PENGELOLAAN ZAKAT
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar ekonomi Islam
Dosen pengampu : Dian Febriyani, M.E.Sy
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Tia Munibah 191130069
Latif Husen Aryadillah 191130046
Koharudin 191130071
Lina Fitriyani 191130058
Rohmatul Jannah 161130068
FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “pengelolaan zakat” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu pada mata kuliah dasar-dasar ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pengelolaan zakat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama pada tim makalah ini
sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................................14
B. Saran ........................................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
masyarakat pemerintah membentuk Undangundang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat,
dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibukota Negara,
BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota. Untuk membantu BAZNAS dalam
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat ijin
Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat)
Lembaga zakat mempunyai peranan penting dalam pengelolaan zakat menerima
zakat dari muzaki dan menyalurkannya pada mustahiq. Salah satu gagasan besar penataan
pengelolaan zakat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan
menjiwai keseluruhan pasalnya adalah pengelolaan yang terintegrasi. Kata “terintegrasi”
menjadi asas yang melandasi kegiatan pengelolaan zakat di negara kita, baik dilakukan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di semua tingkatan maupun Lembaga Zakat
yang mendapat legalitas sesuai ketentuan perundang-undangan Selain menerima zakat,
BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak,sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya (Baznas 2012). Untuk mengetahui tercapainya tujuan Lembaga Zakat hal yang
perlu diketahui adalah efektifitas dan efisiensi pelayanan sehingga manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat akan terwujud. Berdasarkan latar belakang
tersebut diatas, maka pemakalah ingin tahu apakah pengelolaan zakat sudah berjalan
semestinya ataukah belum.
B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan zakat
B. Bagaimanakah cara kerja pengelolaan zakat?
C. Adakah sanksi untuk penyalahgunaan zakat?
C. Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan zakat
B. Untuk mengetahui seperti apa kerja dari pengelolaan zakat
C. Untuk mengetahui ada atau tidaknya sanksi yang untuk yang menyalahgunakan zakat
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Badan Amil Zakat terdiri atas unsur ulama, kaum cendikia, tokoh
masyarakat, tenaga professional serta wakil pemerintah.
b. Masa kepengurusan BAZ
Masa kepengurusan BAZ adalah tiga tahun (pasal 13 KMA)
c. Tanggung jawab, wewenang dan Tata kerja BAZ
Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggungjawab untuk
dan atas nama Badan Amil Zakat baik kedalam maupun ke luar.
Menerapkan prnsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di
lingkungan masing-masing.
Setiap pimpinan bertanggung jawab mempimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan
bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan
Setiap kepala divisi/bidang wajib melaporkan laporan kepada
pimpinan melalui sekertaris
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan wajib diolah dan
digunakan sebagai bahan untuk laporan lebih lanjut
Stiap pimpinan dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya
Memberikan laporan tahunan kepada pemerintah
6
1. Pembentukan dan tempat BAZProvinsi badan Amil Zakat Provinsi
(selanjutnya disebut Baz provinsi) dibentuk oleh gubrenur atas unsur
kepada kantor wilayah dapertemen Agama provinsi.
2. Susunan BAZ provinsi terdiri atas dewan pertimbangan, komisi
pengawasan dan badan pelaksanaan (pasal 6 ayat 5 UU Pasal 4 KMA)
dewan pertimbangan terdiri atas seorang ketua seorang wakil, seorang
sekertaris, seorang wakil sekertaris dan sebanyak-banyaknya tujuh
orang anggota.
3. Tugas BAZ provinsi tugas pertimbang BAZ Provinsi bertugas
memberi pertimbangan kepada badan pelaksanaan baik diminta
maupun dalam melaksanakan tugas organisasi ( pasl 10, KMA).
Komisi pengawasan provinsi bertugas melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas administrarif dan teknis pengumpulan
pendistribusi, pendayagunaan zakat serta penelitian dan
pengembangan pengelolaan zakat.
f. Badan Amil Kabupaten/Kota
1. Pembentukan dan tempat kedudukan BAZ kabupaten/kota badan Amil
Zakat kabupaten/kota ( selnjutnya disebut BAZ kabupaten/kota )
dibentuk oleh bupati atau walikota atas unsur kepala kantor
dapertemen agama kabupaten atau kota.
2. Susunan BAZ kabupaten/kota BAZ Kabupaten/kota terdiri atas dewan
pertimbangan komisi pengawasan, dan badan pelaksanaan (pasal 6
ayat 5 pasal 5 KMA). Dewan pertimbangan terdiri atas seorang ketua,
seorang wakil ketua, seorang sekertaris, seorang wakil sekertaris, dan
sebnyak-banyaknya 5 orang anggota.
3 tugas BAZ kabupaten/kota dewan pertimbangan BAZ kabupaten/kota
Bertugas memberika. Pertimbangan kepada badan diminta maupun
tidak dalam pelaksanaan organisasi ( pasal 11 KMA ).
g. Badan Amil Zakat Kecamatan
1. Pembentukan dan tempat kedudukan BAZ kecamatan badan amil
Zakat kecamatan ( selanjutny asan, dan badan pelaksanaan ( pasal 6
ayat 5 Undang-undang KMA).
2. Tugas BAZ kecamatan dewan pertimbangan BAZ kecamatan bertugas
memberikan pertimbangan kepada badan pelaksanaan baik diminta
maupun tidak dalam pelaksanaan tugas organisasi ( pasal 12KMA).2
2
Prof.Dr.suparman usman, SH, Hukum Islam Di Indonesia,cetakan kedua, gaya media pratama, 2002, 164
7
C. Syarat-syarat lembaga amal zakat
1. Berbadan hukum
1. Memiliki pembukaan
E. Pengumpulan zakat
1. Harta yang dikelola oleh badan amal zakat
Mengenai pengertian zakat mal, zakat fitrah, infak, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan
kafarat, dalam penjelasan pasal 11 dan 13 Undang-undang No. 38 tahun 1999,di
sebutkan sebagai berikut:
8
a. Zakat mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim, atau badan
hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan Agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
b. Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan
Ramadhan, oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang di
tanggunnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada hari raya
idul fitri.
c. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan, diluar zakat, untuk
kemaslahatan umum.
d. Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan seorang muslim atau badan yang dimiliki
seorang muslim, diluar zakat, untuk kemaslahatan umum.
e. Hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seseorang atau oleh badan yang
dilaksanakan pada waktu orang itu hidup kepada badan amal zakat atau Lembaga
amil zakat.
f. Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada Badan Amil Zakat
atau Lembaga Amil Zakat, pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat
meninggal dunia dan sesudah di selesaikan penguburannya dan pelunasan utang-
utangnya, jika ada
g. Waris adalah harta tinggalan seseorang yang beragama Islam, yang diserahkan
kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
h. Kafarat adalah denda wajib yang di bayar kepada Badan Amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat oleh orang yang melnggar ketentuan agama.
9
a. Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara menerima atau
mengambil dari muzakki, atas dasar pemberitahuan dari muzakki
c. Badan Amil Zakat dapat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitung
zakatnya
d. Zakat yang di bayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat di
kurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
e. Pembayaran zakat dapat dilakukan kepada unit pengumpul zakat pada BAZ
Nasional, BAZ Propinsi, BAZ Kabupaten/Kota, BAZ Kecamatan secara langsung,
atau melalui rekening pada Bank.
lingkup kewenangan Pengumpulan Zakat oleh Badan mil zakat adalah sebagai
berikut(pasal 25 KMA)
10
F. Pendayagunaan zakat
Pendayagunaan zakat diatur sebagai berikut (pasal 16, 17 undang undang Jo pasal 28, 29
KMA)
b. Dalam penjelasan pasal 16 disebutkan, bahwa mustahiq ialah fakir miskin, amil,
muallaf, riqab, gharim, sabillah, dan Ibnu sabil, yang di dalam aplikasinya dapat
meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak
yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok
pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar, dan
korban bencana alam.
11
usaha-usaha nyata berpeluang menguntungkan (c). Mendapat persetujuan tertulis
dari dewan pertimbangan.
G. Pengawasan zakat
Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat dapat diatur sebagai
berikut(pasal 18,19,20 undang-undang).
a. Pengawasan terhadap pelaksanaan, tugas Badan Amil Zakat dilakukan oleh unsur
pengawas yang berkedudukan di semua tingkatan badan Amil Zakat.
H. Sanksi
Ketentuan sanki pengelolaan zakat diatur dalam pasal 21 sebagai berikut :
1. Setial pengelola zakat yang karna pengelolaannya tidaj mencatat atau mencatat
dengan tidak benar harta zakat, infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, dan kafarat
sebagaimana dimaksdu dalam pasal 8, pasal 12 dan pasal 13. Dalam undang-
undang ini diancam dengan hukuman kurungan paling lama tiga bulan dan/atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000.00 (tiga puluh juta rupiah)
2. Tindak pidana yang dimaksud ayat 1 diatas merupakan pelanggaran.
3. Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang melakukan
tindak pidana kejahatan dikenal sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
12
I. Pemerintah wajib membantu badan amil zakat.
Dalam menunjang dalam melaksanakan tugas badan amil zakat, pemertintah wajib
membantu biaya oprasional badan amil zakat (pasal 23 undang-undang)
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayaguanaan
zakat (pasal 1 ayat 1 UU). Zakat merupakan suatu kewajiban yang harus dikeluarkan
oleh setiap muslim yang hartanya sudah sampai satu nisap dalam satu tahun.
Pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 yang sekarang telah direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
membentuk lembaga khusus yang untuk mengelola zakat yang disebut Badan Amil
Zakat Nasional atau yang disingkat BAZNAS. Dalam pengelolaannya BAZNAS
memiliki beberapa program untuk menyelurkan zakat yang masuk dan program-
program tersebut dijalan kan oleh semua BAZNAS yang ada di Indonesia. Cara kerja
dari pengelolaan zakat itu sendiri sudah dipetakan menurut bagiannya masing-masing,
dan disalurkan sesuai dengan pembagiannya. Dan semua yang dilakukan oleh para
pengelolaan zakat terdapat hukumnya masing-masing dan mempunyai sanksinya
masing-masing. Semoga dengan adanya pengelolaan zakat ini bisa mensejahterakan
seluruh rakyat Indonesia.
B. Saran
Adapun dalam makalah ini banyak kekurangan kami meminta saran dari pembaca
untuk menjadikan pembutan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Usman, Suparman. HUKUM ISLAM “asas-asas dan pengantar studi hukum Islam dan tata
hukum Islam, Jaklarta. 2001. Hlm 315
15