Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGELOLAAN ZAKAT
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar ekonomi Islam
Dosen pengampu : Dian Febriyani, M.E.Sy

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Tia Munibah 191130069
Latif Husen Aryadillah 191130046
Koharudin 191130071
Lina Fitriyani 191130058
Rohmatul Jannah 161130068

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “pengelolaan zakat” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu pada mata kuliah dasar-dasar ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pengelolaan zakat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama pada tim makalah ini
sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 21 Januari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................

A. Pengertian,Asas dan Tujuan Pengelolaan .................................................................5


B. Organisasi Pengelolaan Zakat ................................................................................5-7
C. Syarat-Syarat Lembaga Amal Zakat..........................................................................8
D. Lembaga amil Zakat ..................................................................................................8
E. Pengumpulan Zakat...............................................................................................8-10
F. Pendayagunaan Zakat ..............................................................................................10
G. Pengawasan Zakat....................................................................................................11
H. Sanksi ......................................................................................................................11
I. Pemerintah Wajib Membantu Badan Amil Zakat....................................................12
J. Penyempurnaan Undang-Undang Pengelolaan Zakat .............................................13

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................

A. Kesimpulan ..............................................................................................................14
B. Saran ........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari lima rukun
islam. Menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat yang mampu sesuai dengan
syariat islam. Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan
keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan. Dalam rangka
meningkatkan daya guna dan hasil usaha, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai
dengan syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat (UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat).
Bentuk organisasi pengelola zakat masa lampau pada umumnya hanya berbentuk
kepanitiaan yang keberadaannya sangat temporer, yaitu pada saat bulan puasa saja setelah
itu panitia dibubarkan atau secara otomatis dianggap bubar, setelah selesainya pembagian
zakat, dan sampai saat ini masih ada keberadaannya. Pada tahun 2000 setelah keluar
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
dibeberapa daerah bahkan hampir seluruh daerah di Indonesia telah dibentuk Badan Amil
Zakat. Akan tetapi dalam realisasinya baru menyentuh instansi-instansi pemerintah
dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ), itupun belum seluruh instansi
melakukannya, karena pelaksanaannya masih suka rela bukan keharusan. Padahal
instansi pemerintah 2 hanyalah sebagian kecil dari bagian masyarakat umum islam,
itupun belum seluruhnya instansi pemerintah menjadi UPZ. Sedangkan sebagian besar
masyarakat umat islam adalah masyarakat bukan pegawai sipil, atau masyarakat biasa,
mereka hanya segelintir kecil masyarakat yang dengan kesadarannya membayarkan zakat
hartanya ke BAZ Provinsi ataupun BAZ Kabupaten atau Kota.
Pengelolaan zakat dinilai tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum
dalam masyarakat dan perlu diganti. Jadi masyarakat Islam secara umum belum tersentuh
oleh Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat. Untuk mengotimalkan pengelolaan zakat tersebut sesuai kebutuhan hukum dalam

3
masyarakat pemerintah membentuk Undangundang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat,
dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibukota Negara,
BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota. Untuk membantu BAZNAS dalam
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat ijin
Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat)
Lembaga zakat mempunyai peranan penting dalam pengelolaan zakat menerima
zakat dari muzaki dan menyalurkannya pada mustahiq. Salah satu gagasan besar penataan
pengelolaan zakat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan
menjiwai keseluruhan pasalnya adalah pengelolaan yang terintegrasi. Kata “terintegrasi”
menjadi asas yang melandasi kegiatan pengelolaan zakat di negara kita, baik dilakukan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di semua tingkatan maupun Lembaga Zakat
yang mendapat legalitas sesuai ketentuan perundang-undangan Selain menerima zakat,
BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak,sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya (Baznas 2012). Untuk mengetahui tercapainya tujuan Lembaga Zakat hal yang
perlu diketahui adalah efektifitas dan efisiensi pelayanan sehingga manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat akan terwujud. Berdasarkan latar belakang
tersebut diatas, maka pemakalah ingin tahu apakah pengelolaan zakat sudah berjalan
semestinya ataukah belum.

B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan zakat
B. Bagaimanakah cara kerja pengelolaan zakat?
C. Adakah sanksi untuk penyalahgunaan zakat?

C. Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan zakat
B. Untuk mengetahui seperti apa kerja dari pengelolaan zakat
C. Untuk mengetahui ada atau tidaknya sanksi yang untuk yang menyalahgunakan zakat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Asas dan Tujuan Pengelolaan


1. Pengertian pengelolaan
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayaguanaan zakat
(pasal 1 ayat 1 UU)
2. Asas pengelolaan
Penglolaan zakat bedasarkan iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai
dengan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (pasal 4 UU).
3. Tujuan pengelolaan
Tujuan pengelolaan zakat adalah :
 Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, sesuai
dengan tunntunan agama;
 Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudakan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
 Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat (pasal 5 UU)1

B. Organisasi pengelolaan zakat


1. Badan Amil Zakat
a. Pengertian, struktur Organisasi dan Unsur BAZ
Badan amil zakat adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh
pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama (pasal 1 KMA).
Badan Amil Zakat Meliputi Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil
Zakat Propinsi, Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota, Dan Badan Amil
Zakat Kecamatan.
1
Prof.Dr.suparman usman, SH, Hukum Islam Di Indonesia,cetakan kedua, gaya media pratama, 2002, 164

5
Badan Amil Zakat terdiri atas unsur ulama, kaum cendikia, tokoh
masyarakat, tenaga professional serta wakil pemerintah.
b. Masa kepengurusan BAZ
Masa kepengurusan BAZ adalah tiga tahun (pasal 13 KMA)
c. Tanggung jawab, wewenang dan Tata kerja BAZ
 Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggungjawab untuk
dan atas nama Badan Amil Zakat baik kedalam maupun ke luar.
 Menerapkan prnsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di
lingkungan masing-masing.
 Setiap pimpinan bertanggung jawab mempimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan
bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan
 Setiap kepala divisi/bidang wajib melaporkan laporan kepada
pimpinan melalui sekertaris
 Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan wajib diolah dan
digunakan sebagai bahan untuk laporan lebih lanjut
 Stiap pimpinan dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya
 Memberikan laporan tahunan kepada pemerintah

d. Badan amil zakat nasional


1. Pembentukan dan tempat kedudukan BAZ Nasional badan Amil Zakat
NAsional (selanjutnya disebut BAZ Nasional) dibentuk oleh presiden
atas unsur mentri agama. BAZ Nasional berkedudukan diibukota
negara ( pasal 6 ayat (ayat 2) undang-undang jo. Pasal 2 KMA).
2. Susunan BAZ NAsional BAZ Nasional terdiri atas dewan
pertimbangan komisi pengawasan dan badan pelaksanaan (pasal 6
ayat 5 UUD pasal 3K MA). Dewan perkembangan terdiri atas :
seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekertaris, seorang wakil
sekertaris, dan banyak-banyaknya sepuluh orang anggota.
3. Tugas BAZ nasional dewan pertimbangan BAZ Nasional bertugas
memberikan pertimbangan kepadan badan pelaksaanaa baik diminta
maupun tidak dalam pelaksaan tugas organisasi (pasal 9 KMA).
e. Badan Amil Zakat Provinsi

6
1. Pembentukan dan tempat BAZProvinsi badan Amil Zakat Provinsi
(selanjutnya disebut Baz provinsi) dibentuk oleh gubrenur atas unsur
kepada kantor wilayah dapertemen Agama provinsi.
2. Susunan BAZ provinsi terdiri atas dewan pertimbangan, komisi
pengawasan dan badan pelaksanaan (pasal 6 ayat 5 UU Pasal 4 KMA)
dewan pertimbangan terdiri atas seorang ketua seorang wakil, seorang
sekertaris, seorang wakil sekertaris dan sebanyak-banyaknya tujuh
orang anggota.
3. Tugas BAZ provinsi tugas pertimbang BAZ Provinsi bertugas
memberi pertimbangan kepada badan pelaksanaan baik diminta
maupun dalam melaksanakan tugas organisasi ( pasl 10, KMA).
Komisi pengawasan provinsi bertugas melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas administrarif dan teknis pengumpulan
pendistribusi, pendayagunaan zakat serta penelitian dan
pengembangan pengelolaan zakat.
f. Badan Amil Kabupaten/Kota
1. Pembentukan dan tempat kedudukan BAZ kabupaten/kota badan Amil
Zakat kabupaten/kota ( selnjutnya disebut BAZ kabupaten/kota )
dibentuk oleh bupati atau walikota atas unsur kepala kantor
dapertemen agama kabupaten atau kota.
2. Susunan BAZ kabupaten/kota BAZ Kabupaten/kota terdiri atas dewan
pertimbangan komisi pengawasan, dan badan pelaksanaan (pasal 6
ayat 5 pasal 5 KMA). Dewan pertimbangan terdiri atas seorang ketua,
seorang wakil ketua, seorang sekertaris, seorang wakil sekertaris, dan
sebnyak-banyaknya 5 orang anggota.
3 tugas BAZ kabupaten/kota dewan pertimbangan BAZ kabupaten/kota
Bertugas memberika. Pertimbangan kepada badan diminta maupun
tidak dalam pelaksanaan organisasi ( pasal 11 KMA ).
g. Badan Amil Zakat Kecamatan
1. Pembentukan dan tempat kedudukan BAZ kecamatan badan amil
Zakat kecamatan ( selanjutny asan, dan badan pelaksanaan ( pasal 6
ayat 5 Undang-undang KMA).
2. Tugas BAZ kecamatan dewan pertimbangan BAZ kecamatan bertugas
memberikan pertimbangan kepada badan pelaksanaan baik diminta
maupun tidak dalam pelaksanaan tugas organisasi ( pasal 12KMA).2

2
Prof.Dr.suparman usman, SH, Hukum Islam Di Indonesia,cetakan kedua, gaya media pratama, 2002, 164

7
C. Syarat-syarat lembaga amal zakat

Lembaga Amal Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk mendapatkan


pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (pasal 22KMA) :

1. Berbadan hukum

2. Memeiliki data muzaki dan mustahil

3. memiliki program kerja

1. Memiliki pembukaan

4. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit

D. Lembaga amil zakat


Saat ini, sudah ada 16 lembaga amil zakat terbaru yang telah mendapatkan izin dari
Kemenag. Hal ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat terutama umat muslim
Indonesia supaya dapat menyalurkan zakatnya dengan mudah.
6 lembaga amil zakat resmi yang telah terdaftar dalam daftar LAZ di Indonesia, yaitu:
1. dompet dhuafa republika
2. BAZNAS
3. Inisiatif zakat Indonesia
4. Yatim mandiri surabaya
5. NU care LAZIS NU
6. LAZIS MU

E. Pengumpulan zakat
1. Harta yang dikelola oleh badan amal zakat

Mengenai pengertian zakat mal, zakat fitrah, infak, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan
kafarat, dalam penjelasan pasal 11 dan 13 Undang-undang No. 38 tahun 1999,di
sebutkan sebagai berikut:

8
a. Zakat mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim, atau badan
hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan Agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.

b. Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan
Ramadhan, oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang di
tanggunnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada hari raya
idul fitri.

c. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan, diluar zakat, untuk
kemaslahatan umum.

d. Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan seorang muslim atau badan yang dimiliki
seorang muslim, diluar zakat, untuk kemaslahatan umum.

e. Hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seseorang atau oleh badan yang
dilaksanakan pada waktu orang itu hidup kepada badan amal zakat atau Lembaga
amil zakat.

f. Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada Badan Amil Zakat
atau Lembaga Amil Zakat, pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat
meninggal dunia dan sesudah di selesaikan penguburannya dan pelunasan utang-
utangnya, jika ada

g. Waris adalah harta tinggalan seseorang yang beragama Islam, yang diserahkan
kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku

h. Kafarat adalah denda wajib yang di bayar kepada Badan Amil Zakat atau
Lembaga Amil Zakat oleh orang yang melnggar ketentuan agama.

2. Cara Pengumpulan Zakat


Tentang cara pengumpulan zakat diatur sebagai berikut (pasal 12,13,14 undang
undang, Jo pasal 26 KMA).

9
a. Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara menerima atau
mengambil dari muzakki, atas dasar pemberitahuan dari muzakki

b. Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya,


berdasarkan hukum agama

c. Badan Amil Zakat dapat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitung
zakatnya

d. Zakat yang di bayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat di
kurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

e. Pembayaran zakat dapat dilakukan kepada unit pengumpul zakat pada BAZ
Nasional, BAZ Propinsi, BAZ Kabupaten/Kota, BAZ Kecamatan secara langsung,
atau melalui rekening pada Bank.

3. Lingkup kewenangan pengumpulan zakat

lingkup kewenangan Pengumpulan Zakat oleh Badan mil zakat adalah sebagai
berikut(pasal 25 KMA)

a. BAZ Nasional mengumpulkan Zakat dari Muzakki pada instansi/lembaga


pemerintah tingkat pusat,swasta,Nasional dan Luar Negeri.

b. BAZ Propinsi mengumpulkan Zakat Dan Muzakki pada Lembaga


instansi/Lembaga Pemernitah dan swasta,perusahaan-perusahaandan Dinas
Daerah,propinsi.

c. BAZ Kabupaten/kota mengumpulkan Zakat dari Muzakki pada instansi/lembaga


pemerintah dan swasta, perusahaan-perusahaan,dan Dinas Daerah
kabupaten/Kota.

d. BAZ kecamatan mengumpulkan Zakat dari Muzakki pada instansi/lembaga


pemerintah dan swasta, perusahaan-perusahaan kecil dan pedagang serta
pengusaha di pasar.

10
F. Pendayagunaan zakat

Pendayagunaan zakat diatur sebagai berikut (pasal 16, 17 undang undang Jo pasal 28, 29
KMA)

a. Hasil pengumpulan zakat di dayagunakan untuk mustahiq, sesuai dengan


ketentuan agama.

b. Dalam penjelasan pasal 16 disebutkan, bahwa mustahiq ialah fakir miskin, amil,
muallaf, riqab, gharim, sabillah, dan Ibnu sabil, yang di dalam aplikasinya dapat
meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak
yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok
pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar, dan
korban bencana alam.

c. pendayagunaan Zakat untuk mustahiq dilakukan bberdasrkan pernyataan sebagai


berikut

d. (a). Hasil pendataan penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf yaitu


Fakir,miskin,muallaf,riqah,gharim,Sabilillah dan Ibnu Sabil.(b).Mendahulukan
orang-orang yang tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan
sangat memerlukan bantuan.(C) mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya
masing-masing.

e. Pendayagunaan Zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat


di manfaatkan untuk usaha yang produktif.

f. Hasil penerimaan infaq, shadaqah,rubah,wasiat,waris dan kafarat,didayagunakan


terutama untuk usaha yang produktif.

g. Pendayagunaan Zakat untuk usaha produktif yang dilakukan berdasarkan


pernayataan sebagai berikut (a). Apabila pendayagunaan vl zakat untuk
mustahiq,sudah terpenuhi Bean ternyata masih terdapat kelebihan,. (b) Terdapat

11
usaha-usaha nyata berpeluang menguntungkan (c). Mendapat persetujuan tertulis
dari dewan pertimbangan.

h. Prosuder pendayagunaan zakat untuk usaha produktif di tetapkan sebagai berikut


(a). Melakukan studi kelayakan, (b). Menetapkan jenis usaha produktif,(c).
Melakukan bimbingan dan penyuluhan, (d). Melakukan pemantauan,
pengendalian dan pengawasan,(e). Mengadakan evaluasi dan,(f). Membuat
pelaporan.

G. Pengawasan zakat

Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat dapat diatur sebagai
berikut(pasal 18,19,20 undang-undang).

a. Pengawasan terhadap pelaksanaan, tugas Badan Amil Zakat dilakukan oleh unsur
pengawas yang berkedudukan di semua tingkatan badan Amil Zakat.

b. Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan Amil Zakat setiap pengawas


dapat meminta bantuan publik.

c. Dalam rangka pengawasan, Badan Amil Zakat memberikan setiap tahunan


pelaksanaan tugas nya kepada Dewan perwakilan Rakyat.

H. Sanksi
Ketentuan sanki pengelolaan zakat diatur dalam pasal 21 sebagai berikut :
1. Setial pengelola zakat yang karna pengelolaannya tidaj mencatat atau mencatat
dengan tidak benar harta zakat, infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, dan kafarat
sebagaimana dimaksdu dalam pasal 8, pasal 12 dan pasal 13. Dalam undang-
undang ini diancam dengan hukuman kurungan paling lama tiga bulan dan/atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000.00 (tiga puluh juta rupiah)
2. Tindak pidana yang dimaksud ayat 1 diatas merupakan pelanggaran.
3. Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang melakukan
tindak pidana kejahatan dikenal sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

12
I. Pemerintah wajib membantu badan amil zakat.
Dalam menunjang dalam melaksanakan tugas badan amil zakat, pemertintah wajib
membantu biaya oprasional badan amil zakat (pasal 23 undang-undang)

J. Penyempurnaan undang-undang pengelola zakat


1. Tentang nishab zakat
2. Materi pasal 7 KMA No.581 tahun 1999
3. Pengukuhan lembaga amil zakat
4. Tentang laporan
5. Harta yang wajib dizakati
6. Mekanisme pendistribusian/setoran zakat
7. Sanksi bagi muzakki

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayaguanaan
zakat (pasal 1 ayat 1 UU). Zakat merupakan suatu kewajiban yang harus dikeluarkan
oleh setiap muslim yang hartanya sudah sampai satu nisap dalam satu tahun.
Pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 yang sekarang telah direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
membentuk lembaga khusus yang untuk mengelola zakat yang disebut Badan Amil
Zakat Nasional atau yang disingkat BAZNAS. Dalam pengelolaannya BAZNAS
memiliki beberapa program untuk menyelurkan zakat yang masuk dan program-
program tersebut dijalan kan oleh semua BAZNAS yang ada di Indonesia. Cara kerja
dari pengelolaan zakat itu sendiri sudah dipetakan menurut bagiannya masing-masing,
dan disalurkan sesuai dengan pembagiannya. Dan semua yang dilakukan oleh para
pengelolaan zakat terdapat hukumnya masing-masing dan mempunyai sanksinya
masing-masing. Semoga dengan adanya pengelolaan zakat ini bisa mensejahterakan
seluruh rakyat Indonesia.

B. Saran
Adapun dalam makalah ini banyak kekurangan kami meminta saran dari pembaca
untuk menjadikan pembutan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Suparman. HUKUM ISLAM “asas-asas dan pengantar studi hukum Islam dan tata
hukum Islam, Jaklarta. 2001. Hlm 315

15

Anda mungkin juga menyukai