Anda di halaman 1dari 6

ZAKAT DALAM PEREKONOMIAN

DI MASA MODERN
Cut Razita Nafissa
Mahasiswa Prodi Akuntansi,Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Malikussaleh
Email: cut.21.0420075@mhs.unimal.ac.id

Rayyan Firdaus
Dosen Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Malikussaleh
Email: rayyan@unimal.ac.id

ABSTRAK
Zakat ialah amalan yang mempunyai peranan yang sangat berpengaruh, penting dan
menentukan dalam Islam dan stabilitas sosial. Salah satu pembahasan penting dalam fikih
zakat adalah identifikasi sumber harta yang wajib dikeluarkan zakatnya (al-amwaal az-
zahawiyah), terutama jika dikaitkan dengan perekonomian yang terus berkembang dari
waktu ke waktu. Jenis harta yang dikeluarkan untuk zakat ditentukan oleh Allah SWT. Utusan
dalam Al-Qur'an dan Hadits antara lain: buah-buahan, komoditas, Binatang peliharaan,
emas, perak dan hasil pertanian. Nah, seiring berjalannya waktu dan siklus perekonomian
yang semakin modern, hal ini berdampak pada berkembangnya jenis-jenis Zakat yang tidak
hanya terbatas pada lima hal tersebut saja. Untuk mencapai rasa keseimbangan dan
penerapan nyata aturan syariah, Nishab dan Haul mengidentifikasi beberapa sumber zakat
di era ekonomi globalisasi.
PENDAHULUAN
Islam adalah agama sempurna dan diwahyukan oleh Allah SWT. Terhadap umat
melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut keyakinan secara keseluruhan, Islam tentunya
mempunyai beragam peraturan dan tata cara yang mesti dipatuhi oleh pemeluknya. Ibadah
zakat merupakan petujuk yang hakikatnya didalam islam akan tetap ada dan bukan Sesuatu
hal baru dalam aturan agama islam, selain itu zakat adalah rukun islam yang ke empat. .
Sedangkan utusan Allah swt saja juga wajib mengeluarkan zakat dari hartanya Didalam Al-
Quran terdapat beberapa surah yang menjelaskan mengenai zakat. Disatu sisi ada surah yang
berisi pujian terhadap orang yang menjalankan perintah zakat dengan taat. sedangkan di sisi
lain ada juga surah Al-Quran yang mengancam mereka yang secara sadar meninggalkan
kewajibannya dalam membayar zakat.

Dari kisah sahabat nabi yaitu Abu Bakar yang menindak tegaskan mereka yang
melakukan ibadah solat namun enggan membayar zakat dari sebagian hartanya, hal itu
menunjukkan betapa tidak dapat dibenarkan Tindakan dalam kewajiban membayar zakat. Di
Indonesia sendiri, terdapat Lembaga pemungut zakat, akan tetapi belum berjalan secara baik
dimana proses pengumpulan zakat belum di stabilkan secara merata, disebabkan oleh
minimnya pengetahuan Masyarakat tentang kewajiban membayar zakat dari total harta yang
dimilikinya. Pengetahuan yang dimiliki oleh Masyarakat hanya terbatas dari sumber
konvensional yang dinyatakan dalam Al-Quran maupun Hadist. Ada beberapa jenis zakat
yang secara jelas memang wajib untuk dibayarkan setelah mencapai batas nisabnya, yaitu:
emas, perak, hasil dari Perkebunan, produk dagangan, hewan peliharaan, serta benda-benda
antik.

Bahwa al-Amwaal az-Zahawiyah (harta yang wajib dikeluarkan zakatnya) dibagi


menjadi dua kategori. Yang pertama adalah kekayaan kasat mata yang tidak dapat
disembunyikan seperti hasil perkebunan, dan yang kedua adalah kekayaan tak kasat mata,
yaitu harta yang dapat disembunyikan, seperti emas dan perak. Yusuf al-Qaradawi dalam
Zakat al-Qaradawi mengemukakan berbagai pendapat ulama mengenai al-Amwaal az-
Zahawiyah yang sangat berbeda-beda. Ada pula yang memperluas wawasannya dengan
memasukkan apa saja yang sesuai nishab ke dalam sumber zakatnya.

Padahal, kekayaan masyarakat sangat beragam dan terus meningkat. Keanekaragaman


dan perkembangan tersebut berubah dari masa ke masa dan tidak terlepas dari keterkaitan
dalam lingkungan budaya dan peradaban yang berbeda. Saat ini sektor pertanian Indonesia
sangat erat kaitannya dengan sektor pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang sama,
perkembangan menarik terjadi di Indonesia yang mana mulai diberlakukannya Keputusan
Menteri Agama (KMA) No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581
mengenai penyelenggaraan dan penetapan zakat.

PEMBAHASAN
Zakat pada perekonomian dimasa modern
Syariat Zakat selain sebagai bentuk kewajiban bagi yang sudah memenuhi syarat,
mempunyai fungsi social ekonomi yang sangat penting sebagai instrument distribusi
pendapatan. Zakat mendorong kita untuk melakukan aktivitas produktif dan investasi melalui
sektor produksi, konsumsi dan perdagangan. Permasalahan social yang sering kali kita lihat yaitu
banyaknya pengangguran serta tingginya Tingkat kemiskinan, dengan adanya Masyarakat yang
membayar zakat maka akan menjadi salah satu Solusi dalam memberantas persoalan social
tersebut.

UU NO. 38 Tahun 1999 diubah menjadi UU NO. 23 Tahun 2011 yang awalnya hanya
mengatur mengenai penyelenggaraan zakat namun setelah diubah zakat mengambil peran dalam
hal meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Melihat perkembangan ekonomi era globalisasi yang
semakin pesat, Masyarakat akan dihadapi dengan adanya masa pasar bebas, sehingga peran zakat
diperlukan sebagai pengukuh serta penunjang minat pembelian Masyarakat.

Hambatannya antara lain pemahaman konservatif di beberapa kalangan Islam dan


kurangnya kesamaan dalam penerapan yurisprudensi zakat. Kendala lainnya adalah belum
adanya harmonisasi dan sentralisasi pengendalian zakat pada organisasi yang berada di
bawah bimbingan dan pengamatan pemerintah. Menurut Peraturan Perundang-undangan
NO. 23 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Zakat, Organisasi Zakat dapat diartikan sebagai
suatu lembaga yang dibentuk oleh pemerintah atau swasta dengan tugas merencanakan,
mengatur, dan mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan, pengalokasian, dan penggunaan
Zakat, infak dan sedekah.

Badan Amil Zakat adalah badan pengelola zakat di indonesia, proses


pembentukannya melalui beberapa tahap. Tahap-tahapan yang dilalui dalam proses
pembentukan badan amil zakat ialah dimulai dari pemerintah pusat yang kemudian beralih ke
daerah dan terus berkembang hingga ke kalangan masyarakat, yang kegiatannya tidak mudah
untuk di kontrol dan sesuai. Dalam menarik perhatian masyarakat badan amil zakat
menggunakan metode terkini yang sesuai dengan metode perusahaan yang bertujuan agar
menarik perhatian dari masyarakat yang berkewajiban untuk membayar zakat.

Sumber Zakat Dalam Perekonomian Modern


Menurut penelitian, zakat di perekonomian modern mempunyai sumber sebagai
berikut:
1.Zakat Profesi
Zakat atas penghasilan atau profesi Zakat adalah suatu pendapat yang timbul dari
profesi yang bukan merupakan zakat seperti gaji pegawai negeri/pegawai swasta, konsultan
dan dokter, atau kekayaan yang tidak terduga seperti lotere, kuis berhadiah (tanpa unsur
perjudian). Salah satu upaya pembangkitan tenaga bagi kemanusiaan saat ini adalah tindakan
profesi yang menghasilkan perbuatan-perbuatan yang menguntungkan, yang dilakukan secara
individu seperti dokter dan kreator, ataupun secara kolektif seperti karyawan dan buruh yang
semuanya menghasilkan pendapatan. atau gaji. Para ulama berbeda pendapat mengenai zakat
professional yaitu:

 Pendapat pertama, zakat profesi didedikasikan untuk pertanian. Oleh karena itu, jika
nilai pendapatannya setara dengan 653 kg beras atau gandum (yakni nisab pertanian).
Maka dari itu, jumlah zakatnya adalah 5% yang dibayarkan setiap kali menerima gaji
atau penghasilan.
 Pendapat kedua, zakat profesi setara dengan zakat nisab emas atau perak. Sebab,
merujuk pada gagasan bahwa uang masa kini setara dengan emas atau perak. Oleh
karena itu, besar kecilnya zakat yang disalurkan adalah 2,5% dan akan disalurkan
segera setelah mendapat gaji, tanpa menunggu barang dikumpulkan.

2. Zakat Perusahaan
Menurut pandangan para ekonomi saat ini, jenis perusahaan dapat dibedakan menjadi
tiga kategori, yaitu:
a. Perusahaan yang mengeluarkan produk edisi terbatas. Jika zakat dibayarkan,
maka produk yang dihasilkan harus halal dan yang dimiliki oleh manusia
b. Perusahaan yang berjalan di sektor perusahaan jasa
c. Perusahaan di sektor keuangan

Yusuf al-Qaradhawy dan Abdul Khaliq al-Nawawi mengelompokkan nisab dan cara
pembayaran zakat perusahaan menjadi dua bagian, ada yang mencakup aset benda dan aset
bergerak. Aset, dikenakan zakat sebesar 10% atau 5% dari pendapatan, pada hasil
perkebunan dikenakan zakat. Pada saat yang sama, Zakat dipotong sebesar 2,5% dari total
modal dan sisa pendapatan bagi mereka yang termasuk dalam kategori aset bergerak. Metode
penghitungan Zakat perusahaan umumnya diselesaikan dalam tiga ketegori yaitu:
• Menentukan harta yang dikenakan zakat.
• Penilaian Harta Wajib Zakat
• Memperkirakan Harta Wajib Zakat

3. Zakat saham dan Obligasi


Saham merupakan salah satu dari bagian modal suatu perusahaan dan dapat
mendatangkan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu, saham ialah suatu
jenis aset yang terkait dengan suatu perusahaan dan bahkan kepemilikan. Sementara itu,
obligasi kertas yang berharga berisi janji maka bank, perusahaan, atau pemerintah berhutang
kepada pemegangnya sejumlah uang dan sejumlah bunga tertentu. Jika perjanjian memenuhi
syarat maka zakatnya akan dibayarkan. yaitu Islam, kemerdekaan, harta benda, transportasi
yang memadai (selama satu tahun) dan nisab tertinggi. Zakat dibayarkan dalam bentuk
saham, termasuk nisab dan ukurannya, yaitu Semas 85 gram dan Zakat 2,5%. Demikian pula
zakat obligasi sama dengan zakat ekspor impor, yakni 2,5%
4. Zakat Investasi Properti
Zakat investasi adalah Zakat yang dipungut dari aset yang diperoleh dari pendapatan
investasi, seperti bangunan atau kendaraan. Hal ini bisa dilakukan jika perusahaan
mempunyai biaya yang cukup untuk menutupi biaya pokok. Nisabnya sejumlah pendapatan
bersih selama setahun, meskipun pendapatan itu terjadi setiap tahun. Jika total laba bersih
kemudian dikurangi biaya operasional sehingga melebihi Rp. 1.300.000, maka dapat
mengeluarkan Zakat sebesar 5% sampai dengan 10% yang mana 5% merupakan perolehan
kotor dan 10% merupakan perolehan bersih.

Manajemen Zakat
Kathryn M. Bartol dan David C. Marten dalam “Kadarman dan Yusuf Udaya”
menyatakan bahwa manajemen dicapai melalui empat Fungsi yaitu: perancangan,
penggolongan, memimpin pelaksanaan kegiatan, dan peninjauan. Oleh karena itu,
menunaikan zakat merupakan suatu kegiatan yang berkelanjutan. Dengan terjadinya proses
dan sistem, berbagai sumber daya (manusia, material, peralatan, sistem, uang, waktu,
informasi, pasar, modal) ditransformasikan menjadi ruang usaha zakat yang bermanfaat bagi
manusia. Pelaksana pengelolaan zakat meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Mengelola metode pengendalian sumber daya manusia, material dan zakat secara
praktis dan efisien
b. Menyatukan organisasi dengan kondisi eksternal dan merespon kepentingan dan
kebutuhan masyarakat dan lingkungan.Mengembangkan pengetahuan tentang
organisasi Zakat dimana masyarakat dapat mencapai tujuan individu dan cara kolektif
sesuai dengan nilai-nilai Islam.
c. Melakukan peran sosial dan keyakinan yang ditentukan seperti menetapkan tujuan,
perencanaan, merancang sumber daya dan mengawasi manajemen zakat.
d. Melakukan berbagai peran interpersonal informasional dan menentukan sumber,
distribusi dan pengembangan produktif zakat.
KESIMPULAN
Menurut pembahasan yang telah dibahas di atas, maka peneliti bisa mengihktisarkan
bahwasannya membayar zakat adalah salah satu ibadah yang bisa digunakan untuk menjadi
factor pendorong perekonomian di Indonesia mengarah kearah yang lebih baik lagi. Di
zaman modern ini, dengan adanya pembayaran zakat yang dikelola sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Zakat, sebagaimana setelah
diubah dengan UU No. 23 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Zakat maka dijamin
masalah social seperti, adanya Tingkat penggangguran dan kemiskinan yang tinggi akan
dapat diatasi dengan cara bertahap oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawy, Yusuf. 1991. Fiqh az-Zakat, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah


Fakhruddin, 2008. Fiqh & ManajemenZakat di Indonesia, Malang: UIN Malang Pres
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta:Gema Insani Press
Mahjuddin, 2005. Musailul Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia
Mufraini, M. Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana
Nawawi, Ismail, Manajemen Zakat dan Waqaf, Jakarta: Viv Pres, 2013
Permono, Sjechu Hadi. 2003. Sumber-sumber Pengalian Zakat, Jakarta Pustaka Firdaus

Anda mungkin juga menyukai