Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “OBJEK DAN
PERHITUNGAN ZAKAT”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Akutansi Zakat yang diampu oleh Bapak Dr. Munir Isadi S.E.,M.Akun., Kami
berharap pembaca dan kita semua dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam pemahaman objek dan perhitungan zakat.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Akhir kata, semoga makalah Akutansi Zakat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.Aamiin…
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Zakat merupakan komponen pokok bagi tegaknya pondasi perekonomian umat. Selain
itu zakat termasuk rukun islam yang ketiga dari kelima rukunnya dan wajib dikeluarkan bagi
setiap muslim yang mampu. Zakat adalah suatu tanda yang jelas dan tegas dari kehendak
Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun menderita kekurangan sarana untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya akan barang dan jasa.
Perhitungan zakat merupakan hal yang harus diketahui oleh setiap umat Islam
khususnya dalam zakat Maal. Di dalamnya terdapat prinsip yang terkait dengan perhitungan
zakat seperti haul, kadar dan nisab.Perhitungan zakat menjadi sangat penting dalam rangka
memberikan pelayanan konsultasi kepada para muzaki sehingga para muzaki menjadi mudah
menghitung kewajiban zakatnya. Kemudahan itu akan diperoleh dengan cara menghitung
sendiri secara manual atau dengan aplikasi perhitungan zakat yang telah tersedia. Banyaknya
profesi yang berkembang di tengah masyarakat menuntut pengelola zakat memahami bahwa
bagi seluruh harta yang dimiliki oleh seseorang ketika telah terpenuhi nisabnya, maka wajib
mengeluarkan zakat. Adapun harta yang wajib dizakati sebagai berikut uang, emas, perak,
barang tambang, barang temuan, barang dagangan, hasil tanaman, binatang ternak.
3
a) Apa saja prinsip-prinsip zakat ?
b) Syarat apa saja yang menjadikan harta wajib zakat ?
c) Jenis harta seperti apa yang wajib dizakati ?
d) Bagaimana menghitung kadar zakat dari harta yang wajib dizakati ?
Penentuan dan penghitungan zakat maal dapat menggunakan alat-alat akutansi yang
sudah banyak dikenal secara umum. Sangat diharapkan, melalui sistem penghitungan zakat
dapat memberikan sejumlah keterangan dan informasi yang kredibel tentang cara berhitung,
hasil zakat, dan pembagiannya kepada para muzakki dan mustahik.
Menurut Husein Sahatah (1997), akutansi zakat maal dianggap sebagai salah satu
cabang ilmu akutansi yang dikhususkan untuk menentukan dan menilai aset wajib zakat,
menimbang kadarnya ( volume), dan mendistribusikan hasilnya kepada para mustahik dengan
berdasarkan kepada kaidah-kaidah syariat islam. 4
1. Prinsip tahunan (annual/haul) – kalender qamariyah, nilai aset pada akhir masa haul
2. Prinsip independensi tahun keuangan (independent periodecity concept);
setiap periode produktivitas aset pada satu tahun haul akan terpisah dengan tahun
sebelumnya atau berikutnya.
3. Prinsip standar aset produktif atau potensi produktif; uang tunai (tunai/di bank),
saham, obligasi, persediaan barang yang diniatkan untuk dijual, output aset tetap
produktif, pendapatan sewa barang (rental, kontrakan), piutang bersih, dll
4. Prinsip standar mencapai nishab (nilai surplus)
5. Prinsip laba bersih (net income); pendapatan – pengeluaran = laba bersih
6. Prinsip monetary unit;
Dihitung semua aset (sejenis) yang ada di dalam negeri/luar negeri
7. Prinsip penentuan nilai dengan harga pasar (current value/market value); J
abir bin Zaid: “Nilailah dengan harga yang ada pada saat tiba masa haul dalam zakat
kemudian keluarkanlanlah zakatnya.”
8. Prinsip entitas (entity concept);
5
suatu unit usaha, organisasi atau kelembagaan yang mempunyai tanggung jawab (hak
dan kewajiban) terpisah dari tanggung jawab para pemiliknya dalam menjalankan
usahanya (PT, Firma, CV, Koperasi, dll). { Aktiva = Kewajiban + Ekuitas (modal,
divide, saham) }.
Ada banyak pendapat mengenai arti dari harta itu sendiri, sebagaimana menurut
sebagian para fuqaha’, harta adalah sesuatu yang diingini oleh tabiat manusia dan boleh
disimpan untuk tempoh yang diperlukan atau sesuatu yang dapat dikuasai, disimpan dan
dimanfaatkan. Muhammad Salam Madkur menungkapkan bahwa harta menurut para ulama
fiqh ialah segala sesuatu yang boleh dikuasai dan disimpan untuk dipergunakan kapan
diperlukan. AlSyarbaini al-Khatib berpendapat, harta adalah sesuatu yang ada nilai dan orang
yang merusakkannya akan diwajibkan membayar ganti rugi. Menurut golongan Hanafi, harta
merupakan benda atau barang yang boleh dikuasai dan kebiasaannya boleh diambil faedah
darinya.6
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harta adalah kekayaan
yang dimiliki seseorang berupa barang yang dimiliki oleh orang tersebut, baik meiliki nilai
guna dan manfaat yang tinggi atau tidak sama sekali serta kekayaan tersebut dapat
dikendalikan atau dikuasi oleh orang tersebut.Setiap harta yang dimiliki seseorang akan
memiliki nilai wajib untuk dizakati jika sudah memenuhi syarat harta yang wajib zakat.
1. Milik penuh
Harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaan pemilik secara penuh dan
dapat diambil manfaatnya secara penuh pula. Pemilik harta tersebut mempunyai hak
untuk mempergunakan dan mengambil manfaatnya secara utuh. Harta yang
didapatkan melalui jalan yang dibenarkan oleh syarat, artinya bukan didapat dengan
cara yang haram, Seperti hasil merampok.
2. Harta berkembang
Harta tersebut dapat bertambah atau mempunyai potensi untuk berkembang
bila dijadikan modal usaha. Seperti contoh hasil pertanian, perdagangan, ternak, emas,
perak, dan uang. Pengertian berkembang menurut istilah yang lebih familiar adalah
sifat harta tersebut dapat memberikan keuntungan atau pendapatan lain.
7
3. Harta cukup nishab
Harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai ketetapan syara.
5. Bebas utang
Harta yang dimiliki orang tersebut bersih dari utang baik utang kepada Allah
maupun kepada manusia. Zakat hanya diwajibkan untuk orang yang mampu,
sedangkan orang yang masih mempunyai utang dianggap tidak termasuk dari orang
yang berkecukupan. Orang tersebut masih perlu untuk menyelesaikan utang-utangnya
terlebih dahulu. Orang yang memiliki utang, jumlah utangnya bisa digunakan untuk
mengurangi jumlah harta wajib zakat yang telah sampai pada nisab harta tersebut.
Apabila setelah dikurangi utang harta wajib zakat menjadi tidak sampai nisab, dan
harta tersebut terlepas dari kewajiban membayar zakat.
8
Setelah melakukan salah satu pilihan waktu haul maka pencatatan harta mulai
dilakukan berdasarkan waktu tersebut diatas setelah waktu haul terlewati segera bayar
zakatnya.
Apabila dari keenam syarat tersebut hilang atau tidak terpenuhi salah satunya
maka zakat tidaklah wajib atas harta kekayaan tersebut sebab keenam syarat tersebut
adalah satu kesatuan yang bersifat kumulatif dan mutlak.
10
11
12
70-79 1 Ekor anak sapi betina/jantan, umur
2 tahun dan 1 ekor sapi umur 1 tahun
80-90 2 Ekor sapi betina, umur 2 tahun