Anda di halaman 1dari 13

Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap

muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu
rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (asnaf).

Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh,
dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan
untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan
berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5)

Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat


sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan
zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci
menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan
dan pensuci dari dosa-dosa.

Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan


nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan
untuk diberikan kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat
disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik.

Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, zakat


adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta
terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:

1) harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang
halal;

2) harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya;

3) harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang;

4) harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya;

5) harta tersebut melewati haul; dan

6) pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.

SYARAT HARTA KENA ZAKAT


Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta
terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:

• Harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara


yang halal

• Harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya

• Harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang atau dapat


diproduktifkan

• Harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya

• Harta tersebut melewati haul atau telah tiba saat untuk menunaikannya,
tergantung jenis hartanya

JENIS ZAKAT

Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat
mal.

Zakat fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik
lelaki dan perempuan muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan.

Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara
zat maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan
agama. Zakat mal terdiri dari:

1. Zakat perhiasan berupa emas, perak, dan logam mulia lainnya

2. Zakat uang dan surat berharga lainnya

3. Zakat hasil perdagangan

4. Zakat hasil pertanian dan perkebunan

5. Zakat hasil peternakan dan perikanan

6. Zakat hasil pertambangan

7. Zakat hasil perindustrian

8. Zakat hasil profesi dan pendapatan

9. Zakat rikaz
ASNAF (8 GOLONGAN) PENERIMA ZAKAT

Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat memiliki
aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya. Salah satu di antaranya adalah
kepada siapa zakat diberikan.

Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan
golongan orang yang menerima zakat, yaitu sebagai berikut:

1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak


mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.

2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk


memenuhi kebutuhan dasar kehidupan.

3. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.

4. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan


untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah.

5. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.

6. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam


mempertahankan jiwa dan izzahnya.

7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan


dakwah, jihad dan sebagainya.

8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan


kepada Allah.

ZAKAT DAN QANUN ACEH

Pengelolaan zakat di Aceh diatur dalam Qanun Aceh Nomor 03 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018 tentang Baitul
Mal (klik di sini untuk mengunduh file qanun tersebut)

Berikut ringkasan pasal yang terkait dengan posisi zakat, harta kena zakat
dan wajib zakat (muzakki):

Pasal 97

(1) Zakat merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersifat
khusus.
(2) Zakat dikelola oleh Baitul Mal sebagai badan independen.

(3) Proses Pengelolaan dan Pengembangan Zakat dilaksanakan sesuai


dengan Syariat Islam.

Pasal 98

(1) Zakat yang wajib dibayar terdiri atas:

a. zakat fitrah;

b. zakat mal;

c. zakat penghasilan; dan

d. zakat rikaz.

(2) Zakat fitrah merupakan Zakat yang wajib dibayar oleh setiap pribadi
muslim atau orang tua/walinya dalam bentuk makanan pokok atau uang
seharga makanan pokok dalam bulan Ramadhan sampai sebelum
pelaksanaan Shalat Idul Fitri setiap tahun.

(3) Zakat mal merupakan zakat atas harta simpanan yang meliputi:

b. emas;

c. perak;

d. logam mulia lainnya;

e. uang dan surat berharga;

f. tanah yang tidak diusahakan yang dijadikan sebagai investasi; dan

g. harta kekayaan lainnya yang dijadikan sebagai simpanan.

(4) Zakat penghasilan meliputi hasil dari:

a. usaha perdagangan;

b. usaha pertanian;
c. usaha peternakan;

d. usaha pertambangan;

e. usaha perindustrian, perkebuhan, perikanan dan segala macam usaha


lainnya yang hasil usahanya bernilai ekonomis dan menjadi komoditas
perdagangan;

f. usaha jasa profesi; dan

g. gaji dan imbalan jasa lainnya.

(5) Zakat rikaz merupakan harta karun yang ditemukan.

(6) Jenis harta/simpanan, penghasilan, dan rikaz yang wajib dikeluarkan


zakatnya di luar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan
ayat (5), ditetapkan berdasarkan fatwa MPU Aceh.

(7) Zakat fitrah bukan merupakan Pendapatan Asli Daerah.

Pasal 102

(1) Setiap orang yang beragama Islam atau Badan Usaha yang dimiliki oleh
orang Islam dan berdomisili dan/atau melakukan kegiatan usaha di Aceh yang
memenuhi syarat sebagai Muzakki wajib menunaikan Zakat melalui Baitul
Mal.

(2) Setiap orang atau Badan Usaha yang tidak memenuhi syarat sebagai
Muzakki, dapat membayar Infak kepada Baitul Mal setempat sesuai dengan
ketentuan syari’at.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat mengamanatkan bahwa
tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, maka
diperlukan strategi pencapaian berbagai aspek pengelolaan zakat secara simultan, terintegrasi,
efektifit dan efisien. Sesuai dengan kerangka pengelolaan zakat nasional, maka terdapat 6
aspek yang menjadi kerangka acuan bagi pengelolaan zakat pada tingkat kabupaten sebagai
berikut :

1. Aspek Legalitas

Aspek legalitas merupakan aspek kekuatan hukum yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
kegiatan pengelolaan zakat. Aspek ini mencakup Peraturan dan Kebijakan Pemerintah,
Kekuatan Hukum Kelembagaan dan Dasar hukum dalam pelaksanaan tata kelola organisasi.

2. Aspek Akuntabilitas dan Kesesuaian Syariah

Aspek Akuntabilitas dan Kesesuaian Syariah merupakan aspek manajemen dan administrasi
pengelolaan zakat yang transparan dan akuntabel serta mengacu kepada ketentuan syariah
dan konsitusional yang berlaku. Aspek ini mencakup laporan dan pertanggungjawaban secara
berkala, pengesahan RKAT setiap tahun, audit atas laporan keuangan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) dan audit syariah, serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah.
Untuk mewujudkan aspek dimaksud, diperlukan langkah koordinasi dan pembinaan yang
diwujudkan dalam bentuk Rapat Koordinasi, Rapat Kerja dan Zakat Sharing of Experience.

3. Aspek IT dan Sistem

Aspek IT dan Sistem merupakan aspek ketersediaan sistem pengelolaan zakat yang berbasis
teknologi informasi untuk mewujudkan pengelolaan dan pelayanan informasi secara akurat,
efektif dan efisien. Aspek ini mencakup pengimplementasi SIMBA sebagai sistem informasi
zakat berbasis web yang dapat dimanfaatkan secara terintegrasi oleh seluruh lembaga
pengelola zakat nasional, pembangunan Infrastruktur IT, Muzakki Service, Mustahik Service,
pengadaan Pusat dan Informasi Zakat Kabupaten dalam bentuk penyediaan informasi secara
audio visual, dan Sarana Teleconference untuk mewujudkan sarana komunikasi yang efektif
antar lembaga pengelola zakat.

4. Aspek Pengumpulan

Aspek pengumpulan merupakan aspek kinerja pengumpulan zakat yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan serta evaluasi dalam rangka menilai
pertanggungjawaban kinerja. Aspek ini mencakup Pengumpulan Dana ZIS dan DSKL,
Database Muzakki Individu, Database Muzakki Badan, Sosialisasi dan Edukasi Zakat,
Pembinaan dan Konseling UPZ dan Audit Internal & Evaluasi UPZ.

6. Aspek Penyaluran
Aspek penyaluran merupakan aspek kinerja penyaluran zakat yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan pengawasan serta evaluasi dalam rangka menilai
pertanggungjawaban kinerja. Hal yang perlu diperhatikan pada aspek penyaluran adalah
semakin tinggi rasio penyaluran terhadap pengumpulan zakat, maka semakin efektif
pengelolaan zakat, dimana kegiatan penyaluran diprioritaskan pada program pengentasan
kemiskinan dan permasalahan sosial masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, aspek yang mencakup penyaluran diarahkan pada pencapaian rasio
penyaluran terhadap pengumpulan diatas 70% yang dititikberatkan pada Program
Pengentasan Kemiskinan sebesar 1% tiap tahun, Program Zakat Community Developement
serta Bantuan Usaha Produktif. Untuk program pendayagunaan zakat lainnya, BAZNAS
Kabupaten Sumedang menyelenggarakan program Bantuan Pendidikan, kesehatan,
keagamaan serta berbagai bantuan kepedulian sosial lainnya yang bersifat kemanusiaan .

7. Aspek Pengembangan Amil

Aspek pengembangan amil merupakan aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya amil yang diarahkan agar memiliki semangat, motivasi, loyalitas dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas pokok sesuai dengan bidangnya masing-masing. Aspek ini mencakup
Bantuan Kesejahteraan Amil, Sertifikasi Amil Zakat Kabupaten, Pendidikan & Pelatihan
Amil dan optimalisasi kinerja amil di bidang operasional dan Layanan Perkantoran.

Taklim Aparatur Dalam Rangka Meningkatkan Wawasan Amil di Bidang Syariah

Berdasarkan kerangka pegelolaan zakat dimaksud, maka sistem pengelolaan zakat dapat
digambarkan sebagai berikut :
Sistem Pengelolaan Zakat

Sistem pengelolaan zakat dimaksud menggambarkan hal sebagai berikut :

 Untuk mencapai tujuan pengelolaan zakat dalam meningkatkan efektivitas dan


efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta meningkatkan manfaat zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan,
maka pengelola zakat melaksanakan proses pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta pembiayaan kepada
pemerintah;
 Seluruh proses pengelolaan zakat yang melibatkan setiap objek dan subjek akan
mendapatkan pembinaan dan pengawasan melalui fungsi pemerintah sebagai
evaluator dan peran serta masyarakat;
 Setiap bentuk dan tindakan penyelewengan dari kegiatan pengelolaan zakat bisa
dikenai Sanksi Administratif, Larangan dan Ketentuan Pidana;
 Kegiatan pengelolaan zakat dilaksanakan dengan berdasarkan kepada 7 asas
sebagai berikut :
1. Syariat Islam, yaitu zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Pembayaran zakat oleh muzaki dan penyaluran zakat kepada mustahik
dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat.
2. Amanah yaitu pengelola zakat, baik amil maupun lembaganya, harus
dapat dipercaya.
3. Kemanfatan, yaitu pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan
manfaatyang sebesarbesarnya bagi mustahik.
4. Keadilan, yaitu pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan
secara adil.
5. Kepastikan hukum, yaitu dalam pengelolaan zakat terdapat jaminan
kepastian hukum bagi mustahik dan muzaki.
6. Terintegrasi, yaitu pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis
dalam upaya meningkatkan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
7. Akuntabilitas, yaitu pengelolaan zakat dapat dipertanggungjawabkan
dan diakses oleh masyarakat.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 2011, BAZNAS Kabupaten Sumedang merupakan lembaga
yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat pada tingkat kabupaten. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, BAZNAS Kabupaten Sumedang menyelenggarakan fungsi
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban atas kegiatan
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat pada tingkat kabupaten.

BAZNAS Kabupaten Sumedang juga melaksanakan fungsi koordinator dan operator utama
zakat di wilayah Kabupaten Sumedang. Fungsi koordinator zakat tingkat kabupaten
ditekankan pada peran koordinasi terhadap LAZ kabupaten terkait kebijakan dan pedoman
pengelolaan zakat yang telah ditetapkan oleh BAZNAS, bertanggung jawab atas pelaporan
zakat tingkat kabupaten yang meliputi laporan dari BAZNAS kabupaten dan LAZ tingkat
kabupaten, serta pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan LAZ dalam wilayah
kabupaten.

Pada fungsi operator utama zakat, BAZNAS Kabupaten Sumedang melakukan pengumpulan
zakat di Kabupaten Sumedang yang meliputi Kantor Satuan Kerja Pemerintah
Daerah/Lembaga Daerah Kabupaten; Kantor Instansi Vertikal Tingkat Kabupaten; Badan
Usaha Milik Daerah Kabupaten; Perusahaan Swasta Skala Kabupaten; Masjid, Mushalla,
Langgar, Surau, atau nama lainnya; Sekolah/Madrasah, dan Lembaga Pendidikan lainnya;
Kecamatan atau nama lainnya; dan Desa/Kelurahan atau nama lainnya. Dalam bidang
penyaluran, BAZNAS Kabupaten Sumedang melaksanakan kegiatan pendistribusian dan
pendayagunaan secara individu maupun kelompok. Program penyaluran ini dapat dilakukan
sendiri oleh BAZNAS Kabupaten maupun bekerja sama dengan BAZNAS, BAZNAS
provinsi, maupun LAZ.

Selain itu, fungsi operator utama zakat dari BAZNAS Kabupaten Sumedang adalah
bertanggung jawab atas pengelolaan database mustahik yang berada di wilayah Kabupaten
Sumedang. Database mustahik ini berfungsi sebagai informasi dasar bagi program
penyaluran yang dilakukan oleh BAZNAS maupun LAZ pada seluruh tingkatan. Database
mustahik ini bertujuan untuk membuat peta distribusi mustahik secara nasional sehingga
pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.

1. Emas dan Perak


Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat At Taubah ayat 34,

‫َٰٓي‬
‫َو َي ُصُّدوَن َع ن َس ِبيِل ٱِهَّللۗ َو ٱَّلِذيَن َي ْك ِنُز وَن‬ ‫َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّن َك ِثيًر ا ِّم َن ٱَأْلْح َب اِر َو ٱلُّر ْه َب اِن َلَي ْأُك ُلوَن َأْم َٰو َل ٱلَّن اِس ِبٱْلَٰب ِط ِل‬
‫َأ‬ ‫ٱلَّذ َهَب َو ٱْلِفَّض َة َو اَل‬
‫ُينِفُقوَن َه ا ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل َف َب ِّش ْر ُهم ِبَع َذ اٍب ِليٍم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-
orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih.

Nisab untuk emas adalah 20 dinar, yaitu senilai dengan 85 gram emas murni.
Adapun untuk perak adalah 200 dirham, yaitu senilai 672 gram perak. Apabila
seseorang telah memiliki emas dan perak sejumlah demikian dan sudah mencapai
satu tahun, maka telah terkena wajib zakat sebesar 2,5%.

2. Harta Dagangan
Zakat perdagangan atau perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan
harta yang diperuntukkan pada jual-beli. Dasar hukumnya terdapat dalam Al-Qur'an
surat Al Baqarah ayat 267,

‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْٓو ا َاْن ِفُقْو ا ِمْن َط ِّي ٰب ِت َم ا َك َس ْب ُتْم َو ِمَّمٓا َاْخ َر ْج َن ا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض ۗ َو اَل َت َي َّمُموا اْلَخ ِبْي َث ِم ْن ُه ُتْن ِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذْيِه ِآاَّل‬
‫َاْن ُتْغ ِمُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َح ِمْي ٌد‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.
Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.

Nisab barang dagangan adalah setara dengan nizab emas yaitu 2,5%. Setelah
perdagangan berjalan satu tahun, uang kontan yang ada ditaksir kemudian jumlah
yang didapat dikeluarkan zakat sebesar yang telah disebutkan.

3. Hasil Pertanian
Hasil pertanian baik tanaman maupun buah-buahan wajib dikeluarkan zakatnya
apabila sudah memenuhi persyaratan. Hal ini didasari oleh firman Allah dalam Al-
Qur'an surat Al An'am ayat 142,

‫َو ِمَن اَاْلْن َع ا َح ُمْو َلًة َّو َف ْر ًش اۗ ُك ُلْو ا ِمَّما َر َز َقُك ُم ُهّٰللا َو اَل َتَّت ُعْو ا ُخ ُط ٰو ِت الَّش ْي ٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ْي ٌۙن‬
‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِم‬

Artinya: Dan di antara hewan-hewan ternak itu ada yang dijadikan pengangkut beban
dan ada (pula) yang untuk disembelih. Makanlah rezeki yang diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya
setan itu musuh yang nyata bagimu.

Nisab harta pertanian adalah sebesar 5 wasaq atau setara dengan 750 kg. untuk
hasil bumi berupa makanan pokok seperti beras, jagung, gandum, dan lainnya.
Adapun untuk hasil pertanian lain seperti sayur-mayur dan buah-buahan maka
nisabnya disetarakan dengan nisab makanan pokok yang paling umum di daerah
tersebut.

Hasil pertanian tidak ada haulnya sehingga wajib dikeluarkan setiap kali panen.
Kadar zakat yang dikeluarkan untuk hasil pertanian yang diariri dengan air sungai, air
hujan, dan mata air adalah sebesar 10%, sedangkan apabila pengairannya perlu
biaya tambahan (misal dengan disiram atau irigasi) maka kadar zakatnya adalah 5%.

HASIL TERNAK
Zakat Hasil Ternak (salah satu jenis Zakat Maal) meliputi hasil dari peternakan hewan baik
besar (sapi,unta) sedang (kambing,domba) dan kecil (unggas, dll). Perhitungan zakat untuk
masing-masing tipe hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya
bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan.
Syarat Umum

1. Sampai Nishab.
2. Berlalu satu tahun.
3. Tenaganya tidak dipergunakan untuk produksi.
4. Digembalakan

Zakat Hewan Ternak Kambing


Nisab Zakat
1 ekor
40 - 120 ekor
kambing
2 ekor
121 - 200 ekor
kambing
3 ekor
201 - 300 ekor
kambing
1 ekor
Setiap bertambah 100 ekor
kambing
Zakat Hewan Ternak Sapi
Nisab Zakat
30 - 39
1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
ekor
40 - 59
1 ekor anak sapi betina berumur 1 tahun
ekor
60 - 69
3 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
ekor
70 - 79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1
ekor tahun
Zakat Hewan Ternak Unta
Nisab Zakat
5 - 9 ekor 1 ekor kambing
10 - 14 ekor 2 ekor kambing
15 - 19 ekor 3 ekor kambing
20 - 24 ekor 4 ekor kambing
25 - 35 ekor 1 ekor anak unta betina berumur 1 tahun lebih
36 - 45 ekor 1 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih
46 - 60 ekor 1 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih

Bagaimana cara menghitung zakat penghasilan?

Cara menghitung zakat penghasilan:

2,5% x jumlah penghasilan setahun

Contoh kasus 1:

Siti adalah seorang pekerja lepas di bidang fotografi. Penghasilan Siti per
bulan tidak menentu, berkisar antara Rp3.000.000,- hingga Rp. 9.000.000,-
tergantung orderan. Tetapi, berdasarkan catatan keuangan Siti selama 2022,
total penghasilan Siti dalam satu tahun tersebut mencapai Rp 83.000.000,-

Karena batas nishab zakat penghasilan adalah Rp 82.900.000,-/tahun, maka


Siti sudah memiliki kewajiban membayar zakat penghasilan, yaitu sebesar:

2,5% x Rp 83.000.000,- = Rp 2.075.000 per tahun tersebut.

Contoh kasus 2:

Abdullah adalah seorang pegawai bank swasta di Aceh dengan gaji tetap
perbulan Rp 7.500.000,-. Selain gaji, Abdullah juga menerima pendapatan
lain-lain berupa bonus, THR, dan uang saku jika melakukan perjalanan bisnis.
Berdasarkan catatan keuangan Abdullah selama 2022, total pendapatan lain-
lain ini dalam satu tahun tersebut mencapai Rp. 15.000.000,-

Karena batas nishab zakat penghasilan adalah 6.900.000,-/bulan, maka


Abdullah sudah memiliki kewajiban membayar zakat penghasilan, yaitu
sebesar:
2,5% x Rp 7.500.000,- = Rp 187.500 per bulan dari gaji tetap; dan

2,5% x Rp 15.000.000,- = Rp 375.000 per tahun tersebut dari pendapatan


lain-lain

Bagaimana cara membayar zakat penghasilan?

Jika status pekerjaan seperti Siti dengan penghasilan per bulan tidak tetap,
maka pembayaran zakat penghasilan dapat dilakukan di akhir tahun, setelah
memastikan bahwa total penghasilan telah mencapai nishab.

Tapi, jika status pekerjaan seperti Abdullah dengan penghasilan rutin per
bulan telah mencapai nishab, maka pembayaran zakat penghasilan dapat
dilakukan secara rutin setiap bulan setelah menerima gaji.

Karena gaji pokok Abdullah sudah mencapai batas nishab dan status
Abdullah adalah seorang muzaki (wajib zakat), maka setiap pendapatan
bersih lainnya juga wajib dipotong zakat, yang dapat dibayar segera setelah
pendapatan tersebut diperoleh, atau dibayar di akhir tahun setelah semua
pendapatan lain-lain tersebut diakumulasikan.

Rujukan pembayaran ini sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 03 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2018 tentang Baitul
Mal, Pasal 101:

“Pembayaran zakat penghasilan gaji dan imbalan jasa lainnya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 98 ayat (4) huruf g dapat dicicil setiap bulan pada saat
menerima pendapatan/jasa, apabila jumlah pendapatan/jasa yang diterima
setiap bulan telah mencapai 1/12 (satu per dua belas) dari 94 (sembilan puluh
empat) gram emas atau dibulatkan menjadi 7,84 (tujuh koma delapan puluh
empat) gram emas.”

Anda mungkin juga menyukai