Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

“ Model Pengelolaan Zakat, Wakaf Yang diimplementasikan Pada

Lembaga Zakat dan Wakaf”

Dosen Pengampu :

Laila Yumna, S.E, MA

Disusun Oleh:

Kelompok 10

1. Rizki Anggi Maulana

(20200510500044)

2. Rully Firmansyah

(20200510500053)

3. Juliansyah (20200510500054)

4. Lola Anggraini

(20200510500009)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT

DAN WAKAF

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2023M/1444H
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ “ Model Pengelolaan

Zakat, Wakaf Yang diimplementasikan Pada Lembaga Zakat dan Wakaf”

Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terimakasih

kepada Ibu Laila Yumna, S.E,MA selaku dosen yang telah memberikan

bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu

pengetahuan, pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan saran maupun kritik membangun yang bertujuan agar hasil

makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua khalayak.

Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat

bagi pembaca. Semoga Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah

serta taufik-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Cireunde, 19 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Pengertian Baznas dan Laznas..............................................................................3

B. Peran Baznas dan Laznas......................................................................................5

C. Fungsi Baznas dan Laznas Menurut UU No.23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat.................................................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat dua kelembagaan pengelola zakat yang

diakui pemerintah, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan

Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dimana keduanya mendapat

payung hokum dari pemerintah. Keberadaan BAZNAS dan LAZNAS

merupakan salah satu upaya untuk menggali dan mengembangkan

potensi zakat di Indonesia. Dalam UU No. 23 Tahun 2011 juga

dijelaskan bahwa Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan

Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) merupakan wadah resmi

yang terstruktur untuk mendayagunakan zakat di seluruh Indonesia.

Dalam konteks pengelolaan zakat, salah satu hal yang perlu

dijaga adalah kredibilitas dan akuntabilitas institusi pengelola zakat.

Agar tidak muncul ketidak percayaan masyarakat akibat kesalahan

dalam pengelolaan zakat dimana hal tersebut berpotensi menciptakan

dampak negatif yang berimbas pada penurunan reputasi BAZNAS dan

LAZNAS.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Baznas dan Laznas?

2. Apa saja peran Baznas dan Laznas?


3. Bagaimana Fungsi Baznas dan Laznas Menurut UU No.23 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat?

C. Tujuan

1. Mengetahui Tentang Baznas dan Laznas

2. Mengetahui Peran Baznas dan Laznas

3. Mengetahui Fungsi Baznas dan Laznas Menurut UU No.23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baznas dan Laznas

1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Badan amil zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk

oleh pemerintah, yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah

dengan tugas Menghimpun, mendistribusikan, dan pendayagunaan

zakat sesuai dengan ketentuan agama. 1 Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) merupakan sebagai salah satu lembaga pemerintah non

struktural yang bertugas menerima, mengelola, dan mendistribusikan

zakat serta bertanggung jawab kepada pemerintah secara langsung

sesuai dengan tingkatnya.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah organisasi yang

dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan

menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.

BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal

pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan

akuntabilitas (baznas.go.id). BAZNAS merupakan organisasi

nonlaba yang kegiatan operasinya tidak berorientasi pada laba, karena

1
Andri Soemitra. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. (Kencana Prenada Media Group, 2009).
h. 415

3
organisasi seperti ini lebih mengarah pada kegiatan sosial

keagamaan.

2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Menurut Sudirman, Lembaga Amil Zakat merupakan institusi

pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak

memiliki afiliasi dengan Badan Amil Zakat, yang notabene dibentuk

atas prakarsa pemerintah.2 Hampir sama dengan dengan definisi di

atas, Noor Aflah menyatakan bahwa LAZ ialah organisasi yang

berbentuk badan hukum yang bertugas melakukan penerimaan,

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.3 Sedangkan

secara yuridis, definisi LAZ dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 7

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat mendefinisikan Lembaga amil zakat sebagai institusi

pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat

dan oleh masyarakat.4 Pasca perubahan Undang-Undang pengelolaan

zakat, definisi LAZ disebutkan secara eksplisit dan rinci dalam Pasal 1

poin 8 UndangUndang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat yang menyatakan bahwa Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya

disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang

memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat. Berdasarkan definisi ini, apabila dilihat dari

2
Sudirman. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN-Malang Press). h.99
3
Noor Aflah. Arsitektur Zakat Indonesia Dilengkapi Kode Etik Amil Zakat Indonesia (Jakarta: UI-
Press, 2009). h.11
4
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 164 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3885

4
organ yang membentuknya, LAZ merupakan institusi yang bersifat

infrastruktur, karena ia terbentuk atas prakarsa dari masyarakat.5

Hanya Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan oleh

pemerintah saja yang diakui bukti setoran zakatnya sebagai

pengurang penghasilan kenapajak dari muzakki yang membayar

dananya. Bentuk badan hukum untuk Lembaga Amil Zakat, yaitu

yayasan, karena Lembaga Amil Zakat termasuk organisasi nirlaba,

dan badan hukum yayasan dalam melakukan kegiatannya tidak

berorientasi untuk memupuk laba.

B. Peran Baznas dan Laznas

1. Badan Amil Zakat (BAZ)

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa pengelolaan

zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian

dalam menghimpun, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Kegiatan pengelolaan zakat dalam Undang-Undang tersebut dikelola

oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sesuai dengan

jenjangnya, mulai dari tingkat pusat sampai daerah yaitu provinsi

maupun kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga yang

berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

Tujuan pertama pengelolaan zakat menjadi dasar dalam melakukan

menghimpun dan pendistribusian zakat. Sehingga strategi pencapaian

5
Fathony, A. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Lembaga Amil Zakat dalam Menjalankan
Fungsi Sosial. Hakam, 2(1), h.7

5
target menghimpun dan pendistribusian zakat secara nasional perlu

dilakukan secara simultan, terintegrasi, efektifit dan efisien. Untuk itu,

ada 6 (enam) aspek yang perlu dilakukan agar mampu mewujudkan

kebangkitan zakat nasional.

Pertama, aspek legalitas. Aspek legalitas mencakup sudah terbitnya

Surat Keputusan pembentukan lembaga dan Surat Keputusan unsur

pimpinan BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota.

Sedangkan untuk seluruh organisasi penge-lola zakat mendapatkan

izin dari Pemerintah melalui Kementerian Agama.

Kedua, aspek akuntabilitas dan kesesuaian syariah. Untuk

BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota aspek

ini mencakup laporan dan pertang-gungjawaban secara berkala,

pengesahan RKAT setiap tahun, audit atas laporan keuangan oleh

Kantor Akuntan Publik (KAP) dan audit syariah. Sedangkan untuk

LAZ mencakup laporan dan pertanggungjawaban secara berkala, audit

atas laporan keuangan oleh KAP dan audit syariah. Untuk memberikan

jaminan agar pengelolaan zakat nasional dapat berjalan sesuai dengan

syariah Islam dan peraturan per-undang-undangan yang berlaku, maka

diperlukan pembinaan dan pengawasan yang berkesinambungan baik

terhadap keuangan, program dan kesesuaian terhadap syariah.

Ketiga, aspek IT dan sistem. BAZNAS Provinsi, BAZNAS

Kabupaten/Kota mene-rapkan SiMBA dengan baik. Dan LAZ

terintegrasi baik dengan SiMBA. Sehingga laporan kepada Presiden

6
dan pemangku kepentingan perzakatan nasional dapat disampaikan

secara berkala dan tepat waktu. Kehadiran SiMBA dirancang untuk

keperluan pembuatan laporan, penyimpanan data dan informasi yang

dimiliki oleh BAZNAS sebagai lembaga yang diamanati menjadi

koordinator pengelolaan zakat secara nasional. Dengan berbasiskan

web, SiMBA merupakan aplikasi yang ter-sentralisasi sehingga dapat

digunakan oleh BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabu-paten/Kota dan

LAZ tanpa harus melewati proses instalasi yang rumit.

Keempat, aspek penyaluran. Berdasarkan Zakat Core Principle

dimana untuk menilai kinerja penyaluran zakat dilihat dari rasio

pendistribusian terhadap menghimpun zakat. Semakin tinggi rasio

penyaluran terhadap menghimpun zakat, maka semakin efektif

pengelolaan zakat. Disamping itu, dalam penyaluran zakat diutamakan

untuk mengentaskan orang miskin dari batas garis kemiskinan

berdasarkan data dan standar Badan Pusat Statistik (BPS).

Kelima, aspek menghimpun. Dalam rangka mengoptimalkan

menghimpun zakat secara nasional, maka BAZNAS, BAZNAS

Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dan LAZ perlu melakukan

edukasi terhadap muzaki dalam bentuk Kampanye zakat nasional yang

dilakukan berkelanjutan. Hal ini penting agar muzaki memahami

bahwa zakat adalah ibadah yang memiliki po]sisi yang sangat strategis

baik dari aspek keagamaan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat.

7
Untuk itu, BAZNAS mesti mampu memberikan kenyamanan dan

jaminan bahwa zakat yang telah ditunaikan melalui BAZNAS itu

sampai kepada mustahik. Kenyamanan ini diharapakan akan

melahirkan kepercayaan yang berkelanjutan dari muzaki kepada

BAZNAS.

Keenam, aspek pengembangan amil. Untuk meningkatkan dan

menstandarkan kapasitas dan kompetensi amil secara nasional, maka

perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan yang sesuai dan mengacu

pada standar nasional.

2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat diakui oleh Undang-Undang sebagai bentuk

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana zakat, infaq, dan

shadaqah di Indonesia. Pasal 1 poin 1 Undang-Undang Nomor 38

Tahun 1999 menyebutkan bahwa pengelolaan zakat adalah ke

giatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.6

Berdasarkan ketentuan di atas terdapat tiga peran yang dimainkan

dalam pengelolaan zakat, yaitu operator, pengawas dan regulator.

Peran yang dimainkan LAZ hanya sebagian kecil, yaitu sebagai

operator. Sedangkan peran-peran yang lain menjadi kewenangan

pemerintah. Peran ini diatur dalam Pasal 8 yang menyatakan

badan amil zakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan

6
Ramadhita, R. (2012). Optimalisasi Peran Lembaga Amil Zakat Dalam Kehidupan Sosial.
Jurisdictie. h.30.

8
lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 mempunyai

tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan

zakat sesuai dengan ketentuan agama. LAZ dengan BAZ memiliki

peran dan kedudukan yang sama, yaitu membantu pemerintah

mengelola zakat. Keduanya berdiri sendiri dalam melakukan aset

zakat. Keberadaan LAZ maupun BAZ harus mampu mewujudkan

tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat, seperti

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian zakat,

meningkatkan fungsi pranata keagamaan untuk mewujudkan ke sejah

teraanmasya rakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil

guna dan daya guna zakat.7

C. Fungsi Baznas dan Laznas Menurut UU No.23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat

UU 23 Tahun 2011 secara tegas menjabarkan bahwa dua tujuan

pengelolaan zakat di Indonesia adalah untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan penang-gulangan kemisinan. Artinya,

pengelolaan zakat harus senantiasa dikaitkan dengan agenda peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk itu,

penting bagi BAZNAS agar dapat membangun koordinasi dan sinergi

dengan seluruh Kementerian/Lembaga non Kementerian terkait di bidang

pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial.

Bahwasanya, dalam agenda ini, tidak semestinya BAZNAS hanya bekerja


7
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang Press 2008). h 253-254

9
sendiri atau hanya dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BAZNAS

Kabupaten/Kota, dan LAZ, namun juga perlu melibatkan seluruh institusi

pemerintah dalam agenda tersebut. Dalam aspek menghimpun, penting

bagi BAZNAS, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota untuk

berkoordinasi dengan, Kantor Perwakilan Indonesia di luar negeri, Satuan

Kerja Perangkat Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sehingga menghimpun zakat dapat

lebih terukur sesuai dengan potensi yang ada. Sementara itu, dalam aspek

pendistribusian dan pendayagunaan, penyaluran zakat perlu untuk

melakukan sinergi di antara organisasi pengelola zakat (OPZ) baik bersifat

teknis di tingkat pelaksanaan program maupun pada tataran pertukaran

data dan informasi mengenai mustahik yang berhak menerima zakat.

Tujuan dari sinergi ini adalah agar tidak ada lagi mustahik yang

mendapatkan bantuan zakat berganda, sementara di wilayah lain masih

banyak mustahik yang belum terbantu oleh manfaat zakat. Dalam hal ini,

BAZNAS memiliki peran yang sangat penting untuk memoderasi

kesenjangan sosial melalui penyaluran zakat yang terintegrasi secara

nasional.8

Di dalam pengelolaan zakat nasional terdapat tujuh azas. Hal ini

sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat. Ketujuh asas tersebut adalah syariat Islam, amanah,

8
Mohd. Nasir dan Efri Syamsul Bahri. Rencana Strategis Zakat Nasional (Jakarta : BAZNAS, 2016).
h. 16

10
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas. 9

Di tingkat provinsi, BAZNAS Provinsi melaksanakan fungsi koordinator

dan operator zakat tingkat provinsi. Fungsi koordinator zakat provinsi

ditekankan pada peran koordinasi terhadap BAZNAS kabupaten/kota dan

LAZ provinsi terkait kebijakan dan pedoman pengelolaan zakat yang telah

ditetapkan oleh BAZNAS. Dalam fungsi koordinator zakat provinsi ini,

BAZNAS Provinsi bertanggung jawab atas pelaporan zakat tingkat

provinsi yang meliputi laporan dari BAZNAS provinsi, BAZNAS

kabupaten/kota, dan LAZ tingkat provinsi, serta pemberian rekomendasi

pembukaan perwakilan LAZ dalam wilayah provinsi.10

Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan dan

Pelaporan11

a. Pegumpulan Zakat, dalam rangka pengumpulan zakat, Muzaki

melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Hal ini tidak

dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, sehingga Muzaki dapat

meminta bantuan Baznas.

b. Pendistribusian, Pendistribusian zakat dapat dilakukan dengan

memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewajiban

berdasarkan skala prioritas.

c. Pendayagunaan, Pendayagunaan zakat dilakukan apabila kebutuhan

dasar Mustahik telah terpenuhi. Para amil zakat diharapkan mampu

9
Mohd. Nasir dan Efri Syamsul Bahri. Rencana Strategis Zakat Nasional. (Jakarta : BAZNAS 2016).
h. 26
10
Mohd. Nasir dan Efri Syamsul Bahri. Rencana Strategis Zakat Nasional. (Jakarta : BAZNAS 2016).
h. 27
11
Supriadi. 2019. Baznas dan Fungsinya. Makalah

11
melakukan pembagian porsi hasil pengumpulan zakat misalnya 60%

untuk zakat konsumtif dan 40% untuk zakat produktif.

d. Pengelolaan Infak, sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan lainnya,

Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial

lainnya dilakukan sesuai dengan syariat islam dan dilakukan sesuai

dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi. Pengelolaan infak,

sedekah, dan dana sosial lainnya harus dicatat dalam pembukuan

tersendiri. Dimana BAZNAS atau LAZ tidak hanya menerima zakat

tetapi juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan

lainnya.

e. Pelaporan, BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya

kepada Menteri secara berkala.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan sebagai salah

satu lembaga pemerintah non struktural yang bertugas menerima,

mengelola, dan mendistribusikan zakat serta bertanggung jawab kepada

pemerintah secara langsung sesuai dengan tingkatnya. Menurut Sudirman,

Lembaga Amil Zakat merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk

oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi dengan Badan Amil

Zakat, yang notabene dibentuk atas prakarsa pemerintah.

LAZ dengan BAZ memiliki peran dan kedudukan yang sama,

yaitu membantu pemerintah mengelola zakat. Keduanya berdiri sendiri

dalam melakukan aset zakat. Keberadaan LAZ maupun BAZ harus

mampu mewujudkan tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat,

seperti meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian zakat,

meningkatkan fungsi pranata keagamaan untuk mewujudkan ke sejah

teraanmasya rakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil guna

dan daya guna zakat.

UU 23 Tahun 2011 secara tegas menjabarkan bahwa dua tujuan

pengelolaan zakat di Indonesia adalah untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan penang-gulangan kemisinan. Artinya,

pengelolaan zakat harus senantiasa dikaitkan dengan agenda peningkatan

13
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk itu,

penting bagi BAZNAS agar dapat membangun koordinasi dan sinergi

dengan seluruh Kementerian/Lembaga non Kementerian terkait di bidang

pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial.

Bahwasanya, dalam agenda ini, tidak semestinya BAZNAS hanya bekerja

sendiri atau hanya dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BAZNAS

Kabupaten/Kota, dan LAZ, namun juga perlu melibatkan seluruh institusi

pemerintah dalam agenda tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fakhruddin. (2008). Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN-Malang

Press

Fathony, A. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Lembaga Amil Zakat

dalam Menjalankan Fungsi Sosial. Hakam, 2(1), 1–32.

Hasan, Sudirman. (2007). Zakat dalam pusaran arus modernitas. Malang :

UIN-Maliki Press

Nasir, Mohd dan Efri Syamsul Bahri. (2016). Rencana Strategis Zakat

Nasional. Jakarta : BAZNASRamadhita, R. (2012). Optimalisasi

Peran Lembaga Amil Zakat Dalam Kehidupan Sosial. Jurisdictie, 24–

34.

Noor, Aflah (2009). Arsitektur Zakat Indonesia Dilengkapi Kode Etik Amil

Zakat Indonesia. Jakarta: UI-Press

Ramadhita, R. (2012). Optimalisasi Peran Lembaga Amil Zakat Dalam

Kehidupan Sosial. Jurisdictie, 24–34.

Soemitra, Andri. (2009). Bank dan Lembaga Keuaga Syariah. Jakarta :

Kencana

Supriadi. 2019. Baznas dan Fungsinya. Makalah

15
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 164 Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3885.per

16

Anda mungkin juga menyukai