Anda di halaman 1dari 26

RANCANGAN

RANCANGANPERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL


NOMOR ... TAHUN 2017
TENTANG
PEDOMAN PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan manfaat zakat dalam


mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan
kualitas umat, maka pendistribusian dan
pendayagunaan zakat harus sesuai dengan syariat
Islam, efektif, dan efisien;
b. bahwa untuk pendistribusian dan pendayagunaan
zakat sebagaimana dimaksud huruf a perlu ditetapkan
pedoman pendistribusian dan pendayagunaan zakat
sebagai acuan Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil
Zakat Nasional Provinsi, Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten/kota, Lembaga Amil Zakat berskala
Nasional, Lembaga Amil Zakat berskala Provinsi, dan
Lembaga Amil Zakat berskala Kabupaten/kota;

1
RANCANGAN

c. bahwa untuk maksud sebagaimana huruf a, dan b,


perlu menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat
Nasional tentang Pedoman Pendistribusian dan
Pendayagunaan Zakat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5255);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5508);
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014
tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal
dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat Untuk
Usaha Produktif (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1830).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG


PEDOMAN PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN
ZAKAT

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini, yang dimaksud dengan:
1. Badan Amil Zakat Nasional selanjutnya disebut BAZNAS adalah
lembaga negara yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional

2
RANCANGAN

2. Badan Amil Zakat Nasional provinsi selanjutnya disebut BAZNAS


provinsi adalah lembaga yang melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS
di provinsi.
3. Badan Amil Zakat Nasional kabupaten/kota selanjutnya disebut
BAZNAS kabupaten/kota adalah lembaga yang melaksanakan tugas
dan fungsi BAZNAS di kabupaten/kota.
4. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah lembaga
yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
5. LAZ berskala nasional adalah LAZ yang melaksanakan pengelolaan
zakat dalam lingkup nasional.
6. LAZ berskala provinsi adalah LAZ yang melaksanakan pengelolaan
zakat dalam lingkup wilayah satu provinsi.
7. LAZ berskala kabupaten/kota adalah LAZ yang melaksanakan
pengelolaan zakat dalam lingkup wilayah satu kabupaten/kota.
8. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat Islam.
9. Zakat Mal adalah harta yang dikeluarkan oleh muzaki melalui amil
zakat untuk diserahkan kepada mustahik.
10. Zakat Fitrah adalah zakat jiwa yang diwajibkan atas setiap diri muslim
yang hidup pada bulan Ramadhan.
11. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha
di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
12. Sedekah yang selanjutnya adalah harta maupun non harta yang
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umum.
13. Dana sosial keagamaan lainnya adalah harta maupun non harta yang
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha milik orang
muslim diluar zakat, infak, dan sedekah yang sebesar-besarnya
digunakan untuk kemaslahatan umum.
14. Asnaf adalah orang ataupun kelompok masyarakat atau lembaga yang
memenuhi kriteria dalam menerima zakat.

3
RANCANGAN

15. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.


16. Pendistribusian adalah penyaluran zakat kepada mustahik dalam
bentuk konsumtif.
17. Pendayagunaan adalah bentuk pemanfaatan zakat secara maksimum
tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya dalam bentuk usaha
produktif, sehingga berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan
umum.
18. Pendistribusian danPendayagunaan Zakat adalah Pendistribusian dan
Pendayagunaan Zakat Mal dan Zakat Fitrah.
19. Unit Pengumpulan Zakat yang selanjutnya disingkay UPZ adalah
satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS, BAZNAS Provinsi atau
BAZNAS Kabupaten/Kota untuk membantu mengumpulkan zakat.
20. Tugas Pembantuan Pendistribusian dan Pendayagunaan UPZ adalah
tugas penditribusian dan pendayagunaan yang dilakukan oleh UPZ
sesuai ketentuan Peraturan BAZNAS Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat.
21. Pengelola Zakat yang sebagaimana dimaksudkan adalah BAZNAS,
BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, LAZ berskala Nasional,
LAZ berskala provinsi, dan LAZ berskala kabupaten/kota.
22. Kementerian yang sebagaimana dimaksudkan adalah Kementerian
Agama Republik Indonesia.
23. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan hidup minimum yang meliputi
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
24. Had Al Kifayah adalah suatu batasan kecukupan bagi seseorang
individu atau bagi sebuah keluarga.

BAB II
ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
Asas

4
RANCANGAN

Pasal 2
(1) Dalam melaksanakan pendistribusian dan pendayagunaan zakat
berasaskansyariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.
(2) Syariat Islam sebagaimanadimaksudayat (1) bahwapendistribusian dan
pendayagunaan zakat merupakan pelaksanaan ibadah yang harus
memenuhi syarat dan ketentuan.
(3) Amanah sebagaimana dimaksud ayat (1) bahwa pendistribusian dan
pendayagunaan zakat senantiasa jujur, sesuai peruntukkannya, dan
transparan yang dikedepankan oleh seluruh pengelola zakat.
(4) Kemanfaatan sebagaimana dimaksud ayat (1) bahwa pendistribusian
dan pendayagunaan zakat memiliki kemanfaatan sebesar-besarnya
bagi mustahik dalam hal pemenuhan kebutuhan, jaminan sosial,
peningkatan kesejahteraan, dan tujuan pengentasan kemiskinan.
(5) Keadilan sebagaimana dimaksud ayat (1) bahwa pendistribusian dan
pendayagunaan zakat memiliki kesamaan pada semua pengelola zakat
dalam hal penetapan mustahik, memiliki standar dalam pelayanan
mustahik, dan akses terhadap alokasi zakat.
(6) Kepastian hukum sebagaimana dimaksud ayat (1) bahwa bahwa
pendistribusian dan pendayagunaan zakat diawasi oleh pihak yang
berkewenangan dalam hal ini kementerian.
(7) Terintegrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) bahwa pendistribusian
dan pendayagunaan zakat memiliki standar yang sama dan bersinergi
antar pengelola zakat dan pemangku kepentingan.
(8) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud ayat (1) bahwa pendistribusian
dan pendayagunaan zakat oleh seluruh pengelola zakat wajib
melaksanakan pertanggungjawaban dan pelaporan.

Bagian Kedua
Prinsip

5
RANCANGAN

Pasal 3
(1) Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip keadilan, pemerataan, kewilayahan, dan
imparsial.
(2) Skala prioritas sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah mendahulukan
mustahik yang paling membutuhkan.
(3) Keadilan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah diberikan kepada
semua golongan mustahik secara proporsional jika ada.
(4) Pemerataan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah tidak menumpuk
pada satu golongan mustahik saja.
(5) Kewilayahan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah
diprioritaskanpada wilayah dimana zakat itudikumpulkan dan
mustahik yang sangat membutuhkan.
(6) Imparsial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah memperlakukan
setiap golongan mustahik secara setara, tidak membeda-bedakan asal
usul, ras, suku, kelompok dan pandangan politik.

Bagian Ketiga
Tujuan

Pasal 4
Tujuan pendistribusian dan pendayagunaan zakat adalah untuk:
a. memastikan pendistribusian dan pendayagunaan sesuai syariat Islam
dan peraturan perundang-undangan.
b. mewujudkan kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan,
dan peningkatan kualitas sumber dayaumat.

BAB III
MUSTAHIK

6
RANCANGAN

Pasal 5
Zakat wajib didistribusikan dan didayagunakan sesuai syariat Islam kepada
mustahik meliputi 8 (delapan) asnaf yang terdiri atas orang-orang fakir,
miskin, amilin, muallaf, riqab, gharimin,sabilillah, dan ibnu sabil.
(1) Fakir merupakan orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan dasar.
(2) Miskin merupakan orang yang mempunyai sumber mata pencaharian
tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang
layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
(3) Amilin merupakan pengurus-pengurus zakat yang
diangkatolehpihakberwenang dalam fungsi pengumpulan, fungsi
pemeliharaan, dan fungsi pendistribusian pendayagunaan zakat.
(4) Muallaf merupakan orang-orang yang sedang dikuatkan keyakinannya
karena baru masuk Islam;
(5) Riqab merupakan orang muslim yang termasuk salah satu dari
golongan dibawah ini, yaitu:
a. Korban perdagangan manusia;
b. Pihak yang ditawan oleh musuh Islam; dan
c. Orang-orang yang terjajah dan teraniaya.
(6) Gharimin merupakan orang-orang yang berutang tetapi tidak sanggup
membayar pada saat jatuh tempo pembayaran. Golongan orang yang
berutang dimaksudkan karena:
a. Berutang untuk kemaslahatan diri dengan tidak berlebihan
seperti untuk nafkah, mengobati orang sakit, membangun rumah,
dan lain sebagainya;
b. Berutang untuk kemaslahatan umum seperti mendamaikan dua
orang atau lebih muslim yang sedang berselisih sehingga perlu
adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikannya;
serta
c. Berutang untuk kemaslahatan umum lainnya seperti membangun
sarana ibadah.
(7) Sabilillah merupakan salah satu dari golongan dibawah ini, yaitu:

7
RANCANGAN

a. Orang atau kelompok/lembaga yang sedang berjuang menegakan


kalimatAllah;
b. Orang-orang yang secara ikhlas melaksanakan tuntunan agama
baik tuntunan wajib, sunat, dan berbagai kebajikan lainnya
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT;
c. Orang-orang yang secara ikhlas dan sungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu yang bermanfaat bagi umat;
(8) Ibnu Sabil merupakan para musafir yang kehabisan biaya atau bekal
dalam melakukan perjalanan dalam rangka sesuatu yang baik.

Pasal 6
(1) Zakat yang didistribusikan dan didayagunakan menjadi hak dan milik
mustahik.
(2) Amil wajib melakukan pembinaan terhadap zakat yang didistribusikan
kepada mustahik.

Pasal 7
(1) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat kepada orang-orang fakir
dan orang-orang miskin sebagaimana dimaksud Pasal 5 dilakukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, dan kegiatan usaha
produktif.
(2) Kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud ayat (1) mencakup
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan
serta hal-hal yang melekat pada kebutuhan tersebut.
(3) Usaha produktif sebagaimana dimaksud ayat (1) usaha yang mampu
meningkatkan pendapatan, taraf hidup, kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan kualitas umat, dan pengentasan kemiskinan.
(4) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud
ayat (3) dilakukan dengan tujuan:
a. Memenuhi ketentuan syariah;
b. Apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi;
c. Menghasilkan nilai tambah ekonomi untuk mustahik;

8
RANCANGAN

d. Prioritas wilayah zakat dikumpulkan dan Mustahik yang sangat


membutuhkan; dan
e. Meningkatkan kemampuan mustahik dalam memenuhi
kebutuhan dasar.
(5) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud
ayat (3) dapat dilakukan paling sedikit memenuhi ketentuan:
a. Penerima manfaat merupakan perorangan atau
kelompok/lembaga yang memenuhi kriteria mustahik; dan
b. Mendapat pendampingan dari amil zakat untuk memastikan
efektifitas dan manfaat program.

Pasal 8
(1) Pendistribusian zakat kepada pengurus-pengurus zakat (amilin)
sebagaimana dimaksud Pasal 5 dilakukan untuk keperluan:
a. Gaji;
b. Tunjangan;
c. Pengembangan; dan
d. Operasional.
(2) Pendistribusian zakat kepada pengurus-pengurus zakat (amilin)
sebagaimana dimaksud ayat (1) sebesar-besarnya tidak melebihi 1/8
(satu perdelapan) atau 12,5 % (dua belas koma lima persen) dari
jumlah zakat yang dikumpulkan.

Pasal 9
(1) Pendistribusian zakat kepada muallaf sebagaimana dimaksud Pasal 5
dilakukan dalam rangka penguatan dan pembinaan akidah serta
pemahaman Islam, melindungi kaum muslimin, mendapatkan
dukungan dan pembelaan bagi kaum muslimin, dan lain sebagainya.
(2) Pendistribusian zakat kepada muallaf yang dalam rangka memperkuat
akidah dan pemahaman Islam sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan paling lama 2 (dua) tahun setelah mengucapkan ikrar dua
kalimat syahadat dan/atau setelah mendapatkan pembinaan.

9
RANCANGAN

(3) Pendayagunaan zakat


untukusahaproduktifkepadamuallafdapatdilakukandalamrangkamenin
gkatkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan dalam rangka
memperkuatakidahdanpemahaman Islam sebagaimanadimaksudayat
(2).

Pasal 10
(1) Pendistribusian zakat kepada riqab sebagaimana dimaksud Pasal 5
dilakukan dalam rangka memberikan kebebasan serta menghapuskan
perbudakan dan setiap tindakan yang memperdagangkan manusia.
(2) Pendistribusian kepada riqab sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan dengan cara membayar apa yang dipersyaratkan untuk
kebebasannya, dan membeli untuk dibebaskan.

Pasal 11
(1) Pendistribusian zakat untuk orang-orang yang berhutang (gharimin)
sebagaimana dimaksud Pasal 5 dilakukan dalam rangka membantu
membayar hutang piutangnya.
(2) Hutang piutang sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan
dengan cara menyelesaikan semua atau sebagian yang menjadi
hutangnya.
(3) Berhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada hutang
untuk kebutuhan dasar dan kelangsungan hidup.

Pasal 12
Pendistribusian zakat untuk jalan Allah (sabilillah) sebagaimana dimaksud
Pasal 5 dilakukan untuk keperluan berjuangmenegakankalimat Allah,
kegiatan dakwah,dankegiatan untuk kemaslahatan umum lainnya.

Pasal 13
(1) Pendistribusian zakat kepada ibnu sabil sebagaimana dimaksud Pasal
5 dilakukan dalam rangka mengatasi ketelantaran dan
menyambungkan kembali perjalanannya untuk sesuatu yang baik.

10
RANCANGAN

(2) Ketelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah kehabisan


perbekalan, transportasi, dan akomodasi.
(3) Mengatasi ketelantaran dan menyambungkan kembali perjalanan
sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan cara membantu biaya
kepulangan atau keberangkatan dan memberikan bekal selama dalam
perjalanan.
(4) Perjalanan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah perjalanan yang
diperintahkan agama untuk mencari ilmu, perjalanan diperintahkan
agama untuk mencari rezeki, perjalanan yang diperintahkan agama
untuk berjuang dijalan Allah, dan perjalanan yang diperintahkan
agama untuk menjalankan ibadah yang bernilai pahala tinggi serta
istimewa.

Pasal 14
(1) Setiap pendistribusian dan pendayagunaan zakat wajib dicatatkan
kedalam sistem pencatatan pendistribusian dan pendayagunaan
mustahik oleh pengelola zakat.
(2) Sistem pencatatan pendistribusian dan pendayagunaan mustahik
sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
informasi tentang nama mustahik, nomor identitas, alamat lengkap,
nama kepala keluarga, nama anggota keluarga, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, nomor kontak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rata-
rata perbulan, pengeluaraan rata-rata perbulan, serta kategori asnaf,
bidang program, dan jumlah bantuan yang diterima.
(3) Pengelolaan sistem pencatatan pendistribusian dan pendayagunaan
mustahik sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) dapat dilakukan
secara manual atau digital.

BAB IV
ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH

Pasal 15

11
RANCANGAN

(1) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat berasal dari zakat mal dan
zakat fitrah.
(2) Waktu pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal sebagaimana
dimaksud ayat (1) adalah disegerakan atau tidak melebihi satu (1)
tahundengan saldo maksimal zakat 30% (tiga puluh persen) dari
pengumpulan.
(3) Waktu pendistribusian zakat fitrah sebagaimana dimaksud ayat (1)
paling lambatsampai dengan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri.
(4) Pendistribusian zakat fitrah sebagimana dimaksud ayat (3) Pasal ini
diprioritaskan kepada asnaf fakir miskindandapat
jugakepadaasnaflainnya.

BAB V
PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

Bagian Kesatu
Tata Cara, Pola, dan Wilayah Cakupan
Tata Cara Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat

Pasal 16
(1) Pendistribusian zakat mal dan zakat fitrah diperuntukan kepada
mustahik untuk kebutuhan dasar.
(2) Pendayagunaan zakat mal diperuntukan kepada mustahik untuk
usaha produktif.

Pasal 17
(1) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal kepada mustahik dapat
berbentuk nominal uang, natura, jasa, advokasi, danedukasi.
(2) Pendistribusian zakat fitrah kepada mustahik dan dapat berbentuk
bahan makanan pokok, serta nominal uang yang disetarakan bahan
makanan pokok.

Pasal 18

12
RANCANGAN

(1) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal dan zakat fitrah


sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1) dan (2) diberikan kepada
mustahik.
(2) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal dan zakat fitrah dapat
diterima langsung mustahik atau tidak langsung diterima oleh
mustahik jika dalam keadaan memiliki keterbatasan diri atau uzur.
(3) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal dan zakat fitrah secara
langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah dilaksanakan oleh
amil kepada mustahik.
(4) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal dan zakat fitrah secara
tidak langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah dilaksanakan
oleh amil dengan menyertakan pihak lain yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam dan peraturan perundang-undangan.
(5) Pihak lain sebagaimana dimaksud ayat (4) adalah mitra, pendamping,
dan/atau relawan.
(6) Mitra, pendamping dan/atau relawan yang membantu penyaluran
zakat wajib menjunjung tinggi asas dan prinsip pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.

Bagian Kedua
Pola Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat

Pasal 19
(1) Pola pendistribusian dan pendayagunaan zakat dalam tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan serta peningkatan kualitas umat sebagaimana dimaksud
pasal 4 meliputi program bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan,
kemanusiaan, dakwah dan advokasi, dan pemberdayaan.
(2) Program bidang ekonomi adalah klasifikasi Program Pendistribusian
dan Pendayagunaan Zakat kepada mustahik yang bertujuan untuk
mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
mustahik.

13
RANCANGAN

(3) Program bidang pendidikan adalah klasifikasi Program Pendistribusian


dan Pendayagunaan Zakat kepada mustahik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
(4) Program bidang kesehatan adalah klasifikasi Program Pendistribusian
dan Pendayagunaan Zakat yang meliputi program preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif dan advokatif dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan derajat kesehatan mustahik.
(5) Program bidang kemanusiaan adalah klasifikasi Program
Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat kepada mustahik yang
sifatnya mendesak baik karena kecelakaan, kebencanaan, pendidikan,
kesehatan dan penganiayaan.
(6) Program bidang dakwah dan advokasi adalah klasifikasi Program
Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat dalam bidang dakwah
secara komprehensif dalam rangka mewujudkan kehidupan
masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, keberpihakan kepada
masyarakat lemah, dan meningkatkan harkat dan martabat bangsa
dan umat.

Bagian Ketiga
Wilayah Cakupan Pendistribusian dan Pendayagunaan

Pasal 20
(1) Wilayah pendistribusian dan pendayagunaan zakat mengacu pada
wilayah zakat dikumpulkan dan mustahik yang sangat membutuhkan
diluar wilayah tersebut.
(2) Wilayah cakupan pendistribusian dan pendayagunaan zakat:
a. BAZNAS dan LAZ berskala nasional melingkupi pendistribusian
dan pendayagunaan zakat pada skala nasional.
b. BAZNAS provinsidan LAZ berskala provinsimelingkupi
pendistribusian dan pendayagunaan zakat pada skala provinsi.
c. BAZNAS kabupaten/kota dan LAZ berskala kabupaten/kota
melingkupi pendistribusian dan pendayagunaan zakat pada skala
kabupaten/kota.

14
RANCANGAN

(3) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang wilayahnya berada di


luar Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melalui dan/atau
dikoordinasikan dengan perwakilan pemerintah Indonesia di wilayah
zakat tersebut didistribusikan.
(4) Pendistribusian dan pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud
ayat (3) wajib dipastikan memenuhi asas dan prinsip pengelolaan zakat
serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI
PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT MAL

Bagian Kesatu
Ruang Lingkup

Pasal 21
Pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal dalam peraturan
inimencakup perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan.

Bagian Kedua
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, dan Pelaporan
Perencanaan dalam Pendistribusian Zakat Mal

Pasal 22
(1) Perencanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat dimuat dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT).
(2) Perencanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat mengacu
kepada Indikator Kinerja Kunci (IKK).

Pasal 23
(1) Input perencanaan pendistribusian zakat mal meliputi alokasi
anggaran, asnaf, bidang program, dan jumlah mustahik dengan
memperhatikan peta, database mustahik, target penerima manfaat,
jumlah pendistribusian, dan desain program.

15
RANCANGAN

(2) Peta sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah peta kemiskinan, dan atau
peta kerentanan masyarakat, dan atau permasalahan serta kebutuhan
masyarakat.
(3) Database mustahik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah data dan
informasi dasar mengenai mustahik dengan segala permasalahan
maupun kebutuhannya.
(4) Target penerima manfaat sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah
jumlah rencana mustahik yang akan mendapatkan.
(5) Jumlah pendistribusian sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah jumlah
rencana anggaran pendistribusian.
(6) Desain program sebagaimana dimaksud pasal ayat (1) adalah
rancangan bentuk kegiatan pendistribusian.

Pasal 24
(1) Output perencanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal
adalah Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT).
(2) Outcome perencanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal
adalahpengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan mustahik,
dan peningkatan kualitas umat, kebutuhan dasar, dan penyelesaian
permasalahan mendesak dari mustahik.
(3) Indikator keberhasilan pendistribusian dan pendayagunaan zakat mal
adalah sesuai dengan IKK berdasarkan strategi penanganan yang
cepat, tepat, akurat, dan manfaat.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan

Pasal 25
(1) Pelaksanaan pendistribusian zakat mal meliputi penerimaan usulan
bantuan/program, verifikasi administrasi dan kelayakan mustahik,
persetujuan bantuan, penyaluran bantuan, dan pelaporan.
(2) Program pendayagunaan ditekankan untuk melakukan pendampingan
dan pembinaan terhadap mustahik agar terwujud peningkatan

16
RANCANGAN

kesejahteraan, peningkatan kualitas umat dan pengentasan


kemiskinan.
(3) Layanan pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat
diwujudkan dalam bentuk SOP pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.
(4) Untuk memastikan pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan
zakat melakukan monitoring dan evaluasi.

Bagian Keempat
Pengendalian

Pasal 26
Pengendalian pada pendistribusian zakat mal meliputi kepatuhan
kesesuaian syariah dan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 27
(1) Kepatuhan kesesuaian syariah sebagaimana yang dimaksud Pasal 26
wajib ditaati oleh Pengelola Zakat dalam melaksanakan pendistribusian
dan pendayagunaan zakat sejak perencanaan hingga pelaksanaan.
(2) Pelanggaran terhadap kepatuhan kesesuaian syariah dalam
pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat dikenakan
sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kelima
Pelaporan

Pasal 28
(1) Pengelola zakat wajib membuat laporan pelaksanaan pendistribusian
zakat mal secara berkala dan terjadwal.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu kepada ketentuan
perundang-undangan.

17
RANCANGAN

BAB VII
PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH

Pasal 29
(1) Bentuk pendistribusian zakat fitrah dalam bentuk pangan dan tunai
untuk kebutuhan pangan mustahik.
(2) Waktu pelaksanaan pendistribusian zakat fitrah sejak tanggal 1
Ramadhan sampai dengan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri.
(3) Laporan pendistribusian paling sedikit memuat nama mustahik dan
besar bantuan.

Bagian Kesatu
Ruang Lingkup

Pasal 30
Pendistribusian zakat fitrah dalam peraturan ini melingkupi perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan.

Bagian Kedua
Perencanaan

Pasal 31
(1) Pendistribusian zakat fitrah dapat direncanakan dengan pendekatan
proaktif.
(2) Input perencanaan pendistribusian zakat fitrah meliputi peta dan
database mustahik, serta jumlah pendistribusian zakat fitrah.
(3) Output perencanaan pendistribusian zakat fitrah adalah pada
hakikatnya diterima oleh mustahiksecara cepat, tepat, dan akurat.
(4) Outcome pendistribusian zakat fitrah adalah meringankan
kesusahanmustahik dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan

18
RANCANGAN

Pasal 32
Pelaksanaan pendistribusian zakat fitrah meliputi identifikasi, penilaian,
dan penetapan mustahik, serta pelaksanaan pendistribusianitusendiri.

Bagian Keempat
Pengendalian

Pasal 33
(1) Pengendalian pada pendistribusian zakat fitrah kepada mustahik
meliputi evaluasi atas kinerja pendistribusian.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
kerangka kerja pembahasan mengenai unsur perencanaan, proses
identifikasi, proses pendistribusian, dan antisipasi terhadap hambatan
dan kendala pelaksanaan.

Bagian Kelima
Pelaporan

Pasal 34
(1) Pengelola zakat wajib membuat laporan pelaksanaan pendistribusian
zakat fitrah.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (1) maksimal sebelum
pelaksanaan ibadah shalat Idul Fitri.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (2) sekurang-kurangnya
memuat kerangka kerja mengenai identitas pengelola zakat, jenis dan
bentuk bantuan, jumlah dan identitas mustahik, dan realisasi
penggunaan anggaran.

BAB VIII
PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN INFAK, SEDEKAH, SERTA
DANA SOSIAL KEAGAMAAN LAINNYA

19
RANCANGAN

Bagian Kesatu
Ruang Lingkup, Prinsip, dan Tujuan

Pasal 35
(1) Selain zakat, pengelola zakat dapat mendistribusikan dan
mendayagunakan infak, sedekah, serta dana sosial keagamaan lainnya.
(2) Dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi hibah, wasiat, kafarat, dan dana-dana keagamaan
lainnyayang ada didalam ajaran Islam.

Pasal 36
Prinsip pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, serta dana
sosial keagamaan lainnya dilakukan dengan sifat terikat oleh ikrar pemberi
dan/atau tidak terikat ikrar dari pemberi.

Pasal 37
Tujuan pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, serta dana
sosial keagamaan lainnya diutamakan untuk kegiatan
meningkatkan kesejahteraan umum, memberantas penyakit, pengentasan
kemiskinan dan kebodohan, serta penyiaran agama Islam juga untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Bagian Kedua
Pendistribusian dan Pendayagunaan Infak dan Sedekah

Pasal 38
(1) Pendistribusian dan pendayagunaan infak dan sedekah yang terikat
ikrar dari pemberi sebagaimana dimaksud Pasal 36 dapat dilakukan
selama tidak melanggar ketentuan syariat Islam.
(2) Ketentuan syariat Islam sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi tidak
mengandung unsur riba, maysir, dan gharar.

20
RANCANGAN

(3) Pendistribusian dan pendayagunaan infak dan sedekah yang tidak


terikat ikrar pemberi sebagaimana dimaksudPasal 36 dapat digunakan
sebagai operasional pengelola zakat dalam pendistribusian dan
pendayagunaan zakat mal dan zakat fitrah dengan mempertimbangkan
aspek kewajaran dan aspek kepatutan.
(4) Pendistribusiandanpendayagunaaninfakdansedekahdiprioritaskankepa
da penanganan sabilillah.

Pasal 39
(1) Infak dan sedekah dapat didayagunakan untukkegiatanusaha
produktif.
(2) Tata cara pendayagunaan infakdan sedekah untuk kegiatanusaha
produktif sebagaimana pada pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.

Bagian Ketiga
Dana Sosial Keagamaan Lainnya

Paragraf Kesatu
Hibah

Pasal 40
(1) Hibah yang diterima pengelola zakat dapat berupa dana maupun
natura.
(2) Hibahsebagaimanadimaksud ayat (1) didistribusikankepada penerima
manfaat sesuai dengan ikrar pemberi.
(3) Jikatidakterikatikrardaripemberi, pendistribusian dan pendayagunaan
hibah diprioritaskan kepada penanganan fakir miskin.
(4) Hibah sebagai sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat didayagunakan
untuk kegiatanusaha produktif dengan maksud kemaslahatan umat.

Paragraf Kedua
Wasiat

21
RANCANGAN

Pasal 41
(1) Wasiat yang diterima pengelola zakat dapat berupa dana maupun
natura.
(2) Wasiat sebagaimana dimaksud ayat (1) didistribusikan kepada
penerima manfaat sesuai dengan ikrar pemberi setelah meninggal.
(3) Jika tidak terikat ikrar dari pemberi maka diprioritaskan untuk
penanganan fakir miskin.
(4) Wasiat dapat didayagunakan untuk kegiatanusaha produktif dengan
maksud kemaslahatan umat.

Paragraf Ketiga
Kafarat

Pasal 42
Pengelola zakat menerima kafarat meliputi kafaratsumpah, zihar, dan
jimakdengansengajapadasianghari dibulan Ramadhan.

Pasal 43
(1) Pendistribusian kafarat sumpah sebagaimanadimaksudPasal 50dapat
dilakukan dengan cara memberi makan atau memberi pakaian kepada
10 (sepuluh) orang fakir miskin.
(2) Pendistribusian kafarat ziharsebagaimanadimaksudPasal 48 dapat
dilakukan dengan cara memberi makan kepada 60 (enam puluh) orang
fakir miskin.
(3) Pendistribusian kafarat jimak dengansengajapadasianghari dibulan
RamadhansebagaimanadimaksudPasal 50 dapat dilakukan dengan
cara memberi makan atau pakaian kepada 60 (enam puluh) orang fakir
miskin.
(4) Pengelola zakat wajib memberikan laporan setelah melaksanakan
pendistribusian kafarat.

BAB IX

22
RANCANGAN

LARANGAN DAN SANKSI

BagianKesatu
Zakat

Pasal 44
Pengelola zakat dilarang mendistribusikan dan mendayagunakan zakat
untuk:
a. Kegiatan yang bertentangan dengan syariat islam dan ketentuan
perundang-undangan.
b. Orang-orang bukan mustahik;
c. Kegiatan ekonomi yang mengandung unsur riba, maysir, dan gharar;
d. Kegiatan politik praktis;dan
e. Sponsor kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan asnaf zakat.

Pasal 45
Pengelola zakat yang melanggarPasal 45dikenakan sanksi sebagaimana
dimaksud Pasal 39 Undang Undang.

BagianKedua
Infak, Sedekah, dan Dana SosialKeagamaanLainnya

Pasal 46
Pengelola zakat dilarang mendistribusikan dan mendayagunakan infak,
sedekah, sertadanasosialkeagamaan lainnya untuk:
a. Kegiatan yang bertentangan dengan syariat islam dan ketentuan
perundang-undangan.
b. Kegiatan yang tidaksesuaidenganikrarpemberi;
c. Kegiatanekonomiyang mengandung unsur riba, maysir, dan gharar;dan
d. Kegiatan politik praktis.

Pasal 47

23
RANCANGAN

Pengelola zakat yang melanggar Pasal


47dikenakansanksiadministratifsebagaimanadimaksudPasal 80
PeraturanPemerintah.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 48
(1) Pedoman Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat yang telah dibuat
dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh Badan Amil Zakat Nasional
provinsi sebelum Peraturan Badan ini dinyatakan berlaku dan
memperbolehkan melakukan beberapa penyesuaian kepada Peraturan
Badan ini.
(2) Pedoman Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat yang telah dibuat
dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh Badan Amil Zakat Nasional
kabupaten/kota sebelum Peraturan Badan ini dinyatakan berlaku dan
memperbolehkan melakukan beberapa penyesuaian kepada Peraturan
Badan Amil Zakat Nasional ini.
(3) Pedoman Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat yang telah dibuat
dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh Lembaga Amil Zakat berskala
Nasional sebelum Peraturan Badan ini dinyatakan berlaku dan
memperbolehkan melakukan beberapa penyesuaian kepada Peraturan
Badan ini.
(4) Pedoman Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat yang telah dibuat
dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh Lembaga Amil Zakat berskala
provinsi sebelum Peraturan Badan ini dinyatakan berlaku dan
memperbolehkan melakukan beberapa penyesuaian kepada Peraturan
Badan Amil Zakat Nasional ini.
(5) Pedoman Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat yang telah dibuat
dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh Lembaga Amil Zakat berskala
kabupaten/kota sebelum Peraturan Badan ini dinyatakan berlaku dan

24
RANCANGAN

memperbolehkan melakukan beberapa penyesuaian kepada Peraturan


Badan ini.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49
Peraturan Badan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal ...

KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAMBANG SUDIBYO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

25
RANCANGAN

WIDODO EKATJAHJANA

26

Anda mungkin juga menyukai