Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI KESADARAN PAJAK

“Di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Pancasila
dengan dosen pembimbing Ibu Rupdi, M.Kes”

Disusun oleh :

1. Cindy Arta Lestari (211560111016)


2. Sri Putri Amelia (211560111041)
3. Windi Citra Aulia (211560111050)
4. Teuku Muhamad Gerall (211560111054)

STIKes MEDISTRA INDONESIA

TAHUN AKADEMIK

2021-2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Bela Negara, Cinta Tanah Air” dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Pelajaran Pancasila.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rupdi M.Kes
selaku Dosen Mata Pelajaran Pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 13 September 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. ......... 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................. 5
3

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................... 5


BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
6
2.1 Strategi Dan Langkah Pembayaran Pajak………………………...................................... 6.
2.2 Pajak Dalam Sejarah Indonesia....................................................................................... . 10
2.3 Problem Pajak Dan Penegakan Hukum……………………………................................. 14
2.4 Hubungan Membayar Pajak dan Bela Negara.................................................................. 17
2.5 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lain........................................................................... 19
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 22
3.2 Saran................................................................................................................................. 23
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), penerimaan negara pada tahun 2016 dari sektor pajak memberikan kontribusi
yang sangat besar, yaitu 74,6 % dari total pendapatan negara. Hal ini memberi indikasi
bahwa sektor perpajakan memiliki peran sangat penting dalam menjamin
keberlangsungan kehidupan bangsa kita, khususnya dalam mewujudkan kehidupan
bangsa yang cerdas, sejahtera, adil, dan damai. Oleh karena itu, untuk memastikan
pemasukan dari sektor perpajakan, setiap warga negara sudah seharusnya memiliki
kesadaran tentang pajak. Kesadaran pajak setiap warga negara merupakan modal
psikososial untuk menunaikan kewajibannya sebagai pembayar pajak dan juga sebagai
penikmat pajak. Secara kurikuler capaian pembelajaran (learning outcomes) tentang
4

kesadaran pajak, dapat dikembangkan sebagai program pendidikan melalui inklusi


kesadaran pajak dalam Mata Kuliah Wajib Umum (vide Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi).
Untuk menjamin terwujudnya inklusi kesadaran pajak tersebut, diperlukan program
pembelajaran yang dirancang secara inklusif dalam pembelajaran MKWU guna
mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan.Dalam konteks nation and character
building, pendidikan kesadaran pajak yang diinklusikan ke dalam mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki fungsi dan peran
yang sangat penting, antara lain sebagai upaya untuk mengembangkan kesadaran pajak
dalam diri peserta didik. Pendidikan kesadaran pajak saling menguatkan dengan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air yang bersumber dari nilai dan moral Pancasila. Dalam
konteks ini, pendidikan kesadaran pajak yang inklusif dalam MKWU diharapkan
berkontribusi terhadap pengembangan keadaban warga negara yang sadar pajak (civic
virtue).Tujuan dan strategi dalam kesadaran pajak.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah masyarakat sudah memiliki kesadaran membayar pajak?

2. Apakah masyarakat sudah memahami bahwa membayar pajak adalah salah satu rasa
bela negara?

3. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisis apakah masyarakat sudah memiliki kesadaran dalam membayar
pajak.

2. Untuk menganalisis apakah masyarakat sudah memahami dengan membayar pajak


adalah salah satu rasa nasionalis.

3. Untuk menganalisis pengaruh adanya sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib


pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi wajib pajak


5

Memberikan informasi tentang perpajakan, sehingga membangun kesadaran


masyarakat untuk lebih mengetahui tentang pajak sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Bagi Direktorat Jendral Pajak

Memberikan informasi serta masukan kepada Direktorat Jendral Pajak, bahwa


pelayanan fiskus dan ketegasan sanksi perpajakan diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibanperpajakannya.

3. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan refensi untuk mahasiswa dalam memahami
kesadaran membayar pajak

BAB II
PEMBAHASAN
Perpajakan merupakan salah satu kegiatan pemerintah berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan penambahan pelayanan publik
sehingga pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai serta
mengurangi kesenjangan sosial antar penduduk. Upaya atas pencapaian tujuan perpajakan itu
sendiri tentu tidak selalu berjalan lancar. Salah satu hal yang perlu diperhatikan yaitu
pemungutan pajak. Banyak faktor yang membuat para Wajib Pajak tidak membayar atau
tidak melaporkan kewajiban pajaknya kepada petugas pajak. Sistem pemungutan pajak
dengan menggunakan Self Assessment memberikan peran aktif Wajib Pajak untuk
melakukan sendiri perhitungan pajak terutang, menyetorkan sendiri, dan melaporkan SPT
sendiri. Sistem ini lebih ditekankan kepada kerelaan Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban
perpajakannya (Devano dan Rahayu ,2006:113).
Untuk menunjang dari Self Assessment System tersebut Direktorat Jenderal Pajak
membuat suatu sistem pendukung yang diharapkan dapat memudahkan Wajib Pajak dalam
membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya yaitu adanya efilling, e-SPT, e-NPWP, e-
regristration, drop box dan e-banking.
2.1 Strategi dan langkah membayar pajak
6

A. Strategi atau langkah menimbulkan kesadaran pajak

1. Segera lakukan sosialisasi


Menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari
lingkungan keluarga sendiri yang terdekat, melebar kepada tetangga, kemudian
forumforum tertentu dan ormasormas tertentu melalui sosialisasi.

2. Memberikan kemudahan kepada semua wajib pajak dan tingkatkan mutu


pelayanan kepada wajib pajak. Pelayanan yang berkualitas merupakan pelayanan
yang dapat memberikan kepuasan kepada Wajib Pajak dan tetap dalam batas
memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus
dilakukan secara konsisten dan kontinyu.
3. Meningkatkan rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak
Rasa percayanya wajib pajak akan pemerintah akan membentuk kesadaran akan
kegiatan pembayaran pajak sebagai sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu
kewajiban. Dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan
masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi dengan rasa
saling percaya.

4. Memberikan pemahaman melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan


perpajakan Pendidikan diharapkan dapat mendorong individu kearah yang positif
dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat
memberikan pengaruh positif sebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban
membayar pajak.

B. Langkah-langkah melakukan pembayaran pajak


a) Cara Mendapatkan Kode e-FIN Pajak:
1. Kunjungi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di kota Anda dengan membawa
fotokopi KTP dan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jika
Anda belum memiliki kartu NPWP, minta ke kantor tempat Anda bekerja.
2. Mengisi formulir pembuatan e-FIN di loket yang telah disediakan.
3. Selanjutnya, aktivasi e-FIN dengan tautan yang dikirimkan ke alamat email
Anda. Nomor e-FIN selanjutnya bakal berguna untuk membuat akun DJP
Online.
b) Cara Membuat Akun DJP Online:
7

1. Kunjungi laman https://djponline.pajak.go.id/account/ lewat


aplikasi browser Anda dan pilih menu ‘Registrasi’.
2. Isi data dengan nomor NPWP dan kode e-FIN yang telah Anda miliki. 
3. Pastikan juga kode e-FIN Anda telah diaktivasi di loket yang ada di KPP.
Setelah itu isi kode keamanan sesuai yang telah disediakan. Jika sudah klik
Verifikasi.
4. Setelah semuanya beres, masuk ke akun Anda dan tuliskan email, nomor HP
yang aktif, dan kode keamanan. Anda akan diminta membuat password yang
digunakan untuk login DJP Online. Klik Simpan setelah selesai
membuat password.
5. Cek email yang Anda daftarkan. Klik tautan yang dikirimkan oleh
DJP Online untuk mengaktifkan akun. Anda akan mendapatkan
pemberitahuan Aktivasi Akun Berhasil. Klik Ok untuk masuk ke menu log
in.
6. Langkah selanjutnya adalah masuk ke akun DJP Online dengan mengisi
NPWP dan password. Jika berhasil log in berarti akun Anda telah berhasil
diaktifkan.
7. Akun DJP Online tersebut bisa Anda gunakan untuk lapor SPT tahunan (e-
Filing) dan membayar pajak (e-Billing).
c) Cara Bayar Pajak Online dengan e-Billing DJP Online:

1. Log in ke laman djponline.pajak.go.id.

2. Masukkan NPWP, password, dan kode keamanan untuk login ke akun Anda.

3. Selanjutnya pilih menu e-Billing System.

4. Pilih pada menu Isi SSE.

5. Kemudian Anda akan mendapat form Surat Setoran Elektronik (SSE) yang
harus Anda isi.

6. Data pada formulir tersebut akan terisi otomatis. Yang perlu Anda ubah
hanya pada kolom Jenis Pajak, Jenis Setoran, Masa Pajak, Tahun Pajak,
Uraian Pajak yang dibayarkan, dan Jumlah Setoran.

7. Setelah merampungkan pengisian, klik Simpan.

8. Klik pada pilihan Kode Billing.


8

9. Klik Cetak Kode Billing.

10. Setelah mendapatkan Kode Billing, bayar pajak online lewat bank, kantor
pos, atau ATM yang Anda gunakan. Bisa juga melalui internet banking jika
Anda menggunakan fasilitas tersebut.

C. Fungsi Pajak Bagi Pembangunan Negara


a) Fungsi Pajak Menurut Para Ahli
Menurut Rahayu dalam Perpajakan (2018:31), ada 4 fungsi pajak, yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi penerimaan atau budgetair yaitu, pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend) Fungsi mengatur atau regulerend yaitu,
pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)
Fungsi pemerataan yaitu, maksudnya bisa digunakan untuk menyesuaikan
dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan
masyarakat.
4. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi yaitu, pajak bisa digunakan untuk menstabilkan kondisi dan
keadaan ekonomi. Contohnya dengan menetapkan pajak yang cukup tinggi,
pemerintah bisa mengatasi inflasi.
b) Fungsi Pajak Menurut Direktorat Jendral Pajak
Menurut DJP fungsi pajak terbagi menjadi 4 fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
9

negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya


ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Contohnya :
a. dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri,diberika berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
b. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi Stabilitas
Pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan
dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, bisa dilakukan
antara lain :
a. dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
b. pemungutan pajak,
c. penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
2.2 Pajak dalam konteks sejarah Indonesia
Pajak merupakan salah satu komponen penting dalam perjalanan suatu bangsa dan
negara. Hampir semua negara yang ada di dunia ini menerapkan suatu aturan maupun
skema tentang pengenaan pajak. Tak terkecuali di Indonesia ini. Dibawah ini peristiwa
perpajakan yang terjadi pada beberapa masa di negera Indonesia, seperti:
1. Masa Kerajaan
Pajak telah dikenal sejak wilayah Nusantara masih dikuasai oleh berbagai
kerajaan dan kesultanan yang timbul dan tenggelam dalam rentang sejarah yang
panjang. Raja-raja Nusantara telah memungut “pajak atau upeti” dari masyarakat
untuk menghidupi kerajaannya, antara lain:
10

a. untuk kegiatan operasional kerajaan,


b. membangun dan merawat infrastruktur,
c. dan menyelenggarakan acara-acara keagamaan.
Rupa-rupa pajak yang diwajibkan mulai dari:
a. pajak tanah,
b. hasil hutan sampai pelacuran,
c. dan pertunjukan seni.

2. Masa Hindia Timur (1600–1800)


Bangsa Portugis, Inggris, Spanyol, dan Belanda adalah bangsa Eropa yang
aktif berdagang ke wilayah Hindia Timur. VOC maskapai dagang milik Belanda
berhasil mendominasi perdagangan di Hindia Timur.
Pada abad ke-17, VOC membangun dan mengurus kota Batavia, ibu kota
imperium dagangnya di Asia-Afrika, dengan pajak sehingga bisa sukses hingga ibu
kota itu mendapat sebutan “Koningen Het van Oosten” atau “Ratu di Timur. VOC
hidupnya sungguh sangat bergantung pada pajak.
3. Masa Hindia Belanda: Fase Liberal (1870–1942)
Pada 1870, sistem tanam paksa melalui perundangan dinyatakan berakhir.
Salah satu langkahnya adalah sistem hak milik perorangan terhadap tanah, tetapi
banyak ditolak karena sistem lama sudah berakar soal tanah dan lagi pula pajak
tanah tetap tinggi karena hakekatnya pemerintah kolonial tetap menerapkan sistem
sewa tanah antara negara dengan rakyat.
Sementara barang-barang dari luar yang diperlukan rakyat dibebani rupa-rupa
pajak. Pada saat itu rakyat harus “membeli uang”, artinya rakyat harus menjual
pelayanan dan barang-barang untuk memperoleh uang pembayar pajak dan
pembeli barang-barang lain yang dibutuhkan. Fase Tanam Paksa
4. Masa Pendudukan Jepang (1942–1945)
Masuknya Jepang ke Indonesia mengubah nuansa feodal yang diterapkan
kolonial Belanda. Jepang meneruskan land rent  atau pajak tanah disebut dengan
Pajak Bumi. Pemerintah pendudukan Jepang juga menetapkan:
11

a. sistem wajib serah padi. Selain itu juga ditetapkan


b. pembayaran pajak untuk penggunaan fasilitas fasilitas tertentu,
c. eperti jembatan, jalan raya, dan fasilitas umum lainnya.
d. Masyarakat juga diwajibkan untuk membayar pajak sepeda bagi siapa saja
yang memilikinya.

5. Masa Republik Indonesia dalam Revolusi Kemerdekaan (1945–1950)


Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, para
pendiri Republik menuangkan masalah pajak kedalam Undang-undang Dasar 1945
hal keuangan.
Dalam Pasal 23 yang memuat lima butir ketentuan, butir kedua menyatakan
bahwa “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-
undang”.Dengan demikian, pajak sebagai “nyawa” negara telah secara resmi diatur
oleh Undang-undang 1945.
6. Masa Pemerintahan Presiden Soekarno (1950–1966)
Sesuai dengan Pasal 23 A UUD 1945 yang berbunyi, “Pajak dan pungutan
yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang.Perlahan
pemerintah membenahi berbagai aturan di antaranya pada 1957 mengganti Pajak
Peralihan dengan nama Pajak Pendapatan Tahun 1944 yang disingkat dengan Ord.
PPd. 1944. Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal Moneter yang
bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah, pada 1963
diubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi. Dua tahun kemudian berubah lagi
menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah atau Ipeda.
7. Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1967–1998)
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beberapa perubahan dan
penyempurnaan undang-undang pajak dilakukan.
a. Awalnya pemerintah mengeluarkan UU Nomor 8 Tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Perseroan 1925. Undang-undang
12

ini berlaku selama 13 tahun, yaitu sampai dengan 31 Desember 1983 ketika
reformasi pajak atau tax reform digulirkan.
b. terbitlah Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 1976 yang menetapkan
Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada
Direktorat Jenderal Pajak. Peralihan ini mengubah mekanisme birokrasi pajak
yang semula bidang moneter ke dalam bidang perpajakan.

c. Pada 1983, pemerintah melaksanakan reformasi pajak melalui Pembaharuan


Sistem Perpajakan Nasional (PSPN) dengan mengundangkan lima paket
undang-undang perpajakan, yaitu tentang:
1. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
2. Pajak Penghasilan (PPh),
3. PPN dan PPnBM,
4. PBB serta Bea Meterai (BM).
“Sejak 1984 Indonesia memasuki era baru sistem pemungutan pajak, yaitu  self-
assessment system”
8. Masa Reformasi 1998 hingga sekarang
Perkembangan ekonomi dan masyarakat membuat pemerintah kembali
mengubah undang-undang perpajakan pada tahun 2000. Sebuah Pengadilan Pajak
dibentuk dua tahun kemudian.
1) Perubahan perubahan undang-undang perpajakan terus dilakukan,
2) termasuk juga ukuran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
3) Sistem self-assessment ditekankan untuk peningkatan pendapatan.
4) Target penerimaan negara dari perpajakan juga terus meningkat.
5) Pemerintah juga mewajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan yang tegas
diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28.
6) Wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
7) Insentif pajak juga diterapkan mencakup Pajak Penghasilan,
8) Pajak Pertambahan Nilai,
9) Fasilitas Perpajakan (PPh, PPN, dan PBB),
13

10) serta intensifikasi perpajakan yang lebih sistematis dan terstandar serta
penegakan hukum.
Pada 2003 Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan 45 kebijakan pengurangan
pajak penghasilan dan barang mewah. Memasuki awal 2005 Direktorat Jenderal
Pajak menyiapkan empat fasilitas untuk memberi insentif kepada dunia usaha.
Reformasi pajak di Indonesia mendapat dukungan negara-negara dunia.
Lebih lanjut, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486 Tahun
1974, tarif PPn kembali mengalami perubahan dengan dibaginya tarif PPn menjadi
tiga (3) golongan sebagai berikut (Suwito Ardiyanto, 1981):
1) 0 persen, yaitu bagi barang-barang yang dibebaskan dari PPn, misalnya
barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dan koran.
2) 5 persen, misalnya untuk barang-barang berupa karton, kertas bungkus, kertas
tulis, kertas cetak, karbon, dan lain-lain.
3) 10 persen, yang berlaku untuk barang-barang yang tidak termasuk a dan b.
Perlu diketahui, sistem PPn juga memberikan hak kepada produsen dan importir
untuk meminta kembali pajak yang telah mereka bayar dari pembeli atau
konsumen.

2.3 Problem pajak dan prosedur penegakan hukum


A. Pelaksanaan dan problem pajak yang dihadapi pada tiap masa
Pemungutan pajak di Indonesia mengalami banyak permasalahan antara lain
disebabkan oleh Kelemahan regulasi dibidang perpajakan itu sendiri, kurangnya
sosialisasi, tingkat kesadaran, pengetahuan dan tingkat ekonomi yang rendah,
database yang belum lengkap dan akurat, lemahnya penegakan hukum berupa
pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan tegas. Untuk
mengatasinya dengan melakukan reformasi dibidang perpajakan, antara lain:
1. Melakukan penyempurnaan regulasi/perangkat aturan
2. Menggalakkan sosialisasi agar menambah pengetahuan untuk menumbuhkan
kesadaran wajib pajak taat pajak,
3. Melakukan evaluasi
4. Menyediakan database yang lengkap, akurat, terintegrasi dan terjamin
kerahasiannya
14

5. Meningkatkan penegakan hukum dalam pengawasan dan pemberian sanksi


secara konsisten dan tegas, dan
6. Melakukan pemungutan pajak yang adil berdasarkan undang-undang, tidak
mengganggu perekonomian, efisien dan sistemnya harus sederhana.
B. Prosedur dalam penegakan hukum dalam pelaksanaan penagihan pajak
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
dan menjual barang yang telah disita. Dasar penagihan pajak adalah :
1. STP, surat perintah membayar utang pajak atau sanksi administrasi berupa
bunga atau denda.
2. SKPKB, surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
3. SKPKBT, surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan.
4. Surat keputusan pembetulan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah.
5. Surat keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah.
6. Putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.

Menurut UU KUP dan UU tentang penagihan pajak dengan surat paksa,


penagihan pajak tetap dilakukan walaupun wajib pajak tidak sependapat
dengan dasar penagihan pajak tersebut dan memperkarakannya ke Dirjen
Pajak atau pengadilan pajak. Ketentuan tersebut pada prinsipnya melanggar
asas keadilan dan bertentangan dengan hak asasi manusia karena apabila suatu
ketetapan yang diterbitkan oleh administrasi atau aparat perpajakan
disengketakan oleh wajib pajak, maka ketetapan tersebut tidak atau belum
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, barulah fiksus berhak melakukan
tindakan penagihan pajak. Tindakan penagihan dimulai dengan menerbitkan :

a. Surat teguran
15

Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur
atau memperingatkan penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Surat teguran diterbitkan 7(tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo
pembayaran utang pajak.
b. Surat paksa
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Utang pajak setelah lewat 21 hari dai tanggal surat
teguran tidak dilunasi, diterbitkan surat paksa yang diberitahukan oleh
jurusita pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan surat paksa
sebesar Rp. 50.000,00 utang pajak haus dilunasi dalam jangka waktu 2 x
24 jam setelah surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak.
7. SPMP (Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan)
Apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 kali 24 jam
terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, maka
Kepala KPP/KPPBB yang telah menerbitkan Surat Paksa menerbitkan SPMP.
Dengan kata lain, SPMP paling cepat diterbitkan setelah lewat waktu 2 kali 24
jam sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak. Jika
objek sita berada di luar wilayah kerja Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa
dan tidak berada dalam satu kota, maka prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Dalam hal obyek sita berada di luar wilayah kerja Pejabat yang menerbitkan
Surat Paksa, Pejabat tersebut meminta bantuan kepada Pejabat yang
wilayah kerjanya meliputi tempat/lokasi obyek sita untuk menerbitkan
SPMP terhadap obyek sita yang dimaksud. Selanjutnya Pejabat yang
diminta bantuan segera menerbitkan SPMP tersebut.
b. Apabila obyek sita letaknya berjauhan dengan tempat kedudukan pejabat
yang menerbitkan Surat Paksa, tetapi masih dalam wilayah kerjanya,
Pejabat dimaksud dapat meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah
kerkanya juga meliputi tempat obyek sita berada untuk menerbitkan SPMP.
8. Penagihan seketika dan sekaligus
a. Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus yang
diterbitkan oleh pejabat apabila :
1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk itu.
16

2. Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang


dikuasai dalam menghentikan atau mengecilkan kegiatan peusahaan atau
pekerjaan yang dilakukan diindonesia.
3. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan
badan usaha atau menggabungkan usaha atau melakukan pembubaran
bentuk lainnya.
4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara atau
5. Terjadinya penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

b. Penerbitan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus oleh pejabat,


dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Diterbitkan sebelum jatuh tempo pembayaran


2. Diterbitkan tanpa didahului surat teguran
3. Diterbitkan sebelum jangka waktu 21(dua puluh satu) hari sejak surat
teguran diterbitkan atau diterbitkan sebelum penerbitan surat paksa.
9. Surat lelang
Pelelangan merupakan tindakan hukum penagihan berikutnya untuk
melunasi utang pajak Wajib Pajak. Lelang dalam hal sita pajak merupakan
salah satu bagian dari berbagai jenis untuk melaksanakan eksekusi atas
barang-barang milik Wajib Pajak dalam rangka penagihan piutang pajak.
Surat lelang dikeluarkan untuk aset Wajib Pajak yang dilakukan
apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
dilaksanakan pelelangan. Setelah ditentukan hari, tanggal, dan jam lelang
maka Kepala Kantor mengumumkan lelang paling singkat 14 (empat belas)
hari setelah penyitaanmelalui surat kabar, selebaran atau tempelanyang mudah
dibaca oleh umum dan atau media elektronik termasuk internet di wilayah
kerja Kantor Lelang tempat barang yang akan dijual.
Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang
untuk menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang apabila harga
penawaran yang diajukan oleh calon pembeli lebih rendah dari harga limit
yang ditentukan dan untuk menghentikan lelang apabila hasil lelang sudah
cukup untuk melunasi utang pajak dan atau biaya penagihan pajak.
2.4 Hubungan membayar pajak dan bela negara
17

Kita sering melihat atlet-atlet Indonesia berlaga di dalam ajang kompetisi nasional
maupun intel. Atlet yang memenangkan berbagai kompetisi di tingkat nasional
biasanya akan dikirim untuk berlaga ditingkat internasional. Hal yang mengharukan
dan membanggakan adalah ketika Bendera Merah Putih dikibarkan diiringi lagu
Indonesia Raya pada saat atlet Indonesia memenangkan pertandingan internasional.
Rasa nasionalisme kita menjadi rnasionabangkit kembali. Untuk dapat memiliki atlet-
atlet yang profesional dan handal tentunya diperlukan pembinaan yang memerlukan
pembiayaan.
Demikian juga pengiriman para atlet ke luar negeri atau penyelenggaraan berbagai
ajang olahraga di dalam negeri, yang tentunya membutuhkan pembiayaan. Dari
manakah sumber pembiayaan tersebut? Dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), yang salah satu sumber utama pendanaannya berasal dari pajak. Padyangan
Tax Center memberikan data tersebut sebagaimana tertulis di bawah ini (PTC,2013):
“... Namun demikian, sumber utama pembiayaan pembinaan olah raga prestasi itu
bersumber dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
APBN 2013 memperlihatkan bahwa pembiayaan untuk anggaran Kementerian
Pemuda dan Olahraga sebesar Rp 1,95 triliun termasuk di dalamnya anggaran untuk
Pembinaan Olahraga Prestasi sebesar Rp 560 Miliar.”Alokasi dana yang dicantumkan
di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan, alokasi dana untuk
Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2014 adalah 1,76 triliun, tahun 2015 adalah
1,78 triliun, serta tahun 2016 adalah 2,85 triliun.
Sebagaimana telah dipaparkan di dalam bagian Konsep Bela Negara, dijelaskan
bahwa bela negara adalah suatu usaha yang dilakukan oleh WNI yang salah satu
caranya dapat dilakukan melalui profesi masing-masing. Contoh di atas, yaitu atlet
melakukan usaha bela negara melalui profesi mereka. Walaupun bukan atlet, sebagai
warga negara yang cinta tanah air, kita tetap dapat melaksanakan hak dan kewajiban
bela negara, yaitu dengan cara membayar pajak. Melalui pajak yang kita bayarkan
tersebut, kita dapat mendukung pelaksanaan upaya bela negara yang dilakukan oleh
para atlet Indonesia tersebut dalam bentuk pendanaan secara tidak langsung. Sutarman
memberikan beberapa contoh bentuk bela negara non fisik, yakni (Sutarman,2011:82)
1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, taat, patuh terhadap peraturan
perundangan dan demokratis.
18

2) Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat.
3) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara.
4) Sadar membayar pajak untuk kepentingan bangsa dan negara.

2.5 Perbedaan pajak dengan pemungutan lain


Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan
untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak
tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan
untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Sedangkan retribusi adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau Badan. Berdasarkan dua pengertian diatas, kita dapat menjabarkan antara
perbedaan pajak dan retribusi.
Perbedaan Pajak dan retribusi adalah sebagai berikut :
A. Pajak
1. Dasar Hukum
Sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 23A, disebutkan bahwa Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang.
2. Balas Jasa
Pajak merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi
ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung menerima
manfaat pajak yang dibayar, yang akan Anda dapatkan berupa perbaikan jalan
raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa pendidikan
bagi anak Anda, dan lain-lainnya.
3. Objek Pajak
Objek pajak bersifat umum contohnya pajak penghasilan, pajak barang mewah,
pajak kendaraan bermotor
4. Sifat Pajak
19

Pajak menurut Undang-undang pemungutannya dapat dipaksakan sehingga bila


tidak membayar pajak ada konsekuensi yang harus ditanggung.
5. Lembaga Pemungut
Berdasarkan lembaga yang memungutnya pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Pajak Negara yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Pajak dan Pajak
Daerah yang pemungutannya dilakukan oleh organisasi perangkat daerah yang
ditunjuk misalnya Badan Pendapatan Daerah atau Dinas Pelayanan Pajak.

6. Tujuan
Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalah untuk
mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu
1) untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari
konsumsi ke investasi.
2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal.
3) untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah
sehingga memungkinkan adanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke
tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah.
4) untuk mmodifikasi pola investasi.
5) untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan (6) untuk memobilisasi surplus
ekonomi (Nurkse, 1971) dalam (Muchlis, 2002).
B. Retribusi
1. Dasar Hukum
Retribusi dipungut berdasarkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, atau
Peraturan Daerah.
2. Balas Jasa
Balas jasa kepada wajib retribusi dapat dirasakan langsung, contohnya retribusi
kebersihan (sampah) manfaatnya dapat dirasakan langsung dengan diangkutnya
sampah wajib retribusi oleh petugas.
3. Objek Retribusi
Orang atau Badan yang menggunakan atau mendapatkan jasa atau izin yang
diberikan oleh pemerintah.
4. Sifat Retribusi
20

Dapat dipaksakan dengan sifat yang ekonomis hanya kepada orang atau badan
yang menggunakan atau mendapatkan jasa atau izin yang diberikan oleh
pemerintah.
5. Lembaga Pemungut
Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah.
6. Tujuan
Retribusi memiliki tujuan untuk memberikan jasa atau ijin kepada masyarakat
sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan mereka serta mendapatkan
pelayanan dari pemerintah.
Baik pajak maupun retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang sangat penting untuk
membiayai pembangunan dan melaksanakan pemerintahan.
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang diperoleh
dari kontribusi rakyat yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran negara.
Wajib pajak mempunyai kewajiban melaporkan dan membayar pajak terhutang sesuai
undang-undang perpajakan termasuk pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan atas
penghasilan, berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh pegawai sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan
kegiatan. wajib pajak dapat dikatakan patuh jika tidak pernah menunggak pajak,
membayar dan melaporkan pajak tepat waktu serta taat peraturan perundang-undangan
perpajakan. Perkembangan organisasi mempermudah wajib pajak untuk menjadi wajib
pajak patuh, perkembangan teknologi modern ikut membawa kemajuan dibidang
perpajakan dengan munculnya e-filing.
E-filing dapat membantu wajib pajak mendaftar dan mengisi formulir SPT tanpa
harus menghabiskan waktu untuk mengantri di Kantor Pelayanan Pajak. Perpajakan
merupakan salah satu dengan pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran
masyarakat yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
perbaikan dan penambahan pelayanan publik sehingga pemerataan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai serta mengurangi kesenjangan sosial antar
penduduk. Untuk metode pembayaran pajak bisa dilakukan secara online yaitu
menggunanakan aplikasi e-Billing. Saat ini masyarakat malas untuk membayar pajak,
22

yang harus di lakukan agar masyarakat sadar adalah memberikan edukasi kepada
masyarakat, memberikan kenyamanan atas fasilitas yang di pakai dan sanksi atas
keterlambatan pembayaran.

3.2 Saran
Dari pemaparan yang telah dijelaskan saran yang dapat diberikan oleh penulis antara
lain :
1. Detjen Pajak dapat mengeksekusi secara cepat bagi wajib pajak yang berusaha
menghindar dari kewajiban secara adil. Tidak hanya jumlah jurusita yang perlu
diperbanyak untuk mempelancar tindakan penagihan juga harus diperhatikan.
Perlunya penyuluhan yang lebih banyak kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan tidak bekerjasama dengan jurusita.
2. Meningkatkan kualitas kerjanya antara jurusita pajak dengan seksi pengawasan dan
konsultasi saling bekerjasama sehingga jurusita mendapatkan data terkait kegiatan
penagihan di antaranya data penanggung pajak, data objek sita serta lokasi objek sita
yang (up to date) dalam menyampaikan surat teguran dan paksa dapat berjalan
dengan baik. Adanya penyuluhan menggunakan sistem online yang bisa diakses
sehingga mempermudah.
23

DAFTAR PUSTAKA

https://edukasi.pajak.go.id/images/buku_pt/Materi_Terbuka/BukuMTKPPT2.pdf

https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?
jdl=Ini_4_Strategi_Kemenkeu_Tingkatkan_Kepatuhan_Pajak&news_id=102696&group_ne
ws=IPOTNEWS&news_date=&taging_subtype=ECONOMICS&name=&search=y_general
&q=kepatuhan%20pajak&halaman=1

https://adoc.pub/strategi-meningkatkan-kesadaran-wajib-pajak-dalam-mewujudkan.html

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/informasi-lengkap-cara-bayar-pajak-
online

https://www.harmony.co.id/blog/apa-saja-fungsi-pajak-bagi-pembangunan-negara

https://majalahpajak.net/pajak-dari-m asa-ke-masa/

https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/view/128

https://media.neliti.com/media/publications/297866-prosedur-tindakan-penagihan-pajak-pada-k-
12564325.pdf
24

SOAL PEMBAHASAN

1. pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
UUD pasal?
a. pasal 2
b. pasal 30 ayat 1
c. Pasal 23A
d. pasal 28E ayat 1

penjelasan : (c)

Pasal 23 A Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia mengatur bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang,
hal ini dimaksudkan bahwa negara tidak akan bertindak sewenang- wenang ketika memungut
sebagian kekayaan rakyat, sekalipun itu di pergunakan untuk kepentingan rakyat.

2. Yang termasuk tujuan kegiatan pemerintahan berkaitan dengan pengelolaan keuangan


negara yang berasal dari iuran masyarakat adalah...
a. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan penambahan
pelayanan publik
b. Meningkatkan keuangan rakyat melalui perubahan dan penambahan modal
c. Melayani perbaikan dan penambahan kesejahteraan rakyat
25

d. Memperbaiki pelayanan publik dalam pembangunan


e. Mensejahterakan pembangunan rakyat

Jawaban: (a)

Pembahasan : agar bisa terwujud dan tercapai dengan tujuan tersebut salah satu hal yang
perlu di perhatikan yaitu pemungutan pajak yang berasal dari iuran masyarakat tersebut

3. Memahami pengertian pajak dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari ....
a. Lingkungan tetangga yang paling dekat
b. Lingkungan keluarga sendiri yang terdekat
c. Lingkungan masyarakat setempat
d. Forum forum tetangga
e. Ormas ormas tertentu

Jawaban: b

Pembahasan: Lingkungan keluarga adalah lingkungan awal yang perlu mendapat segala
penanaman dan pemahaman tentang pajak

4. Pemungutan pajak di Indonesia mengalami banyak permasalahan, antara lain disebabkan


oleh
a. Perubahan undang-undang perpajakan terus dilakukan
b. Kelemahan regulasi dibidang perpajakan, dan kurangnya sosialisasi
c. melanggar asas keadilan dan bertentangan dengan hak asasi manusia
d. pembinaan olah raga prestasi itu bersumber dari Anggaran Penerimaan dan Belanja
Negara (APBN).
e. Kurangnya etika dan integritas

Jawaban: (b)

Pembahasan:
26

Karena memang benar, lemahnya regulasi dan kurangnya sosialisasi dapat mengakibatkan
tingkat transparansi dana menjadi rendah. Kelemahan regulasi di antaranya terlihat dengan
tidak adanya aturan standar pelaporan keuangan yang baku. Selain itu, regulasi yang berlaku
juga tidak mencantumkan sanksi pelanggaran yang tegas serta memberikan sebuah
pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala
hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara perpajakan melalui metode-metode
yang tepat

5. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat yaitu contoh bela negara secara
a. Adil
b. Musyawarah
c. Fisik
d. Non fisik
e. Kooperatif

Jawaban : (d)

Pembahasan:

Bela negara secara non fisik contohnya yaitu Walaupun kita tidak berprofesi sebagai pembela
negara, sebagai warga negara yang cinta tanah air, kita tetap dapat melaksanakan hak dan
kewajiban bela negara, yaitu dengan cara membayar pajak. Melalui pajak yang kita bayarkan
tersebut, kita dapat mendukung pelaksanaan upaya bela negara yang dilakukan oleh para
profesi pembela negara Indonesia tersebut dalam bentuk pendanaan secara tidak langsung

Anda mungkin juga menyukai