Anda di halaman 1dari 16

Tugas

MAKALAH
“Pengaruh Pengetahuan Tentang Zakat dan Kepatuhan
Kewajiban Zakat Bagi Masyarakat”

DISUSUN OLEH:
BAMBANG ALAM
216601030

MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM- ENAM
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia berupa kemampuan berpikir, sehingga
penulis dapat menyeleseikan tugas dan Makalah ini berisi tentang “pengaruh
pengetahuan tentang zakat dan kepatuhan kewajiban zakat bagi masyarakat”.
Makalah ini disusun dalam rangka menyeleseikan mata kuliah hukum pajak.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu memberikan bimbingan dan pengarahan serta
dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat, terutama dalam proses belajar.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan................................................................................................. 3

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori..................................................................................... 4

BAB III PEMBHASAN

3.1. Zakat................................................................................................... 6
3.2. Pengetahuan Zakat.............................................................................. 7
3.3. Minat Membayar Zakat...................................................................... 8
3.4. Pendapatan ......................................................................................... 10
3.5. Kesadaran Zakat................................................................................. 11

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 12


4.2. Saran .................................................................................................. 12

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang mayoritas jumlah


penduduknya memeluk agama Islam. Namun, salah satu permasalahan
yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah masalah
ekonomi, termasuk negara Indonesia saat ini. Persentase penduduk
miskin pada bulan Maret 2019 di Indonesia mencapai 25,14 juta orang
atau sekitar 9,41% (BPS, 2019). Permasalahan ekonomi seringkali
berdampak negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat seperti,
kemiskinan dan pengangguran yang sering kali menimbulkan tindakan-
tindakan kriminal..
Dalam ajaran Islam pemberantasan kemiskinan sudah
dilembagakan dalam salah satu rukunnya, yaitu menunaikan zakat.
Pembayaran zakat sebagai sarana untuk mempersempit jurang perbedaan
pendapatan dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial
yang dapat berpotensi konflik dan mengganggu keharmonisan dalam
bermasyarakat. Badan usaha yang merupakan salah satu sektor informal
memiliki posisi yang strategis dalam potensi perhimpunan zakat.
Zakat merupakan harta yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim
yang telah memenuhi syarat, untuk diberikan kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Subyek zakat yaitu orang Islam yang telah
memenuhi nishab atas harta yang dimiliki dengan persyaratan seperti
muslim (baligh), merdeka dan berakal, milik yang sempurna (legal secara
hukum), cukup nishabnya. Sedangkan obyek zakat merupakan kekayaan
atau penghasilan yang diperoleh kaum muslimin yang sudah mencapai
pada nishabnya, sehingga ia wajib mengeluarkan sebagian dari harta
tersebut dan memberikannya kepada orang-orang yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
Di Indonesia, seorang wajib zakat juga merupakan wajib pajak.
Seandainya diminta untuk memprioritaskan, tentu masyarakat muslim
lebih rela membayar zakat daripada pajak karena lebih didorong oleh
motivasi beragama dan kesadaran atas imannya (Hafidhuddin, 2002).
Jika perintah zakat diatur dalam Al Qur’an dan Sunnah Rosul,
kewajiban pajak bagi muslimin di Indonesia diatur dalam undang-undang
perpajakan yaitu pada Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka
1 tentang pengertian pajak yaitu “Kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.

1
2

Berdasarkan aturan-aturan tersebut seharusnya zakat dan pajak


mempunyai dua fungsi yaitu pertama sebagai sumber pendapatan negara
(budgeter) dan yang kedua sebagai alat pemindah kekayaan (regulator).
Sehingga zakat dan pajak menjadi dua instrumen untuk memindahkan
harta kekayaan, yaitu memindahkan harta dari orang kaya kepada orang
miskin. Oleh karena itu, Cara memindahkan kekayaan dari orang kaya
kepada orang miskin bagi muslimin adalah melalui zakat dan pajak
Sinergi peraturan perpajakan dan zakat yang tercantum dalam
undang-undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat dan nomor 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan,
dapat dilihat sebagai langkah maju dalam integrasi pajak dan zakat.
Pengetahuan para wajib pajak Muslim tentang adanya sinergi ini penting
untuk menumbuhkan perilaku yang obyektif yang dapat mempengaruhi
sikap wajib pajak dalam menerapkan kepatuhan pajak dengan cara
membuat zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Asnaini (2017) menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
mempunyai pengaruh pada minat untuk muzakki membayar zakat di
Baitul Mal. Namun, terdapat hasil penelitian yang menyatakan
sebaliknya. Daulay, Lubis (2014) menyatakan bahwa pendapatan yang
cukup tinggi tidak mempengaruhi masyarakat menyalurkan zakatnya
melalui lembaga amil zakat. Sebagian masyarakat masih enggan untuk
membayar zakat, karena merasa harta yang didapat adalah hasil dari jerih
payah sendiri, sehingga tidak perlu untuk mengeluarkan zakat. Mirawati,
et al. (2018), menyatakan bahwa secara parsial pendapatan tidak
berpengaruh signifikan terhadap minat membayar zakat profesi. Karena
walaupun pendapatan sudah mencapai nishab namun masih dirasa kurang
untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya sehingga sebesar apapun
pendapatannya tidak akan mempengaruhi minatnya untuk membayar
zakat profesi.
Sebagian masyarakat yang masih enggan untuk membayar zakat.
Karena mereka merasa harta yang mereka dapatkan adalah hasil dari
jerih payah mereka sendiri, sehingga mereka merasa tidak perlu
mengeluarkan zakat (Daulay, Lubis: 2014). Hal ini disebabkan karena
belum adanya kesadaran untuk berzakat. Jika seseorang memiliki
kesadaran bahwa zakat itu adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan,
maka akan menimbulkan minat muzakki membayarkan zakat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengembangkan tulisan tentang pengaruh pendapatan terhadap minat
membayar zakat di masyarakat.
3

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1) Bagaiaman pengetahuan tentang zakat di masyarakat?
2) Bagaimana pengaruh kepatuhan membayar zakat di
msyarakat?

1.3 Tujuan
Adapun tjuan yang ingin di capai dalam makalah ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui Bagaiaman pengetahuan tentang
zakat di masyarakat!
2) Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh kepatuhan
membayar zakat di msyarakat!
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori

Banyak Penelitan mengenai pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan


pajak dan kepatuhan zakat. Pengetahuan wajib pajak tentang pajak adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Muarifah (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengetahuan pajak,
kualitas pelayanan petugas pajak dan sikap wajib pajak berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak .

Fallan (2009) mengungkapkan bahwa perubahan sikap wajib pajak


dipengaruhi oleh pengetahuan pajak yang lebih baik. Aspek pengetahuan
perpajakan bagi wajib pajak sangat mempengaruhi sikap wajib Pajak terhadap
system perpajakan yang adil. Dengan kualitas pengetahuan yang semakin baik
akan memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui adanya
system perpajakan suatu Negara yang dianggap adil. Dengan meningkatnya
pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal
maupun non formal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran
Wajib Pajak dalam membayar pajak.
Yulianawati (2011) menyatakan bahwa pengetahuan peraturan perpajakan
tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini berarti bahwa
pendidikan yang diterima oleh wajib pajak tidak menjamin seorang wajib pajak
akan lebih menyadari akan kemauan membayar kewajiban perpajakannya.
Pengetahuan dan Pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan
dapat mempengaruhi kepatuhan pembayaran pajak. Pengetahuan dan pemahaman
tentang peraturan perpajakan akan meningkatkan kemauan wajib pajak untuk
membayar pajak, karena wajib pajak yang memiliki pengetahuan peraturan
perpajakan berpikir lebih baik membayar daripada terkena sanksi (Widayati dan
Nurlis, 2010).
Witono (2008) melakukan penelitian terhadap wajib pajak orang pribadi di
KPP Surakarta dan konsultan pajak di wilayah Surakarta menghasilkan
kesimpulan bahwa semakin baik pengetahuan wajib pajak dan konsultan pajak
terhadap peraturan pajak maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak, dan
pengetahuan pajak dan keadilan sistem pajak baik bersama-sama maupun sendiri-
sendiri berpengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib dan konsultan
pajak.

Nugroho (2012), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi kemauan membayar pajak studi kasus pada wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Tengah Satu menghasilkan

4
5

kesimpulan bahwa pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, pelayanan


fiskus yang berkualitas, dan persepsi terhadap efektivitas perpajakan berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran membayar pajak.

Kesedian membayar zakat merupakan sebuah keharusan bagi orang Islam.


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa membayar zakat merupakan
kewajiban bagi setiap orang Islam. Oleh karena itu orang Islam perlu memiliki
pengetahuan tentang zakat. Idris dan Ayob (2001), menyatakan bahwa sikap
muzakki dipengaruhi oleh gender, usia, persepsi tentang hukum zakat,
pengetahuan, kualitas pelayanan, promosi atau sosialisasi zakat.

Kamil (2005) dalam studinya mengungkapkan bahwa persepsi kualitas


layanan, tingkat pengetahuan zakat, dan promosi kampanye zakat, secara
signifikan berhubungan dengan perilaku kepatuhan dalam arah yang positif.

Penjelasan mengenai Undang-undang No. 38 tahun 1999 Tentang


Pengelolaan Zakat Pasal 14 ayat 3 yaitu Pengurangan zakat dari laba/pendapatan
sisa kena pajak dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni
kewajiban membayar zakat dan pajak. Kesadaran membayar zakat dapat memacu
kesadaran membayar pajak.

Pengetahuan mengenai zakat, seperti regulasi pemerintah mengenai


perpajakan dan zakat tercantum di UU Nomor 38 Tahun 1999 mengenai zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak, dapat mempengaruhi kepatuhan pajak.
setiap wajib pajak muslim akan dapat memanfaatkan peraturan tersebut untuk
mengurangi jumlah penghasilan kena pajak dalam pelaporan pajaknya. Seperti
yang diungkapkan oleh Fitranoska (2006) dalam penelitiannya ditemukan
hubungan positif yang kuat antara Zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena
Pajak dengan pemenuhan kewajiban pajak.

Sedangkan Buchori mengungkapkan bahwa Faktor pendidikan, agama,


kesadaran, Undang-undang dan peraturan serta faktor lingkungan dan sikap fiskus
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, tetapi wajib pajak tidak patuh dalam
implementasi zakat sebagai pengurang pajak terutangnya di SPT.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-
barakatu yang mempunyai arti keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki
arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti pertumbuhan dan
perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan. Sedangkan
zakat menurut istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan dengan
redaksi yang berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya memiliki maksud
yang sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada seseorang yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula (Hafhiduddin: 2002). Dari pengertian tersebut
sangat jelas bahwa orang yang mengeluarkan sebagian dari hartanya
untuk zakat akan dapat menambah kesuburan hartanya dan memperoleh
pula keberkahan dan rahmat dari Allah, serta mendapatkan kesucian diri
dari hartanya, selain itu hartanya akan senantiasa tumbuh dan berkembang
menjadi lebih banyak, dan harta yang dimiliki akan selalu beres dan
dijauhkan dari berbagai macam kemadharatan (Azis:2005).
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan Allah SWT
mewajibkan untuk menunaikan zakat (Sabiq:1988). Zakat dapat
membersihkan pelakunya dari dosa dan menunjukan kebenaran imanya,
adapun caranya dengan memberikan sebagian harta yang telah mencapai
nishab dalam waktu satu tahun kepada orang yang berhak menerimanya
(Ghofar: 2010).
Pada dasarnya zakat dibagi menjadi dua macam yaitu zakat
fitrah dan zakat maal, berikut penjelasannya (Fathoni: 2015):
1) Zakat Fitrah, adalah zakat yang diperintahkan nabi Muhammad
kepada umat Islam pada tahun diwajibkan puasa Ramadhan sampai
hari terakhir bulan ramadhan sebelum sholat idhul fitri.
2) Zakat Maal (harta), yaitu zakat yang berkaitan dengan kepemilikan
harta tertentu dan memenuhi syarat tertentu. Zakat ini meliputi
zakat tumbuh- tumbuhan, zakat binatang ternak, zakat perniagaan,
zakat barang tambang, zakat emas dan perak, serta zakat yang
sedang marak pada masa sekarang ini adalah zakat profesi.
Pada penelitian ini akan fokus membahas tentang zakat profesi
(zakat penghasilan). Zakat profesi terdiri dari dua kata yaitu zakat dan
profesi. Dalam literatur fiqh klasik pengertian zakat adalah hak yang
dikeluarkan dari harta atau badan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran, dan sebagainya) tertentu (Muhammad: 2002). Zakat profesi
adalah zakat yang di keluarkan dari hasil apa yang di peroleh dari
pekerjaan dan profesinya. Penghasilan dari pekerjaan berupa gaji, upah,
ataupun honorarium. Yang demikian itu apabila sudah mencapai nishab

6
7

dan haul pendapatan maka harus di keluarkan zakatnya (Qardawi: 1991).


Nishab merupakan batas minimal atau jumlah minimal harta yang
dikenai kewajiban zakat. Karena zakat profesi ini tergolong baru,
nishabnya dikembalikan kepada nishab zakat- zakat yang lain yang sudah
ada ketentuan hukumnya.
Ada dua kemungkinan yang dapat dikemukakan untuk ukuran
nishab zakat profesi ini (Marimin, Fitria: 2015):
1) Disamakan dengan nishab zakat emas dan perak, yaitu dengan
mengkiaskannya kepada emas dan perak sebagai standar nilai uang
yang wajib dikeluarkan zakatnya, yakni 20 dinar atau 93,6 gram
emas.
2) Disamakan dengan zakat hasil pertanian yaitu 5 wasq (sekitar 750
kg beras). Zakatnya dikeluarkan pada saat diterimanya
penghasilan dari profesi tersebut sejumlah 5 atau 10%, sesuai
dengan biaya yang dikeluarkan.

3.2. Pengetahuan Zakat


Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek termasuk ke dalamnya adalah ilmu (Jujun,
1993). Lebih lanjut Jujun (1993) menyatakan bahwa terdapat dua cara
yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Cara pertama adalah mendasarkan diri pada rasio, dan yang kedua secara
sederhana mendasarkan diri kepada pengalaman.
Kesedian membayar zakat merupakan sebuah keharusan bagi
orang Islam. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa membayar zakat
merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. Oleh karena itu orang Islam
perlu memiliki pengetahuan tentang zakat.
Berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan zakat, zakat adalah Zakat adalah harta yang wajib disisihkan
oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Dewan Syariah Lazis Muhammadiyah (2004:18) mengutarakan
syarat-syarat harta kekayaan yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:
1) Milik penuh; pemilik harta tersebut memungkinkan untuk
menggunakan dan mengambil manfaatnya secara penuh.
2) Berkembang; harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila
diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.
3) Cukup nisab; hartanya telah mencapai jumlah tertentu sesuai
ketetapan syara’.
4) Sisa hutang; orang yang mempunyai hutang sebesar uang atau
harta yang dimilikinya, maka harta tersebut terbebas dari zakat.
5) Berlalu satu tahun; kepemilikan harta tersebut sudah berlalu
masanya selama 12 bulan.
8

Pelaksanaan zakat masih menemui hambatan dikarenakan


kesadaran masyarakat muslim dalam pelaksanaan zakat masih belum
diikuti dengan tingkat pengetahuan yang memadai tentang zakat.
Kurangnnya pengetahuan tentang jenis harta yang wajib untuk dizakatkan
dan mekanisme pembayaran zakat yang sesuai dengan syariat Islam
mempengaruhi pembayaran zakat yang dilakukan oleh masyarakat
muslim.
Pengetahuan zakat adalah pengetahuan masyarakat tentang zakat,
tujuan dan manfaat zakat, dampak yang akan diperoleh dari membayar
zakat yang akan melahirkan budaya berzakat masyarakat sebagai suatu
kewajiban yang harus ditunaikan. Pengetahuan masyarakat tentang zakat,
cara pandangan masyarakat tentang sangat kental dengan nuansa fiqih
harus ditambah dengan cara pandang yang memungkinkan zakat dapat
diberdayakan (Bukhari, 2009). Ahli Teori pembelajaran yakin bahwa
pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong,
rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan. Pendorong
(drives) adalah rangsangan internal yang kuat yang mendorong tindakan.
Isyarat (cues) adalah rangsangan kecil yang menentukan kapan, di mana,
dan bagaimana tanggapan seseorang. Semakin baiknya pengetahuan zakat
pengusaha mikro dapat meningkatkan kesadaran mereka dalam membayar
zakat yang menjadi pendorong yang kuat dan motivasi serta kontribusi
yang positif bagi penerimaan zakat.
Salah satu sebab belum berfungsinya zakat sebagai instrumen
pemerataan dan belum terkumpulnya zakat secara optimal di lembaga-
lembaga pengumpul zakat, karena pengetahuan masyarakat terhadap harta
yang wajib dikeluarkan zakatnya masih terbatas pada sumber-sumber
konvensional yang secara jelas dinyatakan dalam Al Quran dan hadist
dengan persyaratan tertentu. Apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan
ekonomi yang terus berkembang dari waktu ke waktu
(Hafiduddin,2002: 2).
H1: Pengetahuan zakat berpengaruh terhadap minat pelaku umkm untuk
membayar zakat niaga

3.3. Minat membayar zakat


Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) diartikan
sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Secara
etimologi pengertian minat adalah perhatian, kecenderungan hati kepada
sesuatu keinginan. Sedangkan menurut istilah ialah suatu perangkat mental
yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian,
prasangka atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada
suatu pilihan tertentu (Mappiare: 1997).
Minat adalah suatu rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
9

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat (Slameto: 2010). Minat adalah suatu yang
penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik. Minat
mendorong orang untuk melakukan kegiatan dan menyebabkan seseorang
menaruh perhatian pada kegiatan tersebut (Nasution: 1999).
Menurut Crow and Crow dalam bukunya Abdul Rahman Saleh
berpendapat ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya minat (Shaleh:
2004), yaitu:
1) Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan makan, rasa
ingin tahu. Hal ini menunjukkan adanya pemusatan perhatian dan
perasaan senang. Muzakki yang telah mengetahui tentang
kewajiban terhadap harta yang dimilikinya, dan dengan ada
kesadaran dalam individu muzakki, maka muzakki senantiasa
memiliki komitmen untuk mengeluarkan zakat.
2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Dorongan dari luar
sangat menentukan seseorang untuk membayar zakat di lembaga
amil zakat, misalkan dorongan dari keluarga, , teman, dan
dorongan dari lingkungan sekitarnya.
3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan
emosi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya
terhadap lembaga zakat sebagai pengelola zakat.

Kurangnya minat pelaku untuk membayar zakat niaga


dipengaruhi oleh beberapa hal. Yang pertama, ketidaktahuan kewajiban
membayar zakat. Menurut Hafidhuddin (2007) pengetahuan merupakan
salah satu penyebab belum terkumpul zakat secara keseluruhan di
lembaga-lembaga pengumpul zakat, kerena pengetahuan masyarakat
terhadap harta yang wajib dikeluarkan zakatnya masih terbatas pada
sumber-sumber konvensional yang secara jelas dinyatakan dalam Al-
Quran dan Hadits dengan pernyataan tertentu.
Kedua, Pendapatan juga diyakini merupakan faktor yang
mempengaruhi minat masyarakat membayar zakat. Menurut Qardawy
(2004) menyampaikan bahwa dalam ajaran islam, seseorang diwajibkan
membayar zakat apabila pendapatan yang dimiliki telah mencapai nisab
dan haulnya, dan sebaliknya apabila seseorang yang memiliki pendapatan
belum mencapai nisab dan haulnya, maka orang tersebut tidak wajib
mengeluarkan zakatnya. Ketiga, ketidakpercayaan terhadap Lembaga
Pengelola Zakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi keengganan
masyarakat membayar zakat pada BAZ/LAZ adalah kurangnya
kepercayaan dari masyarakat terhadap BAZIS/LAZ dalam menyalurkan
zakat kepada mustahiq (Daulay & Lubis, 2006), sehingga sebagian
10

masyarakat mengeluarkan zakatnya tidak melalui Amil zakat tetapi


langsung kepada Mustahiq.
Faktor yang mempengaruhi dalam membayarkan zakatnya
merupakan faktor individual yang bisa saja dipengaruhi oleh internal atau
eksternal individu. Menurut Lubis (2014) teori atribusi mampu
menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh gabungan antara
kekuatan internal, dan kekuatan eksternal.
Zakat Perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan
harta yang diperuntukan untuk jual beli. Zakat ini dikenakan kepada
perorangan ataupun perserikatan. Menurut Jaziri (2003) jika terdapat
suatu barang dijadikan sebagai obyek kegiatan perniagaan maka kategori
zakatnya adalah zakat barang dagangan atau zakat perniagaan.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih, bila
mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan, bila
kepuasan berkurang, maka minatpun berkurang. (Kumalahadi, 2012).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat adalah dorongan kuat
bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan
pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Minat yang
besar terhadap suatu hal merupakan modal yang besar untuk
membangkitkan semangat untuk melakukan tindakan yang diminati
dalam hal ini membayar zakat di Organisasi Pengelola Zakat.
H4: Minat membayar zakat berpengaruh terhadap minat pelaku umkm
untuk membayar zakat niaga

3.4. Pendapatan
Menurut Yusuf Qardawi, pendapatan ialah tambahan harta yang
diperoleh dari sumber yang diketahui dan bersifat tetap. Pendapatan pada
dasarnya merupakan timbal balik yang diterima pemilik faktor produksi
atas hasil kerjanya dalam proses produksi. Masing-masing faktor
produksi akan memperoleh balas jasa berupa gaji atau upah dan
profesional yang memiliki keahlian tertentu akan memperoleh balas jasa
dalam bentuk laba (Qardawi: 1991).
Pendapatan atau penghasilan yang wajib dikeluarkan zakatnya
telah dilandasi oleh fatwa MUI Nomor 3 tahun 2003 tentang zakat
penghasilan. Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan penghasilan adalah
setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain-lain yang
diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai
atau karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan,
dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas
lainnya. Semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya
dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas
85 gram.
11

Islam telah mewajibkan zakat atas kekayaan dan pendapatan.


Menurut Boediono yang dikutip Kiryanto dan Khasanah, tingkat
pendapatan merupakan harta kekayaan atau pendapatan yang dimiliki oleh
seorang muzakki berpengaruh besar terhadap motivasi untuk membayar
zakat. Begitu pula jika ada kenaikan harta atau pendapatan dapat
mempengaruhi peningkatan jumlah zakat yang akan dikeluarkan
berikutnya (Kiryanto, Khasanah: 2013). Dengan demikian, pendapatan
seseorang sangat mempengaruhi niat individu untuk mengeluarkan zakat.
Karena pendapatan memiliki hubungan mengenai apakah harta tersebut
sudah mencapai nishab atau belum, disamping pula berpengaruh terhadap
besar jumlah zakat yang akan dikeluarkan oleh muzakki (Satrio,
Siswantoro: 2016). Menurut Qardawi (1991) indikator yang digunakan
untuk menjelaskan variabel ini adalah:
1) Gaji/Upah
2) Tambahan pendapatan

3.5. Kesadaran Zakat


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) kesadaran berasal
dari kata sadar yang berarti insaf, yakin, merasa, mengerti, sementara
kesadaran ialah keinsafan, keadaan mengerti atas hal yang dirasakan atau
dialami seseorang. Menurut Widjaja, sadar diartikan merasa, tahu, ingat,
kepada keadaan yang sebenarnya, atau ingat akan keadaan dirinya.
Adapun kesadaran diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti dan merasa.
Dari pengertian tersebut, maka sadar merupakan sikap atau perilaku
mengetahui dan patuh pada peraturan dan ketentuan yang ada (Widjaja:
1984).
Pengetahuan dan pemahaman merupakan hal yang sangat penting
dalam mendorong kesadaran manusia untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan hati nuraninya. Kesadaran dalam hal ini adalah kesadaran
dalam melakukan kebaikan (Nasution: 2017). Menurut Soekanto(1982)
terdapat indikator kesadaran, yaitu:
1) Pengetahuan dan pemahaman zakat untuk mengentas
kemiskinan.
2) Sikap dan Pola perilaku (tindakan) untuk segera membayar zakat di
lembaga pengelola zakat.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan
zakat, dan kepercayaan terhadap minat membayar zakat di msyarakat.
Pengetahuan zakat terbukti berpengaruh positif terhadap minat membayar
zakat. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin baik pengetahuan zakat
yang dimiliki oleh individu, maka akan berpengaruh baik kepada minat
untuk membayar zakat. Kepercayaan terbukti berpengaruh positif terhadap
minat membayar zakat. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin
baik/tinggi kepercayaan yang dimiliki oleh individu/muzakki, maka akan
berpengaruh baik terhadap minat untuk membayar zakat.

4.2. Saran
Diharapkan model penelitian nantinya dapat dikembangkan sebagai bahan
masukan Badan Amil Zakat dalam meningkatkan dan kepatuhan zakat
sehingga penerimaan negara dari sektor zakat dapat terus meningkat dari
tahun ke tahun.

12
Daftar Pustaka

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/558-3320-1-PB.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/11919-37485-1-PB.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/26-49-1-SM.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai