Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur

keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Prinsip utama bank syariah adalah harus
menuju pada pengembangan kesejahteraan masyarakat yang bermuara kepada
kondisi sosial masyarakat yang menentramkan. Itulah sebabnya mengapa salah
satu misi bank syariah adalah mengutamakan dana dari golongan menengah dan
ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan kecil, serta
mendorong terwujudnya manajemen zakat, infak, dan sedekah yang lebih efektif
sebagai cerminan kepada kepedulian sosial.
Aspek pelayanan dalam perbankan syariah merupakan gabungan antara
aspek moral dan aspek bisnis. Dalam operasionalnya selalu bertujuan untuk
mendapatkan

keuntungan

dan

terbebaskan

dari

unsur

perjudian,

garar (ketidakjelasan/manipulasi), dan riba. Oleh karena itu, bank syariah tidak
bebas bertransaksi semaunya, melainkan harus mengintegrasi nilai-nilai moral
dengan tindakan-tindakan ekonomi berdasarkan syariah. Uang dan kekayaan
hanya sebatas menjadi alat terpadu untuk mencapai kebaikan dalam masyarakat.
Sedangkan landasan utama perbankan syariah adalah keyakinan, kebebasan,
kejujuran, dan kegigihan untuk meraih sukses, ditunjang faktor-faktor sumber
dana, sumber daya manusia, mitra usaha, dan perkembangan teknologi.

1.2. Rumusan Masalah


Melihat dari latar belakang diatas, makalah ini dibuat untuk membahas
mengenai fungsi sosial perbankan syariah. Berdasarkan prinsip dasar akuntansi
mengenai dana zakat, dana kebajikan dan pinjaman qardh.
1

1.3. Tujuan Makalah


1.
2.

Mengetahui mengenai fungsi sosial pada bank syariah,


Memahami lebih spesifik mengenai akuntansi dana zakat, dana

3.

kebajikan, dan pinjaman qardh,


Memberikan informasi kepada pembaca mengenai transaksidana zakat,
dana kebajikan dan pinjaman qardh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dana Zakat
2.1.1. Definisi Dana Zakat
Dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar zakat yang berarti berkah,
tumbuh, suci, bersih, dan baik. Disebut zakat karena dia memberkahi kekayaan
yang dizakatkan dan melindunginya.
Menurut UU No. 38 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Zakat, pengertian
zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang

dimiliki oleh orang muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
Menurut istilah, zakat ialah kewajiban seorang muslim untuk
mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab,
diberikan kepada mustahik dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Didin
Hafidhuddin mendefinisikan zakat yaitu bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Dalam
pengertian zakat tersebut tercakup pengertian zakat mal (zakat harta) dan zakat
fitrah (zakat jiwa).
Zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat
(muzakki) untuk diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq). Pembayaran zakat
dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria
wajib zakat (PSAK 101 paragraf 71).
Dengan demikian, zakat tidaklah sama dengan donasi/sumbangan/shadaqah yang
bersifat sukarela.
Zakat merupakan suatu kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan
bukan merupakan hak, sehingga kita tidak dapat memilih untuk membayar atau
tidak. Zakat memiliki aturan yang jelas, mengenai harta apa yang harus
dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat, demikian juga cara perhitungannya,
bahkan siapa yang boleh menerima harta zakat pun telah diatur oleh Allah SWT.
dan Rasul-Nya.
2.1.2. Sumber Hukum Zakat
Ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang menjadi dasar kewajiban untuk
menunaikan zakat.

QS. al-Taubah ayat 103.


Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan diri dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
QS.al-Baqarah ayat 43.
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah bersama orangorang yang ruku.
QS.al-Hajj ayat 78.
Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan berpegang teguhlah
kamu dengan tali Allah yang Dia merupakan Wali bagi kamu.
QS. Ali 'Imran ayat 180.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Berdasarkan beberapa ayat Alquran itu telah jelaslah bagaimana
sebenarnya kedudukan zakat dalam Islam. Alquran telah mendeskripsikan zakat

secara jelas dan gamblang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat merupakan

kewajiban yang sifatnya simultan. Bahkan kata zakat dalam Alquran selalu
berdampingan dengan salat. Oleh karena itu, salat dan puasa tidaklah cukup untuk
membuktikan kesaksian seorang manusia di hadapan Allah, tetapi perlu ada
kesaksian lain yang bisa dilihat dan dirasakan bagi sesama manusia. Sebagai
amalan yang mulia, zakat merupakan rangkaian panggilan Tuhan pada satu sisi,
dan panggilan dari rasa kepedulian dan kasih sayang terhadap sesamanya pada sisi
lain.
Istilahnya bahwa salat merupakan ibadah badaniyah dan zakat
merupakan ibadah maliyah (harta). Salat merupakan hubungan vertikal murni
kepada Allah, sedangkan zakat lebih bersifat horizontal dan sosial (ijtimaiyah).
Begitu besarnya keterkaitan antara salat dan zakat, sehingga Ibn Katsir
sebagaimana yang dikutip oleh Nipan Abdul Halim mengatakan bahwa amal
seseorang itu tidak berguna, kecuali ia melaksanakan salat dan menunaikan zakat
sekaligus. Kewajiban zakat didalamnya terdapat dimensi sosial dan dimensi
ibadah yang menyatu secara integral. Inilah keunikan ajaran Islam, yang tidak
menarik garis pemisah antara institusi sebagai ibadah di satu pihak dan konteks
sosial di pihak lain. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang selalu
disejajarkan dengan salat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat
sebagai salah satu rukun Islam.
2.1.3.

Prinsip, Fungsi dan Tujuan Zakat

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat
merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam.
M.A. Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice,
sebagaimana yang dikutip oleh Hikmat Kurnia dan A. Hidayat menyebutkan
bahwa zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:
1. Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa orang yang membayar zakat
merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.
2. Prinsip pemerataan dan keadilan; merupakan tujuan sosial zakat, yaitu
membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada
manusia.
3. Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus
dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah
lewat jangka waktu tertentu.
4. Prinsip nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan
itu harus dikeluarkan.
5. Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas
atau merdeka (hurr).
6. Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara semenamena, tapi melalui aturan yang disyariatkan.
Secara umum tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.
Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si
kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.
Para cendekiawan muslim banyak yang menerangkan tentang tujuan-tujuan
zakat, baik secara umum yang menyangkut tatanan ekonomi, sosial dan
kenegaraan maupun secara khusus yang ditinjau dari tujuan-tujuan nash secara
eksplisit. Tujuan-tujuan itu antara lain:
6

1. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.


2. Mengangkat derajat fakir miskin.
3. Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan mustahiq
lainnya.
4. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya.
5. Menghilangkan sifat kikir dan dan loba para pemilik harta.
6. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orangorang miskin.
7. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam masyarakat
agar tidak ada kesenjangan di antara keduanya.
8. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama
bagi yang memiliki harta.
9. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain padanya.
10. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.
11. Berakhlak dengan akhlak Allah.
12. Mengobati hati dari cinta dunia.
13. Mengembangkan kekayaan batin.
14. Mengembangkan dan memberkahkan harta.
15. Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan, sehingga dapat
merasa hidup tenteram dan dapat meningkatkan kekhusyukan beribadat
kepada Allah SWT.
16. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
17. Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.

Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si


kaya. Dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan kemiskinan dari
masyarakat. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan di
tangan sebagian kecil manusia dan merupakan sumbangan wajib kaum muslimin
untuk perbendaharaan negara.

2.1.4.

Sumber dan Penggunaan Dana Zakat


Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi sumber

dana, penggunaan dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu, serta saldo
dana zakat yang menunjukan dana yang belum disalurkan pada tanggal tertentu
(paragraf 72). Dalam hal ini, dan zakat tidak diperkenankan untuk menutup
penyisihan kerugian aset produktif.
Sumber dana zakat di bank syariah terdiri dari :
1.
2.

Zakat dari dalam entitas bank syariah


Dana zakat dari pihak luar entitas bank syariah (termasuk zakat dari
nasabah).

Penyaluran/penggunaan dana zakat dibatasi pada delapan golongan atau


disebut asnaf yang sudah ditentukan oleh syariah, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Fakir
Miskin
Amil
Golongan Mualaf
Orang Yang Belum Merdeka (Riqab)
Orang Yang Berhutang (Gharimin)
Orang Yang Berjuang Dijalan Allah (Fi sabilillah)
Orang Yang Melakukan Perjalanan (Ibnu Sabil)

Orang Yang Tidak Boleh Menerima Zakat


1. Orang kaya, yaitu orang yang berkecukupan atau mempunyai harta yang
mencapai satu nisab

2. Orang yang kuat yang mampu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya


dan jika penghasilannya tidak mencukupi, baru boleh mengambil zakat
3. Orang kafir dibawah perlindungan negara islam kecuali jika diharapkan
untuk masuk islam.
4. Bapak ibu atau kakek nenek hingga keatas atau anak-anak hingga kebawah
atau istri dari orang yang mengeluarkan zakat, karena nafkah mereka
dibawah tanggung jawabnya. Namun diperbolehkan menyalurkan zakat
kepada selain mereka seperti saudara laki-laki, saudara perempuan, paman
dan bibi dengan syarat mereka dalam keadaan membutuhkan.

2.1.5. Akuntansi Dana Zakat


Berikut akan disajikan ilustrasi kasus yang terkait dengan pengumpulan
dan penyaluran dana zakat. Transaksi yang terkait dalam penghimpunan dan
penyaluran dana zakat. Pada laporan keuangan tahun 2012, saldo dana Zakat Bank
Syariah Peduli (BSP) adalah sebesar Rp 15.000.000,00. Berikut adalah transaksi
yang terkait dengan dana zakat pada BSP selama 20XB.

Diterima zakat dari Bapak Rahmad secara tunai sebesar


15 Jan 20XB
Rp 3.000.000.
Diterima zakat dari Bapak Thariq secara tunai sebesar
13 Mar 20XB
Rp 12.000.000.
Disalurkan tunai dana zakat kepada masyarakat miskin
17 Mar 20XB
sebesar Rp 12.000.000.
1 Apr 20XB

Diterima zakat perniagaan Bank Peduli Syariah selama


9

tahun 2013 sebesar Rp 50.000.000.


Diterima via rekening tabungan, zakat dari jamaah
2 Mei 20XB
pengajian BUMN sebesar Rp 10.000.000.
Disalurkan dana zakat kepada ustad yang berdakwah di
7 Mei 20XB
pedalaman pulau Kalimantan sebesar Rp 10.500.000.
Diterima dana zakat penghasilan dari nasabah Giro
16 Agt 20XB
sebesar Rp 20.000.000. via rekening nasabah.
Disalurkan tunai dana zakat kepada orang miskin Rp
25 Sep 20XB
65.000.000.
Disalurkan tunai dana zakat kepada mualaf sebesar Rp
30 Nov 20XB
2.000.000.
Disalurkan tunai dana zakat kepada ibnu sabil sebesar
15 Des 20XB
Rp 500.000.
Ditransfer honorarium amil sebesar Rp 500.000 ke
15 Des 20XB

rekening tabungan Bapak Abdi petugas penyaluran


bantuan dana ZIS.

Jurnal Transaksi Sebagai Berikut :

Tanggal
15 January
20XB

Rekening
Db. Kas

Debit(R
p)
3.000.0
00

3.000.0
00

Kr. Dana Zakat


13 Maret 20XB

12.000.
000

Db. Kas

12.000.
000

Kr. Dana Zakat


17 Maret 20XB

Kredit(R
p)

Db. Dana Zakat

12.000.

10

000
12.000.
000

Kr. Kas
01 april 20XB

Db. Zakat Bank Syariah


Peduli

50.000.
000
50.000.
000

Kr. Dana Zakat


02 Mei 20XB

Db. Rekening tabungan


nasabah

10.000.
000
10.000.
000

Kr. Dana Zakat


07 Mei 20XB

10.500.
000

Db. Dana Zakat

10.500.
000

Kr. Kas
16 Agustus
20XB

Db. Rekening Giro nasabah

20.000.
000
20.000.
000

Kr. Dana Zakat


25 September
20XB

65.000.
000

Db. Dana Zakat

65.000.
000

Kr. Kas
30 November
20XB

2.000.0
00

Db. Dana Zakat

2.000.0
00

Kr. Kas
15 Desember
20XB

Db. Dana Zakat

500.000

Kr. Kas
15 Desember
20XB

500.000

Db. Dana Zakat

500.000

Kr. Rekening TabunganBapak Abdi

500.000

Laporan Dana Zakat


Berdasarkan tranksaksi kasus di atas dapat dibuat Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat sebagai berikut untuk tahun 20XB yang di bandingkan
dengan Laporan tahun sebelumnya.

11

2.2. Dana Kebajikan


2.2.1. Definisi Dana Kebajikan
Dana kebajikan merupakan dana sosial diluar zakat yang berasal dari
masyarakat yang dikelola oleh bank syariah. Dana kebajikan bisa juga disebut
dengan dana qardh. PSAK 59 dan PAPSI menggunakan istilah qardh dan bukan

12

istilah dana kebajikan. Akan tetapi, pada PSAK 101, istilah ini diganti dengan
istilah Dana Kebajikan. Tidak ada keterangan resmi alasan penggantian istilah
ini dalam PSAK 101. Akan tetapi, adanya istilah dana kebajikan memberi
fleksibilitas dalam sumber maupun penggunaan dana tersebut, mengingat istilah
qardh lebih tepat digunakan untuk transaksi yang terkait dengan pinjam
meminjam tanpa bunga.

2.2.2.

Landasan Hukum mengenai Dana Kebajikan


Berdasarkan PSAK 101 paragraf 75, sumber dana kebajikan terdiri atas:

Infak, Sedekah, Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan


yang berlaku, Pengembalian dana kebajikan produktif, Denda, Pendapatan nonhalal, Sumbangan/hibah.
Infak dan sedekah yang dimaksud dalam dana kebajikan adalah semua
jenis infak dan sedekah baik yang peruntukannya ditentukan secara khusus oleh
pemberi infak dan sedekah maupun yang tidak. Denda merupakan sanksi berupa
uang yang dikenakan oleh bank syariah kepada nasabah yang mampu, tetapi
dengan sengaja menunda-nunda pembayaran kewajibannya kepada bank syariah.
Semua penerimaan bank syariah dari nasabah yang merupakan denda dimasukkan
ke dalam dana kebajikan.
Sumbangan atau hibah pada dasarnya merupakan salah satu bentuk
sedekah sunah. Akan tetapi, istilah sumbangan atau hibah secara terminologi
dipandang universal, sehingga dapat menampung bantuan yang mungkin berasal
dari orang yang bukan beragama Islam ataupun dari instansi dan lembaga yang

13

cenderung memilih istilah yang umum dalam memberikan suatu bantuan.


Pendapatan non-halal merupakan sumber dana kebajikan yang berasal dari
transaksi bank syariah dengan pihak lain yang tidak menggunakan skema syariah.
Untuk keperluan lalu lintas keuangan, bank syariah dalam hal tertentu harus
memeiliki rekening di bank konvensional. Dengan memiliki rekening di bank
konvensional, baik yang ada didalam ataupun diluar negeri, adanya bunga bank
dari bank mitra merupakan suatu yang tidak dapat dihindari. Dalam hali ini, bunga
yang diterima tersebut tidak boleh menambah pendapatan bank syariah, tetapi
dimasukkan sebagai tambahan dana kebajikan.
Berdasarkan PSAK 101, dana kebajikan dapat digunakan untuk: Dana kebajikan
produktif, sumbangan dan penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
2.2.3. Akuntansi Dana Kebajikan
Transaksi Terkait penghimpunan dan Penyaluran Dana Kebajikan
Pada laporan keuangan tahun 2012, saldo dana kebajikan Bank Peduli
Syariah (BPS) sebesar Rp 10.000.000. Berikut adalah transaksi yang terkait
dengan dana kebajikan pada BPS selama tahun 2013.
Diterima infak dari Bapak Andan secara tunai Rp
05 Jan 2013
2.000.000.
Diterima transfer dari rekening Bapak Wahyu sebagai
01 Feb 2013
sedekah sebesar Rp 5.000.000.
Diterima transfer dari rekening Bapak Rudi sebagai
07 Mar 2013

denda

atas

keterlambatan

murabahah sebesar Rp 100.000.

14

pembayaran

cicilan

Diterima transfer dari rekening PT Antariksa sebagai


13 Apr 2013
sumbangan sebesar Rp 10.000.000.
Diterima bunga dari rekening giro di Chase Manhattan
30 Apr 2013
Bank sebesar Rp 250.000.
Disalurkan dana kebajikan sebagai sumbangan kepada
15 Mei 2013

Panti Asuhan Yatim Putra Muhammadiyah secara tunai


sebesar Rp 10.000.000.
Disalurkan dana kebajikan sebagai sumbangan kepda

11 Jun 2013

SD Negeri 1 Sidoarjo secara tunai sebesar Rp


5.000.000.
Disalurkan secara tunai dana kebajikan untuk pinjaman

12 Agt 2013

Qarhul Hasan Mbah Mujir yang hendak merintis usaha


pisang goreng sebesar Rp 100.000.
Diterima secara tunai pengembalian dana Qardhul

08 Sep 2013
Hasan tahap 1 oleh Mbah Mujir sebesar Rp 50.000.

Dislaurkan dana kebajikan untuk pinjaman Qardhul


18 Okt 2013

Hasan Ibu Sukini yang hendak merintis usaha pecel


lele sebesar Rp 500.000.

Diterima secara tunai pengembalian dana Qardhul


17 Des 2013

Hasan tahap 2 oleh Mbah Mujir sebesar Rp 50.000 dan


tahap 1 oleh Ibu Sukini sebesar Rp 100.000.

15

Jurnal Tranksaksi di atas Sebagai Berikut


Tanggal
05 January
2013
01 February
2013

07 Maret 2013

13 April 2013

Rekening

Debet(Rp)

Db. Kas
Kr. Dana Kebajikan
Db.Rekening
Nasabah
Kr. Dana Kebajikan
Db. Rekening
Nasabah
Kr. Dana Kebajikan
Db. Rekening
Nasabah

2.000.000

16

Kredit(Rp)

2.000.000
5.000.000
5.000.000
100.000
100.000
10.000.00
0

30 April 2013

15 Mei 2013
11 Juni 2013
12 Agustus
2013
8 September
2013
18 Oktober
2013
17 Desember
2013

Kr. Dana Kebajikan


Db. Giro Pada Bank
Lain
Kr. Dana Kebajikan
Db. Dana Kebajikan
Kr. Kas
Db. Dana Kebajikan
Kr. Kas

10.000.000
250.000
250.000
10.000.00
0
10.000.000
5.000.000
5.000.000

Db. Dana Kebajikan


kr. Kas

100.000

Db. Kas
Kr. Dana Kebajikan

50.000

Db. Dana Kebajikan


Kr. Kas

500.000

Db. Kas
Kr. Dana Kebajikan

150.000

Laporan Dana Kebajikan

17

100.000

50.000

500.000

150.000

18

2.3. Pinjaman Qardh


Dalam PSAK 101, istilah pinjaman qardh diganti dengan istilah dana
kebajikan produktif. Menurut penulis, penggantian istilah tersebut kurang tepat
mengingat dalam praktiknya pinjaman yang diberikan tidak harus dalam bentuk
usaha produktif, melainkan juga dalam pemenuhan kebutuhan dana non-produktif.
Akan tetapi, terdapat di dalamnya kesepakatan pengembalian dana tanpa adanya
tambahan pendapatan yang disyaratkan di muka. Dalam hal ini, istilah pinjaman
qardh beserta pinjaman qardh hukum-hukum syari yang melekat pada qardh
justru lebih tepat untuk digunakan.
2.3.1.

Definisi dan penggunaan


Secara terminologi, qardh berarti menyerahkan harta kepada orang yang

menggunakannya untuk dikembalikan gantinya pada suatu saat. Qardh merupaka


transaksi yang diperbolehkan untuk syariah dengan menggunakan skema pinjammeminjam. Akad qardh merupakan akad yang memfasilitasi transaksi
peminjaman sejumlah dana tanpa adanya pembebanan bunga atas dana yang
dipinjam oleh nasabah. Transaksi qardh pada dasarnya merupakan transaksi yang
bersifat sosial karena tidak diikuti dengan pengambilan keuntungan dari dana
yang dipinjamkan.
Transaksi ini juga bermanfaat bagi bank syariah untuk memfasilitasi
berbagai keperluan bank syariah dalam hal:
1)

Pemenuhan tanggung jawab sosial bank syariah untuk membantu


mengembangkan usaha kecil mikro yang memerlukan dana tanpa bunga.
19

2)

Menyalurkan dana sosial yang dihimpun oleh bank syariah, baik dari
sumber dana yang sesuai dengan syariah, seperti dana infak, sedekah,
hibah, denda, dan lainnya maupun tidak sesuai dengan syariah, seperti
bunga bank konvensional yang tidak dapat dihindari terkait dengan

3)

pembukaan giro dan sebagainya di bank konvensional.


Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa
yang relatif pendek, ataupun nasabah yang memerlukan dana cepat,
sedangkan ia tidak dapat menarik karena dananya tersimpan di bank

4)

syariah dalam bentuk deposito (Antonio, 2011).


Sebagai skema khusus membantu pegawai bank syariah yang

5)

membutuhkan pinjaman untuk kebutuhan yang bersifat insidental.


Pengambilalihan utang bank konvensional kepada bank syariah. Proses
pengambilalihan tersebut didahului dengan bank syariah memberikan
dana qardh kepada nasabah. Dengan dana qardh tersebut, nasabah
melunasi utang konvensionalnya. Jaminan yang sudah jadi milik
nasabah kemudian dijual kepada bank syariah. Dengan hasil penjualan
tersebut, nasabah melunasi qardh kepada bank syariah. Selanjutnya,
bank syariah menyewakan aset yang telah dimilikinya tersebut kepada
nasabah dengan akad Al-Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT). Kesemua
akad dilakukan terpisah dan tidak ada mempersyaratkan satu dengan
yang lain.
Sumber dana pinjaman qardh dapat berasal dari internal dan eksternal

bank. Sumber pinjaman qardh yang berasal dari eksternal bank berasal dari dana

20

infak, sedekah, dan sumber non-halal, sedangkan pinjaman qardh yang berasal
dari internal bank adalah ekuitas bank syariah. Pinjaman qardh dengan sumber
dana internal biasanya digunakan untuk bantuan sosial terhadap pihak yang
memiliki hubungan bisnis dengan bank syariah antara lain, pegawai bank syariah
sendiri, nasabah deposito yang butuh uang, tetapi tidak dapat mencairkannya, dan
nasabah yang mengonversi pinjaman dari konvensional ke syariah. Adapun
pinjaman qardh dengan sumber dana eksternal biasanya digunakan untuk bantuan
sosial kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan secara ekonomi.
2.3.2. Ketentuan Syari Transaksi Pinjaman Qardh
Disyariatkannya qardh mengacu pada Alquran dan Sunah, antara lain:
Q.S. Al-Baqarah: 245, Siapakah yang mau memberi kepada pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan di jalan Allah), maka Allah akan
memperlihatkan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Hadist riwayat Ibnu Hibban, Setiap muslim yang memberikan pinjaman kepada
sesamanya dua kali, maka itu seperti orang yang bersedekah satu kali.
Hadist riwayat Bukhari, Berikan saja kepadanya. Sesungguhnya orang
yang terbaik adalah yang paling baik dalam mengembalikan utang.
Ketentuan yang terkait dengan transaksi pinjaman qardh meliputi berbagai aspek
antara lain:
1.

Larangan mensyaratkan tambahan pengembalian atas suatu pinjaman

21

Dalam

pinjaman

qardh

tidak

dibolehkan

disyaratkan

tambahan

pengembalian atas pinjaman tersebut. Q.S. Al-Baqarah 278-279 yang artinya:


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya.
Akan tetapi, asal tidak dipersyaratkan pada saat akad, orang yang
meminjam boleh saja mengembalikan lebih dari yang dipinjamnya (bahkan ini
dianjurkan oleh rasul kepada peminjam). Nabi pernah mengembalikan utang unta
bakr dengan unta rubaie. Hadis riwayat Bukhari yang artinya:
Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling

baik

dalam

mengembalikan utang.
2.
Larangan menunda pembayaran pinjaman bagi orang yang mampu
Orang yang meminjam tidak boleh menunda pembayarannya jika dalam
keadaan mampu membayar sebagaimana disebut dalam hadist riwayat Jamaah
yang artinya:
penundaan pembayaran oleh orang yang mampu adalah suatu kezaliman.
3.
Perintah meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman
Upaya meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman
dapat dilakukan dalam bentuk tangguh maupun menghapus pinjaman. Perintah
Allah memberi tangguh orang yang kesulitan membayar pinjaman terdapat dalam
Q.S. Al-Baqarah (2): 280 yang artinya:
Dan jika ia dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan.
Sedangkan menghapus pinjaman orang yang kesulitan membayar
pinjaman adalah didasarkan pada hadist Nabi Muhammad saw., riwayat Muslim
yang artinya:

22

Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat, dan Allah senantiasa menolong hambaNya selama ia suka menolong saudaranya.
4.
Pembolehan mengenakan biaya administrasi
Fatwa DSN membolehkan untuk pemberi pinjaman untuk membebankan
biaya administrasi kepada nasabah. (Fatwa Nomor 19 tahun 2009). Dalam
penetapan besarnya biaya administrasi sehubungan dengan pemberian qardh, tidak
boleh berdasarkan perhitungan persentase dari jumlah dana qardh yang diberikan.
5.
Pembolehan pengenaan sanksi pada peminjam yang mampu, telah
melalaikan kewajibannya
Berdasarkan Fatwa DSN nomor 19 disebutkan bahwa dalam hal nasabah
tidak

menunjukkan

keinginan

mengembalikan

sebagian

atau

seluruh

kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya, bank syariah dapat


menjatuhkan sanksi kepada nasabah. Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa
pengadaan denda yang digunakan sebagai dana kebajikan.
2.3.3.

Rukun Transaksi Pinjaman Qardh


Transaksi pinjaman qardh meliputi:

a. Transaktor
Transaktor pada transaksi pinjaman qardh terdiri atas pemberi pinjaman (muqridh)
dan penerima pinjaman (muqtaridh).
b. Objek qardh (mahall al-qardh)
Objek qardh (mahall al-qardh) dapat berupa uang atau benda habis pakai. Uang
yang digunakan sebagai objek qardh oleh bank syariah dibatasi sumbernya dari
(1) bagian modal bank,
(2) keuntungan bank yang disisihkan, dan
(3) lembaga lain atau indvidu yang mempercayakan penyaluran infak kepada
bank.
c. Ijab dan kabul
23

Ijab dan kabul dalam transaksi pinjaman qardh merupakan pernyataan dari kedua
belah pihak yang berkontrak dengan cara penawaran dari pemberi pinjaman (bank
syariah) dan penerima yang dinyatakan oleh penerima pinjaman (nasabah).
Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak dapat
bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada praktik yang lazim di
masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk meminjamkan sejumlah
dana (objek qardh) dan pihak lain untuk menerima dan melunasi pinjamannya.

2.3.4.

Pengawasan Syariah Transaksi Pinjaman Qardh


DPS dalam menjalankan tugasnya menyatakan pendapat tentang

kesesuaian operasional bank syariah melakukan berbagai pengujian terkait


transaksi pinjaman qardh. Pengujian tersebut antara lain:
A. Meneliti apakah pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip qardh
tidak dipergunakan untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip
syariah.
B. Meneliti bahwa yang terkena sanksi denda adalah nasabah yang lalai, yaitu
nasabah yang mempunyai kemampuan secara ekonomi untuk membayar,
namun sengaja menunda pembayaran.
C. Memastikan bahwa bank telah memberikan kelonggaran waktu yang
cukup kepada nasabah untuk melunasi kewajibannya dalam hal nasabah
tersebut mengalami kesulitan keuangan akibat penurunan usaha.
D. Meneliti apakah pendapatan yang diterima bank dari nasabah atas
pengenaan sanksi telah diakui sebagai sumber dana kebajikan.

24

E. Memastikan sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan qardh


konsumtif dan bersifat sosial adalah bukan berasal dari dana investasi atau
modal bank.
F. Memastikan bahwa sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan qardh
dalam rangka dana talangan nasabah adalah berasal dari modal bank.

2.3.5. Alur Transaksi Pinjaman Qardh

Keterangan:
1. Bank syariah melakukan evaluasi dan seleksi terhadap kelayakan nasabah
yang menerima pinjaman qardh. Evaluasi dan seleksi lebih dilihat pada
aspek kesesuaian nasabah dengan kriteria yang ditetapkan bagi penerima

25

dana qardh yang bersifat sosial. Selanjutnya, kedua belah pihak


menyepakati akad qardh.
2. Setelah akad qardh disepakati, bank syariah selanjutnya menyerahkan dana
qardh sesuai dengan yang disepakati.
3. Nasabah melakukan pengembalian pinjaman qardh sebesar yang dipinjam,
baik secara langsung keseluruhan maupun cicilan.
2.3.6.

Cakupan Standar Akuntansi Pinjaman Qardh


Dalam PSAK 59 paragraf 142 dan PAPSI bagian III tentang pinjaman

qardh disebutkan bahwa pinjaman qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan
pada saat terjadinya. Pengenaan biaya administrasi qardh diakui sebagai
pendapatan operasi lainnya. Sekiranya, bank syariah menerima imbalan yang
tidak dipersyaratkan sebelumnya, maka imbalan tersebut diakui sebagai
pendapatan operasi lainnya sebesar jumlah yang diterima.
2.3.7. Teknis Perhitungan Dan Penjurnalan Transaksi Pinjaman Qardh
Transaksi Pinjaman Qardh dengan sumber dana Intern (ekuitas) bank
syariah
Bapak Hartanto yang bekerja pada sebuah bank syariah meminjam kepada bank
syariah tersebut dengan skema qardh untuk membayar uang masuk sekolah
anaknya di Perguruan tinggi. Pinjaman qardh ini menggunakan dana intern bank.
Informasi terkait akad yang disepakati adalah sebagai berikut:
Jumlah pinjaman

: Rp 1.000.000,00

Lama pinjaman

: 4 bulan

26

Biaya administrasi

: Rp 10.000,00

Teknis perhitungan pinjaman qardh


Dalam transaksi pinjaman qardh terdapat beberapa perhitungan yang harus
dilakukan oleh bank syariah, yaitu:
a. Perhitungan cicilan per bulan
Total piutang bersih
Cicilan per bulan =
jumlah bulan pelunasan
Cicilan per bulan =

Rp 1.000 .000
4

Cicilan per bulan = Rp. 250.000


b. Perhitungan biaya administrasi
Biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah dapat dihitung
dengan menggunakan persentase tertentu dari besar pinjaman. Biaya administrasi
dipungut untuk menutup beban yang dikeluarkan bank syariah untuk administrasi
pembiayaan. Biaya administrasi langsung dipungut bank pada saat akad
disepakati. Dalam hal ini, bank syariah menerapkan kebijakan biaya administrasi
sebesar 1% dari pinjaman
Biaya administrasi
= n% x besar pinjaman
= 1% x Rp 1.000.000,00
= Rp 10.000,00
Penjurnalan Transaksi pinjaman Qardh
a. Saat akad disepakati
Pada saat akad disepakati terdapat beberapa transaksi yang harus diakui oleh
bank syariah. Transaksi terseut adalah: (1) transaksi penyerahan dana pinjaman
qardh kepada nasabah, dan (2) transaksi penerimaan biaya administrasi pinjaman.
27

Misalkan pada tanggal 20 Agustus 2013, bank syariah menyetujui pinjaman qardh
Bapak Hartanto dan langsung memasukkannya dalam rekening atas nama bapak
Hartanto. Pada hari yang sama, bank syariah langsung memotong biaya
administrasi atas transaksi pinjaman qardh.

Tanggal

20 agustus 2013

Rekening

Debit (Rp)

Db.Pinjaman qardh

1.000.000

Kr.Rekening - Bpk Hartanto


Db.Rekening Bpk Hartanto

Kredit (Rp)

1.000.000
10.000

Kr.Pendapatan administrasi

10.000

b. Saat pembayaran cicilan


Pembayaran cicilan qardh umumnya dilakukan setiap bulan, mulai bulan
berikut setelah transaksi pinjaman qardh dilakukan. Pengakuan cicilan dilakukan
setelah bank syariah mendebit rekening milik nasabah pinjaman qardh. Pada saat
mendebit rekening nasabah pada tanggal jatuh tempo cicilan, bank syariah dapat
dihadapkan pada tiga macam situasi, yaitu:
(i)

Terdapat dana yang cukup untuk membayar cicilan

Misalkan pada tanggal 20 September 2013 (tanggal jatuh tempo cicilan pertama),
bank syariah mendapati rekening nasabah memiliki saldo dana yang cukup untuk
pembayaran cicilan, maka pencatatan yang dilakukan BSP adalah sebagai berikut:
Tanggal

Rekening

28
20/09/13 Db.RekeningBpk Hartanto

Kr.Pinjaman qardh

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

250.000
250.000

Mengingat pada transaksi qardh jumlah pinjaman yang diterima adalah


sama dengan jumlah yang dibayar, maka cicilan yang dibayarkan tidak
mengandung unsur pendapatan sama sekali.
(ii)

Tidak terdapat dana sama sekali yang dapat didebit

Misalkan pada tanggal 20 Oktober 2013 tidak terdapat dana sama sekali yang
dapat didebit untuk pembayaran cicilan. Barulah pada tanggal 5 November 2013,
bapak Hartanto memasukkan sejumlah dana, sehingga memungkinkan bank
syariah mendebit rekening sebesar cicilan yang jatuh tempo.
Jurnal atas transaksi tanggal 20 Oktober dan 5 November 2013 adalah
sebagai berikut:
Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

20/10/13

Db.Pinjaman qardh jatuh tempo

250.000

Kr.Pinjaman qardh

250.000

Db.Rekening Bpk Hartanto

250.000

Kr.Pinjaman qardh jatuh tempo

250.000

05/11/13

(iii)

Terdapat dana terbatas, sehingga hanya dapat mendebit sebagian dari


jumlah cicilan

Misalkan tanggal 20 November 2013 terdapat dana yang terbatas, sehingga bank
syariah hanya mendebit sebesar Rp 150.000. pelunasan pembayaran baru dapat
dilakukan pada tanggal 10 Desember 2013. Jurnal atas transaksi tersebut adalah
sebagai berikut:

29

Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

20/11/13 Db.Rekening Bpk Hartanto

Kredit (Rp)

150.000

Db.Pinjaman qardh jatuh tempo

100.000

Kr.Pinjaman qardh

250.000

10/12/13 Db.Rekening Bpk Hartanto

100.000

Kr.Pinjaman qardh jatuh tempo

100.000

C. Saat penerimaan imbalan


Misalkan, 20 Desember 2013, yang juga merupakan waktu akhir periode
pinjaman qardh, Bapak Hartanto disamping membayar cicilannya yang terakhir
sebagai tanda terima kasihnya kepada bank syariah yang telah memberikan
pinjaman qardh, memberikan imbalan sebesar Rp 25.000 kepada bank syariah.
Penyerahan dilakukan secara langsung, maka jurnal untuk transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:

Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

20/11/13

Db.Kas

275.000

Kr.Pinjaman qardh
Kr.Pendapatan

Kredit (Rp)

250.000
operasi
25.000

lainnya

d. Saat penghapusan pinjaman


Misalkan pada pertengahan bulan Desember 2013, Bapak Hartanto
melaporkan bahwa dirinya mengalami musibah, sehingga diperkirakan tidak
mampu membayar cicilan terakhirnya. Karena laporan Bapak Hartanto benar

30

adanya dan setelah dikaji lebih lanjut, Bapak Hartanto dinyatakan layak untuk
mendapat penghapusam pinjaman qardh yang masih tersisa (Rp 250.000).
Maka, jurnal penghapusan pinjaman qardh, adalah sebagai berikut:
Rekening

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

Db.Kerugian penghapusan pinjaman qardh 250.000


Kr.Pinjaman qardh

250.000

Karena pinjaman qardh yang diberikan menggunakan dana internal,


kerugian penghapusan pinjaman qardh dilaporkan dalam laporan laba rugi,
sehingga berpengaruh pada penurunan ekuitas bank syariah.
2.3.8. Penyajian
Pinjaman qardh yang bersumber dari dana intern bank disajikan dalam
neraca bank pada pos pinjaman qardh, sedangkan yang bersumber dari ekternal
bank disajikan dalam laporan sumber dana penggunaan dana qardhul hasan.
2.3.9.

Pengungkapan
PAPSI (2004) menyatakan bahwa hal-hal berikut haruslah diungkap

dalam cacatan atas laporan keuangan bank syariah sekiranya memiliki transaksi
pinjaman qardh:
1. Rician jumlah pinjaman qardh berdasarkan sumber dana, jenis
penggunaan, dan sektor ekonomi.
2. Jumlah pinjaman qardh yang diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
3. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko
pinjaman qardh,

31

4. Iktisar pinjaman qardh yang dihapus buku yang menunjukkan


qaldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas
pinjaman qardh yang telah dihapus bukukan, dan pinjaman qardh
yang telah dihapustagih dan saldo akhir pinjaman qardh yang
dihapus buku.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bank syariah dalam kegiatannya menjalankan 3 fungsi yaitu:
32

1. fungsi investor
2. fungsi jasa perbankan
3. fungsi sosial
Dalam fungsi sosial bank syariah terdiri dari transaksi dana zakat, dana
kebajikan dan pinjaman qardh. Zakat adalah sebagian harta yang wajib
dikeluarkan oleh wajib zakat (muzakki) untuk diserahkan kepada penerima zakat
(mustahiq). Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi
sumber dana, penggunaan dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu,
serta saldo dana zakat yang menunjukan dana yang belum disalurkan pada tanggal
tertentu. Dalam hal ini, dan zakat tidak diperkenankan untuk menutup penyisihan
kerugian aset produktif.
Dana kebajikan merupakan dana sosial diluar zakat yang berasal dari
masyarakat yang dikelola oleh bank syariah. dana kebajikan dapat digunakan
untuk dana kebajikan produktif, sumbangan, dan penggunaan lainnya untuk
kepentingan umum.
Transaksi qardh pada dasarnya merupakan transaksi yang bersifat sosial
karena tidak diikuti dengan pengambilan keuntungan dari dana yang dipinjamkan.

33

Anda mungkin juga menyukai