Anda di halaman 1dari 14

ZAKAT DALAM AJARAN ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

Kelompok 1

Disusun Oleh :
Oktareni : 2120104038
M. Bayu Diwanda : 2120104051
Triana : 2120104061

Dosen Pengampu: Syarif Ali Akbar, M.S.I

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023/2024
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan faktor kunci dalam menjaga fondasi perekonomian kerakyatan.


Selain itu, zakat merupakan rukun Islam ketiga dari lima rukun Islam dan wajib diberikan
kepada setiap muslim yang mampu. Zakat merupakan tanda yang jelas dan tegas akan
kehendak Tuhan untuk memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang menderita karena
kekurangan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar akan barang dan jasa. Oleh karena itu,
pemanfaatan zakat saat ini menjadi suatu hal yang sangat diminati oleh banyak orang,
banyak penelitian dan riset yang menunjukkan bahwa zakat benar-benar dapat menjadi
solusi untuk kemiskinan.

Islam melarang menumpukan harta, menahannya dari peredaran dan pengembangan.


Dalam sistem perekonomian Islam uang itu tidak akan mempunyai kebaikan dan laba yang
halal bila ia dibiarkan saja tanpa dioperasikan, tetapi ia harus terpotong oleh zakat manakala
masih mencapai satu nisab dan 2 haulnya sedangkan Islam mengharamkan riba. Karena
itulah ekonomi Islam yang berlandaskan pada pengarahan zakat akan memberi dorongan
terhadap terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang pesat. Maka dari itu, kami akan
membahas lebih lanjut tentang zakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip pengelolaan zakat?

2. Apa saja tujuan zakat?

3. Apa hikmah dari zakat?

4. Apa syarat zakat?

5. Apa yang menjadi landasan zakat dalam Islam dan hukum positif?

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pengelolaan Zakat


Zakat mempunyai enam prinsip, yaitu prinsip keyakinan keagamaan, prinsip
pemerataan dan keadilan, prinsip produktivitas dan kematangan, prinsip nalar, prinsip
kebebasan dan prinsip etik dan kewajaran.

1. Prinsip keyakinan orang yang membayar zakat yakin bahwa pembayaran tersebut
merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga jika orang yang
bersangkutan belum menunaikan zakatnya, belum merasa sempurna ibadahnya.

2. Prinsip pemerataan dan keadilan yaitu membagi lebih adil kekayaan yang diberikan
Tuhan kepada umat manusia.

3. Prinsip produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat memang wajar dibayar
karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu dan hasil (produksi) tersebut
hanya dapat dipungut setelah lewat jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran
normal memperoleh hasil tertentu.

4. Prinsip nalar, yaitu memberi daya pemikiran yang jenius kepada muzakinya, karena ia
sebagai makhluk sosial, tidak mungkin hidup sendirian, perlu ada persintuhan dengan
pihak lain,

5. Prinsip kebebasan yaitu zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani
serta rohaninya. Zakat tidak dipungut dari orang yang sedang dihukum atau orang yang
menderita sakit jiwa.

6. Prinsip etik dan kewajaran, zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa
memperhatikan akibat yang ditimbulkannya. Zakat tidak mungkin dipungut jika karena
pemungutan itu orang yang membayarnya justru akan menderita.

B. Tujuan Zakat

Tujuan pengelolaan zakat menurut amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011


adalah:

2
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat;

2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan


penanggulangan kemiskinan.

Selanjutnya, tujuan zakat menurut beberapa pakar1, yaitu:

1. Menurut Abdel Razek Novel Zakat bertujuan untuk menyempurnakan kesehatan jiwa
seseorang karena dengan berzakat harta yang dizakati menjadi bersih dan sebagai
akibatnya "muzakki" tidak terbelenggu oleh kecintaan atas harta benda itu.

2. Menurut Wahab Al-Zuhaili, zakat bertujuan untuk mengikatkan perasaan kebersamaan


dan menghapus kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat".

C. Hikmah Zakat

Hikmah pengelolaan zakat antara lain:

1. Menghindari kesenjangan sosial antara aghniyah dan dhu’afa


2. Pilar amal jama’i antara aghniya dengan para mujahid da’i yang berjuang dan berdakwah
dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6. Untuk pengembangan potensi umat
7. Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat.

D. Syarat Zakat

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam masalah kewajiban zakat. Syarat
tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu yang berkaitan dengan muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat) dan berkaitan dengan harta.

1
Ahmad Sudirman Abbas, Zakat Ketentuan dan Pengelolaannya. ( Bogor: CV. Anugrah berkah Sentosa, 2017),
hlm 35

3
 Syarat pertama, berkaitan dengan muzakki: (1) Islam, dan (2) merdeka. Adapun anak
kecil dan orang gila jika memiliki harta dan memenuhi syarat-syaratnya masih tetap
dikenai zakat yang nanti akan dikeluarkan oleh walinya. Pendapat ini adalah pendapat
terkuat dan dipilih oleh mayoritas ulama.
 Syarat kedua, berkaitan dengan harta yang dikeluarkan sebagaimana yang akan
dijelaskan dalam uraian berikut ini:
a. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Adapun harta yang
haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya, jelas tidak dapat
dikenakan kewajiban zakat, Karena Allah tidak menerima sesuatu yang haram.2

‫ي‬
‫ََعا عٌَة‬ ‫ن وَاعَي عَا َّا هَِيْع نَ عَِٰ يوَْ َ ع يْ هََُ يَْ هِ اّا عََع يَ نٰ َُ يْ ه ِّ يْ َع يْ هِ َ ع يْ َاْ هِ ع‬
‫َ َع يْ ةٌ اَ َع يْ ةٌ هِ يْ هِ عو عَ َخّاٌة او عَ ع‬
‫عو يَّ نُ هَ َُ يوْع َُ َْ ظ‬
‫َّّ هّ َّ يْْع‬

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari
rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu
tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah
orang-orang yang zalim. (QS Al Baqarah: 254)
b. Dimiliki secara sempurn, yang dimaksud dengan syarat ini adalah harta tersebut
dibawah control dan kekuasaan pemiliknya dan tidak berkaitan dengan hak orang lain.
Walau sesungguhnya semua harta adalah milik Allah SWT, namun si pemilik harta
adalah orang diberi wewenang oleh Allah SWT pada harta tersebut, sekalipun harta
tersebut di tangan orang lain yang menjadi pinjaman, maka akan dianggap sebagai
kepemilikan secara penuh.
Apabila orang yang meminjam dimungkinkan untuk mengembalikan harat
tersebut. Sehingga apabila si peminjam tidak mungkin lagi diharapkan
pembayarannya, baik karena sudah meninggal, atau menghilang atau mungkin
bangkrut tanpa memiliki harta, maka pemilik harta tidak lagi dianggap sebagai
pemilik harta secara penuh dan utuh. Begitu pula harta yang didapat dari sumber
yang tidak sah atau haram, seperti harta curian, korupsi, dan pendapatan harta haram

2
Didin Hafidhuddin, Disertasi. “ Zakat Dalam Perekonomian Modern”.( Jakarta: Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah, 2001), hlm 32

4
lainnya, maka tidak dianggap sebagai harta yang dimiliki secara utuh, karena
kewajibannya adalah mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya. Serta bukan
pula merupakan kewajiban zakat pada harta orang lain yang disimpannya. Adapun
orang yang berada dalam sel tahanan dan memiliki kebebasan dalam penggunaan
hartanya, maka ia tetap dianggap sebagai pemilik harta yang sempurna dalam
pandangan jumhur ulama.3
c. Termasuk harta yang berkembang secara hakiki atau secara hukum. Yang bertambah
secara hakiki seperti: hewan ternak, biji-bijian dan buah-buahan, dan harta
perdagangan. Yang bertambah secara hukum seperti: emas dan perak jika tidak
diperdagangkan. Sebab meskipun keduanya tidak bertambah, namun secara hukum
dianggap bertambah, karena kapan saja seseorang menghendaki dia bisa
memperdagangkannya. Adapun harta yang tidak berkembang, atau tidak ada potensi
untuk berkembang, maka tidak wajib dizakati. Kuda dan hamba sahaya, di zaman
Rasulullah saw termasuk harta yang tidak produktif. Karenanya tidak menjadi objek
zakat. Adapun Dalil dari syarat ini adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
Seorang muslim tidak dikenai kewajiban zakat pada budak dan kudanya. (HR.Buhari)
Dari sini, maka tidak ada zakat pada harta yang disimpan untuk kebutuhan
pokok semisal makanan yang disimpan, kendaraan, dan rumah.
d. Telah mencapai nishab. Yaitu telah mencapai ukuran minimal suatu harta dikenai
zakat. Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, Tidak zakat bagi perak di bawah 5 uqiyah, tidak ada zakat bagi unta
di bawah 5 ekor dan tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq. 4(HR.Bukhari)
e. Telah mencapai haul. Artinya harta yang dikenai zakat telah mencapai masa satu
tahun atau 12 bulan Hijriyah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Dan tidak
ada zakat pada harta hingga mencapai haul. (HR. Abu Daud) Syarat ini berlaku bagi
zakat pada mata uang dan hewan ternak. Sedangkan untuk zakat hasil pertanian tidak
ada syarat haul. Zakat pertanian dikeluarkan setiap kali panen.

3
Husain Hasan al-Khatib, Muhasabah az-Zakat, hal. 37. Lihat juga: Hikmat Kurnia, Panduan Pintar Zakat,
hal. 13.
Satu wasaq sama dengan 60 sho’. Jadi nishob zakat tanaman adalah 5 wasaq x 60 sho’/wasaq = 300 sho’
4

(Lihat Syarh ‘Umdatul Ahkam, Syaikh Sa’ad Asy Syatsri, 1: 376). Satu sho’ kira-kira sama dengan 3 kg. Sehingga
nishob zakat tanaman = 300 sho’ x 3 kg/sho’ = 900 kg.

5
‫َ َِ يُْ ع هَّفا ُ َ ََُّ ۥَِ عو ا‬
‫لّّ يََُْْع‬ ‫ٍ عولّٰا يْ عِ عو ا‬
‫لّّ يَ ع‬ ‫َ ت‬ ‫ٍ عو عَْ عيُ عِ يْ َُو ن ع‬ ‫َ ت‬‫ٍ اِ يْ َُو ن ع‬ ‫هٓ ُعَْعْ ع عج نٰا ت‬ ‫عو َُ عْ لّاِ و‬
َ‫َا هِهۦِ عو ع‬‫َْ عَُا ۥَِ َع يْ عٌ عَ ع‬ ‫َْ هِْ ْ ع عّ هُ هوۦِ هَِعَو ُعْي عّ عُ عو عََِ َ ا‬
‫َ هْ تِ ََُّ ا‬
‫َ هْ فَا عو عَْ عيُ َُِ ع ن ع‬‫لُّ اِاْع َُِ ع ن ع‬
‫عو ي‬
‫َِْ هيَُِ وْ اَ هِْا ۥَِ عَ َ هَحّي يلّ َّْ هيُِهْْ ع‬

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin). (QS. Al-An'am:
141).

f. Lebih dari kebutuhan pokok. Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah apabila
kebutuhan tersebut dikeluarkan, maka seseorang bisa jadi akan celaka, seperti nafkah,
tempat tinggal, dan pakaian.5 Dalilnya firman Allah :

ْ‫عوَعْئـَّ يْْ ععَ عِاَعَ ََ يٰ هََُ يْْع ۗو ََ هِ يَّْع يَ و ع‬

Mereka bertanya tentang apa yang harus diinfaqkan (dizakatkan), katakan yang
lebih dari kebutuhan... (QS. Al- Baqarah:219)

Menurut Ali Ashabuni, maksud "al-afw" pada ayat tersebut adalah sesuatu yang
sifatnya lebih dari kebutuhan pokok. Maka dari itu, zakat dikeluarkan dari harta yang
lebih dari kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan dan papan.6
E. Landasan

1. Al-Qur’an

Merujuk pada ayat Al-Qur’an begitu banyak dalil dan firman Allah SWT yang
menjelaskan hukum dan pentingnya membayar zakat. Ayat tersebut diantaranya yaitu
sebagai berikut:

5
Sudarto, Ilmu Fikih: Refleksi Tentang Ibadah, Muamalah, Munakahat dan Mawaris, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), hlm. 91-95.
6
Ali Asshabuni, Shaffatus tafasir, Beirut: Dar Ilhya al-turast Al-Arabi, 1993, Vol. 1, hlm. 140.

6
a) Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Bayyinah (98) ayat 5

ََِْ ‫َ نَّْ ع عوََْي‬


‫َْيْع ّعَِ َّ هَِّيْع ۗە ََٰعَع اا عَ عوََ هُ يْ ََّْ َّ ا‬ ‫عو عِا و َ َ هِ َُ يووَ َ اهَ هّْع يََِْْوَ ظ‬
‫لع َِ يْ هّ ه‬
ِۗ ٌِّ‫َّّ نَُْ ع عو نَ هّ عَ هَِ َيْ يَُّع هّْ ع‬
‫ا‬

Artinya: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas


menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan
salat dan menunaikan zakat: dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).

Ayat ini menjelaskan tentang tujuan sebenarnya dari perintah Allah kepada
manusia. Allah tidak memerintahkan manusia kecuali untuk menyembah-Nya dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama yang lurus, yaitu agama Islam. Tujuan
utama dari agama Islam adalah untuk mengembangkan hubungan yang benar antara
manusia dan Allah, dan untuk memperbaiki hubungan antara manusia dengan sesama
manusia.
Dalam ayat ini, Allah juga memerintahkan manusia untuk menjalankan
kewajiban-kewajiban agama, seperti shalat dan zakat. Shalat adalah ibadah yang
dilakukan lima kali sehari untuk mengingat Allah dan memperkuat hubungan antara
manusia dan Allah. Zakat adalah kewajiban memberikan sebagian harta kepada orang-
orang yang membutuhkan, sebagai bentuk solidaritas sosial dan pengabdian kepada
Allah

b) Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2), ayat 43:

‫ََ عَُْ يَْ عِ عٌ ا‬


‫ََُّ هُ هْْيْع‬ ‫َ نَّْ ع عو نَََِْ ا‬
‫َّّ نَُْ ع عو ي‬ ‫عوَ ع هَ يْ ََّْ َّ ا‬
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-
orang ruku’.

Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal pada tahun kedua
hijrah Nabi SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa ramadhan dan zakat
fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam sudah mulai

7
terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina masyarakat muslim yakni
sebagai bukti solidaritas sosial, dalam arti bahwa orang kaya yang berzakat yang patut
masuk dalam barisan kaum beriman. Manusia sebagai makhluk sosial, kebersamaan
antara beberapa individu dalam suatu wilayah membentuk masyarakat yang walaupun
berbeda sifatnya antara individu-individu tersebut, namun ia tidak dapat dipisahkan
darinya.
Demikian juga dalam bidang material, berapapun seseorang memiliki kepandaian,
namun hasil-hasil material yang diperolehnya adalah berkat bantuan pihak-pihak lain,
baik secara langsung disadari, maupun tidak. Sehingga dalam ayat ini terdapat dua
kewajiban yang merupakan pertanda hubungan harmonis, shalat untuk hubungan baik
dengan Allah SWT. dan zakat pertanda hubungan harmonis dengan sesama manusia.
Kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat akan terwujud dengan adanya sistem
zakat, karena pemerataan pendapatan yang berasal dari zakat dapat mengurangi
kecemburuan sosial di tengah masyarakat.

c) Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah (9), ayat 103:

‫لَ ع‬
ٌ‫َ هّ يْ ة‬ ‫َ نِّْعَع ع‬
‫َ عُ ةْ ّا ََ و يْ عو ظ‬ ‫َّع يْ هَ و يْ َ اهْ ع‬ ‫َِعَعٌف ِ َ ع‬
‫َ ه َّ َُ َُ يْ عوَِّع ه ُّ يْ هَ يْ َه عَا عو ع‬
‫َ هِّ ع‬ ‫َخ يِ هِ يْ َ ع يِ عَْ هّ هَ يْ ع‬
ْ‫َ هّ يْ ة‬
‫ع‬
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui.

Ayat ini menganjurkan Rasulullah untuk mengambil sedekah dari harta orang-
orang yang bertobat, dimana sedekah tersebut dapat membersihkan mereka dari dosa
dan kekikiran dan dapat mengangkat derajat mereka di sisi Allah. Serta mendoakan
mereka dengan kebaikan dan hidayah, karena sesungguhnya doa itu dapat

8
menenangkan jiwa dan menenteramkan kalbu mereka. Allah Maha Mendengar doa dan
Maha Mengetahui orang-orang yang ikhlas dalam bertobat.7
Maksud dari kata ‘membersihkan’ dari ayat ini bahwa zakat itu membersihkan
mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Sedangkan
maksud kata ‘mensucikan’ dalam ayat ini bahwa zakat itu menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. Membersih
harta juga berarti membersihkan dari unsur-unsur riba.
Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat mengatakan, bahwa zakat dapat
membersihkan dan mensucikan harta seseorang, serta memperkembangkan dan
menambah sesuatu pada harta kekayaan seseorang. Karena berhubungan hak orang lain
dan sesuatu harta, akan menyebabkan harta tersebut bercampur atau kotor, yang tidak
bisa suci kecuali dengan mengeluarkannya.8

2. Hadist

، َ‫َاع ه‬
‫ عو هَِع هاٌ َّ ا‬، ‫له‬
‫َْ َُ ا‬ ‫َ عَاِع هَ ُ ع يْ َع هِّعِع هَِا ا‬
َ َ‫لَ عوُ ع اْ َِ عح اِّفَ ع‬ ‫َل يَاع ٌَ عَّعى خ يعّ تٍ ع‬
‫ى ه‬‫ََٰه ع‬
‫َاْع‬ ‫ عو ع‬، ‫ عو يَّ عح ّّه‬، ‫َّّ عُاَه‬
‫َ يْ هٌ عَ عِ ع‬ ‫عو هَُِ هعاَ ا‬

“Islam dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan
puasa Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits tersebut membawa pesan bahwa Nabi Muhammad menyebut Islam
dibangun atas lima pondasi yaitu, tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusannya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji dan berpuasa pada bulan Ramadhan.
Semua yang telah disebutkan di atas merupakan rukun Islam. Jadi, siapa saja harus
melaksanakannya. Hadist ini shahih karena diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 5, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm. 706.
8
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT Mitra Kerjaya, 2004), hlm. 862.

9
Selanjutnya, dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi SAW mengutus Muadz r.a. ke Yaman,
kemudian beliau bersabda:

‫ ِعْ ع يَّع َّ ََْ ُ ع اْ ا‬،َّ


‫لع‬ ‫ََْ ّعِع ع‬َ ‫َا‬ ‫ ِعِ ه يْ َُ يْ ُ ع ع‬،‫َْ َُ له‬ َ َ‫لَ عوُ ع هَّْ ع‬
‫َ عَاِع هَ ُ ع يْ عَ هِّعِع هِ اَ ا‬
‫َ ََ يْ هِّعى ع‬
َ ِ‫ُ ي‬
‫ََْ هِّع هّ عَ ِعْ ع يَ هّ يّ ََ يْ ُ ع اْ ا‬
‫لع‬ ‫ ِعِ ه يْ َُ يْ ُ ع ع‬،ٌ‫ِّْع يّْع‬
َ ‫َا‬ ‫ٍ هَِ َُ هِّ َع يْ ع‬ ‫َّع عَْ ت‬
‫ٍ ع‬ ‫َ عَّع يْ هَ يْ خ يعّ ع‬ ‫ِعْعاّعى َ يُِ ععُ ع‬
ِ‫ عوِ َ عُِي عَّعى َُِع عَُِه هَ يْ َُِاَع ةٌ عَّع يْ ه‬،ْ‫عِْ ُ ع يَٰهْعاِه هَ ي‬
‫َِعَعٌف َِْي خ ي‬ ‫َ يُِ ععُ ع‬
‫َ عَّع يْ هَ يْ ع‬

"Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dn bahwa aku
adalah utusan Allah. Apabila mereka mau menuruti ajakanmu itu, maka beritahukanlah
kepada mereka bahwa Allah SWT mewajibkan mereka sholat lima kali sehari semalam.
Apabila mereka telah menaatinya, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan mereka zakat yang dipungut dari orang-orang kaya di antara mereka, dan
diberikan kepada orang-orang yang miskin di antara mereka." (HR Bukhari dan Muslim).

Makna yang dapat diambil dari hadis Nabi di atas adalah perintah agar mengeluarkan
zakat (shadaqah) yang dikenakan pada kekayaan orang-orang kaya”. Yang dimaksud dengan
shodaqoh disana adalah zakat. Terkait dengan istilah shodaqoh sebagai zakat adalah
pendapat Qadhi Abu Bakar bin Arabi yang sangat berharga tentang mengapa zakat
dinamakan shadaqah. Kata shadaqah berasal dari kata shidq, benar dalam hubungan dengan
sejalannya perbuatan dan ucapan dan keyakinan. Oleh karenanya wajar jika Allah menyebut
istilah zakat dengan shodaqoh karena adanya kebenaran antara ucapan dengan amal
perbuatan.9

3. Hukum Positif

Dasar hukum zakat pun diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, diantaranya:

9
M. Nuruddin, “Transformasi Hadis-hadis Zakat dalam Mewujudkan Ketangguhan Ekonomi Pada Era Modern”,
Jurnal Zakat dan Wakaf, Vol. 1 No.2 (Desember, 2014), hlm 297

10
1) Pasal 2 yang berbunyi “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam”

2) Pasal 3 menejelaskan tentang tujuan pengelolaan zakat

3) Pasal 7 menjelaskan pembentukan Badan Amil Zakat Nasional dinyatakan mempunyai


tugas pokok yaitu mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, merupakan bentuk perundang undangan tertinggi


yang mengatur ketentuan pengelolaan zakat di Indonesia, yang sebelumnya diatur oleh
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Kehadiran Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 Tentang pengelolaan zakat ini sangat berperan dalam pengembangan
organisasi pengelola zakat atau lembaga zakat di Indonesia, karena Undang-Undang ini
memberikan kepastian hukum bagi operasional organisasi pengelola zakat (OPZ), serta
meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat melalui lembaga zakat atau
organisasi pengelola zakat (OPZ).10

10
Rimba Kurnia Sari, Skripsi: Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif tentang Zakat Investasi Sukuk, (Lampung:
UIN Raden Intan, 2020) hlm 19

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari materi diatas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Zakat mempunyai enam prinsip, yaitu prinsip keyakinan keagamaan, prinsip pemerataan
dan keadilan, prinsip produktivitas dan kematangan, prinsip nalar, prinsip kebebasan dan
prinsip etik dan kewajaran

2. Tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 adalah:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat;

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan


penanggulangan kemiskinan.

3. Hikmah pengelolaan zakat antara lain: menghindari kesenjangan sosial antara aghniyah dan
dhu’afa,pilar amal jama’i antara aghniya dengan para mujahid da’i yang berjuang dan
berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT, membersihkan dan mengikis
akhlak yang buruk, dan lain-lain

4. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam masalah kewajiban zakat. Syarat tersebut
berkaitan dengan dua hal, yaitu yang berkaitan dengan muzakki (harus islam dan merdeka)
dan berkaitan dengan harta

5. Landasan dalam Al-Qur’an yang mengatur tentang zakat diantaranya surah Al-Bayyinah
ayat 5, Al-Baqarah ayat 43, dan surah At-Taubah ayat 103, dalam hadist yang diriwayatkan
Bukhari-Muslim dijelaskan bahwa zakat termasuk dalam rukun Islam, sedangkan dalam
hukum positif diatur dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sudirman, A. 2017. Zakat Ketentuan dan Pengelolaanya. Bogor: CV. Anugrah Berkah
Santosa

Hafidhuddin, Didin. 2001. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah

Melis, dkk. 2020. “Lembaga Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah; Manajemen dan
Strategi Pengelolaannya”, Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i, Volume 7 Nomor 12

Muhammad. 2002. Zakat Profesi Wancana pemikiran dama fiqh kontemporer. Jakarta: Salemba
Diniyah
Nuruddin, M. 2014. “Transformasi Hadis-hadis Zakat dalam Mewujudkan Ketangguhan

Ekonomi Pada Era Modern”, Jurnal Zakat dan Wakaf, Vol. 1 No.2

Qardawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat. Jakarta: PT Mitra Kerjaya

Sari, Kurnia, R. 2020. Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif tentang Zakat Investasi Sukuk.
Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Raden Intan: Lampung.
Shihab, Quraish. 2002 Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 1,

Jakarta: Lentera Hati

Sudarto. 2018. Ilmu Fikih: Refleksi Tentang Ibadah, Muamalah, Munakahat dan Mawaris.
Yogyakarta : Deepublish

13

Anda mungkin juga menyukai