Anda di halaman 1dari 11

ZAKAY DAN PAJAK

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah masail fiqih

Dosen Pengampu : Ustadz Muhammad Nurzansyah, M.Hum.

Nama Mahasiswa :

M Dimas Hibatullah (1886208127)

Masriyah (

Marlita (

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019/1440
KATA PENGANTAR

Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia, sahabatnya yang
tercinta dan umatnya yang setia akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya, Aamiin….
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan,
Seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Sebagaimana pepatah mengatakan Tiada gading yang tak retak, maka penulisan
makalah inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran penyempurnaan, agar
kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi
pendidikan studi Islam pada umumnya.

Tangerang, 27 Juni 2019


A. Latar belakang
Islam mengajarkan, bahwa harta kekayaaan itu bukan merupakan tujuan hidup, tetapi
sebagai wasilah untuk saling memberi manfaat dan memenuhi kebutuhan. Dan ajaran islam
tidak menyukai adanya penumpukan kekayaan (taksid al- amwal) hanya terpusat pada
beberapa segelintir orang saja dalam suatu masyaarakat, karena akan melahirkan pola
kehidupan mewah pada sekelompok kecil, juga dapat mendorong timbulnya penindasan dan
penderitaan. Oleh sebagai makhluk social, manusia (umat islam) harus mengeluarkan atau
memberikan sebagian harta kekayaanya ketika sudah mencapai nishab dengan cara zakat dan
pajak.
B. Rumusan masalah
1. Bagaiman pengertian zakat dan pajak ?
2. Bagaiamana macam-macam zakat dan pajak ?
3. Bagimana sumber-sumber zakat dan pajak ?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian zakat dan pajak.
2. Untuk mengetahui macam-macam zakat.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber zakat dan pajak.
BAB II
Pembahasan
A. Definisi zakat
Zakat menurut etimologi adalah suci, tumbuh berkembang dan berkah. Menurut
terminologi adalah sebagian (kadar) harta tertentu yang memenuhi syarat minimal (nishab)
dalam rentang waktu satu tahun (haul) yang diberikan kepada yang berhak menerimanya
(mustahig) dengan syarat tertentu. Apabila seseorang telah mengeluarkan zakat berarti dia
telah membersihkan diri, jiwa dan hartanya. Dia telah membersihkan nya dari penyakit kikir
dan membersihkan hartanya dari hak orang lain yang ada dalam hartanya orang itu. Orang
yang berhak menerimanya pun akan bersih jiwanya dari penyakit iri, dengki, iri hati dari
orang lain yang mempunyai harta. 1
Sebagaimana telah diketahui bahwa zakat adalah salah satu pemasukan sumber
keuangan Negara (Negara islam). Berbeda dengan di Indonesia pada umumnya anggota
masyarakat langsung menyerahkan zakatnya kepada yang berhak (mustahig), walaupun
sudah berjalan penyerahan zakat kepada BAZIS ( badan amil zakat infaq dan sedekah) dan
jenisnya. Walaupun proses pengaturan zakat oleh lembaga- lembaga tersebut masih belum
jelas, padahal UU pengelolaan zakat sudah disahkan.
Urgensi zakat, Zakat merupakan pilar ketiga islam sebagaimana dijelaskan sebuah
hadis nabi SAW yang artinya:”Islam dibangun atas 5 rukun yaitu syahadat, bahwa tiada tuhan
selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusanya, mendirikan shalat, membayar zakat,
puasa ramadhan dan menunaikan haji ke baitullah bagi orang-orang yang mampu.
Kelima rukun islam itu sama kedudukanya antara satu dengan yang lainya dan dengan mudah
dapat dipahami, karena semuanya bernilai ritual dan ibadah mahdhah kepada Allah yang
harus diterima secara ta’abbudi, kecuali zakat yang agak sukar untuk dipahami dan diyakini
karena ia menyangkut materi yang paling disayang.2
Secara teoritis, sulitnya memahami dan mengamalkan kewajiban zakat dapat
dipahami karena ia merupakan suatu yang bertentangan dengan naluri manusia yang pada
umunnya sangat mencintai harta benda. Justru itu pula al-quran memberi sebutan harta itu
dengan mal yang berarti cenderung, karena manusia sangat cenderung kepadanya.
Tujuan zakat baru dapat dipahami dan diyakini apabila didalam jiwa seseorang telah
tumbuh beberapa nilai seperti, keimanan, kemanusiaan, dan keadilan. Oleh karena itu, al-

1. Khubuddin aibak,kajian fiqih kontemporer.(surabaya:elkaf 2006)

2. Urgensi-dan-tuntutan-zakat-dalam-islam
quran menggunakan kata sadakah sebagai padanan dari kata zakat tersebut, karena makna
sadakah itu sendiri merupakan manifestasi atas pengakuan dan pembenaran yang melahirkan
keyakinan, sehingga timbul kesadaran untuk memberikan sebagian dari harta yang disayangi
dalam bentuk zakat. Hal itu dipandang logis dan wajar, bahkan merupakan keharusan.

Pajak didalam ensiklopedi Indonesia dalam sebagaimana yang dikutip oleh hasan,
disebutkan bahwa pajak ialah sesuatu pembayaran yang dilakukan kepada pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam hal penyelenggaraan jasa-jasa,
untuk kepentingan umum.3
Menurut para ahli keuangan pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak,
yang harus disetorkan sesuatu kepada Negara dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi
kembali dari Negara dan hasilnya untuk membiayaai pengeluaran-pengeluaran umum di satu
pihak dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, social, politik, dan tujuan-tujuan lain
yang dicapai oleh Negara. Setelah kita amati pengertian zakat dan pajak maka pada
prinsipnya kedua-duanya diserahkan kepada Negara (amil) untuk kepentingan umum dan
pembangunan. Setiap warga Negara mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan zakat (bagi
orang yang sudah memenuhi ketentuan) dan pajak.
Di zaman Rasulullah dan para sahabat, pemungutan dan pengelolaan zakat
diserahkan pada amil yang mendapat wewenang penuh dari Rasulullah. Mereka bertugas
mencatat kaum Muslimin yang wajib mengeluarkan zakat dan mendistribusikan zakat
tersebut kepada mereka yang berhak. Karena tugasnya khusus, maka para muzakki
(pembayar zakat) dan mustahiq (penerima zakat) terdaftar secara akurat, Selain itu,
Rasulullah pernah berpesan kepada Muadz bin Jabal RA sebelum berangkat ke Yaman untuk
menyebarkan Islam. Pesan tersebut berisi tentang kewajiban pembayaran zakat, seperti
diriwayatkan Bukhari dan Muslim.4

“Sungguh, Allah SWT telah mewajibkan zakat terhadap harta mereka, yang diambilkan dari
orang-orang kaya di antara mereka dan didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.”

3. Wikipedia.org/wiki/Pajak/ensiklopedia-perpajakan-indonesia
4. Hak memungu dan mengelola zakat ada dipemerintah
B. MACAM – MACAM ZAKAT:
A) Zakat Profesi
1) Pengertian Profesi
Yusuf Al-Qaradhawi menyatakan bahwa diantara hal yang sangat penting untuk
mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang
diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan secara sendirimaupun bersama
– sama.
2) Landasan Hukum Kewajiban Zakat Provesi
Semua penghasilan melalui kegiatan professional tersebut, apabila telah mencapai
nishob, maka wajib di keluarkan zakatnya. Seperti yang telah tertera dalam firman Allah
SWT dalam surat adz-dzariat : 19,

“ dan pada harta – harta mereka ada hak – hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.”
3) Nishab, waktu, Kadar, dan cara mengeluarkan zakat Profesi
Terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan dalam menentukan Nishab, kadar, dan
waktu mengeluarkan zakat profesi. Hal ini sangat tergantung pada qiyas (analogi) yang di
lakukan. Contohnya jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishab, kadar, dan
waktu mengeluarkannya sama dengannya dan sama pula dengan zakat emas dan perak.
Nishabnya senilai 85 gram emas, kadar zakatnya 2,5 persen dan waktu mengeluarkannya
setahun sekali, setelah dikurangi kebutuhan pokok.5

B) Zakat Perusahaan
1) Landasan Hukum
Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat pada perusahaan adalah nash
– nash yang bersifat umum, seperti termaktub dalam surah al-baqarah: 267 dan at-taubah:
103. Juga merujuk kepada sebuah hadits riwayat imam bukhori (hadits ke-1448 dan
dikemukakan kembali dalam hadits ke-1450 dan 1451).

5. Yusuf al – qrdhawi, fiqih zakat, (beirut: muassalah risalah, 1991)


2) Nishab, waktu, Kadar, dan cara mengeluarkan zakat Perusahaan
Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat, menganalogikan
zakat perusahaan ini kepada zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan
ekonomi kegiatan sebuah perusahaan initinya berpijak pada kegiatan tradding atau
perdagangan.

C) Zakat Surat – Surat Berharga


1) Zakat Saham
Beberapa ulama berpendapat bahwa saham dan juga obligasi adalah harta yang dapat
diperjual belikan, karena itu pemiliknya mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya,
sama seperti barang dagangan lainnya. Karenanya saham dan obligasi termasuk ke dalam
kategori barang dagangan dan sekaligus merupakan obyek zakat.
2) Zakat Obligasi
Saham merupakan pinjaman kepada perusahaan, bank atau pemerintah. Selama
perusahaan tersebut tidak memproduksi barang – barang atau komoditas-komoditas yang di
larang maka saham menjadi salah satu obyek atau sumber zakat. Sedangkan obligasi sangat
gantung kepada bunga yang termasuk ke dalam kategori riba yang dilarang secara tegas oleh
ajaran islam. Meskipun demikian, yang menarik adalah bahwa sebagian ulama, walaupun
sepakat akan haramnya bunga, tetapi mereka tetap menyatakan bahwa obligasi adalah satu
obyek atau sumber zakat dalam perekonomian modern. Muhammad Abu Zahrah menyatakan
bahwa jika obligasi itu kita bebaskan dari zakat, maka akibatnya orang lebih suka
memanfaatkan obligasi dari pada saham. Dengan demikian, orang akan terdorong untuk
meninggalkan yang halal dan melakukan yang haram. Dan juga bila ada harta haram,
sedangkan pemilikknya tidak diketahui, maka ia disaalaurkan kepada sedekah.6
D) Zakat Perdagangan Mata Uang
Perusahaan yang kini berkembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertukaran mata uang asing atau yang di sebut dengan money charger atau al-sharf. Dilihat
dari jenisnya money charger ini terbagi menjadi dua bagian yaitu: pertama, pertukaran yang
sama jenisnya. Kedua, pertukaran uang yang berbeda jenisnya.
Pertukaran uang yang sama jenisnya, mislanya riyal dengan riyal, dolar dengan dolar, rupiah
dengan rupiah, dan yang lainnya, tidak boleh dilakukan, karena termasuk riba, kecuali dalam
keadaan sama dan dilakukan secara kontan dan langsung. Dalam sebuah hadits riwayat imam

6. Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern, (Bandung: Pustaka Setia, 2007)
bukhari berkata Abu sa’id tentang tukar menukar uang, aku mendengar rasulullah SAW
bersabda,

“ Emas dengan emas harus sama (ukuran dan beratnya). Perak dengan perak harus sama
(ukuran dan beratnya).”
Adapun pertukaran mata uang berbeda jenisnnya seperti antara rupiah dan dolar, rupiah
dengan riyal, dan mata uang lainya, maka berlandaskan ijma’ Ulama hal itu boleh dilakukan
dengan beberapa syarat antara lain sebagai berikut.7
Pertama, terjadi saling menerima mata uang (taqaabul) ditempat terjadinya akad jual beli,
agar tidak sampai jatuh pada riba nasi’ah jika tidak dilakukan pada saat terssebut. Dalam
sebuah hadis diriwayatkan dalam sebuah hadis riwayat imam bukhori, dikemukakan bahwa
umar bin khatab mendengar seseorang menukarkan emas sambil berkata ketika ia menerima
tukarannya: tuggulah penjagaku pulang dari hutan , ‘lalu umar berkata, ‘demi allah, janganlah
engkau berpisah denganya sehingga terjadi proses pertukaranya.
Alludin mahmud zartari menyatakan bahwa alasan pertukaran mata uang yang satu dengan
yang lainya harus dilakukan kontan, oleh karena sering terjadinya fluktuasi harga dari waktu
ke waktu, dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam.
Kedua, hendaknya pertukaran itu dilakukan dengan nilai tukar yang sama antara suatu mata
uang dengan mata uang lainya. Adapun yang menjadi landasan keabsahan tukar menukar
mata uang yang berbeda dengan persyaratan tersebut diatas.
Adapun mengenai zakatnya, dianalogikan dengan zakat perdagangan baik nishab, waktu,
maupun kadarnya.

7. Dalam al Mu’tamad fil Fiqh as Syafi’i (2/34)


C. SUMBER-SUMBER ZAKAT SECARA TERPERINCI

Adapun mengenai jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang dikemukakan
secara terperinci dalam Al-Qur’an dan hadis menurut ibnul Qoyyim pada dasarnya ada
empat jenis yaitu tanaman-tanaman, buah-buahan dan hewan ternak, emas dan perak, serta
harta perdagangan. Menurut ibnul Qoyyim ke empat jenis inilah yang paling banyak beredar
dalam kalangan umat manusia.
Al- Habsyi menyatakan hal sama yaitu emas perak, perdagangan, pertanian dan
hewan ternak. Al-Utsaimin dalam fiqh ibadah menjelaskan pula bahwa harta yang wajib
dikeluakan zakatnya yang diungkapkan Al-Qur’an hadis secara rinci adalah emas dan perak,
segala yang dikeluarkan dari bumi seperti tanam-tanaman dan biji-bijian, hewan ternak dan
harta perdagangan.8

PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK


Zakat merupakan kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian hartanya
menurut kadar tertentu dan zakat berfungsi sebagai pembersih diri dan hartanya dalam rangka
pengabdiannya kepada Alloh. Sedangkan pajak adalah kewajiban seorang warga negara
kepada kepada negaranya menurut ukuran yang telah ditentukan oleh pemerintah. Fungsi
pajak adalah untuk membiayai pengeluaran negara. Sedang perbedaannya antara lain sebagai
berikut.
a. Zakat adalah kewajiban agama yang ditetapkan oleh Allah. pajak adalah kewajiban
warga negara yang telah ditentukan oleh pemerintah.
b. Orang yang wajib membayar zakat hanyalah orang-orang Islam,sedang orang yang
wajib membayar pajak adalahsemua warga negara dan orang asing, tanpa membedakan
agama yang dipeluknya.
c. Orang yang berhak menerima zakat (mustahik) sudah ditentukan (asnaf tsaminah )
sedang yang berhak menikmati pajak adalah semua penduduk yang ada dalam suatu negara.
d. Sangsi tidak membayar zakat adalah azab Alloh, karena tidak mematuhi perintah Alloh
dan Rosulnya, sedangkan sanksi tidak membayar pajak hanya denda atau hukuman kurungan.
e. Zakat tidak mungkin diganti atau dihapuskan,karena merupakan rukun islam, sedang
pajak mungkin saja diganti atau dihapuskan tergantug pada pertimbangan pemerintah atau
kondisi keuangan negara.9

8. http://datarental.blogspot.com/2016/10/sumber-sumber-zakat-secara-terperici.html
9. Prof. DR Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar perbedaan-antara-zakat-dan-pajak.html
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dari kajian dan pembahasan tentang zakat sebagaimana telah diuraikan pada bab diatas,
dapat disimpulakn sebagai berikut: 1. Zakat adalah ibadah ma’aliyah ijtima;iyah artinya
ibadah dibidang harta yang memiliki kandungan yang sangat penting dalam membangun
masyarakat. 2. Banyak hikmah dan manfaat. Pajak merupakan kewajiban yang ditentukan
oleh pemerintah dan harus dibayar setahun sekali atau sudah pada waktu haulny. Sebagai
kewajibanya pajak dibayar dengan menyesuaikan kondisi materi seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Khubuddin aibak,kajian fiqih kontemporer.(surabaya:elkaf 2006)


Urgensi-dan-tuntutan-zakat-dalam-islam
Wikipedia.org/wiki/Pajak/ensiklopedia-perpajakan-indonesia
Hak memungu dan mengelola zakat ada dipemerintah
Yusuf al – qrdhawi, fiqih zakat, (beirut: muassalah risalah, 1991)
Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern, (Bandung: Pustaka Setia,
2007)
Dalam al Mu’tamad fil Fiqh as Syafi’i (2/34)
http://datarental.blogspot.com/2016/10/sumber-sumber-zakat-secara-terperici.html
Prof. DR Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar perbedaan-antara-zakat-dan-pajak.html

Anda mungkin juga menyukai