Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEREKONOMIAN TERTUTUP DALAM PERSFEKTIF

EKONOMI ISLAM

DOSEN PENGAMPUH:

Haris fauzi.,S.HI.,M.E.Sy

Disusun Oleh:

Dedek Anggrianto (20222900238)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA

PACITAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, sholawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw berserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir
caman atas berkat karunia-Nya,

Materi ini kami susun guna menyelesaikan tugas Mata kuliah Ekonomi Makro Islam
dengandosen Pengampu Haris fauzi.,S.HI.,M.E.Sy yang membahas tentang ‘’ Perekonomian
Tertutup Dalam Persfektif Ekonomi Islam”. Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa
kelemahan atau kekurangan dalam materi ini.

Akhir kata, kami berharap semoga materi ini dapat memberikan motivasi bagi siapa
saja yang membaca dan memanfaatkannya.

Pacitan, 8 april 2023

` Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...........................................................................................1
D. Tujuan Pembahasan........................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengumpulan zakat...........................................................................................2
B. sistem pemungutan pajak.................................................................................3
C. kaitan multiplier zakat pajak dan investasi dalam islam..................................5

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Jika membahas mengenai perhitungan pendapatan nasional melalui pendekatan
pengeluaran, perekonomian dalam suatu negara dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
perekonomian tertutup (closed economy) dan perekonomian terbuka (opened
economy). Perekonomian tertutup biasanya meliputi atas perekonomian sederhana atau
perekonomian dua sektor dan perekonomian tiga sektor.
Perekonomian tertutup dua sektor hanya membahas mengenai bagaimana
pengeluaran rumah tangga konsumen dan penegeluaran rumah tangga produsen.
Berbeda dengan perekonomian dua sektor, perekonomian tertutup tiga sektor juga
membahas pengeluaran pemerintah, tidak hanya pengeluaran rumah tangga dan
perusahaan.
Dalam ekonomi islam, kebijakan fiskal atau kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah menggunakan pajak dan zakat sebagai penghasilan atau pendapatan
negara.
Analisis terhadap pendapatan nasional pada perekonomian tertutup dengan
kebijakan pemerintah memecah kegiatan ekonomi ke dalam 3 pelaku utama, diamana
pelaku utama tersebut adalah rumah tangga (household), perusahaan (firm), dan
pemerintah (government).1
Pelaku utama dalam sektor rumah tangga (household) adalah individu atau
rumah tangga. Pengeluaran agregat (aggregate expenditures) rumah tangga bisa
dilihat dari bagaimana pengeluaran konsumsi rumah tangga atau konsumsi
masyarakat. Pengeluaran yang terdapat dalam rumah tangga dilambangkan dengan C
atau consumption.2
Pelaku utama dalam sektor perusahaan (firm) adalah pelaku usaha atau
produsen. Pengeluaran agregat pada perusahaan diwakili oleh nilai investasi yang
dilakukan oleh perusahaan. Pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
dilambangkan oleh I atau Investment.
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dilihat permasalahan
sebagai berikut:

a. apa itu pengumpulan zakat


b. siapa saja orang yg berhak menerima zakat
c. apa itu pengumpulan pajak
d. apa itu kaitan multiplier

C.Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas tujuan penyusunan ini adalah untuk:

a. memahami cara pengumpulan pajak


b. memahami konsep pengumpulan pajak
c. mengerti tujuan kaitan multiplier zakat,pajak,dan investasi dalam islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengumpulan zakat
Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan
kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan
orang yang menerima zakat disebut Mustahik.

Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, Zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang
Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Zakat sesungguhnya merupakan sarana untuk menciptakan keadilan sosial dan


mengentaskan kemiskinan. Keadilan sosial yang diciptakan oleh zakat adalah melalui
penyebaran harta kepada orangorang miskin, sehingga harta kekayaan itu tidak hanya
berhenti pada kantong-kantong orang yang kaya saja. Selanjutnya, zakat juga mampu
mengentaskan kemiskinan melalui distribusi harta zakat kepada setiap orang yang berhak
agar orang tersebut dapat memenuhi hak-hak dasarnya

Tujuan mulia dari ibadah zakat tersebut akan terwujud jika zakat disalurkan secara
benar, yaitu melalui amil yang legal serta ditunjuk oleh pemerintah daerah setempat.
Adapun rahasia di balik ditugaskannya para amil antara lain agar terciptanya jaminan bagi
si fakir akan haknya, untuk memelihara kehormatan mereka, lebih memungkinkan
distribusi zakat yang lebih tepat dan tidak terkonsentrasi pada sebagian orang saja.

Di samping itu, ada beberapa sasaran zakat yang berhubungan dengan kemaslahatan
bersama kaum Muslimin seperti dalam mengorganisasikan jihad fi sabilillah dan
mempersiapkan para da'i untuk menyampaikan risalah Islam, sehingga baik
pengumpulannya maupun pendistribusiannya tidak bisa dilakukan secara perorangan (Al-
Qaradhawi dalam Baga, 1997: 23). Z

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan akan produk hukum, maka
pada tahun 2011 pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 dijelaskan bahwa untuk
melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara. Dalam rangka pelaksanaan
pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota dibentuk BAZNAS propinsi
dan BAZNAS kabupaten/ kota. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan pengelolaan zakat.

Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta terkena
kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:

a. harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal;
b. harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya;
c. harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang;
d. harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya;
e. harta tersebut melewati haul; dan
f. pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.

Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat tentu saja memiliki
aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya, salah satu diantaranya adalah kepada siapa zakat
diberikan.Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan
orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut:

a. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup.
b. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar kehidupan.
c. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
d. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
e. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
f. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan
jiwa dan izzahnya.
g. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,
jihad dan sebagainya.
h. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

B.Sistem pemungutan pajak

Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara.

Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:

1. Self Assessment System.


2. Official Assessment System.
3. Withholding Assessment System.

Agar dapat membedakan ketiga sistem tersebut, mari kita ulas satu per satu pengertian
masing-masing sistem pemungutan pajak tersebut.

Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.Dengan
kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar,
dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem
administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.Peran pemerintah dalam sistem
pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib pajak. Self assessment
system diterapkan pada jenis pajak pusat.

Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini
mulai diberlakukan di Indonesia  setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku
hingga saat ini.

Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka
wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin.

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali  jika wajib pajak
telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.
Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan
sebagai pemungut pajak.Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak
bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus.Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan
(PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.

Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup
membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh
KPP tempat objek pajak terdaftar.

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.
Withholding System

Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib
pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.

Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan


oleh bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk
membayarkan pajak tersebut.
C.Kaitan multiplier zakat,pajak,dan investasi dalam islam

Zakat merupakan alat redistribusi pendapatan dan kekayaan dalam Islam, prinsip
ajaran Islam atas penolakan terhadap konsentrasi kekayaan hanya pada golongan tertentu
dipertegas dengan kewajiban zakat. Menurut Al-Ghazali, selain zakat, pajak (yang termasuk
dalam kelompok fai‟) juga merupakan pendapatan kesejahteraan (Islahi, 1997:294), yang
digunakan untuk kemaslahatan rakyat seperti membangun tempat ibadah, membangun
jembatan dan jalan. Zakat dan pajak merupakan sumber penerimaan publik dan selalu
mendapat perhatian khusus dari pemikir Islam. Ada tiga tipe penerimaan publik, yaitu zakat,
ghanimah dan fai’.

Pokok-pokok zakat dan ghanimah telah jelas di dalam Al-Quran, berbeda dengan fai‟
yang memakai pertimbangan ijtihad. Zakat dan pajak menjadi instrumen yang sangat penting
dari sistem redistribusi, baik dari segi hukum, politik dan dampak sosial-ekonomi. Melalui
kebijakan redistribusi pendapatan dan kekayaan, masalah-masalah sosial-ekonomi seperti;
ketidaksamarataan pendapatan, kemiskinan dan kesejahteraan sosial bisa diatasi atau paling
tidak diminimalisir agar keadilan terwujud. Oleh karena itu, pendekatan Islam dipilih karena
zakat telah diatur dalam al-Quran dan as-Sunnah sedangkan pajak telah ada pada zaman
Rasulullah SAW dan menjadi sumber penerimaan negara

Jika sebelumnya telah membahas bagaimana keadilan sosial-ekonomi dalam Islam


keadilan dalam Islam memiliki wilayah kajian sangat luas, tidak hanya dalam hubungan
manusia dengan Tuhan (habluminallah) saja akan tetapi aspek-aspek penekanan keadilan
lebih pada hubungan antar manusia (habluminannas). Keadilan menjadi basis berpikir dan
berperilaku Muslim dalam kehidupan sehari-hari, seperti kegiatan muamalah, hukum
peradilan dan adanya saksi wasiyat bagi orang yang akan meninggal. Diantara term-term
yang berkaitan dengan moral, yang diungkapkan oleh al-Quran adalah keadilan (Mawardi,
2007:547-551).
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan
kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan
orang yang menerima zakat disebut Mustahik. Self Assessment System merupakan sistem
pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan
oleh wajib pajak yang bersangkutan Zakat merupakan alat redistribusi pendapatan dan
kekayaan dalam Islam, prinsip ajaran Islam atas penolakan terhadap konsentrasi kekayaan
hanya pada golongan tertentu dipertegas dengan kewajiban zakat

Daftar Pustaka

Ahmad, Jamil, 2003. Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus.


Ahmad, Muhammad, 1997. Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia.

Azzam, Abdul Wahab, 1985. Iqbal : siraTuh wa Falsafah wa syi’ruh, terj,


Bandung: Pusataka.

Gibb, H.A.R. 1995 Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, terj. Machnun Husein,
Jakarta: Rajawali press.

Hasan, Abdillah F,2004. Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam, Jawara: Surabaya.

Iqbal, Muhammad,1981. the Recontraction Of Religion Thought In Islam, New


Delhi: barVan
Razak, Abdur dan Anwar, Rosihan, 2006. Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia.
Shihab, Quraish, 1994. Study Kritis Tafsir Al-Manar, Bandung: Pustaka Hidayah,

Anda mungkin juga menyukai