Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH


LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN PENGELOLAAN WAKAF
Dosen Pengampu : MUHMMAD SAPWAN, M.E.I

Kelompok 4:

1. NANANG KASIM 4. LALU ABDUL HANAN QUSYAIRI


2. HAIRUL IMAN 5. M. WAHLUL
3. HAMZANWADI 6. SITI NURDIANA

PROGRAM PENDIDIKAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI PANCOR(IAIH)
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allaah Swt. Yang telah memberikan nikmat iman dan islam serta limpahan
rahmat-Nya. Kemudian sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad Saw, beserta para sahabat dan keluarga-Nya.

Alhamdulillah, atas izin Allah Swt. Kami dapat menyelesaikan makalah ini, yaitu tentang
“lembaga amil zakat dan pengelolaan wakaf”.

Selesainya makalah ini tentunya tidak lepas dari penyampaian-penyampaian Bapak. Dosen
mengenai Lembaga Keuangan Syari’ah.

Semoga makalah ini bermanfaat kepada penulis khususnya kepada para pembaca dan pada
umumnya. Aamiin ya rabbal’aalamiin.

Pancor, 7 Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah.................................................................................4


2. Rumusan Masalah..........................................................................................4
3. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Lembaga Amil Zakat......................................................................................5


1. Pengertian Lembaga Amil Zakat..............................................................5
2. Fungsi dan Manfaat Lembaga Amil Zakat...............................................5
3. Operasional Lembaga Amil Zakat...........................................................6
B. Lembaga Pengelolaan Wakaf.........................................................................7
1. Pengertian Badan Wakaf Indonesia.........................................................7
2. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia.......................................7
3. Sistem Organisasi Badan Wakaf Indonesia..............................................8
4. Pengelolaan dan Pengembangan Harta Wakaf.................................9
BAB III PENUTUP

Kesimpulan.....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga yang dibentuk masyarakat yang
memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Dengan adanya lembaga amil zakat sangat membantu masyarakat muslim yang
berkewajiban untuk mengeluarkan zakat sesuai dengan ketentuannya untuk kemudian
zakat yang telah terkumpul dapat di distribusikan kepada penerima zakat.
Wakaf salah satu bagian yang sangat penting dari hukum islam. Dilihat dari segi sosial
dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum berperan dalam menanggulangi
permasalahan umat khususnya masalah sosial dan ekonomi. Maka dari itu tugas BWI
sebagai lembaga wakaf yang dibentuk pemerintah harus mampu mengembangkan wakaf
di indonesia melalui program-program pemberdayaannya maupun dari segi
penghimpunan dana atau tanah wakaf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lembaga amil zakat?
2. Apa itu lembaga pengelolaan wakaf?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apai itu lembaga amil zakat.
2. Untuk mengetahui apa itu lembaga pengelolaan wakaf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Amil Zakat


1. Pengertian Lemabaga Amil Zakat
Pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 adalah
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengorganisasian pengawasan dalam
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Kegiatan-kegiatan tersebut,
salah satunya Lembaga Amil Zakat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-
UndangNomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk
oleh masyarakat oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi dengan Badan
Amil Zakat, yang notabene dibentuk atas prakarsa pemerintah. Secara yuridis,
definisi LAZ dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Lembaga amil zakat dipandang
sebagai institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa
masyarakat dan oleh masyarakat.
2. Fungsi dan Manfaat Lembaga Amil Zakat
a. Fungsi LAZ
Setelah diterapkan peraturan mengenai pengelolaan zakat yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat
menyebutkan bahwa lembaga Amil Zakat berfungsi sebagai perencana zakat,
pelaksanaan zakat, pengumpulan zakat, pendistribusian zakat, serta
pendayagunaan zakat. Adanya Lembaga Amil Zakat sangat membantu masyarakat
muslim yang berkewajiban untuk mengeluarkan zakat sesuai dengan ketentuannya
untuk kemudian zakat yang telah terkumpul dapat didistribusikan kepada
penerima zakat.
Sebagai lembaga infrastruktur, LAZ juga memiliki fungsi pemberdayaan
masyarakat lemah. Menurut Fakhrudin, keberadaan LAZ harus mampu
mewujudkan tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat, seperti
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian zakat, meningkatkan fungsi
pranata keagamaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial, serta meningkatkan hasil guna dan saya zakat.
Secara yuridis, fungsi LAZ diatur dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yaitu menjalankan aktivitas
pengumpulan, pendistribusian, dan pengoorganisasian. Dapat disimpulkan bahwa
fungsi dari Lembaga Amil Zakat adalah sebagai berikut:
1. Mencatat masyarakat yang wajib mengeluarkan zakat (muzakki)
2. Mencatat masyarakat yang bisa menerima hasil himpunan zakat (mustahiq)
3. Menerima dan menghimpun zakat dari badan atau perorangan
4. Mendata zakat yang keluar dan masuk
5. Membagikan zakat yang telah terkumpul kepada para mustahiq
b. Manfaat Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Berdirinya LAZ tentu sangat membawa manfaat besar untuk masyarakat
dalam pengelolaan zakat agar terstruktur dan pemanfaatannya tepat sasaran.
Bebarapa manfaat dari LAZ itu sendiri, diantaranya yaitu:
1. Sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW
2. Sesuai dengan syariat islam
3. Zakat tepat sasaran
4. Berdampak pada jangka pendek dan jangka panjang
5. Memuliakan mustahiq atau penerima manfaat
6. Lebih mudah dan simple melalui lembaga
7. Adanya kebermaknaan yang lebih bagi muzakki
3. Operasional LAZ
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan institusi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan di kelola oleh masyarakat sendiri.
Pemerintah berfungsi sebagai regulator dan koordinator. Maka dari itu pemerintah
berperan sebagai pembina, pengawas dan pelindung LAZ. Lembaga Amil Zakat
terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Lembaga Amil Zakat Tingkat Pusat
Lembaga amil zakat ini dibentuk oleh Lembaga dakwah atau organisasi
masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan
umat yang telah memiliki jaringan di sepertiga jumlah provinsi di Indonesia.
b. Lembaga Amil Zakat Tingkat Provinsi
Lembaga tingkat provinsi dibentuk oleh organisasi Islam atau Lembaga
dakwa yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan dan kemaslahatan umat yang
telah memiliki jaringan disepertiga jumlah kabupaten di provinsi yang
bersangkutan.
B. Lembaga Pengelolaan Wakaf
1. Pengertian Badan Wakaf Indonesia
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang
digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran
BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan
mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama, Keanggotaan BWI
diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden
(Kepres) No. 75/M tahun 2007. Jadi BWI adalah lembaga independen untuk
mengembangkan perrwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya
bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggungjawab kepada
masyarakat.
BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat
membentuk perwakilan di Provinsi dan kabupaten sesuai dengan kebutuhan. Dalam
kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-
masing dipimpin oleh satu orang dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan
oleh para anggota. Badn pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan
Dewan Pertimbangan adalah unsur pengawas pelaksanaan tugas BWI.
2. Tugas dan Wewenang BWI
Sementara itu, sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan, BWI
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf
b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional
dan internasional
c. Memberikan persetujuan dan izin atas perubahan peruntukan dan status harta
benda wakaf
d. Memberhentikan dan mengganti nazhir
e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.
Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan
tugasnya BWI dapat bekerjasama dengan instansi pemerintahan baik pusat
maupun daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan pihak
lain yang dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu BWI
memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan Majlis Ulama Indonesia,
seperti tercermin dalam pasal 50. Terkait dengan tugas dalam membina nazhir,
BWI melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam PP
No.4/2006 pasal 53, meliputi:
a. Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional Nazhir wakaf baik
perseorangan, organisasi dan badan hukum.
b. Penyusunan regulsi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengoordinasian,
pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda wakaf
c. Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf
d. Penyiapan dan pengadaan blanko-blanko AIW, baik wakaf benda tidak bergerak
atau benda bergerak
e. Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan
pengembangan wakaf kepada Nazhir sesuai dengan lingkupnya
f. Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri dalam
pembinaan dan pengembangan dan pemberdayaan wakaf.
3. Sistem Organisasi BWI
Organisasi BWI Badan Wakaf Indonesia terdiri atas dua unsur yakni Badan
Pelaksana dan Dewan Pertimbangan. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksanaan
tugas Badan Wakaf Indonesia, sedangkan dewan pertimbangan merupakan unsur
pengawas pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia. Ketentuan yang mengatur
memberikan peluang kepada anggota Badan Wakaf Indonesia untuk berjihad dalam
mengatur diri mereka sendiri dikarenakan badan pelaksanaan dan dewan
pertimbangan Badan Wakaf Indonesia masing-masing dipimpin oleh satu orang ketua
dan dua orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota sedangkan susunan
keanggotaannya ditetapkan oleh para anggota.
Sesuai dengan aturan Undang-Undang tentang batasan minimum dan batasan
maksimum keanggotaan Badan Wakaf Indonesia menyatakan bahwasanya jumlah
minimum anggota untuk Badan Wakaf Indonesia yakni 20 orang, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 30 orang yang berasal dari unsur masyarakat.
Badan wakaf indonesia memiliki kewenangan untuk menetukan persyaratan-
persyaratan yang dianggap perlu selaindari persyaratan pokok. Adapun syarat-syarat
pokok bagi calon anggota Badan Wakaf Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
yakni:
a. Warga Negara Indonesia
b. Beragama Islam
c. Dewasa
d. Amanah
e. Mampu secara jasmani dan rohani
f. Tidak terhalang melakukakan perbuatan hukum
g. Memiliki pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman di bidang perwakafan atau
ekonomi, khususnya di bidang ekonomisyari’ah
h. Mempunyai komitmet yang tinggi untuk mengembangkan perwakafan nasional.
4. Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf
Dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf nazhir wajib mengelola
dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
peruntukannya serta melaksanakannya sesuai dengan prinsip syariah dan dilakukan
secara produktif. Dalam pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin yaitu
dari lembaga penjamin syariah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga Amil zakat adalah merupakan institusi pengelola zakat yang di bentuk
oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi dengan amil zakat yang notabene di
bentuk atas praksrsa pemerintah.
Badan Wakaf Indonesia adalah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47 yaitu
untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelolaan Zakat. Direktorat


Pemberdayaan Zakat. 2012

Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia.
(Jakarta: Kencana, 2006)

Halim, Abdul. 2005, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press

Depag. 2006, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan


Masyarakat Islam.

Anda mungkin juga menyukai