muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu
rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (asnaf).
Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh,
dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan
untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan
berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5)
Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta
terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:
1) harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang
halal;
6) pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.
• Harta tersebut melewati haul atau telah tiba saat untuk menunaikannya,
tergantung jenis hartanya
JENIS ZAKAT
Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat
mal.
Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik
lelaki dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan.
Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara
zat maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan
agama. Zakat mal terdiri dari:
9. Zakat rikaz
ASNAF (8 GOLONGAN) PENERIMA ZAKAT
Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat memiliki
aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya. Salah satu di antaranya adalah
kepada siapa zakat diberikan.
Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan
golongan orang yang menerima zakat, yaitu sebagai berikut:
Pengelolaan zakat di Aceh diatur dalam Qanun Aceh Nomor 03 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018 tentang Baitul
Mal (klik di sini untuk mengunduh file qanun tersebut)
Berikut ringkasan pasal yang terkait dengan posisi zakat, harta kena zakat
dan wajib zakat (muzakki):
Pasal 97
(1) Zakat merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersifat
khusus.
(2) Zakat dikelola oleh Baitul Mal sebagai badan independen.
Pasal 98
a. zakat fitrah;
b. zakat mal;
d. zakat rikaz.
(2) Zakat fitrah merupakan Zakat yang wajib dibayar oleh setiap pribadi
muslim atau orang tua/walinya dalam bentuk makanan pokok atau uang
seharga makanan pokok dalam bulan Ramadhan sampai sebelum
pelaksanaan Shalat Idul Fitri setiap tahun.
(3) Zakat mal merupakan zakat atas harta simpanan yang meliputi:
b. emas;
c. perak;
a. usaha perdagangan;
b. usaha pertanian;
c. usaha peternakan;
d. usaha pertambangan;
Pasal 102
(1) Setiap orang yang beragama Islam atau Badan Usaha yang dimiliki oleh
orang Islam dan berdomisili dan/atau melakukan kegiatan usaha di Aceh yang
memenuhi syarat sebagai Muzakki wajib menunaikan Zakat melalui Baitul
Mal.
(2) Setiap orang atau Badan Usaha yang tidak memenuhi syarat sebagai
Muzakki, dapat membayar Infak kepada Baitul Mal setempat sesuai dengan
ketentuan syari’at.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat mengamanatkan bahwa
tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, maka
diperlukan strategi pencapaian berbagai aspek pengelolaan zakat secara simultan, terintegrasi,
efektifit dan efisien. Sesuai dengan kerangka pengelolaan zakat nasional, maka terdapat 6
aspek yang menjadi kerangka acuan bagi pengelolaan zakat pada tingkat kabupaten sebagai
berikut :
1. Aspek Legalitas
Aspek legalitas merupakan aspek kekuatan hukum yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
kegiatan pengelolaan zakat. Aspek ini mencakup Peraturan dan Kebijakan Pemerintah,
Kekuatan Hukum Kelembagaan dan Dasar hukum dalam pelaksanaan tata kelola organisasi.
Aspek Akuntabilitas dan Kesesuaian Syariah merupakan aspek manajemen dan administrasi
pengelolaan zakat yang transparan dan akuntabel serta mengacu kepada ketentuan syariah
dan konsitusional yang berlaku. Aspek ini mencakup laporan dan pertanggungjawaban secara
berkala, pengesahan RKAT setiap tahun, audit atas laporan keuangan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) dan audit syariah, serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah.
Untuk mewujudkan aspek dimaksud, diperlukan langkah koordinasi dan pembinaan yang
diwujudkan dalam bentuk Rapat Koordinasi, Rapat Kerja dan Zakat Sharing of Experience.
Aspek IT dan Sistem merupakan aspek ketersediaan sistem pengelolaan zakat yang berbasis
teknologi informasi untuk mewujudkan pengelolaan dan pelayanan informasi secara akurat,
efektif dan efisien. Aspek ini mencakup pengimplementasi SIMBA sebagai sistem informasi
zakat berbasis web yang dapat dimanfaatkan secara terintegrasi oleh seluruh lembaga
pengelola zakat nasional, pembangunan Infrastruktur IT, Muzakki Service, Mustahik Service,
pengadaan Pusat dan Informasi Zakat Kabupaten dalam bentuk penyediaan informasi secara
audio visual, dan Sarana Teleconference untuk mewujudkan sarana komunikasi yang efektif
antar lembaga pengelola zakat.
4. Aspek Pengumpulan
6. Aspek Penyaluran
Aspek penyaluran merupakan aspek kinerja penyaluran zakat yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan serta evaluasi dalam rangka menilai
pertanggungjawaban kinerja. Hal yang perlu diperhatikan pada aspek penyaluran adalah
semakin tinggi rasio penyaluran terhadap pengumpulan zakat, maka semakin efektif
pengelolaan zakat, dimana kegiatan penyaluran diprioritaskan pada program pengentasan
kemiskinan dan permasalahan sosial masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, aspek yang mencakup penyaluran diarahkan pada pencapaian rasio
penyaluran terhadap pengumpulan diatas 70% yang dititikberatkan pada Program
Pengentasan Kemiskinan sebesar 1% tiap tahun, Program Zakat Community Developement
serta Bantuan Usaha Produktif. Untuk program pendayagunaan zakat lainnya, BAZNAS
Kabupaten Sumedang menyelenggarakan program Bantuan Pendidikan, kesehatan,
keagamaan serta berbagai bantuan kepedulian sosial lainnya yang bersifat kemanusiaan .
Aspek pengembangan amil merupakan aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya amil yang diarahkan agar memiliki semangat, motivasi, loyalitas dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas pokok sesuai dengan bidangnya masing-masing. Aspek ini mencakup
Bantuan Kesejahteraan Amil, Sertifikasi Amil Zakat Kabupaten, Pendidikan & Pelatihan
Amil dan optimalisasi kinerja amil di bidang operasional dan Layanan Perkantoran.
Berdasarkan kerangka pegelolaan zakat dimaksud, maka sistem pengelolaan zakat dapat
digambarkan sebagai berikut :
Sistem Pengelolaan Zakat
BAZNAS Kabupaten Sumedang juga melaksanakan fungsi koordinator dan operator utama
zakat di wilayah Kabupaten Sumedang. Fungsi koordinator zakat tingkat kabupaten
ditekankan pada peran koordinasi terhadap LAZ kabupaten terkait kebijakan dan pedoman
pengelolaan zakat yang telah ditetapkan oleh BAZNAS, bertanggung jawab atas pelaporan
zakat tingkat kabupaten yang meliputi laporan dari BAZNAS kabupaten dan LAZ tingkat
kabupaten, serta pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan LAZ dalam wilayah
kabupaten.
Pada fungsi operator utama zakat, BAZNAS Kabupaten Sumedang melakukan pengumpulan
zakat di Kabupaten Sumedang yang meliputi Kantor Satuan Kerja Pemerintah
Daerah/Lembaga Daerah Kabupaten; Kantor Instansi Vertikal Tingkat Kabupaten; Badan
Usaha Milik Daerah Kabupaten; Perusahaan Swasta Skala Kabupaten; Masjid, Mushalla,
Langgar, Surau, atau nama lainnya; Sekolah/Madrasah, dan Lembaga Pendidikan lainnya;
Kecamatan atau nama lainnya; dan Desa/Kelurahan atau nama lainnya. Dalam bidang
penyaluran, BAZNAS Kabupaten Sumedang melaksanakan kegiatan pendistribusian dan
pendayagunaan secara individu maupun kelompok. Program penyaluran ini dapat dilakukan
sendiri oleh BAZNAS Kabupaten maupun bekerja sama dengan BAZNAS, BAZNAS
provinsi, maupun LAZ.
Selain itu, fungsi operator utama zakat dari BAZNAS Kabupaten Sumedang adalah
bertanggung jawab atas pengelolaan database mustahik yang berada di wilayah Kabupaten
Sumedang. Database mustahik ini berfungsi sebagai informasi dasar bagi program
penyaluran yang dilakukan oleh BAZNAS maupun LAZ pada seluruh tingkatan. Database
mustahik ini bertujuan untuk membuat peta distribusi mustahik secara nasional sehingga
pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
َٰٓي
َو َي ُصُّدوَن َع ن َس ِبيِل ٱِهَّللۗ َو ٱَّلِذيَن َي ْك ِنُز وَن َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّن َك ِثيًر ا ِّم َن ٱَأْلْح َب اِر َو ٱلُّر ْه َب اِن َلَي ْأُك ُلوَن َأْم َٰو َل ٱلَّن اِس ِبٱْلَٰب ِط ِل
َأ ٱلَّذ َهَب َو ٱْلِفَّض َة َو اَل
ُينِفُقوَن َه ا ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل َف َب ِّش ْر ُهم ِبَع َذ اٍب ِليٍم
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-
orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih.
Nisab untuk emas adalah 20 dinar, yaitu senilai dengan 85 gram emas murni.
Adapun untuk perak adalah 200 dirham, yaitu senilai 672 gram perak. Apabila
seseorang telah memiliki emas dan perak sejumlah demikian dan sudah mencapai
satu tahun, maka telah terkena wajib zakat sebesar 2,5%.
2. Harta Dagangan
Zakat perdagangan atau perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan
harta yang diperuntukkan pada jual-beli. Dasar hukumnya terdapat dalam Al-Qur'an
surat Al Baqarah ayat 267,
ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْٓو ا َاْن ِفُقْو ا ِمْن َط ِّي ٰب ِت َم ا َك َس ْب ُتْم َو ِمَّمٓا َاْخ َر ْج َن ا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض ۗ َو اَل َت َي َّمُموا اْلَخ ِبْي َث ِم ْن ُه ُتْن ِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذْيِه ِآاَّل
َاْن ُتْغ ِمُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َح ِمْي ٌد
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.
Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.
Nisab barang dagangan adalah setara dengan nizab emas yaitu 2,5%. Setelah
perdagangan berjalan satu tahun, uang kontan yang ada ditaksir kemudian jumlah
yang didapat dikeluarkan zakat sebesar yang telah disebutkan.
3. Hasil Pertanian
Hasil pertanian baik tanaman maupun buah-buahan wajib dikeluarkan zakatnya
apabila sudah memenuhi persyaratan. Hal ini didasari oleh firman Allah dalam Al-
Qur'an surat Al An'am ayat 142,
َو ِمَن اَاْلْن َع ا َح ُمْو َلًة َّو َف ْر ًش اۗ ُك ُلْو ا ِمَّما َر َز َقُك ُم ُهّٰللا َو اَل َتَّت ُعْو ا ُخ ُط ٰو ِت الَّش ْي ٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ْي ٌۙن
ِب ِب ِم
Artinya: Dan di antara hewan-hewan ternak itu ada yang dijadikan pengangkut beban
dan ada (pula) yang untuk disembelih. Makanlah rezeki yang diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya
setan itu musuh yang nyata bagimu.
Nisab harta pertanian adalah sebesar 5 wasaq atau setara dengan 750 kg. untuk
hasil bumi berupa makanan pokok seperti beras, jagung, gandum, dan lainnya.
Adapun untuk hasil pertanian lain seperti sayur-mayur dan buah-buahan maka
nisabnya disetarakan dengan nisab makanan pokok yang paling umum di daerah
tersebut.
Hasil pertanian tidak ada haulnya sehingga wajib dikeluarkan setiap kali panen.
Kadar zakat yang dikeluarkan untuk hasil pertanian yang diariri dengan air sungai, air
hujan, dan mata air adalah sebesar 10%, sedangkan apabila pengairannya perlu
biaya tambahan (misal dengan disiram atau irigasi) maka kadar zakatnya adalah 5%.
HASIL TERNAK
Zakat Hasil Ternak (salah satu jenis Zakat Maal) meliputi hasil dari peternakan hewan baik
besar (sapi,unta) sedang (kambing,domba) dan kecil (unggas, dll). Perhitungan zakat untuk
masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya
bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan.
Syarat Umum
1. Sampai Nishab.
2. Berlalu satu tahun.
3. Tenaganya tidak dipergunakan untuk produksi.
4. Digembalakan
Contoh kasus 1:
Siti adalah seorang pekerja lepas di bidang fotografi. Penghasilan Siti per
bulan tidak menentu, berkisar antara Rp3.000.000,- hingga Rp. 9.000.000,-
tergantung orderan. Tetapi, berdasarkan catatan keuangan Siti selama 2022,
total penghasilan Siti dalam satu tahun tersebut mencapai Rp 83.000.000,-
Contoh kasus 2:
Abdullah adalah seorang pegawai bank swasta di Aceh dengan gaji tetap
perbulan Rp 7.500.000,-. Selain gaji, Abdullah juga menerima pendapatan
lain-lain berupa bonus, THR, dan uang saku jika melakukan perjalanan bisnis.
Berdasarkan catatan keuangan Abdullah selama 2022, total pendapatan lain-
lain ini dalam satu tahun tersebut mencapai Rp. 15.000.000,-
Jika status pekerjaan seperti Siti dengan penghasilan per bulan tidak tetap,
maka pembayaran zakat penghasilan dapat dilakukan di akhir tahun, setelah
memastikan bahwa total penghasilan telah mencapai nishab.
Tapi, jika status pekerjaan seperti Abdullah dengan penghasilan rutin per
bulan telah mencapai nishab, maka pembayaran zakat penghasilan dapat
dilakukan secara rutin setiap bulan setelah menerima gaji.
Karena gaji pokok Abdullah sudah mencapai batas nishab dan status
Abdullah adalah seorang muzaki (wajib zakat), maka setiap pendapatan
bersih lainnya juga wajib dipotong zakat, yang dapat dibayar segera setelah
pendapatan tersebut diperoleh, atau dibayar di akhir tahun setelah semua
pendapatan lain-lain tersebut diakumulasikan.
Rujukan pembayaran ini sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 03 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018 tentang Baitul
Mal, Pasal 101: