Anda di halaman 1dari 12

ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PAJAK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Studi al-Quran Ayat-Ayat Ekonomi

pada Institut Agama Islam Negeri Langsa

OLEH :

ULPHI SUHENDRA

NIM: 5012020011

PROGRAM STUDI S2 HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………. 1

Latar Belakang ………………………………….....…………………………………………..… 1

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………………..3

A. Dasar Hukum Zakat ......................................................................................................……… 3

B. Jenis-jenis Zakat .........................................................………………………….…………….. 3

C. Landasan Ketentuan Zakat Sebagai Pengurang Pajak ............................................................ 4

D. Penerapan Zakat Sebagai Pengurang Pajak ............................................................................. 5

E. Pelaksanaan Zakat Pengurangan Pajak di Indonesia dan Negara Lain ................................ 6

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………................................. 8

A. Kesimpulan …………………………………………………………………........................... 8

B. Saran ……………………………………………………………………………………............8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..………….. 9


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas izin dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘Zakat Sebagai Pengurang Pajak’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi Al-Quran Ayat-Ayat Ekonomi. Pada makalah ini diuraikan dasar hukum zakat dan pajak.
Selain itu, diulas juga penerapan zakat sebagai pengurang pajak dan aplikasinya dinegara lain.

Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Zulkarnaini Abdullah, MA selaku dosen mata kuliah Studi al-Quran Ayat-ayat
Ekonomi;
2. Keluarga yang telah memberikan dukungan;
3. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Langsa, 13 Januari 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah.


Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah Syahadat dan sholat, sehingga
merupakan ajaran yang sangat penting bagi kaum muslimin. Maka, hukum zakat adalah wajib
untuk setiap Muslim yang telah memenuhi syarat wajib dan syarat sahnya.Dalam akhir abad
kedua puluh ini, bersamaan dengan kebangkitan kembali umat Islam di berbagai sektor
kehidupan, ajaran zakat juga menjadi salah satu sektor yang mulai digali dari berbagai
dimensinya. Meningkatnya kesejahteraan ummat Islam memberikan harapan baru dalam
mengaktualisasikan zakat. Apalagi kebangkitan ekonomi di dunia barat khususnya yang
didasari pemikiran kapitalistik telah menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan ini
seperti; kesenjangan dalam kehidupan sosial ekonomi.
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Islam memiliki potensi yang
besar dari segi penerimaan pajak melalui zakat. Seperti diketahui penerimaan negara
didominasi oleh penerimaan dari sektor pajak, setelah sekian lama diperankan oleh minyak
dan gas. Peranan minyak dan gas tidak dapat terus diharapkan sebagai sumber utama
penerimaan negara karena keberadaannya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui,
membuat pemerintah harus mencari alternatif lain yang menggali sumber penerimaan, salah
satunya melalui pajak.
Selain besaran pajak, umat Islam Indonesia masih harus membayar zakat yang pada
hakekatnya mirip dengan pajak. Ada anggapan bahwa umat Islam di Indonesia seolah-olah
terkena pengeluaran berganda, selain membayar pajak penghasilan juga membayar zakat dari
penghasilan yang diperolehnya. Menurut Fazlurrahman, zakat adalah pajak. Artinya, sistem
perpajakan harus dimasukkan ke dalam naungan zakat dengan mengubah strukturnya karena
hanya zakat yang ditetapkan sebagai pajak dalam al-Qur'an. Sedangkan menurut Masdar F.
Mas'udi, Pajak Itu Zakat: Uang Allah untuk Kemaslahatan Rakyat. Jadi, apabila seseorang
meniatkan membayar zakat ketika mengeluarkan pajak, maka orang tersebut sudah dikatakan
membayar zakat. Selain itu, membayar dua kewajiban bagi seorang muslim sangat
memberatkan dan tidak mencerminkan nilai kemaslahatan.Oleh karena itu untuk keadilan
sudah selayaknya para pembayar zakat yang dibayarkan ditetapkan sebagai faktor pengurang
atau biaya dalam perhitungan penghasilan kena pajak (PKP).
Atas dasar tersebut pemerintah menerbikan Undang-Undang No 38 tahun 1999
tentang pengelolaan zakat. Hal ini dapat dipandang sebagai setapak lebih maju didalam
mengartikulasikan keinginan umat Islam Indonesia. Undang-Undang ini merupakan salah
satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap umat Islam dalam membayar pajak. Dalam UU
tersebut memuat konsepkonsep manajerial yang profesional terhadap pelaksanaan zakat di
Indonesia. Dengan hitungan kuantitatif umat Islam yang sangat besar, potensi zakat sebagai
pengerak ekonomi nasional tidak dapat dipandang sebelah mata. Selain itu dapat dikatakan
bahwa ini merupakan kali pertama dalam sejarah, pemerintah mengatur kaitan antara zakat
yang dibayarkan masyarakat sebagai pelaksanaan kewajiban beragama dengan pajak yang
dibayarkan kepada negara yang merupakan kewajiban kenegaraan bagi setiap warga
negara.Pengelolaan zakat secara sistematis dan teratur berdasarkan ketentuan sebenarnya bisa
menjadi salah satu komponen pengurang pajak penghasilan (PPh).
Untuk menyempurnakan UU No. 38/1999, Pemerintah kemudian menerbitkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, dimana mulai tahun 2001
para pembayar zakat penghasilan (zakat maal) sudah dapat menjadikan jumlah zakat yang
dibayar sebagai faktor pengurang atau biaya atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Pajak
Penghasilan. Pemerintah secara tidak langsung menghargai zakat sebagai salah satu
kewajiban (rukun) bagi yang beragama Islam untuk mendorong sekaligus mengingatkan
bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang sama dengan pajak. Penelitian Fatima (2002) yang
meneliti tentang zakat dalam perhitungan pajak menemukan bukti bahwa wajib pajak dapat
melaporkan bukti setoran zakat untuk dikurangkan dengan penghasilan kena pajak. Dalam
SPT tahunan PPh tersebut terdapat kolom yang secara khusus memuat/menampung zakat
sebagai pengurangan penghasilan kena pajak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Zakat

Secara bahasa, zakat artinya menyucikan. Itu artinya, zakat adalah upaya menyucikan
diri dengan mengeluarkan atau merelakan sebagian harta. Lebih jauh Imam Maliki
mendefiniskan zakat sebagai upaya mengeluarkan sebagian tertentu dari harta nisab atau
batas kekayaan seseorang kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Ada banyak
dalil mengenai zakat ini, di antara terdapat dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 177, Al-
Ma’idah ayat 55, At-Taubah ayat 5 dan 34-35 serta 103, Al-Mu’minun ayat 1-4, An-Naml
ayat 2-3, Luqman ayat 3-4, serta Fushshilat ayat 6-7. Surat At-Taubah ayat 103 yang di sana
tertulis, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau
membersihkan dan mensucikan mereka”. Mengeluarkan zakat merupakan bagian dari rukun
iman. Itu artinya, zakat wajib dikeluarkan bagi selurut umat muslim yang telah memenuhi
syarat sah mengeluarkan zakat.
Dalam Islam, zakat memiliki dua nilai atau makna. Pertama adalah nilai
penghambaan diri kepada Allah yang berarti dengan mengeluarkan zakat, menandakan
bahwa seorang umat muslim telah membuktikan ketaatannya kepada Allah.Kedua, nilai
sosial. Di mana zakat sebagai sumber dalam membantu menyejahterakan masyarakat yang
membutuhkan. Zakat juga berperan dalam pemerataan ekonomi rakyat dan juga pertumbuhan
ekonomi Indonesia.

B. Jenis-Jenis Zakat

Secara umum, zakat dibagi menjadi dua; zakat fitrah dan zakat maal. Khusus zakat
fitrah, jenis zakat ini dikeluarkan pada waktu tertentu yaitu pada bulan ramadhan dengan
batas waktu sebelum didirikannya sholat Idulfitri. Besaran zakat fitrah yang dikeluarkan
setara dengan beras 3.5 liter atau 2.7 kilogram.

Kedua, zakat maal atau zakat harta benda. Zakat maal meliputi zakat profesi, hasil
ternak, perkebunan, emas, atau mata uang. Jumlah perhitungannya pun disesuaikan dengan
jenis zakat maal yang dikeluarkan. Zakat maal juga tidak memerlukan syarat khusus dalam
waktu pengelaurannya. Zakat maal dapat dikeluarkan kapan saja. Zakat maal ini merupakan
harta yang diimliki oleh pribadi atau badan usaha.

C. Landasan Ketentuan Zakat Sebagai Pengurang Pajak


Masih banyak orang yang sampai saat ini belum mengetahui bahwa membayar atau
mengeluarkan zakat dapat menjadi pengurang pajak pada SPT Tahunan. Hal ini sesuai
dengan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dasar hukumnya terdapat pada
pasal 22 dan 23 ayat 1-2. Aturan tersebut  berbunyi;

 Pasal 22: Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ
dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

 Pasal 23: Baznas atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap
muzaki (pemberi zakat), dan bukti tersebut digunakan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak.

Tujuan diberlakukan aturan ini adalah agar umat muslim yang hendak mengeluarkan
zakat tidak dikenakan double charge atau beban ganda. Selain itu, aturan ini mendorong
umat muslim untuk tetap taat beragama dan juga mendorong aspek kemanusiaan.

Lalu aturan zakat pengurang pajak juga ditegaskan pada Undang-Undang Nomor 36
tahun 2008 Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan, pasal 4 ayat (3) huruf a 1 tercantum:

“Yang dikecualikan dari objek pajak adalah bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.”

Kemudian pada pasal 9 ayat (1) huruf G, berbunyi:

“Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan dengan harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf 1 sampai dengan
huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.”

Ketentuan tentang zakat dapat mengurangi penghasilan kena pajak sesuai dengan PP No.
60 Tahun 2010. Syarat zakat yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pajak penghasilan
berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008, adalah:

 Zakat yang bersifat wajib,


 Zakat tersebut dibayarkan melalui badan atau lembaga penerima zakat yang dibentuk
dan disahkan pemerintah.

Lebih lanjut, ketentuan tentang lembaga penerima zakat tersebut di atas diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2018. Tidak hanya mengatur untuk
zakat bagi pemeluk agama Islam, dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut juga
mengatur tentang lembaga lain sejenis bagi masyarakat yang memeluk agama Buddha,
Katolik, serta Kristen.

Hal ini patut dipahami oleh masyarakat, karena tidak hanya umat muslim saja yang
zakatnya dapat menjadi pengurang pajak, melainkan agama lain pun dapat mendapatkan
fasilitas yang sejenis, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seperti halnya sumbangan
dalam bencana nasional, kewajiban keagamaan seperti zakat dan perpuluhan juga menjadi
pengurang pajak karena bersama-sama dengan pajak, dinilai dapat mensejahterakan
masyarakat secara umum.

D. Penerapan Zakat Sebagai Pengurang Pajak

Setelah memahami aturan zakat pengurang pajak, lantas bagaimana penerapannya?


Penerapan zakat pengurang  pajak juga diatur dalam peraturan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) nomor PER-06/PJ/2011 tentang Pelaksanaan Pembayaraan dan Pembuatan Bukti
Pembayaran atas Zakat, Pasal 2 yang berbunyi:

1. Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib melampirkan fotokopi
bukti pembayaran pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak dilakukannya pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib.
2. Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1): berupa bukti pembayaran
langsung atau transfer rekening bank atau pembayaran melalui Anjungan Tunai
Mandiri (ATM)

Bukti pembayaran harus memuat;

 Nama lengkap wajib pajak dan nomor pokok wajib pajak pembayar pajak.
 Jumlah pembayaran.
 Tanggal pembayaran.
 Nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan yang dibentuk
dan disahkan pemerintah.
 Tanda tangan petugas badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan pemerintah di bukti pembayaran apabila
pembayaran secara langsung.
 Validasi petugas bank pada bukti pembayaran apabila melalui transfer rekening bank.

Namun, zakat Anda tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika:

 Tidak dibayarkan oleh wajib pajak pada badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan pemerintah.
 Bukti pembayaran tidak memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan di atas.

Jika sudah membayar zakat dan memiliki bukti sesuai ketentuan dalam peraturan, Anda dapat
melampirkannya pada saat laporan SPT Tahunan dalam tahun pajak saat zakat ditunaikan.
Zakat di SPT Tahunan juga akan menentukan penghasilan netto.

E. Pelaksanaan Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Negara Lain

Selain Indonesia, negara lain yang menerapkan zakat sebagai pengurang pajak adalah
Arab Saudi. Keunggulan yang dimiliki oleh Arab Saudi, di negara tersebut pengelolaan zakat
sudah modern. Badan zakat dan pajak di Arab Saudi pun telah memiliki basis data dan
informasi yang didukung teknologi informasi dan komunikasi. Pengumpulan zakat di Arab
Saudi pun telah menggunakan sistem online. Hal-hal tersebut memudahkan adanya sinergi
antara badan zakat dan lembaga pengelola pajak.
Sementara itu, fakta di Indonesia menunjukkan bahwa masih sangat sedikit
masyarakat yang mengaplikasikan ketentuan zakat pengurang pajak dalam perhitungan
pajaknya. Atau dengan kata lain, masih sedikit wajib pajak yang memperhitungan zakat
maupun perpuluhan sebagai pengurang pajak penghasilan.

Ada beberapa hal yang mungkin menjadi kendala dalam penerapan zakat pengurang pajak di
Indonesia:

1. Secara psikologis, masih ada keengganan dalam masyarakat untuk mencantumkan


nama, NPWP atau bahkan besaran zakat yang dibayarkan, karena menghindari riya. 
2. Masih kurangnya pemahaman wajib pajak atas aturan dan syarat yang wajib dipenuhi
agar zakat dapat menjadi pengurang pajak.
3. Kurangnya informasi tentang lembaga yang dibentuk dan disahkan pemerintah
sebagai badan zakat. Selain itu, masyarakat juga masih memiliki keinginan untuk
membayarkan zakatnya pada lembaga-lembaga di luar lembaga yang disahkan
pemerintah yang diyakininya dapat menyalurkan zakat mereka secara tepat.

Di Malaysia, kebijakan pemerintah berupa zakat sebagai pengurang pajak perlu ditiru
oleh negara-negara lain yang ingin memacu peningkatan pengumpulan zakat. Sayangnya,
Indonesia belum mampu menerapkan kebijakan semacam ini secara utuh. Ketentuan yang
saat ini berlaku adalah zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, bukan pengurang
pajak secara langsung. Akibatnya, masyarakat kurang antusias menggunakan haknya untuk
menyertakan Bukti Setor Zakat (BSZ) dalam berkas pelunasan pajak (SPT).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sudah menjadi kewajiban bagi umat Muslim untuk menunaikan zakat, terutama di
bulan suci Ramadan menjelang hari raya Idul Fitri. Jika sudah memenuhi syarat sah dan
syarat rukun berzakat namun tidak mengerjakannya, akan mendapatkan ganjaran dosa. 

Pastikan Anda membayar zakat pada badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk
dan disahkan oleh Pemerintah. Sebab, bukti pembayaran zakat Anda dapat menjadi
pengurang penghasilan bruto untuk penghitungan pajak saat mengisi SPT Tahunan nanti.
Simpan bukti pembayaranya dan lampirkan saat melaporkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan sehingga zakat mengurangi pajak Anda, baik untuk wajib pajak pribadi maupun
badan.

Anda dapat lapor SPT Tahunan secara elektronik melalui canal DJPOnline. Tampilan
yang ramah pengguna akan memudahkan Anda dalam mengisi SPT Tahunan pajak
penghasilan. Tidak hanya itu, DJPonline dapat menghitung otomatis pajak yang perlu Anda
setorkan dan membayar pajak Anda secara online hanya di 1 aplikasi.

B. Saran atau Rekomendasi

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dalam makalah ini, diantaranya adalah :

 Perlu adanya upaya peningkatan pemahaman tentang pengintegrasian antara zakat dan
pajak, terlebih menyangkut masalah teknisnya, karena masyarakat pada umumnya
masih rancu tentang hal tersebut.
 Perlu adanya peningkatan atau penguatan sistem antara semua pihak, baik para tokoh
agama, instansi pemerintah dan masyarakat.
 Perlu adanya dekonstruksi hukum dalam hal penerapan pajak dan zakat di Indonesia
yang memenuhi undang-undang dan aturan hukum syari’ah Islam

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nuruddin Mhd. Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2006

Djuanda, Gustian, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta :PT Raja
Grafindo Persada, 2006

Mas’udi, Masdar, Farid, dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas


Pemanfaatan Zakat Infaq dan Sedekah, Jakarta : PIRAMEDIA, 2004

https://www.online-pajak.com/tentang-efiling/zakat-pengurang-pajak

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/zakat-pengurang-pajak/

https://tirto.id/progresivitas-masdar-farid-masudi-membongkar-kejumudan-beragama-cLLU

Anda mungkin juga menyukai