Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM EKONOMI ISLAM


DOSEN PENGAMPU : Fitria Wahud, S.Pdi.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 12

Dian Ardianita : 226601689


M. Rivaldo. R : 226601561
Putra Rhiyan A.S : 226601470

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM
KENDARI 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke Hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat, hidayah dan
taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan
Nabi besar Muhammad saw. yang dengannya manusia mampu berhijrah dari satu masa yang tidak
mengenal peradaban menuju kepada satu masa yang berperadaban.

Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kami telah menyelesaikan makalah ini, sebagai
tugas kelompok mata kuliah "Pendidikan Agama Islam", Rasa terima kasih kami ucapkan kepada
Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini schingga dengan adanya tugas ini, kami jadi lebih
memahami tentang pembahasan materi yaitu "( SISTEM EKONOMI ISLAM )" kami juga
menyampaikan rasa terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

kami menyadari bahwa dalam makalah ini penulisan maupun penyusunan makalah banyak
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan untuk memperbaiki
kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kendari, 5 November 2022


DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.2 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1. Zakat.........................................................................................................................................5
2.2. Infaq..........................................................................................................................................7
2.3. Shadaqah..................................................................................................................................9
2.4. Wafaq......................................................................................................................................11
2.5. Perkembangan ZISWAF di Indonesia..................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................14
3.2. Saran......................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Zakat termasuk Rukun Islam Ke-4. Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan
oleh umat Muslim untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir
miskin dan semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun
Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam. Oleh
karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur
dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Salah satu kewajiban umat Muslim saat Ramadan adalah membayar zakat fitrah. Tapi
tahukah kamu kalau zakat itu banyak macamnya. Intinya tujuan dari berzakat bukan sekadar
menunaikan kewajiban, tapi juga untuk membersihkan harta, mensucikan diri, serta berbagi
dengan orang-orang yang membutuhkan. Inilah yang akan dibahas pada makalah ini untuk lebih
mengetahui secara mendalam

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan zakat ?


2. Apa yang dimaksud dengan infaq ?
3. Apa yang dimaksud dengan shadaqah ?
4. Apa yang dimaksud dengan waqaf

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan materi tentang sistem ekonomi islam


2. Menjelaskan pengertian zakat
3. Menjelaskan mengapa kita harus berzakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Zakat

1. Pengertian zakat
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), zakat adalah bagian tertentu dari harta yang
wajib dikeluarkan bagi setiap Muslim apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Zakat
berasal dari bentuk kata "zakat" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Dengan membayar zakat, seseorang memiliki harapan untuk memperoleh berkah,
membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan.
Peraturan Menteri Agama No. 52 Tahun 2014 menyebutkan, zakat adalah harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Selanjutnya,
zakat yang terkumpul dikelola oleh amil zakat untuk dibagikan kepada yang berhak
menerimanya. Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, yakni :
a. Fakir, orang yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup
b Miskin, orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar kehidupan.
c. mil, orang yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
d. Mualaf, orang yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan Syariah.
e. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
f. Gharimin, orang yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan izzahnya.
g. Fisabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,
jihad dan sebagainya.
h. Ibnu Sabil, orang yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

2. Jenis zakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat mal.

1. Zakat fitrah.

Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayar oleh setiap umat muslim, baik lelaki dan
perempuan pada bulan Ramadan.
a. Ketentuan zakat fitrah

Untuk menunaikan zakat fitrah, seorang umat muslim bisa membayarkan dengan
menggunakan makanan pokok seperti 2.5 kg atau 3.5 liter beras, atau 1 sha’ gandum atau
kurma. Pembayaran zakat fitrah harus dilakukan setahun sekali selama bulan Ramadan atau
paling lambat sehari sebelum Idulfitri tiba. Karena sehari sebelum Idul fitri, amil zakat atau
panitia zakat akan membagikan zakat fitrah untuk delapan golongan penerima.

Selain menggunakan makanan pokok, para ulama telah membolehkan zakat fitrah
ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha’ gandum, kurma atau beras dan
harga beras yang dikonsumsi.

b. Syarat zakat fitrah

Setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi bagi seseorang yang ingin menunaikan
zakat fitrah, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Hidup pada saat bulan Ramadan
3. Memiliki kelebihan kebutuhan pokok untuk malam dan idul fitri

Macam-macam zakat adalah sebagai berikut :

2. Zakat mal

Zakat mal adalah zakat harta benda yang besarnya sebesar 2,5% dari nilai harta
tersebut. UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan zakat mal
meliputi emas dan perak, uang dan surat berharga, perniagaan, penghasilan, dan lain-lain

a. Syarat zakat mal

Harta yang wajib dibayarkan zakat mal harus memenuhi aturan sebagai berikut :

1. Harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal
2. Harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya.
3. Harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang.
4. Harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya.
5. Harta tersebut melewati haul atau masa simpan selama setahun, kecuali harta dari
pertanian dapat ditunaikan saat panen Pemilik harta tidak memiliki utang jangka
pendek yang harus dilunasi.

b. Nisab zakat mal

Nisab adalah batas minimal sebuah harta yang dikenakan wajib zakat. Artinya, jika
harta benda sudah mencapai nisab, pemilik harus bayar zakat sekali dalam setahun.
Berikut nisab masing-masing jenis harta untuk pembayaran zakat mal :
1. Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya, Adalah zakat yang dikenakan atas
kepemilikan emas, perak, dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul.
Nisab emas sebesar 85gr, sedangkan perak 595gr.
2. Zakat atas uang dan surat berharga lainnya, Adalah zakat yang dikenakan atas
uang, harta yang disetarakan dengan uang, dan surat berharga lainnya yang
telah mencapai nisab dan haul. Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah
saldo akhir bila telah mencapai haul satu tahun. Besarnya nisab untuk zakat
atas uang senilai dengan 85gr emas. Sedangkan untuk surat berharga seperti
saham, penghitungan zakatnya adalah 2,5% dari nilai kumulatif riil saham

c. Zakat perniagaan

Adalah zakat yang dikenakan atas usaha perniagaan yang telah mencapai nisab dan
haul. Besarnya zakat perniagaan adalah 2,5% dari penjumlahan modal yang diputar
ditambah keuntungan dan piutang yang dapat dicairkan.

d. Zakat pendapatan dan jasa (penghasilan)

Adalah zakat yang biasanya dikenal juga sebagai zakat profesi atau zakat penghasilan
yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari hasil profesi pada saat menerima
pembayaran. Nisab zakat penghasilan setara dengan 520kg beras dengan presentase
besaran zakat penghasilan 2,5% dari penghasilan.

e. Zakat rikaz

Adalah zakat yang dikenakan atas harta temuan, dimana kadar zakatnya adalah 20%
dari harta temuan

2.2. Infaq

1. Pengertian infaq

Infaq adalah berasal dari kata anfaqa–yunfiqu yang artinya membelanjakan atau
membiayai yang berhubungan dengan usaha realisasi perintah-perintah Allah. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kelima infaq adalah pemberian (sumbangan) harta
dan sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah infaq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Oleh karenanya, infaq berbeda
dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang telah ditentukan secara
hukum. Infaq juga tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan dapat
diberikan kepada siapapun seperti keluarga, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau
orang orang yang sedang dalam perjalanan jauh. Dengan demikian infaq adalah
membayar dengan harta, mengeluarkan dengan harta dan membelanjakan dengan harta.

2. Ketentuan infaq

Meski tidak ada ketentuan infaq secara khusus seperti halnya pelaksanaan zakat, tetapi
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Tidak berlebihan. Dalam Q.S. Ali Imran ayat 134, Allah memang mendorong umat Islam
untuk melakukan infaq dalam berbagai kesempatan. Baik ketika memiliki banyak harta
ataupun dalam kondisi kesusahan. Bahkan, di situ disebutkan kalau Allah menyukai orang-
orang yang suka berbuat kebajikan. Hanya saja, pelaksanaan infaq tidak boleh dilakukan
secara berlebihan. Dalam berbagai kisah, Rasulullah kerap melarang para sahabat yang
ingin melakukan infaq atau sedekah seluruh hartanya. Hal tersebut dilarang oleh
Rasulullah karena dapat menimbulkan mafsadat atau kerusakan lebih besar. Dalil tentang
larangan berlebihan dalam infaq juga difirmankan oleh Allah dalam Q.S. Al Furqan ayat
67.
Di situ Allah melarang umat Islam untuk berlebih-lebihan dalam melakukan infaq sekaligus

melarang sifat kikir.


b. Memprioritaskan kewajiban. Dalam ketentuan infaq memang membolehkan muslim untuk
melakukannya kapan saja dan dalam kondisi apapun. Hanya saja, pilihan untuk melakukan
infaq tersebut harus dilakukan setelah memenuhi kewajiban. Jangan sampai kamu
mendahulukan hal yang sunah dan kemudian mengakhirkan kegiatan wajib. Contoh nyata
memprioritaskan kewajiban dibandingkan infaq sangat banyak. Sebagai contoh, ketika
kamu memiliki utang. Maka, sebaiknya lunasi utang tersebut terlebih dahulu. Contoh lain,
saat melakukan infaq kamu juga perlu terlebih dahulu memperhatikan kondisi keluarga.
Apalagi, memberi nafkah kepada keluarga merupakan salah satu bentuk infaq yang
hukumnya wajib.
c. Memperhatikan hak-hak yang lebih penting. Terakhir, saat berinfaq setiap muslim juga
perlu mencermati adanya hak yang lebih penting. Imam Asy Syaukaniy dalam Fathul Qadir

3/263 menjelaskan bahwa mengambil harta dari haknya dan selanjutnya menempatkan
harta tersebut pada yang bukan haknya merupakan salah satu bentuk pemborosan dan
termasuk israf atau berlebihan. Lebih jauh, Imam Asy Syaukaniy menyebut praktik infaq
ini sebagai hal yang haram.
3. Syarat infaq

Syarat infaq perlu dipenuhi dari suatu rukun amalan yang dilakukan, antara lain :

a. Syarat-syarat munfiq
Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi jika seseorang hendak menjadi munfiq, di antaranya
1. Memiliki harta yang cukup untuk infaq
2. Orang yang tidak dibatasi hak atas harta dan dirinya karena suatu alas an
3. Dianjurkan dilakukan oleh orang yang baligh dan berakal
4. Di dasari oleh sukarela tanpa adanya paksaan

b. Syarat-syarat munfiq lahu


Munfiq lahu atau orang yang menerima infaq juga harus memenuhi beberapa syarat, di
antaranya :
1. Wujudnya harus ada.
2. Orang yang sudah baligh. Boleh anak-anak jika mereka memang berhak menerima infaq
tersebut. Namun, penerimanya diwakilkan oleh wali atau orang yang bertanggung jawab
atasnya.

c. Syarat-syarat harta yang akan diinfaqkan


Selain munfiq dan munfiq lahu harta yang diinfaqkan juga harus memenuhi beberapa
syarat berikut ini :
1. Wujud dari harta dan benda harus benar-benar ada
2. Harta dan benda harus berasal dari harta yang memiliki nilai guna dan dipakai
3. Wujudnya ada dan dapat dimiliki
4. Bukan harta atau benda yang masih memiliki hubungan dengan tempat yang
dimiliki oleh penginfaqkannya.

d. Rukun infaq
Berikut ini beberapa rukun infaq yang perlu Anda ketahui :
1. Pemberi infaq (munfiq)
2. Penerima infaq (munfiq lahu)
3. Barang yang diinfaqkan
4. Penyerahan (Ijab Qabul)

2.3. Shadaqah

1. Pengertian shadaqah
Sedekah menurut KBBI berarti pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak
menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi.
Pengertian secara umum shadaqah atau sedekah adalah mengamalkan harta di jalan Allah
dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya
sebagai bukti kebenaran iman seseorang. Istilah lain sedekah adalah derma dan donasi.
Dalam Al-Quran Surah Al- Baqarah Ayat 245 disebutkan :
“Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepda-Nya-lah kamu dikembalikan.” Ayat tersebut menggambarkan bahwa
shadaqah memiliki makna mendermakan atau menyisihkan uang di jalan Allah swt. Memberi
sedekah kepada fakir miskin, kerabat, atau orang lain yang dilakukan hanya untuk
mengaharap ridha Allah maka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, baik di dunia
maupun di akhirat

2. Ketentuan shadaqah
a. Orang yang bisa memberi. Bentuk sedekah yang Anda berikan pada orang lain atau lembaga
khusus sedekah umat muslim atau lembaga universal lain bisa berbagai macam baik dana,
bantuan pangan, menjadi relawan, dan lain-lain. Syarat memberi sedekah adalah orang yang
memberi adalah orang yang memiliki benda tersebut, dan bisa mengedarkannya pada orang
lain.
b. Ada ijab dan qabul. Tidak hanya pernikahan saja yang senantiasa memiliki ijab dan qabul
sebagai rukun pernikahan dalam Islam, tetapi sedekah memiliki rukun sedekah. Ijab bermakna

pernyataan dari orang yang memberikan benda tersebut, sedangkan qabul adalah pernyataan
penerimaan pada benda yang diberikan oleh orang yang memberi.
c. Barang yang diberi. Sedekah bisa berbentuk benda apa saja, bahkan pikiran yang
diberikan kepada kemajuan umat bisa bermakna sedekah jariyah. Namun, rukun
sedekah yang dimaksud pada benda tertentu adalah jenis benda yang bisa dijual

3. Syarat shadaqah
a. Niat karena Allah. Salah satu syarat utama agar sedekah kita diterima Allah tentu saja
berkaitan dengan niat perbuatan baik itu sendiri. Sedekah yang akan membuat pelakunya
ditimbun pahala adalah yang dilakukan semata – mata hanya karena Allah. Hindari
melakukan sedekah hanya untuk mendapat pujian dari orang lain. Sesungguhnya hal tersebut
dapat menjerumuskan kita pada panasnya api neraka.
b Mendahulukan sedekah yang bernilai wajib dari pada sunnah. Sedekah dapat
dilakukan dengan beragam cara, baik bersifat material maupun non – material.
Namun, jika Kawan ingin menunaikan yang bersifat material pastikan dahulu bahwa
sedekah yang bernilai wajib lebih utama untuk dituntaskan. Salah satu contoh jenis
sedekah material yang bernilai wajib adalah zakat.
c. Mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan sedekah. Tepat sekali, mengetahui siapa
saja yang berhak menerima sedekah dapat membantu niat kita tersalurkan pada pihak yang
tepat. Selain orang tua, keluarga dan kerabat dekat, sedekah juga merupakan hak dari mereka

yang termasuk ke dalam golongan dhuafa. Anak yatim, orang fakir, miskin, difabel, dan
siapa pun yang lemah lagi tak dapat memenuhi kebutuhan hariannya adalah yang berhak
menerima sedekah kita.

4. Keutamaan shadaqah

Shadaqah memiliki banyak keutamaan dalam pelaksanaannya antara lain :

Orang yang bersedekah denga ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari
kiamat.
1. Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani.
2. Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, (QS. Al-Baqarah: 245)
3. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang.
4. Sebagai penghapus kesalahan.
5. Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran.
6. Shadaqah juga merupakan tanda ketaqwaan, (QS. Al-Baqarah: 2-3)
7. Shadaah adalah perisai dari neraka.
8. Sebagai pelindung di Padang Mahsyar.
9. Orang yang bersedekah termasuk kedalam tujuh orang yang dinaungi di akhirat nanti

2.4. Wafaq

1. Pengertian waqaf

Wakaf adalah kata dari bahasa Arab “Waqf” berarti menahan diri. Sedangkan menurut
fiqih Islam, wakaf merupakan hak pribadi dipindah menjadi kepemilikan secara umum atau
lembaga agar manfaatnya mampu dinikmati masyarakat. Jadi pengertian wakaf adalah
pemberian suatu harta dari milik pribadi menjadi kepentingan bersama, sehingga
kegunaannya mampu dirasakan oleh masyarakat luas tanpa mengurangi nilai harta tersebut.

2. Ketentuan waqaf
a. Pemberi wakaf menyerahkan benda yang diwakafkan setelah disyaratkan
memenuhi aturan.
b. Wakaf diterima oleh penerima baik perorangan atau lembaga yang jelas.
c. Harta yang diwakafkan berwujud nyata dan tersedia saat akad dilaksanakan.
d. Wakif mengikrarkan akad secara jelas dan lengkap sesuai keinginan wakafnya.
e Harta wakaf mutlak menjadi milik masyarakat umum, dan tidak dapat diklaim lagi
sebagai milik pemberi wakaf.

3. Syarat waqaf
a. Adanya wakif Wakif adalah pemberi wakaf. Seorang wakif harus berakal sehat,
mempunyai harta, tidak berada di bawah pengampuan hukum dan merdeka
b. Harta Mauquf Berikutnya, syarat wakaf adalah harta mauquf dimana aset yang
diberikan sebagai wakaf wajib mengandung nilai, benda halal, berwujud nyata dan
sebelumnya dimiliki oleh wakif (sebelum dipindahtangankan).
c. Mauquf ‘Alaih Mauquf ‘Alaih adalah penerima harta wakaf baik perorangan atau
badan tertentu. Penerima wakaf harus secara tegas mengikrarkan wakaf,
dipergunakan untuk.
kepentingan umum dan ibadah, dan mampu menjelaskan rencana penggunaan harta
mauquf.
d. Shighat Syarat wakaf terakhir yakni shighat, yaitu akad yang diikrarkan baik berupa
tulisan maupun lisan dari wakif secara saat itu juga, tidak terbatas waktu, tidak
diikuti syarat bathil, dan tidak dapat dibatalkan.

2.5. Perkembangan ZISWAF di Indonesia

Ketika Negara mengalami kesulitan, maka umat berjibaku mengatasi kesulitan ekonomi.
Sektor keuangan sosial Islam berkomitmen menghadapi krisis ekonomi melalui Zakat, Infak,
Sedekah dan Wakaf (Ziswaf). Kontribusi zakat dapat meningkatkan stimulan konsumsi dan
produksi mustahik yang menghasilkan permintaan (demand) yang seimbang dengan permintaan
(supply) untuk mengembalikan transaksi ekonomi di masyarakat.

Besarnya kontribusi Ziswaf dapat difokuskan untuk pemulihan ekonomi diantarnya;


pertama, fakir hanya memiliki pendapatan kurang dari 50 persen kebutuhan hidup layak. Kedua,
miskin, kisaran pendapatan mereka sekitar 50-99 persen dari standar kebutuhan hidup layak.
Ketiga, fakir dan miskin ini adalah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Keempat,
mendorong para muzaki di atas standar hidup layak untuk mencapai garis nishob agar membayar
zakat. Kelima, menggerakkan wakaf produktik melalui Bank Wakaf Mikro.
Dalam kondisi seperti ini Ziswaf telah berkontribusi yang signifikan. Kebijakan PSBB,
PPKM yang berdampak pada aktivitas ekonomi, terutama pada kalangan pekerja rentan dan
mustahik telah direspon dengan bijak oleh organisasi pengelola zakat dan wakaf seperti Baznas,
BPKH, Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Dari sejumlah hasil studi menunjukkan kurangnya literasi, edukasi untuk mengaktualisasikan
poetensi Ziswaf baik penyaluran maupun pengumpulan dana ZIS dari sektor pertanian,
peternakan, pertambangan, profesi dsb.Secara konseptual zakat memang telah berkontribusi
membantu mustahik-meningkatkan konsumsi dan penting di fokuskan agar Ziswaf produktif
secara agregat meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya masa pandemi yakni :

1. Pertama, Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dikelola Ormas Islam dapat
merealisasikan program bantuan sosial (social safety net) melalui program cash for
work (CFW) yaitu memberikan uang tunai untuk sebuah pekerjaan kepada para
pekerja rentan untuk pemulihan ekonomi.
2. Kedua, pada level UMKM hendaknya Baznas dan LAZ dapat menyalurkan dengan
menggunakan voucher atau tiket kepada keluarga mustahik yang membutuhkan.
3. Ketiga, Baznas dapat melakukan konsolidasi program bersama organisasi pengelola
zakat di Indonesia untuk merealokasi rencana kerja dan anggaran tahunan untuk
penanganan dampak Covid-19 terhadap mustahik di seluruh Indonesia.
4. Keempat, Baznas mendapat mandat dalam UU. No 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Nasional yang bertujuan salah satunya adalah meningkatkan manfaat
zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Sementara wabah Covid-19 ini baik langsung maupun tidak langsung menyebabkan
miskin baru (misba).

Oleh karena itu MUI bersma Baznas, BPKH, Laznas-Ormas dan BWI telah aktif dalam
percepatan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi serta dapat menginisiasi kerjasama
strategis pada level kementerian terutama kementerian agama, kementerian sosial, dan
kementerian kesehatan melalui pengumpulan Ziswaf.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan
yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur
paling penting dalam menegakkan syariat Islam. Zakat adalah terbagi menjadi dua, yakni zakat
mal atau zakat harta dan kemudian zakat fitrah (macam macam zakat). Zakat mal atau mal zakat
adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat maupun substansi
perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Sebagai contoh, zakat mal terdiri atas
uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, dan sebagainya.

3.2. Saran

Singkatnya pemaparan materi ini, yang tentu tidak menutup kita hanya untuk
mengetahuinya dari tulisan yang sangat singkat ini. Banyak hal lain yang juga sangat penting
untuk mengupayakan perjuangan kita bisa berbangga atas perjuangan perjuangan kita yang
melewati onak duri dan jalan yang berliku namun berakhir dengan kejayaan. Semoga Allah
memberikan balasan yang terbaik kepada para pelaku ekonomi dan para ahli ekonomi, serta
pejabat dan pemerintah yang berperan penting juga dalam kegiatan. Dan pada akhirnya mohon
maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dari ini. Wallahu A’lam bish Shawab.

Anda mungkin juga menyukai