Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Zakat

Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima'iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan
menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun
Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadits Nabi sehingga keberadaan
nya dianggap sebagai ma'luum minad-diin bidh-dharuurah atau diketahui secara otomatis
adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang. Di dalam Al-Qur'an terdapat
dua puluh tujuh ayat yang menyejajarkan kewajiban shalat dengankewajiban zakat dalam
berbagai bentuk kata. Dalam Al-Quran terdapat pula berbagai ayat yang memuji orang-orang
yang secara sungguh-sungguh menunaikannya, dan sebaliknya memberikan ancaman bagi
orang yang sengaja meninggalkan. Karena itu, khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq bertekad
memerangi orang-orang yang shalat, tetapi tidak mau mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini
menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhalkaan dan jika hal ini
dibiarkan, maka akan memunculkan berbagai kedurhakaan dan kemaksiatan lain.

B. Perbedaan Zakat dan Sedekah

Dalam Al-Qur'an dan hadits nabawi, sering kali istilah zakat disebut dengan sedekah saja.
Penyebutan ini tidak salah, karena zakat pada dasarnya juga bagian dari sedekah. Tentu dalam
detail hukum, kita harus lebih teliti untuk membedakan mana yang sesungguhnya sedekah
dengan makna zakat dan mana yang sedekah di luar zakat.

Sebenarnya sedekah yang wajib bukan hanya zakat, masih ada beberapa sedekah lain yang
hukumnya wajib, misalnya sedekah yang menjadi nazar dan berbagai denda kafarah yang wajib
dibayarkan adalah contoh dari sedekah yang hukumnya wajib.

zakat adalah ibadah yang hukumnya wajib, bila dikerjakan berpahala dan bila ditinggalkan
berdosa bahkan bisa sampai kepada kekafiran. Sedangkan istilah sedekah secara umum, ada
sedekah yang hukumnya sunah dan ada yang wajib. Sebagai ilustrasi, wakaf di jalan Allah.
Wakaf termasuk sedekah juga, tapi kita tidak memvonis kafir orang yang tidak mewakafkan
hartanya. Begitu juga dengan senyum kepada sesama saudara Muslim merupakan bagian dari
sedekah. Itu perbedaan paling mendasar antara keduanya, meski sama-sama dija lan Allah dan
pasti berpahala.

Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang bila ditinggalkan termasuk dosa besar. Bahkan
kalau diingkari kewajibannya, bisa berakibat runtuhnya status keislaman seseorang.

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahuanhu sebagai kepala negara secara res mi mengeluarkan
vonis kafir buat para pengingkar zakat dan memaklumatkan perang kepada mereka. Sedangkan
sedekah yang hukumnya sunah, tentu tidak ada paksaan untuk dijalankan, dan tidak ada sanksi
baik di dunia maupun di akhirat jika tidak dilaksanakan.

Menurut Labib dan Moh. Ridhoi di dalam bukunya "Kuliah Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan
Hikmahnya". Ada beberapa tujuan dan dampak zakat bagi si penerima adalah:

1.Zakat menyucikan jiwa dari sifat kikir. Zakat yang dikeluarkan si Muslim semata karena
menurut perintah Allah dan mencari ridhaNya, akan menyucikannya dari segala kotoran dosa
secara umum dan kotornya sifat kikir.

2. Zakat mendidik berinfak dan memberi. Sebagaimana halnya zakat menyucikan jiwa si Muslim
dari sifat kikir, ia pun mendidik agar si Muslim mempunyai rasa ingin memberi, menyerahkan
dan berinfak.

3. Berakhlak dengan akhlak Allah. Manusia apabila sudah suci dari kikir dan batil, dan sudah
siap untuk memberi dan berinfak, akan naiklah ia dari kekotoran sifat kikirnya. Dan ia hampir
mendekati kesempurnaan sifat Tuhan, karena salah satu sifat-Nya adalah memberi kebaikan,
rahmat, kasih sayang dan kebajikan, tanpa ada kemanfaatan yang kembali kepada Nya.
Berusaha untuk sifat-sifat ini, sesuai dengan kemampuan manusia, adalah berakhlak dengan
akhlak Allah, dan itulah ujung dari kesempurnaan nilai kemanusiaan.

4. Zakat merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah. Zakat akan membangkitkan bagi
orang yang mengeluarkannya makna syukur kepada Allah, pengakuan akan keutamaan dan
kebaikan-Nya, karena sesungguhnya Allah, sebagaimana di kemukakan oleh al-Ghazali,
senantiasa memberikan nikmat kepada hamba-Nya, baik yang berhubungan dengan diri
maupun hartanya.

5. Zakat mengobati hati dari cinta dunia. Zakat dari segi lain, merupakan suatu peringatan
terhadap hati akan kewajiban kepada Tuhannya dan kepada akhirat serta merupakan obat, agar
hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan kepada dunia secara berlebih-lebihan.
Karena sesungguhnya tenggelam kepada kecintaan dunia, sebagaimana dikemuka kan oleh ar-
Razi, dapat memalingkan jiwa dari kecintaan ke pada Allah dan ketakutan kepada akhirat.

6. Zakat mengembangkan kekayaan batin. Sesungguhnya orang yang melakukan kebaikan dan
makruf serta menyerahkan yang timbul dari dirinya dan tangannya untuk membangkit kan
saudara seagama dan sesama manusia dan menegakkan hak Allah pada orang itu, maka orang
itu akan merasa besar, tegak dan luas jiwanya. Juga orang itu telah berusaha meng hilangkan
kelemahan jiwanya, menghilangkan egoismenya serta menghilangkan bujukan setan dan hawa
nafsunya.
7. Zakat menarik rasa simpati/cinta. Zakat, mengikat antara orang kaya dengan masyarakatnya,
dengan ikatan yang kuat, penuh kecintaan, persaudaraan dan tolong-menolong.

8. Zakat menyucikan harta. Zakat sebagaimana membersihkan dan menyucikan jiwa juga ia
menyucikan dan mengembangkan harta orang kaya. Karena berhubungannya hak orang lain
dengan sesuatu harta, akan menyebabkan harta tersebut bercampur/kotor, yang tidak bisa suci
kecuali dengan mengeluarkannya.

9. Zakat tidak menyucikan harta yang haram. Harta yang kotor, yang sampai ke tangan
pemiliknya melalui perampasan, pen copetan, sogokan atau dengan meninggikan harga atau
me lalui riba atau melalui perjudian atau melalui bentuk-bentuk lain, maka sesungguhnya zakat
itu tidak memberikan dampak apa-apa, tidak menyucikan dan tidak memberkahkannya.

10. Zakat mengembangkan harta. Bagi orang yang mengerti, akan memahami bahwa di balik
pengurangan yang bersifat zahir ini, hakikatnya akan bertambah dan berkembang, akan
menambah harta secara keseluruhan atau menambah harta orang kaya itu sendiri.
Sesungguhnya harta yang sedikit yang diberikan itu akan kembali kepadanya secara berlipat
ganda, apakah ia tahu atau tidak tahu.

Dari mana harta yang harus diambil untuk dizakatkan? Al Qur'an menyebutkan setiap harta
yang kita miliki. Dalam ayat lain dikatakan, diambil dari usaha yang baik dan halal. Sementara
ulama berdasarkan dari dalil menyebutkan apa-apa yang dikeluar kan untuk zakat dan infak
berasal dari hasil usaha yang terkait, baik yang berupa mata uang, barang dagangan, hewan
ternak maupun yang berbentuk tanaman, buah-buahan dan biji-bijian, Ringkasnya,
sebagaimana menurut Sulaiman Abdullah al-Asgar, bahwa zakat dan infak itu harus dari harta
yang baik, terpilih dan halal.

Dari berbagai pendapat ulama dapat disimpulkan bahwa segala harta yang secara konkret
belum terdapat contohnya di zaman Nabi, tetapi dengan perkembangan zaman dan
perekonomian modern sangat berharga dan bernilai maka termasuk kategori harta yang
apabila memenuhi syarat kewajiban zakat harus dikeluarkan zakatnya.

Di antara harta yang wajib di zakati adalah sebagai berikut.

1. Kekayaan moneter, industri, perhiasan simpanan, piutang yang diharapkan akan dibayar, dan
harta yang diperoleh (mal mustafud).

2. Barang-barang dagangan, industri, dan yang serupa dengannya.

3. Hasil-hasil pertanian, buah-buahan, dan yang serupa dengannya.


4. Binatang-binatang ternak dan buah-buah yang serupa dengannya. 5. Binatang-binatang
ternak, unta, sapi, kambing, dan yang serupadengannya.

6. Hasil penyewa pokok-pokok yang tetap dan yang serupa dengannya.

7. Gaji dan penghasilan dari kerja lepas (freelance).

8. Harta karun (rikaz), barang tambang, dan kekayaan laut.

Syarat-Syarat bagi Orang yang Mengeluarkan Zakat

1. Mukmin dan muslim

Zakat ialah merupakan salah satu dari rukun Islam. Olch karena itu, hanya diwajibkan kepada
orang mukmin dan muslim, tidak ada wajib zakat atas harta orang non Islam.

2. Baliqh dan beraqal sehat

Anak-anak yang belum baligh dan orang-orang yang tidak waras akalnya tidak wajib zakar
baginya dan kewajiban zakat hartanya di bebankan kepada walinya atau orang yang mengurus
hartanya itu.

3. Memiliki harta yang mencapai nishab dengan milik sempurna

Artinya, harta yang akan dikeluarkan sudah mencakup jumlah dan waktu yang telah ditetapkan
berdasarkan syariah agama.

MACAM-MACAM ZAKAT

Secara garis besar, zakat dapat di bagi menjadi dua macam, yaitu zakat mal (zakat harta) dan
zakat nafs (zakat jiwa) yang dalam masyarakat dikenal dengan zakat fitrah. Zakat mal (harta)
adalah bagian dari harta kekayaan seseorang juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk
golongan orang orang terrtentu setelah di punyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah
minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap
muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari
raya idul fitri.

Sayyid Sabiq mendefinisikan zakat fitrah sebagai zakat yang wajib diiaksanakan, di sebabkan
oleh selesainya puasa ramadhan, hukumnya wajib atas setiap muslimin, baik kecil atau dewasa,
laki-laki atau wanita, merdeka atau budak belian. Oleh karena itu. zakat fitrah ini wajib bagi
setiap muslim yang mempunyai kelebihan makanan pada waktu sehari semalam idul fitri.

Zakat Mal terkait dengan jumlah dan ukuran harta seseorang, sedangkan zakkat fitrah tidak
terkait sama sekali dengan harta yang dimiliki atau pendapatan yang diterima seseorang. Hanya
saja yang menjadi ukkurannya adalah seseorang mempunyai kelebihan makanan dari keperluan
untuk sehari semalam pada hari raya idul fitri tersebut.

Fungsi Zakat dalam Kehidupan Masyarakat

a. Tanggung jawab sosial (dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan fisik
minimum, penyediaan lapangan kerja dan juga asuransi sosial (dalam hal adanya bencana alam
dan lain-lain).

b. Perekonomian, yaitu dengan mengalihkan harta yang tersimpan dan tidak produktif menjadi
beredar dan produktif di kalangan masyarakat.

c. Tegaknya jiwa ummat, yaitu melalui tiga prinsip:

1) Menyempurnakan kemerdekaan setiap individu (fi riqob)

2) Membangkitkan semangat beramal sholih yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Misalnya
berhutang demi kemaslahatan masyarakat ditutupi oleh zakat.

3) Memelihara dan mempertahankan akidah (fi sabilillah).


puasa menurut syariat adalah menahan diri dengan niat ibadah dari makanan, minuman,
hubungan suami-istri, semua hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya matahari hingga
terbenamnya. Puasa menurut syariat juga berarti menahan diri dari hal-hal yang menjauhkan
diri dari Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai