berasal dari keluarga
yang bermacam macam yaa, banyak sekali
permasalahnnya, diantaranya ada yang berasal
dari keluarga broken home, keluarga yang
memiliki perekonomian rendah, atau juga karena
keluarganya tidak peduli pada anak-anaknya, juga
keluarga yang terlalu membebaskan anaknya
begitu saja, sehingga anaknya merasa tidak
mendapatkan perhatian dari orang tuanya, ada
juga orang tuanya yang suka berselisih didepan
anaknya sendiri. Itu semua hal-hal yang berasal
dari faktor keluarga yang bisa mempengaruhi
perilaku bullying siswa disini. bermacam-macam
latar belakang keluarga lah tentunya”(Kepala
Sekolah SMK Triguna 2018a)
Selain itu bapak kepala sekolah juga menyampaikan, tidak
hanya dari faktor pola asuh orang tuanya saja. Tapi juga
bisa meliputi dari saudara-saudaranya atau dari kakak-
kakaknya yang memiliki perilaku yang tidak baik
sehingga bisa mempengaruhi seorang anak untuk
melakukan tindakan yang tidak baik pula karna seorang
remaja yang kondisi emosinya masih kurang stabil sangat
bisa terpengaruh dengan apa yang dia lihat terlebih
melihat perilaku dari orang terdekatnya.

“perlu di ingat lagi, bahwa faktor penyebabnya


tidak hanya berasal dari ke dua orang tua nya
saja, tapi juga meliputi keseluruhan dari anggota
keluarganya. seperti Kakak atau saudara-saudara
dekatnya yang memiliki perilaku buruk sangat

54
bisa mempengaruhi perilaku seorang anak dalam
melakukan tindakan atau terlibat dalam kasus
bullying” (Kepala Sekolah SMK Triguna 2018a)
Hal tersebut juga dijelaskan oleh guru BK sekolah SMK
Triguna bahwa faktor keluarga memang menjadi salah
satu penyebab siswa melakukan tindakan bullying selain
dari faktor teman sebaya dan juga media masa :
“ada beberapa faktor penyebab bullying siswa
disini, salah satu diantaranya adalah dari
keluarganya sendiri, ada juga yang orangtuanya
ngomongnya kasar, ada juga dari orang tua yang
suka bentak-bentak anaknya sehingga anak
merasa terintimidasi karena perlakuan orang
tuanya yang seperti itu. Faktor dari keluarga
menurut saya menjadi faktor utama adanya
tindakan bullying. Karna selain disekolah, anak
juga banyak menghabiskan waktu di rumah juga
dan berinteraksi dengan orang tuanya ”(Guru BK
SMK Triguna 2018a)

Dalam kaitannya dengan faktor keluarga sebagai


penyebab timbulnya perilaku bullying, informan DND
(Pelaku, 17tahun) mengungkapkan hal mengenai
keluarganya, sebagai berikut :
“kalo dari orang tua sih sebenernya yaa gitu
kak… kalo marah gitu suka keras banget suaranya
kadang kedengeran sama tetangga.suka berantem
hebat yang di denger sama tetangga juga jadi ya
malu sih sebenernya kalo tetangga tahu gitu, kan
harusnya gausah tau yaa.. nah terus aku punya
abang nih, jadi abang aku itu orangnya agak
kasar gitu termasuk sama aku, dan juga emang
orangnya bandel, waktu pas sekolah juga suka

55
nyari masalah mulu di sekolah, berantem terus,
suka tawuran sama sekolah lain, di sekolahnya
juga bermasalah suka bully orang, suka nyuruh,
sering marahin adik kelas nya di sekolah,
sekolahnya disini juga tapi sekarang abang aku
udah lulus kak. Jadi karna ngeliat dari abang aku
kaya gitu ya aku juga ngikutin caranya dia, aku
jadi suka ikut-ikutan tawuran sama sekolah lain,
suka berantem, nyuruh-nyuruh adek kelas, kalo
ada yang gasuka sama aku ya aku ajakin
berantem, dipukulin sampe dia ngerasa takut.
Lagian aku juga ga sendiri kok yang kaya gitu
disini, temen-temen juga banyak yang suka
ngecengin atau malakin adek kelas, jadi kaya
udah jadi kebiasaan aja kaya gitu karna
lingkungan aku juga mendukung. Tapi awalnya
sih karna abang aku yang pertama kali aku liat,
kalo abang aku aja bisa kaya gitu, kenapa aku
enggak. aku ikutin caranya dia gimana dia maen
sama temen-temennya dan gimana kelakuan di
sekolahnya. Dari situ aku jadi orang yang lebih
berani kak gak takut sama orang malahan aku
tantangin kalo dia remehin aku”(Informan DND
(Pelaku 17 tahun) 2018a)
Begitupun dengan yang diungkapkan oleh informan SHR
(Pelaku, 17tahun), informan mengungkapkan bahwa
orang tuanya merupakan orang yang cuek dan tidak begitu
peduli akan apa yang dilakukan oleh anak-anaknya :

“ya kalo dari keluarga sih kak, misalkan kaya aku


dapet masalah sama temen-temen aku atau
terlibat tawuran sama temen-temen yang lain gitu
yaa ayah aku biasa aja cuek-cuek aja, mungkin
karena capek ngeliat kelakuan aku yang suka cari
masalah di lingkungan bermain aku dan suka

56
terlibat tawuran sama sekolah lain malah jadinya
udah gak mau peduli. Yasudah aku jadi bebas
ngelakuin apa aja yang aku suka toh mereka aja
gak peduli kan. Awalnya ya suka dimarahin juga
tapi makin kesini makin bodo amat mungkin
karena capek kali ngadepin aku”(Informan SHR
(Pelaku 17 tahun) 2018a)
Ketika menceritakan mengenai keluarganya, terlihat
ekspresi sedih dari wajah informan, informan
menceritakan keluarganya sambil menundukan kepalanya
dan juga menggerak-gerakan kakinya dan tidak melihat
kepada peneliti. Informan terlihat seperti malu untuk
menceritakan masalahnya, selama melakukan wawancara
dengan informan, memang butuh waktu yang agak lama
juga agar informan bisa terbuka dan menceritakan
masalahnya kepada peneliti. Karena pada awalnya
informan tidak ingin terbuka. Dan selalu mengulur-ulur
percakapan dengan peneliti.

Berbeda dengan yang di ungkapkan oleh RLG


(korban, 16 tahun) mengenai keluarga nya yang baik-baik
saja dan juga tegas dalam mendidiknya, lebih jelasnya
sebagai berikut :

“kalo dari orang tua sih ya baik-baik aja kak, gak


terlalu yang gimana-gimana. Tegas juga sih
mereka sama aku. Orang tua aku sering ngobrol
juga sama aku juga terus nanya keseharian dan
disekolah gimana. Kalo aku gimana-gimana di
sekolah juga sering di nasehatin sama orang tua,

57
ya misalkan jangan sering banyak ulah kalo di
sekolah karena orang tua akan malu kalo anaknya
dapet masalah di sekolah. Yaa tegas sih mereka
kalo aku salah ya tetep di marahin kan buat
kebaikan aku juga katanya”(Informan RLG
(Korban 16 tahun) 2018b)

B.Faktor Media Massa Menjadi Penyebab Terjadinya


Bullying
Media massa seperti televisi, facebook, instagram,
youtube sangat mudah ditemukan dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Tak heran jika media massa dapat
menimbulkan dampak negatif seperti melakukan tindakan
bullying bagi yang melihatnya terutama remaja. Bullying
sering di pertontonkan dan digambarkan sebagai sebagai
perilaku lucu sehingga bullying dapat diterima sebagai hal
yang wajar saja (Dede Juwita Sari, dkk 2017).
Dalam kaitannya dengan faktor media massa yang
menjadi peyebab tindakan bullying, bapak kepala sekolah
memaparkan tentang hal-hal yang diperoleh dari para
peserta didik di SMK Triguna. Sebagai berikut :
“pernah juga ada kasus, waktu itu ketika saya
masih menjabat sebagai guru BK. Saya banyak
menangani anak yang terlibat tawuran dengan
sekolah lain, saya minta hapenya dan saya liat
dihapenya juga banyak menyimpan gambar-
gambar atau video-video orang yang berkelahi
atau tawuran, bahkan ada video ketika rekannya
sedang tawuran dengan sekolah lain. Ya pokoknya

58
banyak konten yang gak pantes untuk dilihat oleh
anak remaja seumuran mereka. Dan sebenarnya
sekolah melarang siswa membawa hape. Akan
tetapi masih ada saja siswa yang melanggar
peraturan”(Kepala Sekolah SMK Triguna 2018b)
Selain itu, guru BK SMK Tiguna juga memiliki
penjelasan mengenai hal ini, sebagai berikut :

“Smartphone itu sangat menggangu konsentrasi


belajar siswa ya, ada juga anak yang hapenya
disita karna main hape ketika sedang belajar.
Selain itu dikhawatirkan akan adanya cemburu
sosial kepada yang lain. Karena tidak semua
murid disini juga memiliki hape. Dalam hal
cemburu sosial, bisa saja temannya iri lalu
melakukan hal-hal yang negatif misalkan mencuri,
atau bisa juga memaksa orang tuanya untuk
membelikan hape. kan semuanya bisa saja
terjadi”(Guru BK SMK Triguna 2018b)
Sementara itu dari pihak siswa, terkait dengan media
massa menjadi penyebab bullying. Informan SHR
(Pelaku, 17 tahun) menjelaskan kegemarannya bermain
game online, atau memainkan aplikasi lain seperti,
facebook dan instagram. Penjelasannya sebagai berikut :

“megang hape biasanya sih lebih sering main


game online yang lagi banyak di mainin sama
oran-orang sekarang juga, war (perang) gitu
sama temen-temen. Seru aja kalo lagi war terus
kita menang dan dapet point. Tapi selain main
game online juga aku mainin facebook, instagram,
twitter. Ya untuk seru-seruan aja sih kak, karena
kan sekarang lagi jamannya social media gitu kan
apa apa sekarang serba cepet banget viralnya jadi

59
aku bisa up to date gitu sama yang lagi viral
sekarang selain itu juga kan aku bisa dapet temen-
temen baru, komunitas baru, jadi memperluas
jaringan petemanan juga kak. Kalo soal jadwal
main hape yaa aku setiap hari main hape gaada
batasan juga sih terserah aku aja siapa juga yang
ngelarang. Kalo untuk nonton televisi sih palingan
nonton anak langit kak kalo malem ”(Informan
SHR (Pelaku 17 tahun) 2018b)
Televisi, video game, dan film banyak menyuguhkan
adegan kekerasan, atau perang. Meski seharusnya, orang
tua melakukan pendampingan saat menonton atau
bermain video game untuk anak di bawah umur, nyatanya
banyak yang belum melakukan ini. Ekspos media
terhadap adegan kekerasan ini sering menginspirasi anak
untuk mencobanya dalam dunia nyata. Seharusnya orang
tua mendampingi dan memberi pengertian pada anak saat
menonton film beradegan kekerasan atau bermain video
permainan perkelahian. Karena pengaruh media inilah
yang 80 persen bisa membuat perilaku anak menjadi
negatif dan terinspirasi untuk melakukannya (“Faktor-
faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying” t.t.).

Sementar itu, informan DND (Pelaku, 17 tahun) juga


mengungkapkan kegemarannya bermain game online atau
mengunduh video-video permainan dan bermain sosial
media lainnya, lebih jelasnya sebagai berikut :

60
“kalo main game online kan emang lagi jamannya
banget kan kak, kalo udah sekali menang gitu kita
akan jadi ketagihan, dan aku sering menang
makannya aku sering banget main game online
sampe kuota internet abis juga gak masalah sih
buat aku. Lagian aku beli kuota juga pake duit aku
sendiri dari hasil ngumpul-ngumpulin uang aja
sih. Awalnya sih aku gak terlalu sering yaa main
game online, tapi makin sering menang makin
banyak yang main juga jadi ketagihan. Dan aku
juga lebih sering main game online sih di banding
social media lain kaya instagram, facebook, path.
Maksudnya instagram, facebook, juga main tapi
gak sesering main game online. Soalnya kalo di
instagram gitu kan Cuma gitu-gitu aja. kita Cuma
liat foto-foto atau video aja sih dari yang di share
orang-orang.(Informan DND (Pelaku 17 tahun)
2018b)
Paparan secara tidak langsung dari sosial media, tontonan
televisi, maupun video game, terutama yang frekuensinya
cukup sering, dikhawatirkan akan berdampak pada
pembentukan pola pikir yang menganggap tindakan
kekerasan adalah hal yang wajar dan bisa diterima atau
bahkan dilakukan dalam keseharian(“Memahami
Penyebab Tindakan Bullying Dan Cara Pencegahannya”
2016).

Hal lain diungkapkan oleh RLG (Korban 16 Tahun)


mengenai aktivitas nya bermain media sosial. Informan
mengungkapkan bahwa tidak terlalu sering menonton
televisi atau sosial media lainnya, karena di batasi juga

61
oleh orang tuanya. Lebih jelasnya melalui wawancara
dengan informan RLG berikut ini :

“aku kalo di rumah jarang nonton televisi kak


selain males juga nonton televisi karna tayangan
yang gitu-gitu aja, ya paling aku sukanya liat-liat
acara musik akustik aja sih. karena sekarang
banyak tanyangan-tayangan alay gitu jadi bikin
males nonton televisi. Selain itu juga aku main
sosial media juga sih ya tapi tetep ga terlalu
sering. Misalkan kaya instagram, facebook, biar
bisa terhubung sama temen-temen aku aja. Kalo
nonton acara musik selain di televisi juga aku
nontonnya di youtube, nonton cover-coveran lagu
dari orang tapi ga sering juga. Karena orang tua
aku juga akan marah kalo aku sering nonton
televisi terus atau megang hape terus, karena
nanti akan males belajar katanya terus matanya
juga akan sakit jadi di batasi sih penggunaannya.
Terus juga aku punya BBM, Line whatsapp juga
buat nanyain PR aja ke temen-temen, atau nanya-
nanya pelajaran yang aku gak ngerti di
kelas”(Informan RLG (Korban 16 tahun) 2018a)
Zaman sekarang, anak-anak menikmati waktu
senggangnya tidak lagi bermain masak-masakan ataupun
mobil-mobilan. Anak-anak zaman sekarang sudah sibuk
dengan gadget-nya masing-masing. Mulai dari menonton
video di Youtube, bermain games sampai asik mengotak-
atik media sosial mereka seperti Instagram, Twitter,
Facebook, Snapchat dan Line. Rata-rata mereka
menggunakan media sosialnya untuk posting sesuatu yang
bersifat ekspresi, artis idola, teman-teman, olahraga

62
ataupun hanya sekedar selfie. Menurut Amalia, media
sosial merupakan jendela informasi nomor 1 di masa
depan, tapi jika disalahgunakan, media sosial bisa menjadi
bumerang dan berdampak negatif untuk anak-anak salah
satu dampak ngatif nya adalah adanya tindakan bullying.
Seharusnya, sebagai orang tua, jangan pernah tidak mau
tahu tentang teknologi, apalagi teknologi yang digunakan
oleh anak-anak anda. Karena dari situlah orang tua bisa
memantau anaknya di dunia digital. Anak-anak dan
remaja di Indonesia mudah mendapatkan media sosial,
bahkan anak-anak SD pun telah memiliki akun media
sosial mereka sendiri. Nah, yang harus dilakukan para
orang tua adalah belajar lebih banyak tentang media sosial
itu sendiri daripada anak-anaknya. Apa fungsinya,
bagaimana kinerjanya, apa efek yang ditimbulkan bahkan
pengaturan-pengaturannya. Karena banyak orang tua yang
tidak mau tahu atau bahkan menyebut dirinya gaptek.
Riset membuktikan bahwa 96% remaja didunia
menggunakan media sosial dalam kesehariannya dan
hanya 15% dari orang tua mengetahui media sosial
mereka. Bisa disimpulkan dari situlah banyak orang tua
membiarkan anaknya mengeksplorasi media sosial itu
sendiri tanpa memahami dampak yang bisa ditimbulkan
(“Orang Tua Wajib Mengawasi Media Sosial Anak -
Social Media Week” 2015).

63
C. Faktor Teman Sebaya Penyebab Terjadinya Bullying

Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja


disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan
pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide (baik
secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah suatu
masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk
dilakukan. Pada masanya, remaja memiliki keinginan
untuk tidak lagi tergantung pada keluarganya dan mulai
mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok
sebayanya. Jadi bullying terjadi karena adanya tuntutan
konformitas(“Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perilaku
Bullying” t.t.).

Dalam kaitannya dengan faktor teman sebaya, kepala


sekolah SMK Triguna menjelaskan hal yang berkaitan
dengan faktor teman sebaya dalam perilaku bullying.
Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah :

“biasanya sih ada kumpulannya gitu ya atau


gank-gankan. Jadi selama saya menangani
masalah anak-anak disini. Kebanyakan mereka
yang melakukan bullying karena pengen dilihat
jago sama junior juniornya. Jadi istilahnya tuh
kaya jangan pernah cari masalah sama saya kalo
gamau babak belur. Permasalahn di sekolah ini
paling banyak perkelahian atau pengeroyokan,
baik itu yang di lakukan oleh kelompok terhadap
satu individu artinya korban bullying nya, maupun
dari kelompok ke kelompok lain. Selain itu ada
campur tangan alumni juga yaa. kaya mereka

64
berfikir ini sudah jadi tradisi di sekolah ini.
Pokoknya kelas 3 wajib membully kelas 1 dan 2.
Jadi senior itu gaboleh di remehkan dia harus jadi
penguasa disini. Jadi junior nya pun berfikir
bahwa nantipun saya kelas 3 akan seperti itu,
membully adik kelas nya juga”(Kepala Sekolah
SMK Triguna 2018c)
Sementara dari guru BK juga menjelaskan mengenai
faktor teman sebaya yang sangat mempengaruhi prilaku
bullying siswa, berikut penjelasannya :

“kelompok bermain itu pasti sangat berpengaruh


yaa sama kelakuan siswa disini, Karena siswa
merasa dia gak dikontrol sama orang tuanya, jadi
dia leluasa melakukan apa saja dengan teman-
temannya tanpa di ketahui oleh orang tuanya.
Akan banyak sekali pengaruh dari teman-
temannya untuk melakukan suatu hal, jadi kalo dia
gak mau ngikutin kemauan teman-temannya
malah jadi di anggap gak solid gitu. Yaa namanya
anak remaja yang masih labil kan masih mudah
banget untuk dipengaruhi pikirannya.(Guru BK
SMK Triguna 2018c)
Sementara itu, SHR (Pelaku, 17 tahun) menceritakan
mengenai aktifitas nya bersama teman sepermainann nya,
di rumah maupun di sekolah. berikut penjelasannya
lengkapnya :

“kalo temen rumah sih yaa paling suka nongkrong


di warung kopi atau di rumah temen aja main PS,
ngobrol-ngobrol biasa aja. Kalo di sekolah si yaa
sama temen kelas gitu duduk di depan kelas gitu
rame-rame sama temen-temen cowok,, di
lapangan bola, atau di tangga atau di kantin juga,

65
ya namanya temen yaa pasti suka becandaan
ledek-ledekan, godain yang lewat gitu,atau kita
juga sering jajan bareng-bareng terus di makan
nya juga bareng-bareng biar seru aja sih kalo
sama temen-temen kaya gitu jadi kaya kompak
gitu diliatnya apalagi kita ngelakuin kaya gitu
hampir tiap hari kan pas istirahat sih
biasanya”(Informan SHR (Pelaku 17 tahun)
2018c)
Pada saat di wawancara pun, informan selalu di panggil
dan di teriaki oleh teman-temannya untuk bermain di
lapangan bola pada jam istirahat. Ada juga beberapa
temannya yang menghampirinya ketika sedang
diwawancara. Jadi informan sedikit tidak fokus.

Kemudian DND (pelaku, 17 tahun) menceritakan tentang


aktifitas yang biasa dilakukan bersama teman-temannya ,
berikut penjelasan lengkapnya nya :

“biasanya aku bareng sama temen-temen aku


sering keluar main motoran sih kadang sama
temen rumah kadang juga sama temen sekolah.
sering juga nongkrog di warkop atau di basecamp.
Kalo di sekolah ya biasanya di kantin duduk-
duduk atau di depan kelas atau di ruang otomotif.
Dan aku juga punya temen dari sekolah lain sih.
jadi temen aku itu banyak tempat nongkrong nya
juga banyak”(Informan DND (Pelaku 17 tahun)
2018c)
Lain hal nya yang di ungkapkan oleh RLG (korban 16
tahun) tentang pergaulan dengan teman-temannya baik di

66
lingkungan rumah maupun di sekolah. Berikut penjelasan
lengkapnya :

“kalo di sekolah sih yaa paling di kelas, atau di


depan kelas juga bisa. Tapi aku gapernah
nongkrong di kantin gitu, karena emang suka di
gangguin sama senior, atau di liatin sama senior
bahkan bisa di usir. emang kan kalo adek kelas ga
boleh duduk di kantin peraturan dari kakak
kelasnya. Sebenernya sih sekolah gaada peraturan
kaya gitu bebas lah kantin buat siapa aja. tapi
kakak kelas nya yang sok menguasai. Jadi kalo ke
kantin Cuma jajan aja terus jajanannya di bawa
ke kelas. terus yaa paling aku main sama
beberapa temen deket aja sih kalo di sekolah yang
itu-itu aja. kalo sama temen rumah, kadang aku
main ke rumah temen, kadang juga temen yang
main ke rumah aku”(Informan RLG (Korban 16
tahun) 2018c)
2. Jenis-jenis bullying di SMK Triguna Ciputat
Untuk menguraikan jenis-jenis bullying yang terjadi di
SMK Triguna Ciputat, peniliti melakukan wawancara
mendalam dengan informan, guru BK, dan juga kepala
sekolah. Dari data yang di dapat, ditemukan jenis-jenis
bullying yang terjadi yaitu : a) bullying fisik, b) bullying
verbal. Berikut peneliti jabarkan jenis-jenis bullying
tersebut antara lain :
a. Bullying fisik
Bullying fisik yang dilakukan oleh pelaku, bullying fisik
secara langsung yang artinya pelaku kontak langsung
dengan korban. menurut kepala sekolah, guru BK yang

67
menangani pelaku setelah melakukan bullying, dan juga
dari pelaku itu sendiri. Terakhir kasus bullying DND
dan SHR pada bulan Mei 2018, dari jumlah 4 kali
terlibat kasus tawuran, kejadian yang terakhir ini,
berawal dari sosial media, melihat unduhan salah satu
siswa SMK 29 Jakarta mengambil topi sekolah SMK
Triguna dari salah satu siswa SMK Triguna, siswa SMK
29 Jakarta tersebut bukan hanya merebut tetapi merusak
topi tersebut dengan mencoret-coret, setelah itu DND
dan SHR beserta kakak kelas nya berkumpul di tempat
tongkrongan nya untuk membalas dendam kepada
sekolah SMK 29 Jakarta itu dengan mengajak tawuran,
arahan dari kakak kelas, yang pergi untuk melakukan
tawuran minimal 10 orang, dan sebagian adik kelas X
(sepuluh) di pilih oleh kakak kelas XII (dua belas) di
paksa untuk ikut tawuran. Kejadian tawuran ini sering
nya di lakukan di daerah Bulungan Jakarta Selatan, dan
sekitar jam 10 malam. Alat yang di bawa untuk tawuran
seperti kayu, gir motor, celurit. Dari tawuran tersebut
ada laporan yang menyatakan korban banyak dari
sekolah SMK 29 Jakarta dan korban nya mengalami
luka-luka, patah tulang, sampai ada yang masuk rumah
sakit karena perlakuan DND dan SHR. Beberapa kali
tawuran dengan salah satu SMK di daerah Jakarta
Selatan, sekolah Triguna menang, dan para pelaku

68
setelah di mintai keterangan oleh pihak sekolah, siswa-
siswa yang mengikuti tawuran tersebut sangat senang
bisa memenangkan tawuran dan membanggakan para
kakak kelas juga alumni. Dan hal tersebut tidak
membuat kapok, akan tetapi membuat mereka ingin
melakukannya lagi.
b. Bullying verbal
Bullying verbal ini dialami oleh korban RLG. Korban
sering diancam untuk tidak boleh di depan kelas, duduk
di kursi kantin, ngobrol dengan kakak kelas perempuan,
memakai topi sekolah di luar jam sekolah. Perlakuan
tersebut sering diterima korban RLG disaat jam pulang
sekolah, sebelum jam pulang sekolah biasa nya kakak
kakak kelas memberitahu untuk tunggu di samping
sekolah selepas bel pulang, yang melakukan perbuatan
ini lebih sering kelas XII karena mereka yang menguasai
peraturan siswa ke siswa. Ancaman tersebut dilakukan di
depan kakak-kakak kelas yang berkuasa, dengan kata-
kata mengancam “lu RLG kalo gak mau abis di luar
sekolah, turutin peraturan dari kita ini, jangan pake ngadu
ke guru atau orang tua juga, bisa ribet hidup lu” sehingga
hampir seluruh siswa laki-laki kelas X takut kepadanya
dan tidak ada yang berani melapor kepihak guru maupun
orang tua, setelah di ancam seperti itu RLG hanya

69
menjawab “iya” kepada kakak kakak kelas nya dan
bergegas untuk pulang kerumah.

70
BAB V
PEMBAHASAN
1. Analisis Antar kasus
Bullying merupakan masalah sosial yang sudah
tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Dan bullying
juga bukan merupakan sesuatu yang baru di dunia
pendidikan. Tindakan bullying banyak terjadi di dalam
ranah pendidikan baik dilakukan oleh anak sekolah
maupun mahasiswa. Ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab terjadinya tindakan bullying antara lain faktor
dari keluarganya, faktor media massa dan juga faktor peer
group atau teman sebaya. Tiga faktor tersebut merupakan
faktor yang paling kuat mempengaruhi tindakan bullying
siswa. Agar lebih terperinci peneliti akan membahas satu
persatu faktor penyebab tindakan bullying dikaitkan
dengan teori yang telah di dapat pada bab sebelumnya.
A. FAKTOR KELUARGA
Pada dasarnya, Keluarga merupakan agen
sosialisasi pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak, sehingga peran dan fungsi
keluarga menjadi sangat penting dan bertanggung jawab
terhadap tumbuh kembang anak. Dalam hal peran dan
fungsi orangtua terhadap anak, sangat berhubungan
dengan pola pengasuhan orangtua terhadap tumbuh
kembang anaknya. Hal ini berhubungan dengan teori

71
faktor otangtua sebagai penyebab bullying yang
dipaparkan oleh Baumrind, (BAB II, t.t., 32) yakni ada 3
pola asuh orangtua terhadap anak, antara lain: otoriter,
permisif dan demokratis. Otoriter artinya pola pengasuhan
yang memaksakan kehendak dan peraturan dari orangtua,
permisif artinya pola pengasuhan orangtua yang serba
membolehkan atau juga mengizinkan, sedangkan
demokratis adalah mendorong anak untuk mandiri namun
masih menempatkan batas dan kendali pada anak. Pola
asuh orang tua ini sangat mempengaruhi perilaku bulling
siswa di sekolah. keluarga atau orangtua merupakan
lingkungan pertama tempat anak belajar berbagai
pengetahuan, nilai, norma dan sebagainya, sehingga
keluarga akan membentuk kepribadian dari anak tersebut.
Kepribadian dari seorang anak sangat dipengaruhi oleh
bagaimana cara dan corak orang tua memberikan
pendidikan, pengasuhan dan bimbingannya. Keluargalah
yang paling bertanggungjawab atas penanaman norma-
norma masyarakat dalam diri para anggotanya secara
individual. Apabila keluarga tidak berhasil mendidik para
anggotanya untuk mematuhi norma-norma, maka
terjadilah perilaku menyimpang.

Anak atau remaja yang di besarkan dalam


keluarga yang kurang harmonis atau kurang kasih sayang
dari orang tua menyebabkan anak rentan terjerumus

72
dalam perilaku menyimpang salah satunya adalah perilaku
bullying. Tindakan bullying terlebih pelaku bullying itu
sendiri seringkali dikaitkan berasal dari keluarga yang
bermasalah, orangtua yang kerap menghukum anaknya
secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres,
agresi dan permusuhan, atau orangtua yang cuek atau
acuh, atau juga memberikan kebebasan yang berlebihan,
sehingga orangtua kurang mendisiplinkan anak dan
kurang memperhatikan kebutuhan anaknya hal tersebut
membuat anak merasa kurang diperhatikan oleh
orangtuanya dan membuat mereka bisa melakukan apapun
untuk mencari perhatian dari luar, bahkan dengan cara
yang buruk sekalipun (BAB II, t.t., 27). Segala konflik
yang terjadi di dalam rumah, anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya
terhadap teman-temannya. Atau sering terjadi tindak
kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya,
ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka
perlawanan ini ditujukan pada teman-temannya.

Berdasarkan dari hasil temuan peneliti di


lapangan, dapat di jelaskan bahwa mereka yang menjadi
pelaku bullying di sekolah di sebabkan oleh keluarga yang
begitu cuek, terlalu membebaskan anaknya, dan juga
berasal dari keluarga yang memiliki pola pengasuhan

73
otoriter, tidak harmonis, sering bertengkar hebat di depan
anaknya. Sedangkan yang menjadi korban bullying adalah
siswa dari keluarga yang baik, sering menghabiskan
waktu bersama orang tuanya, melakukan komunikasi dan
interaksi dengan anak, dan tidak pernah melakukan
pertengkarang di depan anaknya, dapat memberikan
kebutuhan kepada anak, akan tetapi tidak
memanjakannya.

Dari hasil wawancara dengan informan pelaku


bullying SHR dan DND, bahwa hubungan dari keluarga
keduanya nya memang kurang baik atau bisa dikatakan
tidak harmonis, mereka juga jarang menghabiskan waktu
bersama orang tuanya dan jarang berkomunikasi. Orang
tua yang membiarkan anaknya melakukan kesalahan
tanpa di tegur sedikitpun. Dan ini yang menjadi
membudaya di dalam diri pelaku bullying SHR dan DND.
Padahal dalam sebuah keluarga, menjalin komunikasi itu
sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui
bagaimana perkembangan anak di lingkungan bermain
atau di sekolahnya. Berdasarkan dari hasil wawancara
dengan pelaku, orang tuanya lebih bersikap acuh atau
cuek sehingga tidak peduli juga dengan apa yang
dilakukan anak. Dalam hal ini, jika orang tua saja tidak
peduli dengan sikap dan tumbuh kembang kepribadian
anak. Anak pun dibebaskan main dengan siapa saja dan

74
kapan saja, terbukti anak SMK yang seharusnya jam 10
malam sudah berada di rumah, ini bisa pergi untuk
tawuran dengan sekolah lain di daerah Jakarta selatan.
Maka pantas saja jika anak pun tumbuh menjadi anak
yang arogan dan tidak memiliki kepribadian yang baik.
Sudah dijelaskan di awal bahwa terbentuknya kepribadian
baik dari seorang anak adalah berasal dari pola didik
keluarganya. jika pola didiknya baik, maka akan
menghasilkan anak yang berakhlak baik juga, begitupun
sebaliknya, jika pola didiknya kasar atau acuh maka anak
pun akan menjadi pribadi yang kasar dan acuh juga.

Apa yang telah di paparkan di atas sejalan dengan


teori yang di pakai di (BAB II, t.t., 23) mengenai faktor
keluarga penyebab terjadinya bullying. Bahwa Pola hidup
orang tua yang berantakan, terjadinya perceraian orang
tua, orang tua yang tidak stabil perasaan dan pikirannya,
orang tua yang saling mencaci maki, menghina,
bertengkar dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan
tidak pernah akur, memicu terjadinya depresi dan stress
bagi anak. Seorang remaja yang tumbuh dalam keluarga
yang menerapkan pola komunikasi negatif seperti
sindirian tajam akan cenderung meniru kebiasaan tersebut
dalam kesehariannya. Bentuk komunikasi negatif seperti
ini terbawa dalam pergaulannya sehari-hari, akibatnya
remaja akan dengan mudahnya bekata sindiran yang tajam

75
disertai dengan kata-kata kotor dan kasar. Hal ini yang
dapat memicu anak menjadi pribadi yang terbelah dan
berperilaku bully, sebab anak dan remaja tersebut terbiasa
berada di lingkungan keluarga yang kasar.

Pelaku bullying sering kali dikaitkan dengan


keluarga yang bermasalah. Anak yang akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tuanya dan kemudian menirukannya
kepada teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang
tegas dari lingkungan terhadap perilaku tersebut, ia akan
berfikir bahwa mereka yang memiliki kekuatan di
perbolehkan untuk berperilaku agresif dan perilaku agresif
tersebut dapat meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang. Dari sini lah anak mengembangkan perilaku
bullying.

Sedangkan untuk korban bullying nya sendiri,


dijelaskan oleh RLG bahwa dia bersama dengan orang
tuanya suka menghabiskan waktu untuk saling
berinteraksi dan berkomunikasi, selalu mengawasi
keseharian nya, baik di lingkungan rumah maupun
sekolahnya, selalu tegas tapi tidak terlihat menggurui atau
menghakimi apabila anaknya melakukan kesalahan, dan
diawasi terkait dengan penggunaan gadget. Hal ini
membuktikan bahwa pola asuh orang tua yang baik sangat

76
mempengaruhi perilaku anak. Dalam hal ini, orang tua
korban begitu perhatian terhadap perkembangan diri
korban baik itu di lingkungan rumahnya maupun di
sekolahnya. Orang tua korban selalu menjaga komunikasi
dan interaksi yang baik agar anaknya juga tumbuh
menjadi pribadi yang baik di lingkungannya.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa,


perilaku bullying berawal dari sosialisasi yang tidak
sempurna yang berawal dari keluarganya. sosialisasi yang
tidak sempurna ini akan menyebabkan anak mempelajari
perilaku menyimpang salah satunya adalah tindakan
bullying. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari
proses belajar yang dia lihat dari interaksi dengan orang-
orang terdekatnya.

B. FAKTOR MEDIA MASSA


Jika kita melihat di layar kaca, saat ini tontonan
yang kurang mendidik malah di jadikan tuntunan bagi
para remaja yang sedang mencari jati diri. Adegan-adegan
kekerasan dalam sebuah sinetron merupakan tontonan
yang sangat tidak mendidik tapi malah ditiru oleh para
remaja kebanyakan. Banyak sekali aksi bullying yang di
tonjolkan dalam sebuah adegan tersebut, baik itu bersifat
bullyverbal maupun fisik. Mulai dari yang paling

77
sederhana contohnya menghasut seseorang, mengucilkan,
intimidasi, sampai pada tindakan kekerasan contohnya
memukul, menjambak, menapar, berkelahi dan lain
sebagainya. Terkait dengan hal tersebut, remaja adalah
yang paling mudah dipengaruhi dengan adegan-adegan
yang dia lihat di televisi dan bahkan mempraktekannya.
mirisnya lagi tayangan sinetron yang mempertontonkan
adegan perkelahian kebanyakan diperankan juga oleh
anak usia remaja, sehingga menimbulkan pemikiran bagi
para remaja yang melihatnya bahwa permusuhan dan
perkelahian adalah sesuatu yang keren untuk dilakukan.
Tayangan sinetron yang sedang menyedot peratian remaja
saat ini adalah sinetron yang di tayangkan di salah satu
televisi swasta, mereka menayangkan segerombolan para
remaja dengan geng motornya yang suka mencari masalah
dan berkelahi dengan geng motor lainnya dan perkelahian
itu terjadi secara terus menerus. Sangat miris tentunya
melihat tayangan seperti ini, seharusnya pertelevisian
Indonesia menyuguhkan tayangan yang edukatif demi
memotivasi remaja untuk menjadi yang lebih baik dan
berguna bagi lingkungannya. Tidak mempertontonkan
hal-hal negatif seperti permusuhan dan perkelahian yang
malah di tiru oleh banyak remaja. Bahkan tontonan yang
kurang mendidik seperti itu tapi mendapatkan rating yang
sangat tinggi, hal ini membuktikan bahwa tontonan seperti

78
itu justru digemari oleh para penonton khususnya oleh
penonton remaja.
Terkait dengan tayangan televisi di atas, SHR
(Pelaku 17 tahun) mengaku lebih sering bermain game
online dari pada menonton televisi. SHR suka menonton
televisi tapi tidak sesering bermain game online. SHR
mengungkapkan bahwa bermain game online lebih seru di
bandingkan menonton televisi, SHR biasa menonton
sinetron anak langit di malam hari jika menonton televisi.
Selain itu juga SHR suka bermain sosial media lainnya
seperti instagram, facebook dan twitter untuk berinteraksi
dengan teman-temannya atau melihat foto dan video
orang lain.
Begitu pula yang di ungkapkan dengan DND.
Pelaku lebih suka memainkan game online di hapenya,
selain itu juga pelaku juga memiliki akun sosial media
instagram, facebook, dan twitter untuk agar bisa
terhubung dengan teman-temannya yang juga banyak
menggunakan sosial media tersebut. Game online yang
pelaku mainkan juga memiliki bentuk kekerasan seperti
perang dan perkelahian. Game online terus berkembang
pesat dengan berbagai video game terbaru baik yang
online maupun offline. Akan tetapi, sangat disayangkan
permainan game online tersebut banyak di dominasi oleh
anak-anak dan remaja. Ada banyak macam video

79
permainan yang dengan bebas dibuka dan dimainkan oleh
anak-anak dan remaja, mulai dari yang mengasah otak,
hiburan ataupun mengandung unsur kekerasan. Yang
tentu saja hal ini akan memberikan dampak negatif bagi
perkembangan jiwa mereka. Anak akan mudah
melakukan kekerasan dan kehilangan empati, tidak bisa
menghormati orang tau atau juga orang lain, selain itu
juga menjadi tidak fokus belajar, dan dapat mengganggu
pikiran. Ternyata ada banyak sekali dampak negatif yang
di timbulkan akibat dari permainan game online. (Abdi
Tumanggor, ‘Inilah 16 Game Yang Di Larang Untuk Anak-
Anak di Antaranya Mobile Legend, Berikut
Dampaknya’Tribun-Medan.Com. diakses pada 16 agustus 2018
)
Dari kedua pengakuan pelaku tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa pelaku sama-sama gemar memainkan
game online dan juga memainkan sosial media lainnya.
Media sosial memang sedang banyak digemari oleh
kalangan remaja seperti Instagram, facebook, twitter,
path, snapchat, Line, Whatsapp dan BBM. Penggunan
sosial media begitu bebas di akses oleh siapa saja, tidak
ada batasan nya, setiap penggua sosial media bisa
memainan sosial media dimanapun dan kapanpun mereka
mau. Dalam hal ini, seorang pengguna sosial media bisa
berkomentar apapun yang mereka suka, mencari
informasi apapun, sosial media dapat memberikan

80
pengaruh yang besar bagi seseorang. Saat ini, orang
berlomba-lomba membuat suatu tayangan atau konten
tetang apapun dengan tujuan ingin menjadi viral. Banyak
anak muda yang justru memberikan konten negatif
tujuannya hanyauntuk menjadi viral dan terkenal. Segala
cara bisa mereka lakukan untuk menunjukan bahwa
mereka eksis di sosial media.
Terkait dengan ini, sebenarnya pengawasan dari
orang tua sangat di butuhkan bagi anak-anak yang
kecanduan terhadap segala bentuk sosial media. Sosial
media sudah menjadi racun bagi kebanyakan remaja saat
ini. Para pelaku bullying SHR dan DND mengaku bahwa
mereka diberikan kebebasan untuk memainkan hapenya
sendiri kapanpun mereka suka. Dengan memliki
handphone sendiri, maka remaja bisa bebas melihat
konten apapun yang mereka mau. Dampak positif dari
penggunaan sosial media bagi pelaku bullying adalah
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-
temannya, mereka jua membuat group kelas untuk
mengetahui terkait info apa saja dari sekolah nya. Adapun
dampak negatif sosial media adalah mereka akan menjadi
individu yang apatis karena terlalu fokus pada handphone
dan tidak peka terhadap lingkungannya, hal ini membuat
remaja memiliki sifat anti sosial. Hal itu termasuk

81
kedalam bentuk penyalahgunaan sosial media di kalangan
remaja.
Sementara itu menurut pengakuan korban bullying
RLG, dia juga suka menonton televisi dan memainkan
sosial media, akan tetapi tidak terlalu sering, karna
dibatasi oleh orang tuanya. Jika menonton televisi, pelaku
lebih suka menonon acara musik saja karena menurutnya
di televisi sudah tidak ada tayangan yang menarik untuk
dia tonton selain acara musik, selain itu juga pelaku suka
mengakses youtube untuk menonton ulasan musik dari
musisi favoritnya. korban dibatasi dalam bermain
smartphone oleh orang tuanya, karena orang tua tahu
dampaknya akan membahayakan perkembangan diri dari
korban akan sangat ke tergantungan dan akan menjadi
topik bagi korban. Dalam hal ini, pengawasan orang tua
memang sangat penting terkait dengan penggunaan
smartphone dan juga sosial media.
Segi positif penggunaan sosial media juga dapat
memberikan kemudahan bagi seseorang. Diantaranya,
sharing terkait dengan pelajaran sekolah ataupun diluar
tentang pelajaran sekolah, mereka juga bisa membuat
perjanjian untuk sekedar bertemu atau bermain, mereka
juga bisa membuat group di line, whatsaap atau BBM
sehingga akan banyak teman-teman nya juga yang
merespon. Penggunaan sosial media memang harus

82
digunakan secara baik dan benar agar tidak ada
penyalahgunaan sosial media yang dapat mengganggu
perkembangan diri teruama para anak-anak dan remaja
yang menggunakannya.
Terkait dengan permasalahan di atas, hal tersebut
sejalan dengan teori yang dipakai di (BAB II, t.t., 36) dari
Coloraso, yang mengungkapkan bahwa semua bentuk
media memiliki efek mendalam pada cara anak-anak
mempersepsikan dunia tempat tinggal mereka, baik itu
dari televisi maupun internet. Tidak hanya melalui
tontonan di televisi saja akan tetapi juga melalui
penggunaan sosial media yang berlebihan dan tanpa
kontrol.
C. FAKTOR TEMAN SEBAYA
Pada masa remaja, terjadilah proses pencarian jati diri
dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan
lingkungan sosialnya, dan sekolah merupakan salah satu
tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi,
sehingga remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah.
mulai dari memahami mata pelajaran yang di berikan
guru, sampai memenuhi kebutuhan bersosial bersama
teman-temannya. Pengaruh teman sebaya merupakan
pengaruh yang cukup dominan terhadap tindakan
bullying, karena remaja akan menghabiskan waktunya
bersama teman-teman sebayanya, remaja akan banyak

83
menghabiskan waktu di sekolahnya, maka dari itu, teman
sebaya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perilaku bullying siswa.
Remaja identik dengan pencarian jati diri, mereka
akan mendapatkan banyak masukan atau pengaruh dari
teman-teman nya yang nantinya akan membentuk pola
perilaku mereka. Dalam proses pencarian jati diri,
biasanya remaja lebih sering membuat suatu kelompok
atau dinamakan genk bersama teman-temannya yang
memiliki satu tujuan. Sebenarnya sah-sah saja jika para
remaja membentuk sebuah genk jika itu tidak merugikan
atau berdampak negatif bagi dirinya atau orang lain, yang
akan jadi masalah adalah ketika mereka membentuk
sebuah genk yang justru banyak dampak negatifnya dan
sering membuat masalah. Seperti yang di ungkapkan oleh
pelaku bullying yang juga memiliki teman genk mereka di
sekolah, tujuan mereka membuat genk di sekolah adalah
ingin di akui keberadaannya. Jadi orang-orang yang
melihatnya terlebih para adik kelas akan merasa takut dan
tidak berani macam-macam dengan mereka. Hal tersebut
seolah-olah membuat mereka merasa seperti raja yang di
takuti dan bertindak semena-mena. Berdasarkan
penjelasan dari para pelaku bullying, hal ini juga di
karenakan mereka ingin balas dendam karena kakak kelas

84
nya pun melakukan seperti itu ketika mereka masih jadi
adik kelas.
Sedangkan menurut pengakuan korban RLG, dia
juga memiliki kelompok bermain tersendiri, akan tetapi
tidak pernah membuat masalah seperti yang di lakukan
para pelaku. Dan walaupun mereka meliki kelompok
pertemanan sendiri, mereka tidak pernah membatasi
pertemanan dengan yang lain, jadi siapa saja boleh
gabung. Berbeda dengan pertemanan yang di jalin oleh
pelaku yang cenderung menolak orang baru yang masuk
ke dalam lingkaran pertemanan mereka, dan jika memang
ada yang ingin bergabung, mereka harus mematuhi
peraturan dari genk tersebut yang cenderung kearah
negatif. Bentuk tindakan bullying yang sering dilakukan
oleh genk pelaku diantaranya: membentak, menyuruh,
memalak, tidak memperbolehkan junior mereka untuk
duduk di kantin sekolah, tidak boleh bermain dengan
kakak kelas wanita, dan lain sebagainya, ada banyak
peraturan aneh yang di buat oleh genk dari pelaku.
Hal yang telah di paparkan di atas, sejalan dengan
teori yang di ungkapkan oleh Benites dan Justicia (BAB II,
t.t., 26)bahwa kelompok teman sebaya (genk) yang
cenderung kearah negatif atau yang memiliki masalah di
sekolah akan memberikan dampak yang buruk pula bagi
teman-teman lainnya seperti berperilaku dan berkata kasar

85
terhadap guru atau sesama teman yang lain. Hal ini
memperjelas bahwa kelompok teman sebaya menjadi
salah satu faktor yang paling dominan penyebab
terjadinya perilaku bullying siswa di sekolah.

Tabel 1.4 Analisis Intra Kasus


Faktor Informan SHR Informan DND Informan RLG
penyebab
perilaku
bullying
Faktor keluarga Hubungan SHR Dari Informan RLG
dengan pengakuan mengungkapka
keluarganya dapat DND, n jika kedua
di katakan kurang mengungkapka orangtuanya
baik. SHR kurang n bahwa orang merupakan
mendapatkan tuanya juga orang yang
perhatian dari suka bersifat tegas dalam
kedua orangtuanya, acuh, dan mendidik anak.
bahkan kedua sering sekali Memarahi nya
orangtuanya marah-marah jika memang
cenderung cuek dan bertengkar perilakunya
dan tidak begitu hebat hingga salah, dan
peduli dengan apa terdengar oleh sering
yang dilakukan tetangga nya. memiliki
SHR. Jika kita Sehingga waktu keluarga
mengacu pada teori membuat DND untuk
di (BAB II, t.t., 23) merasa tidak menanyakan
mengenai faktor nyaman akan bagaimana
keluarga sebagai hal itu. mereka kesehariannya
penyebab perilaku juga jarang dengan teman-
bullying, maka pola memiliki teman nya
pengasuhan yang waktu untuk termasuk juga
diterapkan oleh berkumpul di sekolahnya,
orangtua SHR lebih keluarga, orang tua RLG
bersifat permisif, artinya tidak termasuk

86
artinya orangtua ada orang tua yang
lemah dalam komunikasi peduli dengan
menerapkan yang baik di perilaku
kedisiplinan pada keluarganya.D anaknya, serta
anak, sehingga alam hal ini, bersikap
anak dapat dapat kita hangat dan
melakukan apasaja analisis bahwa mengasihi,
yang mereka pola asuh sejalan dengan
inginkan bahkan orang tua yang teori yang di
melakukan sesuatu keras,mengaba tulis di (BAB
yang buruk ikan, dingin, II, t.t., 24)
sekalipun. Walau acuh tak acuh, dalam bentuk
bagaimanapun sering pengasuhan
anak akan merasa bertengkar, seperti ini anak
sedih ketika tidak akan akan merasa
mendapatkan mendorong dihargai
perhatian dari anak untuk karena setiap
orangtuanya berinteraksi perlakuan dan
sehingga dia dengan orang permasalahan
merasa berani lain dengan dapat
melakukan sesuatu cara yang dibicarkan
yang dapat menarik sama. Anak dengan
perhatian orang memperlakuka orangtua yang
lain salah satunya n orang lain senantiasa
adalah tindakan dengan buruk membuka diri
bullying yang dia sehingga untuk
lakukan. Karena meningkatkan mendengarkan
dengan begitu, dia kecenderungan nya. Pola
akan merasa di perilaku pengasuhan
akui oleh orang- bullying pada seperti ini
orang di sekitarnya. anak. Pola disebut juga
Pola asuh yang asuh orang tua dengan pola
seperti ini, yang seperti pengasuhan
memberikan ini, justru akan demokratis.
kebebasan kepada memberikan
anak untuk dampak
melakukan kepada pola
tindakan agresi interaksi anak

87
kepada orang lain. dengan teman-
temannya,
salah satunya
adalah siswa
cenderung
melakukan
tindakan
bullying
terhadap
teman-
temannya.
Faktor media SHR lebih suka Sama hal nya Sama halnya
massa memainkan sosial dengan SHR, seperti
media dan game DND pun informan yang
online. Game sangat suka lain, RLG juga
online dapat mengakses suka
menjadi penyebab sosial media mengakses
perilaku bullying, seperti internet dan
karena di dalamnya instagram, juga menonton
mengandung facebook, televisi, akan
bentuk kekerasan, whatsapp, lie, tetapi
apalagi bentuk BBM, dan penggunaanny
bullying yang media sosial a tidak begitu
dilakukan oleh lainnya, selain sering karena
SHR ini adalah itu juga DND ada kontrol
bersifat suka dari
perkelahian, game memainkan orangtuanya
online seringkali game online, yang jika
diisi dengan karena terlalu lama
berbagai tindakan menurutnya itu menonton atau
kekerasan. Ketika adalahhal yang memainkan
seseorang bermain ssangat seru. sosial media
game online, maka Seperti yang maka akan
ada banyak bentuk sudah di mengganggu
intimidasi yang paparkan, pola pikir dan
dilakukan agar bahwa di interaksi anak,
sang lawan bisa dalam karena anak
kalah, hal ini yang permainan akan fokus

88
membuat pengaruh game online dengan gadget
besar bahwa sosial yang mereka nya. Jika
media terlebih mainkan, menonton
permainan game banyak sekali televisi, RLG
online dapat unsur suka menonton
menjadi faktor negatifnya, acara musik
seseorang antara lain, dan tidak
melakukan perkelahian, menyukai
tindakan bullying permusuhan, tayangan
karena di dalam berbagai sinetron.
nya ada banyak bentuk Sedangkan
sekali bentuk intimidasi untuk
intimidasi. Selain lawan, hal penggunaan
dari pengaruh game tersebut dapat sosia media,
online, SHR juga membuat RLG
suka menonton siswa memanfaatkan
televisi tayangan melakukan nya untuk
anak langit, yang aksi yang dia sharing dengan
didalam nya pun lihat kepada teman-
banyak teman- temannya baik
mengandung unsur temannya. di group chat
yang tidak baik, seperti saling aupun personal
seperti perkelahian mengejek, chat, selain itu
dan permusuhan. berkata kasar, juga untuk
mengintimidas menanyakan
i, berkelahi, pelajaran yang
kekerasan dan tidak di
hal-hal negatif mengerti di
lainnya yang sekolah nya.
tidak patut RLG tidak
untuk di tonton begitu sering
dan di contoh dalam hal
oleh anak usia penggunaan
remaja. sosial media
karena
menurutnya
hal itu akan
menjadi

89
kecanduan jika
terlalu sering
menggunakann
ya.
Faktor teman SHR sering Lingkungan RLG memiliki
sebaya meghabiskan bermain anak teman rumah
waktu bersama sangat dan juga teman
dengan teman mempengaruhi di sekolah. di
rumah ataupun terhadap sekolah, RLG
teman sekolahnya, interaksi dan sering
akan tetapi pola menghabiskan
intensitasnya lebih perilakunya waktu bersama
kepada teman kepada orang teman-
sekolahnya, karena lain. DND temannya di
SHR memang suka kelas atau juga
banyak menghabiskan di depan kelas,
menghabiskan waktunya akan tetapi
waktu di sekolah. bersama tidak pernah
seperti berkumpul dengan teman duduk atau
dengan teman- rumahnya dan nongkrong di
teman satu genk juga bersama kantin karena
nya di kelas, di dengan teman takut kepada
ruang otomotif atau genk nya seniornya.
bisa juga dikantin. sekolah. Karena ada
nongkrong di peraturan dari
kantin, ruang siswa ke siswa
otomotif, di dimana adik
kelas atau juga kelas tidak
di lapangan boleh
sekolah. nongkrong di
kantin sekolah.
tempat duduk
di kantin
sekolah hanya
untuk kakak
kelas saja. Ada
banyak aturan
yang di buat

90
oleh kakak
kelas nya yang
sebenarnya
tidak masuk
akal. Tetapi
RLG tidak
berani
memberontak
karena takut
terjadi sesuatu
yang nantinya
justru akan jadi
masalah.

91
92
BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis di atas,


dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor penyebab terjadinya
bullying yang paling dominan, antara lain faktor keluarga, faktor
media massa dan faktor teman sebaya. Berikut penjelasan lebih
lengkapnya :

1. Faktor Keluarga
Pola asuh keluarga sangat mempengaruhi tingkah laku
anak di lingkungannya, termasuk di sekolahnya juga.
Dalam hal ini, penyebab terjadinya perilaku bullying dari
faktor keluarga antara lain dari keluarga yang tidak
harmonis, keluarga yang acuh atau cuek seperti yang
dialami oleh pelaku SHR, sehingga SHR bebas
melakukan apa saja tanpa ada larangan dari orangtuanya
bahkan melakukan hal yang kurang baik sekalipun karena
tidak ada kontrol dari orangtua nya terhadap perilaku
SHR. juga keluarga yang suka melakukan pertengkaran
di depan anaknya seperti yang dialami oleh pelaku DND.
Kondisi keluarga yang tidak harmonis atau berkonflik,
akan memberikan dampak negatif juga bagi erkembangan
diri anak di sekolah maupun di lingkungan rumahnya
tempat dia bermain.

93
2. Faktor Teman Sebaya
Faktor teman sebaya juga memiliki pengaruh yang kuat
terhadap tindakan bullying siswa. Karena siswa banyak
menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan
teman-teman nya di sekolah ataupun dengan teman
rumahnya. Untuk membuktikan eksistensinya di sekolah,
biasanya siswa membentuk kelompok pertemanan atau
disebut juga dengan genk. Tujuan mereka membentuk
sebuah genk adalah karena ingin menjadi penguasa, di
anggap hebat, dan di takuti oleh siswa lain. Biasanya
pertemanan dalam sebuah genk juga memiliki visi misi
dan tujuan yang sama, jika ada orang yang tidak setuju
dengan peraturan yang ada, maka anggota genk tersebut
bisa di keluarkan bahkan ikut di bully.
3. Faktor Media Massa
Tayangan televisi yang tidak mendidikdan penggunaan
sosial media yang tidak terkontrol juga menjadi penyebab
tindakan bullying siswa. Seperti yang yang dilakukan oleh
pelaku DND dan SHR yang sering memainkan game
online dan menonton televisi yang mengandung unsur
kekerasan, sedangkan untuk korbannya sendiri RLG, ada
batasan dari orangtuanya dalam penggunaan sosial media
sehingga korban tidak terlalu sering menonton tivi dan
memainkan sosial media. Pengawasan dari orangtua
menjadi sangat penting dalam hal ini.

94
B. Implikasi

Implikasi dari adanya penelitian ini adalah membantu


sekolah dalam memberikan informasi tentang tindakan
bullying di sekolah yang belum sekolah ketahui. Selain itu,
sekolah harus terus mengawasi perkembangan siswa, karena
banyak siswa yang masih melakukan tindakan bullying tanpa
di ketahui oleh pihak sekolah dan tidak di berikan sanksi,
sekolah juga harus lebih mengawasi pergaulan siswa di
sekolah agar tidak semakin banyak lagi kasus bullying di
kalangan peserta didik.

C. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian di atas, peneliti dapat


memberikan beberapa saran yang diharapkan mampu
memberikan informasi kepada sekolah, orang tua, siswa
maupu penelitian selanjutnya. Antara lain :

1. Bagi pihak guru, agar meningkatkatkan pengawasan


terhadap gerak gerik siswa selama di kelas. Dengan
begitu, guru bisa mengidentifikasi adanya tindakan
bullying baik bullying dalam bentuk yang ringan maupun
yang berat, agar hal tersebut dapat segera di tindak lanjuti
dan tidak sampai menimbulkan korban.
2. Bagi guru BK, hendaknya selalu mencatat setiap kasus-
kasus bullying di sekolah, dengan begitu dapat
mengetahui bagaimana penanganan yang tepat dari

95
berbagai tindakan bullying peserta didik. Karena bullying
memiliki bentuk yang berbeda beda, sehingga
penanganannya pun berbeda.
3. Bagi orang tua siswa, agar dapet memberikan pengawasan
dan perhatian yang lebih kepada anak-anaknya. Orang tua
harus lebih sering menjalin interaksi dan komunikasi
bersama-anak nya agar mengetahui bagaimana
perkemabangan anak baik di lingkungan bermainnya
maupun di sekolah. karena orang tua memiliki peran yang
sangat penting dalam tumbuh kembang anak-anaknya.
Orang tua tidak boleh bersifat cuek karena anak akan
merasa tidak di pedulikan dan hal itu membuat anak
melakukan banyak perilaku meyimpang salah satunya
adalah bullying.
4. Bagi peneliti selanjutnya, di perlukan adanya penelitian
yang lebih lanjut terkait permasalahan-permasalahan
bullying di sekolah. terutama penelitian yang lebih
terfokus pada penyelesaian kasus bullying yang di tinjau
dari faktor-faktor penyebab bullying nya sendiri. Dengan
begitu penanganan bullying dapat di lakukan secara cepat
dan tepat dan tidak ada lagi kasus bullying yang terjadi di
kalangan peserta didik.

96
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU, ARTIKEL, JURNAL

Allan Beane. 2008. Protect Your Child From Bullying (expert


advice to help you recognize, prevent, and stop bullying
before your child gets hurt). USA: Jossey Bass.
Amir Syarifuddin. 1997. Hukum Perkawinan dalam Islam.
Jakarta: Kencana.
Andi Halimah, Asniar Khumas, dan Kurniati Zainuddin. 2015.
“Persepsi Pada Bystander Terhadap Intensitas Bullying
Pada Siswa SMP” 42 (Agustus): 129.
Astuti. 2008. Meredam Bullying (3 Cara Efektif Mengatasi
Kekerasan Pada Anak). Jakarta: Grasindo.
Bambang Mulyono. 1993. Pendekatan Analisis Kenakalan
Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Camey A.G, dan Memel K. W. 2012. “Bullying in School:
Perspectives on understanding and preventing an
international problem. School Psychology International”
22 (Juni): 364.
Chris Natalia. 2016. “Remaja, Media Sosial Dan Cyberbullying,
School Of Communication Universitas Katolik Indonesia
Atmajaya” 5 (Desember).
Coloroso Barbara. 2007. Penindas, Tertindas Dan Penonton.
Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka.
Dara Agnis Septiyuni, Dasim Budimansyah, dan Wilodati. 2014.
“Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Terhadap Perilaku Bullying Siswa di Sekolah”.Jurnal. 5:
3.

97
Deddy Mulaya. 2013. Metodelogi PenelitianKualitatif:Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Dede Juwita Sari, Stefanus Adang Ides, dan Lina Dwi
Anggraeini. 2017. “Latar Belakang Siswa Melakukan
Bullying di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)” 5.
Dwi Narwoko, dan Dagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Elizabeth B Hurlock. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Fitrian Saifullah. 2016. “Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Bullying pada Siwa-siswi SMP (SMP Negeri 16
Samarinda),” 204.
F.J. Monks. t.t. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Gunarsa Singgih. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Iis Susanti, dan Pambudi Handoyo. 2015. “Perilaku Menyimpang
Di Kalangan Remaja Pada Masyarakat Karangmojo
Plandan Jombang” 3.
Irvan Usman. 2013. “Kepribadian, Komunikasi, Kelompok
Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying” 10:
51.
John W Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Jokie MS Siahaan. 2010. Sosiologi Perilaku Menyimpang. 2 ed.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Levianti. 2008. “Konformitas dan Bullying pada Siswa” 6.

98
Lexy J Moleong 2000, “Metode Penelitian Kualitatif” Bandung:
PT Remaja Rosdakarya : 135
Lidya Sayyidatun Nisa. 2012. “Religiulitas, Kecerdasan Emosi,
Dan Kenalakan Remaja” 7 (Agustus): 565.
Masdin. 2013. “Fenomena Bullying dalam Pendidikan”.Jurnal
Al-Ta’dib. 6: 79.
Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, : 216
Muhammad. 2009. “Aspek Perlindungan Anak dalam Tindak
Kekerasan (bullying) terhadap Korban Kekerasan di
Sekolah (Studi Kasus di SMK Kabupaten Banyumas)” 9:
232.
Nissa Adila. 2009. “Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku
Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal
Kriminologi Indonesia. 5: 58.
Nurseno. 2009. Sociologi. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
P. H. Mussen. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak.
Jakarta: Archan.
Ponny Retno Astuti. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif
Mengatasi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: UI Press.
Sahadir Nasution. 2014. “Perkembangan Remaja (Suatu
Tinjauan Psikologis)”.Jurnal Darul ‘Ilmi. 2 (Januari): 75.
Sarlito W Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Singgih Gumarsao. t.t. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Mulia.
Sugiono 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta) : 227

Sugiyarianti. t.t. “Perilaku Bullying Pada Anak dan Remaja” 2:


101.

99
Surilena. 2016. “Jurnal Perilaku Bullying (Perundungan) pada
Anak dan Remaja” 43: 36.
Taufik Rohman Dohiri. 2003. Sosiologi. Jakarta: Yudistira.
Trevi, dan Winanti Siwi Respati. 2012. “Sikap Siswa Kelas X
SMK Y Tangerang Terhadap Bullying” 10 (Juni).
Wiyani. 2012. Save Our Children From School Bullying.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

SUMBER UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan. t.t.

SUMBER MEDIA ONLINE


“5 Kasus Bullying SMA di Jakarta.” t.t. detiknews. Diakses 27
Agustus 2018.
https://news.detik.com/read/2012/07/31/105747/1979089/
10/5-kasus-bullying-sma-di-jakarta.
“Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying.” t.t.
Diakses 3 September 2018.
https://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-
faktor-penyebab-terjadinya.html.
“Memahami Penyebab Tindakan Bullying Dan Cara
Pencegahannya.” 2016. Keselamatan Keluarga (blog). 31
Agustus 2016.
https://www.keselamatankeluarga.com/memahami-
penyebab-tindakan-bullying-dan-cara-pencegahannya/.
“Orang Tua Wajib Mengawasi Media Sosial Anak - Social Media
Week.” 2015. Jakarta. 24 Februari 2015.

100
https://socialmediaweek.org/jakarta/2015/02/24/orang-
tua-wajib-mengawasi-media-sosial-anak/.
“Siswa SMP di Cipanas Ditampar saat Latihan Kepemimpinan,
Setelahnya Trauma Tak Mau Makan.” 2017. Tribun Jabar.
4 September 2017.
http://jabar.tribunnews.com/2017/09/04/siswa-smp-di-
cipanas-ditampar-saat-latihan-kepemimpinan-setelahnya-
trauma-tak-mau-makan.
“Profil-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t https://triguna-
utama.sch.id/profil/.

“Visi Misi-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t


https://triguna-utama.sch.id/profil/Visi Misi/.

“Tujuan Sekolah-Yayasan Perguruan Triguna Utama” t.t


https://triguna-utama.sch.id/profil/Tujuan/.

SUMBER WAWANCARA
Guru BK SMK Triguna. 2018a. Wawancara “Faktor Keluarga
Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
Informan DND (Pelaku 17 tahun). 2018a. Wawancara “Faktor
Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”

101
Informan RLG (Korban 16 tahun). 2018a. Wawancara “Faktor
Media Massa Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Keluarga Menjadi Penyebab
Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
Informan SHR (Pelaku 17 tahun). 2018a. Wawancara “Faktor
Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
Kepala Sekolah SMK Triguna. 2018a. Wawancara “Faktor
Keluarga Menjadi Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018b. Wawancara “Faktor Media Massa Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”
———. 2018c. Wawancara “Faktor Teman Sebaya Menjadi
Penyebab Terjadinya Bullying.”

102
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Dan Guru BK

A. Faktor Keluarga
1. Bagaimana kah keadaan keluarga pelaku dan korban
bullying ?
2. Bagaimana bentuk komunikasi yang di jalin sekolah
terhadap keluarga pelaku mapun korban bullying ?
3. Apakah sekolah pernah memanggil keluarga yang
terlibat bullying baik pelaku maupun korban ?
B. Faktor Media Massa
1. Apakah sekolah memiliki peraturan untuk tidak
membawa handphone ?
2. Apakah pernah ada pemeriksaan terhadap siswa
terkait membawa handphone ke sekolah ?
C. Faktor Teman Sebaya
1. Bagaimana bapak melihat pergaulan pelaku atau
korban di sekolah ?
2. Bagaimana betuk pertemanan baik pelaku maupun
korban bullying ?

Pedoman Wawancara informan Bullying Pelaku Dan


Korban

A. Faktor Keluarga
1. Bagaimana hubungan kamu dengan ke dua orang tua
kamu ?
2. Bagaimana hubungan kamu dengan saudara-saudara
kamu ?
3. Bagaimana pola asuh orang tua kamu di rumah dalam
mendidik kamu ?
4. Apakah kamu selalu menjaga komunikasi dengan
orang tua?
5. Bagaimanakah sikap orang tua kamu terhadap
perkembangan pribadi dan sekolah kamu ?
6. Bagaimana perlakuan orangtua kamu terhadap kamu
di rumah?
7. Apakah orang tua kamu memiliki cukup waktu untuk
keluarga?
B. Faktor Media Massa
1. Seberapa sering kamu menonton televisi?
2. Acara apa yang kamu tonton?
3. Mengapa kamu menyukai tontonan tersebut?
4. Seberapa sering kamu mengakses internet?
5. Bagaimana cara kamu mengakses internet tersebut?
6. Informasi apa yang kamu cari dari intersnet tersebut?
C. Faktor Peer Group atau Teman Sebaya
1. Apakah kamu memiliki teman di lingkungan rumah
atau sekolah kamu ?
2. Berapa banyak teman kamu ?
3. Di mana biasanya kamu dan teman-teman kamu
berkumpul?
4. Apa yang biasanya dibicarakan dan atau dilakukan?
5. Bagaimana cara kamu menghabiskan waktu dengan
teman-teman kamu?
TRANSKRIP WAWANCARA

A. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018
Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMK
Triguna
Informan : Kepala Sekolah Bapak Robani,
M.Pd.
 Assalamualaikum pak
Jawaban : Waalaikum salam
 Mohon maaf saya mengganggu waktu nya
pak
Jawaban : Iya gapapa. Ada keperluan apa ya adek-adek ini
menemui saya ?
 Jadi gini pak, saya dari mahasiswa UIN
Jakarta, berniat untuk melakukan penelitian skripsi disini
pak, skripsi saya mengenai faktor penyebab perilaku
bullying di SMK triguna ini pak. Kira-kira di perbolehkan
atau tidak pak ?
Jawaban : Yaa saya sih tidak masalah, silahkan saja. Kan
nanti juga penelitian nya bisa jadi masukan baik buat
sekolah ini.
 Kalo saya mau mewawancarai bapak,
apakah bapak bersedia ?
Jawaban : selagi saya bisa bantu ya saya bersedia saja.
Kenapa tidak. Memang pertanyaannya apa saja ?
 Sebelumnya maaf ya pak saya
menanyakan, saya sudah sering mendengar bahwa
sekolah ini sering sekali kejadian kasus bullying siswa,
atau perkelahian dan tawuran antar siswa dengan sekolah
lain. Apakah itu benar pak ?
Jawaban : hmm kalo sekarang sih alhamdulillah
kasusnya sudah jauh berkurang yaa, walaupun masih ada
kasus pembully-an siswa, tapi Alhamdulillah tidak
sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
 Ohh gitu pak, terkait masalah bullying itu
sendiri pak, yang bikin siswa melakukan bullying itu kan
faktornya ada macam-macam ya pak, bisa dari keluarga,
media sosial, dan dari teman bermain juga. Nah kalo
menurut bapak kalo dari keluarga sendiri, apakah bapak
tau bagaimana keadaan keluarga pelaku maupun korban
bullying ?
Jawaban : hmm jadi gini, saya cerita sedikit yaa, jadi
sebelum saya menjadi kepla sekolah, saya itu guru BK.
Jadi saya sudah banyak menangani kasus anak-anak
disini. Untuk kasuk bullying sendiri, kalo dari
keluarganya yaa keadannya macam-macam. Untuk pelaku
bullying nya sendiri biasanya dari kalangan keluarga yang
orang tuanya gak begitu peduli sama perkembangan anak-
anaknya, ada juga yang kurang harmonis dalam artian
sering bertengkar, macam-macam sih yaa keluarganya.
Tapi perlu di ingat lagi, bahwa faktor penyebabnya tidak
hanya berasal dari ke dua orang tua nya saja, tapi juga
meliputi keseluruhan dari anggota keluarganya. seperti
Kakak atau saudara-saudara dekatnya yang memiliki
perilaku buruk sangat bisa mempengaruhi perilaku
seorang anak dalam melakukan tindakan atau terlibat
dalam kasus bullying
 Ohh gtu paak, kalo dari keluarga korbannya
sendiri keadannya gimana pak ?
Jawaban : biasanya sih korban bullying gtu kan pendiem
yaa, dia gak berani ngomong masalah di sekolahnya sama
orang tuanya. Keluarganya pun mereka tidak macam-
macam, ya baik-baik saja, gaada masalah apa-apa.
 Bentuk komunikasi yang di jalin sekolah
dan keluarga pelaku aupun korban bagaimana pak ?
Jawaban : kalo anaknya sudah melakukan pelanggaran
yang parah, kita akan paggil orang tuanya, kita sharing
soal perkembangan sanak nya di sekolah, kita juga beri
arahan untuk orang tuanya biar bisa lebih memperhatikan
dan mengawasi pergaulan anaknya.
 Pelanggaran yang parah itu sepertiapa ya
pak contohnya ?
Jawaban : ada berbagai macam yaa, perkelahian, narkoba,
ngelawan gutu, dll. Nanti saya kasih buku pedoman
pelanggaran tata tertib siswa di sekolah ini, disitu lengkap
apa saja pelnggraan siswanya. Mulai dari pelanggaran
berat sampai yang ringan.
 Oke paak, nanti saya minta yaa pak untuk
data penelitian saya..
Jawaban : Iyaa, nanti saya carikan yaa.
 Baik pak, Bapak sudah sering pak nanganin
kasus bullying di sekolah ini ?
Jawaban : saya udah lama bangt ya jadi guru BK
sebelum saya jadi kepala sekolah, jadi saya udah sering
sekali kasus-kasus bullying dan semacamnya di sekolah
ini. Misalkan seperti perkelahian, tawuran, kekerasan,
saling mengejek, ngomongnya kasar, siswa yang sering
nyuruh-nyuruh.
 Terus tindak lanjutnya gimana pak,
penyelesaian nya terhadap kasus itu ?
Jawaban : tergantung yaa, ada yang Cuma di tegur sampe
dikasih nasehat saja, ada yang kita panggil orang tua nya,
ada juga yang kita keluarkan dari seklah. Tergantung
pelanggarannya seperti apa.
 Baik pak, Selain dari faktor keluarga
sendiri, ada juga faktor dari media massa yang jadi
penyebab perilaku bullying, taggapan bapak sendiri
seperti apa ?
Jawaban : jadi pernah ada kasus disini, tapi saya lupa
detil kasusnya. Siswa di panggi ke ruamg BK, saya minta
mereka untuk menyerahkan handphone nya. Saya agak
kaget karena banyak juga konten-konten yang tidak
pantas di lihat untuk usia remaja, misalkan video
berantem, tawuran, sampai pada video dan foto yang
jorok-jorok. Harusnya anak seperti itu tidak pantas untuk
melihat itu semua. Karena akan merusak perkembangan
berfikir mereka.
 Sekolah ini, ada peraturan untuk melarang
membawa handphone atau tidak ya pak ?
Jawaban : jika anak membawa handphone ke sekolah,
maka anak tidak akan fokus belajar dan juga yang lain
merasa terganggu, takutnya ada cemburu sosial juga yaa
buat anak-anak yang hapenya tidak bagus atau yang tidak
punya hape juga. Jadi kita melarang siswa untuk
membawa handphone ke sekolah.
 Baik pak, untuk pergaulan antar siswanya
sendiri, bapak melihatnya seperti apa pak terkait kasus
bullying di sekolah ini ?
Jawaban : biasanya sih ada kumpulannya gitu ya atau
gank-gankan. Jadi selama saya menangani masalah anak-
anak disini. Kebanyakan mereka yang melakukan
bullying karena pengen dilihat jago sama siswa-siswa
lain. Jadi istilahnya tuh kaya jangan pernah cari masalah
sama saya kalo gamau babak belur. Permasalahn di
sekolah ini paling banyak perkelahian atau pengeroyokan,
baik itu yang di lakukan oleh kelompok terhadap satu
individu artinya korban bullying nya, maupun dari
kelompok ke kelompok lain. Selain itu ada campur tangan
alumni juga yaa. kaya mereka berfikir ini sudah jadi
tradisi di sekolah ini. Pokoknya kelas 3 wajib membully
kelas 1 dan 2. Jadi senior itu gaboleh di remehkan dia
harus jadi penguasa disini. Jadi junior nya pun berfikir
bahwa nantipun saya kelas 3 akan seperti itu, membully
adik kelas nya juga
 Hmm jadi bapak sudah hafal betul yaa
mengenai pergaulan siswa-siswa disini ?
Jawaban : iyaa karna saya juga lama jadi guru BK, jadi
saya sudah banyak menangani kasus-kasus siswa di sini.
 Hmmm, dari kasus yang ringan sampai
yang berat-berat sudah pernah bapak tangani ya pak. Baik
pak, saya rasa sudah cukup wawancaranya. Maaf ya pak
ganggu waktunya, takutnya bapak ada acara lagi setelah
ini.
Jawaban : iyaa tidak apa-apa. Sama sekali tidak
mengganggu waktu saya, saya malah senang ada yang
penelitian disini kan penelitian nya juga akan berguna
buat sekolah ini. saya juga senang bisa banu adek-adek.
Lancar untuk penelitiannya yaa, kalo butuh data lagi bisa
temui saya saja yaa di ruangan saya.
 Baik pak, terimakasih banyak pak
Jawaban : iya sama-sama yaa
TRANSKRIP WAWANCARA
B. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018
Tempat : Ruang BK SMK Triguna
Informan : Guru BK

 Assalamualaikum pak
Jawaban : Waalaikum salam
 Maaf mengganggu waktunya ya pak, kita
boleh minta waktunya sebentar gak pak buat wawancara
terkait masalah bullying siswa ?
Jawaban : ohh yaa tentu boleh, memang mau
menanyakan masalah apa ?
 Gini pak, saya kan meneliti tentang faktor
penyebab perilaku bullying siswa di SMK Triguna ini,
kan penyebab bullying itu ada berbagai macam ya pak,
bisa dari keluarga nya sendiri, bisa juga karna dari
pengaruh media massa, bisa juga karena pengaruh teman
sebaya. Nahh untuk pengearuh dari keluarganya sendiri
nih pak, kira-kira bapak tahu gak pak menegenai keadaan
keluarga pelaku bullying ?
Jawaban : dari anak-anak yang pernah saya tangani sih
yaa, baik bullying maupun kasus-kasus lain. salah satu
penyebabnya diantaranya adalah memang berasal dari
keluarganya sendiri, ada juga yang orangtuanya
ngomongnya kasar, ada juga dari orang tua yang suka
bentak-bentak anaknya sehingga anak merasa
terintimidasi karna perlakuan orang tuanya yang seperti
itu. Faktor dari keluarga menurut saya menjadi faktor
utama adanya tindakan bullying. Karna selain disekolah,
anak juga banyak menghabiskan waktu di rumah juga dan
berinteraksi dengan orang tuanya.
 Pernah gak sih pak yang sampe orang tua
nya di panggil ke sekolah gtiu ?
Jawaban : yaa pernah lah pasti, apalagi kalo yang kasus
berat gitu pasti kita panggil orang tuanya, biar anaknya
juga kapok dan malu yaa kalo sudah di panggil orang tua.
 Terus biasanya apa yang di bicarakan
dengan orang tua murid pak ?
Jawaban : yaa kita kasih tahu kasusnya dia seperti apaa,
kita ceritakan kenapa kita memanggil orang tuanya, kita
juga kasih pengarahan untuk orang tuanya biar lebih
mengawasi terus anak-anaknya.
 Sering pak manggil orang tua ke sekolah ?
Jawaban : yaa enggak terlalu sering juga yaa, kalo sudah
melakukan pelanggaran berat gitu baru kita panggil orang
tua nya.
 Pelanggaran berat nya seperti apa ya pak ?
Jawaban : yaa macam-macam lah ya, bisa karena
melawan guru, hamil atau ngehamilin anak orang, terlibat
tawuran dengan sekolah lain, memakai narkoba, dan lain
sebagainya.
 Baik pak, kalo selain dari faktor keluarga
nya sendiri, bagaimana dengan pergaulan siswa dengan
temen-teman nya di sekolah ini pak ?
Jawaban : kalo menurut saya sih yaa, kelompok bermain
itu pasti sangat berpengaruh yaa sama kelakuan siswa
disini, Karena siswa merasa dia gak dikontrol sama orang
tuanya, jadi dia leluasa melakukan apa saja dengan teman-
temannya tanpa di ketahui oleh orang tuanya. Akan
banyak sekali pengaruh dari teman-temannya untuk
melakukan suatu hal, jadi kalo dia gak mau ngikutin
kemauan teman-temannya malah jadi di anggap gak solid
gitu. Yaa namanya anak remaja yang masih labil kan
masih mudah banget untuk dipengaruhi pikirannya.
 Biasanya mereka main nya bergerombol
gitu gak gak pak ? misalkan kaya ada genk nya sendiri
gitu ?
Jawaban : sepertinya iyaa, apalagi kalo seniornya itu yaa
saya melihat mereka bermain dengan itu-itu saja
orangnya. Mungkin memang itu kelompok bermain
mereka yaa.
 Hmm baik pak, sekolah ini
memperbolehkan bawa handphone atau enggak ya pak ?
Jawaban : Smartphone itu sangat menggangu konsentasi
belajar siswa ya. Selain itu dikhawatirkan akan adanya
cemburu sosial kepada yanga lain. Karena tidak semua
murid disini juga memiliki hape. Dalam hal cemburu
sosial, bisa saja temannya iri lalu melakuka hal-hal yang
negatif misalkan mncuri, atau bisa juga memaksa orang
tuanya ntuk membelikan hape.kan semanya bisa saja
terjadi. Jadi sekolah tidak memperboleh kan membawa
hape sebenarnya, tapi tetap masih ada saja yang
membawa hape.
 Hmm bgtu ya paak, tapi pernah ada yang di
sita hape nya pak ?
Jawaban : iyaa pernah, karna di kelas main hape pas lagi
jam pelajaran. Itu kan mengganggu konsentrasi
belajarnya. Anaknya jadi gak fokus belajar. Ini kira-kira
wawancaranya masih lama tidak yaa ? saya ada urusan
keluar soalnya.
 Ohh iya pakk sudah cukup pak, maaf
sebelumnya jadi engganggu waktu bapak
Jawaban : tidak apa-apa. Nanti kalo ada yang perlu di
tanyakan lagi boleh temui saya lagi yaa.
 Iyaa pak, terima kasih banyak paak
Jawaban : Iyaa, saya tinggal dulu yaa.
TRANSKRIP WAWANCARA

C. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Otomotif
Informan : Pelaku Bullying SHR

 Hallo.. boleh minta waktunya sebentar yaa


Jawaban : emang mau apa kak ?
 Duduk aja duluu kita ngobrol-ngobrol
Jawaban : Aku mau masuk kelas kak, emang kenapa siih
?
 Kita kenalan dulu boleh yaa, nama kamu
siapa ?
Jawaban : SHR kak, kakak tau sama aku dari mana ?
 Dari guru BK, ngomong-ngomong kaka
boleh Tanya-tanya sama kamu yaa, kakak lg ada
penelitian skripsi nihh dari kampus UIN. Denger-denger
dari guru BK kamu pernah terlibat tauran yaa sama seklah
lain ? terus suka berantem juga ?
Jawaban : ohh penelitian, boleh-boleh aja sih kakk.. iyaa
kalo tawuran sih udah biasa ya kakk, sama sekolah lain.
 Kenapa bisa tawuran ? emang masalahnya
apa ?
Jawaban : yaa gitu kakk..
 Gitu nya gimanaa ?
Jawaban : karena dia ngejelekin sekolah aku kak. aku
gak terima, trus nantangin sekolah itu untuk tawuran sama
sekolah kita.
 Hmm gtuu.. kamu tinggal sama orang tua ?
Jawaban : iya kak, kok nanyain orang tua sih kak ?
 Enggak.. aku Cuma pengen tau aja, kenapa
? gak boleh ?
Jawaban : yaa gak apa-apa juga sihh, aku kira nanyain
sekolah aja..
 Jadi gapapa yaa ? okee jadi hubungan kamu
sama orang tua kamu gimana ?
Jawaban : yaa kalo dari keluarga sih kak, misalkan kaya
aku dapet masalah sama temen-temen aku atau terlibat
tawuran sama temen-temen yang lain gitu yaa ayah aku
biasa aja cuek-cuek aja, mungkin karena capek ngeliat
kelakuan aku yang suka cari masalah di lingkungan
bermain aku dan suka terlibat tawuran sama sekolah lain
malah jadinya udah gak mau peduli. Yaa udah aku jadi
bebas ngelakuin apa aja yang aku suka toh mereka aja gak
peduli kan. Awalnya yaa suka dimarahin juga tapi makin
kesini makin bodo amat mungkin karena capek kali
ngadepin aku
 Kalo hubungan kamu sama saudara-saudara
kamu sendiri gimana ?
Jawaban : ya gitu-gitu aja kak, biasa aja sihh. Cuek-cuek
aja.
 Jadi dari orang tua bebas aja gitu yaa ?
Jawaban : iya kakk..
 Kamu suka ngobrol-ngbrol gak sih sama keluarga kamu ?
Jawaban : yaa suka kak, tapi jarang-jarang karena aku
sering main keluar juga kan.
 Orang tua pernah nanya gak soal sekolah kamu gimana ?
Jawaban : gapernah kak, biasa-biasa aja sih mereka.
 Perlakuan orang tua kamu di rumah gimana sama kamu ?
Jawaban : Yaa cuek-cuek aja sih kak, gak terlalu yang
gimana-gimana
 Okee.. kalo di rumah kamu suka nonton televisi gak sih ?
Jawaban : suka sih kak, tapi gak sering..
 Biasanya nonton apa ?
Jawaban : anak langit kak kalo alem.
 Kenapa kamu suka nonton itu
Jawaban : seru aja sih kak, ada genk motor sama
berantem-berantem nya.
 Kamu punya hape ? di gunain buat apa hapenya ? sering
akses internet gak ?
Jawaban : megang hape biasanya sih lebih sering main
game online yang lagi banyak di mainin sama oran-orang
sekarang juga, war (perang) gitu sama temen-temen. Seru
aja kalo lagi war terus kita menang dan dapet point. Tapi
selain main game online juga aku mainin facebook,
instagram, twitter. Ya untuk seru-seruan aja sih kak,
karena kan sekarang lagi jamannya social media gitu kan
apa apa sekarang serba cepet banget viralnya jadi aku bisa
up to date gitu sama yang lagi viral sekarang selain itu
juga kan aku bisa dapet temen-temen baru, komunitas
baru, jadi memperluas jaringan petemanan juga kak.
 Jadwal main hapenya gak pernah di batesin sama orang
tua kamu ?
Jawaban : Kalo soal jadwal main hape yaa aku setiap hari
main hape gaada batasan juga sih terserah aku aja.
 Kamu punya banyak teman ?
Jawaban : yaa ada kak, temen rumah sama teman
sekolah.
 Biasanya ngapain aja sama temen-temen kamu ? terus
suka kumpulnya dimana ?
Jawaban : kalo temen rumah sih yaa paling suka
nongkrong di warung kopi atau di rumah temen aja main
PS, ngobrol-ngobrol biasa aja. Kalo di sekolah si yaa
sama temen kelas gitu duduk di depan kelas gitu rame-
rame sama temen-temen cowok,, di lapangan bola, atau di
tangga atau di kantin juga, ya namanya temen yaa pasti
suka becandaan ledek-ledekan, godain yang lewat
gitu,atau kita juga sering jajan bareng-bareng terus di
makan nya juga bareng-bareng biar seru aja sih kalo sama
temen-temen kaya gitu jadi kaya kompak gitu diliatnya
apalagi kita ngelakuin kaya gitu hampir tiap hari kan pas
istirahat sih biasanya
 Kalo temen di sekolah banyak juga ?
Jawaban : iyaa kak lumayan banyak juga, lebih banyak
dari temen rumah sih
 Ohh gituuu… okedeeh.. makasih banyak lo yaa udah
nyempetin waktunya buat kakak
Jawaban : udah kan kak ? aku mau kumpul sama temen-
temen aku lagi
 Kaka boleh minta foto kamu ?
Jawaban : buat apa kak ? aku gamau kalo di sebar-
sebarin.
 Gaakan di sebarin, emang akal di sebarin ke siapa, kamu
takut banget, ini buat bukti kalo kaka wawancara kamu
gituu..
Jawaban : ohh gituu yawudah dehh boleh, asal janji
jangan di kasih ke orang orang ya kak..
TRANSKRIP WAWANCARA

D. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Otomotif
Informan : Pelaku Bullying DND

 Haloo..
Jawaban : ini ada apa ya kak, kok saya di suruh kesini
sama guru BK
 Kita boleh ngobrol sedikit gak ?
Jawaban : soal apa kak ?
 Kata catatan dari guru BK, kamu sering kena masalah yaa
di sini ? ya misalkan berantem sama orang, sering tawuran
sama sekolah lain, sering nge bully juga..
Jawaban : Ohh soal itu, terus guru BK emang ngomong
apa lagi kak ?
 Aku suruh wawancara langsung sama kamu aja sihh..
gimana kamu bersedia kan ?
Jawaban : boleh-boleh aja sih kak, asal nama aku di
samarin dan jangan ada foto aku.
 Okee kita mulai aja yaa..
Jawaban : ahh gak ahh nanti di sebar-sebarin lagi..
 Astagaa.. enggak beneran dehh ini buat aku simpen
pribadi aja..
Jawaban : hmmm yaudahh iyaak.. mau nanya apaa
emang nyaa kak..
 Nahh gitu dong.. hmmm. Btw kamu tinggal sama orang
tua kamu kan yaa ?
Jawaban : iya kak sama orang tua aku dan kaka aku juga.
 Hubungan kamu sama orang tua kamu gimana ?
kebiasaan kebiasaan mereka di rumah gimana ?
Jawaban : hmm gimana yaa bilangnya, kalo dari orang
tua sih sebenernya yaa gitu kak… kalo marah gitu suka
keras banget suaranya kadang kedengeran sama
tetangga.suka berantem hebat yang di denger sama
tetangga juga jadi ya malu sih sebenernya kalo tetangga
tahu gitu, kan harusnya gausah tau yaa..
 Terus kalo kaka kamu gimana ?
Jawaban : kalo abang aku, agak bandel sih kak, waktu
pas sekolah juga suka nyari masalah mulu di sekolah,
berantem terus, suka tawuran sama sekolah lain, di
sekolahnya juga bermasalah suka bully orang, suka
nyuruh, sering marahin juniornya di sekolah, sekolahnya
disini juga tapi sekarang abang aku udah lulus kak. Jadi
karna ngeliat dari abang aku kaya gitu ya aku juga
ngikutin caranya dia, aku jadi suka ikut-ikutan tawuran
sama sekolah lain, suka berantem, nyuruh-nyuruh adek
kelas, kalo ada yang gasuka sama aku ya aku ajakin
berantem, dipukulin sampe dia ngerasa takut. Lagian aku
juga ga sendiri kok yang kaya gitu disini, temen-temen
juga banyak yang suka ngecengin atau malakin adek
kelas, jadi kaya udah jadi kebiasaan aja kaya gitu karna
lingkungan aku juga mendukung. Tapi awalnya sih karna
abang aku yang pertama kali aku liat, kalo abang aku aja
bisa kaya gitu, kenapa aku enggak. aku ikutin caranya dia
gimana dia maen sama temen-temennya dan gimana
kelakuan di sekolahnya. Dari situ aku jadi orang yang
lebih berani kak gak takut sama orang malahan aku
tantangin kalo dia remehin aku.
 Perlakuan orang tua kamu ke kamu gimana ?
Jawaban : yaa kalo lagi baik mah baik kak, tapi kalo lagi
galak ya galak banget sampe kenceng banget marahinnya.
 Sering ngobrol gitu gak sih sama keluarga ?
Jawaban : jarang-jarang kak.
 Sering nanyain tentang sekolah kamu juga gak sih ?
Jawaban : gak juga sih kak biasa aja mereka gak pernah
nanya yang macem-macem gitu.
 Hmmm gitu yaa.. kamu suka menghabiskan waktu di
rumah sambil nonton televisi gitu ?
Jawaban : jarang sih kak kalo nonton televisi
 Hmm kamu punya hape ?
Jawaban : iya kak punya lah
 Biasanya main apa kalo di hape ?
Jawaban : main game online kak
 Kenapa suka main game online ?
Jawaban : Karna seru kak, kalo main game online kan
emang lagi jamannya banget kan kak, kalo udah sekali
menang gitu kita akan jadi ketagihan, dan aku sering
menang makannya aku sering banget main game online
sampe kuota internet abis juga gak masalah sih buat aku.
Lagian aku beli kuota juga pake duit aku sendiri dari hasil
ngumpul-ngumpulin uang aja sih. Awalnya sih aku gak
terlalu sering yaa main game online, tapi makin sering
menang makin banyak yang main juga jadi ketagihan.
Dan aku juga lebih sering main game online sih di
banding sosial media lain kaya instagram, facebook, path.
Maksudnya instagram, facebook, juga main tapi gak
sesering main game online. Soalnya kalo di instagram gitu
kan Cuma gitu-gitu aja. kita Cuma liat foto-foto atau
video aja sih dari yang di share orang-orang.
 Ohh berarti kamu suka main social media juga yaa
orangnya?
Jawaban : iya kakk buat seru-seruan aja sih sebenrnya.
 Sering yaa main hape gitu ? ga dimarahin orang tua
emang ?
Jawaban : dimarahin gimana kak, gak lah biasa aja. cuek-
cuek aja sih mereka gak pernah gimana-gimana.
 Hmmm oke okee.. terus kalo di rumah, kamu suka main
sama temen-temen rumah kamu gak ?
Jawaban : Iyaa suka kak.
 Biasanya ngapain aja kalo kumpul gitu ?
Jawaban : yaa keluar main motoran, atau nongkrong-
nongkrong aja sih kak.
 Sama temen sekolah juga gitu ?
Jawaban : Kalo di sekolah ya biasanya di kantin duduk-
duduk atau di depan kelas atau di ruang otomotif. Dan aku
juga punya temen dari sekolah lain sih. jadi temen aku itu
banyak, tempat nongkrong nya juga banyak.
 Biasanya ngomongin apa sih kalo sama temen-temen gitu
?
Jawaban : yaa ngomongin semuanya kak, apa aja
campur-campur. Kalo udah ngumpul sama temen-temen
kan apa aja bisa jadi obrolan. Semua topik di bikin jadi
seru.
 Ohh gituu berati cukup banyak yaa temen-temen kamu.
Oke lahh makasih banyak yaa atas waktunya. Maaf
ganggu nih takutnya kamu mau ke kantin atau kumpul
sama temen-temen kamu silahkan yaa. Makasih banyak
yaa..
Jawaban : oke lah kak..
 Tapi aku boleh minta foto kamu kan ?
Jawaban : asal jangan di sebar-sebarin aja yaa kak.
TRANSKRIP WAWANCARA

E. Pelaksanaan Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Juli 2018
Tempat : Ruang Otomotif
Informan : Korban Bullying RLG

 Haloo.. boleh minta waktunya sebentar gak


? kita ngobrol-ngorbol dikit boleh yaa ?
Jawaban : ohh iyaa kak, emang ada apa kakk ?
 Kamu gak lagi buru-buru kan yaa ?
Jawaban : enggak sih kak, memang nya ada apa kak ?
 Ginii, kaka lagi penelitian skripsi tentang
masalah bullying, kata guru BK kamu pernah di kerjain
sama kaka kelas kamu yaa ?
 Jawaban : hmm enggak sii kak cuma gitu
doang.
 Gitu nya gimana ?
Jawaban : yaa biasa-biasa aja kak, emang buat apa si kak
aku di Tanya-tanyain.
 Kan kaka tadi udah bilang buat skripsi
kaka, kamu maukan bantuin kaka, di wawancara mau yaa
? Cuma sebentar kok gak lama kamu gausah takut juga.
Jawaban : hmmm yaudah deh kak, sebentar aja tapi ya
kakk..
 Okee.. kita lanjut lagi yaa.. Trus gimana
yang kata guru BK itu kan kamu pernah yaa di kerjain
sama kaka kelas kamu
Jawaban : ohh masalah itu, hmm yaa kaya gitu kak. iyaa
pernah si kak
 Emang di kerjain kaya gimana yaa, bisa di
ceritain gak ?
Jawaban : yaa kaya gitu kak biasa senior, sebagai junior
kan kita harus nurut sama senior. Kaya aku gak boleh
duduk di kantin, jadi Cuma boleh jajan aja tapi ga boleh
duduk di kantinnya, gak boleh ngomong sama kakak kelas
cewek, terus di suruh-suruh beli jajanan, ya yang kaya
gitu kak. aku jadi takut juga kalo ngelawan mereka.
 Ohh jadi kamu juga takut yaa sama mereka
?
Jawaban : ya iyalah kak, takutnya mereka ngapa ngapain
aku kalo aku ngelawan, kan mereka gak cuma sendiri.
Rame-rame gitu.
 Hmmm gituu yaa.. ngomong-ngomong
kamu tinggal sama orang tua di rumah ?
Jawaban : iya kak, sama orang tua aku di rumah.
 Hubungan kamu sama kedua orang tua
kamu gimana ?
Jawaban : Alhamdulillah kalo dari orang tua sih ya baik-
baik aja kak, gak terlalu yang gimana-gimana. Tegas juga
sih mereka sama aku. Orang tua aku sering ngobrol juga
sama aku juga terus nanya keseharian dan disekolah
gimana. Kalo aku gimana-gimana di sekolah juga sering
di nasehatin sama orang tua, ya misalkan jangan sering
banyak ulah kalo di sekolah karena orang tua akan malu
kalo anaknya dapet masalah di sekolah. Yaa tegas sih
mereka kalo aku salah ya tetep di marahin kan buat
kebaikan aku juga katanya.
 sering ngobrol ngobrol di rumah sama
orang tua ?
jawaban : iya kak sering sih, orang tua suka nanya
tentang gimana aku sama temen-temen aku, gimana
sekolah aku.
 Berarti orang tua kamu peduli banget yaa
sama kamu ?
Jawaban : iyaa kak, mereka peduli sama aku terus juga
tegas dan suka nasehatin aku sih kak.
 Kamu klao di rumah suka nonton televisi
gak ?
Jawaban : suka, tapi jarang-jarang sih kak.
 Kalo nonton televisi gitu suka liat tayangan
apa ?
Jawaban : aku kalo di rumah jarang nonton televisi kak
selain males juga nonton televisi karena tayangan yang
gitu-gitu aja, ya paling aku sukanya liat-liat acara musik
akustik aja sih. karena sekarang banyak tanyangan-
tayangan alay gitu jadi bikin males nonton televisi
 Kalo sosial media, kamu main juga ?
Jawaban : iyaa kak aku main sosial media juga, misalkan
kaya instagram, facebook, biar bisa terhubung sama
temen-temen aku aja.
 Terus kalo main internet gitu suka di
batesin ga sih sama orang tua kamu ?
Jawaban : orang tua aku juga akan marah kalo aku sering
nonton televisi terus atau megang hape terus, karena nanti
akan males belajar katanya terus matanya juga akan sakit
jadi di batasi sih penggunaannya.
 Instagram, facebook, whatsapp, line, BBM
kamu main juga ?
Jawaban : iya lah kak aku main juga, kan temen-temen
aku juga pake, paling kalo pake aplikasi chating gitu sih
biasanya buat nanyain PR ke temen-temen, atau nanyain
tugas-tugas yang aku gak ngerti.
 Temen-temen kamu di sekolah pada baik-
baik sama kamu ?
Jawaban : yaa baik-baik kok kak mereka
 Kamu biasanya di sekolah ngapain sih
sama temen-temen kamu ? suka nongkrong di mana sama
temen-temen sekolah ?
Jawaban : kalo di sekolah sih yaa paling di kelas, atau di
depan kelas juga bisa. Tapi aku gapernah nongkrong di
kantin gitu, karena emang suka di gangguin sama senior,
atau di liatin sama senior bahkan bisa di usir. emang kan
kalo adek kelas ga boleh duduk di kantin peraturan dari
kakak kelasnya. Sebenernya sih sekolah gaada peraturan
kaya gitu bebas lah kantin buat siapa aja. tapi kakak kelas
nya yang sok menguasai. Jadi kalo ke kantin Cuma jajan
aja terus jajanannya di bawa ke kelas. terus yaa paling aku
main sama beberapa temen deket aja sih kalo di sekolah
yang itu-itu aja.
 Terus kalau sama temen-temen rumah
gimana ?
Jawaban : kalo sama temen rumah mereka baik-baik juga
kok kak sama aku, kadang aku main ke rumah temen,
kadang juga temen yang main ke rumah aku.
 oke deh kalo gituu, kamu sebentar lagi
masuk kelas yaa, yaudah masuk kelas aja gih. maaf
banget yaa aku ganggu waktunya.
jawaban : gak ganggu sama sekali kok kak. iyaa kak ini
sebentar lagi masuk soalnya, aku izin masuk kelas ya kak.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai