Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKUNTANSI ZAKAT

TENTANG:

AKUNTANSI ZAKAT AL-MUSTAGHALAT DAN PROYEK PELAYANAN JASA

OLEH:

KELOMPOK 9

HUMAIRATUL ZIKRA(2030403032)

IBRAHIM (2030403033)

IMAM SAHPUTRA(2030403034)

INTAN NURDIANA PUTRI(2030403035)

DOSEN PENGAMPU:

ASRIDA, S.E,Sy.M.E

NASFIZAR GUSPENDRI, SE,. M.SI.

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat hidayahnya kepada kita, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak NASFIZAR GUSPENDRI, SE,. M.SI.


dan Ibuk ASRIDA, S.E,Sy.M.E selaku dosen pengampu makalah ini, sehingga diperlukan kritik
dan saran dari semua pihak agar dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Bastusangkar, 10 September 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah .............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

1.Zakat Al-Mustaghalat ............................................................................................. 5

A. Pengertian Dan Landasan Hukum Al-Mustaghalat ....................................... 5


B. Pandangan Fiqih Dan Perhitungannya ........................................................... 6

2.Zakat Profesi ........................................................................................................... 8

A. Pengertian Dan Dalil (Landasan Hukum) ...................................................... 8


B. Pandangan Fiqih Dan Perhitungannya ........................................................... 9

3. Fatwa-Fatwa Kontemporer Tentang Zakat Harta Tunai Dan Investasi Keuangan

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 10

1. Kesimpulan .............................................................................................. 10
2. Saran ........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..11
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Zakat Mustaghalat adalah harta yang mendatangkan manfaat dan pendapatan dengan cara
menyewakannya atau menjual hasil produksinya seperti: bisnis penyewaan aset tetap, bisnis
pemeliharaan binatang untuk diambil susunya, kulit, bulu atau dagingnya, bisnis peternakan
lebah, pembibitan ternak dan perikanan serta yang sejenisnya, bisnis perhotelan, losmen dan
penginapan, aktivitas praktek kedokteran, rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan, bisnis
penyewaan hak-hak maknawi seperti hak penciptaan dan hak istimewa.

Terdapat perbedaan pendapat diantara ahli fiqh tentang hukum tunduknya pemasukan aktivitas
al-mutaghalat kepada zakat. Sebagian ahli fiqh berpendapat bahwa aktivitas ini tidak tunduk
kepada zakat dan sebagian yan glain berpendapat aktivitas ini tunduk kepada zakat. Pendapat
terakhirlah yang terkuat karena terpenuhinya syarat-syarat tunduknya harta terhadapa zakat.

B.Rumusan Masalah

1.Zakat Al-Mustaghalat

1. Pengertian Dan Landasan Hukum Al-Mustaghalat


2. Pandangan Fiqih Dan Perhitungannya

2.Zakat Profesi

1. Pengertian Dan Dalil (Landasan Hukum)


2. Pandangan Fiqih Dan Perhitungannya

3.Fatwa-Fatwa Kontemporer Tentang Zakat Harta Tunai Dan Investasi Keuangan

C.Tujuan

Untuk memenuhi rasa ingin tahu baik dari peneliti maupun dari pembaca. Dengan
dilakukannya perumusan masalah, maka dapat diketahui masalah apa yang akan dipecahkan
sehingga akan menarik rasa ingin tahu terhadap materi yang pemakalah buat.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Zakat Al-Mustaghalat

A.Pengertian Dan Landasan Hukum Al-Mustaghalat

Aktivitas AL-mutaghalat dalam zakat didefenisikan sebagai aktivitas memiliki harta tetap
dengan tujuan untuk memperoleh pengahasilan, baik dengan cara menyewakannya atau
penjualan hasilnya. DR. Yusuf al-Qhardhawi mengatakan bahwa harta al-mutaqhalat adalah
harta yang mendatangkan manfaat dan pendapatan dengan cara menyewakannya atau menjual
hasil produksinya.

Zakat Mustaghalat adalah harta yang mendatangkan manfaat dan pendapatan dengan cara
menyewakannya atau menjual hasil produksinya seperti: bisnis penyewaan aset tetap, bisnis
pemeliharaan binatang untuk diambil susunya, kulit, bulu atau dagingnya, bisnis peternakan
lebah, pembibitan ternak dan perikanan serta yang sejenisnya, bisnis perhotelan, losmen dan
penginapan, aktivitas praktek kedokteran, rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan, bisnis
penyewaan hak-hak maknawi seperti hak penciptaan dan hak istimewa.

Terdapat perbedaan pendapat diantara ahli fiqh tentang hukum tunduknya pemasukan
aktivitas al-mutaghalat kepada zakat. Sebagian ahli fiqh berpendapat bahwa aktivitas ini tidak
tunduk kepada zakat dan sebagian yan glain berpendapat aktivitas ini tunduk kepada zakat.
Pendapat terakhirlah yang terkuat karena terpenuhinya syarat-syarat tunduknya harta terhadapa
zakat. Hal ini didasarkan pada dalil-dalil, yaitu:

1) Surat Al-Baqarah: 267

‫ن ا َ ْن ِفقُ ْوا ا َمنُ ْٰٓوا الَّ ِذيْنََ يٰٓاَيُّ َها‬ َْ ‫ت ِم‬ َِ ‫ط ِيب‬ َ ‫س ْبت َُْم َما‬
َ ‫ض ِمنََ لَ ُك َْم ا َ ْخ َر ْجنَا َو ِم َّمَا ٰٓ َك‬ ْ َ‫تَيَ َّم ُموا َو َْل‬
َ ِ ‫َۗاْلَ ْر‬
ََ ‫ِْل ِبا ِخ ِذ ْي َِه َولَ ْست َُْم ت ُ ْن ِفقُ ْونََ ِم ْن َهُ ْال َخ ِبي‬
‫ْث‬ ََّٰٓ ‫ن ا‬ ُ ‫ن َوا ْعلَ ُم ْٰٓوا َۗفِ ْي َِه ت ُ ْغ ِم‬
َْ َ ‫ض ْوا ا‬ ََّ َ ‫ّللا ا‬ َ َ‫َح ِميْد‬
ََٰ َ‫غ ِني‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

2) Surat At-Taubah: 103


‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫س َك ٌن لَّ ُه ْم ۗ َو‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َ ‫صلَ َٰوت ََك‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِهم بِ َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َٰ َو ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫ص َدقَةً ت‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

3) Syarat pertumbuhan cocok pada harta tetap yang digunakan untuk menarik pemasukan
karena ia tidak disimpan untuk dipeergunakan atau untuk diperdagangkan

4) Kesamaan illat antara al-mustaghalat dengan zakat pertanian, sehingga hasil bumi tunduk
kepada zakat, maka begitu juga hasil harta tetap tunduk kepada zakat, walaupun ada perbedaan
dalam dasar-dasar perhitungan.

5) Kesamaan illat antara al-mutaghalat dengan zakat harta tunai, yang mana keuntungan yang
diperoleh merupakan harta mustafad dan digabung dengan harta-harta lain yang sama dalam
jenis, nisab, dan harta zakatnya.

B.Pandangan Fiqih Dan Perhitungannya

Fatwa dan ketetapan pada seminar kelima tentang problematika zakat kontemporer, yang mana
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Asset tetap adalah harta yang ada baik materi maupun maknawi yang dimiliki dengan
tujuan untuk menggambil manfaat dengannya dalamnya proyek tersebut atau untuk menarik
manfaat dan tidak untuk tujuan dijual. Benda-benda yang ada tersebut dinamakan al-
mustaghalat.

2) Asset tetap mencakup:

a. Benda yang ada yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam proyek produksi seperti sarana
transportasi, peralatan hitung, dan lain-lain (tidak ada zakat baginya).

b. Benda yang ada menghasilkan manfaat seperti alat industri dan rumah yang disewakan.
Jenis ini tidak wajib zakat aslinya, namun wajib zakat dalam pendapatan bersih dengan
nisbahnya 2,5% setelah lewat satu haul dari awal produksi dan digabungkan dengan harta
muzaki yang lain.

c. Hak-hak manawi yang dimiliki oleh proyek jika menghasilkan manfaat, maka ia
diperlakukan sebagai jenis kedua dalam kewajiban zakat.

Perhitungan zakat Al-Mustaghalat

Perhitungan Zakat Al-Mustaghalat berdasarkan asas-asas sebagai berikut:


1) Tidak wajib zakat atas dzatnya benda mustaghalat, karena ia termasuk barang yang
dimiliki bukan untuk diperdagangkan.

2) Wajib zakat dalam penghasilan mustaghalat, baik dalam bentuk uang seperti persewaan
maupun dalam bentuk benda seperti susu, kulit, daging, madu, atau sejenisnya.

3) Penghasilan mustaghalat pertahun tersebut dikurangi pembiayaan yang dibayarkan secara


riil dalam setahun, hutang yang dibayarkan serta biaya kebutuhan hidup jika belum dipenuhi dari
sumber pemasukan lainnya. Sedangkan sisanya adalah tempat zakat.

4) Nisab zakat mustaghalat sepadan dengan harga 85 gram emas 21 karat sesuai dengan harga
pasar pada saat situ.

5) Tarif zakat 2,5% berdasarkan tahun hijriyah dan 2,575% berdasarkan perhitungan tahun
masehi (sesuai dengan pendapat terbaru yang ditetapkan lembaga zakat internasional)

Langkah-langkah perhitungan zakat mustaghalat:

1) Penentuan total pemasukan tahunan dalam akhir haul

2) Penentuan biaya untuk mencapai pendapatan yang dibayar dalam satu tahun dan
dikurangkan dengan pemasukan, untuk menentukan pemasukan bersih yang tunduk pada zakat.

3) Dikurangi dengan hutang dan kebutuhan pokok hidup jika belum terpenuhi oleh sumber
pendapatan lain.

4) Hasil bersih tersebut digabungkan dengan uang atau harata perdagangan yang belum
dizakati pada akhir haul untuk mencapai tempat zakat.

5) Tempat zakat dibandingkan dengan nisab yaitu senilai dengan 85 gram emas. Jika
mencapai nisab maka dihitung zakatnya berdasarkan asas 2,5% atau 2,575% seetiap tahun.

a. Contoh perhitungan zakat Al-Mustaghalat

Isham muthasir menanamkan investasi sebesar Rp. 1.000.000 dalam proyek pembangunan
proyek pembangunan perumahan untuk disewakan yang mana harganya sewa perbulan mencapai
Rp. 10.000.000 pada tanggal dzul hijjah 1420 H. Diperoleh keterangan sebagai berikut:

a. Biaya perawatan dan perbaikan bangunan selama satu tahun Rp. 11.100.000

b. Upah penjagaan perbulan Rp. 200.000

c. Biaya listrik dan penerangan jalan yang dibayarkan selama satu tahun Rp. 5.000.000

d. Pajak retrebusi yang dibayarkan selama satu tahun Rp. 1.500.000

e. Muzaki mempunyai pendapatan lain untuk menutupi kebutuhan hidup asasinya


f. Nisab senilai 85 gram yang pada akhir haul, harganya pergramnnya Rp. 50.000

g. Kerusakan perumahan dihitung 2%

h. Muzaki mempunyai data dan daftar serta akuntansi yang teratur dan rapi

Perhitungannya sebagai berikut:

Uraian Jumlah Jumlah total Keterangan


perunit

Total pemasukan 120.000.000 10.000.000


x 12
Biaya:

- Upah penjagaan 2.400.000 200.000 x


12

- Perawatan dan
perbaikan
11.100.000

- Listrik 5.000.000

- Pajak 1.500.000

Total 20.000.000

Tempat zakat 100.000.000

Nisab: 4.250.000 50.000 x 85

100.000.000
x 2,5%
Jumlah zakat 2.500.000

Keterangan:

Penyusutan dan kerusakan tidak dipotong dari harta zakat, yang mana ia mengikuti dasra
keuangan. Pendapat ini yang diambil oleh majma’ figh zakat.

B.Zakat Profesi

A.Pengertian Dan Dalil (Landasan Hukum)


Zakat profesi adalah zakat yang di kenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian
propesional, baik yang di lakukan sendiri baik yang di lakukan bersama dengan orang/lembaga
lain yang mendatangkan penghasilan(uang) yang memenuhi nisab (batas minimum untuk bias
berzakat). Contonya yaitu profesi dokter, konsultan, perancang busana,penjahit dan sebagainya.

Pendapatan yang masuk kategori dalam zakat profesi adalah sebagi berikut:

1) Pendapatan dari hasil kerja pada sebuah intansi, baik PNS maupun swasta.

2) Pendapatan dari hasil kerja profesional pada bidang pendidikan, keterampilan dan
kejujuran tertentu, dimana pekerja mengandalkan kemampuan pribadinya.

Landasan Hukum Kewjiban Zakat Frofesi

Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut apabila telah mencapai nisab, maka
wajib di keluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan nash-nash yang bersifat umum, misalnya
Firman Allah dalam Surat at- Taubah: 103 dan al- Baqarah: 267 dan juga Firman Allah dalam
adz-Dzaariyaat: 19:

َِ ‫س ۤا ِٕى‬
َ‫ل َحقَ ا َ ْم َوا ِل ِه َْم َو ِف ْٰٓي‬ َّ ‫َو ْال َم ْح ُر ْو َِم ِلل‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.”

B.Pandangan Fiqh Dan Perhitungannya

Pendapatan yang di peroleh dari otot maupun dari pikiran termasuk dalam zakat. Para ulama
baik salaf (terdahulu) maupun khalaf (belakangan) memiliki perbedaan pendapat tentang jenis
zakat hara profesi ini, sebagaiberikut

Sebagian ahli fiqh berpendapat untuk mengkiaskanya dengan zakat harta Mustafat (harat yang
masuk dalam kepemilikan seorang setelah sebelunya tidak di miliki) dimana harta yang di dapat
dari perkerjaan tersebut di gabungkan dengn harta tunai lainya dan semuanya di zakati di akhiri
HAUL jika mencapai nisap sampai 2,5% tidak di saratkan semprnanya haul bagi kelompok
pendapat/ uang ,karena harta berkembang sitiap hari yang di paki sebagai pertimbangan adalah
tercapainya nisab di akhir haul dan tidak menerima potongan biaya dan hutang

Sebagian dari mereka untuk mengkhiaskanya dengan zakat hasil prtanian dan zakatnya dihitung
5% pada waktu memperolehnya dan tidak di syaratkan haul. Nisabnya juga dikiyaskan dengan
harga 5 watsaq (sama dengan 625 kg) makanan pokok mayoritas masyarakat.

Sebagian lagi mengkiaskan dengan zakat noqdain (emas dan perak) dan zakat dihitung atas dasar
25% dari pendpatan bersih setelah dikurangi pembiayaan untuk memperoleh pendapatan dan
nafkah kebutuhan hidup, jika mencapai nisab pada dua sisi haul.
Cara Perhitungan Zakat Profesi

Terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan dalam menentukan zakat profesi. Hal ini sangat
tergantung pada qiyas (analogi) yang di lakukan

Misalnya jika di anologikan pada zakat perdagangan, maka nisab,kadar dan waktu
mengeluarkanya sama dengannya dan sama juga dengan pula dengan zakat emas dan perak.
Nishabnya senilai 85 gram emas, kadar zakatnya 2,5% dan waktu pengelurkanya setahun
sekali,setelah di kurangikebutuhan pokok.

Contoh: jika si A berpenghasilan Rp5000.000,00 setiap bulan dan kebutuhan pokok perbulanya
sebesar Rp 3000.000,00 maka zakat yang di kelurkanya adalah: 2,5 % x 12 x Rp 2000.000,00
atau sebesar Rp 600.000,00 per tahun / Rp 50.000,00 per bulan.

Jika seorang muslim mengeluarkan zakat atas pendapatan profesi atau pekerjaannya ketika ia
menerimanya, dia tidak wajib untuk mengeluarkan zakat lagi pada akhir tahun. Dengan begitu,
pendapatan yang diperoleh dari hasil profesi sama dengan zakat yang dikeluarkan oleh para
petani saat memanen tanamannya.

C.Fatwa-Fatwa Kontemporer Tentang Zakat Harta Tunai Dan Investasi Keuangan

1.Masalah zakat laba wadiah/ simpanan investasi di bank

Pertanyaan:seseorang mempunyai sejumlah harta tang dititipkan pada bank dalam


bentukwadi’ah investasi. Dia mendapat laba setiap 3 bulan yang dibelanjakan untuk kebutuhan
hidupnya sehingga tidak tersisa sama sekali , apakah wadia’ah investasi tersebut wajib dizakati ?

Jawab :

a.Bentuk fiqh dari wadi’ah invstasi dengan tujuan memperoleh keuntungan adalah harta qiniyah
(harta yang dimiliki dengan tujuan untuk mendapat penghasilan daripadanya)

b.Tidak diwajibkan zakat bagi nilai wadi’ah secara dzatnya, tetapi wajib zakat atas laba yang
diperoleh setelah dikurangi pembiayaan jika mencapai nisab

c.Dalam kondisi seperti pada pertanyaan di atas, pemilik wadi’ah menafkakan semua laba untuk
kebutuhan hidupmya. Sehingga tidak ada tempat zakat yang berarti tidak wajib dizakati.

2.Masalah zakat atas wadi’ah di bank niat investasi

Pertanyaan : saya memiliki simpanan dalam bnak konvesional dengan niat investasi untuk tempo
3 tahun, bunga tidak diberikan kecuali setelah 3 tahun, apakah dihitung atasnya zakat ?

Jawab :
a.Wajib zakat dalam nilai simpanan tersebut setiap tahun senilai 2.5%pada tahun terakhir
jauhkan bunga, karena ia merupakan riba yang diharamkan syara’ dan infaqkan dijalan kebaikan
umum.

b.Jika wadi’ah yang diinvestasikan sesuai dengan akad mudharabah (bagi hasil) maka
keuntungannyahalal dan wajib zakat atas nilai wadi’ah setiap tahun dan ketika memperoleh
keuntungan digabung dengan nilai wadi’ah pada tahun ia menerima laba tersebut dan dizakati
sebesar 2.5%

3.Masalah harta yang ditabung untuk menikah

Pertanyaan : seorang pemuda menyimpan sisa pendapatannya untk menikah pada masa akan
datang. Tabungan tersebut telah mencapai satu nisab. Apakah harta tersebut wajib dikeluarkan
zakatnya?.

Jawab:

a.Zakat wajib dikeluarkan dari harta yang ditabung untuk persiapan menikah pada masa akan
datang setiap tahun jika mencapai nisab dengan harga zakat 2.5%, karena harta tersebut telah
memenuhi syarat harta yang tunduk kepada zkat yang diantaranya adalah kepemilikan,
pertumbuhan, nisa, haul, terbebas dari hutang dan halal.

b.Hukum ini juga diterapkan terhadap harta yang ditabng untuk berhaji atau harta yang ditabung
untuk membeli mobil atau membangun rmah, selama harta tersebut memeungkinkankan untuk
ditasamufkan. (syahata,husein.2004.hal. 57)
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Aktivitas AL-mutaghalat dalam zakat didefenisikan sebagai aktivitas memiliki harta tetap
dengan tujuan untuk memperoleh pengahasilan, baik dengan cara menyewakannya atau
penjualan hasilnya. DR. Yusuf al-Qhardhawi mengatakan bahwa harta al-mutaqhalat adalah
harta yang mendatangkan manfaat dan pendapatan dengan cara menyewakannya atau menjual
hasil produksinya. Zakat Mustaghalat adalah harta yang mendatangkan manfaat dan pendapatan
dengan cara menyewakannya atau menjual hasil produksinya seperti: bisnis penyewaan aset
tetap, bisnis pemeliharaan binatang untuk diambil susunya, kulit, bulu atau dagingnya, bisnis
peternakan lebah, pembibitan ternak dan perikanan serta yang sejenisnya, bisnis perhotelan,
losmen dan penginapan, aktivitas praktek kedokteran, rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan,
bisnis penyewaan hak-hak maknawi seperti hak penciptaan dan hak istimewa.

B.Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan oleh karena itu,
untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam perokonomian modern. (Jakarta : Gema Insani Press, 2002)

Mufraini, M. Arif, Akuntansi Dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana, 2009)

Hafidhuddin,Didin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, dan Sedekah (Jakarta : Gema Insani
Press, 2004)

DR. Husein As-Syahatah, Akuntansi Zakat, (Jakarta: Penerbit Pustaka Progresif, 2004)

http://sakinafinance.wordpress.com/2011/07/17/konsultasi-11-perhitungan-zakat-lanjutan

Al-Zuhsayly, wahbah. Zakat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)

Anda mungkin juga menyukai