Anda di halaman 1dari 248

STRATEGI PUBLIC RELATIONS LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-AZHAR

PEDULI UMMAT DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARENESS


(Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al-Azhar Peduli Ummat Jalan
Rumah Sakit Fatmawati No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI
  Jakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rahayu Aletif Delima

NIM: 11140510000163

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/ 1439 H
 
 
 
ABSTRAK

Rahayu Aletif Delima


NIM: 11140510000163
Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar dalam
Meningkatkan
  Brand Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al-
Azhar Peduli Ummat Jalan Rumah Sakit Fatmawati No. 27, RT.08/RW.06,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta)
Public relations sangat berperan dalam menjembatani komunikasi antara
lembaga/perusahaan dengan masyarakat. Salah satu tujuan public relations adalah
meningkatkan brand awareness agar masyarakat menyadari pentingnya
keberadaan lembaga/perusahaan tersebut. Peneliti memilih judul ini karena public
relations memiliki peranan penting dalam meningkatkan brand awareness LAZ
Al-Azhar. Kegiatan public relations di LAZ Al-Azhar sangat beragam, tergantung
pada sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk
menjawab pertanyaan peneliti. Adapun pertanyaan tersebut adalah bagaimana
strategi public relations yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar dalam meningkatkan
brand awareness? Lalu, brand awareness seperti apa yang ingin ditingkatkan oleh
LAZ Al-Azhar?
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik
analisis data deskriptif. Peneliti berusaha memberikan deskripsi dari suatu
lembaga. Temuan yang diperoleh tidak menggunakan ukuran angka, namun
menemukan makna dibalik suatu fakta. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi di lapangam, wawancara dengan Kepala
Divisi Fudraising, Communications dan Partnership, Manager Funding Public,
dan Public Relations dan menggunakan dokumentasi LAZ Al-Azhar.
Teori yang digunakan pada teori ini adalah berupa kerangka konsep public
relations menurut Howard Bonham dan strategi public relations menurut Scott M.
Cultip. Howard Bonham menjelaskan public relations sebagai suatu seni untuk
menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam
kepercayaan publik terhadap seseorang atau perusahaan/lembaga. Scott M. Cultip
menjelaskan strategi public relations sebagai berikut: Product Promotions,
Publicity, Lobbying, Fundraising, dan Special Event.
Hasil dari penelitian strategi public relations LAZ Al-Azhar dalam
meningkatkan brand awareness adalah merumuskan strategi yang digunakan oleh
LAZ Al-Azhar, serta merumuskan kegiatan yang dilakukan berdasarkan strategi
yang digunakan.
Kata kunci: LAZ Al-Azhar, strategi, public relations, brand awareness

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, juga beribu nikmat sehingga penulis dapat


 
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Strategi Public Relations Lembaga

Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar dalam Meningkatkan Brand Awareness.

Shalawat beserta salam tidak lupa dihaturkan kepada baginda besar Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang

telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang seperti

sekarang ini yang kelak kita nantikan syafa’at-nya di hari kiamat.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos). Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang

penulis miliki. Namun berkat dorongan, bantuan, dan motivasi dari berbagai

pihak, akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Dalam kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Masran, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, dan selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI D 2014

yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pemilihan judul

skripsi dan penyusunan proposal skripsi.

3. Ibu Fita Faturrakhmah S.S., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
4. Ibu Ade Rina Farida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan tulus dan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk membimbing

dan memberi arahan kepada penulis.

  5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen FIDIKOM, khususnya Jurusuan

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan ilmu kepada

penulis pada perkuliahan selama 7 semester ini.

6. Segenap pimpinan dan para staff Perpustakaa Utama dan Perpustakaan

FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Mas Rian (Anggriansyah Munggaran), Mas Dika (Dikalustian

Rizkiputra), dan Mba Sinta (Sinta Avia) yang telah meluangkan

waktunya untuk wawancara dan juga memberikan ilmu serta pengalaman

menyenangkannya selama mengabdi di LAZ Al-Azhar sehingga

memudahkan penulis dalam penyusunan dan menganalisis skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm. H. M. Paimin dan Ibunda Hj.

Trinani, atas segala kasih sayang, motivasi, semangat, dukungan,

perhatian, dan doa yang tiada henti-hentinya diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.

9. Sahabat terbaik Muna, Bella, Reza, terimakasih karena selalu ada untuk

penulis, yang terus menemani, menyemangati, mendukung,

menenangkan, dan mendoakan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi tepat waktu.

10. Sahabat Keep On the Right Path, Siska, Bella, Dhea, Ma’wa, dan Muna

yang telah menemani dan menghibur penulis, yang telah menjadi

kelompok presentasi setia yang memiliki bakat dan keunggulan masing-

iv
masing dalam mengerjakan tugas kuliah, tempat curhat, tempat bertukar

pikiran, dan teman seperjuangan dalam menulis skripsi.

11. Sahabat sedari kecil terbaik, Betric, Yolan, Indri, Icha, Roni, Romi, Habi,

  dan Sarah yang selalu menyemangati penulis untuk segeramenyelesaikan

skripsi.

12. Teman-teman KKN Aswatama, Nisa, Acil, Ratna, Azmi, Suci, Akay,

Mang Hanif, Johan, Ojan, Libya, Tezy, Zehan, Kandar, Fay, dan Imay,

terimakasih telah menjadi keluarga baru bagi penulis selama

melaksanakan KKN.

13. Teman-teman KPI D 2014 dan teman-teman seperjuangan Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam 2014. Sarah, Fira, Poppy, Zahra,

Anifai, Bayu, Bakir, Tole, Hadi, Anis, Fenny, Irfan, Febri, Fachry, Icut,

Devi, Zemil, Donny, Riska, Tyas, Chendy, Tiara, Suci, Niken, dan

Kinoy, yang telah sama-sama berjuang di bangku perkuliahan.

Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian

ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, khususnya

Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk semua pihak yang telah

membantu baik secara langsung/tidak langsung penulis ucapkan banyak terima

kasih. Semoga Allah membahas segala kebaikan kalian. Amin ya Robbal’alamin...

Jakarta, Juni 2018

Rahayu A. Delima

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... i

ABSTRAK ....................................................................................................................... ii

KATA
 
PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian .................................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 13

G. Landasan Teori dan Kerangka Konsep ..................................................... 18

H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 20

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................ 22


A. Pengertian dan Fungsi Strategi ................................................................... 22

B. Public Relations ............................................................................................ 22

1. Pengertian Public Relations.................................................................... 22

2. Peran Public Relations ............................................................................ 24

C. Fungsi dan Tujuan Pubic Relations ........................................................... 25

D. Strategi Public Relations ............................................................................. 26

1. Product Promotions ................................................................................. 26

2. Publicity .................................................................................................... 28

3. Lobbying .................................................................................................... 29

4. Fundraising............................................................................................... 30

5. Special Event ............................................................................................ 33

vi
6. Low Budget High Impact ........................................................................ 34

E. Zakat dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) ..................................................... 35

1. Pengertian Zakat....................................................................................... 35

2. Hukum Zakat ............................................................................................ 36


 

3. Lembaga Amil Zakat (LAZ) .................................................................. 36

4. Standar dan Kriteria Lembaga Amil Zakat (LAZ) .............................. 38

5. Syarat dan Berdirinya Lembaga Amil Zakat (LAZ) ........................... 40

6. Perbedaan BAZ dan LAZ ....................................................................... 46

F. Brand Awareness .......................................................................................... 47

1. Pengertian Brand (Merek) ...................................................................... 47

2. Manfaat Brand (Merek) .......................................................................... 47

3. Pengertian Awareness (Kesadaran) ....................................................... 48

4. Pengertian Brand Awareness .................................................................. 48

5. Meningkatkan dan Membangun Brand Awareness (Kesadaran) ...... 49

6. Tingkatan Brand Awareness................................................................... 49

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil LAZ Al-Azhar .............................................................................. 51

B. Sejarah LAZ Al-Azhar ........................................................................... 51

C. Visi dan Misi LAZ Al-Azhar................................................................. 52

D. Makna Logo LAZ Al-Azhar .................................................................. 54

E. Karakter Lembaga LAZ Al-Azhar ........................................................ 56

F. Struktur Organisasi LAZ Al-Azhar Peduli Ummat............................. 56

G. Program LAZ Al-Azhar ......................................................................... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


A. Strategi Public Relations LAZ Al-Azhar dalam meningkatkan

vii
Brand Awareness ....................................................................................... 68
1. ProductPromotions ............................................................................... 69
2. Publicity .................................................................................................. 73
3. Lobbying ................................................................................................. 97
  4. Fundraising .......................................................................................... 103
5. Special Event ........................................................................................ 122
6. Low Budget High Impact .................................................................... 126
B. Peningkatan Brand Awareness di LAZ Al-Azhar ............................... 132

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ..........................................................................................139

B. Saran ....................................................................................................143

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................144

LAMPIRAN ........................................................................................................147

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar
 
Belakang Masalah

Dalam agama Islam, zakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan

oleh seluruh umat Muslim. Indonesia mempunyai banyak lembaga amil

zakat, baik dari lembaga amil zakat milik nasional/pemerintah ataupun

lembaga zakat milik swasta. Lembaga amil zakat merupakan organisasi yang

masuk dalam kategori LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat. LSM ini

merupakan organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

dengan meringankan penderitaan, mengentaskan kemiskinan, memelihara

lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial, atau melakukan kegiatan

pengembangan masyarakat.

Masalah dalam kehidupan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim di

Indonesia tidaklah sedikit, salah satunya ialah masalah ekonomi seperti

tingkat pendapatan atau penghasilan yang rendah, tingkat kemampuan

bersaing yang rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi

nasional, tingkat pengangguran yang tinggi, keterbatasan kemampuan

dalam mengakses sumber-sumber informasi dan teknologi industri, tidak

meratanya kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang tinggi, dan lain

sebagainya. 1 Maka dari itu, dengan melalui lembaga amil zakat, nantinya

dana yang terkumpul akan disalurkan kepada orang yang membutuhkan, atau

digunakan untuk membangun fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, rumah

1
M. Zen, dkk., Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Centre For Entrepreneurship Development, 2005),
h. 46.

1
2

sakit, tempat ibadah, dan lain sebagainya untuk dhuafa yang membutuhkan

melalui program-program pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu

menciptakan kesejahteraan umat.

  Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No. 23 tahun 2011

mengenai pengelolaan zakat telah dijelaskan bahwa menunaikan zakat

merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang mampu dan dijalankan

dengan syariat Islam. 2 Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang

bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Maka dari itu, hukum zakat adalah wajib atas setiap umat Muslim yang

telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang sesuai dengan syariat Islam.

Hal ini telah diterangkan di dalam Al-Quran, pada Surat At-Taubah 103 pada

berikut ini:

Artinya :

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu maka kamu telah

membersihkan dan mensucikan mereka dan panjatkan doa untuk mereka.

Sesuangguhnya doamu itu (menjadi) ketenangan jiwa bagi mereka. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah ayat 103)

Selain itu, ketentuan kewajiban berzakat juga dijelaskan dalam Hadist

yang berbunyi:

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Tersedia di (http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/Undang-Undang No 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat.pdf) diunduh pada tanggal 12 Februari 2018.
3

Artinya:
 

“Beritahu mereka bahwa Allah mewajibkan mereka untuk mengeluarkan

shadaqah (zakat) dari sebagian harta mereka.” (HR. Bukhari)

Pengelolaan zakat haruslah melembaga dan sesuai dengan syariat

Islam untuk dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna. Pengelolaan

zakat dapat dilakukan di Lembaga Amil Zakat (LAZ). LAZ merupakan

lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang memiliki tugas dalam membantu

pengumpulan, pendistribusian, dan penggunaan zakat secara merata.3

Salah satu LAZ yang ada di Indonesia ialah Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Al-Azhar. LAZ Al-Azhar adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Yayasan

Pesantren Islam Al-Azhar yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat

dhuafa melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq, Sedekah dan dana sosial lain

yang dibenarkan oleh syariat agama & sumber daya yang ada di masyarakat.

Lembaga ini bukan merupakan lembaga yang berorientasi pada pengumpulan

profit bagi pengurusnya.4 Dan hal tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat

yang ingin menunaikan ZISWAF (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf) ke

lembaga amil zakat yang professional.

Di Indonesia terdapat banyak lembaga amil zakat yang beroperasi dan

memiliki program unggulan yang berbeda-beda. Karena banyaknya lembaga

3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Tersedia di (http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/Undang-Undang No 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat.pdf) diunduh pada tanggal 12 Februari 2018.
4
Profil Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat. Tersedia di (http://alazharpeduli.com/
profil) diunduh pada tanggal 12 Februari 2018.
4

amil zakat inilah yang menjadi sesuatu yang kompetitif bagi para

pengelolanya. Lembaga amil zakat harus terus bersaing secara positif dengan

mempertahankan citra positif atau menyadarkan masyarakat bahwa lembaga ini

mampu
  mengelola dana ZISWAF dengan baik. Hal tersebut dilakukan untuk

mengambil hati para donatur agar melaksanakan kewajiban dalam

mendonasikan atau menitipkan dana ZISWAF mereka di lembaga amil zakat

yang bersangkutan.

Dalam mengambil hati para donatur atau muzakki, LAZ Al-Azhar

haruslah dikenal oleh masyarakat. Karena dengan dikenal dan diingat oleh

masyarakat, akan ada banyak masyarakat yang bersedia untuk berkontribusi

dalam melaksanakan kewajiban mereka untuk berzakat di LAZ Al-Azhar.

Sehingga masyarakat inilah yang nantinya akan menjadi donatur atau muzakki

di LAZ Al-Azhar.

Agar dikenal dan diingat oleh masyarakat, maka suatu perusahaan atau

lembaga harus menciptakan dan meningkatkan brand awareness dari

perusahaan atau lembaga mereka. Seperti yang telah dijelaskan oleh Peter dan

Olson bahwa brand awareness atau kesadaran merek adalah sebuah tujuan

umum komunikasi untuk semua strategi promosi. Menurutnya, dengan

menciptakan brand awareness, maka masyarakat akan memunculkan kembali

ingatan mengenai brand tersebut ketika kebutuhan kategori mereka muncul. 5

Ingatan tersebut selanjutnya akan dijadikan pilihan alternatif dalam

pengambilan keputusan.

Dalam membangun atau meningkatkan brand awareness, keberadaan PR

5
Dharmawan Lubis, Pengaruh Brand Characteristic terhadap Kepercayaan dan Niat Beli
Konsumen Serta Dampaknya pada Loyalitas Konsumen, JEBvol. 5, no 1 (Maret 2011), h. 4.
5

pada suatu lembaga atau perusahaan sangat dibutuhkan. Menurut Frank

Jafkins, Public Relations adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan

terencana, baik kegiatan internal ataupun eksternal. Komunikasi tersebut dapat

terjalin
  antara lembaga atau perusahaan dengan publiknya untuk dapat

mencapai tujuan-tujuan tertentu.6 PR bertugas dalam mendapatkan perhatian

dari masyarakat, menarik minat masyarakat terhadap isi pesan yang

disampaikan, mempengaruhi masyarakat agar bertindak sesuai dengan pesan

yang disampaikan.7

Selain itu, PR merupakan jembatan hubungan atau komunikasi antara

masyarakat dengan perusahaan/lembaga, baik dalam hubungan/komunikasi

internal atau eksternal. Dengan menjadi jembatan komunikasi inilah PR

mampu membentuk atau meningkatkan brand awareness dari suatu

perusahaan/lembaga. Pengaruh brand awarness sangat penting, karena dengan

adanya brand awareness masyarakat akan dapat mengenal dan mengingat

kembali LAZ yang bersangkutan jika mereka ingin berzakat. Permasalahan

dalam proses peningkatan kesadaran masyarakat terhadap LAZ Al-Azhar

inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

bagaimana strategi public relations yang diterapkan dalam meningkatkan

brand awareness sehingga mampu menarik hati para donatur atau muzakki

untuk menunaikan ZISWAF-nya di LAZ Al-Azhar.

Penulis memilih Lembaga Amil Zakat Al-Azhar karena LAZ Al-Azhar

memiliki program menarik yang tidak dimiliki oleh lembaga amil zakat lain,

contohnya Program Rumah Gemilang Indonesia (RGI) sebagai program dalam

6
Frank, Jefkins. Public Relations, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h.10.
7
Morissan. Manajemen Public Relations, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2008), h. 41.
6

pengentasan pengangguran di Indonesia. RGI merupakan sebuah sarana pusat

pelatihan di bawah direktorat Program LAZ Al-Azhar. RGI mangambil

platform seperti pesantren namun berfokus pada pendidikan non-formal dalam

kegiatan
  kursus singkat 5 bulan. Selain program, LAZ Al-Azhar telah

memperoleh penghargaan LEPRID pada tahun 2016 dan juga penghargaan dari

Bank Indonesia pada tahun 2018 sebagai LAZ Terbaik se-Pulau Jawa.

Penulis memilih untuk meneliti seperti apa strategi public relations

dalam meningkatkan brand awareness karena peneliti ingin mengetahui seperti

apa cara yang dilakukan LAZ Al-Azhar dalam mencapai hasil akhir. Sehingga

peneliti dapat menjabarkan hasil akhir dari peningkatan brand awareness

dalam LAZ Al-Azhar.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian secara khusus mengenai “Strategi Public Relations Lembaga Amil

Zakat (LAZ) Al-Azhar dalam Meningkatkan Brand Awareness (Studi

Kasus: Kantor Operasional LAZ Al-Azhar Jalan Rumah Sakit Fatmawati

No.27, RT.08/06, Jakarta Selatan, DKI Jakarta)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka terdapat masalah yang

teridentifikasi, antara lain:

1. Banyaknya LAZ di Jakarta membuat masyarakat seringkali dibingungkan

dengan banyaknya pilihan LAZ di Jakarta.

2. Organisasi atau lembaga non-profit seringkali terkendala masalah dana

untuk mempromosikan dan mempublisitaskan lembaga/organisasi mereka.

3. Kurangnya edukasi masyarakat terhadap zakat, infaq, sedekah. Masyarakat


7

seringkali hanya mengetahui zakat berupa zakat fitrah.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keunggulan dalam menyalurkan

dana ZISWAF mereka ke lembaga amil zakat nasional.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih singkat, terarah, dan tidak melebar ke dalam

hal-hal yang tidak perlu, maka peneliti merasa perlu untuk membatasi

masalah terkait subjek dan objek penelitian. Penelitian ini dibatasi pada

segala aktifitas yang terkait dengan strategi Public Relations di LAZ Al-

Azhar dalam meningkatkan brand awareness melalui kegiatan Promosi

Program, Publisitas, Lobbying, Fundraising, Special Event, dan Low Cost

Hight Impact.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dikemukakan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi public relations yang dilakukan oleh Lembaga Amil

Zakat Al-Azhar dalam meningkatkan brand awareness?

2. Brand awareness seperti apa yang ingin ditingkatkan oleh LAZ Al-

Azhar?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan


8

penelituan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana strategi public relations yang dilakukan

oleh LAZ Al-Azhar dalam meningkatkan brand awareness.

  b. Untuk mengetahui brand awareness yang ingin ditingkatkan oleh LAZ

Al-Azhar.

2. Manfaat/Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis

1. Menjadikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai kelebihan-

kelebihan menyalurkan dana ZIS melalui LAZNAS.

2. Dapat dijadikan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa

komunikasi konsentrasi komunikasi penyiaran Islam terkait

kegiatan-kegiatan public relations yang dilakukan di lembaga amil

zakat nasional.

b. Manfaat Praktis

1. Untuk menambah ilmu dan referensi bagi para mahasiswa/i dibidang

ilmu komunikasi, konsentrasi public relations, atau konsentrasi

komunikasi penyiaran Islam.

2. Untuk memberikan masukan bagi public relations di LAZ Al-Azhar

dalam menjalankan strategi public relations yang lebih baik lagi.

E. Metodologi Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tenoat dimana peneliti


9

mendapatkan keterangan yaitu pada Divisi Fundraising, Communication,

dan Partnership di LAZ Al-Azhar. Sedangkan objek penelitiannya adalah

bagaimana strategi public relations yang dilakukan dalam meningkatkan

  brand awareness.

2. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penulisan ini ialah Paradigma

Kontruktivisme. Paradigma ini menganggap bahwa pengetahuan dapat

digambarkan sebagai hasil dari beberapa aktivitas manusia. Aktivitas

manusia mampu membangun realita, namun hasilnya bukan merupakan

kebenaran yang tetap, namun sebagai sebuah permasalahan dan sifatnya

selalu berubah-ubah dan selalu berkembang.8

3. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan

dan Taylor, metodelogi penelitian kualitatif merupakan metode penelitian

yang menghasilkan data deskriptif. Data tersebut berupa kalimat atau

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.9 Penelitian kualitatif mampu memberikan pengetahuan dan

pemahaman mengenai apa yang telah ditemukan langsung di lapangan,

berbeda dengan metodologi penelitian kuantitatif yang hanya

memberikan penjelasan dari hasil temuan di lapangan.

8
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013), h. 49.
9
Lexy J. Moleng. Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 4.
10

b. Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini

  memaparkan data dengan menjelaskan, menerangkan, memberi

gambaran, hingga memberi kesimpulan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan supaya bisa mendapatkan data

yang lengkap dan tepat dalam penelitian yang diteliti. Berikut beberapa

teknik dari pengumpulan data yang digunakan:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab secara lisan, dimana

dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.10 Wawancara akan

dilakukan secara mendalam. Peneliti akan mewawancarai langsung

dengan orang-orang yang dianggap penting dan mampu mewakili dalam

penelitian ini. Wawancara yang dilakukan ialah dengan wawancara

terstruktur, dimana peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan terlebih

dahulu sebelum menemui informan dan melakukan wawancara.

b. Observasi

Istilah observasi berasal dari Bahasa Latin yang berarti “melihat”

atau “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, akurat, mencatat fenomena yang muncul

10
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2013), h. 160.
11

dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena

tersebut.11 Peneliti akan melakukan observasi secara langsung untuk

mengamati bagaimana bentuk strategi public relations Lembaga Amil

  Zakat (LAZ) Al-Azhar dengan mendatangi Kantor Operasional LAZ Al-

Azhar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengambil

data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan

masalah yang diteliti.12 Peneliti akan memperoleh dokumentasi melalui

informasi yang ada di sosial media LAZ Al-Azhar maupun dokumentasi

pribadi public relations LAZ Al-Azhar. Selain itu, peneliti akan

menggunakan hasil wawancara (berupa transkrip wawancara) atau foto

kegiatan perusahaan.

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengelolaan data menggunakan metode wawancara dan analisa.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam mengelola data secara manual menurut

Notoatmodjo adalah sebagai berikut:

a. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara mendalam perlu

ditranskrip dahulu. Setelah ditranskrip, hasil wawancara tersebut perlu

disunting atau diedit. Jika masih ada informasi yang belum lengkap, maka

dilakukan wawancara ulang.

11
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2013), h. 143.
12
Nasution. Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 143.
12

b. Coding (Membuat Lembaran Kode)

Setelah diedit, transkrip wawancara selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding.

c.   Processing (Memasukkan Data)

Hasil jawaban wawancara dari masing-masing informan berupa

transkrip wawancara tersebut dimasukkan dalam analisa melalui teori-teori

yang digunakan.

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Jika data dari setiap sumber atau informan selesai dimasukkan ke

bagian analisa atau teori, maka perlu dicek kembali untuk melihat apakah

ada kesalahan atau tidak.13 Jika terdapat hasil wawancara yang tidak layak

untuk dimasukkan, maka dilakukan pembersihan data.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga tahapan yang harus

dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian kualitatif, yaitu reduksi

data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, dan

memfokuskan pada hal-hal penting yang sesuai dengan tema dan polanya.14

b. Paparan

Paparan data dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang

tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau

13
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 45.
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 92.
13

pengambilan tindakan.15

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif berdasarkan pada kajian-

  kajian hasil penelitian.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Operasional Lembaga Amil

Zakat Al-Azhar yang beralamat di Jalan Rumah Sakit Fatmawati, No. 27,

RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI Jakarta dimulai dari bulan April hingga

bulan Juni 2018.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam proses penyusunan penelitian ini, terkadang ada tema yang

berkaitan dengan penelitian yang diteliti walaupun arah dan tujuan penelitian

berbeda. Peneliti mengawali proses penelitian dengan mengkaji dan

mengoreksi skripsi-skripsi yang telah ada agar tidak terjadi kesamaan judul

ataupun kesamaan isi.

1. Skripsi dari Mumpuni Diyah Islamey, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (2013), “Strategi Public Relation

Dompet Dhuafa Republika dalam Membangun Citra Perusahaan melalui

Twitter”. Mumpuni Diyah Islamey menemukan bahwa public relations di

Dompet Dhuafa menggunakan sosial media sebagai alat pendukung dalam

membentuk citra positif perusahaan. Peran public relations di Dompet

15
Miles, Matthew, dan Hubberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 17.
14

Dhuafa ialah juga sebagai komunikator antara lembaga dengan masyarakat

atau pengikut di akun Twitter Dompet Dhuafa dalam pembentukan

sosialisasi dan manajemen reputasi lembaga. Persamaan penelitian ini

  dengan penelitian dari Mumpuni Diyah Islamey adalah sama-sama meneliti

tentang strategi public relations di lembaga non-profit. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian dari Mumpuni Diyah Islamey adalah penelitian dari

Mumpuni Diyah Islamey berfokus kepada bagaimana strategi yang

dilakukan public relations Dompet Dhuafa Republika dalam membangun

citra perusahaan melalui Twitter. Sedangkan penelitian ini berisi tentang

bagaimana strategi yang dilakukan oleh public relations Lembaga Amil

Zakat Al-Azhar dalam meningkatkan brand awareness.

2. Skripsi dari Desty Aryani, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam (2017), “Strategi Marketing Public Relations

Butik Zaskia Sungkar dalam Memasarkan Busana Muslim”. Desty Aryani

menemukan bahwa public relations di Butik Zaskia Sungkar berperan

dalam menyusun taktik pull strategy (menarik), melakukan push strategy

(mendorong), dan melakukan pass strategy (mempengaruhi). Persamaan

penelitian ini dengan dengan penelitian Desty Aryani adalah sama-sama

meneliti tentang strategi public relations di suatu perusahaan/lembaga.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Desty Aryani adalah penelitian

Desty Aryani berisi tentang bagaimana strategi Marketing Public Relation

pada perusahaan profit Butik Zaskia Sungkar dalam memasarkan busana

muslim kepada masyarakat. Sedangkan penelitian ini berisi tentang

bagaimana strategi Public Relations pada LAZ Al-Azhar yang merupakan

lembaga non-profit.
15

3. Skripsi dari Anggi Herlangga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam (2016), “Strategi Public Relations Radio 96,7

Hitz FM dalam Membangun Citra Positif”. Anggi Herlangga menemukan

  seperti apa peran public relations di Radio 96,7 Hitz FM dalam

mengenalkan radio tersebut dikalangan masyarakat karena radio tersebut

merupakan stasiun radio baru dan belum begitu dikenal oleh masyarakat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian dari Anggi Herlangga adalah

sama-sama meneliti tentang strategi public relations di suatu

perusahaan/lembaga. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dari Anggi

Herlangga adalah penelitian dari Anggi Herlangga berfokus kepada strategi

public relations pada radio swasta/komersil. Sedangkan penelitian ini berisi

tentang strategi Public Relations pada lembaga zakat nasional LAZ Al-

Azhar. Selain itu, penelitian dari Anggi Herlangga juga berisikan tentang

bagaimana strategi public relations dalam membangun citra positif di Radio

96,7 Hitz FM yang merupakan stasiun radio baru sehingga dapat dikenal

oleh masyarakat. Sedangkan penelitian ini berisikan seperti apa strategi PR

dalam meningkatkan brand awareness agar masyarakat dapat mengenal dan

mengingat LAZ Al-Azhar, sehingga masyarakat tersebut akan bersedia

menjadi donatur di LAZ Al-Azhar.

4. Skripsi dari Bill Tesyar Nursallam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam (2016), “Strategi Marketing Public Relations

Citifin Multifinance Syariah dalam Meningkatkan Brand Awareness”.

Persamaan penelitian Bill Tesyar Nursallam dengan penelitian ini adalah

sama-sama meneliti tentang strategi public relations di suatu

perusahaan/lembaga dalam meningkatkan brand awareness. Perbedaan


16

penelitian Bill Tesyar Nursallam dengan penelitian ini adalah penelitian dari

Bill Tesyar Nursallam berfokus kepada kegiatan Marketing Public Relations

pada perusahaan profit Citifin Multifinance yang merupakan perusahaan

  yang bergelut dalam memasarkan jasa pembiayaan, seperti jual dan beli

kendaraan, mobil bekas Showroom atau Dealer, taksi Blue Bird Group, dan

multiguna. Sedangkan penelitian ini berisikan tentang kegiatan Public

Relations di LAZ Al-Azhar yang merupakan lembaga non-profit yang

menerima dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf dari para donatur yang

kemudian akan disalurkan kepada kaum yang membutuhkan secara tepat

sasaran.

5. Skripsi dari Aprizal, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen

Dakwah (2015), “Strategi Fundraising dalam Meningkatkan Penerimaan

Dana Zakat pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat”.

Aprizal menemukan seperti apa strategi fundraising dalam

meningkatkan penerimaan dana zakat pada Lembaga Amil Zakat Al-

Azhar Peduli Ummat. Persamaan penelitian Aprizal dengan penelitian ini

adalah sama-sama meneliti di LAZ Al-Azhar Peduli Ummat beserta strategi

fundraising yang dijelaskan. Perbedaan penelitian dari Aprizal dengan

penelitian ini adalah penelitian dari Aprizal berfokus pada seluruh

kegiatan fundraising di LAZ Al-Azhar pada tahun 2015, yakni dengan

menganalisis peluang, menyusun strategi fundraising, merencanakan

program penghimpunan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan dalam

mengendalikan pengumpulan dana zakat. Sedangkan penelitian ini berisi

tentang bagaimana strategi public relations dalam meningkatkan brand

awareness pada LAZ Al-Azhar, sehingga mampu membentuk dan


17

meningkatkan brand awareness di masyarakat. Selain itu, perbedaan

lainnya ialah penelitian dari Aprizal dilakukan di kantor pusat Al-Azhar

yakni di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI

  Jakarta. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di kantor operasional

LAZ Al-Azhar yang berlokasi di di Jalan Rumah Sakit Fatmawati, No. 27,

RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

6. Skripsi Husin Ismail, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen

Dakwah (2015), “Strategi Membangun Kepuasan Donatur Lembaga

Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat”. Husin Ismail menemukan

seperti apa upaya yang dilakukan dalam membangun kepuasan donatur

LAZ Al-Azhar Peduli Ummat. Persamaan penelitian dari Husin Ismail

dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti di LAZ Al-Azhar Peduli

Ummat. Perbedaan penelitian dari Husin Ismail dengan penelitian ini

adalah penelitian dari Husin Ismail berfokus pada strategi kepuasan

donatur yang meliputi rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu

yang mengaitkan keunggulan dalam memberikan harapan-harapan yang

diinginkan donatur, karena jika donatur merasa puas agar donatur ingin

mendonasikan sebagian hartanya kembali di LAZ Al-Azhar Peduli

Ummat. Sedangkan penelitian ini berisikan tentang seperti apa strategi

public relations dalam meningkatkan brand awareness pada LAZ Al-Azhar,

sehingga mampu membentuk dan meningkatkan brand awareness di

masyarakat, dan kemudian masyarakat tersebut akan bersedia menjadi

donatur di LAZ Al-Azhar.


18

G. Landasan Teori dan Kerangka Konsep

Teori Public Relations

Public relations berasal dari kata “public”, yaitu sekelompok orang yang

mempunyai
  minat dan perhatian yang sama terhadap suatu hal, dan kata

“relations” yang artinya hubungan-hubungan.16

Howard Bonham dalam Neni Yuliantina (2007) mendefinisikan public

relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara lebih

baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang

atau perusahaan/lembaga.17

Berdasarkan pengertian public relations di atas, dapat disimpulkan

bahwa public relations adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh individu

maupun organisasi/kelompok dalam menjalin hubungan baik, baik internal

maupun eksternal dengan publik untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Ruslan menjelaskan peranan public relations dalam suatu

lembaga/organisasi menjadi empat peran, yaitu (1) sebagai komunikator antara

organisasi/lembaga dengan publik, (2) membina hubungan yang positif dan

saling menguntungkan antara organisasi/lembaga dengan publiknya, (3)

sebagai pendukung dalam fungsi manajemen di suatu perusahaan/lembaga, dan

(4) menciptakan citra baik untuk organisasi/lembaganya.18

Berdasarkan penjelasan dari teori di atas, dapat dijelaskan bahwa Public

Relations mampu meningkatkan brand awareness di masyarakat. Hal ini

dikarenakan peran public relations yang merupakan jembatan komunikasi

16
Neni Yulianita. Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas Islam
Bandung, 2007), h. 17.
17
Neni Yuliantina, Dasar-dasar Public Relations, h. 27.
18
Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, h. 10.
19

antara lembaga/perusahaan dengan masyarakat. Sehingga public relations

berperan penting dalam meningkatkan brand awareness di masyarakat.

Strategi
  Public Relations

Dalam membangun brand awareness, terdapat beberapa strategi yang

dilakukan oleh public relations pada suatu perusahaan/lembaga, diantaranya:19

1. Product Promotions

Promotions dilakukan tergantung pada perusahaan/lembaga yang

bergerak di bidang tertentu, dapat berupa produk barang ataupun jasa.

Promosi dilakukan agar publik dapat mengetahui informasi mengenai barag

atau jasa pada perusahaan/lembaga tertentu

2. Publicity

Publisitas bertujuan untuk membentuk pengetahuan dan kesadaran

masyarakat mengenai perusahaan/lembaga tertentu.

3. Lobbying

Dalam public relations juga terdapat kegiatan melobi, namun dalam

artian yang positif. Terdapat beberapa tugas dalam melobi, yaitu (1)

menggali informasi dari berbagai sumber untuk mengetahui infomasi dari

suatu perusahaan, (2) memberikan informasi secara persuasif, (3)

mempromosikan kegiatan administrasi perusahaan, dan (4) memperoleh

partnership atau sponshorship.

4. Fundraising

Public relations memiliki tanggung jawab dalam memiliki kepedulian

19
Scott M. Cultip dan Allen H. Center, Effective Public Relations, revised fifth edition, (USA:
Prentice-Hall Inc), h. 8.
20

terhadap masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan citra positif perusahaan di

mata publik.

5. Special Event

  Perusahaan atau lembaga yang telah berkembang biasanya melakukan

acara khusus yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat

tentang produk ataupun layanan pada perusahaan atau lembaga tersebut.

6. Low Budget High Impact

Perusahaan atau lembaga non-profit biasanya meminimalisir dana

untuk mempromosikan atau melakukan strategi PR yang ada dalam lembaga

tersebut. Low budget high impact berarti dengan mengeluarkan dana yang

minim, diharapkan dapat menghasilkan pengaruh yang kuat.

H. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun penelitian ini, penulis membagai pembahasan-

pembahasan ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan yang membahas tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, tujuam, manfaat penelitian, pembatasan

dan perumusan masalah, serta sistematika pembahasan dalam penyusunan

penelitian ini.

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini berisi tentang uraian mengenai teori-teori yang relevan yang

akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan memberikan arah dalam melakukan

penelitian dan definisi konsep (pengertian strategi, public relations, strategi public

relations, lembaga amil zakat, serta brand awareness).


21

BAB III: GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini berisi tentang profil atau gambaran umum dari Lembaga Amil

Zakat (LAZ) Al-Azhar, seperti sejarah, visi dan misi, makna logo, karakter

lembaga,
  program-program, dan struktur organisasi LAZ Al-Azhar yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini merupakan inti dari penelitian ini karena di dalamnya berisikan

hasil penelitian yang ditemukan, kemudian dianalisis menggunakan teori-teori

yang sudah disiapkan untuk membuat kesimpulan.

BAB V: PENUTUP

Bab ini merupakan bagian terakhir dan pada bagian ini penulis akan

memberikan kesimpulan dan juga saran mengenai penelitian yang telah dilakukan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian dan Fungsi Strategi

J. L. Thompson (1995) dalam Sandra Oliver (2006) mendefinisikan

strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir. Dalam hal ini, hasil akhir

menyangkut tujuan dan sasaran dari suatu organisasi atau lembaga.1

Mintzberg dalam Sandra Oliver (2006) menyatakan bahwa terdapat lima

fungsi strategi, diantaranya:2 (1) sebuah rencana atau tindakan yang diinginkan

secara sadar, (2) sebuah cara untuk mengecoh lawan atau kompetitor, (3) sebuah

pola dalam suatu rangkaian tindakan, (4) sebuah posisi atau cara menempatkan

organisasi dalam suatu lingkungan, (5) sebuah perspektif atau cara yang

terintegrasi dalam memandang dunia.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi

merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga dalam

mencapai misi atau hasil akhir yang diinginkan oleh organisasi atau lembaga

tersebut.

B. Public Relations

1. Pengertian Public Relations

Public relations berasal dari bahasa Inggris, yakni kata “public” dan

“relation”. “Public” apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti

1
Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 2.
2
Sandra Oliver, Strategi Public Relations, h. 2.
22
23

“publik”, yaitu sekelompok orang yang mempunyai minat dan perhatian yang

sama terhadap suatu hal.3 Sedangkan “relation” apabila diterjemahkan ke dalam

bahasa
  Indonesia berarti hubungan-hubungan. Dalam public relations, kata

“relation” ditambahkan huruf “s” sehingga menjadi kata “relations”, yang berarti

menunjukkan sifat jamak.4 Dengan demikian, makna hubungan-hubungan disini

adalah dalam arti yang jamak pula. Maka dapat disebutkan bahwa kegiatan dalam

public relations tidak hanya dalam satu macam hubungan, melainkan ada

berbagai macam hubungan.

Berdasarkan terjemahan kalimat di atas, dapat disebutkan bahwa public

relations berarti hubungan-hubungan antar publik. Howard Bonham dalam Neni

Yuliantina (2007) mendefinisikan public relations adalah suatu seni untuk

menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam

kepercayaan publik terhadap seseorang atau perusahaan/lembaga.5 Seni dalam hal

ini berarti seorang public relations harus mempunyai dan mampu menampilkan

seni berkomunikasi yang baik secara verbal maupun non verbal.

Seni berkomunikasi inilah yang nantinya akan menarik minat publik dan

menarik kepercayaan publik terhadap segala hal yang berkaitan dengan seseorang

atau perusahaan/lembaga. Dengan demikian, public relations akan dapat

memberikan keuntungan bagi nama baik perusahaan/lembaga dan sesuai dengan

citra positif dari publik mengenai perusahaan/lembaga tersebut.

3
Neni Yuliantina, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas Islam
Bandung, 2007), h. 17,
4
Neni Yuliantina, Dasar-dasar Public Relations, h. 20.
5
Neni Yuliantina, Dasar-dasar Public Relations, h. 27.
24

2. Peran Public Relations

Dozier dan Broom (1995) dalam Rosady Ruslan (2002) menjelaskan

bahwa
  peranan public relations dibagi menjadi empat kategori, yaitu:6

a. Expert prescriber (penasihat ahli), yaitu praktisi PR berperan memiliki

pengalaman dan kemampuan dalam mencari solusi untuk menyelesaikan

masalah mengenai hubungan dengan publiknya (public relationship). Dalam

menyelesaikan masalah tersebut, public relations membantu pimpinan

organisasi dengan cara memberi nasihat.

b. Communication fasilitator (fasilitator komunikasi), yaitu praktisi PR

berperan sebagai komunikator dan mediator dalam membantu pihak

manajemen untuk mendengarkan apa yang diinginkan dan diharapkan oleh

publik mengenai organisasi/lembaga tersebut. Selain itu, praktisi PR juga

harus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan dari

organisasi/lembaga tersebut kepada publiknya. Dengan melalui komunikasi

timbal balik tersebut, maka akan tercipta rasa saling percaya, saling

menghargai, saling mengerti, dan saling toleransi antara publik dan

lembaga/organisasi yang bersangkutan.

c. Problem solving process fasilitator (fasilitator proses pemecahan masalah),

yaitu praktisi PR berperan dalam proses pemecahan masalah. Berbeda

dengan expert prescriber (penasihat ahli) yang hanya memberikan masukan

dan nasihat, problem solving process fasilitator ini selain membantu

6
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 21-23
25

pimpinan organisasi dengan cara memberi nasihat juga membantu pimpinan

organisasi dalam proses pengambilan keputusan dari suatu masalah.

d.  Communications technician, yaitu praktisi PR selain berperan sebagai

komunikator, ia juga harus memiliki keterampilan dalam kegiatan jurnalistik

seperti membuat artikel mengenai perusahaan/lembaga yang bersangkutan.

C. Fungsi dan Tujuan Pubic Relations

Onong Effendy (1992) dalam Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah

(2011) mengemukakan fungsi utama public relations, diantaranya:

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan bersama.

b. Membina hubungan yang harmonis antara perusahaan/lembaga dengan

publik internal maupun publik eksternal.

c. Mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan

tanggapan masyarakat mengenai perusahaan/lembaga tersebut.

d. Melayani keinginan dan kebutuhan masyarakat dan memberikan saran

kepada pimpinan manajemen demi tercapainya tujuan bersama.

e. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dan mengatur

tersampaikannya informasi, sehingga publikasi dan pesan mengenai

perusahaan/lembaga tersebut dapat diketahui oleh masyarakat.

Secara umum, Neni Yuliantina (2007) menjelaskan tujuan public

relations sebagai kegiatan untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan

citra baik dari suatu lembaga/perusahaan. Selain itu, public relations juga
26

bertujuan untuk memperbaiki citra perusahaan/lembaga yang sedang

menurun/rusak.7

 
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

aktivitas fungsi public relations tersebut ialah untuk membangun hubungan

baik antara masyarakat dengan lembaga/perusahaan dengan cara memberikan

informasi, pengertian, menimbulkan motivasi, dan partisipasi. Tidak hanya itu

saja, public relations harus mampu membentuk hingga mempertahankan citra

positif dari suatu organisasi/lembaga.

D. Strategi Public Relations

Menurut Scott M. Cultip dan Allen H. Center, terdapat beberapa strategi

yang dilakukan oleh public relations pada suatu perusahaan/lembaga,

diantaranya product promotions, publicity, lobbying, dan fundraising.8

1. Product Promotions

Promotions atau promosi adalah kegiatan komunikasi yang dirancang

untuk menangkap kepentingan umum dan untuk memperoleh pengakuan,

pengertian dan dukungan bagi organisasi, lembaga, layanan, maupun

perusahaan.9 Aktivitas komunikasi ini dapat melibatkan media masa, seperti

poster, spanduk, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, promosi merupakan aktivitas untuk

menyebarluaskan pesan tentang suatu produk sehingga produk ini dapat diingat

7
Neni Yuliantina, Dasar-dasar Public Relations, h. 42.
8
Scott M. Cultip dan Allen H. Center, Effective Public Relations, revised fifth edition, (USA:
Prentice-Hall Inc), h. 8.
9
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2011), h. 458.
27

oleh masyarakat. Pesan-pesan ini biasanya berupa iklan yang selanjutnya

dipublikasikan melalui media massa.

  Tujuan promosi dapat dilihat melalui dua sudut pandang, yakni tujuan

utama dan tujuan khusus promosi. Tujuan utama promosi ada tiga, yaitu:

a. Informing (menginformasikan). Segala kegiatan promosi bertujuan agar

masyarakat mengetahui karakter suatu produk, sehingga akan menarik minat

dari masyarakat.

b. Peruading (membujuk), yakni untuk membujuk konsumen untuk membeli

suatu produk yang ditawarkan.

c. Reminding (mengingatkan). Promosi merupakan mekanisme untuk

mengingatkan konsumen tentang keunggulan produk yang ditawarkan.

Selain fungsi utama promosi, juga terdapat fungsi khusus promosi, yaitu:10

a. Membangun awareness (kesadaran). Dalam hal ini, promosi dianggap

mampu membuat masyarakat untuk mengetahui atau mengingat suatu

produk maupun lembaga tertentu.

b. Menciptakan minat, yakni untuk membentuk kesadaran masyarakat melalui

pesan-pesan yang meyakinkan masyarakat bahwa mereka bisa memenuhi

kebutuhan mereka di perusahaan tertentu.

c. Menyediakan informasi. Dengan adanya promosi, maka hal ini akan

memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk memberikan informasi

yang memadai kepada masyarakat, sehingga masyarakat akan mendapatkan

banyak informasi mengenai suatu produk atau jasa dari perusahaan tertentu.

10
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 505-506.
28

d. Merangsang permintaan. Dalam hal ini, perusahaan biasanya menggunakan

media massa untuk menarik rangsangan masyarakat, seperti iklan di televisi

  hingga sosial media.

e. Memperkuat brand (merek). Dengan adanya promosi, maka dapat

memperkuat hubungan antara pembeli/pelanggan/donatur terhadap

perusahaan atau produk tertentu. Hal ini dimaksudkan agar pelanggan tetap

setia terhadap suatu produk atau jasa dari lembaga/perusahaan tertentu.

2. Publicity

Selain strategi promotions (promosi), dalam public relations juga

terdapat startegi publicity (publisitas). Walaupun berbeda, promosi dan

publisitas tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan, karena publisitas

bertujuan untuk mempromosikan sesuatu atau seseorang kepada publik.

Seperti yang dikatakan oleh Ardianto (2009) dalam Elvinaro Ardianto

(2011), bahwa fungsi dan tugas public relations salah satunya ialah

menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai

media tentang kegiatan organisasi atau lembaga yang harus diketahui oleh

publik. Selain itu, PR juga berfungsi dan bertugas untuk menghasilkan

publisitas untuk memperoleh tanggapan positif dari masyarakat.11

Menurut Merriam-Webster Dictionary dalam Alo Liliweri, publisitas

adalah informasi yang dirancang untuk memperlihatkan, memperkenalkan,

mempertahankan nama dan kehormatan seseorang, perkumpulan orang, atau

organisasi/lembaga ke hadapan publik dalam suatu konteks tertentu melalui

11
Elvinaro Ardianto, Handbook of Public Relations: Pengantar Komprehensif, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 261.
29

media untuk menciptakan daya tarik kepada publik.12

Menurut Alo Liliweri (2011), terdapat empat bentuk publisitas, yakni

pure
  publicity, free publicity, tie-in publicity, dan paid publicity:13

a. Pure Publicity, yaitu publisitas yang dilakukan dengan cara alamiah atau

natural. Dalam hal ini, misalnya seorang public relations melakukan

publisitas dengan cara mengikuti kegiatan kemanusiaan atau sosial sebagai

wujud interaksi sosial.

b. Free Publicity, yaitu publisitas yang dilakukan seseorang secara bebas tanpa

mengeluarkan uang untuk membeli media. Dalam hal ini, misalnya seorang

public relations melakukan publisitas dengan menjadi pembicara seminar

suatu universitas dengan membawa nama lembaga dimana PR tersebut

bekerja. Selain itu, penggunaan sosial media juga merupakan cara yang

efektif untuk melakukan free publicity.

c. Tie-in Publicity, yaitu publisitas yang dilakukan seseorang dengan

memanfaatkan kejadian dan tempat luar biasa. Dalam hal ini, misalnya

seorang public relations melakukan publisitas dengan memanfaatkan lokasi

kejadian bencana alam untuk menarik simpati dari khalayak bahwa public

relations dari suatu lembaga tertentu mempunyai kepedulian sosial.

d. Paid Publicity, yaitu publisitas yang dilakukan seseorang dengan

membayar program atau rubrik yang dijual oleh media massa. Dalam hal

ini, misalnya seorang public relations mengiklankan lembaganya melalui

spanduk di jalan, rubrik di media cetak, atau iklan di televisi/radio.

12
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 458.
13
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 462-463.
30

3. Lobbying

  Bagi sebagian orang, kegiatan melobi dianggap tidak baik dan

merupakan kegiatan untuk memanipulasi kepentingan tertentu. Padahal,

kegiatan melobi ini merupakan kegiatan yang sangat membantu bagi public

relations dalam memasarkan produk atau jasa maupun mencari sponsorship

untuk suatu lembaga/perusahaan. Salim Kartono (2007) menjelaskan bahwa

lobbying adalah kontak pribadi yang dilakukan secara informal untuk

mendekatkan brand ke target market. Tujuannya untuk mengingatkan,

mendorong, maupun menembus konsumen yang sulit ditembus dengan strategi

branding biasa.14

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa kegiatan melobi

merupakan kegiatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh seseorang

yang memiliki kepentingan tertentu untuk membujuk atau memperngaruhi

pihak-pihak tertentu agar mendapatkan sesuatu yang diinginkan oleh yang

melobi.

Terdapat beberapa tugas dalam melobi, seperti: (1) menggali informasi

dari sumber yang harus diketahui oleh perusahaan, (2) menginformasikan

informasi tersebut secara persuasif, (3) menjelaskan kegiatan administrasi

perusahaan, (4) memperoleh sponsorship.15

14
Salim Kartono, Lima Jurus Sukses Berbisnis Retail di Modern Market, (Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2007), h. 148.
15
Scott M. Cultip dan Allen H. Center, Effective Public Relations, revised fifth edition, h. 10.
31

4. Fundraising

Salah satu faktor nafas panjang suatu organisasi non-profit ialah

bergantung
  pada sejauh mana organisasi tersebut dapat menghimpun dan

mengelola dana.16 Karena organisasi non-profit merupakan organisasi nirlaba

yang tidak mencari keuntungan pribadi, sehingga organisasi ini bergantung

pada bagaimana fundraising yang dilakukan sehingga dana terkumpul dan

dapat dikelola untuk pelaksanaan program yang terdapat dalam

organisasi/lembaga tersebut.

Biasanya, organisasi non-profit sangat bergantung pada kegiatan

pengumpulan dana (fundraising) untuk menunjang operasionalnya. Public

relations dalam organisasi non-profit berperan dalam menarik khalayak untuk

kegiatan pengumpulan dana dan memberikan informasi kepada donatur

mengenai sejauh mana penggunaan dana yang sudah terkumpul. Selain itu,

public relations dalam organisasi non-profit juga berperan dalam menarik

masyarakat untuk menjadi sukarelawan atau donatur.17 Seperti yang dijelaskan

Morissan (2008) bahwa lembaga/organisasi non-profit didirikan untuk

mencapai tujuan yang bersifat non-bisnis atau tidak mencari keuntungan.18

Fundraising berasal dari gabungan kata dalam bahasa Inggris, yakni kata

“fund” dan “raising”. Kata “fund” berarti dana, biaya, sedangkan kata

“raising” berarti mengumpulkan, menaikkan, meningkatkan. Jika kata “fund”

16
Institut Manajemen Zakat, Manajemen Zakat Gaya BUMN: Praktik Pengelolaan Zakat Baitul
Maal Pupuk Kujang, (Ciputat: Divisi Publikasi Institut Manajemen Zakat, 2006), h. 31.
17
Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional, (Jakarta:
Kencana Prenamedia Group, 2008), h. 90.
18
Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional, h. 89.
32

dan “raising” digabung akan menjadi fundraising yang artinya pengumpulan

dana, pengelolaan dana.

 
Menurut Purwanto (2009), fundraising adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mempengaruhi masyarakat atau lembaga, baik individu atau kelompok

agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi/lembaga.19

Berdasarkan penjelasan di atas, public relations sangat berperan dalam

kegiatan fundraising dalam organisasi/lembaga. Terlebih lagi, lembaga amil

zakat merupakan lembaga yang tidak mencari keuntungan pribadi, maka

seorang amil harus melakukan fundraising dengan baik agar program yang

telah dibentuk dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Dana yang

diperoleh akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional

pada organisasi/lembaga tersebut sehingga dapat mencapai tujuan.

Kegiatan fundraising dapat dilakukan melalui dua metode, yakni direct

fundraising dan indirect fundraising.20

a. Metode fundraising langsung (direct fundraising)

Metode direct fundraising ialah kegiatan fundraising yang dilakukan

dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan muzakki

secara langsung. Kegiatan ini dilakukan melalui proses interaksi dan daya

akomodasi terhadap seperti apa respon muzakki secara langsung. Apabila

muzakki tersebut tergerak hatinya untuk menyalurkan hartanya (berdonasi),

19
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Teras,
2009), h. 12.
20
Aprizal, Skripsi Sarjana: “Strategi Fundraising dalam Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat
pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h.
26.
33

maka amil akan dengan mudah memberikan informasi mengenai

kelengkapan dan persyaratan apa saja yang dilakukan untuk melakukan

  donasi. Contoh dari metode direct fundraising ini misalnya melalui direct

mail, direct advertising, hingga presentrasi secara langsung.

b. Metode fundraising tidak langsung (indirect fundraising)

Metode indurect fundraising ialah kegiatan fundraising yang

dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak

melibatkan muzakki secara langsung. Metode ini biasanya dilakukan dengan

melakukan promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga

yang kuat, tanpa diarahkan untuk melakukan transaksi donasi pada saat itu

juga. Contoh dari metode indirect fundraising ini misalnya mengadakan

event, menjalin relasi, melalui referensi dari orang yang dikenal, ataupun

melalui mediasi dari para tokoh.21

Metode direct fundraising dan indirect fundraising sama-sama memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan direct fundraising ialah dengan metode

ini, muzakki dapat dengan langsung menyalurkan zakatnya, dan metode ini

tidak mengeluarkan biaya operasional yang banyak. Sedangkan kekurangannya

ialah muzakki bisa saja akan merasa jenuh karena mendengarkan amil

presentasi langsung. Selain itu, kelebihan metode indirect fundraising ialah

selain lembaga/organisasi tersebut mendapatkan citra positif, muzakki juga

akan mendapatkan informasi yang lebih luas mengenai kegiatan apa saja yang

dilakukan oleh lembaga/organisasi tersebut. Sedangkan kekurangannya ialah

21
Aprizal, Skripsi Sarjana: “Strategi Fundraising dalam Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat
pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat”, h. 27.
34

biasanya muzakki akan lebih mempertimbangkan apakah ingin berdonasi pada

waktu ini juga atau dilain waktu.

 
5. Special Event

Special event atau kegiatan khusus biasanya dilakukan oleh lembaga atau

perusahaan dengan mengadakan acara khusus yang bertujuan untuk menarik

perhatian publik internal maupun eksternal. PR pada perusahaan atau lembaga

harus mempersiapkan rencana acara, waktu, undangan, dan segala persiapan

yang dibutuhkan dalam melakukan special event. Dengan melakukan special

event ini, sebuah perusahaan atau lembaga dapat dengan mudah melakukan

pendekatan dengan masyarakat dan dapat pula mempengaruhi opini publik.22

6. Low Budget High Impact

Low Budget High Impact berasal dari bahasa Inggris, yakni kata “low”,

“budget”, “high”, dan “impact”. Kata “low” jika diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia berarti “rendah, murah, sedikit”, kemudian “budget” jika

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “anggaran belanja,

keuangan”, selain itu kata “high” jika diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia berarti “besar, mahal, tinggi”, sedangkan kata “impact” jika

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “dampak, pengaruh yang kuat”.

22
Nova Firsan, Crisis Public Relations: Bagaimana Public Relations Menangani Krisis
Perusahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 124.
35

Kegiatan ini dilakukan untuk menarik perhatian pelanggan (promosi) dengan

biaya yang murah, tetapi tetap efektif.23

 
Berdasarkan penjelasan di atas, low budget high impact dapat diartikan

sebagai strategi komunikasi pemasaran dengan menggunakan biaya yang kecil

atau biaya yang sedikit, namun dapat menghasilkan dampak dan pengaruh

yang besar.

Morissan (2008) menjelaskan bahwa lembaga/organisasi non-profit

didirikan untuk mencapai tujuan yang bersifat non-bisnis atau tidak mencari

keuntungan.24 Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan

strategi public relations, lembaga non-profit harus meminimalisir pengeluaran

dana. Dana yang besar hanya boleh digunakan untuk menjalankan program-

program dari lembaga tersebut sehingga dapat memberdayakan masyarakat

atau ummat. Dengan meminimalisir pengeluaran dana dalam menjalankan

strategi public relations ini bukan berarti lembaga non-profit tidak

mengeluarkan biaya sama sekali. Lembaga non-profit ini tetap mengeluarkan

biaya, tetapi tidak banyak seperti lembaga profit lainnya. Dengan

menggunakan metode low cost high impact diharapkan walaupun dana yang

dikeluarkan sedikit, namun dampak atau pengaruh yang dihasilkan besar.

23
Jenu Widjaja Tanjung, Stop Promotions, Start Communications, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2013), hlm. 10.
24
Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional, h. 89.
36

E. Zakat dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)

1. Pengertian Zakat

  Pengertian zakat menurut bahasa berasal dari bahasa arab yaitu Al-

Zakat. Jika di tinjau dari segi bahasa, zakat memiliki makna suci, tumbuh,

berkah dan terpuji. Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang

di wajibkan oleh Allah SWT untuk di berikan kepada mustahiq (kelompok

yang berhak).25 Dengan demikian, zakat dapat membersihkan dan menyucikan

diri seseorang dengan hartanya, pahala bertambah, harta dapat berkembang,

dan membawa berkah.26 Berdasarkan penjelasan tersebut, zakat dapat membuat

manusia untuk menyadari bahwa harta yang mereka miliki sebenarnya

merupakan titipan dan amanah dari Allah SWT dan penggunaannya harus

sesuai dengan ketentuan dari Allah SWT.

Al Mawardi dalam Bariadi mendefinisikan zakat menurut Hukum Islam

bahwa zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang

tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan

tertentu.27

2. Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur

pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib

25
Nurul Isnaini Lutfiana, Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluaran Dana Zakat, (Malang: 2009),
h. 20.
26
Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 15.
27
Lili Bariadi, Muhammad Zen, dan M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h. 4.
37

atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.28 Di dalam Al-

Quran, dijelaskan Surat At-Taubah ayat 103, yakni:

Artinya : Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa

bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.

(QS. At-Taubah:103).

3. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan institusi pengelola zakat yang

dibentuk oleh masyarakat atau pemerintah. Keberadaan LAZ yang tetap

dilindungi dan diberi keluasan untuk mengelola zakat merupakan cara

pemerintah untuk tetap mendorong peran masyarakat dalam pengelolaan

zakat.29 Lembaga Amil Zakat merupakan institusi yang berperan sebagai

perantara antara muzakki dan mustahik. Karena, dengan adanya LAZ ini maka

akan mempermudah penyaluran dan penerimaan dana zakat agar tepat sasaran

dan menyeluruh.

Di dalam Lembaga Amil Zakat (LAZ), terdapat peran penting dari Amil

Zakat itu sendiri. Amil Zakat adalah petugas yang ditunjuk oleh pemerintah
28
Lili Bariadi, Muhammad Zen, dan M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, h. 5.
29
Kementerian Agama RI Direktorat Pemberdayaan Zakat, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia,
(Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), h. 59.
38

atau masyarakat untuk mengumpulkan zakat, menyimpan zakat, dan kemudian

membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya (mustahik).30

Walaupun
  LAZ merupakan organisasi non-profit, petugas amil zakat berhak

mendapatkan upah yang wajar dan pantas, tidak terlalu besar dan tidak terlalu

kecil. Yang dimaksud dengan upah dengan ukuran yang wajar ialah yang

sesuai dengan kesepakatan bersama dan tidak ditentukan oleh amil itu sendiri.

Ali Hasan (2008) menjelaskan bahwa Al-Qur’an membenarkan bila amil

berhak mendapatkan upah dari zakat, karena fungsi amil zakat yang cukup

banyak. Fungsinya seperti pengalokasian pendataan wajib zakat dan penerima

zakat agar dana tepat sasaran.31

Fungsi tersebut tidaklah mudah, para amil zakat harus teliti, agar tidak

ada mustahik yang tidak menerima zakat. Karena kemungkinan ada mustahik

yang hidupnya tidak sejahtera, tetapi dia tidak ingin memperlihatkan

kesengsaraan hidupnya kepada orang lain. Selain itu, seorang amil zakat

haruslah memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut:32 (1) seorang

muslim, (2) seorang mukalaf (dewasa) yang sehat akal dan pikirannya, (3)

seorang yang jujur, (4) seorang yang memahami seluk beluk zakat (mulai dari

hukumnya hingga pelaksanaannya).

30
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 96.
31
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, h.
96.
32
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, h.
97.
39

4. Standar dan Kriteria Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Menurut UU Nomor 23/2011, untuk dapat menjadi Lembaga Amil

Zakat
  (LAZ), sebuah lembaga haruslah memenuhi beberapa standar sebagai

berikut: (1) LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh

masyarakat. (2) Mampu melaksanakan fungsi pengumpulan, penditribusian,

dan pendayagunaan zakat. (3) Pembentukan LAZ harus mendapat izin

Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. (4) Siap melakukan

koordinasi dengan BAZNAS dalam rangka mengoptimalkan fungsi

pengelolaan zakat.

Dalam memenuhi standar di atas, terdapat kriteria-kriteria yang harus

dipenuhi, diantaranya:33

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang

pendidikan, dakwah, dan sosial.

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum, karena pengelolaan zakat merupakan

perbuatan hukum yang menuntut kesesuaian dan kesungguhan dengan

peraturan perundang-undangan.

c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS, karena mengingat LAZ harus

bersedia melakukan pengelolaan zakat di bawah koordinasi BAZNAS

selaku koordinator. Selain itu, rekomendasi juga untuk melihat dan

mengenali tingkat kelayakan dan kepatutan dalam pengelolaan zakat.

d. Memiliki pengawas syariat. Pengawas syariat adalah pihak yang mengkaji,

meneliti, dan menilai apakah pengelolaan zakat telah berpedoman pada

33
Kementerian Agama RI Direktorat Pemberdayaan Zakat, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia,
h. 61-62..
40

syariat.

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk

  melaksanakan kegiatannya.

f. Bersifat nirlaba. Ketentuan dalam bersifat nirlaba ini untuk mencegah

adanya penyimpangan pendayagunaan zakat ke arah pencari

laba/keuntungan.

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat.

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. Dalam hal ini, LAZ

harus bersedia diperiksa program/kegiatannya untuk memastikan bahwa

zakat dikelola dengan baik dan sesuai syariat.

5. Syarat dan Ketentuan Berdirinya LAZ

Selain standar dan kriteria di atas, BAZNAS menyebutkan beberapa

syarat yang harus dipenuhi oleh BAZ dan LAZ, yaitu:34

a. Syarat BAZ-LAZ Nasional yaitu beroperasi minimal di 10 provinsi dan

penghimpunan dana minimal 25 miliar rupiah pertahun. Laporan keuangan

mendapat opini wajar tanpa pengecualian dalam 3 tahun terakhir.

b. Syarat BAZ-LAZ provinsi yaitu beroperasi minimal di 5 kabupaten/kota

dan penghimpunan dana minimal 10 miliar rupiah pertahun. Laporan

keuangan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dalam 2 tahun

terakhir.

c. Syarat BAZ-LAZ kabupaten/kota yaitu beroperasi minimal di 40%

34
Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015, h. 100.
41

kecamatan, penghimpunan dana minimal 2 miliar rupiah pertahun.

Laporan keuangan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dalam 2

  tahun terakhir.

Namun, pada tahun 2015, Kementerian Agama RI menerbitkan aturan

baru untuk LAZ.35 Berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik

Indonesia No. 333 Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Pembentukan

Lembaga Amil Zakat, terdapat beberapa mekanisme pengajuan izin. Berikut

merupakan mekanisme pengajuan izin untuk LAZ berskala Nasional. Izin

pembentukan LAZ berskala nasional diberikan oleh Menteri setelah

mendapat rekomendasi dari BAZNAS. lzin pembentukan LAZ berskala

nasional dapat diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam

berskala nasional, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.

Permohonan izin pembentukan LAZ berskala nasional diajukan secara tertulis

kepada Menteri dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:36

a. Rekomendasi BAZNAS;

b. Anggaran dasar organisasi;

c. Surat keterangan terdaftar dari Kementerian Dalam Negeri bagi

organisasi kemasyarakatan Islam atau Surat Keputusan Pengesahan

sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM bagi yayasan

atau perkumpulan berbasis Islam;

35
https://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/01/08/o0m8gd9-kemenag-terbitkan-
aturan-baru-untuk-laz
36
http://baznas.banyuasinkab.go.id/wp-content/uploads/sites/253/2017/09/KMA-NO.-333-THN-
2015-PEMBERIAN-IZIN-LAZ.pdf.pdf
42

d. Susunan pengawas syari'at yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua

dan 2 (dua) anggota

e.
  Surat pernyataan sebagai pengawas syari'at di atas meterai yang

ditandatangani oleh masing-masing pengawas syari'at;

f. Daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis

(penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan), administratif, dan

keuangan, dengan jumlah minimal 40 (empat puluh) orang pegawai yang

dilegalisir pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam skala nasional,

yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam

g. Photocopy kartu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan atau

asuransi lain bagi pegawai sebagaimana dimaksud dalam huruf f.

h. Surat pernyataan bahwa seluruh pengurus dan pegawai tidak merangkap

sebagai pengurus dan pegawai BAZNAS dan LAZ lainnya. Surat

pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala di atas

materai dan ditandatangani oleh pimpinan organisasi/lembaga yang

bersangkutan

i. Surat pernyataan kesanggupan menghimpun zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya minimal 50 puluh milyar rupiah per

tahun.

j. Ikhtisar perencanaan program pendayagunaan zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya bagi kesejahteraan umat paling sedikit di

3 (tiga) provinsi yang mencakup: (1) nama program, (2) lokasi program,

(3) jumlah penerima manfaat, (4) jumlah zakat yang disalurkan, (5)
43

keluaran (output), (6) hasil (outcome), (7) manfaat (benefit), dan (8)

dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

  Kemudian, izin pembentukan LAZ berskala provinsi diberikan oleh

Direktur Jenderal setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS.lzin

pembentukan LAZ berskala provinsi dapat diajukan oleh pimpinan organisasi

kemasyarakatan Islam berskala provinsi, yayasan berbasis Islam, atau

perkumpulan berbasis Islam. Permohonan izin pembentukan LAZ berskala

provinsi diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan

melampirkan:

a. Rekomendasi BAZNAS;

b. Anggaran dasar organisasi;

c. Surat keterangan terdaftar dari organisasi/satuan kerja perangkat daerah

pemerintah provinsi yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan

urusan pemerintah provinsi di bidang kesatuan bangsa dan politik bagi

organisasi kemasyarakatan Islam atau surat keputusan pengesahan sebagai

badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM bagi yayasan atau

perkumpulan berbasis Islam;

d. Susunan pengawas syari'at yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan

1 (satu) anggota;

e. Surat pernyataan sebagai pengawas syari'at di atas meterai yang

ditandatangani oleh masing-masing pengawas syari'at;

f. Daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis (penghimpunan,

pendistribusian, dan pendayagunaan), administratif, dan keuangan, dengan


44

jumlah minimal 20 (dua puluh) orang pegawai yang dilegalisir pimpinan

organisasi kemasyarakatan Islam berskala provinsi, yayasan berbasis

  Islam, atau perkumpulan berbasis Islam;

g. Photocopy kartu BP.IS l(etenagakerjaan dan BPJS Kesehatan atau asuransi

lain bagi pegawai sebagaimana dimaksud huruf f;

h. Surat pernyataan bahwa seluruh pengurus dan pegawai tidak merangkap

sebagai pengurus dan pegawai BAZNAS dan LAZ lainnya;

i. Surat pernyataan bersedia diaudit syari'atdan keuangan secara berkala di

atas meterai dan ditandatangani oleh pimpinan organisasi/lembaga yang

bersangkutan;

j. Surat pernyataan kesanggupan menghimpun zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya minimal 20 puluh milyar rupiah per tahun.

k. Ikhtisar perencanaan program pendayagunaan zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya bagi kesejahteraan umat paling sedikit di 3

(tiga) kabupaten/kota yang mencakup: (1) nama program, (2) lokasi

program, (3) jumlah penerima manfaat, (4) jumlah zakat yang disalurkan,

(5) keluaran (output), (6) hasil (outcome), (7) manfaat (benefit), dan (8)

dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

Kemudian, izin pembentukan LAZ berskala kabupaten/kota diberikan

oleh kepala kantor wilayah setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

Izin pembentukan LAZ berskala kabupaten/kota dapat diajukan oleh

pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam berskala kabupaten/kota,


45

yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam. Permohonan izin

pembentukan LAZ berskala kabupaten/kota diajukan secara tertulis kepada

kepala
  kantor wilayah dengan melampirkan:

a. Rekomendasi BAZNAS;

b. Anggaran dasar organisasi;

c. Surat keterangan terdaftar dari organisasi/satuan kerja perangkat daerah

pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan fungsi

menyelenggarakan urusan pemerintah provinsi di bidang kesatuan bangsa

dan politik bagi organisasi kemasyarakatan Islam atau surat keputusan

pengesahan sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM

bagi yayasan atau perkumpulan berbasis Islam;

d. Susunan pengawas syari'atyang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan

1 (satu) anggota;

e. Surat pernyataan sebagai pengawas syari'at di atas meterai yang

ditandatangani oleh masing-masing pengawas syari'at;

f. Daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis (penghimpunan,

pendistribusian, dan pendayagunaan), administratif, dan keuangan, dengan

jumlah minimal 8 (delapan) orang pegawai yang dilegalisir pimpinan

organisasi kemasyarakatan Islam berskala kabupaten/kota, yayasan

berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam;

g. Photocopy kartu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan atau asuransi

lain bagi pegawai sebagaimana dimaksud huruf f;


46

h. Surat pernyataan bahwa seluruh pengurus dan pegawai tidak merangkap

sebagai pengurus dan pegawai BAZNAS dan LAZ lainnya;

i.  Surat pernyataan bersedia diaudit syari'atdan keuangan secara berkala di

atas meterai dan ditandatangani oleh pimpinan organisasi/lembaga yang

bersangkutan;

j. Surat pernyataan kesanggupan menghimpun zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya minimal 3 milyar rupiah per tahun.

k. Ikhtisar perencanaan program pendayagunaan zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya bagi kesejahteraan umat paling sedikit di 3

(tiga) kecamatan yang mencakup: (1) nama program, (2) lokasi program,

(3) jumlah penerima manfaat, (4) jumlah zakat yang disalurkan, (5)

keluaran (output), (6) hasil (outcome), (7) manfaat (benefit), dan (8)

dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

6. Perbedaan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Selain itu, perbedaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNas) dan

Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNas) yaitu BAZNas adalah lembaga

yang dibentuk oleh pemerintah yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional. Sedangkan LAZNas adalah lembaga yang

dibentuk oleh masyarakat yang bertugas untuk membantu pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional. 37

37
http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/Perbaznas1.pdf
47

F. Brand Awareness

1. Pengertian Brand (Merek)

  Brand (merek) telah menjadi elemen yang sangat berperan dalam

kesuksesan sebuah perusahaan/organisasi, baik dalam organisasi bisnis maupun

nirlaba, organisasi penyedia barang maupun jasa, dan organisasi lokal, regional

maupun global.

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda

berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki kekuatan pembeda dan

digunakan dalam perdagangan barang atau jasa.38

2. Manfaat Brand (Merek)

Keller K. L. (2008) dalam Fandy Tjiptono (2011) menjelaskan manfaat

brand (merek) sebagai berikut:39

a. Untuk memberikan makna unik pada suatu produk atau perusahaan agar

dapat dibedakan dari para pesaing.

b. Untuk memberikan jaminan kepada konsumen bahwa mereka bisa

mendapatkan kualitas yang sama walaupun pembelian dilakukan pada

waktu dan tempat yang berbeda.

c. Untuk memberikan kepuasan yang berkaitan dengan tanggung jawab

dalam hubungan suatu organisasi/lembaga dengan masyarakat.

d. Untuk mendapatkan perlindungan hukum melalui hak cipta.

38
Fandy Tjiptono, Manajemen dan Strategi Merek, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2011), h. 3.
39
Fandy Tjiptono, Manajemen dan Strategi Merek, h. 43.
48

e. Untuk mendapatkan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa brand (merek)

sangat
  berperan dalam kesuksesan suatu barang atau jasa. Dengan adanya merek,

maka masyarakat dapat membedakan perbedaan karakter produk atau jasa yang

satu dengan yang lainnya.

3. Pengertian Awareness (Kesadaran)

Istilah kesadaran berasal dari bahasa Latin yaitu “concentia” yang artinya

“mengerti dengan”. Kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang artinya

“insyaf, merasa, mengetahui, dan mengerti”. Kesadaran manusia merupakan unsur

penting dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi

sesuatu.40 Kesadaran seseorang dapat terbentuk dari pengetahuan, sikap, dan

tingkah lakunya. Kemudian kesadaran tersebut dapat dikembangkan melalui

proses belajar dan rasa keingintahuan terhadap suatu hal.

4. Pengertian Brand Awareness

Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari kategori produk

tertentu.41 Keller (1993) dalam Rini Dwiastuti (2017) menjelaskan bahwa

kesadaran merek memberikan pengaruh penting karena berkaitan dengan kategori

produk, pertimbangan kelompok, serta bentuk dan kekuatan merek pada citra dari

40
Bambang Yuniarto, Membangun Kesadaran Warga Negara dalam Pelestarian Lingkungan,
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2013), h. 16-17.
41
Darmadi Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar: Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 54-55.
49

merek tersebut.42

Berdasarkan pernyataan di atas, agar dapat memperoleh atau


 
mempertahankan konsumen atau donatur, maka diperlukan penyusunan strategi

yang tepat untuk menciptakan, memperbaiki, maupun meningkatkan brand

awareness. Apabila brand awareness dalam benak konsumen tinggi, maka akan

membuat konsumen mempertahankan merek tersebut dan tidak mudah beralih ke

merek lainnya.

5. Meningkatkan dan Membangun Brand Awareness (Kesadaran)

Darmadi, Sugiarto, dan Tony Sitinjak (2004) menjelaskan bahwa ada

beberapa cara agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki, yaitu:43

a. Pesan yang disampaikan haruslah mudah diingat dan tampil beda. Selain

itu, harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya.

b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen

untuk mengingat merek.

c. Jika produk memiliki simbol, sebaiknya simbol yang digunakan dapat

dihubungkan dengan mereknya.

d. Melalukan perluasan merek, semakin luas merek maka semakin diingat

oleh konsumen atau masyarakat.

6. Tingkatan Brand Awareness

Durianto, Sugiarto, dan Budiman (2004) menjelaskan bahwa terdapat

tingkatan brand awareness dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu:44

42
Rini Dwiastuti, Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, (Malang: UB Press, 2017), h. 89.
43
Darmadi Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar: Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek, h. 57.
50

a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek), yaitu masyarakat atau

konsumen sama sekali tidak menyadari adanya suatu merek tertentu.

  b. Brand Recognition (pengenalan merek), yaitu masyarakat atau konsumen

mulai mengenal suatu merek tertentu dengan adanya bantuan.

c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek), yaitu masyarakat

atau konsumen mengenal dan mengingat suatu merek tertentu tanpa

adanya bantuan.

d. Top of Mind (kesadaran puncak pikiran), yaitu masyarakat atau

konsumen mengenal, mengingat, bahkan menyebutkan merek tersebut

ketika mencari kategori tertentu. Misalnya ketika konsumen mengingat

lembaga amil zakat, kemudian ia langsung menyebut LAZ Al-Azhar.

44
Darmadi Durianto, Sugiarto, dan Lie Joko Budiman, Brand Equity Ten: Strategi Memimpin
Pasar, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 6-7.
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil
 
LAZ Al-Azhar1

Lembaga Amil Zakat Al Azhar Pedui Ummat (selanjutnya disebut

Lembaga Zakat Al Azhar) adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Yayasan

Pesantren Islam Al Azhar yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat

dhuafa melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq, Sedekah dan dana sosial lain

yang dibenarkan oleh syariat agama & sumber daya yang ada di masyarakat

dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus organisasi.

Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli Ummat dibentuk oleh Badan Pengurus

YPI Al Azhar pada 1 Desember 2004 melalui SK Nomor 079/XII/KEP/BP-

YPIA/1425.2004 yang ditandatangani oleh Ketua Badan Pengurus YPI Al

Azhar H. Rusydi Hamka dan sekretaris H. Nasroul Hamzah dan telah

mendapat pengukuhan sebagai Lembaga Zakat Skala Nasional oleh

Kementrian Agama Republik Indonesia melalui SK Menteri Agama RI

Nomor 240 tahun 2016 pada tanggal 23 Mei 2016.

B. Sejarah LAZ Al-Azhar

LAZ Al-Azhar dibentuk oleh Badan Pengurus YPI Al-Azhar pada

tahun 2004, pada saat terjadinya Tsunami di Aceh. Pada saat Tsunami di

Aceh ini merupakan aksi pertama yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar,

kemudian pada tahun 2004 ini pula LAZ Al-Azhar mendaparkan SK dari

1
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, (Jakarta: LAZ Al-
Azhar, 2016), h. 2.

51
52

Ketua Badan Pengurus YPI Al-Azhar. YPI Al-Azhar memiliki beberapa unit,

yaitu Unit Pendidikan, Unit Dakwah dan Sosial, dan Unit Bisnis. LAZ Al-

Azhar merupakan lembaga yang masuk ke Unit Dakwah dan Sosial. Di

bawah
  Unit Dakwah dan Sosial terdapat Direktorat Dakwah dan Sosial,

kemudian di bawah Direktorat Dakwah dan Sosial itu adalah Al-Azhar Peduli

Ummat. Al-Azhar Peduli Ummat membawa 3 unit, yakni LAZ, Wakaf, dan

BMT (Baitul Maal dan Tanwil atau Koperasi Simpan Pinjam). Dalam AL-

Azhar Peduli Ummat, LAZ Al-Azhar masuk ke kategori LAZ (Lembaga

Amil Zakat) nasional.2

C. Visi dan Misi LAZ Al-Azhar

Pada tahun 2004 hingga 2016, LAZ Al-Azhar masih belum memiliki

visi dan misi yang tertata dan terstruktur. Visi dan misi yang dilakukan dalam

tahun 2004-2016 ini masih mengenai kegiatan tolong menolong sesama.

Setelah LAZ Al-Azhar ditetapkan sebagai Lembaga Zakat Skala Nasional

oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui SK Menteri Agama RI

Nomor 240 tahun 2016 pada tanggal 23 Mei 2016, barulah LAZ Al-Azhar

memiliki visi dan misi yang tertata dan terstruktur seperti yang ada pada

katalog, brosur, dan website resmi LAZ Al-Azhar.3

Berikut merupakan visi dan misi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-

Azhar, yaitu:4

Visi: “Menjadi Lembaga Amil Zakat yang terpercaya dalam pengelolaan dana

Zakat, Infaq, Sedekah untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat.

2
Sumber Data Manager Funding Public LAZ Al-Azhar Mei 2018.
3
Sumber Data Manager Funding Public LAZ Al-Azhar Mei 2018.
4
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 2.
53

Misi:

1. Mengembangkan edukasi Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf dan layanan

berkarakter berbasis teknologi.

2.  Mengembangkan program yang komprehensif, terukur, dan

berkelanjutan untuk mendorong keberdayaan masyarakat berbasis

kearifan lokal. Tujuan pengembangan program adalah untuk mendorong

keberdayaan masyarakat. Pemberdayaan dalam hal ini bukan hanya

sekedar memberi makan seseorang, harus dapat mentransformasi

seseorang, yaitu transformasi sosial. Transformasi sosial merupakan

bagaimana cara LAZ Al-Azhar dalam membuat seseorang yang tidak

berdaya menjadi berdaya, yang terbelakang menjadi maju, yang tidak

sejahtera menjadi sejahtera. LAZ Al-Azhar harus memberikan program

yang terukur, berkelanjutan, dan dapat dibandingkan.5

3. Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan sistem

dan manajemen yang didukung oleh Sumber Daya Insani yang

profesional. LAZ Al-Azhar merupakan lembaga non-profit, maka sistem

dan manajemen dalam lembaga ini harus dilakukan oleh Sumber Daya

Insani yang memiliki profesionalitas dan totalitas dalam program

pemberdayaan masyarakat.6

4. Membangun Kemitraan Berkelanjutan (Sustainable Partnership) dengan

kalangan ABCG (Academic, Business, Civil Society, Goverment) dalam

pelaksanaan program.

5
Sumber Data Kadiv. Fundraising, Communication, & Partnership LAZ Al-Azhar Mei 2018.
6
Sumber Data Kadiv. Fundraising, Communication, & Partnership LAZ Al-Azhar Mei 2018.
54

D. Makna Logo LAZ Al-Azhar

Logo LAZ Al-Azhar di atas merupakan gabungan dari tulisan Lembaga

Zakat Al-Azhar, Lembaga Amil Zakat Nasional, Logo Kubah dan menara

masjid, serta tulisan Yayayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Hal ini

dikarenakan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar adalah satuan kerja yang

dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Berikut merupakan makna

dari logo LAZ Al-Azhar:7

1. Kubah dan menara Masjid melambangkan keagungan Islam sebagai

sumber kebenaran yang rahmatan lil 'alamin yang menaungi segenap

umat manusia.

2. Kubah dan menara masjid yang menjulang ke langit melambangkan visi

dan misi YPI Al-Azhar, yaitu menuju lembaga dakwah dan pendidikan

Islam terkemuka dan modern.

3. Warna putih melambangkan YPI Al-Azhar sebagai Yayasan milik umat

yang bebas dari pengaruh aliran dan golongan serta berkiprah untuk

melayani kepentingan umat.

7
Identitas Logo Al-Azhar. Tersedia di (http://www.al-azhar.or.id/index.php/tentang-
kami/identitas/logo) diunduh pada tanggal 15 Mei 2018 pukul 19.20 WIB.
55

4. Lingkaran berwarna biru melambangkan keluasan dan kedalaman ilmu

yang harus digali dan dikembangkan melalui kegiatan dakwah dan

pendidikan dalam rangka mencari kebenaran yang hakiki.

5.  Garis lingkaran berwarna hitam melambangkan keteguhan YPI Al-Azhar

dalam memegang prinsip dan tetap berada dalam koridor akidah dan

syari'at Islam yang bersumber kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.

6. Tulisan YAYASAN PESANTREN ISLAM AL-AZHAR melambangkan

nama dan identitas yang sah dari YPI Al-Azhar.

7. Tulisan LEMBAGA ZAKAT AL-AZHAR melambangkan bahwa

Lembaga Amil Zakat Al-Azhar adalah satuan kerja yang dibentuk oleh

Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.

8. Tulisan LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL melambangkan bahwa

LAZ Al-Azhar telah mendapatkan pengukuhan sebagai Lembaga Zakat

Skala Nasional oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui SK

Menteri Agama RI Nomor 240 tahun 2016 Tanggal 23 Mei 2016.8

9. Tulisan ZAKAT yang lebih besar diantara tulisan yang lain sebagai

pesan untuk memberi tahu kepada masyarakat bahwa Al-Azhar bukan

hanya yayasan yang bergerak dibidang pendidikan atau Masjid saja,

melainkan Al-Azhar juga memiliki lembaga amil zakat nasional.

8
Profil LAZ Al-Azhar. Tersedua di (http://alazharpeduli.com/profil) diunduh pada tanggal 15
Mei 2018 pukul 20.00 WIB.
56

E. Karakter Lembaga LAZ Al-Azhar

Sebagai lembaga yang melayani ibadah sekaligus mengelola dana, LAZ

Al Azhar memiliki budaya lembaga yang berfungsi sebagai jatidiri dan spirit

kerja
  yang terangkum dalam 5 (lima) sikap yang disebut UMMAT:9

U : UNIVERSAL

Melayani sepenuh hati pada seluruh aspek kehidupan umat manusia yang

berlaku di setiap tempat dan masa sebagai implementasi nilai-nilai Islam yang

rahmatan lil „alamin.

M : MANFAAT

Selalu berupaya memberikan manfaat kepada orang lain.

M : MARTABAT

Menjunjung tinggi harga diri amil, muzakki, dan penerima manfaat.

A : AMANAH

Penuh rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas dan melayani ummat.

T : TABLIGH

Mendidik, mencerahkan, membina, dan memotivasi diri dan masyarakat

untuk menjadi lebih baik.

F. Struktur Organisasi LAZ Al-Azhar Peduli Ummat

Pada YPI Al-Azhar, pemegang tertinggi adalah Ketua Pembina, Ketua

Pengurus, dan Ketua Pengawas yang membawahi Sekretariat, Direktorat

Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Dakwah dan Sosial, dan

9
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 2.
57

Direktorat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan.10 Direktur Eksekutif

terletak di bawah Direktorat Dakwah dan Sosial serta dibawahi oleh lima

divisi.

 
No. Jabatan Nama
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,
1. Ketua Pembina YPI Al-Azhar
SH
2. Ketua Pengurus YPI Al-Azhar Drs. Sobirin HS.
3. Ketua Pengawas YPI Al-Azhar Muhammad Suhadi, S.Kom.
4. Kepala Sekretariat Drs. H. Ono Ruhiana, M.Pd.
Kepala Direktorat Pendidikan Dasar
5. Drs. Nuri Muhammadi, M.M.
dan Menengah
6. Kepala Direktorat Dakwah dan Sosial Drs. H. Zainul Arifin
Kepala Direktorat Pendidikan,
7. Dr. M. Dja'far HS, M.M
Pelatihan, dan Pengembangan
Tabel 3.1 Struktur Organisasi YPI Al-Azhar

Selain itu, Manajemen dalam LAZ Al-Azhar pemegang tertingginya

adalah Direktur Ekseskutif dan dibawahi oleh lima divisi, yaitu:11

No. Nama Jabatan


1. Direktur Eksekutif Sigit Iko Sugondo
Kepala Divisi Kepatuhan dan Kajian
2. Agus Nafi
Dampak
3. Kepala Divisi Keuangan M. Farid Rasyidi
Kepala Divisi Program dan
4. Rahmatullah Sidik
Pendayagunaan
Kepala Divisi Fundraising,
5. Anggriansyah Munggaran
Communication, dan Partnership

10
Pengurus Yayasan YPI Al-Azhar. Tersedia di (http://www.al-azhar.or.id/index.php/tentang-
kami/pengurus-yayasan) diunduh pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 11.30 WIB.
11
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Sustainable Prosperity Plan LAZ Al-Azhar 2017, h. 7.
58

Kepala Divisi Kelembagaan dan


6. Ahmad Ahidin
Pengembangan Organisasi
Tabel 3.2 Struktur Organisasi LAZ Al-Azhar

Pada Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership pemegang


 
tertingginya adalah Kepala Divisi Fundraising, Communication, dan

Partnership dan bawahi oleh jajaran staff yang ada dalam Divisi Fundraising,

Communication, dan Partnership, yaitu:

No. Jabatan Nama


Kepala Divisi Fundraising,
1. Anggriansyah Munggaran
Communication, dan Partnership
2. Manager Funding Public Dikalustian Rizkiputra
3. Supervisor Satisfaction Unit Yeny Herliana
4. Supervisor Funding External Teguh Widada
5. Public Relations Sinta Avia
6. Social Media Ridhuan
Tabel 3.3 Struktur Organisasi Divisi Fundraising, Communication, dan
Partnership LAZ Al-Azhar

Pada Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership LAZ Al-

Azhar, terdapat fungsi dan tugas dari masing-masing jabatan, yaitu:12

1. Kepala Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership, yang

bertanggung jawab dalam menerjemahkan agenda lembaga dengan

memerlukan tim yang sangat kuat.

2. Manager Funding Public, bertanggung jawab dalam perolehan dana ZIS

dan perolehan banyaknya masyarakat yang teredukasi mengenai ZIS.

12
Tayangan “Kata Amil” LAZ Al-Azhar. Tersedia di
(https://www.youtube.com/watch?v=eZT6wlmoopc) diunduh pada tanggal 20 Mei 2018 pukul
13.00 WIB.
59

3. Supervisor Satisfaction Unit, yang bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan dan kenyamanan yang prima bagi para muzakki, dan berusaha

dalam mewujudkan impian muzakki untuk menolong sesama.

4.  Public Relations, yang berfungsi dalam building relationship (membangun

hubungan).

5. Social Media, yang berfungsi dalam segala bentuk publikasi di sosial

media LAZ Al-Azhar, serta dituntut untuk bekerja cepat dan cermat dalam

menginvestasi zakat dan program LAZ Al-Azhar di sosial media. Publikasi

ini dilakukan dengan cara mengubah ide menjadi karya edukasi untuk bisa

mencerdaskan masyarakat mengenai apa itu zakat beserta manfaatnya.

G. Program LAZ Al-Azhar

Berikut merupakan program-program yang dilakukan di LAZ Al-Azhar,

diantaranya:

1. Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Program ini merupakan program yang berfokus pada masyarakat

desa dan dhuafa dengan mensinergikan semangat sosial. Pemberdayaan

masyarakat pedesaan secara komprehensif di empat sektor, yaitu

pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan keagamaan yang berbasis kearifan

lokal dan pendampingan yang berkesinambungan oleh Da‟i Sahabat

Masyarakat (Dasamas).13

13
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Sustainable Prosperity Plan LAZ Al-Azhar 2017,
(Jakarta: LAZ Al-Azhar, 2016), h. 2.
60

Program ini telah mewujudkan kemandirian pangan, kemandirian

pupuk organik, pelestarian hutan dan lingkungan, mengurangi kematian

bayi dan ibu melahirkan, memberikan akses pengetahuan masyarakat desa

  dan mengembalikan desa sebagai sumber mata pencaharian sehingga dapat

menekan arus urbanisasi.14 Dalam program Pengentasan Kemiskinan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan melalui dua cara, yakni:

a. Zakat Pride15

Zakat Pride terdiri dari beberapa layanan, yaitu Beasiswa 3G

Indonesia, Layanan Menuju Mandiri, dan Layanan Jenazah Gratis.

Beasiswa 3G Indonesia merupakan program kusus beasiswa kelas

3 SMA/SMK/MA/sederajat dari keluarga tidak mampu dan tidak

berprestasi sehingga terhindar dari ancaman putus sekolah dan mampu

menyelesaikan pendidikan tingkat SMA/sederajat dengan prestasi yang

lebih baik. Program ini meliputi: (1) beasiswa pendidikan (SPP dan

UN) selama setahun, (2) bimbingan belajar dan motivasi spiritual, (3)

penguatan kapasitas guru-guru sekolah mitra dan pelatihan manajemen

sekolah.

Selain itu, ada Layanan Menuju Mandiri, yaitu program yang

berupaya agar mustahik mampu menyelamatkan kebutuhan dasarnya di

sektor pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan kesejahteraan. Tidak

hanya itu saja, dalam Zakat Pride juga terdapat program Layanan

Jenazah Gratis. Program ini merupakan pengurusan jenazah secara

14
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Sustainable Prosperity Plan LAZ Al-Azhar 2017, h. 2.
15
Profil Program Zakat Pride LAZ Al-Azhar. Tersedia di (alazharpeduli.com/zakat-pride)
diunduh pada tanggal 18 Mei 2018 pukul 19.00 WIB.
61

lengkap dan islami secara gratis khusus bagi jenazah yang berasal dari

keluarga tidak mampu. Bentuk layanan ini mulai dari bantuan

memandikan, pengkafanan, dan lengkap dengan peralatan dan petugas

  pengurusan jenazah hingga mengantar jenazah ke pemakaman. Ada

pula program Keluarga Modal Usaha Kecil (Keluarga Berdaya) hingga

layanan pengobatan.

b. Indonesia Gemilang

Indonesia Gemilang adalah program pemberdayaan masyarakat

pedesaan secara komprehensif, terukur, dan berkelanjutan. Program ini

berupaya mendampingi desa-desa di 11 provinsi di Indonesia menjadi

Desa Gemilang untuk memberdayakan masyarakat melalui program

kesehatan keluarga, kemandirian ekonomi produksi, pemerataan

edukasi, peningkatan keahlian dan kesejahteraan sosial, keuangan

mandiri non riba, dan keutuhan dalam kehidupan beragama. Indonesia

Gemilang merupakan program yang bertujuan untuk (1) meningkatkan

taraf kesehatan keluarga untuk memperpanjang usia harapan hidup, (2)

menurunkan angka belanja dan meningkatkan produktivitas keluarga

sebagai upaya meningkatkan daya beli masyarakat, (3) meningkatkan

pengetahuan dan keahlian masyarakat pedesaan berbasis kearifan lokal,

(4) meningkatkan pengetahuan agama dan hidup beragama.16

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Indonesia Gemilang,

yaitu desa swasembada pangan, desa mandiri nutrisi, desa mandiri

pupuk, desa pelestari hutan dan lingkungan, desa penyaji akses


16
Profil Program Indonesia Gemilang. Tersedia di
(http://indonesiagemilang.com/2015/08/05/membangun-indonesia-dari-desa/) diunduh pada
tanggal 17 Mei 2018 pukul 19.30 WIB.
62

pengetahuan dan keterampilan masyarakat, desa penggerak ekonomi

ribawi, desa pemilik Kelompok Usaha Bersama, desa penekan angka

kematian bayi dan ibu hami, dan desa pengawal nilai-nilai toleransi

  beragama.17

2. Pengentasan Pengangguran dan Pemberdayaan Pemuda Produktif

a. Rumah Gemilang Indonesia

Program ini menjadi pusat pemberdayaan pemuda usia produktif

sebagai upaya menanggulangi pengangguran di Indonesia. Pada tahun

2009-2017, RGI telah berhasil mengentaskan sebanyak 1.755 pemuda

dari hampir seluruh wilayah di Indonesia. RGI memiliki enam kelas

keterampilan, yaitu Desain Grafis, Tata Busana, Teknik Komputer dan

Jaringan, Aplikasi Perkantoran, Fotografi dan Videografi, dan

Otomotif.18

RGI mengadopsi platform pesantren, tapi fokus pada

penyelenggaraan pendidikan non formal dalam kemasan short course

(kursus singkat). Perpaduan ini bertujuan agar para peserta pelatihan

RGI tidak hanya menyerap pengetahuan dan keterampilan unggul yang

menjadi pondasi masa depan mereka, tapi juga memiliki pengetahuan

dan dasar akidah iman yang baik.19

17
Profil Program Indonesia Gemilang. Tersedia di (http://alazharpeduli.com/indonesia-
gemilang) diunduh pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 14.20 WIB).
18
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Sustainable Prosperity Plan LAZ Al-Azhar 2017, h. 12.
19
Profil Program Rumah Gemilang LAZ Al-Azhar. Tersedia di
(http://rumahgemilang.com/profil/sejarah-singkat/) diunduh pada tanggal 17 Mei 2018 pukul
20.10 WIB.
63

3. Pemberdayaan Ekonomi, Infrastruktur, Konservasi Lingkungan

a. Sejuta Berdaya

Sejuta Berdaya merupakan program khusus pemberdayaan

  ekonomi berbasis kelompok bagi keluarga pra sejahtera. Dengan

adanya program ini, diharapkan ada peningkatan penghasilan yang

didapatkan oleh peserta program, seperti terpenuhinya kebutuhan

makan dan asupan gizi yang cukup, membenahi rumah tinggal sehingga

lebih layak dan sehat, terpenuhinya biaya untuk sekolah bagi anak-anak

mereka, dan kebutuhan lainnya.20

Sejuta Berdaya merupakan kegiatan untuk pendampingan

masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga

berbasis kelompok secara komprehensif dan berkelanjutan di sektor

petanian, peternakan, trading, kerajinan, dan sebagainya. Kegiatan ini

meliputi: (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat,

(2) memberikan akses modal dari dana-dana kebajikan, (3) menguatkan

manajemen kelompok dan nilai spiritual, (4) membuka lebar akses

pemasaran produk, (5) menumbuhkan kebiasaan menabung untuk masa

depan, dan (6) menanamkan nilai-nilai kepedulian melalui dana yang

telah terkumpul.21

b. Konservasi Lingkungan

Konservasi lingkungan menekankan pada terciptanya lingkungan

yang hijau dengan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya

menjaga lingkungan. Kegiatan ini diwujudkan oleh masyarakat secara


20
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 50.
21
Profil Program Sejuta Berdaya LAZ Al-Azhar. Tersedia di (http://alazharpeduli.com/sejuta-
berdaya) diunduh pada tanggal 18 Mei 2018 pukul 09.00 WIB.
64

bersama-sama dengan kuatnya partisipasi seluruh komponen

masyarakat.22

c. Infralink

  Infralink (infrastruktur dan lingkungan) merupakan kegiatan

dalam pembenahan, perbaikan, dan pengadaan sarana-sarana umum.23

Kegiatan ini meluputi infrastruktur sarana pendidikan dengan

membangun dan merenovasi lebih dari 100 madrasah, pondok

pesantren, sekolah, saung ilmu, majelis taklim. Selain itu, juga terdapat

infrastruktur sarana ibadah dengan membangun dan merenovasi 80

musholla/surau dan masjid di daerah terpencil dan pondok pesantren.

Terdapat pula infrastruktur sarana ibadah dengan membangun dan

merenovasi 80 musholla/surau dan masjid di daerah terpencil dan

pondok pesantren. Kemudian terdapat pula infrastruktur kesejahteraan

dengan membangun 5 KM jalan poros desa, 2 bangunan pembangkit

istrik tenaga mikro hydro, 7 rumah pengolahan pupuk organik, penataan

irigasi. Dan juga infrastruktur sarana kesehatan, yaitu dengan

pembangunan 33 puskesmas, balai pengobatan umum, poliklinik dan

posyandu desa.24

4. Penanggulangan Bencana dan Jaringan Relawan

a. Formula

22
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 52.
23
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 52.
24
Profil Program Infralink. Tersedia di (http://alazharpeduli.com/infralink) diunduh pada tanggal
18 Mei 2018 pukul 17.50 WIB.
65

Formula merupakan singkatan dari Food, Religion, Medical, &

Livelihood Aid), yaitu merupakan program khusus penanggulangan

bencana yang meliputi formulasi penting mulai dari tahap tanggap

  darurat, penanganan pengungsi, upaya penyelamatan korban bencana,

dan kemudian dilanjutkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar mereka

hingga upaya mengembalikan kondisi mereka agar bisa lebih baik.25

b. Recovery Indonesia

Setelah dilakukan program Formula di atas, selanjutnya para

korban bencana alam mendapatkan perawatan dari program Recovery

Indonesia. Program Recovery Indonesia merupakan kegiatan pemulihan

pasca bencana secara psikis, fisik, dan ekonomi. Selain itu, terdapat

pula kegiatan dalam pembenahan rumah warga korban bencana,

pembenahan rumah ibadah, madrasah, dan pengadaan fasilitas air

bersih. Dalam pemulihan ekonomi, digulirkan dana akses permodalan

kepada para petani korban bencana.26

c. Volunter Network27

Volunter Network merupakan wadah kegiatan sosial para

siswa/siswi SDI-SMPI-SMAI Al-Azhar, program ini bagian dari

edukasi kepedulian (EduCare) untuk menumbuhkan kesalehan

sosialnya yang dikemas dalam sebuah Program menarik berdasarkan

kebutuhan masyarakat di lingkungan sekolah masing-masing. Para

siswa membentuk kelompok dan pengurus (Student Charity Club).

25
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Sustainable Prosperity Plan LAZ Al-Azhar 2017, h. 17.
26
Profil Program Formula dan Recovery Indonesia. Tersedia di
http://alazharpeduli.com/formula) diunduh pada tanggal 18 Mei 2018 pukul 18.30 WIB.
27
Profil Program Volunter Network. Tersedia di (http://alazharpeduli.com/volunter-network)
diunduh pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 15.00 WIB.
66

Kemudian Student Charity Club ini akan mendapat pelatihan dan

pendampingan dari tim Al-Azhar Peduli Ummat dalam Penyusunan

Program, Fundraising, Pelaksanaan Program, Pembukuan, dan

  Pelaporan (Prima).

5. Perbaikan Anak Yatim Dhuafa melalui My Heart For Yatim28

Program My Heart for Yatim bertujuan untuk memperbaiki kondisi

kehidupan bagi Yatim dan Dhuafa dengan memberikan perhatian dan

kepedulian yang besar kepada anak-anak yatim dhuafa melalui layanan

penuh kasih sayang.

Kata HEART dalam program ini berarti Health (kesehatan),

Educations (edukasi), Apreciation (apresiasi), Religion (keagamaan), dan

Talent support (motivasi dalam memiliki talenta atau kemampuan). Tujuan

akhir dari program ini bukan hanya memberikan santunan sesaat kepada

yatim, namun dengan memberikan kebutuhan dari berbagai aspek secara

berkelanjutan. Bentuk layanan My Heart for Yatim terdiri dari program

reguler, yaitu layanan kepada yatim non-panti, dan layanan non-reguler

untuk panti atau asrama yatim. Penerima manfaat adalah yatim dan yatim

piatu dhuafa untuk jenjang sekolah SD dan SMP baik laki-laki ataupun

perempuan di seluruh Indonesia.

6. Layanan Edukasi dan Inspirasi

a. Kajian Ekonomi Islam29

28
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 17.
67

Kajian Ekonomi Islam (KEI) merupakan program dengan

memberikan kajian dan informasi yang lengkap mengenai ekonomi

Islam yang ditujukan kepada seluruh sumber daya insani. Program ini

  bertujuan agar ekonomi Islam dapat benar-benar diterapkan dalam

kehidupan nyata, yang akan menciptakan keadilan sosial, kemandirian,

dan kesejahteraan masyarakatnya.

29
Profil Kajian Ekonomi Islam. Tersedia di (http://alazharpeduli.com/kajian-ekonomi-islam)
diunduh pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 14.20 WIB.
BAB IV

ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Strategi
 
Public Relations LAZ Al-Azhar Peduli Ummat dalam

meningkatkan Brand Awareness

Di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, public relations merupakan

bagian dari Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership LAZ Al-

Azhar. Dalam beberapa hal, kegiatan pada fundraising, communications, dan

partnership ini saling bersinergi, seperti dalam hal edukasi mengenai ZISWAF

(zakat, infaq, sedekah, dan wakaf), pengumpulan dana zakat, hingga pelaporan

dana zakat.

“Secara keseluruhan, Fundcompart ini tidak dapat dipisahkan. Karena


setiap kita ada komunikasi, edukasi, pasti ujung-ujungnya kita akan
fundraising. Dan gimana caranya ada fundraising kalau tidak ada
komunikasi gitu kan. Sebelumnya kita harus membangun komunikasi
yang baik kepada masyarakat, barulah setelah itu kita ajak mereka untuk
berzakat atau berdonatur di LAZ Al-Azhar. Setelah mereka berzakatpun
akan ada pelaporannya, nah pelaporan ini tugas kita juga dalam press
release, membuat media cetak, dan sebagainya.”1

Strategi Public Relations LAZ Al-Azhar Peduli Ummat dalam

meningkatkan Brand Awareness ialah dengan menjalankan program dalam

menjalin hubungan baik kepada muzakki, mustahiq, dan kemitraannya. Dalam

menjalankan program ini, public relations LAZ Al-Azhar menjalankan konsep

praktek komunikasi public relations yang terorganisir seperti product

promotion, publicity, lobbying, fundraising, special event, dan low budget high

impact:

1
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.

68
69

1. Product Promotions

LAZ Al-Azhar memiliki produk berupa program-program yang

bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Dalam mempromosikan

  program ini, seorang PR di LAZ Al-Azhar memiliki peran penting dalam

mempromosikan program dengan melakukan hal. Berikut beberapa

penjelasan mengenai peran penting dalam kegiatan promosi program LAZ

Al-Azhar:

a. Memiliki pengetahuan mengenai produk atau program lembaga

PR harus mempunyai pengetahuan mengenai program-program

yang dilakukan dan seperti apa bentuk pelayanannya sehingga mampu

memberikan informasi, mengajak, dan mengingatkan masyarakat

internal maupun eksternal untuk melakukan ZISWAF. Seperti yang

disampaikan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding

Public di LAZ Al-Azhar :

“PR harus mampu membuat calon muzakki dan donatur kita ini
paham terkait program-program di LAZ Al-Azhar. PR memiliki
peran penting dalam hal kerjasama dengan coorporate, media
komunikasi, dan sebagainya. PR disini berperan juga dalam
menjembatani antara amil dengan muzakki, dan antara muzakki
dengan penerima manfaat (mustahiq).”2

Pengetahuan ini berupa informasi mengenai program-program

yang dilakukan sehingga mampu memberdayakan masyarakat. Selain

itu, pengetahuan ini harus dimiliki oleh PR di LAZ Al-Azhar karena PR

merupakan jembatan komunikasi dan informasi antara amil dengan

muzakki, amil dengan muastahiq, hingga muzakki dan mustahiq.

2
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
70

b. Membangun komunikasi dan hubungan baik

PR di LAZ Al-Azhar sangat berperan dalam membangun

komunikasi dan hubungan baik dengan masyarakat, khususnya bagi

  calon muzakki dan donatur. Dengan membangun hubungan baik

dengan masyarakat, maka PR akan lebih mudah dalam mengajak dan

mengedukasi masyarakat yang kemudian akan menjadi donatur atau

muzakki di LAZ Al-Azhar. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh

Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding Public di LAZ Al-

Azhar :

“PR harus mampu berkomunikasi secara langsung dengan


masyarakat, baik internal maupun eksternal. Terkadang PR juga
sering mengajak muzakki dan donatur untuk melihat langsung
kemana dan seperti apa penyaluran dananya, misalnya dengan
mengajak mereka ke desa atau gedung pendidikan dibawah LAZ
Al-Azhar seperti RGI (Rumah Gemilang Indonesia).”3

c. Mampu memberi bukti bahwa program yang dimiliki mampu

memberdayakan masyarakat

Tidak hanya memberikan informasi secara verbal atau non-verbal

saja, seorang PR harus mampu memberikan bukti bahwa LAZ Al-

Azhar mampu mengelola dana ZISWAF dengan baik dan professional.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajak masyarakat khususnya

mustahiq atau donatur hingga calon mustahiq atau donatur ke lembaga-

lembaga yang telah dikelola oleh LAZ Al-Azhar, misalnya RGI

(Rumah Gemilang Indonesia). Ajakan ini dapat dilakukan dengan

3
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
71

mengajak mereka ke lembaga langsung atau dengan menunjukkan

karya atau prestasi dari pelajar di RGI.

Berbeda dengan lembaga amil zakat lain yang menggunakan


 
konsep emosi kesedihan, LAZ Al-Azhar menggunakan konsep emosi

kebahagiaan di dalam kegiatan promosinya. Emosi kebahagiaan ini

merupakan bukti bahwa dana yang diberikan oleh donatur dan muzakki

mampu membuat mereka bahagia. Seperti yang disampaikan oleh Sinta

Avia selaku Public Relations di LAZ Al-Azhar :

“Menurut saya, dalam segi promosi, LAZ lain itu lebih


menonjolkan sisi humanist yang bisa merangsang emosi
kesedihan masyarakat. Misalnya dalam mencari donasi untuk
bencana alam, mereka lebih menonjolkan sisi dukanya agar
donatur merasa empati dan kasihan kemudian menyalurkan
donasinya ke lembaga mereka. Sedangkan kalau kita itu lebih
mempromosikan result atau hasil, kita ngga mau nampakin yang
sedih-sedihnya nih. Kita lebih menonjolkan foto-foto bahagia.
Misalnya kebahagiaan salah satu anak RGI yang berhasil ke Paris,
dulu OB sekarang bisa menjadi Fotografer dan bisa ke Paris. Nah
itu kita tunjukan ke masyarakat bahwa “ini loh, ZISWAF kalian
itu bisa berhasil membawa si A keliling dunia.” Jadi kita menarik
donatur atau muzakki dengan merangsang rasa kebanggaan jika
mereka mau berzakat dan berdonasi di LAZ Al-Azhar, gitu.”4
Dalam mempromosikan program-program unggulan, PR LAZ Al-

Azhar lebih memberikan informasi mengenai hasil dari kesuksesan

berjalannya program-program tersebut, misalnya dengan menampilkan

ekspresi-ekspresi kebahagiaan dari para penerima ZISWAF (mustahiq).

Hal ini dilakukan supaya masyarakat yang belum berdonasi akan

menggerakkan hatinya untuk berdonasi, dan masyarakat yang sudah

pernah berdonasi akan merasa terharu dan bangga karena dana yang

4
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
72

pernah mereka salurkan mampu membuat para mustahiq meraih

kesejahteraan, kesuksesan, dan prestasi. Seperti pada gambar dibawah

ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Ekspresi tersebut tidak hanya terlihat dalam media cetak LAZ Al-

Azhar saja, kegiatan promosi yang dilakukan di media sosial juga

sering kali juga menampakkan ekspresi kebahagiaan dari para penerima

manfaat ZISWAF (mustahiq). Seperti pada gambar di bawah ini yang


73

merupakan ekspresi kebahagiaan dari anak-anak di Rumah MyHeart

(rumah Yatim dibawah naungan LAZ Al-Azhar) yang mendapatkan

sepeda baru dari hasil pengumpulan dana ZISWAF di LAZ Al-Azhar.

(Sumber: Akun Instagram Official LAZ Al-Azhar @lazalazhar)

Emosi kebahagiaan tersebut merupakan gambaran dari ungkapan

bentuk rasa syukur dan terima kasih dari mustahiq atau penerima dana

ZISWAF kepada para muzakki atau donatur. Dalam tawa kebahagiaan

tersebut terselip doa dan harapan mereka kepada para muzakki atau

donatur agar selalu bahagia di dunia dan di akhirat kelak.

2. Publicity

Menurut Merriam-Webster Dictionary dalam Alo Liliweri, publisitas

adalah informasi yang dirancang untuk memperlihatkan, memperkenalkan,


74

mempertahankan nama dan kehormatan seseorang, perkumpulan orang, atau

organisasi/lembaga ke hadapan publik dalam suatu konteks tertentu melalui

media untuk menciptakan daya tarik kepada publik.5 Tugas PR tidak hanya

  memberikan informasi dan publikasi kepada masyarakat saja, namun PR di

LAZ Al-Azhar juga harus mampu melakukan publisitas agar lembaga amil

zakat ini dikenal positif oleh masyarakat. Pubilitas dapat dilakukan melalui

empat cara, yakni pure publicity, free publicity, tie-in publicity, dan paid

publicity.

a. Pure Publicity

Pure publicity merupakan publisitas yang dilakukan dengan cara

alamiah atau natural. Pure publicity yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar

misalnya ialah dengan membagikan Ta’jil selama bulan Ramadhan.

Dilansir dari akun Instagram @lazalazhar, LAZ Al-Azhar membagikan

10.000 takjil gratis perhari selama Ramadhan. Hal ini dilakukan untuk

memberikan hidangan berbuka bagi para pengguna jalan, khususnya di

beberapa wilayah Jabodetabek. Gambar di bawah ini merupakan salah

satu contoh pure publicity yang dilakukan oleh PR LAZ Al-Azhar,

Sinta Avia, yang sedang berbagi takjil di sekitar Jalan Rumah Sakit

Fatmawati, Jakarta Selatan:

5
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 458.
75

(Sumber: Data Pribadi Public Relations LAZ Al-Azhar, Sinta Avia)

Kegiatan berbagi ta’jil ini tidak hanya dilakukan oleh PR LAZ

Al-Azhar saja, tetapi juga dilakukan oleh Direktur Eksekutif LAZ Al-

Azhar, Sigit Iko Sugondo, seperti pada gambar berikut ini :

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)
76

Tidak hanya Direktur Eksekutif dan Public Relations LAZ Al-

Azhar saja yang melakukan hal tersebut, beberapa staff dan karyawan

di LAZ Al-Azhar juga ikut berpartisipasi dalam pembagian takjil.

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

b. Free Publicity

Free Publicity merupakan publisitas yang dilakukan secara bebas

tanpa harus mengeluarkan dana untuk membeli media massa. Free

publicity yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar ialah (1) menjadi

pembicara di suatu acara, (2) pendekatan melalui sosial media. Berikut

merupakan penjelasan dari free publicity yang dilakukan oleh LAZ Al-

Azhar :

1) Menjadi Pembicara di Suatu Acara

Public Relations LAZ Al-Azhar, Sinta Avia, seringkali

menjadi MC (Master Ceremony) pada kegiatan atau acara Talkshow

di Mall-mall besar Jabodetabek, seperti acara IGTalks dengan tema


77

Halal Lifestyle yang diselenggarakan di Mall Cipinang Indah pada

Kamis, 31 Mei 2018 lalu.

(Sumber: Data Pribadi Public Relations LAZ Al-Azhar, Sinta Avia)

Tidak hanya PR LAZ Al-Azhar saja, namun Direktur

Eksekutif LAZ Al-Azhar, Sigit Iko Sugondo, juga seringkali

diundang untuk menjadi pembicara dalam acara-acara seminar

nasional di beberapa Universitas-universitas ternama. Seperti

kegiatan Seminar Zakat Nasional – Peranan Zakat dalam

Membangun Sektor Riil yang diadakan di Auditorium R. Soerja

Atmadja FEB Universitas Indonesia pada Senin, 16 April 2018 lalu.


78

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Selain itu, beliau juga pernah menjadi pembicara dalam Kuliah

Tamu dan Sharing Expert yang bertema Pendayagunaan Dana Sosial

Islam untuk Pemberdayaan Petani di Auditorium Kampus B UISI

(Universitas International Semen Indonesia), Gresik, pada 21

Februari 2018 silam. Seperti pada gambar berikut ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)
79

Sigit Iko Sugondo juga pernah mengisi acara seminar di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

hari Rabu, 25 April 2018 lalu, beliau mengisi acara Seminar

  Nasional bersama Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis UIN Jakarta,

Sofyan Rizal, dan Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI), Dadang

Muljawan yang digelar oleh LAZ Al-Azhar dan FEB UIN Jakarta

dengan tema peran zakat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Seperti pada gambar berikut ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)
80

Selain di FEB UIN Jakarta, pada 31 Oktober 2017 lalu beliau

juga pernah mengisi acara Seminar Nasional di Theater Aqib

Suminto, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM)

  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tema pemberdayaan

masyarakat melalui manajemen institusi dakwah. Seperti pada

gambar berikut ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)
81

2) Pendekatan melalui Sosial Media

Dalam pendekatan melalui sosial media, LAZ Al-Azhar

menggunakan teknik persuasi. Hal ini dilakukan untuk mengubah

  opini publik dengan mengangkat segi emosional dari suatu cerita,

artikel, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan human interest.6

Saat ini, teknologi sudah semakin canggih. Kegiatan

komunikasi tidak hanya dilakukan dengan beratatap muka secara

langsung saja, tetapi sudah banyak yang menggunakan teknologi

internet, termasuk sosial media. Tidak hanya digunakan oleh

individu, sosial media juga digunakan oleh lembaga atau kelompok,

baik profit maupun non-profit. Dalam hal ini, LAZ Al-Azhar

menggunakan sosial media untuk melakukan kegiatan penyampaian

informasi, edukasi, dan persuasi kepada publik. Seperti yang

dijelaskan oleh Sinta Avia selaku Public Relations LAZ Al-Azhar :

“Iya. Kita juga memanfaatkan sosial media, seperti Facebook,


Instagram, Youtube, dan sebagainya. Kelebihannya itu yang
pasti Low Cost High Impact kan, dan itu merupakan strategi
kita. Karena dengan kita pakai sosmed dan sekali posting kita
bisa menjangkau followers-followers dari akun di sosial media
kita. Kita benar-benar bisa menghemat biaya itu untuk
meluaskan jaringan kita. Misalnya admin LAZ Al-Azhar
posting sesuatu, kemudian saya sebagai Followers-nya ikut -
me-repost postingan tersebut, nah dengan hal kayak gini kan
bisa membuat followers saya melihat juga postingannya.
Kelebihan lain adalah pelaporan yang kita berikan kepada
masyarakat juga akan lebih cepat dengan menggunakan sosial
media. Kan salah satu tugas amil kepada muzakki itu adalah
dengan memberikan laporan mengenai pengelolaan dana
zakat.”7

6
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005), h. 54.
7
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
82

Divisi Communications, Fundraising, dan Partnership LAZ A-

Azhar aktif dalam memberikan informasi seputar profil, hingga

kegiatan atau program-program yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar

  lewat website alazharpeduli.com.

Tidak hanya website, Divisi ini juga aktif dalam membuat

konten-konten positif di Youtube, hingga memuat postingan berupa

foto kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui akun Instagram

@lazalazhar. Hal ini seperti yang telah dijelaskan oleh Sinta Avia

selaku Public Relations di LAZ Al-Azhar :

“Iya. Kita juga memanfaatkan sosial media, seperti Twitter,


Instagram, Youtube, Facebook, dan sebagainya. Karena
dengan kita pakai sosmed dan sekali posting kita bisa
menjangkau followers-followers dari akun di sosial media kita.
Kita benar-benar bisa menghemat biaya itu untuk meluaskan
jaringan kita. Misalnya admin LAZ Al-Azhar posting sesuatu,
kemudian saya sebagai Followers-nya ikut me-repost
postingan tersebut, nah dengan hal kayak gini kan bisa
membuat followers saya melihat juga postingannya. Kelebihan
lain adalah pelaporan yang kita berikan kepada masyarakat
juga akan lebih cepat dengan menggunakan sosial media. Kan
salah satu tugas amil kepada muzakki itu adalah dengan
memberikan laporan mengenai pengelolaan dana zakat.
Kekurangannya adalah saat ini masih banyak masyarakat yang
kurang peduli pada akun-akun atau postingan-postingan sosial
kemanusiaan.”8

Kehadiran situs jejaring sosial atau sosial media sangat

bermanfaat untuk mempublikasikan konten-konten seperti profil,

aktivitas, bahkan sebagai sarana informasi dan komunikasi bagi

penggunanya baik pengguna individu ataupun lembaga/kelompok.9

Bahkan PR LAZ Al-Azhar-pun juga merasakan beberapa kelebihan

dari penggunaan sosial media, seperti kemudahan dalam hal


8
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
9
Rulli Nasrullah, Cybermedia, (D.I. Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera, 2013), h. 43.
83

pelaporan mengenai pengelolaan dana zakat.

Kelebihan sosial media lainnya adalah sosial media dapat

digunakan secara bebas tanpa dibatasi dan gratis. Masyarakat bebas

  ingin memberikan atau memperoleh informasi apa saja. Hal ini

seperti yang telah disampaikan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku

Manager Funding Public LAZ Al-Azhar :

“Kelebihan sosial media adalah saat ini masyarakat lebih


memilih media yang fleksibel. Contohnya masyarakat lebih
suka menonton di Youtube daripada di Televisi. Nah, ini jadi
kesempatan kita untuk menggunakan Youtube atau sosial
media lain untuk mem-posting konten-konten yang bagus atau
video-video singkat.”10

Sebagai lembaga amil zakat nasional, LAZ Al-Azhar sering

mem-posting konten-konten atau foto-foto hingga video berbasis

Islami, hingga ajakan-ajakan untuk menjalankan amar ma‟ruf nahi

munkar (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya),

seperti pada gambar di bawah ini :

10
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
84

(Sumber: Akun Instagram Official LAZ Al-Azhar @lazalazhar)

LAZ Al-Azhar juga sering mem-posting anjuran untuk

menunaikan zakat, infaq, dan sedekah seperti pada gambar di bawah

  ini:

(Sumber: Akun Instagram Official LAZ Al-Azhar @lazalazhar)

Selain itu, pada akun-akun sosial media seperti Instagram

@lazalazhar atau akun Twitter @LAZALAZHAR juga sering

memberikan informasi kegiatan-kegiatan atau event yang akan

dilakukan. Informasi tersebut berupa posting-an gambar yang

didesain sangat menarik dan dilengkapi dengan keterangan atau

captions untuk memberikan penjelasan dari gambar atau video yang

dipublikasikan. Ini merupakan salah satu contoh posting-an

Instagram @lazalazhar mengenai event yang akan dilakukan oleh

LAZ Al-Azhar :
85

(Sumber: Akun Instagram Official LAZ Al-Azhar @lazalazhar)

Tidak hanya akun-akun milik LAZ Al-Azhar saja yang aktif

dalam mempublikasikan informasi terkait LAZ Al-Azhar, Sinta Avia

selaku Public Relations LAZ Al-Azhar juga aktif dalam me-repost

konten-konten menarik dari akun Official Instagram @lazalazhar,


86

seperti pada gambar berikut ini:

(Sumber: Akun Instagram Public Relations LAZ Al-Azhar, Sinta


Avia @sintaavia)

Hal ini dilakukan agar tidak hanya followers di Akun

@lazalazhar saja yang mendapatkan informasi mengenai LAZ Al-

Azhar, tetapi followers di Instagram Sinta Avia (@sintaavia) juga

akan mendapatkan informasi mengenai LAZ Al-Azhar walaupun

mereka tidak mem-follow akun Instagram @lazalazhar. Seperti yang

telah dijelaskan oleh Sinta Avia selaku Public Relations LAZ Al-

Azhar:

“Kita benar-benar bisa menghemat biaya itu untuk meluaskan


jaringan kita melalui sosial media. Misalnya admin LAZ Al-
Azhar posting sesuatu, kemudian saya sebagai Followers-nya
ikut me-repost postingan tersebut, nah dengan hal kayak gini
kan bisa membuat followers saya melihat juga
postingannya.”11

11
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
87

Selain me-repost lewat akun Instagramnya, Sinta Avia selaku

PR LAZ Al-Azhar juga seringkali mem-broadcast pesan lewat

WhatsApp yang berisi ajakan untuk menunaikan ZISWAF, seperti

  pada gambar berikut ini:

(Sumber: Data pribadi penulis)

Berdasarkan pengamatan peneliti pada akun Instagram dan

Twitter yang dikelola oleh LAZ Al-Azhar pada bulan Januari hingga

Juni 2018, pihak LAZ Al-Azhar telah menjalin komunikasi yang

cukup baik dengan masyarakat. Pada kolom beranda, admin akun

Twitter @LAZALAZHAR, Facebook “LAZ Al-Azhar”, maupun

Instagram @lazalazhar selalu memberikan tanggapan atau masukkan

dari masyarakat mengenai posting-an yang telah admin bagikan.

Walaupun tidak semua komentar dan dibalas, admin LAZ Al-Azhar


88

selalu me-likes masukkan yang telah diberikan, seperti pada gambar

berikut :

(Sumber: Akun Twitter Official LAZ Al-Azhar @LAZALAZHAR)

Hal tersebut dilakukan agar masyarakat mengetahui bahwa

admin sosial media di LAZ Al-Azhar selalu menerima segala bentuk

komentar, masukkan, kritik, atau saran dari masyarakat. Dalam hal

ini, LAZ Al-Azhar telah berupaya menjalin komunikasi dan interaksi

yang baik di sosial media.

Walaupun sosial media mampu mempermudah komunikasi

dan interaksi antara lembaga dan masyarakat, penggunaan sosial

media memiliki beberapa kekurangan. Seperti yang telah

disampaikan oleh Sinta Avia, selaku Public Relations LAZ Al-


89

Azhar:

“Kekurangannya adalah saat ini masih banyak masyarakat


yang kurang peduli pada akun-akun atau postingan-postingan
sosial kemanusiaan.”12

  Masih banyak masyarakat yang belum tertarik terhadap

konten-konten berbasis kemanusiaan. Padahal, konten berbasis

kemanusiaan sangat bermanfaat bagi kepekaan perasaan dan

emosional manusia. Dengan adanya konten kemanusiaan, kita dapat

menyadari bahwa masih banyak di luar sana orang-orang yang tidak

seberuntung kita, sehingga dapat membuat kita untuk selalu

bersyukur dan berbagi. Hal ini juga diungkapkan oleh Dikalustian

Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar :

“Kekurangannya, di sosial media masih banyaknya masyarakat


yang belum interest terhadap postingan kegiatan kemanusiaan.
Kalau kita posting, paling yang nge-like itu-itu aja. Followers
kita juga masih dalam ruang lingkup LAZ Al-Azhar aja.”13

Selain itu, kekurangan sosial media lainnya adalah sosial

media hanya mampu memberikan informasi saja, masih banyak

masyarakat yang masih enggan menjadi muzakki atau donatur di

LAZ Al-Azhar jika hanya mengandalkan sosial media. Seperti yang

dijelaskan oleh Anggriansyah Munggaran selaku Kepala Divisi

Fundraising, Communication, dan Partnership LAZ Al-Azhar:

“Memang betul bahwa sosial media mampu membangun


awareness masyarakat, tetapi kita juga butuh action dalam
pengumpulan dana zakat. Menggunakan sosial media hanya
mendapatkan 1 : 100 antara actions dan awareness. Misalnya
ada 100 netizen yang aware terhadap zakat dari postingan kita

12
Wawancara pribadi dengan Anggriansyah Munggaran. Jakarta, 14 Mei 2018.
13
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
90

di sosial media, tetapi mungkin hanya ada 1 netizen yang


action atau membayar zakat langsung.”

Oleh karena itu, edukasi atau pengumpulan dana ZISWAF

sebenarnya lebih efektif jika dilakukan secara langsung daripada


 
melalui sosial media.

c. Tie-in Publicity

Tie-in Publicity adalah kegiatan publisitas yang dilakukan dengan

memanfaatkan kejadian atau tempat luar biasa. LAZ Al-Azhar

merupakan lembaga amil zakat yang menjunjung tinggi pemberdayaan

manusia. Oleh karena itu, kejadian luar biasa merupakan saat yang tepat

untuk melakukan program-program unggulan, misalnya pada kejadian

bencana alam atau lokasi darurat yang butuh bantuan kemanusiaan.

Misalnya pada Sabtu, 2 Juni 2018 lalu tepatnya pada hari 20

Ramadhan, LAZ Al-Azhar mengerahkan Tim Formula Tanggap

Bencana agar ke Desa Selengen dan Desa Salut, Nusa Tenggara Barat

untuk mendistribusikan air bersih. Desa tersebut mengalami krisis air

bersih yang sudah terjadi selama 2 bulan terakhir. Seperti yang terlihat

pada gambar berikut ini :


91

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Contoh lain ialah pada Jumat 1 Juni 2018 lalu, Tim Formula

Tanggap Bencana Nasional LAZ Al-Azhar membagikan bantuan

berupa beras, mie instan, dan gula pasir pada 200 rumah bagi warga

korban banjir setinggi 2 meter dan sudah menelan korban jiwa

sebanyak 2 orang di Kelurahan Salomenraleng, Sulawesi Selatan,

seperti pada gambar berikut ini:


92

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

d. Paid Publicity

Paid publicity adalah kegiatan publisitas yang dilakukan dengan

membeli, atau membayar media massa. Media massa yang digunakan

ialah media cetak berupa banner, baliho, dan spanduk. Hal ini seperti

yang telah disampaikan oleh Sinta Avia selaku Public Relations LAZ

Al-Azhar :

“Kita juga menggunakan beberapa media cetak kayak spanduk,


banner, baliho. Kalau kamu lewat sepanjang jalan Fatmawati ini
pasti ada kan nama kita.”14

Biaya pembuatan spanduk, baliho, atau banner biasanya lebih

murah dibandingkan dengan menyewa iklan di media massa lainnya

seperti televisi atau radio. LAZ Al-Azhar merupakan lembaga nirlaba,

maka biaya yang digunakan untuk membeli media massa juga harus

14
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
93

diminimalisir. Oleh karena itu, LAZ Al-Azhar lebih memilih untuk

mencetak spanduk daripada menyewa iklan di televisi atau media massa

lainnya. Jumlah cetaknya juga tergantung pada kebutuhan, misalnya

  pada bulan Ramadhan, jumlah cetak spanduk akan lebih besar

dibandingkan dengan hari biasa. Seperti yang dikatakan oleh

Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Dulu kita mencetak spanduk di hari biasa paling banyak 300


lembar dan paling sedikit 150 lembar. Kecuali ada moment
Ramadhan bisa sampe 500 lembar, bahkan bisa 1000. Biayanya
kira-kira 70 ribu rupiah/lembar.”15

Berikut merupakan salah satu contoh penggunaan spanduk LAZ

Al-Azhar yang dipasang di pinggir jalan sekitar Jalan Rumah Sakit

Fatmawati:

(Sumber: Data Pribadi Sinta Avia, Public Relations LAZ Al-Azhar)

Spanduk tersebut berisikan tentang pesan bahwa dengan

menerima takjil gratis yang diberikan LAZ Al-Azhar, maka masyarakat

yang menerimanya berarti ikut serta dalam membantu amil dalam

memperoleh pahala ketika berbagi. Selain itu, wajah ekspresi

15
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
94

kebahagiaan dari Sinta Avia selaku public relations LAZ Al-Azhar juga

turut terpampang dalam spanduk tersebut. Ekspresi kebahagiaan ini

merupakan ciri khas LAZ Al-Azhar dalam melakukan kegiatan promosi

  atau publisitas.

Namun, penggunaan spanduk dinilai bukan hal yang efektif

digunakan. Alasannya, karena adanya peraturan pemerintah mengenai

segala bentuk pemasangan iklan di pinggir jalan yang dikenakan biaya

pajak. Apabila tidak membayar pajak, maka spanduk akan dilepas

paksa oleh Satpol PP. Seperti yang dijelaskan oleh Dikalustian

Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Menurut saya, spanduk ini kurang efektif karena tidak bertahan


lama dipajangnya. Misalnya hari ini dipasang, besok sudah
dicopot oleh satpol PP."16

Solusinya, penggunaan spanduk mulai dikurangi menjadi 100

lembar dan diganti dengan penggunaan iklan bracket motor. Iklan

bracket motor dipasang langsung di motor staff dan karyawan (amil)

LAZ Al-Azhar. Iklan bracket motor merupakan solusi efektif karena

tidak dikenakan biaya pajak apapun oleh pemerintah sehingga dapat

meminimalisir penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

publisitas. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Dikalustian Rizkiputra

selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Solusinya adalah, saat ini kita lagi nurunin jumlah spanduk


menjadi 100 lembar, dan kita lagi gencar-gencarnya memasang
iklan bracket di motor milik kalangan internal. Iklan bracket di
motor ini lebih efektif, karena bisa dilihat oleh masyarakat
langsung di jalan raya, apalagi kalau lagi macet gitu „kan. Selain
itu, bracket ini tidak ada yang berani nyopot. Saat ini iklan di

16
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
95

bracket motor udah terpasang sebanyak 10 motor, dan ini


lumayan efektif. Bulan Ramadhan ini akan kita tambah menjadi
20 motor. Biayanya sekitar 900 ribu rupiah per motor.”17

Penjelasan Dikalustian Rizkiputra tersebut dibenarkan oleh Public

  Relations Al-Azhar, Sinta Avia bahwa:

“Penggunaan spanduk hanya dikurangi ya bukan mentiadakan.


Solusinya salah satunya dengan menggunakan Iklan Bracket di
motor para amil, karena biayanya lebih murah dan tahan lama
karena tidak akan dicopot oleh Satpol PP seperti spanduk, banner,
baliho itu tadi.”18

Contoh penggunaan iklan bracket motor LAZ Al-Azhar pada

motor amil dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(Sumber: Akun Instagram Iwan Yulianto (Amil LAZ Al-Azhar)


@iwansymbe)

17
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
18
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
96

(Sumber: Akun Instagram Iwan Yulianto (Amil LAZ Al-Azhar)


@iwansymbe)

Dalam caption foto tersebut terlihat bahwa Iwan Yulianto selaku

Amil LAZ Al-Azhar merasa menjadi pusat perhatian ketika ia sedang

dalam perjalanan ke kampung halamannya, Magelang, Jawa Timur. Hal

tersebut dikarenakan iklan bracket motornya dengan bertuliskan LAZ

Al-Azhar yang membuat pengendara lain menjadi tertarik. Menurutnya,

ini merupakan bukti bahwa penggunaan iklan bracket motor lebih

efektif dibandingkan dengan penggunaan spanduk atau baliho, karena

dapat dibawa kemanapun ia pergi.


97

3. Lobbying

Salim Kartono (2007) menjelaskan bahwa lobbying adalah kontak

pribadi yang dilakukan secara informal untuk mendekatkan brand ke target

  market. Tujuannya untuk mengingatkan, mendorong, maupun menembus

konsumen yang sulit ditembus dengan strategi branding biasa.19 LAZ Al-

Azhar menggunakan teknik lobi untuk melakukan CSR (Coorporate Social

Responsibility), terutama untuk bersinergi dengan perusahaan-perusahaan.

Terdapat 4 tahapan yang dilakukan dalam kegiatan melobi, seperti: (1)

menggali informasi dari sumber yang harus diketahui oleh perusahaan, (2)

menginformasikan informasi tersebut secara persuasif, (3) menjelaskan

kegiatan administrasi perusahaan, (4) memperoleh sponsorship.20

a. Menggali informasi dari sumber yang harus diketahui oleh

perusahaan/lembaga

PR LAZ Al-Azhar harus memiliki pengetahuan mengenai

identitas LAZ Al-Azhar dan memiliki kemampuan dalam menjelaskan

identitas lembaga yang ia kelola tersebut. Selain identitas LAZ Al-

Azhar, PR juga harus memiliki pengetahuan mengenai identitas

perusahaan/lembaga yang akan ia lobi. Seperti yang dijelaskan oleh

Sinta Avia selaku Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Sebelumnya, kita perkenalan diri dulu kita itu siapa, darimana.


Terus kita harus kenalan dulu kan sama Coorporate-nya.
Misalnya dengan Bank A, kita cari tahu dulu nih informasi positif

19
Salim Kartono, Lima Jurus Sukses Berbisnis Retail di Modern Market, (Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2007), h. 148.
20
Scott M. Cultip dan Allen H. Center, Effective Public Relations, revised fifth edition, h. 10.
98

dari Bank tersebut, kemudian kita cari contact person-nya dan


kita ajak ketemu.”21

Setelah menemukan contact person dari perusahaan tersebut,

selanjutnya ialah datang langsung ke perusahaan dengan menyerahkan


 
proposal LAZ Al-Azhar. Seperti yang telah dijelaskan oleh Dikalustian

Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Misalnya PR datang ke HRD suatu Mall untuk melobi. Lobinya


dilakukan dengan menyerahkan surat atau proposal di sela-sela
silaturahim itu. Selain itu, kita juga menjelaskan langsung
mengenai lembaga kita.”22

Selain menjelaskan langsung informasi mengenai LAZ Al-Azhar,

PR harus memiliki kemampuan dalam menjelaskan informais mengenai

perusahaan yang akan dilobi. Hal tersebut dilakukan agar

mempermudah PR dalam melobi atau mengajak perusahaan seperti

Mall, Bank, dan sebagainya untuk bekerjasama. Misalnya, PR LAZ Al-

Azhar menggali informasi mengenai karyawan dari perusahaan tersebut

bahwa karyawan mereka sering melaksanakan sholat berjamaah di

Masjid Al-Azhar. Atau misalnya mengenai akreditas atau image positif

dari Bank atau perusahaan tersebut.

Dalam hal melobi, kita tidak dianjurkan untuk mengutarakan

maksud dan tujuan secara langsung, apalagi jika menggunakan kosakata

yang terkesan memaksa. Seperti yang dijelaskan oleh Dikalustian

Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Dalam hal melobi ini, kita tidak bisa langsung nembak begini
“Pak, karyawan bapak harus berzakat dan donasi di LAZ Al-

21
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
22
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
99

Azhar ya.” Kan nggak begitu, dan kalau kita ngomongnya begitu
ya pasti mereka nolak mentah-mentah.”23

b. Menginformasikan informasi tersebut secara persuasif

  Setelah menggali sumber mengenai perusahaan yang akan dilobi,

selanjutnya adalah menginformasikan informasi tersebut secara

persuasif kepada perusahaan yang bersangkutan. Informasi ini boleh

disampaikan dengan cara mengajak atau merayu. Seperti yang

dijelaskan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding Public

LAZ Al-Azhar:

“Abis itu, biasanya kita rayu dengan ditinggi-tinggiin dahulu


mallnya atau kantornya, seperti “kalau kita melihat data, PT
bapak merupakan PT unggulan dan PT terbaik loh pak. Kemudian
rata-rata karyawan bapak rata-rata menunaikan sholat di Masjid
Agung Al-Azhar. Nah kami mendapat rekomendasi untuk bisa
masuk ke perusahaan bapak.”. seperti itu.”24

Rayuan tersebut harus bersifat positif dan tidak boleh keluar jalur

dari materi zakat atau materi keagamaan. Selain merayu, informasi

dapat pula disampaikan dengan memberikan edukasi kepada

perusahaan yang sedang dilobi. Hal ini disampaikan oleh Sinta Avia

selaku Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Kita edukasi mereka bahwa zakat dari lembaga itu benefit atau
keuntungannya banyak banget daripada zakat ke masjid atau ke
kaum dhuafa langsung. Karena kalau di Masjid itu penerimanya
itu-itu aja dan ruang lingkupnya kecil gitu, sedangkan kalau zakat
lewat LAZ Nasional itu bisa jadi pengurang pajak. Misalnya
karyawan mereka ada wajib pajak, dengan karyawan mereka
membayar zakat ke LAZNas dan menunjukkan kwitansi yang
dikeluarkan oleh LAZNas tersebut itu bisa mengurangi pajak
yang karyawan mereka harus bayarkan, gitu.”25

23
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
24
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
25
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
100

Biasanya Sinta Avia memberikan edukasi berupa kelebihan-

kelebihan yang didapatkan ketika menunaikan zakat di lembaga amil

zakat nasional. Misalnya kelebihan bebas pajak bagi karyawan mereka

  yang menunaikan zakat di lembaga amil zakat nasional, dan juga

kelebihan meratanya pembagian hasil pengumpulan dana zakat kepada

yang membutuhkan (mustahiq). Hal ini seperti yang telah disampaikan

oleh Dikalustian Putra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Kita beri edukasi bahwa sebenarnya penyaluran zakat di masjid


itu nggak boleh, tapi sekarang malah banyak masyarakat yang
membayar zakat di masjid. Alhamdulillah saat ini pemerintah
sudah mengetatkan undang-undang tentang perzakatan. Jadi yang
menghimpun dana zakat ini hanya boleh dilakukan oleh lembaga-
lembaga yang memenuhi persyaratan tertentu, salah satunya
adalah LAZ Al-Azhar. Masjid-masjid itu boleh menghimpun,
asalkan mereka menjadi UPZ-nya BAZNAS atau MPZ-nya LAZ.
UPZ itu sendiri adalah Unit Pengumpul Zakat, sedangkan MPZ
adalah Mitra Pengelolaan Zakat. Perbedaannya adalah kalau
masjid tersebut hanya menjadi UPZ-nya BAZNAS, berarti
mereka hanya boleh menghimpun, setor ke BASNAZ, dan nggak
boleh mengelola. Tapi kalau menjadi MPZ-nya LAZ, itu nggak
hanya setor, tetapi akan dikembalikan lagi oleh LAZ.
Dikembalikannya tidak 100%, tetapi hanya 90%, karena yang
10% itu kita ambil buat program nasional. Jadi masjid itu
sebenarnya punya kontribusi dalam program di LAZ.”26

Selain memberikan informasi mengenai kelebihan-kelebihan

membayar zakat di LAZ Al-Azhar, PR LAZ Al-Azhar juga

memberikan informasi mengenai kelebihan-kelebihan jika bekerjasama

dengan LAZ Al-Azhar. Seperti yang dijelaskan Sinta Avia selaku

Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Nah cara melobinya begini, kita bilang ke mereka kalau Al-


Azhar juga punya sekolah atau universitas yang rata-rata wali
muridnya sudah High End, dan kalau mereka mau bersinergi

26
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
101

dengan kita, maka perusahaan mereka juga kita akan publish di


Warta Al-Azhar yang pembacanya rata-rata kalangan internal YPI
Al-Azhar gitu, sehingga perusahaan mereka juga akan dilihat oleh
masyarakat di YPI Al-Azhar.”27

Melalui edukasi dan informasi yang lengkap dan memadai,


 
biasanya perusahaan akan tertarik dan ikut berkontribusi dengan

bersinergi dengan LAZ Al-Azhar. Setelah tertarik, barulah PR LAZ Al-

Azhar menjelaskan kegiatan mengenai administrasi perusahaan atau

lembaga.

c. Menjelaskan kegiatan administrasi perusahaan

PR LAZ Al-Azhar harus mampu menjelaskan kepada perusahaan

yang dilobi bahwa LAZ Al-Azhar merupakan lembaga nirlaba,

sehingga tidak diperkenankan untuk mengeluarkan biaya banyak dalam

kegiatan sewa menyewa. Seperti yang telah dijelaskan oleh Dikalustian

Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Setelah mereka tertarik, mulailah kita menjelaskan bahwa kita


merupakan lembaga non-profit dan Dewan Pertimbangan Syariah
(DPS) kita tidak memperbolehkan sewa menyewa. Kemudian
solusinya adalah Barter, jadinya nggak bayar. Barternya seperti
barter event, barter ta‟jil, dan barter lainnya yang dapat
didiskusikan dulu dengan Mallnya. Contohnya Mall A yang
menginginkan barter memberikan ta‟jil selama 23 hari di bulan
Ramadhan, hingga Mall B yang menginginkan barter
diadakannya event Punakawan Show.”28

Solusinya adalah dengan melalui barter dan akan dijelaskan

dalam Sub Bab “Low Budget High Impact”. Setelah pihak perusahaan

yang dilobi telah setuju, maka LAZ Al-Azhar akan memperoleh

sponsorship.
27
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
28
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
102

d. Memperoleh sponsorship

Sponsorship adalah dukungan finansial atau materi pendukung

  antara satu perusahaan ke perusahaan/lembaga lain. Sponsorship yang

diberikan oleh perusahaan ke LAZ Al-Azhar biasanya dalam bentuk

dana ataupun media untuk mempromosikan atau pelaksanaan zakat.

Misalnya pembebasan biaya ketika LAZ Al-Azhar ingin membuka

stand zakat di Mall-mall yang bersinergi dengan LAZ Al-Azhar.

Berikut ini merupakan contoh gerai zakat yang dibuka di Mall :

(Sumber: Berita online republika.co.id)

Selain gerai zakat, sponsorship juga dapat berupa pemasangan

iklan gratis di dalam Mall-mall yang bersinergi dengan LAZ Al-Azhar.

Seperti pada gambar di bawah ini:


103

(Sumber: Data Pribadi Sinta Avia (Public Relations LAZ Al-Azhar)

4. Fundraising

Fundraising adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi

masyarakat atau lembaga, baik individu atau kelompok agar

menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi/lembaga.29 LAZ Al-

Azhar merupakan perusahaan/lembaga non-profit, maka sangat

bergantung pada kegiatan pengumpulan dana (fundraising) untuk

menunjang operasionalnya. Menurut Dikalustian Rizkiputra selaku

Manager Funding Public di LAZ Al-Azhar, LAZ Al-Azhar memiliki

tiga bagian dalam pengumpulan dana ZISWAF.

“Di divisi kita, funding public ini ada 3 tim, yaitu funding public
internal, external, dan satisfaction unit.”30

29
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Teras,
2009), h. 12.
30
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
104

a. Funding Public Internal

Funding public internal adalah pengumpulan dana zakat, infaq,

sedekah, dan wakaf (ZISWAF) dari masyarakat internal YPI Al-Azhar

  maupun LAZ Al-Azhar agar mereka bersedia untuk menjadi muzakki

dan donatur di LAZ Al-Azhar. Seperti yang telah dijelaskan oleh

Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Funding public internal ini ngurusin masyarakat di ruang


lingkup YPI Al-Azhar, seperti guru-guru, siswa, dosen,
mahasiswa, staff-staff, wali murid, dan sebagainya. Itu tugas
funding public internal gimana caranya agar mereka mau menjadi
donatur dan muzakki.”

Terdapat dua metode dalam pengumpulan dan pengelolaan dana

zakat (fundraising) dalam funding public internal, yaitu melalui direct

fundraising dan indirect fundraising.

1) Direct Fundraising (pengumpulan dana secara langsung)

Metode direct fundraising ialah kegiatan fundraising yang

dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang

melibatkan muzakki secara langsung. Kegiatan ini dilakukan

melalui proses interaksi dan daya akomodasi terhadap seperti apa

respon muzakki secara langsung. Direct fundraising dari

masyarakat internal Al-Azhar sangatlah mudah. Seperti yang telah

dijelaskan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding

Public LAZ Al-Azhar:

“Contoh direct fundraising-nya begini, misalnya kamu ingin


membeli tanah kavling untuk pemakaman di Al-Azhar
Memorial Garden, nah disitu sudah ada sekalian penjabaran
zakat dan infaqnya, misalnya 10% atau 5% gitu. Jadi kamu
tidak hanya membeli tanah kavling, tetapi juga ada nilai
infaq-nya. Contoh lain di UAI, nilai infaq mahasiswa udah
105

ditaruh di slip pembayaran semesteran, jadi sekalian bayar


semesteran dan infaq.”31

Pengumpulan dana ZISWAF dari masyarakat internal Al-

Azhar dapat lebih mudah dilakukan daripada pengumpulan dana


 
ZISWAF dari masyarakat eksternal (di luar Al-Azhar). Karena

biasanya bukti transaksi pembayaran (bill) dari kegiatan

pendidikan, pembelian tanah makam, dan sebagainya sudah

otomatis ada kolom infaq di dalamnya. Dana infaq inilah yang

nantinya akan masuk ke LAZ Al-Azhar untuk dikelola.

2) Indirect Fundraising (pengumpulan dana secara tidak langsung)

Metode indirect fundraising ialah kegiatan fundraising yang

dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang

tidak melibatkan muzakki secara langsung. Metode ini biasanya

dilakukan dengan melakukan promosi yang mengarah kepada

pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk

melakukan transaksi donasi pada saat itu juga. Contoh dari metode

indirect fundraising ini misalnya mengadakan event, menjalin

relasi, melalui referensi dari orang yang dikenal, ataupun melalui

mediasi dari para tokoh.32

Salah satu contoh pengumpulan dana secara tidak langsung

pada masyarakat internal YPI Al-Azhar ialah Talkshow yang

dilakukan di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) dengan tema

31
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
32
Aprizal, Skripsi Sarjana: “Strategi Fundraising dalam Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat
pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat”, h. 27.
106

meningkatkan sadar zakat, infaq, sedekah, dan wakaf menuju

pemberdayaan perekonomian umat. Acara ini diisi oleh pembicara

yang professional seperti Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta),

  dan Sigit Iko Sugondo (Direktur Eksekutif LAZ Al-Azhar) pada

hari Selasa, 8 Mei 2018 lalu.

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Selain Talkshow yang dilakukan di Universitas Al-Azhar

Indonesia (UAI), LAZ Al-Azhar juga menggelar acara Dongeng

Islami di beberapa sekolah Al-Azhar selama bulan Ramadhan untuk

memupuk nilai-nilai keislaman pada usia emas mereka. Kegiatan

Dongeng Islami telah sukses dilaksanakan pada 24 Mei 2018 silam

di TK Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sambil belajar

berpuasa, siswa dan siswi tersebut juga mendapat siraman rohani

melalui kegiatan dongeng Islami yang diselenggarakan oleh LAZ

Al-Azhar, seperti pada gambar berikut:


107

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Pada gambar tersebut, terlihat para murid tampak sangat

antusias ketika mereka diceritakan dongeng tentang kemuliaan

akhlak Rasulullah SAW kepada semua orang, Beliau selalu berbagi

kepada siapa saja, baik yang menyukainya ataupun yang

membencinya. Setelah mereka mendapatkan pesan moral mengenai

dongeng yang mereka lihat dan dengar, diharapkan murid-murid

tersebut akan menceritakan kepada orang tua mereka mengenai

kemuliaan sifat Rasulullah SAW yang selalu baik dan berbagi

kepada siapa aja. Kemudian orang tua mereka akan menyadari

pentingnya berbagi, dan menyalurkan sebagian harta mereka kepada

yang membutuhkan melalui LAZ Al-Azhar.

b. Funding Public External

Funding public external adalah pengumpulan dana zakat, infaq,

sedekah, dan wakaf (ZISWAF) dari masyarakat umum di luar ruang

lingkup YPI Al-Azhar maupun LAZ Al-Azhar agar mereka bersedia

untuk menjadi muzakki dan donatur di LAZ Al-Azhar.


108

“Yang kedua, ada funding public external, nah ini yang ngurusin
masyarakat di luar Al-Azhar secara keseluruhan, misalnya dari
masyarakatnya hingga masjid-masjid di perkantoran, masjid-
masjid reguler, mall-mall.”33

Terdapat dua metode dalam pengumpulan dan pengelolaan dana


 
zakat (fundraising) dalam funding public internal, yaitu melalui direct

fundraising dan indirect fundraising.

1) Direct Fundraising (pengumpulan dana secara langsung)

Metode direct fundraising ialah kegiatan fundraising yang

dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang

melibatkan muzakki secara langsung. Kegiatan ini dilakukan

melalui proses interaksi secara langsung kepada masyarakat.

Kegiatan pengumpulan dana ZISWAF secara langsung pada

masyarakat eksternal YPI Al-Azhar maupun LAZ Al-Azhar ialah

misalnya dengan mendatangi gerai zakat LAZ Al-Azhar langsung.

Berikut merupakan beberapa contoh fundraising direct yang

dilakukan untuk masyarakat eksternal LAZ Al-Azhar yang

dilakukan di Gerai Zakat LAZ Al-Azhar di Masjid Agung Al-

Azhar:

33
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
109

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Gerai zakat LAZ Al-Azhar tidak hanya dibuka di kantor

operasional LAZ Al-Azhar saja, tetapi kini telah ada di mall-mall


 

Jabodetabek. Seperti di Plaza Senayan, Gandaria City, Pondok

Indah Mall, Plaza Semanggi, Mall Alam Sutera, Mall of Indonesia,

Mall Kelapa Gading, Grand Galaxy Park, Grand Metropolitan,

Green Pramuka Square, Mall Cipinang Indah, Mall Bassura, One

Bell Park, AEON Mall Jakarta Center, AEON Mall BSD City,

Bintaro Jaya Xchange Mall, Metropolitan Mall, Cibubur Junction,

Lippo Plaza Ekalokasari, Botani Square, Lippo Cikarang, Bella

Terra Mall, hingga Masjid Jami’ Fatahillah Pasar Blok B Tanah

Abang. Seperti pada gambar berikut ini :

Berikut ini merupakan contoh gerai zakat yang dibuka di

Mall Bintaro Xchange Lantai GF:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

Berikut ini merupakan contoh gerai zakat yang dibuka di


110

Mall Cinere Depok Lantai 3:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

Berikut ini merupakan contoh gerai zakat yang dibuka di

Mall Grand Galaxy Park Bekasi Lantai Dasar:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

2) Indirect Fundraising (pengumpulan dana secara tidak langsung)

Metode indirect fundraising ialah kegiatan fundraising yang

dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang

tidak melibatkan muzakki secara langsung. Metode ini biasanya

dilakukan dengan melakukan promosi yang mengarah kepada

pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk


111

melakukan transaksi donasi pada saat itu juga. Contoh dari metode

indirect fundraising ini misalnya mengadakan event, menjalin

relasi, melalui referensi dari orang yang dikenal, ataupun melalui

  mediasi dari para tokoh.34

Kegiatan fundraising indirect yang dilakukan untuk

masyarakat eksternal LAZ Al-Azhar misalnya adalah Tamarasya

(Ta’lim manajemen harta syariah) yang terbuka untuk umum.

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

Tamarasyah merupakan kegiatan kajian Islami yang di

dalamnya juga ada kegiatan pengkategorian harta dari peserta

kajian. Hal ini dilakukan agar masyarakat dan amil mengetahui

jenis kategori harta mereka, apakah halal, subhat, atau haram.

“Tamarasya tidak hanya kajian saja, masing-masing peserta


dalam acara ini nanti akan mengetahui kondisi keuangannya
mereka, apakah keuangannya masuk ke kategori hijau,
kuning, atau merah. Kalau masuk ke kategori hijau, berarti
harta yang mereka dapatkan itu halal, kalau kuning, berati
hartanya subhat, nah kalau masuk ke kategori merah berarti
hartanya yang didapat selama ini haram. Jadi, kita bisa tahu
apakah harta tersebut layak atau tidak didonasikan.
34
Aprizal, Skripsi Sarjana: “Strategi Fundraising dalam Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat
pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat”, h. 27.
112

Pengkategorian ini dilakukan dengan cara peserta ta’lim


diberikan form yang namanya tidak perlu ditulis. Selama ini
kan kajian itu hanya sekedar belajar aqidah akhlak, puasa,
sholat, hormat anak kepada orang tua, hormat suami terhadap
isteri. Cuma seputar gitu-gitu aja „kan? Masih jarang kajian-
kajian dikalangan masyarakat yang membahas tentang
  ekonomi syariah atau harta syariah. Jadi sebelum mereka
berdonasi atau berzakat, kita harus tahu dahulu nih harta
mereka didapatkan secara halal atau tidak.”35

Berikut ini merupakan contoh kegiatan Tamarasyah yang

telah dilaksanakan di Masjid Jami’ Al-Muiz, Depok pada 5 Maret

2018 lalu:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

Setelah mereka mengetahui harta mereka di kategori apa,

maka hal yang selanjutnya dilakukan ialah dengan mengedukasi

mereka mengenai zakat, infaq, dan sedekah. Seperti yang telah

dijelaskan oleh Sinta Avia selaku Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Ketika kita udah tau nih harta dari calon donatur kita ini
masuk ke kategori merah, kuning, atau hijau melalui kegiatan
Tamarasya tadi. Yang kita cari yang pasti hartanya yang
kategori hijau ya, yang sudah pasti halal. Setelah menemukan

35
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
113

calon donatur yang masuk ke kategori hijau, kemudian kita


jelaskan kepada mereka begini secara halus, “Bapak/Ibu,
hartanya sudah halal ya, tetapi akan menjadi haram apabila
tidak dikeluarkan untuk hak orang lain, karena dalam harta
Bapak/Ibu ada hak orang lain yang harus dikeluarkan, gitu.”36

  Setelah mengedukasi, selanjutnya PR akan menjelaskan

secara perlahan kepada peserta Tamarasyah yang hartanya masuk

kekategori hijau (halal) bahwa harta yang halal akan menjadi

haram jika tidak dikeluarkan untuk hak orang lain. Dengan begitu,

peserta Tamarasyah tersebut akan menunaikan ZISWAF-nya di

LAZ Al-Azhar.

c. Satisfaction Unit

Satisfaction Unit merupakan kegiatan yang dilakukan oleh amil

dalam memberikan pelayanan kepuasan terhadap donatur atau muzakki

yang telah menyalurkan ZISWAF-nya ke LAZ Al-Azhar. Sapaan bagi

donatur dan muzakki ini adalah Sahabat Al-Azhar. Seperti yang

dijelaskan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding Public

LAZ Al-Azhar:

“Yang ketiga, ada satisfaction unit, yaitu yang bertugas untuk


memberi kepuasan terhadap donatur dan muzakki. Jadi, ketika
donatur dan muzakki tersebut sudah berzakat di lembaga kita, nah
tugasnya satisfaction unit adalah mem-follow up. Misalnya
dengan menelepon untuk sekedar mengucapkan terima kasih telah
berdonasi di LAZ Al-Azhar, kemudian juga mendoakan.”37

Dengan ucapan terima kasih dan doa yang diberikan oleh

satisfaction unit ini, maka Sahabat Al-Azhar akan merasa dihargai, dan

hal ini juga merupakan upaya agar LAZ Al-Azhar dapat


36
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
37
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
114

mempertahankan Sahabat Al-Azhar agar mereka dapat terus setia

berkontribusi dalam menyalurkan hartanya ke LAZ Al-Azhar.

Satisfaction unit bertugas dalam beberapa hal, yaitu I-Base, Kajian

  Ekonomi Islam (KEI), dan Majalah Warta Al-Azhar.

1) I-Base

I-Base merupakan sebuah sistem pencatatan pembayaran

ZISWAF yang terintegerasi.38

“Database ini merupakan data-data pribadi dari para donatur


LAZ Al-Azhar, seperti nama, nomor telepon, email, dan
sebagainya.”39

Sistem I-Base meliputi: (1) Database muzakki dengan sistem

ID (Identity Number), (2) pencatatan penerimaan pembayaran

ZISWAF yang terhubung dan tersimpan dalam server pusat, (3)

penerbitan bukti pembayaran (kuitansi), (4) rekonsiliasi

pembayaran dari berbagai metode (tunai, layanan perbankan,

virtual account), dan (5) rekapitulasi pembayaran; perhari, per-

petugas, per-konter, per-cabang, dan total nasional.40

Dengan demikian, pencatatan tersebut akan membuat donatur

dan muzakki di LAZ Al-Azhar dapat mengurangi penghasilan

bruto kena pajak. Hal inilah yang menjadi kelebihan membayar

zakat di LAZ Al-Azhar seperti yang telah dijelaskan oleh Sinta

Avia selaku Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Berzakat lewat LAZ Nasional itu bisa jadi pengurang pajak.


Misalnya karyawan mereka ada wajib pajak, dengan

38
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, (Jakarta: LAZ Al-
Azhar, 2016), h. 22.
39
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
40
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 22.
115

karyawan mereka membayar zakat ke LAZNas dan


menunjukkan kuitansi yang dikeluarkan oleh LAZNas
tersebut itu bisa mengurangi pajak yang karyawan mereka
harus bayarkan, gitu.”41

  2) Kajian Ekonomi Islam (KEI)

Kajian Ekonomi Islam adalah kajian bulanan yang

diselenggarakan oleh LAZ Al-Azhar untuk menjalin silaturahim

antara LAZ Al-Azhar dengan para donatur, yang biasanya hanya

dapat bersilaturahim melalui telepon, e-mail, atau sosial media.

Kebahagiaan silaturahim tidak hanya dirasakan oleh LAZ Al-Azhar

saja yang merupakan tuan rumahnya, tetapi para donatur yang biasa

disapa Sahabat Al-Azhar ini juga ikut merasakannya.42

Selain mendapatkan siraman rohani dari pemateri yang

berkompeten di dunia perekonomian Islam, Sahabat Al-Azhar juga

disuguhi sajian khas Kopi Semende yang merupakan salah satu

kopi khas Desa Gemilang binaan LAZ Al-Azhar dari Desa Pelakat,

Muara Enim, Sumatera Selatan. Kopi ini berhasil meraih

penghargaan Desa Pro Iklim tingkat Nasional. Selain kopi, dalam

KEI ini para Sahabat Al-Azhar juga diajak untuk mencicipi

produk-produk dari KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) binaan

Program Sejuta Berdaya, seperti Bakso Jamur dari Pondok

Pesantren Riyadhul Jannah, serta Karedok dan Gado-gado dari

KSM Pengasinan Gemilang.43

41
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
42
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 23.
43
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 23.
116

3) Majalah Warta Al-Azhar

Selain I-Base, melakukan Kajian Ekonomi Islam (KEI),

satisfaction unit juga berperan dalam menyajikan majalah Warta

  Al-Azhar. Hal ini dikatakan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku

Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Majalah Warta Al-Azhar itu juga merupakan salah satu


bagian dari satisfaction unit.”44

Majalah Warta Al-Azhar merupakan media cetak yang

dikhususkan bagi kalangan internal YPI Al-Azhar. Majalah ini

berisikan tentang segala informasi terbaru mengenai Al-Azhar,

seperti event atau acara yang telah berlangsung di sekolah-sekolah

Al-Azhar, prestasi murid SD hingga Universitas Al-Azhar di

Indonesia, hingga informasi mengenai pelaporan dana ZISWAF

dari LAZ Al-Azhar. Tidak hanya dibagikan ke kalangan internal

YPI Al-Azhar saja, Majalah Warta Al-Azhar juga dibagikan ke

Sahabat Al-Azhar yang merupakan donatur atau muzakki di LAZ

Al-Azhar. Seperti yang dijelaskan oleh Dikalustian Rizkiputra

selaku Manager Funding Public LAZ Al-Azhar berikut ini:

“Majalah ini kita cetak setiap 2 bulan sekali, kemudian


dibagikan ke donatur-donatur tetap kita. Ini merupakan
bentuk laporan kita ke donatur, mau donaturnya membaca
atau engga, ini udah menjadi kewajiban kita untuk
menyebarkan majalah kita tadi. Isinya bukan cuma berita aja,
tetapi ada laporan-laporan perkembangan program juga di
dalamnya, sehingga mereka tahu dana yang sudah terkumpul
ada berapa.”45

d. Layanan Layanan Zakat Home Service


44
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
45
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
117

LAZ Al-Azhar memberikan layanan jemput zakat yang dapat

memudahkan masyarakat dalam menunaikan ZISWAF (zakat, infaq,

sedekah, dan wakaf). Hal ini terlihat dalam gambar berikut ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

Layanan jemput zakat ini diadakan setiap hari selama 24 jam.

Berapapun jumlah ZISWAF yang akan ditunaikan, dan dimanapun

lokasinya, Tim jemput zakat LAZ Al-Azhar siap untuk

menjemputnya.46 Seperti yang tertera pada gambar berikut ini:

46
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 25.
118

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

e. Layanan Zakat Online


 
1) Tokopedia

Tokopedia adalah situs jual beli berbasis online yang berdiri

sejak tahun 2009 dan merupakan jembatan antara penjual dan

pembeli dengan keamanan yang terjaga. Keamanan tersebut ada

karena transaksi dilakukan bukan dengan membayar langsung ke

rekening penjual, melainkan lewat rekening dari Tokopedia.

Sehingga apabila barang tidak dikirim atau tidak sesuai pesanan,

maka pembeli dapat melakukan pembatalan transaksi.

Kemudahan dalam bertransaksi inilah yang membuat jutaan

orang menggunakan Tokopedia sebagai alat penjualan, pembelian,

hingga pembayaran. Tidak aja jual beli saja, di Tokopedia juga

dapat membayar zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZISWAF)

dibeberapa lembaga amil zakat, salah satu LAZ Al-Azhar. Seperti

yang dijelaskan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager

Funding Public LAZ Al-Azhar.

“Kita baru bekerja sama dengan Tokopedia dan eBaba. Kita


udah pernah kirim proposal ke Bukalapak, Shoppe, dan
sebagainya tetapi belum ada respon.”47

47
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
119

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan


Partnership LAZ Al-Azhar)

LAZ Al-Azhar bekerja sama dengan Tokopedia untuk

memudahkan muzakki dan donatur dalam menyalurkan hartanya.

Selain iti, Tokopedia juga tidak merasa keberatan jika dimintai

database para donatur atau muzakki. Seperti yang telah dikatakan

oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager Funding Public LAZ

Al-Azhar:

“Saya salut dengan Tokopedia, padahal Tokopedia itu


pemiliknya adalah orang Nasrani. Tetapi mereka merangkul
semua lembaga-lembaga zakat dan biayanya gratis. Ada
kesepakatan juga, yaitu data donatur harus ke-input di kita
juga, karena kita juga harus tahu dan kita juga yang mem-
follow up. Dan Alhamdulillah sekarang banyak masyarakat
yang berdonasi lewat Tokopedia. Artinya masyarakat
sekarang ini sudah lebih memilih kemudahan transaksi lewat
digital daripada tunai.”48

Selain kemudahan dalam bertransaksi, kelebihan

menggunakan Tokopedia ini adalah tidak adanya pemungutan

biaya apapun (gratis). Selain itu, Tokopedia juga mendukung

kegiatan ZISWAF ini, terbukti dengan adanya beberapa promo jika

48
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
120

masyarakat ingin menyalurkan hartanya lewat Tokopedia. Seperti

pada gambar berikut ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Pada gambar tersebut, Tokopedia memberikan Voucher

belanja sebesar 30 ribu rupiah kepada siapa saja yang menyalurkan

zakatnya lewat aplikasi Tokopedia. Hal ini merupakan bentuk

dukungan Tokopedia terhadap kewajiban berzakat.

2) E-baba

“Selain bank dan Tokopedia, kita juga bekerja sama dengan


e-Baba yang merupakan e-commerce baru.”49

49
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
121

E-baba adalah situs jual beli barang berbasis online untuk

memenuhi segala kebutuhan umat Muslim dari lahir hingga akhir

hayat. Dalam e-baba terdapat tiga pelayanan. Yang pertama ada

  Baba Shop, yaitu layanan yang menyediakan segala kebutuhan

umat Muslim, seperti fashion, alat ibadah, makanan Halal, hingga

perlengkapan Haji dan Umrah. Selain itu ada Baba Serve, yaitu

situs pelayanan jasa Islami dari lahir hingga akhir hayat seperti jasa

aqiqah, Umrah, ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf),

hingga pelayanan pemakaman. Terakhir adalah Baba Help, yaitu

pelayanan mengenai informasi lokasi masjid terdekat, penunjuk

kiblat, hingga waktu pengingat ibadah.

E-baba telah bekerjasama dengan beberapa lembaga amil

zakat nasional, salah satunya LAZ Al-Azhar. Berikut merupakan

legiatan kerjasama antara PR LAZ Al-Azhar dengan pihak e-baba

yang dilakukan pada 10 Juni 2017 silam.

(Sumber: Data Pribadi Sinta Avia, Public Relations LAZ Al-Azhar)

Namun, penggunaan e-baba dapat dikatakan belum seefektif

Tokopedia, karena e-baba merupakan situs baru dan belum begitu


122

terkenal seperti Tokopedia. Hal ini disampaikan oleh Sinta Avia

selaku Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Karena e-Baba itu e-commerce baru dan belum berkembang,


jadi belum seefektif Tokopedia, sih.”50
 

5. Special Event

Special event atau kegiatan khusus biasanya dilakukan oleh lembaga

atau perusahaan dengan mengadakan acara khusus yang bertujuan untuk

menarik perhatian publik internal maupun eksternal. Beberapa kegiatan

special event yang dilakukan LAZ Al-Azhar ialah Punakawan Show, IG

Talks, dan Dongeng Anak.

a. Punakawan Show

Punakawan show merupakan acara pementasan wayang orang

yang lengkap dengan pesan moral. Acara ini digelar oleh LAZ Al-

Azhar dengan bekerjasama dengan mall-mall yang ada di wilayah

Jabodetabek. Tak hanya pesan moral, edukasi sadar zakat juga

diberikan dalam acara Punakawan Show yang sudah digelar sejak tahun

2014 silam. Acara ini selalu dibanjiri oleh pengunjung yang tertarik

dengan hiburan bermanfaat dengan pesan moral Islami yang beragam. 51

“Kita punya event Punakawan Show, yaitu hiburan komedi yang


menyelipkan dakwah mengenai kewajiban zakat.”
Punakawan Show diperankan oleh Sigit Iko Sugondo (Direktur

LAZ Al-Azhar), sebagai Semar, Farly SMS (Komedian) sebagai

Gareng, Jabrik (Komedian) sebagai Bagong, dan Sigit Tripuruca

50
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
51
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 24.
123

sebagai Petruk. Tokoh-tokoh tersebut seperti yang ada pada gambar

berikut:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Salah satu tema Punakawan Show adalah “AADG (Ada Apa

dengan Gareng)” yang diadakan pada 2016 lalu. Dalam tema ini

diceritakan bahwa Semar memiliki 3 orang anak, yakni Gareng, Petruk,

dan Bagong. Suatu hari Gareng yang merupakan anak tertua meraih

kesuksesan yang luar biasa dan menjadi kaya raya. Sementara kedua

adiknya, Petruk dan Bagong masih hidup miskin. Namun dengan

kekayaannya, Gareng berlaku sombong kepada kedua adiknya tersebut

dan seolah melupakan mereka. Semar yang dikenal sebagai tokoh yang

bijak kemudian datang untuk menasihati anak sulungnya, Gareng.

Setelah dinasihati, ternyata sifat sombong yang muncul dari diri Gareng

muncul karena ketika sudah kaya raya, ia tidak mengeluarkan hartanya

untuk berzakat, sehingga membuat hatinya menjadi keras dan angkuh.


124

Padahal disetiap harta yang kita miliki terdapat hak orang lain yang

harus dikeluarkan.52

Punakawan Show kembali diadakan pada 27 Mei 2018 lalu

  dengan tema “Togog Biang Kerok”. Pertunjukkan ini diadakan di Mall

Kelapa Gading, Jakarta dan berhasil membuat para pengunjung

mendapatkan hiburan sekaligus tontonan yang menarik. Dalam tema ini

menceritakan, Togog merasa kalah pamor dengan Semar, karena

pengaruh Semar di kalangan eksekutif negeri semakin kuat hingga

dijuluki Guru Bangsa. Togog-pun merasa tersisih dan timbul rencana

keji untuk menurunkan pamor Semar dengan hasutan dan bermaksud

memecah belah hubungan keluarga Semar dengan anaknya, yaitu

Petruk, Gareng, dan Bagong. Berikut merupakan dokumentasi

Punakawan Show yang dilakukan di Mall Kelapa Gading, Jakarta:

52
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016, h. 24.
125

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

b. IG Talks

  Selain Punakawan Show, LAZ Al-Azhar juga seringkali

mengadakan event Talkshow, yakni IG Talks. IG Talks juga diadakan

di mall-mall yang sudah bekerjasama dengan LAZ Al-Azhar. IG Talks

merupakan acara talkshow yang didalamnya berisikan tentang informasi

ZISWAF (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf). Selain ZISWAF, juga

terdapat informasi mengenai keuangan syariah, kehidupan Islami, dan

sebagainya dengan mendatangkan pembicara yang professional. Seperti

yang telah dijelaskan oleh Sinta Avia selaku Public Relations LAZ Al-

Azhar:

“Kita punya acara IGTalks (Indonesia Gemilang Talkshow), yaitu


talkshow tentang ZIS, keuangan syariah, kehidupan Islami, dan
sebagainya.”53

Salahsatu contoh kegiatan IGTalks ialah pada 5 Juni 2018 lalu

yang dilaksanakan di Mall Cipinang Indah. IGTalks ini dihadiri oleh

Selebriti Indonesia, Haykal Kamil dengan tema “Halal Lifestyle”. Pada

kesempatan ini, Haykal Kamil menceritakan jatuh bangun perjalanan

hidupnya mulai dari kesibukkan di dunia hiburan, hingga kini ke dunia

Halal Bussiness. Berikut merupakan beberapa dokumentasi dari acara

tersebut:

53
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
126

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Pada foto tersebut terlihat Public Relations LAZ Al-Azhar, Sinta

Avia sedang menjadi MC (Master Ceremony) dari Acara IGTalks yang

diadakan pada 5 Juni 2018 lalu di Mall Cipinang Indah, Jakarta.

6. Low Budget High Impact

Seperti yang telah dijelaskan di dalam profil LAZ Al-Azhar Peduli

Ummat bahwa Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat bukan

berorientasi pada pengumpulan profit (keuntungan) bagi pengurus

organisasi, melainkan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dhuafa

melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq, Sedekah dan dana sosial lain yang

dibenarkan oleh syariat agama & sumber daya yang ada di masyarakat.
127

Maka dapat disimpulkan bahwa Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli

Ummat merupakan perusahaan/lembaga yang bersifat non-profit.

Lembaga non-profit harus meminimalisir pengeluaran dana, terlebih

  jika dana yang dikeluarkan untuk keperluan strategi public relations yang

dijalankan lembaga, seperti promosi, publisitas, dan sebagainya. Dana yang

besar hanya boleh digunakan untuk menjalankan program-program dari

lembaga tersebut sehingga dapat memberdayakan masyarakat atau ummat.

Seperti yang telah disampaikan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku Manager

Funding Public di LAZ Al-Azhar :

“Kita ada strategi Low Cost High Impact, yaitu gimana caranya kita
ngeluarin biaya sedikit, tapi impact-nya tuh besar. Karena kan kita itu
lembaga non-profit ya, jadi biaya yang dikeluarkan juga harus
minim.”54

Dalam menerapkan metode low budget high impact, PR di LAZ Al-

Azhar melakukan hal-hal seperti (1) pendekatan melalui isu yang beredar,

(2) pendekatan melalui pemanfaatan promosi program pihak lain, dan (3)

pendekatan melalui sistem barter.

a. Pendekatan melalui Isu yang Beredar

Selain menggunakan sosial media, low budget high impact dapat

dilakukan dengan memanfaatkan isu-isu yang sedang beredar. Hal ini

dimaksudkan supaya LAZ Al-Azhar dapat muncul di media massa

tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Seperti yang dijelaskan

oleh Anggriansyah Munggaran selaku Kepala Divisi Fundraising,

Communication, dan Partnership LAZ Al-Azhar :

“Dengan dilakukannya low cost high impact, kita hanya perlu

54
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
128

memiliki program yang bagus hingga dapat diundang oleh acara


talkshow di salah satu stasiun televisi. Nah, itulah celah kita untuk
masuk ke dunia televisi agar lebih dikenal oleh masyarakat tanpa
harus mengeluarkan biaya yang banyak. Contohnya kemarin kita
masuk diacara Hitam Putih, Trans 7. Hitam Putih mengundang
pembicara yang pernah ditipu oleh salah satu Travel Umrah. Kita
  mengambil kesempatan itu, daripada kita menyewa iklan di
televisi yang mahal, lebih baik kita membiayai Umrah seseorang
yang telah ditipu oleh Travel Umrah tersebut dan biaya Umrah
tersebut tidak semahal ketika menyewa iklan di televisi. Selain
kita mampu menjalankan program pemberdayaan masyarakat,
sekaligus kita berkesempatan untuk menjadi pembicara dalam
acara talkshow di televisi.”55

Berdasarkan penjelasan dari Anggriansyah Munggaran di atas,

dapat dilihat bahwa LAZ Al-Azhar memanfaatkan berita yang sedang

beredar baik di media sosial ataupun di media massa. Contoh berita yang

sedang beredar pada saat itu adalah kasus penipuan Travel Umrah Abu

Tours yang melibatkan puluhan ribu jamaah Umrah, salah satunya adalah

Daeng Taddang (83) dan istrinya yang bernama Daeng Lenteng (50)

yang berasal dari Sulawesi Selatan. Daeng Taddang sudah menyetor

uang sebesar 17 juta rupiah pada Agustus 2017 lalu. Namun mereka tidak

kunjung berangkat hingga kasus Abu Tours terungkap. Padahal uang

tersebut telah dikumpulkan dari hasil mengayuh becak selama 10 tahun

di Pasar Bulu-bulu, Sulawesi Selatan. Berita ini dapat dilihat dalam

lampiran.

Melihat berita yang beredar tersebut, Trans 7 menayangkan acara

Hitam Putih dengan menghadirkan Daeng Taddang dan isteri karena

mereka dianggap sangat inspiratif. LAZ Al-Azhar kemudian mengambil

tindakan untuk berupaya menolong Daeng Taddang dan isteri dengan

55
Wawancara pribadi dengan Anggriansyah Munggaran. Jakarta, 14 Mei 2018.
129

memberikan 2 paket Umrah untuk mereka. Selain menolong, upaya ini

sekaligus berhasil membuat LAZ Al-Azhar tampil di acara Hitam Putih,

Trans 7 dan dapat ditonton oleh masyarakat, seperti pada gambar berikut

  ini :
130

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)

Pada gambar tersebut, terlihat Direktur Eksekutif LAZ Al-Azhar ,

Sigit Iko Sugondo, sedang memberikan hadiah berupa 2 Paket Umrah


 

untuk Daeng Taddang dan isteri. Selain itu, di akhir acara, terdapat

tulisan ucapan terima kasih dari Hitam Putih untuk LAZ Al-Azhar.

b. Pendekatan melalui Pemanfaatan Promosi Program Pihak Lain

Dalam pendekatan ini, sebuah lembaga biasanya memanfaatkan

promosi program pihak lain yang sudah ada ikatan kerjasama.

Pemanfaatan promosi program pihak lain dilakukan karena LAZ Al-

Azhar melihat adanya kesamaan karakteristik sasaran konsumen.

Tujuannya adalah untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan dalam

kegiatan periklanan suatu produk atau program.

“Kita melihat bahwa iklan di televisi itu mahal, tapi kita juga lihat
bahwa kita „kan punya Halal Community seperti Halal Fashions,
Halal Foods, Halal Tourism, Halal Pharmacy. Semua restoran
binaan kita rata-rata memiliki televisi, nah kita harus memasang
tayangan mengenai LAZ Al-Azhar di media yang ada dalam
Halal Community dan restauran binaan kita tadi. Tidak hanya
media televisi saja, kita juga berupaya bagaimana caranya agar
memanfaatkan aplikasi yang sudah terkenal dan banyak
digunakan oleh masyarakat, misalnya Aplikasi BNI. Dengan
adanya aplikasi BNI, kita cukup bekerjasama dengan BNI tanpa
harus membuat aplikasi berbasis zakat. Intinya, kita cukup
memanfaatkan media mereka dan tentunya dengan berbagai
kerjasama. Pemanfaatan ini dilakukan supaya kita bisa ada
dimana-mana tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.”
131

c. Pendekatan melalui Sistem Barter

Dalam pendekatan ini, Public Relations LAZ Al-Azhar

menggunakan sistem Barter untuk bekerjasama dengan Coorporate.

  Sistem barter adalah kegiatan tukar menukar barang ataupun jasa yang

terjadi tanpa perantaraan uang. Misalnya Perusahaan B dan LAZ Al-

Azhar saling bergantian mempromosikan perusahaan/lembaga mereka

yang telah ada kesepakatan barter. Hal ini telah dijelaskan oleh Sinta

Avia selaku Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Kita melakukan barter supaya tidak perlu mengeluarkan banyak


biaya untuk menyewa iklan. Kalau kita ingin bersinergi dengan
Halal Community, Halal Fashion, Halal Butik, nah itu kita pakai
strategi barter. Contohnya dengan kita mempromosikan barang-
barang mereka atau butik mereka ke media sosial sebagai salah
satu mitra sinergi kita, kemudian mereka juga mempromosikan
nama LAZ Al-Azhar di sosial media mereka.”56
Hal ini juga disampaikan oleh Dikalustian Rizkiputra selaku

Manager Funding Public LAZ Al-Azhar:

“Dewan Pertimbangan Syariah (DPS) tidak memperbolehkan kita


untuk sewa menyewa. Kemudian solusinya adalah Barter, jadinya
nggak bayar. Barternya seperti barter event, barter ta‟jil, dan
barter lainnya yang dapat didiskusikan dulu dengan Mallnya.
Contohnya Mall A yang menginginkan barter memberikan ta‟jil
selama 23 hari di bulan Ramadhan, hingga Mall B yang
menginginkan barter diadakannya event Punakawan Show.”57

Penggunaan sistem barter merupakan metode yang sangat efektif,

karena kita dapat melakukan promosi dan publisitas tanpa harus

mengeluarkan biaya. Beberapa nilai tukar barter dari perusahaan-

perusahaan juga sangat menguntungkan bagi LAZ Al-Azhar. Misalnya

56
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.
57
Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.
132

barter berupa booth gratis yang diberikan salah satu Mall untuk LAZ

Al-Azhar dengan event yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar untuk Mall

tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh Sinta Avia selaku Public

  Relations LAZ Al-Azhar:

“Jadi misalnya ada Mall yang pengen kita barter event supaya kita
punya booth disana tetapi tidak dipungut biaya, kita bikin acara
talkshow disana supaya mall tersebut juga ada event. Jadi
barternya itu berupa event, bukan berupa bayar uang sewa booth
gitu. Dari event itu sebenarnya juga ada keuntungan juga buat kita
untuk promosiin LAZ Al-Azhar.”

Dengan barter, selain tidak dipungut biaya dalam menggunakan

booth di suatu Mall, pihak LAZ Al-Azhar juga dapat melakukan event

dan di dalam event tersebut juga terdapat unsur promosi dan publisitas

dari LAZ Al-Azhar, misalnya pada event Punakawan Show atau

IGTalks.

B. Peningkatan Brand Awareness di LAZ Al-Azhar

Perjalanan LAZ Al-Azhar sejak pertama didirikan hingga saat ini

dilalui dengan tidak mudah. Dimulai dengan mengusung tagline “bersama

entaskan kemiskinan” hingga tagline tersebut ditambah menjadi “economic

improvement of the poor”. Pada awal berdirinya LAZ Al-Azhar, masih

banyak masyarakat yang mengira bahwa Al-Azhar hanya merupakan

lembaga pendidikan dan tempat beribadah saja. Namun, saat ini masyarakat

sudah lebih mengenal LAZ Al-Azhar. Karena adanya kegiatan event yang

dilakukan oleh LAZ Al-Azhar di Mall-mall besar Jabodetabek, seperti event

Punakawan Show dan IGTalks mampu membuat masyarakat menyadari

akan kewajiban menunaikan zakat dan berbagi antarsesama manusia. Hal


133

ini terlihat dari adanya peningkatan jumlah donatur dan muzakki. Pada

bulan Januari 2018 hingga Juni 2018, jumlah donatur sudah mencapai

25.920 orang. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Sinta Avia selaku

  Public Relations LAZ Al-Azhar:

“Iya, alhamdulillah terus meningkat. Seinget saya nih ya, bulan


Januari sekitar 4000-an orang, nah pas bulan Februari meningkat
menjadi hampir 9000-an orang. Terus bulan Maretnya seinget saya
kira-kira 10.000 lebih orang. Bulan April dan Mei kira-kira ada
15.000-anlah. Nah sekarang karna ada momen Ramadhan dan
Lebaran, jumlahnya udah mencapai 25.920 orang.”58

Peningkatan kesadaran dalam menunaikan zakat terlihat adanya

beberapa public figure yang menunaikan zakat dan qurbannya setiap tahun

di LAZ Al-Azhar. Seperti penyanyi Vidi Aldiano yang rutin menunaikan

zakatnya di LAZ Al-Azhar, misalnya pada tanggal 14 Juni 2018 dan pada

24 Juni 2017 silam. Seperti pada gambar berikut ini:

Selain Vidi Aldiano, penyanyi Alika Islamadina dan ibunya juga

menyalurkan zakatnya di LAZ Al-Azhar pada 14 Juni 2018 lalu. Seperti

pada gambar berikut ini:

58
Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 20 Juni 2018.
134

Selain itu, Haykal Kamil pernah menyalurkan zakatnya beberapa

kali di LAZ Al-Azhar. Tidak hanya bersama isterinya, pada kesempatan

lain ia juga pernah mengajak keluarganya untuk berzakat di LAZ Al-

Azhar. Seperti pada gambar berikut ini:

Tidak hanya adiknya, Haykal Kamil, sang kakak Zaskya Mecca

dan suami, Hanung Bramantyo pernah menunaikan zakatnya di LAZ Al-

Azhar. Seperti pada gambar berikut ini:

Sinyorita Esperanza seringkali menunaikan ZISWAF hingga

Qurbannya di LAZ Al-Azhar setiap tahun. Seperti pada gambar di bawah

ini:
135

Komedian Stand Up Komedi, Kemal Pahlevi pernah menunaikan

zakatnya di LAZ Al-Azhar. Seperti pada gambar berikut ini:

Tidak hanya para selebriti Indonesia saja, Pimpinan One Pride TV

One, David Eric Burke juga pernah menyalurkan zakatnya di LAZ Al-

Azhar seperti pada gambar berikut ini:

(Sumber: Data Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership


LAZ Al-Azhar)
136

LAZ Al-Azhar juga mengalami peningkatan dalam pengumpulan dana

zakat. Berdasarkan Laporan Audit Keuangan LAZ Al-Azhar pada tahun

  2015-2017, terdapat peningkatan dalam pengumpulan dana zakat. Dana

penerimaan zakat pada tahun 2015 ialah sebesar 13.367.000.364 rupiah,

sedangkan dana penerimaan zakat pada tahun 2016 ialah sebesar

14.993.910.271 rupiah. Berarti pada tahun 2016 terdapat peningkatan dana

zakat sebesar 1.626.909.907 rupiah. Dana penerimaan infaq/sedekah pada

tahun 2015 ialah sebesar 7.892.559.893 rupiah, sedangkan dana penerimaan

infaq/sedekah pada tahun 2016 ialah sebesar 21.859.355.161 rupiah. Berarti

pada tahun 2016 terdapat peningkatan dana infaq/sedekah sebesar

13.966.795.268 rupiah. Dana penerimaan infaq/sedekah pada tahun 2016

ialah sebesar 21.859.355.161 rupiah, sedangkan dana penerimaan

infaq/sedekah pada tahun 2017 ialah sebesar 28.592.688.113 rupiah. Berarti

pada tahun 2017 terdapat peningkatan dana infaq/sedekah sebesar

6.733.332.952 rupiah.

Selain peningkatan penerimaan dana ZIS, juga terdapat peningkatan

dalam pengumpulan dana CSR/Sponsorship. Dana CSR/Sponsorship yang

diterima pada tahun 2015 adalah sebesar 1.136.058.750 rupiah, sedangkan

pada tahun 2016 adalah sebesar 4.390.705.002 rupiah. Dengan demikian,

terdapat peningkatan jumlah penerimaan dana CSR/Sponsorship sebesar

3.254.646.252 rupiah. Selain itu, pada bulan Januari 2018, LAZ Al-Azhar

menerima dana CSR/Sponsorship sebesar 214.921.900 rupiah atau hampir

sebesar dua ratus lima belas juta rupiah. Sedangkan pada bulan Maret 2018,
137

LAZ Al-Azhar menerima dana CSR/Sponsorship sebesar 256.500.000

rupiah. Dengan demikian, terdapat peningkatan jumlah penerimaan dana

CSR/Sponsorship sebesar 41.578.100 rupiah pada bulan Januari-Maret

  2018.

Selain selain masyarakat saja, peningkatan brand awareness LAZ Al-

Azhar terlihat karena adanya banyak perusahaan atau lembaga yang

bersinergi dengan LAZ Al-Azhar, seperti:

a. Bank
138

 
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, public relations

sangat berperan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar. Melalui pendekatan strategi public

relations menurut Scoot M. Cultip, maka kesimpulan yang didapat atas

rumusan masalah pada penelitian ini diantaranya:

1. Strategi public relations yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar yaitu:

a. Product Promotions

Product promotions di LAZ Al-Azhar berupa promosi program agar

masyarakat mengetahui apa saja program-program yang dimiliki oleh LAZ

Al-Azhar. PR LAZ Al-Azhar harus memiliki pengetahuan mengenai

produk atau program lembaga, membangun komunikasi dan hubungan baik

untuk mempermudah dalam mengajak dan mengedukasi masyarakat

mengenai program-program LAZ Al-Azhar. Selain itu, mampu memberi

bukti bahwa program yang dimiliki mampu memberdayakan masyarakat.

b. Publicity

Publicity (publisitas) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

memperlihatkan, memperkenalkan, mempertahankan nama dan kehormatan

individu ataupun kelompok/lembaga. Publisitas yang dilakukan di LAZ Al-

Azhar melalui empat cara, yakni pure publicity, free publicity, tie-in

publicity, dan paid publicity. Pure publicity adalah kegiatan publisitas yang

139
140

dilakukan secara alamiah. Misalnya, PR dan amil LAZ Al-Azhar

membagikan takjil pada bulan Ramadhan. Kemudian free publicity

(publisitas bebas) misalnya PR LAZ Al-Azhar melakukan publisitas melalui

  sosial media Facebook, Twitter, Instagram, hingga Youtube atau menjadi

pembicara pada suatu acara. Selain itu, tie-in publicity (publisitas dengan

memanfaatkan kejadian/tempat luar biasa). Misalnya LAZ Al-Azhar

melakukan publisitas di tempat terjadinya krisis air di Nusa Tenggara Barat

dengan mendistribusikan air bersih pada 2 Juni 2018 lalu. Yang terakhir

ialah paid publicity (publisitas dengan membeli media massa). LAZ Al-

Azhar menggunakan baliho, spanduk, dan banner sebanyak 150-300 lembar

pada hari biasa dan 1000 lembar pada bulan Ramadhan. Selain itu juga

menggunakan iklan bracket motor pada kendaraan para amil di LAZ Al-

Azhar.

c. Lobbying

Kegiatan melobi dilakukan untuk mendekatkan LAZ Al-Azhar ke

target market atau CSR. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menggali

informasi dari sumber yang harus diketahui oleh perusahaan, PR harus

menguasai informasi mengenai identitas LAZ Al-Azhar, dan PR juga harus

memiliki pengetahuan mengenai identitas perusahaan/lembaga yang akan

dilobi. PR harus mampu menginformasikan informasi tersebut secara

persuasif. Misalnya PR mengajak atau merayu HRD perusahaan melalui

edukasi tentang kelebihan zakat di lembaga nasional. Setelah HRD tersebut

tertarik, PR harus menjelaskan kegiatan administrasi perusahaan. PR harus

mampu menjelaskan kepada perusahaan bahwa LAZ Al-Azhar merupakan


141

lembaga nirlaba dan tidak diperkenankan untuk mengeluarkan banyak

biaya. Jika HRD setuju, maka LAZ Al-Azhar akan memperoleh sponsorship

misalnya sponsorship berupa penggratisan biaya jika membuka gerai zakat

  di suatu Mall, dan sebagainya.

d. Fundraising

Fundraising merupakan kegiatan pengumpulan dana untuk menunjang

kegiatan operasional pada suatu lembaga. LAZ Al-Azhar melakukan

fundraising untuk menunjang program-program agar dapat terlaksana

dengan baik. Di LAZ Al-Azhar, terdapat tiga bagian dalam kegiatan

fundraising. Pertama adalah fundraising internal, external, dan satisfaction

unit. Kegiatan fundraising internal adalah pengumpulan dana bagi

masyarakat di dalam ruang lingkup Al-Azhar. Misalnya dilakukan melalui

metode langsung dengan mengotomatiskan kegiatan infaq atau sedekah di

dalam bukti pembayaran pendidikan di sekolah-sekolah Al-Azhar. Metode

tidak langsung dalam fundraising internal misalnya dilakukan dengan

mengadakan seminar atau festival di sekolah atau univeritas Al-Azhar.

Kemudian, ada fundraising external atau pengumpulan dana ZISWAF pada

masyarakat di luar ruang lingkup Al-Azhar. Misalnya dilakukan langsung

dengan membuka gerai zakat di beberapa Mall di Jabodetabek, atau

dilakukan dengan tidak langsung dengan mengadakan Tamarasya (ta’lim

manajemen harta syariah) di masjid-masjid Jabodetabek. Dan yang terakhir

adalah satisfaction unit (memberikan kepuasan kepada Sahabat Al-Azhar)

dengan menelpon langsung untuk berterimakasih atau mendoakan. Dapat

juga dilakukan dengan membagikan Majalah Warta Al-Azhar dan


142

mengadakan acara KEI (Kajian Ekonomi Islam). Fundraising juga dapat

dilakukan melalui Layanan Jemput Zakat setiap hari selama 24 jam.

e. Special Event

  Special event dilakukan di mall-mall Jabodetabek yang telah

bekerjasama dengan LAZ Al-Azhar. Event ini dilakukan agar masyarakat

lebih mengenal LAZ Al-Azhar. LAZ Al-Azhar mengadakan event-event

seperti Punakawan Show atau pementasan wayang orang yang mengandung

pesan Islami dan acara IGTalks atau Talkshow yang didalamnya

mengandung informasi mengenai ZISWAF dengan mendatangkan

pembicara yang professional.

f. Low Budget High Impact

Low Budget High Impact, strategi yang dilakukan dengan

mengeluarkan biaya sedikit namun dapat berdampak besar. LAZ Al-Azhar

menggunakan strategi ini misalnya dengan memanfaatkan isu yang sedang

beredar agar nama LAZ Al-Azhar dapat masuk ke televisi, seperti pada

acara Hitam Putih. Kemudian, LAZ Al-Azhar memanfaatkan promosi

dengan pihak lain. Misalnya muncul di majalah atau tempat iklan Halal

Food, Halal Bussines, atau Halal Tourism yang sudah bekerjasama

dengannya. Selain itu, LAZ Al-Azhar juga melalukan sistem barter kepada

perusahaan-perusahaan yang bekerjama dengannya. Misalnya dengan barter

diadakannya Event Punakawan oleh LAZ Al-Azhar dan pembebasan biaya

jika membuka gerai zakat di mall-mall yang telah sepakat untuk barter.

2. Peningkatan Brand Awareness di LAZ Al-Azhar


143

Peningkatan brand awareness di LAZ Al-Azhar dapat dilihat dari

adanya kesadaran masyarakat terhadap kewajiban menunaikan zakat dan

kesadaran masyarakat terhadap LAZ Al-Azhar. Bukti adanya kesadaran

  masyarakat dapat dilihat dari contoh beberapa pubic figure yang

menunaikan zakat dan qurbannya setiap tahun di LAZ Al-Azhar, selain itu

juga adanya peningkatan jumlah donatur pada Januari 2018 hingga Juni

2018, kemudian adanya peningkatan penerimaan dana ZISWAF pada

periode tahun 2015 hingga 2017, hingga meningkatnya penerimaan dana

CSR/Sponsorship.

B. Saran

Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas, maka saran yang ingin

disampaikan kepada pihak LAZ Al-Azhar, khususnya PR LAZ Al-Azhar dan

Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership yaitu teruslah melakukan

strategi PR dalam meningkatkan brand awareness yang telah dilaksanakan

selama ini agar pencapaian sebelumnya dapat bertahan atau meningkat, dan

janganlah menyerah dalam menyampaikan edukasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya menunaikan zakat di lembaga amil zakat nasional. Selain

itu, tingkatkan pelayanan baik berupa fasilitas, sarana, atau program agar tidak

kalah saing dengan lembaga amil zakat lain.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ardianto, Elvinaro, Handbook of Public Relations: Pengantar Komprehensif,


 
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

Bariadi, Lili, Muhammad Zen, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CV. Pustaka
Amri, 2005.

Cultip M. Scott, Allen H. Center, dkk., Effective Public Relations, revised fifth
edition, USA: Prentice-Hall Inc.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Lie Joko Budiman, Brand Equity Ten: Strategi
Memimpin Pasar, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar:


Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2004.

Dwiastuti, Rini Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Malang: UB Press,


2017.

Firsan, Nova, Crisis Public Relations: Bagaimana Public Relations Menangani


Krisis Perusahaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013.

Hasan, Ali, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Hasan, M. Ali, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Institut Manajemen Zakat, Manajemen Zakat Gaya BUMN: Praktik Pengelolaan


Zakat Baitul Maal Pupuk Kujang, Ciputat: Divisi Publikasi Institut
Manajemen Zakat, 2006.

Jefkins, Frank, Public Relations, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.

Kartono, Salim, Lima Jurus Sukses Berbisnis Retail di Modern Market, Jakarta:
Transmedia Pustaka, 2007.

Kementerian Agama RI Direktorat Pemberdayaan Zakat, Standarisasi Amil Zakat


di Indonesia, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012.

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Annual Report LAZ Al-Azhar 2016,
Jakarta: LAZ Al-Azhar, 2016.

144
145

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, Sustainable Prosperity Plan LAZ Al-Azhar
2017, Jakarta: LAZ Al-Azhar, 2014.

Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011.

Lubis,
 
Dharmawan, Pengaruh Brand Characteristic terhadap Kepercayaan dan
Niat Beli Konsumen Serta Dampaknya pada Loyalitas Konsumen, JEBvol.
5, no 1 (Maret 2011), h. 4.

Lutfiana, I. Nurul, Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluaran Dana Zakat,


Malang: 2009, h. 20.

Miles, Matthew, dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru, Jakarta: UI Press, 1992.

Moleng, J. Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2004.

Morissan, Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional,


Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2008.

Morissan. Manajemen Public Relations, Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri,


2008.

Nasrullah, Rulli, Cybermedia, D.I. Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera, 2013.

Nasution. Metodologi Research Penelitian Ilmia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta,


2010.

Oliver, Sandra, Strategi Public Relations, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Purwanto, April, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat,


Jakarta: Teras, 2009.

Ruslan, Rosady, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2005.

Ruslan, Rosady, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi,


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit Alfabeta, Cet 6,


2010.

Tanjung, Widjaja Jenu, Stop Promotions, Start Communications, Jakarta: PT Elex


Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2013.
146

Tjiptono, Fandy, Manajemen dan Strategi Merek, Yogyakarta: C.V. Andi Offset,
2011.

Wibisono, Yusuf, Mengelola Zakat Indonesia, Jakarta: Prenamedia Group, 2015.

Yuliantina, Neni, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Pusat Penerbitan


  Universitas Islam Bandung, 2007.

Yuniarto, Bambang, Membangun Kesadaran Warga Negara dalam Pelestarian


Lingkungan, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2013.

Zen, M., dkk,. Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre For Entrepreneurship
Development, 2005.

Karya Ilmiah

Aprizal, Skripsi Sarjana: Strategi Fundraising dalam Meningkatkan Penerimaan


Dana Zakat pada Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat, Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2015.

Internet

http://alazharpeduli.com/volunter-network

http://alazharpeduli.com/zakat-pride

http://indonesiagemilang.com/2015/08/05/membangun-indonesia-dari-desa/

http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/Perbaznas1.pdf

http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/Undang-Undang No 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat.pdf

http://rumahgemilang.com/profil/sejarah-singkat/

http://www.al-azhar.or.id/index.php/tentang-kami/identitas/logo

https://www.youtube.com/watch?v=eZT6wlmoopc

Referensi Lain

Wawancara pribadi dengan Anggriansyah Mungaran. Jakarta, 14 Mei 2018.

Wawancara pribadi dengan Dikalustian Rizkiputra. Jakarta, 14 Mei 2018.

Wawancara pribadi dengan Sinta Avia. Jakarta, 14 Mei 2018.


Artikel 1

Pengayuh Becak Korban Abu Tours Akhirnya Bisa


Berangkat Umrah
Jakarta (kumparan.com), Rabu, 18 April 2018, 18.27 - Daeng Taddang (83) dan
istrinya Daeng Lenteng (50) hampir setiap hari tak kuasa menahan tangis. Suami
istri ini adalah peserta umrah Abu Tours asal Desa Marumpa, Kecamatan Marusu,
Maros, Sulawesi Selatan. Mereka sudah menyetor uang masing-masing Rp 17 juta
pada Agustus 2017 lalu. Mereka dijanjikan berangkat pada Januari dan Februari
2018, namun tak kunjung berangkat hingga kasus Abu Tours terungkap.
Padahal, uang yang dikumpulkan untuk biaya umrah merupakan hasil dari
mengayuh becak selama 10 tahun di Pasar Bulu-bulu. Pendapatan menarik becak
yang tidak menentu ini disimpan sedikit demi sedikit. Itu pun ternyata belum
mencukupi sehingga ia harus meminjam uang sebesar Rp 8 juta kepada
keluarganya. Daeng Taddang yang tidak bisa baca dan tulis ini hanya bisa pasrah.
Tak ada keinginan lain, mereka berharap tetap ditakdirkan menjadi tamu Allah
dan melihat kakbah secara langsung sebelum ajal menjemput. "Ya pasrah saja.
Kalau Allah berkehendak, segala sesuatu bisa terjadi. Kami tidak pernah putus asa
meski kecil kemungkinan. Setiap saat kami berdua berdoa biar Allah kasih kami
jalan melihat kakbah secara langsung sebelum kami mati," ujarnya.

Adalah Lembaga Amil Zakat Al Azhar yang memberikan hadiah 2 paket umrah
untuk Daeng Taddang dan Daeng Lenteng. Mereka tak kuasa menahan rasa
bahagia dan bersujud sebagai tanda rasa syukur. Sigit mengatakan sosok Daeng
Taddang sangat inspiratif. Di tengah keterbatasan ia tetap bersemangat untuk
menabung demi mencapai cita-citanya umrah ke tanah suci. “Insyaallah kami
membawa amanah dari para dermawan di luar sana supaya bisa mewujudkan cita-
citanya pergi ke tanah suci. Semoga Allah meridai usaha kita semua”, kata
Direktur Eksekutif Lembaga Amil Zakat Al Azhar Sigit Iko Sugondo dalam
keterangannya, Rabu (18/). Daeng Taddang mengaku sangat bahagia mendapat
hadiah perjalanan umrah ini. Rusli anak dari Daeng Taddang dan Daeng Lenteng
juga mengaku dari tahun 1972 mengayuh becak dan 10 tahun menabung akhirnya
kini orang tuanya bisa beribadah ke tanah suci.

“Alhamdulillah hari ini doa bapak saya terkabulkan. Dan buat donatur terima
kasih atas bantuannya kepada orang tua saya. Semoga bantuan ini bisa dibalas
kebaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ujar Rusli.
Artikel 2

Kasus Abu Tours, Terkumpul Dana hingga Rp 1,8


Triliun dari 86.720 Jemaah Kontributor
Makassar, Hendra Cipto Kompas.com - 23/03/2018, 18:43 WIB
Makassar, Kompas.com - Dana yang dipungut sebagai biaya pemberangkatan
umrah dari 86.720 jemaah PT Amanah Bersama Ummat ( Abu Tours) yang batal
berangkat mencapai Rp 1,8 triliun.
"Dana jemaah sebanyak 86.720 orang yang tidak berangkat ke Tanah Suci
mencapai Rp 1,8 triliun yang dikumpulkan oleh Abu Tours," ujar Kabid Humas
Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani saat konferensi pers, Jumat (23/3/2018).
Menurut Dicky, sebanyak 86.720 jemaah Abu Tours tersebut tersebar di 15
provinsi di Indonesia. Mereka ada yang telah mendaftar dan menyetorkan uang
sejak tahun 2016 hingga 2018. "Jadi jemaah yang tidak berangkat itu mayoritas
ikut program promo Abu Tours. Promo harga perjalanan umrah itu bervariasi,
mulai Rp 12 juta hingga Rp 16 juta. Semua jemaah sudah menyetorkan, tapi
belum diberangkatkan," ucapnya.
Adapun kasus ini sudah meningkat statusnya ke tingkat penyidikan dan polisi
telah menetapkan CEO dan sekaligus Direktur Utama Abu Tours, Hamzah
Mamba, sebagai tersangka. Penyidik sementara ini menelusuri aset-aset yang
dimiliki tersangka dari hasil pungutan biaya umrah jemaah. "Total asetnya semua
belum kita tahu. Tapi sudah ada yang sudah disita dan ada pula yang masih
ditelusuri," tuturnya. Dicky menambahkan, jumlah tersangka diperkirakan akan
bertambah, termasuk dari mitra-mitranya yang mengumpulkan calon jemaah di 15
provinsi.
Sementara itu, Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulsel,
Kaswad Sartono, mengatakan, pihak Kemenag segera mencabut izin operasi PT
Abu Tours. Sebab, izin penyelenggara haji dan umrah PT Abu Tours sudah disita
oleh kepolisian. Saat ditanya terkait dana 86.720 jemaah Abu Tours yang
mencapai Rp 1,8 triliun, Kaswad belum berpikir untuk membantu
pemberangkatan jemaah ataupun pengembalian dana. "Kami belum tahu jemaah,
tapi kami akan bicarakan nanti bagaimana caranya membantu proses
pemberangkatannya ke Tanah Suci. Termasuk juga dengan jemaah yang meminta
pengembalian uang, kami belum bisa berbicara. Kami baru akan buka Crisis
Centre Abu Tours. Crisis Centre ini untuk menampung keluhan dari jemaah,"
ungkapnya.
Artikel 3

LAZ Al Azhar Buka Gerai Zakat di Mall


Jakarta, Irwan Kelana, Kamis 01 Juni 2017 17:32 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Bulan Ramadhan adalah bulan di mana semua
umat Muslim berlomba-lomba d melakukan kebaikan. Pada bulan ini meningkat
pula kesalehan dan keimanan seseorang. LAZ Al Azhar sebagai lembaga zakat
yang mengelola dana zakat, infaq, sedekah serta wakaf (ZISWAF) untuk
mengentaskan kemiskinan memanfaatkan momen Ramadhan ini untuk melakukan
sosialisasi program kepada khalayak serta edukasi tentang sadar zakat.

Kepala Divisi Fundraising, Komunikasi dan Partnership (Fundkompart) LAZ Al


Azhar Anggriansyah Munggaran mengemukakan, kegiatan sosialisasi dan
edukasi dilakukan dengan menambah jumlah gerai zakat yang akan membantu
para muzakki dalam menunaikan zakat, infaq, sedekah dan dana sosial lainnya.
“Titik sebar gerai zakat ini menyasar ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi
masyarakat pada bulan Ramadhan seperti pusat perbelanjaan atau mall yang
didukung dengan sistem pencatatan yang modern untuk menambah kenyamanan
dan kepercayaan para muzakki,” kata Anggriansyah dalam rilis yang diterima
Republika.co.id, Rabu (31/5).

Rian, panggilan akrab Anggriansyah, menambahkan, jumlah gerai zakat LAZ Al


Azhar di pusat perbelanjaan saat ini ada 26 titik yang tersebar di Jabodetabek.
“Jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Dan diharapkan ke depan akan terus
bertambah agar makin banyak masyarakat yang teredukasi,” ujar Rian. Selain
melalui gerai zakat, edukasi juga dilakukan dengan cara mengirim para dai ke
masjid-masjid yang berada di pusat perbelanjaan untuk memberikan tausiyah
seputar zakat menjelang waktu berbuka puasa. “Dengan cara demikin, kami
berharap agar masyarakat yang jalan-jalan ke mal yang tadinya hanya ingin
berbelanja untuk kebutuhan puasa dan lebaran juga bisa mendapatkan edukasi dan
pengingat tentang kewajiban zakat mereka,” jelas Rian.

Bagi muzakki yang ingin berdonasi dan berkonsultasi seputar zakat namun
terjebak kesibukan dan tidak bisa datang ke gerai zakat, Rian juga menawarkan
solusi berupa layanan Zakat Home Service. “Tinggal telepon ke kantor dan Tim
kami siap menjemput donasi para muzakki di rumah atau kantor yang berada di
wilayah Jabodetabek berapapun jumlah donasinya,” tutur Rian.
Artikel 4

Punakawan Show Meriahkan Milad ke-7 BNI Syariah


Jumat 23 June 2017 14:30 WIB, Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah merayakan milad ke-7 di Masjid


Agung Al-Azhar Indonesia, Jumat (16/6) lalu. Dalam acara yang diikuti oleh
ribuan insan Hasanah itu hadir pula penampilan spesial dari Punakawan Show
dengan tokoh Petruk, Gareng, Bagong, Semar dan Togog.

Menurut Direktur Eksekutif LAZ Al Azhar Sigit Iko Sugondo -- yang


memerankan tokoh Semar dalam penampilan kali ini -- tim Punakawan Show
membawakan cerita tentang perebutan Hasanah antara Bagong dan Togog.

“Mulanya, suatu hari Bagong (diperankan oleh komedian Jabrik) merasa gundah
gulana karena melihat sang Paman Togog (diperankan oleh komedian Choki)
diam-diam menaruh hati pada seorang wanita yang akan dinikahi Bagong
bernama Hasanah. Hal itu Bagong ketahui ketika membaca status sosial media
Paman Togog yang kerap kali memuji Hasanah,” kata Sigit Iko dalam rilis yang
diterima Republika.co.id, Selasa (20/6).

Melihat saudaranya sedang sedih, Gareng (diperankan oleh komedian Farly) dan
Petruk (diperankan oleh Manajer Komunikasi LAZ Al Azhar Sigit TP) mencoba
menghibur. Namun berbagai usaha sudah dilakukan tetap, kesedihan Bagong
tidak bisa hilang. Hingga akhirnya datanglah Semar untuk membantu
memberikan solusi kepada anaknya itu dengan mendatangkan langsung Paman
Togog. Semar langsung menanyakan kepada Togog kenapa sampai hati merebut
wanita yang akan segera menikah dengan keponakannya sendiri yaitu Bagong.

Merasa difitnah, Togog pun langsung naik pitam dan menanyakan kepada
Bagong apa buktinya. Bagong menjawab bahwa status di sosial media sang
paman belakangan ini selalu memuji-muji Hasanah dan itu membuat Bagong
merasa dibakar api cemburu yang luar biasa. Mendengar hal itu, Togog pun
terkejut. Ternyata telah terjadi kesalahpahaman. Hasanah yang dimaksud Togog
di setiap status sosial medianya bukan wanita idaman hati Bagong, melainkan
Hasanah program BNI Syariah yang gaungnya sudah terkenal hingga seluruh
kayangan.
Kegemilangan program BNI Syariah itu dituangkan dalam 7 Magnificent of
Hasanah menjadi tema besar dalam milad kali ini, yaitu 7 pencapaian BNI Syariah
selama 7 tahun berkarya. “Akhirnya mereka pun kembali rukun dan damai. Aksi
para wayang ini pun berhasil menghibur ribuan pasang mata yang hadir,” tutur
Sigit.

Selain
  menampilkan Punakawan Show, dalam acara yang diselenggarakan oleh
LAZ Al Azhar ini ada juga santunan 700 anak yatim binaan LAZ Al Azhar.
Pengumpulan dana wakaf dari seluruh cabang BNI Syariah di Indonesia untuk
wakaf bus senilai Rp 750 juta dengan Nadzhir Yayasan Pesantren Al Azhar juga
menjadi salah satu acara yang menarik. Pengumpulan wakaf ini dilakukan dengan
cara live streaming dan di antara cabang ditayangkan hasil pengumpulan
wakafnya, sehingga masing – masing cabang akan berlomba untuk
mengumpulkan wakaf terbanyak.

Hal ini mendorong cabang untuk melakukan sosialisasi wakaf sekaligus


memberikan pengalaman bahwa berwakaf itu mudah. “Di ujung acara,
diluncurkan pula Hasanah Mobile Apps dan dilanjutkan dengan buka puasa,
shalat tarawih dan i’tikaf di Masjid Agung Al Azhar,” paparnya.
Artikel 5

Laz Al Azhar Dapat Penghargaan Lembaga Ziswaf


Terbaik Se-Jawa
07 Juni 2018 09:37:48, ChanelMuslim.com - Laz Al Azhar mendapat
penghargaan Lembaga ZISWAF Ungggulan Regional Jawa 2018 dalam kategori
pemberdayaan ekonomi masyarakat dari Bank Indonesia.

Menurut Anwar Anshori dari Bank Indonesia dengan penghargaan ini Laz Al
Azhar menjadi contoh bagi lembaga zakat lainnya.

"Sistem yang sudah sangat baik dari Laz Al Azhar ini bagus untuk dikembangkan
di lembaga zakat lain di daerah. Ini bisa menjai role model lembaga ziswaf"
katanya di Zakat Day Laz Al Azhar, Rabu (6/6/2018)

Menanggapi hal itu Ketua Umum YPI Al Azha, Sobirin ini merupakan prestasi
membanggakan bagi Laz Al Azhar.

"Prestasi ini menjadi penyemangat kita dalam pengelolaan secara profesional,"


katanya. (Ilham)
Artikel 6

Resmi Jadi LAZ Nasional, LAZ Al Azhar Raih Rekor


LEPRID
Posted on July 29, 2016 by Indonesia Gemilang
Hari Kamis (02/06) kemarin, LAZ Al Azhar telah resmi menyandang status
sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) setelah diberikannya SK
LAZNAS oleh Direktorat Pemberdayaan Zakat Kementerian Agama RI Bpk Dr.
Juraidi Malkan MA. Acara ini terangkum dalam acara pencanangan program
nasional “Bersama Mengentaskan Kemisikinan” di Aula Buya Hamka, Jakarta.

Di hari istimewa ini, Lembaga Prestasi Indonesia – Dunia (LEPRID) juga


memberikan penghargaan kepada LAZ Al Azhar. “LAZ Al Azhar adalah satu-
satunya lembaga zakat yang paling fokus dalam mengentaskan kemiskinan”, ujar
direktur sekaligus pendiri Leprid Bpk Pangka dalam sambutannya. LAZ Al Azhar
pun mendapat penghargaan dalam kategori lembaga zakat yang fokus dalam
penanggulangan kemiskinan secara komprehensif, terukur dan berkelanjutan yang
telah memberdayakan 35 desa gemilang di 11 propinsi, mewujudkan keberdayaan
ekonomi non riba kepada 998 keluarga dari 18 KSM dan telah berkontribusi
memberdayakan 1.570 pemuda produktif. “Ini prestasi yang luar biasa, dan patut
kita dukung bersama”, tambah Pangka. Piala penghargaan kemudian diberikan
kepada Direktur LAZ Al Azhar Bpk Sigit Iko Sugondo.

Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh artis kondang Haykal Kamil yang
merupakan Duta Pengentasan Kemiskinan LAZ Al Azhar. Haykal yang hadir
sekaligus mewakili kakaknya Zaskia Adya Mecca sesama Duta LAZ Al Azhar
yang saat itu berhalangan hadir mengaku senang bersinergi dalam mengentaskan
kemiskinan di Indonesia. “Saya dulu pernah belajar di sekolah Al Azhar. Kini
setelah lulus saya berpikir mau berkontribusi apa untuk Al Azhar dan masyarakat,
akhirnya saya putuskan untuk ikut bergabung menjadi duta LAZ Al Azhar dalam
mengentaskan kemiskinan di Indonesia,” ujar Haykal. Dalam acara tersebut juga
dilakukan pencanangan program nasional “Bersama Mengentaskan Kemiskinan”
yang mengajak seluruh elemen masyarakat baik dari unsur akademisi, korporasi,
komunitas maupun elemen pemerintah untuk dapat bersatu padu menyatukan
semangat untuk bersama mengentaskan kemiskinan di Indonesia yang dibuka oleh
Ketua Umum YPI Al Azhar, Bapak H.M Suhadi dan dihadiri oleh para mitra
kerja, mitra relawan, mitra program dan pelaku zakat.
Artikel 7

Kemenag Terbitkan Aturan Baru untuk LAZ


Republika.co.id, Jumat 08 January 2016 11:00 WIB

 
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerbitkan regulasi baru mengenai
pemberian izin lembaga amil zakat (LAZ). Peraturan ini tercantum dalam
Keputusan Mentri Agama (KMA) Nomor 333 Tahun 2015 yang ditandatangani 6
November 2015 lalu.

Direktur Pemberdayaan Zakat Kementerian Agama RI Jaja Jaelani mengatakan


KMA Nomor 333 Tahun 2015 merupakan turunan dan Peraturan Presiden (PP)
Nomor 14 Tahun 2014 pedoman pemberian izin LAZ. Dalam regulasi baru ini,
ada tiga tingkatan LAZ, yaitu LAZ Nasional (Laznas), LAZ provinsi, dan LAZ
kabupaten/kota. Salah satu persyaratan yang tercantum dalam KMA Nomor 333
Tahun 2015 adalah adanya batasan penghimpunan dana minimal Rp 50 miliar
untuk Laznas, Rp 20 miliar untuk LAZ provinsi, dan Rp 3 miliar untuk Laznas
Kabupaten/kota.

Jaja mengatakan, regulasi ini merupakan salah satu cara untuk memperkuat dan
menunjukkan keseriusan dalam pengelolaan zakat. "Jadi zakat tidak bisa dimain-
mainkan lagi. Kalau ingin mengelola zakat hendaknya amanah dan serius," ujar
dia kepada Republika beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini, kata Jaja, telah ada lima lembaga zakat yang mengajukan
perizinan. Empat di antaranya, telah mendapatkan Surat Keputusan (SK). Menurut
Jaja, regulasi ini akan berlaku mulai 26 November 2016. Ia mengimbau agar
lembaga zakat yang belum mempunyai legalitas segera mengajukan izin.
Menanggapi banyaknya lembaga zakat berskala kecil yang muncul masjid-masjid
dengan penghimpunan dana minim dan tidak memenuhi syarat, Jaja mengatakan,
"Itukan berarti ilegal. Agar legalitasnya bisa dipertanggungjawabkan segera
mendaftar," kata dia.

Direktur Utama Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini mengaku dapat memahami


adanya pembatasan penghimpunan dana yang diperlakukan. Ia sepakat dengan
aturan ini selama bertujuan untuk memperkuat pengelolaan zakat. "Karena dengan
jumlah (dana terhimpun) yang besar akan memberikan kemampuan mendanai
Laz-nya dengan cukup besar. Artinya dengan dana yang besar, dia juga punya
kesempatan untuk membuat program-program yang lebih berarti, lebih signifikan,
lebih bermanfaat buat masyarakat," ujar dia. Ahmad memprediksi besaran dana
minimum yang dihimpun kemungkinan akan menyebabkan penurunan jumlah
Laznas dari 18 lembaga menjadi sekitar 10 lembaga. Namun, lagi-lagi ia dapat
memahami aturan tersebut. Ia setuju bahwa jumlah Laznas tidak perlu terlalu
banyak. "Yang perlu banyak itu Laz yang kecil-kecil, seperti LAZ
kabupaten/kota," kata dia. Lebih lanjut, Ahmad menyarankan agar Kemenag tidak
memilih opsi untuk menganggap ilegal lembaga yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai Laz. Lembaga-lembaga tersebut dapat meleburkan diri menjadi unit
pengumpul zakat (UPZ) dari Laz atau Baz yang ada.

Pendapat ini juga mendapat dukungan dari Ketua Umum Forum Zakat (FOZ) Nur
Efendi. Menurut dia, banyaknya lembaga amil zakat yang belum terdaftar justru
menjadi evaluasi baik bagi Kemenag, BAZNAS maupun LAZ.
 
"Bisa jadi mereka tidak mendaftar itu karena tidak tahu. Itu yang harus
diperhatikan. Jadi sebelum men-judge mereka ilegal, harus dipastikan mereka
mengerti registrasinya. Kan selama ini dari sisi sosialisasi masih minim," ujar
CEO Rumah Zakat ini.

Menurut Efendi, perlu ada tahapan sebelum menyatakan lembaga tersebut ilegal,
misalnya dengan sosialisasi, surat teguran, hingga penindakan. Selain menjadi
UPZ, ia juga menyarankan lembaga-lembaga tersebut juga dapat bermitra dengan
Laznas. Dengan adanya KMA, jumlah batasan minimum lebih kecil daripada
yang ditentukan Baznas. Jumlah ini juga tidak harus terpenuhi selama pengajuan,
namun dapat berupa kesanggupan. Apabila Laz tidak mampu memenuhi jumlah
yang telah ditentukan, lembaga ini bisa diturunkan skalanya. Adapun aturan yang
masih mengganjal bagi Efendi antara lain pembatasan jumlah jaringan yang bisa
dibuka oleh Laznas. Selama ini, Laznas hanya boleh membuka satu jaringan di
ibukota provinsi, sementara Baznas dapat membuka hingga kabupaten/kota.

Rumah Zakat sendiri sudah mendapat SK Menteri Agama sebagai Lembaga Amil
Zakat Nasional (Laznas) pada Senin (4/1). Nur Efendi berharap RZ semakin
berkomitmen menjadi mitra pemerintah dan Baznas untuk menghimpun dan
mengelola dana zakat, infak, sedekah serta dana sosial lainnya. Selain itu Ia juga
berharap RZ dengan gerakan dan kampanyenya, yakni "Sharing Happiness" bisa
mengajak sebanyak-banyaknya masyarakat agar lebih peduli dan senang berbagi.

Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) yang memisahkan diri dari struktur Lembaga
Kemanusiaan PKPU juga mendapatkan SK yang sama. Direktur Utama IZI
Wildhan Dewayana menyebut, lahirnya IZI adalah upaya mengoptimalkan
pengelolaan dan pelayanan zakat sesuai dengan UU Zakat No 23 Tahun 2011.
"IZI akan mengembangkan aktivitas pengelolaan zakat dan semua hal yang
melekat padanya yang sebelumnya telah dikelola oleh PKPU selama 16 tahun,"
kata Wildhan.

Dirjen Bimas Islam Kemenag Prof Machasin berpesan agar Lembaga Zakat
Nasional yang telah mendapatkan surat izin dapat menjadi lembaga zakat yang
amanah dan dapat mencapai standar penghimpunan zakat senilai minimal Rp 50
miliar dalam satu tahun. "Kami ucapkan selamat atas keluarnya surat keputusan
menteri agama sebagai lembaga amil zakat nasional dan tentunya lembaga zakat
yang telah mendapatkan izin ini dapat amanah," ujar Machasin.

Sedangkan, Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang


Sudibyo menekankan agar pengelolaan dana sebesar Rp 50 miliar ini sesuai
syariah dan aturan hukum yang berlaku. "Pada kesempatan ini saya ingin
memberikan sebuah penekanan kepada pimpinann LAZ ini agar dapat mengelola
dana Rp 50 miliar ini sesuai syariah dan ketentuan hukum yang berlaku," ujar
Bambang Sudibyo. n ed: hafidz muftisany

 
Lampiran 1
Hasil Wawancara
Narasumber : Sinta Avia
Jabatan : Public Relations – Islamic Finance Partnership
Waktu : Senin, 14 Mei 2018
Tempat : Kantor Operasional Lembaga Amil Zakat Al-Azhar
  Jalan Rumah Sakit Fatmawati, No. 27, RT.08/RW.06,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Peneliti : Rahayu Aletif Delima
Asal Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi : Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat Al-
Azhar Peduli Ummat dalam Meningkatkan Brand
Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al
Azhar Peduli Ummat Jalan Rumah Sakit Fatmawati
No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Hasil Wawancara :

1. Apa itu LAZ Al-Azhar?


“LAZ Al-Azhar merupakan lembaga amil zakat yang berada di bawah
naungan YPI Al-Azhar. LAZ Al-Azhar sendiri sudah mendapatkan gelar
LAZ Nasional, dan pada saat itu untuk mendapatkan gelar ini sangat butuh
perjuangan dan persyaratan tertentu. LAZ Al-Azhar ini merupakan di bawah
unit Dakwah dan Sosial dari YPI Al-Azhar, dimana kita merupakan lembaga
filantropi Islam, sebuah lembaga non-profit yang bertujuan untuk
menghimpun dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Tujuan akhirnya adalah
untuk mengentaskan kemiskinan.”

2. Kemudian, apa yang membuat di era sekarang ini masih banyak


masyarakat yang belum peduli dan sadar tentang kewajiban berzakat
dan menolong sesama?
“Karena masih banyak masyarakat yang belum memahami konsep zakat itu
seperti apa. Setelah kita survey, banyak masyarakat yang tau zakat hanya
sekedar zakat fitrah yang dilakukan pada saat bulan Ramadhan. Padahal zakat
itu kan artinya mensucikan harta, mengeluarkan sebagian harta. Namun masih
banyak masyarakat yang berpikir bahwa mengapa kita harus berzakat?
Padahal saya sudah mencari uang dengan susah payah. Mereka belum paham
bahwa disebagian harta mereka ada hak orang lain yang harus dikeluarkan.”

3. Lantas, upaya apa yang dilakukan agar masyarakat peduli terhadap


kewajiban berzakat?
“Caranya bukan hanya sekedar mengajak “ayo kita berzakat”, tetapi kita
ngasih tau kalau dari zakat kamu, bisa seperti ini loh. Contohnya ada salah
satu program dari LAZ Al-Azhar, yaitu “dari Domba, menjadi Sarjana”. Itu
dimulai dari kita ngasih dana zakat dan dana bantuan dari CSR kepada kaum
dhuafa yang berprofesi sebagai peternak. Dana zakat itu kami berikan dalam
bentuk hewan Domba, kemudian kita berikan penyuluhan tentang
pengembangan usaha peternak. Setelah itu, mereka merawat domba hingga
berkembang biak, dan seterusnya. Hasilnya dapat mereka gunakan untuk
biaya sekolah hingga menjadi sarjana. Biasanya dengan kita menjelaskan
program begini, masyarakat akan lebih peduli tentang zakat.”

4. Kemudian bagaimana upaya LAZ Al-Azhar dalam menyadarkan


masyarakat agar menyalurkan zakatnya ke lembaga amil zakat
terutama ke LAZ Al-Azhar?
“Kita
  edukasiin ke mereka bahwa zakat dari lembaga itu benefit atau
keuntungannya banyak banget daripada zakat ke masjid atau ke kaum dhuafa
langsung. Karena kalau di Masjid itu penerimanya itu-itu aja dan ruang
lingkupnya kecil gitu, sedangkan kalau zakat lewat LAZ Nasional itu bisa
jadi pengurang pajak. Misalnya karyawan kan ada wajib pajaknya tuh,
dengan mereka membayar zakat ke LAZNas dan menunjukkan kwitansi yang
dikeluarkan oleh LAZNas tersebut itu bisa mengurangi pajak yang mereka
harus bayarkan, gitu. Selain itu, jika berzakat lewat lembaga, akan dikelola
secara professional, disalurkan sesuai asnaf zakat. Selain itu, dengan berzakat
melalui LAZNas, akan mengurangi rasa sombong dari si muzakki atau
donatur. Kalau muzakki atau donatur ngasih langung, ya kan kita nggak tau
hati manusia seperti apa gitu kan.”

5. Apa yang membedakan LAZ Al-Azhar dengan LAZ lain?


“Menurut saya, dalam segi promosi, LAZ lain itu lebih menonjolkan sisi
humanist yang bisa merangsang emosi kesedihan masyarakat. Misalnya
dalam mencari donasi untuk bencana alam, mereka lebih menonjolkan sisi
dukanya agar donatur merasa empati dan kasihan kemudian menyalurkan
donasinya ke lembaga mereka. Sedangkan kalau kita itu lebih
mempromosikan result atau hasil, kita ngga mau nampakin yang sedih-
sedihnya nih. Kita lebih menonjolkan foto-foto bahagia. Misalnya
kebahagiaan salah satu anak RGI yang berhasil ke Paris, dulu OB sekarang
bisa menjadi Fotografer dan bisa ke Paris. Nah itu kita tunjukan ke
masyarakat bahwa “ini loh, ZIS kalian itu bisa berhasil membawa si A
keliling dunia.” Jadi kita menarik donatur atau muzakki dengan merangsang
rasa kebanggaan jika mereka mau berzakat dan berdonasi di LAZ Al-Azhar,
gitu.”

6. Apa saja tugas yang dilakukan oleh Divisi Fundraising, Communication,


dan Partnership LAZ Al-Azhar?
“Secara keseluruhan, Fundcompart ini tidak dapat dipisahkan. Karena setiap
kita ada komunikasi, edukasi, pasti ujung-ujungnya kita akan fundraising.
Dan gimana caranya ada fundraising kalau tidak ada komunikasi gitu kan.
Sebelumnya kita harus membangun komunikasi yang baik kepada
masyarakat, barulah setelah itu kita ajak mereka untuk berzakat atau
berdonatur di LAZ Al-Azhar. Setelah mereka berzakatpun akan ada
pelaporannya, nah pelaporan ini tugas kita juga dalam press release,
membuat media cetak, dan sebagainya.”

7. Apa peran public relations di LAZ Al-Azhar?


“Pertama, kita juga menjadi bagian dari pembuatan press release, yaitu
konten yang wajib kita buat seminggu sekali. Bahkan menjelang Ramadhan
ini kita setiap hari bikin press release. Hal ini dilakukan agar masyarakat bisa
lebih aware, karena lembaga zakat itu gencarnya pada saat Ramadhan dan
Idul Adha. Alasannya adalah karena masih banyak masyarakat yang sadarnya
sekedar zakat fitrah pada saat Ramadhan. Konten-kontennya misalnya
memberi tahu ke masyarakat bahwa kita membuka booth di banyak Mall di
Jabodetabek. Bisa juga memuat konten tentang program kita dan hasil dari
pengelolaan
  dana zakat di LAZ Al-Azhar. Kedua, kita sih lebih
menginformasikan result atau hasil ya, jadi kita nggak yang banyak omong
tentang keunggulan program kita gimana-gimana tapi result-nya tuh nol. Kita
ngasih tahu bahwa misalnya program RGI itu kita booming-kan kalau RGI
itu udah meluluskan ribuan pemuda yang siap kerja dan memiliki keahlian
yang sesuai jurusan mereka. Pokoknya kita lebih ke hasil deh.”

8. Apa strategi yang dilakukan oleh public relations dalam memecahkan


suatu masalah atau krisis?
“Pertama, kita discuss dulu nih ke tim. Kita coba cari tahu dulu masalahnya
apa sih. Kita coba cari kenapa masalah ini bisa terjadi, sumber masalahnya
apa. Nah kalau kita udah tau masalahnya apa, baru kita bisa nentuin strategi
apa yang bisa kita lakuin. Apakah dengan ngadain press conference, atau kita
cukup update di media sosial, atau kita perlu ngeluarin statement di media
cetak. Kita juga harus hitung kalau kita ngeluarin statement di media cetak
ini siapa aja yang melihat dan membacanya. Sedangkan orang zaman
sekarang kan lebih ke digital. Tapi tidak dipungkiri juga bahwa donatur kita
itu masih banyak yang purnakarya, mereka lebih suka membaca yang cetak
gitu. Makanya kami juga tidak meninggalkan media cetak secara 100% gitu
dan langsung beralih ke digital. Kita masih gunain media cetak buat
ngeluarin statement atau memuat press release yang kita buat.”

9. Apakah LAZ Al-Azhar memiliki slogan untuk kegiatan promosi dalam


membangun kesadaran (awareness) pada masyarakat terhadap LAZ Al-
Azhar?
“Kita menggunakan slogan, yaitu “bersama entaskan kemiskinan”, itu selalu
dipakai dimana aja misalnya di sosial media kita jadiin hashtag, diberbagai
macam peralatan organisasi kita kayak map holder, paper bag, hingga
spanduk itu memakai slogan itu. Nah memasuki tahun 2018 ini, slogan kita
tambah menjadi “economic improvement of the poor” atau dari ZIS anda itu
bisa mengentaskan kemiskinan. Nah memasuki bulan Ramadhan ini, kita
menggunakan slogan “menuju ibadah terbaik”. Untuk saat ini slogan yang
kita pakai hanya 2, yaitu “Economic Improvement of the Poor” dan “Menuju
Ibadah Terbaik”. Berbeda nih kalau menjelang Idul Adha, karena itu bertema
Qurban, jadinya Qurban tahun lalu kita pakai slogan “Dari Domba Jadi
Sarjana”, artinya bagaimana mereka (kaum dhuafa) mengurusi Domba yang
kita berikan dari dana ZIS tadi. Jadi kita nggak ngasih bantuan berupa uang,
tapi kita berikan hewan Domba dan kita bina sampai mereka benar-benar
mandiri. Jadi mereka kita kasih modal usaha biar mereka yang memiliki
keahlian dapat berkembang sendiri gitu. Salah satu desa yang kita bina
melalui hewan Domba itu Desa Candali, Bogor. Ada juga di Bandung, dan
masih banyak lagi. Kita punya sekitar 30 lebih desa di 11 provinsi di
Indonesia.”

10. Selain slogan, kegiatan promosi apalagi yang dilakukan oleh LAZ Al-
Azhar agar dikenal oleh masyarakat?
“Kegiatan promosi kita lebih ke edukasi, karena kita bukan lembaga non-
profit.
  Selain edukasi, kita juga menggunakan beberapa media cetak kayak
spanduk, banner, baliho. Kalau kamu lewat sepanjang jalan Fatmawati ini
pasti ada kan nama kita. Di mall-mall Jabodetabek juga ada. Karena kita
lembaga non-profit, jadinya kita lebih ke barter sama mall-mall itu karena
kita dibebaskan uang sewa. Misalnya saya sebagai PR barter dalam mengisi
acara dan menjadi MC di suatu Mall. Kita buka booth disana tetapi pihak
mall minta kita untuk mengisi acara atau event. Kita punya acara IGTalks
(Indonesia Gemilang Talkshow). Jadi kita bikin acara talkshow disana supaya
mall tersebut juga ada event. Jadi barternya itu berupa event, bukan berupa
bayar uang sewa booth gitu. Dari event itu sebenarnya juga ada keuntungan
juga buat kita untuk promosiin LAZ Al-Azhar. Sebenarnya kita ngadain
event itu juga ngeluarin biaya juga, tapi kita lebih memilih ngeluarin biaya
buat edukasi daripada buat sewa booth. Karena kita juga nanti bakal di audit
kan keuangannya jadi harus jelas kemana uang kita, apakah buat edukasi atau
buat apa gitu.”

11. Bagaimana strategi public relations LAZ Al-Azhar yang merupakan


lembaga non-profit?
“Kita melakukan strategi Low Cost High Impact dan itu lebih mengarah
kepada digital atau media sosial. Saya tahun lalu pernah menangani media,
berapa budget yang dikeluarkan untuk menyewa media, berapa lama
durasinya, dan kita juga harus hitung berapa banyak orang yang membaca
atau menonton media tersebut, apakah kelas menengah atas atau menengah
bawah. Nah kalau kayak gitu kan agak sulit ya, karena kita lembaga non-
profit jadinya kita harus meminimalisir pengeluaran biaya buat iklan-iklan
gitu. Makanya itu kita menggunakan metode Low Cost High Impact tadi.
Salah satunya dengan memanfaatkan sosial media, seperti Facebook,
Instagram, Youtube, dan sebagainya. Biaya iklan di sosial media itu juga
lebih murah daripada kita harus iklan di media-media seperti Republika,
Sindo, dan sebagainya. Republika sekali iklan bisa 20 juta rupiah biayanya,
sedangkan kita belum tahu apakah donatur atau masyarakat masih membaca
Republika atau tidak. Sedangkan kalau kita iklan di Facebook Ads itu paling
hanya mengeluarkan biaya ratusan ribu dan sharenya ke berapa puluh ribu
pengguna Facebook yang aktif gitu. Metode Low Cost High Impact lain
misalnya dengan mengurangi spanduk, banner, baliho. Hanya dikurangi ya
bukan mentiadakan. Solusinya salah satunya dengan menggunakan Iklan
Bracket di motor para amil, karena biayanya lebih murah dan tahan lama
karena tidak akan dicopot oleh Satpol PP seperti spanduk, banner, baliho itu
tadi. Selain itu, kita juga melakukan barter supaya tidak perlu mengeluarkan
banyak biaya untuk menyewa iklan. Kalau kita ingin bersinergi dengan Halal
Community, Halal Fashion, Halal Butik, nah itu kita pakai strategi barter.
Contohnya dengan kita mempromosikan barang-barang mereka atau butik
mereka ke media sosial sebagai salah satu mitra sinergi kita, kemudian
mereka juga mempromosikan nama LAZ Al-Azhar di sosial media mereka.
Cara melobinya begini, kita bilang ke mereka kalau Al-Azhar juga punya
sekolah atau universitas yang rata-rata wali muridnya sudah High End, dan
kalau mereka mau bersinergi dengan kita, maka perusahaan mereka juga kita
akan
  publish di Warta Al-Azhar yang pembacanya rata-rata kalangan internal
YPI Al-Azhar gitu.

12. Apakah LAZ Al-Azhar sering mengikuti kegiatan kemanusiaan atau


sosial sebagai wujud interaksi sosial?
“Itu sudah pasti dilakukan, karena itu kan memang tujuan kita dan sudah ada
di program kita yaitu program Penanggulangan Bencana dan Jaringan
Relawan. Contohnya waktu itu pernah ada banjir di Lombok, itu tim program
kita turun langsung kesana, dan sudah pasti mereka membawa nama Al-
Azhar gitu. Kemudian setelah banjir dan korban-korbannya ditangani, kita
nggak berhenti disitu. Kita melakukan Recovery Indonesia dan Trauma
Hiling, dimana korban-korban tadi kan pasti ada dampak psikis atau trauma,
mental mereka. Disitu kita isi rohaninya supaya mereka nggak trauma lagi
gitu dan bisa bahagia kembali setelah terjadinya bencana itu. Jadi kita
mengobatinya nggak cuma fisiknya, tetapi juga rohaninya juga kita benahi.”

13. Apakah LAZ Al-Azhar menggunakan sosial media dalam melakukan


publisitas? Media sosial apa saja yang digunakan beserta kekurangan
dan kelebihannya?
“Iya. Kita juga memanfaatkan sosial media, seperti Facebook, Instagram,
Youtube, dan sebagainya. Kelebihannya itu yang pasti Low Cost High Impact
kan, dan itu merupakan strategi kita. Karena dengan kita pakai sosmed dan
sekali posting kita bisa menjangkau followers-followers dari akun di sosial
media kita. Kita benar-benar bisa menghemat biaya itu untuk meluaskan
jaringan kita. Misalnya admin LAZ Al-Azhar posting sesuatu, kemudian saya
sebagai Followers-nya ikut me-repost postingan tersebut, nah dengan hal
kayak gini kan bisa membuat followers saya melihat juga postingannya.
Kelebihan lain adalah pelaporan yang kita berikan kepada masyarakat juga
akan lebih cepat dengan menggunakan sosial media. Kan salah satu tugas
amil kepada muzakki itu adalah dengan memberikan laporan mengenai
pengelolaan dana zakat. Kekurangannya adalah saat ini masih banyak
masyarakat yang kurang peduli pada akun-akun atau postingan-postingan
sosial kemanusiaan.”

14. Apakah LAZ Al-Azhar sering melakukan seminar-seminar? Apa


tujuannya?
“Iya, karena tugas kita itu kan edukasi, sosialisasi, dan pelaporan. Itu pilar
utama kita di Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership, jadi
semua itu berawal dari edukasi. Nah edukasi ini salah satunya kita lakukan
lewat seminar, misalnya KEI (Kajian Ekonomi Islam), Tamarasya (Ta’lim
manajemen harta syariah), dan kegiatan seminar lain yang dilakukan di
berbagai komunitas, Masjid, Sekolah, hingga Univesitas di Jabodetabek.
Pengisi acara dalam seminar kita juga merupakan orang-orang yang
professional. Edukasi tentang zakat itu kan tidak hanya “apa itu zakat?”,
“bagaimana cara menunaikan zakat”, “kewajiban zakat itu seperti apa?”, kan
enggak. Tetapi kita edukasikan dari awal dan dasarnya, contohnya kamu nih.
Kita ingin menerawang harta yang kamu dapetin nih, harta yang kamu dapat
berasal dari pekerjaan halal, subhat, atau haram, dan masuknya ke kategori
lampu
  merah, kuning, atau hijau nih. Kemudian kita terawang di acara
Tamarasya tadi. Setelah kita tau nih harta mereka di kategori yang mana."

15. Selain seminar, kegiatan sosialisasi apa lagi yang dilakukan agar LAZ
Al-Azhar agar lebih dikenal oleh masyarakat? Apakah ada kegiatan
festival atau event tertentu?
“Iya. misalnya saya sebagai PR barter dalam mengisi acara dan menjadi MC
di suatu Mall. Kita buka booth disana tetapi pihak mall minta kita untuk
mengisi acara atau event. Kita punya acara IGTalks (Indonesia Gemilang
Talkshow), yaitu talkshow tentang ZIS, keuangan syariah, kehidupan Islami,
dan sebagainya. Jadi misalnya ada Mall yang pengen kita barter event supaya
kita punya booth disana tetapi tidak dipungut biaya, kita bikin acara talkshow
disana supaya mall tersebut juga ada event. Jadi barternya itu berupa event,
bukan berupa bayar uang sewa booth gitu. Dari event itu sebenarnya juga ada
keuntungan juga buat kita untuk promosiin LAZ Al-Azhar. Apalagi dalam
bulan Ramadhan ini, kita punya event Al-Azhar Zakat’s Day, dimana seluruh
masyarakat Al-Azhar seperti sekolah, universitas, pengurus, walu murid, itu
serentak pada tanggal yang kita tentukan serentak di satu hari itu untuk
menunaikan zakatnya di LAZ Al-Azhar, gitu. Kita juga punya event
Punakawan Show, yaitu hiburan komedi yang menyelipkan dakwah
mengenai kewajiban zakat.”

16. Metode fundraising apa yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar? Secara
langsung atau tidak langsung?
“Fundraising bisa dilakukan lewat edukasi tadi, dan jangan memaksa lho ya.
Kita bisa mengajak langsung tetapi bukan memaksa, kita kasih edukasi pelan-
pelan dan yang penting masuk ke awareness mereka. Selain itu, kita juga ada
metode fundraising melalui email blast, yaitu bagiannya Satisfaction Unit dan
Telemarketing. Itu kita rutin me-email blast menginformasikan mengenai
hasil pengelolaan donasi. Selain itu, dalam email tersebut kita juga
menawarkan program-program yang sedang berkembang. Misalnya pada saat
ada bencana alam, prestasi anak didik RGI, dan sebagainya.”

17. Selain fundraising, juga terdapat lobbying dalam public relations,


bagaimana cara PR dalam melobi masyarakat eksternal maupun
internal?
“Ketika kita udah tau nih harta dari calon donatur kita ini masuk ke kategori
merah, kuning, atau hijau melalui kegiatan Tamarasya tadi. Yang kita cari
yang pasti hartanya yang kategori hijau ya, yang sudah pasti halal. Setelah
menemukan calon donatur yang masuk ke kategori hijau, kemudian kita
jelaskan kepada mereka begini secara halus, “Bapak/Ibu, hartanya sudah halal
ya, tetapi akan menjadi haram apabila tidak dikeluarkan untuk hak orang lain,
karena dalam harta Bapak/Ibu ada hak orang lain yang harus dikeluarkan,
gitu. Itu untuk perseorangan ya. Nah saya sebagai PR juga harus bersinergi
dengan Coorporate. Sebelum kita mengajak karyawan dari perusahaan
mereka kan kita harus kenalan dulu kan sama Coorporate-nya. Misalnya
dengan Bank A, kita cari tahu dulu nih informasi positif dari Bank tersebut,
kemudian kita cari contact person-nya dan kita ajak ketemu. Sebelumnya kita
perkenalan
  diri dulu kita itu siapa, darimana. Kita edukasi mereka bahwa
zakat dari lembaga itu benefit atau keuntungannya banyak banget daripada
zakat ke masjid atau ke kaum dhuafa langsung. Karena kalau di Masjid itu
penerimanya itu-itu aja dan ruang lingkupnya kecil gitu, sedangkan kalau
zakat lewat LAZ Nasional itu bisa jadi pengurang pajak. Misalnya karyawan
mereka ada wajib pajak, dengan karyawan mereka membayar zakat ke
LAZNas dan menunjukkan kwitansi yang dikeluarkan oleh LAZNas tersebut
itu bisa mengurangi pajak yang karyawan mereka harus bayarkan, gitu. Selain
Coorporate, kita juga bersinergi dengan Halal Community, Halal Fashion,
Halal Butik, nah itu kita pakai strategi barter tadi. Nah cara melobinya
begini, kita bilang ke mereka kalau Al-Azhar juga punya sekolah atau
universitas yang rata-rata wali muridnya sudah High End, dan kalau mereka
mau bersinergi dengan kita, maka perusahaan mereka juga kita akan publish
di Warta Al-Azhar yang pembacanya rata-rata kalangan internal YPI Al-
Azhar gitu, sehingga perusahaan mereka juga akan dilihat oleh masyarakat di
YPI Al-Azhar.”

18. Selain metode membayar zakat langsung, apakah ada metode lain atau
e-commerce?
“Selain bank dan Tokopedia, kita juga bekerja sama dengan e-Baba yang
merupakan e-commerce baru. Karena e-Baba itu e-commerce baru dan belum
berkembang, jadi belum seefektif Tokopedia, sih.”

Jakarta, 14 Mei 2018


Peneliti, Narasumber,

(Rahayu A. Delima) (Sinta Avia)


Lampiran 2
Hasil Wawancara
Narasumber : Anggriansyah Munggaran
Jabatan : Kepala Divisi Fundraising, Communication, dan
Partnership LAZ Al-Azhar
Waktu : Senin, 14 Mei 2018
Tempat
  : Kantor Operasional Lembaga Amil Zakat Al-Azhar
Jalan Rumah Sakit Fatmawati, No. 27, RT.08/RW.06,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Peneliti : Rahayu Aletif Delima
Asal Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi : Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat Al-
Azhar Peduli Ummat dalam Meningkatkan Brand
Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al
Azhar Peduli Ummat Jalan Rumah Sakit Fatmawati
No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Hasil Wawancara :

1. Bagaimana perkembangan visi dan misi LAZ Al-Azhar?


“Visi LAZ Al-Azhar yaitu menjadi Lembaga Amil Zakat yang terpercaya
dalam pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Sedekah untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat.”
Misi:
1. Mengembangkan edukasi Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf, dan layanan
berkarakter verbasis teknologi.
“Kata kuncinya adalah edukasi, yakni edukasi dari berbagai sektor. Dalam
pengembangan edukasi ini merupakan tugas divisi kami, yakni Divisi
Fundraising, Communication, dan Partnership LAZ Al-Azhar. Mengapa
demikian? Karena kita dibiayai oleh hak amil yang melekat erat di dalamnya.
Hak amil yang bersumber dari zakat ini peruntukannya sudah jelas.
2. Mengembangkan program yang komprehensif, terukur, dan berkelanjutan
untuk mendorong keberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal. Dalam
ilmu program ini tujuannya untuk mendorong keberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan dalam konteks ini bukan hanya sekedar memberi makan
seseorang. Pemberdayaan disini harus mentransformasi seseorang, yaitu
transformasi sosial. Transformasi sosial merupakan bagaimana cara kita
membuat seseorang yang tidak berdaya menjadi berdaya, yang terbelakang
menjadi maju, yang tidak sejahtera menjadi sejahtera. LAZ Al-Azhar harus
memberikan program yang terukur, berkelanjutan, dan dapat dibandingkan.
Dalam mengembangkan program ini merupakan tugas Divisi Program dan
Pendayagunaan LAZ Al-Azhar.
3. Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan sistem dan
manajemen yang didukung oleh Sumber Daya Insani yang profesional.
Karena kita merupakan lembaga non-profit, maka sistem dan manajemen kita
tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, dan harus dilakukan oleh sumber
daya manusia yang memiliki profesionalitas dan totalitas dalam program
pemberdayaan masyarakat. Dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja dan
manajemen ini merupakan tugas Divisi Kelembagaan dan Pengembangan
Organisasi, serta tugas Divisi Keuangan LAZ Al-Azhar.

4. Membangun kemitraan yang berkelanjutan (Suistanable Partnership)


dengan kalangan A.B.C.G (Academic, Business, Civil Society, Governement)
dalam pelaksanaan program. Dalam pengembangan kemitraan yang
berkelanjutan
  ini merupakan tugas divisi kami, yakni Divisi Fundraising,
Communication, dan Partnership LAZ Al-Azhar.”

2. Apa makna dari logo LAZ Al-Azhar?


Karena kita lembaga yang bernaung di bawah YPI Al-Azhar, maka logo kita
juga terdapat logo khas dari YPI Al-Azhar itu sendiri. Logo YPI Al-Azhar ini
merupakan gambar kubah, yang artinya kita merupakan lembaga atau
yayasan yang berawal dari dibangunnya Masjid. Sedangkan tulisan LAZ Al-
Azhar itu merupakan sebuah identitas bahwa kami merupakan lembaga yang
mengelola zakat, infaq, sedekah di Al-Azhar.

3. Apa yang membuat di era sekarang ini masih banyak masyarakat yang
belum peduli dan sadar tentang kewajiban berzakat dan menolong
sesama?
“Ada dua faktor. Pertama karena kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai pengelola zakat. Masih banyak masyarakat yang menganggap
bahwa pengelola zakat itu adalah panitia masjid. Kedua, karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai manfaat berzakat.

4. Kemudian bagaimana upaya LAZ Al-Azhar dalam menyadarkan


masyarakat agar menyalurkan zakatnya ke lembaga amil zakat
terutama ke LAZ Al-Azhar?
“Yaitu dengan memberikan edukasi bahwa lembaga amil zakat memiliki amil
yang kredibel dan professional, tidak boleh asal-asalan. Kalau saya dari dulu
sudah di doktrin bahwa pengelola zakat itu adalah fiskal, artinya yaitu
mengelola stabilitas (mengelola dana umat secara serius). Fiskal itu dikelola
oleh lembaga proporsional untuk tujuan tertentu dan pengelolaan yang
mengandung kaidah tertentu. Jika negara ini mengelola dana pajak, maka
negara ini mengelolanya dengan sangat serius oleh Dirjen Pajak, karena fiskal
bahwa pajak merupakan denyut nadinya negara. Belanja negara itu ditentukan
oleh pajak. Kami mengelola dana zakat itu sudut pandangnya adalah fiskal,
sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa zakat infaq itu
dikelola oleh Ulul Amri, karena dana zakat ini akan digunakan untuk
kemakmuran masyarakat. Sehingga orang yang mengelola dana zakat ini
adalah orang-orang yang kredibel yang akan disebut amil. Mengapa kredibel?
Karena ada masyarakat yang berkonsultasi mengenai ZISWAF, seseorang
amil harus memahami karakter-karakter yang ditanyakan oleh masyarakat
tersebut yang akan menjadi muzakki atau donatur. Oleh karena itu,
pengelolaan zakat harus dilakukan oleh orang-orang yang professional, begitu
pula dengan penyalurannya, karena lembaga zakat ini akan dinilai masyarakat
bukan dari sekedar pengelolaan dana saja, tetapi akan dilihat dari segi
penyalurannya. Tugas kita yang paling penting ialah mengedukasikan kepada
masyarakat mengenai kewajiban berzakat, selain itu ialah menginformasikan
kepada masyarakat mengapa harus memilih LAZ Al-Azhar. Kita harus
membuktikan bahwa kita memiliki program-program yang dikelola. Program-
program ini kita lakukan untuk mentransformasi masyarakat, dari mustahiq
menjadi muzakki, dari yang tidak berdaya menjadi berdaya, kita berperan
dalam pembangunan nasional secara umum. Pemberian edukasi disini bukan
hanya
  sekedar mengajak “Mari berzakat.” Karena perintah zakat itu wajib,
ada atau tidaknya orang fakir miskin masyarakat harus tetap berzakat, ada
atau tidaknya amil masyarakat harus tetap berzakat. Zakat itu melekat kepada
kewajiban individu dan sudah tertulis dalam rukun Islam.”

5. Sama-sama mengelola dana dari masyarakat. Lantas apa perbedaan


lembaga zakat, bank, dan pajak?
“Secara hukum, bank itu merupakan lembaga yang termediator, mengelola
dana nasabah, dikelola untuk nasabah itu sendiri dan kepentingan untuk bank.
Selain itu, bank hanya diatur oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Pajak
mengelola dana dari masyarakat, dikelola oleh negara untuk kepentingan
masyarakat dan negara itu sendiri. Sedangkan zakat mengelola dana
masyarakat, surat keterangannya ada 2, yakni dari Al-Quran dan dari
pemerintah. Yang mengawasi ialah malaikat Roqib dan Atib, oleh karena itu
secara keseluruhan seorang amil harus memiliki wawasan yang luas. Poinnya
adalah mengelola dana zakat itu sama pentingnya dengan mengelola dana
negara.”

6. Seperti apa struktur organisasi di LAZ Al-Azhar beserta tugasnya?


“Divisi Kelembagaan dan Pengembangan Organisasi bertugas untuk
mengelola sumber daya manusia, mengelola gaji SDA, menjamin
kenyamanan dan keamanan SDA di LAZ Al-Azhar. Divisi Kepatuhan dan
Kajian Dampak bertugas untuk menjaga sumber daya manusia baik dari
internal maupun eksternal agar tetap mentaati peraturan lembaga yang
berlaku. Divisi Program dan Pendayagunaan berperan dalam penyaluran dan
pendayagunaan dana zakat agar dapat dikelola dengan baik. Selain itu, divisi
ini juga berperan dalam menciptakan dan menjalankan program-program
yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat.”

7. Apa saja tugas yang dilakukan oleh Divisi Fundraising, Communication,


dan Partnership LAZ Al-Azhar?
“Kami bertugas dalam beberapa pilar, yakni edukasi, sosialisasi, dan
kalkulasi. Target utama kami ialah menjadi divisi yang mampu mencukupi
kebutuhan financial lembaga yang memadai, yakni untuk belanja keperluan
program, belanja untuk divisi-divisi lain. Kami bertanggung jawab untuk
mencukupi kebutuhan dan ketersediaan financial yang memadai di lembaga
ini. Dalam hal edukasi dan sosialisasi, PR LAZ Al-Azhar menjalankannya
dalam bentuk online dan offline. Pada edukasi dan sosialisasi dilakukan
biasanya via online, PR menggunakan beberapa sosial media, bekerjasama
dengan media nasional, hingga e-commerce. Sedangkan pada edukasi dan
sosialisasi offline, PR bekerjasama dengan beberapa rubriks seperti Halal
Fashions, Halal Foods, Halal Tourism, Halal Pharmacy, Akademisi, Pasar,
Toko atau warung, Coorporate, BUMN, dan sebagainya. Hal ini dilakukan
agar masyarakat dapat mengenal LAZ Al-Azhar. Dalam hal kalkulasi, PR
harus mampu menghitung dan mengaudit dana zakat yang telah terkumpul,
mengeluarkan kwitansi ZISWAF untuk para donatur dan muzakki.”

8. Apa
  strategi yang dilakukan oleh public relations dalam memecahkan
suatu masalah atau krisis?
“Pertama, PR bertugas untuk menjaga reputasi suatu lembaga atau
perusahaan. Terkadang pasti ada human errors yang mampu menodai
reputasi lembaga. Muzakki dan donatur di LAZ Al-Azhar rata-rata
merupakan orang-orang yang kritis dan high end (kelas menengah ke atas)
dan mereka sangat kritis, cerdas, dan jenius. Ketika ada masalah, cara yang
paling mudah dan sering dilakukan ialah adanya komunikasi yang baik. Yang
salah kita akui salah, dan yang benar kita akui benar. Jangan pernah
membenarkan yang salah. Selama dikomunikasikan dengan baik, perlahan
masalah akan cepat selesai, baik itu masalah internal maupun masalah
eksternal. Yang kedua, dalam problem solving jangan pernah mencari siapa
yang benar dan siapa yang salah, tetapi tujuan akhirnya ialah bagaimana
mendapatkan solusi dari masalah tersebut. Misalnya kita sedang
memproduksi suatu materi atau event, dan memerlukan anggaran yang besar
hingga milyaran rupiah. Anggaran tersebut digunakan untuk membuat
katalog, banner, dan brosur. Secara prosedur kan harus melalui approval atau
persetujuan dahulu. Sedangkan terkadang acara dilapangan itu harus segera di
accept. Nah, ini merupakan tugas PR untuk menjadi komunikator dalam
mengkomunikasikan alasan mengapa tidak melalui approval terlebih dahulu.
PR harus mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan alasan dan jawaban
dari masalah yang terjadi supaya dapat baik kembali seperti semula. Intinya,
selama komunikasi selalu kita jaga maka tidak akan ada masalah yang besar.”

9. Bagaimana strategi public relations LAZ Al-Azhar yang merupakan


lembaga non-profit?
“Ada dua strategi yang dilakukan, yaitu Strategi Low Cost High Impact dan
Strategi Leveraging. Pertama, strategi Low Cost High Impact, yaitu
bagaimana upaya kita dalam mengeluarkan biaya sedikit tetapi memiliki
dampak yang besar. Misalnya apabila kita menyewa billboard atau iklan di
TV seperti itu kan biayanya mahal. Tapi dengan dilakukannya low cost high
impact, kita hanya perlu memiliki program yang bagus hingga dapat
diundang oleh acara talkshow di salah satu stasiun televisi. Nah, itulah celah
kita untuk masuk ke dunia televisi agar lebih dikenal oleh masyarakat tanpa
harus mengeluarkan biaya yang banyak. Contohnya kemarin kita masuk
diacara Hitam Putih, Trans 7. Hitam Putih mengundang pembicara yang
pernah ditipu oleh salah satu Travel Umrah. Kita mengambil kesempatan itu,
daripada kita menyewa iklan di televisi yang mahal, lebih baik kita
membiayai Umrah seseorang yang telah ditipu oleh Travel Umrah tersebut
dan biaya Umrah tersebut tidak semahal ketika menyewa iklan di televisi.
Selain kita mampu menjalankan program pemberdayaan masyarakat,
sekaligus kita berkesempatan untuk menjadi pembicara dalam acara talkshow
di televisi. Kedua, strategi leveraging, yaitu bagaimana upaya kita dalam
mendorong sebuah batu loncatan yang lebih bersifat strategis. Misalnya kita
melihat bahwa iklan di televisi itu mahal, tapi kita juga lihat bahwa kita ‘kan
punya Halal Community seperti Halal Fashions, Halal Foods, Halal Tourism,
Halal Pharmacy. Semua restoran binaan kita rata-rata memiliki televisi, nah
kita harus memasang tayangan mengenai LAZ Al-Azhar di media yang ada
dalam
  Halal Community dan restauran binaan kita tadi. Tidak hanya media
televisi saja, kita juga berupaya bagaimana caranya agar memanfaatkan
aplikasi yang sudah terkenal dan banyak digunakan oleh masyarakat,
misalnya Aplikasi BNI. Dengan adanya aplikasi BNI, kita cukup bekerjasama
dengan BNI tanpa harus membuat aplikasi berbasis zakat. Intinya, kita cukup
memanfaatkan media mereka dan tentunya dengan berbagai kerjasama.
Pemanfaatan ini dilakukan supaya kita bisa ada dimana-mana tanpa harus
mengeluarkan biaya yang besar.”

10. Apakah LAZ Al-Azhar menggunakan sosial media dalam melakukan


publisitas?
“Iya, seperti Youtube, Facebook, Instagram, dan sebagainya.”

11. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari sosial media tersebut?
“Memang betul bahwa sosial media mampu membangun awareness
masyarakat, tetapi kita juga butuh action dalam pengumpulan dana zakat.
Menggunakan sosial media hanya mendapatkan 1 : 100 antara actions dan
awareness. Misalnya ada 100 netizen yang aware terhadap zakat dari
postingan kita di sosial media, tetapi mungkin hanya ada 1 netizen yang
action atau membayar zakat langsung.”

12. Apakah LAZ Al-Azhar sering melakukan seminar-seminar?


“Iya. Selain seminar, kami juga mengadakan kajian Islami, Tamarasya atau
ta’lim manajemen harta syariah (financial check up, investasi syariah,
perdagangan syariah, hingga harta hibah atau waris).”

Jakarta, 14 Mei 2018


Peneliti, Narasumber,

(Rahayu A. Delima) (Anggriansyah Munggaran)


Lampiran 3
Hasil Wawancara

Narasumber : Dikalustian Rizkiputra


Jabatan : Manager Funding Public
Waktu : Senin, 14 Mei 2018
Tempat
  : Kantor Operasional Lembaga Amil Zakat Al-Azhar
Jalan Rumah Sakit Fatmawati, No. 27, RT.08/RW.06,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Peneliti : Rahayu Aletif Delima
Asal Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi : Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat Al-
Azhar Peduli Ummat dalam Meningkatkan Brand
Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al
Azhar Peduli Ummat Jalan Rumah Sakit Fatmawati
No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Hasil Wawancara :

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya LAZ Al-Azhar?


“LAZ Al-Azhar berdiri pada tahun 2004, pada saat terjadinya Tsunami di
Aceh dan itu merupakan aksi pertama kita. Kemudian pada tahun 2004 pula
kita mendapatkan SK dari YPI Al-Azhar. Al-Azhar pada awalnya
membangun Masjid dulu, kemudian keranah pendidikan. Berbeda dengan
YPI lain yang lebih dulu membangun pendidikan baru masjidnya yang
dibangun. Kemudian, kita melihat Al-Azhar memiliki potensi yang sangat
besar dalam visi dan misi perhimpunan zakat dan didirikanlah Lembaga Amil
Zakat ini. Dahulu LAZ Al-Azhar bernama Al-Azhar Peduli Ummat. Makna
dari nama Al-Azhar Peduli Ummat ini karena mindset masyarakat
kebanyakan mengira bahwa Al-Azhar ini lembaga yang hanya ngurusin
orang-orang kaya aja, dan nggak ngurusin orang-orang menengah ke bawah,
oleh karena itu ditulislah nama Al-Azhar Peduli Ummat agar masyarakat
mengtahui bahwa Al-Azhar ini juga peduli terhadap ummat. Kemudian di
tahun 2013 nama Al-Azhar Peduli Ummat berubah menjadi LAZ Al-Azhar.
Karena kita di bawah naungan YPI Al-Azhar dan YPI Al-Azhar kan memiliki
beberapa unit, yang pertama pendidikan, kemudian yang kedua itu dakwah
dan sosial, dan yang ketiga itu bisnis. Nah kita masuk ke unit dakwah dan
sosial. Di bawah Unit Dakwah dan Sosial ini ada Direktorat Dakwah dan
Sosial. Di bawahnya Direktorat Dakwah dan Sosial itu adalah Al-Azhar
Peduli Ummat. Al-Azhar Peduli Ummat membawa 3 unit, yakni LAZ,
Wakaf, dan BMT (Baitul Maal dan Tanwil atau Koperasi Simpan Pinjam),
nah kita masuknya ke unit ke LAZ.”

2. Bagaimana perkembangan visi dan misi LAZ Al-Azhar?


“Pada tahun 2003 sampai 2016, LAZ Al-Azhar masih memiliki visi dan misi
yang belum tertata dan terstruktur. Karena kita sudah ditetapkan menjadi
LAZ Nasional, barulah kita memiliki visi misi yang tertata pada tahun 2016.
Kemudian pada tahun 2016-2017 barulah visi dan misi tersebut terstruktur,
seperti yang ada pada katalog, brosur, dan website resmi LAZ Al-Azhar,
yaitu visinya adalah menjadi Lembaga Amil Zakat yang terpercaya dalam
pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Sedekah untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat. Sedangkan misinya adalah (1) Mengembangkan
edukasi Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf, dan layanan berkarakter verbasis
teknologi. (2) Mengembangkan program yang komprehensif, terukur, dan
berkelanjutan untuk mendorong keberdayaan masyarakat berbasis kearifan
lokal.
  (3) Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan
sistem dan manajemen yang didukung oleh Sumber Daya Insani yang
profesional. (4) Membangun kemitraan yang berkelanjutan (Suistanable
Partnership) dengan kalangan A.B.C.G (Academic, Business, Civil Society,
Governement) dalam pelaksanaan program.”

3. Apa yang membuat di era sekarang ini masih banyak masyarakat yang
belum peduli dan sadar tentang kewajiban berzakat dan menolong
sesama?
“Alasan yang pertama ialah kurangnya edukasi tentang zakat. Masyarakat
sekarang ini hanya mengetahui zakat hanya seputar zakat fitrah, yaitu zakat
yang dikeluarkan pada saat bulan Ramadhan. Masih banyak masyarakat yang
belum memahami bahwa zakat itu ternyata juga ada zakat Maal (zakat
pertanian, pertambangan, profesi, dan sebagainya). Nah, edukasi inilah yang
belum diterima baik oleh masyarakat. Alasan kedua ialah kurangnya edukasi
tentang perbedaan zakat, infaq, dan sedekah. Masih banyak masyarakat yang
mengira bahwa anak yatim juga menerima zakat, padahal jika dilihat dari
status “yatim”-nya, mereka tidak menerima zakat. Yang menerima zakat itu
diantaranya yaitu fakir, miskin, musafir, riqab, muallaf, amil, gharimin,
fisabilillah, dan ibnus sabil. Jika dilihat dari status, yatim menerimanya infaq.
Kecuali jika dilihat dari sisi keluarganya yang fakir atau miskin, barulah
yatim boleh menerima zakat. Nah, hal-hal seperti ini „kan harus diedukasikan
ke masyarakat. Alasan ketiga ialah kurangnya dukungan dari pemerintah, dan
pemerintah lebih meninggikan pajak daripada zakat. Padahal jika dilihat dari
hukum Islam, pajak hukumnya sunnah, sedangkan zakat hukumnya wajib.”

4. Kemudian bagaimana upaya LAZ Al-Azhar dalam menyadarkan


masyarakat agar menyalurkan zakatnya ke lembaga amil zakat
terutama ke LAZ Al-Azhar?
“Sebenarnya penyaluran zakat di masjid itu nggak boleh, tapi sekarang malah
banyak masyarakat yang membayar zakat di masjid. Alhamdulillah saat ini
pemerintah sudah mengetatkan undang-undang tentang perzakatan. Jadi yang
menghimpun dana zakat ini hanya boleh dilakukan oleh lembaga-lembaga
yang memenuhi persyaratan tertentu, salah satunya adalah LAZ Al-Azhar.
Masjid-masjid itu boleh menghimpun, asalkan mereka menjadi UPZ-nya
BAZNAS atau MPZ-nya LAZ. UPZ itu sendiri adalah Unit Pengumpul
Zakat, sedangkan MPZ adalah Mitra Pengelolaan Zakat. Perbedaannya adalah
kalau masjid tersebut hanya menjadi UPZ-nya BAZNAS, berarti mereka
hanya boleh menghimpun, setor ke BASNAZ, dan nggak boleh mengelola.
Tapi kalau menjadi MPZ-nya LAZ, itu nggak hanya setor, tetapi akan
dikembalikan lagi oleh LAZ. Dikembalikannya tidak 100%, tetapi hanya
90%, karena yang 10% itu kita ambil buat program nasional. Jadi masjid itu
sebenarnya punya kontribusi dalam program di LAZ.”

5. Apa saja tugas yang dilakukan oleh public relations di LAZ Al-Azhar?
“PR harus mampu membuat calon muzakki dan donatur kita ini paham terkait
program-program di LAZ Al-Azhar. PR memiliki peran penting dalam hal
kerjasama
  dengan coorporate, media komunikasi, dan sebagainya. PR disini
berperan juga dalam menjembatani antara amil dengan muzakki, dan antara
muzakki dengan penerima manfaat (mustahiq).”

6. Apa strategi yang dilakukan oleh public relations dalam meningkatkan


reputasi lembaga?
“PR harus mampu berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat, baik
internal maupun eksternal. Terkadang PR juga sering mengajak muzakki dan
donatur untuk melihat langsung kemana dan seperti apa penyaluran dananya,
misalnya dengan mengajak mereka ke desa atau gedung pendidikan dibawah
LAZ Al-Azhar seperti RGI (Rumah Gemilang Indonesia) dan memberi tahu
kepada mereka bahwa “ini loh pak, dana yang sudah bapak donasikan kami
kemarikan.” Hal inilah yang membuat reputasi kita perlahan naik.”

7. Bagaimana strategi public relations LAZ Al-Azhar yang merupakan


lembaga non-profit?
“Kita ada strategi Low Cost High Impact, yaitu gimana caranya kita
ngeluarin biaya sedikit, tapi impact-nya tuh besar. Karena kan kita itu
lembaga non-profit ya, jadi biaya yang dikeluarkan juga harus minim.
Misalnya, NET TV mau meliput salah satu desa binaan kita di Riau, Desa
Nangsa namanya. Nah, disitu kita nggak harus ngeluarin biaya iklan dong.
Secara nggak langsung, program dan nama LAZ Al-Azhar juga ikutan keliput
hingga akhirnya nama kita dikenal oleh penonton NET TV tanpa harus
mengeluarkan dana banyak.”

8. Apa strategi yang dilakukan oleh public relations dalam meningkatkan


kesadaran (awareness) pada masyarakat terhadap LAZ Al-Azhar?
“Kita menggunakan slogan-slogan yang mudah diingat oleh masyarakat.
Slogan-slogan ini terus kita kembangkan untuk lebih mudah diingat oleh
mereka. Tahun lalu slogannya “bersama entaskan kemiskinan”. Kemudian
kita terinspirasi dari tulisan “turn back crime” yang menggunakan warna biru
dan kuning. Jadilah slogan “bersama entaskan kemiskinan” menggunakan
warna biru dan kuning. Nah, kalau sekarang ini slogannya “economic
improvement of the poor” yang maknanya bahwa zakat dan ekonomi itu
mampu mensejahterakan keluarga miskin.”

9. Seperti apa kegiatan promosi program lembaga LAZ Al-Azhar agar


LAZ Al-Azhar dikenal oleh masyarakat?
“Pertama, kita mengadakan visit donatur, yaitu kita mengunjungi donatur
yang donasinya di atas 10 juta rupiah. 50 juta rupiah, hingga 100 juta rupiah.
Hal ini dilakukan karena treatment-nya berbeda, tidak bisa lewat telepon,
karena dana tersebut kan sifatnya sensitif ya. Dan itu merupakan salah satu
service excelent kita kepada donatur. Kemudian kita berusaha untuk update
laporan kepada donatur mengenai perkembangan penyaluran dan program
kita melalui Warta Al-Azhar. Setiap bulannya kita mengadakan visit donatur
sekitar 10 donatur. Yang kedua, kita mengadakan telemarketing. Untuk
donatur yang berdonasi dibawah 10 juta rupiah, kita melakukan komunikasi
lewat telepon. Komunikasi ini berisikan tentang doa-doa dan pengingat untuk
ber-ZIF.
  Setelah mendoakan, diselipkan informasi mengenai perkembangan
program-program yang ada dalam LAZ Al-Azhar.”

10. Apakah LAZ Al-Azhar menggunakan sosial media dalam melakukan


publisitas?
“Iya. Kita menggunakan dua cara, yaitu offline dan online. Dari segi online
kita punya Facebook, Youtube, Instagram, Twitter, dan sebagainya.”

11. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari sosial media tersebut?
“Kelebihannya adalah saat ini masyarakat lebih memilih media yang
fleksibel. Contohnya masyarakat lebih suka menonton di Youtube daripada di
Televisi. Nah, ini jadi kesempatan kita untuk menggunakan Youtube atau
sosial media lain untuk mem-posting konten-konten yang bagus atau video-
video singkat. Kekurangannya, di sosial media masih banyaknya masyarakat
yang belum interest terhadap postingan kegiatan kemanusiaan. Kalau kita
posting, paling yang nge-like itu-itu aja. Followers kita juga masih dalam
ruang lingkup LAZ Al-Azhar aja.”

12. Apakah LAZ Al-Azhar sering melakukan seminar-seminar?


“Iya, selain melalui online, kita juga ada offline. Seperti yang ada dalam misi
kita bahwa kita membangun kemitraan dengan kalangan A.B.C.G (Academic,
Business, Civil Society, Governement) dalam pelaksanaan program. Nah,
dalam bidang Academic, kita mengadakan kegiatan seminar-seminar yang
dilakukan ke kampus-kampus. Kita sering seminar ke UIN, IPB, dan
sebagainya. Dalam seminar ini, gak cuma mensosialisasikan pengertian zakat
aja, tetapi lebih ke sosialisasi bagaimana membuat masyarakat itu paham
bahwa zakat itu sebenarnya bisa untuk dijadikan sebagai model
pemberdayaan. Dari dana zakat ini, bisa juga menghentaskan kemiskinan.
Saat ini yang masyarakat awam tahu hanyalah pajak. Padahal „kan kalau
pajak itu sasarannya beda, lebih ke insfrastruktur. Selain itu, kita juga ada
Majelis Ta’lim, yakni dengan mengisi acara Tamarasya (Ta’lim manajemen
harta syariah) dan ini lebih unik. Tidak hanya kajian saja, masing-masing
peserta dalam acara ini nanti akan mengetahui kondisi keuangannya mereka,
apakah keuangannya masuk ke kategori hijau, kuning, atau merah. Kalau
masuk ke kategori hijau, berarti harta yang mereka dapatkan itu halal, kalau
kuning, berati hartanya subhat, nah kalau masuk ke kategori merah berarti
hartanya yang didapat selama ini haram. Jadi, kita bisa tahu apakah harta
tersebut layak atau tidak didonasikan. Pengkategorian ini dilakukan dengan
cara peserta ta’lim diberikan form yang namanya tidak perlu ditulis. Selama
ini kan kajian itu hanya sekedar belajar aqidah akhlak, puasa, sholat, hormat
anak kepada orang tua, hormat suami terhadap isteri. Cuma seputar gitu-gitu
aja „kan? Masih jarang kajian-kajian dikalangan masyarakat yang membahas
tentang ekonomi syariah atau harta syariah. Jadi sebelum mereka berdonasi
atau berzakat, kita harus tahu dahulu nih harta mereka didapatkan secara halal
atau tidak.”

13. Selain seminar, kegiatan sosialisasi apa lagi yang dilakukan agar LAZ
Al-Azhar agar lebih dikenal oleh masyarakat? Apakah ada kegiatan
festival
  atau event tertentu?
“Salah satunya kita punya Event Purnakawan Show, yaitu hiburan komedi
yang berisikan dakwah dan edukasi mengenai ZIS. LAZ Al-Azhar merupakan
satu-satunya lembaga yang memiliki Event Purnakawan Show. Pertunjukan
ini dimainkan oleh Direktur Al-Azhar, Amil LAZ Al-Azhar, dan selebritis-
selebritis Indonesia. Event Purnakawan Show pernah dipertunjukkan di mall-
mall, salah satunya Mall Bintaro Exchange, Jakarta Selatan.”

14. Apakah LAZ Al-Azhar menggunakan media massa sebagai alat untuk
publisitas? Jika iya, media massa apa saja yang digunakan? Apa saja
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing media massa yang
digunakan?
“Dulu kita mencetak spanduk di hari biasa paling banyak 300 lembar dan
paling sedikit 150 lembar. Kecuali ada moment Ramadhan bisa sampe 500
lembar, bahkan bisa 1000. Menurut saya, spanduk ini kurang efektif karena
tidak bertahan lama dipajangnya. Misalnya hari ini dipasang, besok sudah
dicopot oleh satpol PP. Padahal harga spanduk itu kira-kira 70 ribu
rupiah/lembar. Solusinya adalah, saat ini kita lagi nurunin jumlah spanduk
menjadi 100 lembar, dan kita lagi gencar-gencarnya memasang iklan bracket
di motor milik kalangan internal. Iklan bracket di motor ini lebih efektif,
karena bisa dilihat oleh masyarakat langsung di jalan raya, apalagi kalau lagi
macet gitu „kan. Selain itu, bracket ini tidak ada yang berani nyopot. Saat ini
iklan di bracket motor udah terpasang sebanyak 10 motor, dan ini lumayan
efektif. Bulan Ramadhan ini akan kita tambah menjadi 20 motor. Biayanya
sekitar 900 ribu rupiah per motor. Selain itu, kita juga membuat majalah,
namanya Warta Al-Azhar. Majalah ini kita cetak setiap 2 bulan sekali,
kemudian dibagikan ke donatur-donatur tetap kita. Ini merupakan bentuk
laporan kita ke donatur, mau donaturnya membaca atau engga, ini udah
menjadi kewajiban kita untuk menyebarkan majalah kita tadi. Isinya bukan
cuma berita aja, tetapi ada laporan-laporan perkembangan program juga di
dalamnya, sehingga mereka tahu dana yang sudah terkumpul ada berapa.”

15. Metode fundraising apa yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar?


“Di divisi kita, funding public ini ada 3 tim, yaitu funding public internal,
external, dan satisfaction unit. Funding public internal ini ngurusin
masyarakat di ruang lingkup YPI Al-Azhar, seperti guru-guru, siswa, dosen,
mahasiswa, staff-staff, wali murid, dan sebagainya. Itu tugas funding public
internal gimana caranya agar mereka mau menjadi donatur dan muzakki.
Contoh direct fundraising-nya begini, misalnya kamu ingin membeli tanah
kavling untuk pemakaman di Al-Azhar Memorial Garden, nah disitu sudah
ada sekalian penjabaran zakat dan infaqnya, misalnya 10% atau 5% gitu. Jadi
kamu tidak hanya membeli tanah kavling, tetapi juga ada nilai infaq-nya.
Contoh lain di UAI, nilai infaq mahasiswa udah ditaruh di slip pembayaran
semesteran, jadi sekalian bayar semesteran dan infaq. Yang kedua, ada
funding public external, nah ini yang ngurusin masyarakat di luar Al-Azhar
secara keseluruhan, misalnya masjid-masjid di perkantoran, masjid-masjid
reguler, mall-mall. Inilah tugas PR untuk mendatangi HRD di gedung-gedung
tersebut untuk melobi dan silaturahim. Nah itu juga merupakan cara edukasi
kita
  juga. Misalnya dengan meminta izin ke HRD untuk mengadakan kajian
di mall mereka atau kantor mereka. Yang ketiga, ada satisfaction unit, yaitu
yang bertugas untuk memberi kepuasan terhadap donatur dan muzakki. Jadi,
ketika donatur dan muzakki tersebut sudah berzakat di lembaga kita, nah
tugasnya satisfaction unit adalah mem-follow up. Misalnya dengan
menelepon untuk sekedar mengucapkan terima kasih telah berdonasi di LAZ
Al-Azhar, kemudian juga mendoakan. Majalah Warta Al-Azhar itu juga
merupakan salah satu bagian dari satisfaction unit. Selain majalah, kita juga
mengirimkan surat ke para donatur kita, surat tersebut berisikan ucapan
terima kasih. Dengan hal semacam ini akan membuat donatur merasa senang
dan merasa dihargai, sehingga mereka tetap bertahan dan akan terus
berdonasi di LAZ Al-Azhar. Kontak donatur tersebut kita dapatkan dari
database yang merupakan tugas funding internal dan funding external.
Database ini merupakan data-data pribadi dari para donatur LAZ Al-Azhar,
seperti nama, nomor telepon, email, dan sebagainya.”

16. Selain fundraising, juga terdapat lobbying dalam public relations,


bagaimana cara PR dalam melobi masyarakat eksternal maupun
internal?
“Kalau di masyarakat eksternal, caranya ialah PR datang langsung ke HRD.
Misalnya PR datang ke HRD suatu Mall untuk melobi. Lobinya dilakukan
dengan menyerahkan surat atau proposal di sela-sela silaturahim itu. Selain
itu, kita juga menjelaskan langsung mengenai lembaga kita. Biasanya kita
rayu dengan ditinggi-tinggiin dahulu mallnya atau kantornya, seperti “kalau
kita melihat data, PT bapak merupakan PT unggulan dan PT terbaik loh pak.
Kemudian rata-rata karyawan bapak rata-rata menunaikan sholat di Masjid
Agung Al-Azhar. Nah kami mendapat rekomendasi untuk bisa masuk ke
perusahaan bapak.” Dalam hal melobi ini, kita tidak bisa langsung nembak
begini “Pak, karyawan bapak harus berzakat dan donasi di LAZ Al-Azhar
ya.” Kan nggak begitu, dan kalau kita ngomongnya begitu ya pasti mereka
nolak mentah-mentah. Setelah mereka tertarik, mulailah kita menjelaskan
bahwa kita merupakan lembaga non-profit dan Dewan Pertimbangan Syariah
(DPS) kita tidak memperbolehkan sewa menyewa. Kemudian solusinya
adalah Barter, jadinya nggak bayar. Barternya seperti barter event, barter
ta‟jil, dan barter lainnya yang dapat didiskusikan dulu dengan Mallnya.
Contohnya Mall A yang menginginkan barter memberikan ta‟jil selama 23
hari di bulan Ramadhan, hingga Mall B yang menginginkan barter
diadakannya event Punakawan Show.”

17. Selain metode membayar zakat langsung, apakah ada metode lain?
“Kita baru bekerja sama dengan Tokopedia dan eBaba. Kita udah pernah
kirim proposal ke Bukalapak, Shoppe, dan sebagainya tetapi belum ada
respon. Saya salut dengan Tokopedia, padahal Tokopedia itu pemiliknya
adalah orang Nasrani. Tetapi mereka merangkul semua lembaga-lembaga
zakat dan biayanya gratis. Ada kesepakatan juga, yaitu data donatur harus ke-
input di kita juga, karena kita juga harus tahu dan kita juga yang mem-follow
up. Dan Alhamdulillah sekarang banyak masyarakat yang berdonasi lewat
Tokopedia. Artinya masyarakat sekarang ini sudah lebih memilih kemudahan
transaksi
  lewat digital daripada tunai.”

Jakarta, 14 Mei 2018

Peneliti, Narasumber,

(Rahayu A. Delima) (Dikalustian Rizkiputra)


Lampiran 4

 
 
Lampiran 5

Data Donatur Januari 2018

 
 
 
 
 
 
Data Donatur Februari 2018

 
 
 
 
 
Data Donatur Maret 2018

 
 
 
 
 
 
Lampiran 6

Dokumentasi Kegiatan Wawancara di LAZ Al-Azhar:

A. Foto Bersama Ketua Divisi Fundraising, Communication, dan Partnership

LAZ
  Al-Azhar (Anggriansyah Munggaran) pada 14 Mei 2018

B. Foto Bersama Public Relations LAZ Al-Azhar (Sinta Avia) pada 14 Mei 2018
C. Foto Bersama Manager Funding Public LAZ Al-Azhar (Dikalustian

Rizkiputra) pada 14 Mei 2018

 
Lampiran 7

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lampiran 8

Peraturan BAZNAS No.1 Tahun 2016

 
 
 
Lampiran 8

  UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu;
b. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban
bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat
Islam;
c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang
bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat;
d. bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan
hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga
sesuai dengan syariat Islam;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai
dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu diganti;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang
tentang Pengelolaan Zakat;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

Dengan . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-2-

  Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN


ZAKAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat Islam.
3. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk
kemaslahatan umum.
4. Sedekah adalah harta atau nonharta yang
dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di
luar zakat untuk kemaslahatan umum.
5. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha
yang berkewajiban menunaikan zakat.

6. Mustahik . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-3-

  6. Mustahik adalah orang yang berhak menerima


zakat.
7. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya
disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional.
8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat
LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat
yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
9. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat
UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.
10. Setiap orang adalah orang perseorangan atau
badan hukum.
11. Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang
dapat dimanfaatkan untuk biaya operasional
dalam pengelolaan zakat sesuai syariat Islam.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agama.

Pasal 2

Pengelolaan zakat berasaskan:


a. syariat Islam;
b. amanah;
c. kemanfaatan;
d. keadilan;
e. kepastian hukum;
f. terintegrasi; dan
g. akuntabilitas.

Pasal 3 . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-4-

  Pasal 3

Pengelolaan zakat bertujuan:


a. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat; dan
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan.

Pasal 4

(1) Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.


(2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b. uang dan surat berharga lainnya;
c. perniagaan;
d. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
e. peternakan dan perikanan
f. pertambangan;
g. perindustrian;
h. pendapatan dan jasa; dan
i. rikaz.
(3) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan harta yang dimiliki oleh muzaki
perseorangan atau badan usaha.
(4) Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan
zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat
Islam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata
cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
dengan Peraturan Menteri.

BAB II . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-5-

  BAB II
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5

(1) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat,


Pemerintah membentuk BAZNAS.
(2) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan di ibu kota negara.
(3) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri.

Pasal 6

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang


melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

Pasal 7

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS
menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat;
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat; dan

d. pelaporan . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-6-

  d. pelaporan dan pertanggungjawaban


pelaksanaan pengelolaan zakat.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
BAZNAS dapat bekerja sama dengan pihak terkait
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya
secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri
dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.

Bagian Kedua
Keanggotaan

Pasal 8

(1) BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang anggota.


(2) Keanggotaan BAZNAS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas 8 (delapan) orang dari
unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur
pemerintah.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas unsur ulama, tenaga
profesional, dan tokoh masyarakat Islam.
(4) Unsur pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditunjuk dari kementerian/instansi yang
berkaitan dengan pengelolaan zakat.
(5) BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
wakil ketua.

Pasal 9 . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-7-

  Pasal 9

Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima)


tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.

Pasal 10

(1) Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh


Presiden atas usul Menteri.
(2) Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat
oleh Presiden atas usul Menteri setelah mendapat
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
(3) Ketua dan wakil ketua BAZNAS dipilih oleh
anggota.

Pasal 11

Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota


BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
paling sedikit harus:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. bertakwa kepada Allah SWT;
d. berakhlak mulia;
e. berusia minimal 40 (empat puluh) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. tidak menjadi anggota partai politik;
h. memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat;
dan
i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Pasal 12 . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-8-

  Pasal 12

Anggota BAZNAS diberhentikan apabila:


a. meninggal dunia;
b. habis masa jabatan;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga)
bulan secara terus menerus; atau
e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai, tata cara


pengangkatan dan pemberhentian anggota BAZNAS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibantu


oleh sekretariat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan
tata kerja sekretariat BAZNAS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Bagian Ketiga
BAZNAS Provinsi
dan BAZNAS Kabupaten/Kota

Pasal 15
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat
pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota.
(2) BAZNAS . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
-9-

  (2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul


gubernur setelah mendapat pertimbangan
BAZNAS.
(3) BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk atas usul
bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan
BAZNAS.
(4) Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak
mengusulkan pembentukan BAZNAS provinsi
atau BAZNAS kabupaten/kota, Menteri atau
pejabat yang ditunjuk dapat membentuk BAZNAS
provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota setelah
mendapat pertimbangan BAZNAS.
(5) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di
provinsi atau kabupaten/kota masing-masing.

Pasal 16

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,


BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS
kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada
instansi pemerintah, badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, perusahaan swasta,
dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
serta dapat membentuk UPZ pada tingkat
kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan
tempat lainnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan
tata kerja BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Bagian Keempat . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 10 -

  Bagian Keempat
Lembaga Amil Zakat

Pasal 17

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan


pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.

Pasal 18

(1) Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri


atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diberikan apabila memenuhi persyaratan paling
sedikit:
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan
Islam yang mengelola bidang pendidikan,
dakwah, dan sosial;
b. berbentuk lembaga berbadan hukum;
c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
d. memiliki pengawas syariat;
e. memiliki kemampuan teknis, administratif,
dan keuangan untuk melaksanakan
kegiatannya;
f. bersifat nirlaba;
g. memiliki program untuk mendayagunakan
zakat bagi kesejahteraan umat; dan
h. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara
berkala.

Pasal 19 . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 11 -

  Pasal 19

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan,


pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah
diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

Pasal 20

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan


organisasi, mekanisme perizinan, pembentukan
perwakilan, pelaporan, dan pertanggungjawaban LAZ
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB III
PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN,
PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu
Pengumpulan

Pasal 21

(1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki


melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban
zakatnya.
(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri
kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta
bantuan BAZNAS.

Pasal 22

Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS


atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Pasal 23 . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 12 -

  Pasal 23

(1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti


setoran zakat kepada setiap muzaki.
(2) Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak.

Pasal 24

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh


BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS
kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Pendistribusian

Pasal 25

Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai


dengan syariat Islam.

Pasal 26

Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25, dilakukan berdasarkan skala prioritas
dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan,
dan kewilayahan.

Bagian Ketiga
Pendayagunaan

Pasal 27
(1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha
produktif dalam rangka penanganan fakir miskin
dan peningkatan kualitas umat.

(2) Pendayagunaan . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 13 -

  (2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
apabila kebutuhan dasar mustahik telah
terpenuhi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan
zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Bagian Keempat
Pengelolaan Infak, Sedekah,
dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya

Pasal 28
(1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga
dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya.
(2) Pendistribusian dan pendayagunaan infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai
dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh
pemberi.
(3) Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya harus dicatat dalam
pembukuan tersendiri.

Bagian Kelima
Pelaporan

Pasal 29
(1) BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan
laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah
secara berkala.
(2) BAZNAS . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 14 -

  (2) BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan


pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
(3) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan
pemerintah daerah secara berkala.
(4) BAZNASwajib menyampaikan laporan
pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
Menteri secara berkala.
(5) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan
melalui media cetak atau media elektronik.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan
BAZNAS kabupaten/kota, BAZNAS provinsi, LAZ,
dan BAZNAS diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV
PEMBIAYAAN

Pasal 30

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai


dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Hak Amil.

Pasal 31

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS provinsi


dan BAZNAS kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dibiayai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
Hak Amil.
(2) Selain . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 15 -

(2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupaten/kota dapat dibiayai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 32
LAZ dapat menggunakan Hak Amil untuk membiayai
kegiatan operasional.

Pasal 33

(1) Pembiayaan BAZNAS dan penggunaan Hak Amil


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31
ayat (1), dan Pasal 32 diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dan pembiayaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 dan Pasal 31 dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 34

(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan


pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi,
BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ.
(2) Gubernur dan bupati/walikota melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS
provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ
sesuai dengan kewenangannya.

(3) Pembinaan . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 16 -

  (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) meliputi fasilitasi, sosialisasi, dan
edukasi.

BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 35

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam


pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS
dan LAZ.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam rangka:
a. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menunaikan zakat melalui BAZNAS dan LAZ;
dan
b. memberikan saran untuk peningkatan kinerja
BAZNAS dan LAZ.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk:
a. akses terhadap informasi tentang pengelolaan
zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ;
dan
b. penyampaian informasi apabila terjadi
penyimpangan dalam pengelolaan zakat yang
dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.

BAB VII . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 17 -

  BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 36

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 23 ayat (1), Pasal
28 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 29 ayat (3)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan;
dan/atau
c. pencabutan izin.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VIII
LARANGAN

Pasal 37

Setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki,


menjaminkan, menghibahkan, menjual, dan/atau
mengalihkan zakat, infak, sedekah, dan/atau dana
sosial keagamaan lainnya yang ada dalam
pengelolaannya.

Pasal 38

Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak


selaku amil zakat melakukan pengumpulan,
pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa
izin pejabat yang berwenang.

BAB IX . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 18 -

  BAB IX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 39

Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum


tidak melakukan pendistribusian zakat sesuai dengan
ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

Pasal 40

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan


hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

Pasal 41

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan


hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

Pasal 42

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 39 dan Pasal 40 merupakan kejahatan.

(2) Tindak . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 19 -

  (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 41 merupakan pelanggaran.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43

(1) Badan Amil Zakat Nasional yang telah ada sebelum


Undang-Undang ini berlaku tetap menjalankan
tugas dan fungsi sebagai BAZNAS berdasarkan
Undang-Undang ini sampai terbentuknya BAZNAS
yang baru sesuai dengan Undang-Undang ini.
(2) Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Badan Amil
Zakat Daerah kabupaten/kota yang telah ada
sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap
menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS
provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota sampai
terbentuknya kepengurusan baru berdasarkan
Undang-Undang ini.
(3) LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum
Undang-Undang ini berlaku dinyatakan sebagai LAZ
berdasarkan Undang-Undang ini.
(4) LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
menyesuaikan diri paling lambat 5 (lima) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

BAB XI . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 20 -

  BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 44

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua


Peraturan Perundang-undangan tentang Pengelolaan
Zakat dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3885) dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 45

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,


Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini


harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung
sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 47

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar . . .

www.djpp.kemenkumham.go.id
- 21 -

  Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 115

www.djpp.kemenkumham.go.id
Lampiran 10
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT

 
I. UMUM

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk


memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Penunaian zakat
merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai
dengan syariat Islam. Zakat merupakan pranata keagamaan yang
bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan
masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna,
zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat
Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi, dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Selama ini pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dinilai sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu diganti. Pengelolaan zakat yang diatur
dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan perencanaan,
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu
kota negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota.
BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

Untuk .
..

www.djpp.kemenkumham.go.id
-2-

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,


pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk
Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri
atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara
berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan.
 
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat
Islam. Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Zakat
dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan
fakir miskin dan peningkatan kualitas umat apabila kebutuhan dasar
mustahik telah terpenuhi.
Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima
infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan
pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan
peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan
dalam pembukuan tersendiri.
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS
provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 2
Huruf
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas “amanah” adalah pengelola zakat
harus dapat dipercaya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas “kemanfaatan” adalah pengelolaan
zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi mustahik.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas “keadilan” adalah pengelolaan
zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara adil.
Huruf e
Yang dimaksud dengan asas “kepastian hukum” adalah dalam
pengelolaan zakat terdapat jaminan kepastian hukum bagi
mustahik dan muzaki.
-3-
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas “terintegrasi” adalah pengelolaan
zakat dilaksanakan secara hierarkis dalam upaya meningkatkan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas “akuntabilitas” adalah pengelolaan
zakat dapat dipertanggungjawabkan dan diakses oleh
  masyarakat.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “rikaz” adalah harta temuan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “badan usaha” adalah badan usaha
yang dimiliki umat Islam yang meliputi badan usaha yang tidak
berbadan hukum seperti firma dan yang berbadan hukum
seperti perseroan terbatas.

Pasal 7
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pihak terkait” antara lain kementerian,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau lembaga luar negeri.
Pasal 15
Ayat (1)
Di Provinsi Aceh, penyebutan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupaten/kota dapat menggunakan istilah baitul mal.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud “tempat lainnya” antara lain masjid dan majelis
taklim.

Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “usaha produktif” adalah usaha yang
mampu meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan
kesejahteraan masyarakat.
Yang dimaksud dengan “peningkatan kualitas umat” adalah
peningkatan sumber daya manusia.
Ayat (2)
Kebutuhan dasar mustahik meliputi kebutuhan pangan,
sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dikalustian Rizkiputra


 

Jabatan : Manager Funding Public LAZ Al-Azhar

Menerangkan bahwa:

Nama : Rahayu A. Delima

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Juli 1995

NIM : 11140510000163

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program : Strata Satu (S1)

Adalah benar telah mengadakan wawancara untuk bahan penelitian skripsi yang
berjudul “Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat Al-Azhar dalam
Meningkatkan Brand Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al-
Azhar Jalan Rumah Sakit Fatmawati No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta)”.

Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi diatas.
Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 14 Mei 2018

Dikalustian Rizkiputra
SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Anggriansyah Munggaran


 

Jabatan : Kepala Divisi Fundraising, Communication, dan

Partnership LAZ Al-Azhar

Menerangkan bahwa:

Nama : Rahayu A. Delima

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Juli 1995

NIM : 11140510000163

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program : Strata Satu (S1)

Adalah benar telah mengadakan wawancara untuk bahan penelitian skripsi yang
berjudul “Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat Al-Azhar dalam
Meningkatkan Brand Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al-
Azhar Jalan Rumah Sakit Fatmawati No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta)”.

Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi diatas.
Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 14 Mei 2018

Anggriansyah Munggaran
SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sinta Avia


 

Jabatan : Public Relations – Islamic Finance Partnership

LAZ Al-Azhar

Menerangkan bahwa:

Nama : Rahayu A. Delima

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Juli 1995

NIM : 11140510000163

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program : Strata Satu (S1)

Adalah benar telah mengadakan wawancara untuk bahan penelitian skripsi yang
berjudul “Strategi Public Relations Lembaga Amil Zakat Al-Azhar dalam
Meningkatkan Brand Awareness (Studi Kasus: Kantor Operasional LAZ Al-
Azhar Jalan Rumah Sakit Fatmawati No. 27, RT.08/RW.06, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta)”.

Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi diatas.
Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 14 Mei 2018

Sinta Avia

Anda mungkin juga menyukai