Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ZAKAT DAN PAJAK

Dibuat Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam

Dosen Pengampu : Agung Slamet Sukardi, M.E

Disusun Oleh:
1. Dahlia Indah Nurul H. (2150210037)
2. Husna Izzatin Nufus (2150210043)
3. Tazkiya Nur Afidah (2150210045)

Kelas: B4MBR

PROGAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya pada kita semua, dan sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita,
Nabi agung Nabi Muhammad SAW. Kami selaku penulis senantiasa berusaha agar tugas
yang kami buat ini memiliki arti penting, manfaat dan sesuai dengan materi yang telah
diberikan.

Kami telah berusaha menyusun tugas ini sebaik mungkin, dengan judul “Zakat Dan
Pajak”. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Agung Slamet Sukardi, M.E selaku dosen mata kuliah Ekonomi Makro Islam yang
telah memberikan tugas dan ilmu kepada kami.

Akan tetapi, dalam penulisan tugas ini, kami banyak mengalami kendala karena
terbatasnya pengetahuan kami pada bidang yang sedang kami bahas. Tugas yang kami susun
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan adanya keterbatasan kemampuan
kami, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar
makalah yang kami buat menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, 23 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................5
C.
Tujuan ..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat.........................................................................................................6
B. Pengertian Pajak.........................................................................................................8
C. Hubungan Zakat dan Pajak.........................................................................................9
D. Zakat sebagai pengurangan pajak penghasilan.........................................................11
E. Potensi Zakat Perspektif Ekonomi............................................................................13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................................17
B. Saran .........................................................................................................................1
7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat adalah harta yang wajib dibayarkan setiap muslim yang telah memenuhi
syarat, untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Subyek zakat
yaitu orang Islam yang telah mencapai nishab atas harta yang dimiliki dengan
persyaratan seperti muslim (baligh), merdeka dan berakal, milik yang sempurna (legal
secara hukum), cukup nishabnya. Sementara itu obyek zakat merupakan kekayaan
atau penghasilan yang diperoleh kaum muslimin yang sudah mencapai pada
nishabnya, sehingga ia wajib mengeluarkan sebagian dari harta tersebut dan
memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerima sesuai dengan syariat
Islam.

Di Indonesia, seorang wajib zakat juga merupakan wajib pajak. Jika diminta
untuk memprioritaskan, tentu masyarakat muslim lebih memilih membayar zakat
daripada pajak karena lebih didorong oleh motivasi beragama dan kesadaran atas
imannya. Berdasarkan aturan-aturan seharusnya zakat dan pajak mempunyai dua
fungsi yaitu pertama sebagai sumber pendapatan negara (budgeter) dan yang kedua
sebagai alat pemindah kekayaan (regulator). Oleh karena itu, zakat dan pajak menjadi
dua instrumen untuk memindahkan harta kekayaan, yaitu memindahkan harta dari
orang kaya kepada orang miskin. Penetapan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan oleh pemerintah merupakan wujud sinergi antara zakat dan pajak.
Pemberlakuan zakat penghasilan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dapat
mempengaruhi penerimaan pemerintah dari sektor pajak. Karena zakat yang
dibayarkan oleh wajib pajak muslim akan mengurangi jumlah penghasilan kena
pajaknya. Sehingga apabila penghasilan kena pajak menjadi kecil maka pajak
penghasilan yang diterima oleh negara juga mengecil.

Masyarakat muslim dapat menjadikan zakat yang telah dibayarkan kepada


Badan atau Lembaga Amil Zakat sebagai pengurangan dalam beban pajak.
Pengurangan pajak ini bukan merupakan suatu upaya dalam penghindaran pajak (tax
avoidance), melainkan suatu upaya untuk meringankan beban pajak penghasilan yang
ditanggung oleh Wajib Pajak itu sendiri. Upaya sosialisasi kepada masyarakat

4
mengenai pentingnya membayar zakat pada lembaga atau badan amil zakat yang
dikelola pemerintah, supaya peraturan yang telah dibuat itu lebih mudah dipahami
masyarakat dan juga nantinya zakat tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk
pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu dalam pemberantasan kemiskinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat dalam perspektif ekonomi?.
2. Apa pengertian pajak dalam perspektif ekonomi?.
3. Bagaimana hubungan antara zakat dan pajak?.
4. Bagaimana zakat sebagai pengurang pajak?.
5. Bagaimana potensi zakat dalam perspektif ekonomi?.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian zakat dalam perspektif ekonomi.
2. Untuk mengetahui pengertian pajak dalam perspektif ekonomi.
3. Untuk mempelajari hubungan antara zakat dan pajak.
4. Untuk memahami zakat sebagai pengurang pajak.
5. Untuk memahami potensi zakat dalam perspektif ekonomi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Zakat merupakan lembaga ekonomi umat Islam sudah ada sejak permulaan Islam,
karena merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Dalam salah satu hadis
Rasulullah pernah menyampaikan sabda bahwa Islam dibangun atas lima rukun yaitu:
syahadat, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW, utusan Allah, menegakkan
sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan saum ramadhan. Hadis ini sangat jelas
menyatakan bahwa pondasi Islam yang ketiga adalah zakat.

Dengan demikian zakat selalu tampil sepanjang waktu bukan saja di era klasik
namun juga di era kontemporer. Bahkan dari waktu ke waktu terus berkembang selaras
per- kembangan masyarakat. Perkembangan zakat bukan hanya menyangkut substansi
obyek zakat (harta yang wajib dikeluarkan zakat) melainkan juga manajemen
pengelolaannya. Zakat dari kata az-zakih, dari segi bahasa merupakan kata dasar
(maşdar) dari kata zaka yang berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah. Sedangkan
menurut istilah fikih adalah menyerahkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Definisi zakat yang dikemukakan ulama fikih kebanyakan mengkonsentrasikan


kepada pengertian zakat mal (kekayaan) saja dan tidak mencakup pengertian zakat fitrah,
kecuali Mazhab Syafi'i, sebagaimana terlihat berikut ini:

Mazhab Hanafi, "Zakat adalah pemilikan bagian harta tertentu dari harta tertentu
yang dimiliki seseorang berdasar ketetapan Allah Ta'ala", Mazhab Maliki, "Zakat adalah
mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang telah mencapai satu nisab bagi
orang yang berhak me- nerimanya, dengan ketentuan harta itu milik sempurna, telah
haul, dan bukan merupakan barang tambang", Mazhab Syafi'i, "Zakat adalah sesuatu
yang dikeluarkan dari harta atau jiwa dengan cara tertentu", Mazhab Hanbali, "Zakat
adalah hak wajib pada harta tertentu bagi (merupakan hak) kelompok orang tertentu pada
waktu yang tertentu pula". Ulama kontemporer Yusuf Qardawi, menjelaskan bahwa
zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah menyerahkannya kepada
orang-orang yang berhak".

6
Jadi inti dari zakat itu adalah pemberian sebagian harta kepada yang berhak
menerimanya. Pemberian itu merupakan sumber penyucian. la menyucikan hati si
pemberi dari rasa cinta kepada harta benda yang berlebih-lebihan. Sejarah membuktikan
cinta harta yang berlebih-lebihan akan mendatangkan malapetaka, misalnya kapitalisme,
kolonialisme, imperalisme melakukan tindakan apa saja tanpa belas kasihan demi untuk
mendapatkan harta. Dengan memahami dan mengimplementasikan zakat, setiap muslim
akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk berkarya dan bekerja.

Orang-orang yang membayar zakat tergolong ke dalam golongan masya- rakat


yang memiliki produktifitas yang tinggi. Karena mereka selalu berjuang untuk
mendapatkan nafkah secara halal dan syyib. Orang- orang yang berzakat, akan diberikan
kepercayaan lebih untuk mengelola rezeki Allah, sehingga hartanya akan terus
berkembang. Dengan begitu besarnya nilai-nilai yang terkandung di dalam zakat, maka
pengelolaan- nya harus dilakukan secara profesional oleh Lembaga Pengelola Zakat
(LPZ), sehingga mustahiq dan muzakki betul-betul merasakan manfaatnya.

Di sisi lain, zakat juga merupakan sebuah bentuk ibadah yang mempunyai
keunikan tersendiri, karena di dalamnya terdapat dua dimensi sekaligus, yakni dimensi
vertikal sebagai bentuk kepatuhan atau ketaatan dalam konteks hubungan antara hamba
dan Khalik, dan sekaligus dimensi horizontal yaitu kepedulian terhadap sesama makhluk
Allah, khususnya hubungan sosial sesama manusia. Zakat juga sering disebut sebagai
ibadah maliyah ijtihadiyah.

Menurut Mannan, zakat mempunyai enam prinsip, meliputi:

1. Prinsip keyakinan keagamaan. Yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan
salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.

2. Prinsip pemerataan dan keadilan. Merupakan tujuan sosial zakat yaitu membagi
kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia.

3. Prinsip produktifitas. Menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik
tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.

4. Prinsip nalar. Sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus
dikeluarkan.

5. Prinsip kebebasan. Zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas.

7
6. Prinsip etika dan kewajaran. Yaitu zakat tidak dipungut secara se- mena-mena.

Selain prinsip-prinsip tersebut zakat juga memiliki tujuan yang sangat jelas, yaitu
untuk mencapai keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer kekayaan dari bagian
dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin. Sementara itu
Mohammad Daud Ali, Guru Besar Hukum Islam Ul, menguraikan ada sembilan tujuan
zakat.

1. Mengangkat harkat dan martabat fakir misking,

2. Membantu memecahkan persoalan orang-orang yang terjebak hutang (primin), -sabil


dan mustalk lainnya; Membentangkan dan r bina tali persaudaraan dan solidaritas
sesama umat Islam dan manusia pada umumnya,

3. Menghilangkan sifat kikir dan loba,

4. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati para

5. Menjembatani jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin, dalam masyarakat,

6. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial diri seseorang terutama yang memiliki
harta;

7. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak


lain padanya.1

B. Pengertian Pajak
Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.

1
Didiek Ahmad Supadie, Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah Dalam Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2013), 37.

8
Menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro, SH tahun 1990, pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah)
berdasarkan Undang-Undang untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment. Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak,
dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resource).

Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan


kepada negara. Penghasilan tersebut untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya
juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan,
kesejahteraan, dan sebagainya. Pungutan pajak merupakan penghasilan masyarakat yang
kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui pengeluaran-pengeluaran rutin
dan pengeluaran-pengeluaran pembangunan, yang akhirnya digunakan untuk
kepentingan seluruh masyarakat baik yang membayar pajak maupun tidak.

C. Hubungan Zakat dan Pajak


Zakat dan pajak merupakan dua istilah yang berbeda dari segi sumber atau dasar
pemungutannya, namun sama dalam hal sifatnya sebagai upaya mengambil atau memungut.
kekayaan dari masyarakat untuk kepentingan agama dan sosial Membahas hubungan antara
zakat dan pajak disebabkan dan beberapa hal diantaranya yaitu zakat dan pajak merupakan
hal yang signifikan di dalam upaya untuk mensejahterakan rakyat. Zakat dan pajak memiliki
kesamaan, memiliki unsur mengikat, keduanya harus disetorkan kepada lembaga masyarakat
(Negara), keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, dan keduanya memiliki tujuan
kemasyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan keuangan.

Zakat dan pajak memiliki perbedaan dalam beberpaa hal, yakni dalam hal nama dan
etika, hakikat dan tujuan, nishab dan ketentuan, kelestarian dan kelangsungan, pengeluaran,
dalam hal hubungan dengan penguasa, dan dalans hal maksud dan tujuannya. Mengenai
hukum pajak dalam alam, ada dua pandangan yang dapat muncul, seperti pandangan pertama
yakni menyetujui kebolehan dari adanya pajak, sedangkan pandangan kedua yakni yang
memandang bahwa penarikan pajak merupakan suatu tindakan kezhaliman dan hal tersebut
merupakan haram.

9
Pajak ialah suatu hal yang diperbolehkan, pendapat ini ini diambil dengan
menganggap bahwa pajak ialah sebagai ibadah tambahan setelah adanya zakat. Pajak ini
bahkan bias jadi menjadi wajib karena sebagai bentuk ketaatan kepada waliyyal amri, yang
disebut anri ini dapat disebutkan sebagai pemerintah. Mengenai hubungan antara zakat dan
pajak sebenarnya bukanlah masalah yang baru dalam Islam Berdasarkan jejak rekam sejarah,
setidaknya masalah tersebut telah terjadi semenjak pasukan muslimin yang baru saja berhasil
menaklukkan Irak (Ardun Sawad) Kemudian setelah terjadi perdebatan panjang, khalifah
Umar Ibn Khattab RA berijtihad untuk tidak membagikan harta rampasan perang tersebut
(mejadikan Ardun Sawad sebagi Fa'i), dengan mempertimbangkan generase mendatang Akan
tetapi, tanah taklukan tersebut dikenakan Kharaj (pajak) kepada penduduk sekalipun telah
memeluk ajaran. Islam Semenjak itulah, tonggak awal diberlakukannya kewajiban pajak
disamping zakar (Kharaj dan Ushr) bagi kaum muslimin berlandan ketentuan-ketentuan
syariat Islam Dan ketentuan tersebut berlanjut hingga masa dauliyyah (Daulah Umayyah,
Abbasiyyah, dan terakhir daulah Utsmaniyyah)

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang sangat penting.
Strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat. Menurut Muhammad Abdul Mannan, salah seorang pemikir ekonomi Islam di era
kontemporer, memandang baliwa zakat sebagai poros utama keuangan publik Islam. Zakat
bukan pula pajak, namun justru dipandang sebagai sumber utama pendapatan dan juga ta
religious obligation Muhammad Abdul Mannan menegaskan bahwa zakat memang tidak
memilki efek merugikan dalam motivasi bekerja Justru yang terjadi adalah sebaliknya yaini
yang membangkitkan semangat uzuk bekerja.

Di masa kini, pajak merupakan sumber pemasukan terbesar bagi Negara, mengingat
semakin bertambahnya pegawai Negara, dan juga bertambahnya kewajiban serta tingging
jawab Negara dibidang ekonomi maupun sosial Di tengah menguatnya peranan pajak sebagai
pemasukan Negara, muncul pula kesadaran untuk membayar zakat serta peran zakat untuk
menanggulangi permasalahan sosial. Dua hal ini memarik beberapa permasalahan penting
mengingat adanya perbedaan antara keduanya (pajak dan zakat) yaitu timbulnya dualism
pemungutan (pajak dan zakat). Dualisme pemungutan ini pala gilirannya tentu akan
menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan Kontraksi dana dengan dualism system
inpotensial menimbulkan efek yang kontraproduktif dalam kondisi mensejahterakan rakyat.

D. Zakat sebagai pengurangan pajak penghasilan

10
Berdasarkan UU no. 17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan pajak 17 ayat (1)
huruf a dan b, bahwasanya zakat bisa saja menurunkan pajak penghasilan secara ganda.
Pertama, mengurangi penghasilan kena pajak. Kedua, di turunkannya nilai tarif progresif
pada nilai tertentu. Dalam sub bab ini akan dilihat bagaimanakah pengaruh zakat sebagai
pengurang pajak penghasilan terhadap makro ekonomi.

1. Pengaruh terhadap konsumen agregat.


Asumsi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah: pertama, zakat dikenakan atas
semua harta perniagaan dan investasi yang mempunyai potensi untuktumbuh yang
dimiliki oleh kaum muslim. Kedua, besarnya pembayaran zakat perdagangan dan
penguasaan bagian tertentu dari keuntungan nasional. Ketiga, gerakan dakwah dan
penyadaran zakat berhasil baik. Keempat, proporsi zakat yang dibayarkan tertentu
dari pendapatan nasional. Kelima, zakat yang terkumpul dibagikan kembali pada para
mustahik. Keenam, Mustahik lebih banyak dibanding dengan muzakki. Ketujuh, di
satu sisi zakat pendapatan dihitung sebagai komponen pengurangan pajak penghasilan
dan di sisi lain zakat yang diterima mustahik tidak wajib dikenai pajak.
2. Pengaruh terhadap tabungan
Tabungan merupakan Kelebihan pendapatan setelah pengeluaran untuk barang dan
jasa dalan seatu perekonomian. Zakat harta perniagaan akan berpengaruh negarif
terhadap tabungan. Kecenderungan menebung rata-rata dan kecenderungan menabung
marjinal dengan variable zakat harta perniagaan lebih kecil dibandingkan
kecenderungan menabung rata-rata dan kecenderungan menabung marjin tanpa
variable zakat.
3. Pengaruh terhadap investasi
Investasi adalah penanaman modal pada suatu perusahaan atau pada kegiatan tertentu
dengan harapan pemilik modal akan mendapatkan keuntungan dari hasil penanaman
modal tersebut.2
Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 pasal 4 ayat(1) menyatakan
bahwa zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah. Menurut undang-undang tersebut bahwa
kedua jenis zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak pada PPh adalah zakat
mal. Karena zakat mal merupakan zakat yang wajib di keluarkan oleh seseorang atau
perusahaan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah
zakat yang wajib di keluarkan atau di lakukan bagi setiap muslim yang mempunyai
2
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis, (Bandung: Alfabeta,
2010), 74.

11
kelebihan dalam kebutuhan keluarga, dan dikeluarkan sebelum hari raya idul fitri atau
malam takbir. Zakat fitrah tersebut untuk menyempurnakan puasa Ramadhan. Jadi jenis
zakat sebagai pengurang PKP pada PPh adalah semua jenis zakat mal yang terdapat pada
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.3

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 9


ayat(1) huruf g, maka kedudukan zakat dalam PPh sebagai salah satu pengurang
Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP merupakan seorang pengusaha atau perusahaan yang
melakukan pembayaran barang yang kena pajak atau pembayaran jasa yang kena pajak
untuk menentukan berapa pajak penghasilan yang terutang. Hal ini juga diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2012 tentang tata cara pembebanan
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pasal 3 ayat(1) huruf a, bahwa pengurangan zakat atau sumbangan
keagamaan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh Wajib Pajak orang
pribadi dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri, serta Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 pasal 4 ayat(1) dan ayat(2).

Agar zakat dapat sebagai pengurang PKP pada PPh harus memenuhi beberapa
syarat formal yang harus dipenuhi sesuai peraturan-peraturan yang berlaku. Syarat zakat
sebagai pengurang PKP pada PPh antara lain:

1) Penghasilan atau harta yang dibayar zakatnya merupakan objek pajak sebagaimana
definisi objek pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4
ayat(1).
2) Harta atau penghasilan tersebut dimiliki dan dibayar oleh pemeluk agama Islam.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang zakat
atausumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pasal 1 ayat (1) huruf a, Peraturan Menteri Nomor
254/PMK.03/2010 pasal 1 ayat (1) huruf a dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-6/PJ/2011 pasal 1 huruf a.
3) Dibayar kepada Amil Zakat yang disahkan sesuai dengan undang-undang tentang
pengelolaan zakat yang berlaku Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
pasal 22, Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat
Nasional pasal 4 dan pasal 5 ayat(1) serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
3
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 4 ayat
2.

12
PER15/PJ/2012 tentang Badan/Lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
4) Harta atau penghasilan yang merupakan pendapatan bersih yang merupakan objek
pajak tersebut tidak terkena pajak yang bersifat final. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat(2) serta pasal 16 ayat(1) dan ayat(2).
5) Jumlah keseluruhan syang dapat dipinjamkan adalah besarnya zakat yang ditentukan
dalam syariat islam. Sejak dicabut dan tidak berlakunya KEP-163/PJ/2003 dan
digantikan KEP6/PJ/2011 tidak ada pasal yang mengatur tentang besarnya persentase
kadar zakat.
6) Harus ada bukti dari Amil Zakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 pasal 23 ayat(1) dan ayat(2), Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.03/2010 pasal 1 ayat(1), serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-6/PJ/2011 pasal 2 ayat(1) dan ayat(2).
Salah satu cara untuk mengimplementasikan asas keadilan pada zakat sebagai
pengurang PPh yaitu dengan melakukan penghitungan pajak terutang pada PPh. Salah satu
formula menghitung PKP WP OP dengan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto(NPPhN). Hal ini diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-536/PJ/2000 tentang norma penghitungan penghasilan neto bagi wajib pajak yang
dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan.

E. Potensi Zakat Perspektif Ekonomi


Sistem ekonomi Islam menggunakan zakat sebagai alat untuk menjamin
keseimbangan pendapatan di masyarakat. Hal ini penting karena tidak semua orang dapat
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Dalam kata lain, adanya kesenjangan antara
orang kaya dan orang miskin adalah suatu hal yang harus diterima. Pengeluaran zakat
adalah hal minimal yang dapat dilakukan untuk mencapai distribusi pendapatan yang
lebih merata. Dalam ilmu ekonomi, zakat berperan dalam mencegah terjadinya
pemupukan kekayaan pada segelintir individu dan memaksa orang kaya untuk membagi-
bagikan kekayaannya kepada orang yang membutuhkan. Zakat dapat menjadi sumber
potensial untuk mengatasi kemiskinan. Zakat mampu berfungsi sebagai modal kerja bagi
orang yang kurang mampu sehingga mereka dapat membuka peluang kerja, memperoleh
penghasilan, dan memenuhi kebutuhan hidup mereka. Zakat juga dapat menjadi modal

13
tambahan bagi mereka yang membutuhkan sehingga usaha mereka dapat berjalan mulus,
penghasilan meningkat, dan kebutuhan hidup terpenuhi. Dengan cara ini, beban
pemerintah dalam menangani masalah pengangguran dan kemiskinan dapat berkurang.4

Potensi zakat merujuk pada kemampuan zakat untuk memanfaatkan dana zakat
secara optimal. Jika kapasitas zakat dimanfaatkan dengan benar melalui mekanisme yang
sesuai, ini dapat membantu mengurangi kemiskinan di kalangan umat Muslim. Tingkat
kapasitas zakat di setiap daerah dapat berbeda-beda, tergantung pada struktur dan tingkat
kemajuan daerah tersebut. Semakin maju suatu daerah maka akan semakin besar potensi
zakat yang dapat digali. Potensi pengembangan harta dari zakat sangat besar. Zakat
merupakan salah satu perangkat politis keuangan Islam dalam menghimpun penghasilan
untuk pengembangan harta, yaitu dengan mengembangkan hasil produksi. Apabila
kita mengambil pada titik tolak hubungan antara zakat dan penghasilan, maka zakat
adalah upaya untuk meningkatkan penghasilan dengan cara memberdayakan zakat
untuk terus berproduksi. Peningkatan pendapatan masyarakat akan mewujudkan

pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih tinggi.

Jika dilihat Indonesia ialah negara yang memiliki jumlah umat muslim terbesar di
dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan kesejahteraan masyarakat dengan
pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu saja di anggap jelas mewujudkan
pengentasan kemiskinan, tetapi melalui pengelolaan dan mekanisme yang tepat dan
mempunyai hasil baik. Potensi Zakat yang bisa dikembangkan untuk mengentaskan
kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat produktif. Zakat produktif adalah
pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara
terus-menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dengan kata lain zakat
dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan
tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan
usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.5

Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk mayoritas muslim,


sehingga seharusnya perolehan zakat di Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan

4
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ativitas Ekonomi, (Depok: Rajawali Pers,
2017 ), 271.
5
Amalia dan Kasyful Mahalli, “Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kota
Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1, no. 1 (2012): 71, diakses pada 22 Mei, 2023,
https://www.neliti.com/publications/14869/potensi-dan-peranan-zakat-dalam-mengentaskan-kemiskinan-di-
kota-medan.

14
negara lainnya. Menurut data dalam Outlook Zakat Indonesia terdapat beberapa studi
yang membahas mengenai potensi zakat di Indonesia, antara lain:
Pertama, studi PIRAC (Yayasan Public Interest Research & Advocacy
Center ) menunjukkan bahwa potensi zakat di Indonesia memiliki kecenderungan
meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan survey yang dilakukan di 10 kota besar di
Indonesia, PIRAC menunjukkan bahwa potensi rata-rata zakat per muzakki mencapai
Rp 684.550,00 pada tahun 2007, meningkat dari sebelumnya yaitu Rp 416.000,00 pada
tahun 2004.
Kedua, PEBS FEUI (Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia) menggunakan pendekatan jumlah muzakki dari populasi Muslim
Indonesia dengan asumsi 95 persen muzakki yang membayar zakat, maka dapat
diproyeksikan potensi penghimpunan dana zakat pada tahun 2009 mencapai Rp 12,7
triliun.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menunjukkan bahwa potensi zakat nasional dapat mencapai Rp 19,3 triliun.
Keempat, penelitian Firdaus et al dalam Outlook Zakat Indonesia
menyebutkan bahwa potensi zakat nasional pada tahun 2011 mencapai angka 3,4 persen
dari total PDB, ataudengan kata lain potensi zakat di Indonesia diperkirakan
mencapai Rp 217 triliun. Jumlah ini meliputi potensi penerimaan zakat dari
berbagai area, seperti zakat di rumah tangga, perusahaan swasta, BUMN, serta deposito
dan tabungan.

Kelima, menurut penelitian yang dilakukan oleh BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional), potensi zakat nasional pada tahun 2015 sudah mencapai Rp 286 triliun.
Angka ini dihasilkan dengan menggunakan metode ekstrapolasi yang
mempertimbangkan pertumbuhan PDB pada tahun-tahun sebelumnya.

Potensi zakat yang begitu besar di Indonesia yang mayoritas ummat muslim.
Maka semakin besar zakat yang kita keluarkan semakin besar pendapatan nasional suatu
Negara. Semakin besar pendapatan nasional suatu Negara berarti terjadi peningkatan
pertumbuhan ekonominya (economic growth). Pertumbuhan perekonomian akan
mengarahkan Negara menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Tolak ukur zakat sebagai

15
pengatur kesejahteraan benar-benar bisa dijadikan pedoman standar, baik dalam konteks
ekonomi mikro maupun makro.6

6
Anik dan Iin Emy Prastiwi, “Peran Zakat Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Melalui
Pemerataan “Equity”” (Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers, Surakarta, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi, 4 September 2019). https://prosiding.stie-aas.ac.id/index.php/prosenas/article/view/35.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas bisa kita simpulkan bahwa zakat juga merupakan sebuah
bentuk ibadah yang mempunyai keunikan tersendiri, karena di dalamnya terdapat dua
dimensi sekaligus, yakni dimensi vertikal sebagai bentuk kepatuhan atau ketaatan dalam
konteks hubungan antara hamba dan Khalik, dan sekaligus dimensi horizontal yaitu
kepedulian terhadap sesama makhluk Allah, khususnya hubungan sosial sesama
manusia. Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan. Zakatlah yang merupakan kewajiban bagi umat Islam dan sementara pajak
hukumnya wajib hanya bagi non muslim (atau jizyah) Sehingga dalam sistem
pemerintahan Islam hanya zakat yang diperkenankan untuk dipungut untuk kaum
muslim, sementara pajak hanya dikenakan kepada kaum non-muslim yang merupakan
kompensasi atas perlindungan yang diberikan oleh pemerintahan Islam kepada mereka.

Berdasarkan UU no. 17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan pajak 17 ayat (1)
huruf a dan b, bahwasanya zakat bisa saja menurunkan pajak penghasilan secara ganda.
Pertama, mengurangi penghasilan kena pajak. Kedua, di turunkannya nilai tarif progresif
pada nilai tertentu. Potensi zakat merujuk pada kemampuan zakat untuk memanfaatkan
dana zakat secara optimal. Jika kapasitas zakat dimanfaatkan dengan benar melalui
mekanisme yang sesuai, ini dapat membantu mengurangi kemiskinan di kalangan umat
Muslim. Tingkat kapasitas zakat di setiap daerah dapat berbeda-beda, tergantung pada
struktur dan tingkat kemajuan daerah tersebut. Semakin maju suatu daerah maka akan
semakin besar potensi zakat yang dapat digali

B. Saran
Demikianlah makalah mengenai zakat dan pajak yang saya buat. Penulis meminta
maaf jika terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun penyampaian. Untuk itu
penulis meminta saran dan kritik dari pembaca agar dapat menyempurnakan makalah
yang penulis buat. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
untuk menambah wawasan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, M. Nur Rianto., Teori makro ekonomi islam Konsep, Teori dan Analisis, Bandung:
Alfabeta, 2010.

Amalia, dan Kasyful Mahalli, “Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan
Kemiskinan Di Kota Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1, no. 1 (2012) - 22
Mei, 2023 - https://www.neliti.com/publications/14869/potensi-dan-peranan-zakat-
dalam-mengentaskan-kemiskinan-di-kota-medan.

Anik dan Iin Emy Prastiwi, “Peran Zakat Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Melalui Pemerataan “Equity””, Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers,
Surakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, 4 September 2019. https://prosiding.stie-
aas.ac.id/index.php/prosenas/article/view/35.

Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Ativitas Ekonomi, Depok: Rajawali
Pers, 2017.

Supadie, Didiek Ahmad., Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah Dalam


Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2013.

18

Anda mungkin juga menyukai