Anda di halaman 1dari 17

BMT

Baaitul Maal Wat Tamwil

Disusun Oleh
KELOMPOK 5:
 Muh. Alim Fasieh

 Zaiful Anas
 PengertianBaitul mal wat tamwil
(BMT)

BMT merupakan kependekan dari kata Balai


Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat
Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM)
yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
BMT sesuai namanya terdiri dari
dua fungsi,yaitu:
 Baitul maal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan
sedekah serta mengoptmalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.

 Baitut tamwil (rumah pengembangan harta), yang bertugas


melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro
dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung
dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT
memiliki beberapa tujuan antara lain :

 Penghimpun dan penyalur dana dengan penyimpan uang di BMT

 Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi


pendapatan kepada para pegawainya.

 Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko


keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

 Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan


pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan juga koperasi dengan
kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi UMKM tesebut.
Fungsi BMT
 Meningkatkan kualitas SDM anggota.

 Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang


dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal
di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat
banyak.

 Mengembangkan kesempatan kerja

 Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar


produk-produk anggota. Menguatkan dan meningkatkan
kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial masyarakat
banyak.
Dasar Hukum Baitul mal wat tamwil (BMT)

BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang


Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam,
keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/
koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan
profesionalisme.
Dengan demikian keberadaan BMT menjadi
organisasi yang sah dan legal. Sebagai lembaga
keuagan syariah, tentunya berpegang teguh pada
prinsip-prinsip syariah.
Payung Hukum BMT di Indonesia
Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi
sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank
Syari’ah , Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka
BMT harus tunduk pada Undang-undang tentang
pengkoprasian.

 Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang


Perkoperasian.

 PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha


simpan pinjam oleh Koperasi.

 KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa


keuangan syari’ah.
Sejarah Berdirinya BMT
 Baitul mal wat tamwil (BMT) Pada Masa Rasulullah SAW
Baitul Mal dalam arti terminologisnya seperti yang kami diuraikan,
sesungguhnya sudah ada sejak masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa salam, yaitu ketika kaum muslimin mendapatkan ghanimah
(harta rampasan perang) pada Perang Badar (Zallum, 1983). Saat
itu para shahabat berselisih paham mengenai cara pembagian
ghanimah tersebut sehingga turun firman Allah SWT yang
menjelaskan hal tersebut:
Baitul mal sudah dikenal sejak tahun ke-2 hijriah pemerintahan
Islam di Madinah.Berdirinya lembaga ini diawali dengan ‘cekcok’
para sahabat Nabi SAW dalam pembagian harta rampasan
Perang Badar. Maka, turunlah surat al-Anfal [8]: ayat 41:
Surat al-Anfal [8]: ayat 41:

Artinya : ”Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang kamu peroleh


sebagai rampasan perang, sesungguhnya seperlima untuk Allah,
Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan
ibnu sabil. Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqan,
yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu.”

Dengan ayat ini, Allah menjelaskan hukum tentang pembagian harta


rampasan perang dan menetapkannya sebagai hak bagi seluruh kaum
muslimin. Selain itu, Allah juga memberikan wewenang kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam untuk membagikannya sesuai
pertimbangan beliau mengenai kemaslahatan kaum muslimin.
Sejarah BMT di Indonesia
Bank syaria’h mulai digagas di Indonesia pada awal
periode 1980-an, di awali dengan pengujian pada
skala bank yang relatif lebih kecil, yaitu didirikannya
Baitul Tamwil-Salman, Bandung. Dan di Jakarta
didirikan dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi
Ridho Gusti.
Sejauh ini koperasi syariah atau akrab dikenal
dengan sebutan Baitulmal wattamwil (BMT)
mengalami perkembangan cukup signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Bahkan, sebuah lembaga
inkubasi bisnis BMT mengestimasi saat ini terdapat
sebanyak 3.200 BMT dengan nilai aset mencapai Rp
3,2 triliun. Bisnis tersebut hingga akhir tahun ini
diproyeksi mencapai Rp 3,8 triliun.
Perbedaan BMT dan Bank Syariah

Secara prinsip BMT dan Bank Syariah sama-sama


menjunjung asas ekonomi Islam dalam sistem
maupun oprasionalnya. Namun, BMT memiliki
beberapa perbedaan dengan Bank Syariah.

 Payung Hukum
 Modal Awal
 Nisbah Bagi Hasil
Peran BMT dalam pengembangan perekonomian
di Indonesia

Dalam hal ini Baitul Mal Wa'Tamwil lah yang dirasa


tepat sebagai alternatif solusi pengentasan dan
mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
Menurut data, pemerintah melalui Kementerian
Koperasi dan UKM menyatakan koperasi jasa
keuangan syariah (KJKS) dalam bentuk Baitul Maal
wat Tamwil (BMT) berkembang sangat signifikan. Hal
ini tidak lepas dari perkembangan kinerja dari BMT
secara nasional di tahun ini telah mencapai aset
sebesar Rp 4,7 triliun dan jumlah pembiayaan
sebesar Rp 3,6 triliun.
BMT dalam pemberdayaan usaha
mikro
 BMT sebagai Produsen
Dalam hal ini BMT memberikan produk berusa jasa
keuangan, yaitu fungsinya sebagai Baitul Taamwil, BMT
memberikan bantuan pendanaan untuk aktivitas
perekonomian umat dalam skala kecil.
 BMT Sebagai Konsumen
Posisi BMT dalam hal ini kita dudukkan sebagai pembeli,
karena dalam posisi ini, BMT memiliki peran yang sangat
signifikan dalam memenuhi pelayanan jasa akan
penyediaan produk dan barang
 BMT sebagai Distributor
BMT sebagai bentuk lembaga penjaringan dana Zakat, Infak, Sedekah
(Baitul Maal). Adalah tugas dari BMT untuk menjaring dana -- dana
tersebut kemudian di distribusikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya

 BMT sebagai Sirkulator


BMT sebagai sirkulator adalah memfungsikan BMT sebagai aktor dari
sirkulasi dan anggota/nasabah sebagai subjek serta barang dan jasa
sebagai objek dari sirkulasi yang dilakukan.

 Pemberdaya Usaha Mikro


BMT dalam usaha pengentasan dan mengurangi angka kemiskinan
yang dilakukan dengan cara pemberdayaan melalui usaha-usaha
mikro masyarakat dimana menjadikan BMT sebagai penggerak sektor rill
adalah menjadikan BMT sebagai Pusat Unit Kegiatan Masyarakat,
dengan mengaktifkan dan memfungsikan 4 dimensi BMT, yaitu Dimensi
Produser, Konsumen, Distributor dan Sirkulator.
Problematika Oprasional BMT di Indonesia

 Faktor Internal

1. Permodalan dan Sumber Pendanaan

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

3. Inovasi di Bidang Pemasaran

4. Teknologi Informasi
Faktor Eksternal

1. Persaingan

2. Tingkat Kepercayaan Masyarakat

3. Jaringan Koordinasi

4. Kebijaksanaan Pemerintah

5. Pengawasan dan Pembinaan


SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai