Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang berusaha menyamakan antara zakat dan pajak, sehingga
konsekuensinya ketika seseorang sudah membayar pajak, maka gugurlah pembayaran
zakatnya. Sementara, sebagian lain menolak bahwa zakat sama dengan pajak atau sebagai
alternatif dari kewajiban zakat. Zakat dan pajak adalah dua pungutan wajib yang memiliki
karakteristik berbeda, Zakat merupakan salah satu ibadah yang mengandung dimensi
vertikal sekaligus horisontal, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan
manusia dengan manusia.
Selain adanya persamaan antara zakat dan pajak, zakat juga memiliki potensi yang
besar dalam mengatasi kemiskinan, mengurangi pengangguran, memperkecil kesenjangan
antara yang miskin dan kaya, berperan dalam pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan
potensi pendapatan negara. Potensi tersebut cukup besar namun saat ini pengelolaannya
belum maksimal.
Pajak merupakan hal penting bagi setiap Negara karena merupakan pendapatan utama
bagi negara yang tentunya sangat berpengarug terhadap kas Negara disamping adanya
pendapatan dibidang yang lain. Selain berpengaruh pada pendapatan Negara, tentunya
pajak pun turut andil dalam mewujudkan pembangunan. Dalam kehidupan bernegara bagi
seorang Muslim, ketaatan mematuhi kewajiban membayar pajak yang sudah ditetapkan
pemerintah, sama halnya dengan kewajibkan untuk mengeluarkan zakat yang
diperintahkan agama, meskipun pada masa Rasulullah dan Khulafaurrosidin zakat
dikenakan kepada penduduk yang beragama Islam, sedang pajak dikenakan kepada
penduduk non muslim. Tidak ada penduduk yang terkena kewajiban rangkap berupa
zakat dan pajak.
Wakaf diyakini umat Islam sebagai kegiatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kegiatan wakaf sama dengan bersedekah. Wakaf sebaiknya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Hal itu yang menunjukkan keikhlasan dan terhindar dari sifat riya (ingin dipuji
oleh orang lain karena telah melakukan perbuatan baik).
.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum mengenai zakat, wakaf, dan pajak?
2. Bagaimana aspek historis dan filosofi mengenai zakat , wakaf dan pajak?
3. Bagaimana perspektif zakat, wakaf, dan pajak menurut Al-Quran?
4. Bagaimana perkembangan zakat, wakaf, dan pajak dewasa ini?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai zakat, wakaf, dan pajak.
2. Untuk mengetahui aspek historis dan filosofi mengenai zakat, wakaf, dan pajak.
3. Untuk mengetahui perspektif mengenai zakat, wakaf, dan pajak menurut Al-Quran.
4. Untuk mengetahui pekembangan zakat, wakaf dan pajak dewasa ini.

D. Manfaat
Makalah ini dapat dijadikan sebgai acuan dalam mempelajari pembelajaran Agama.
Selain itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita mengenai Zakat, wakaf, dan
Pajak. Serta sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Mengenai Zakat, Wakaf, dan Pajak


1. Zakat
Zakat menurut istilah adalah nama suatu ibadah wajib yang dilaksanakan
dengan mem-berikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik sendiri kepada
orang yang berhak menerima menurut ketentuan syariat Islam.
Orang yang berzakat disebut “muzakki", sedangkan orang yang berhak
mendapatkan zakat dianggap “mustahiq”. Zakat disebut suci, karena zakat dapat
mensucikan pemilik harta dari sifat tamak, syirik, kikir, dan bakhil. zakat
tumbuh, sebab zakat akan melipat gandakan pahala bagi muzakki dan membantu
kesulitan dari para mustahiq.
Menurut istilah fikih, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Dengan berzakat diharapkan hati
dan jiwa orang yang menunaikan kewajiban zakat itu menjadi bersih. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. At-Taubah ayat 103 yang berbunyi :

١٠٣ – ‫ص ٰلوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬

Artinya :“ Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan


menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui..” (Q.S. At-Taubah, 9 : 103)

Ada 5 macam golongan yang diwajib untuk membayar zakat :

1) Beragama Islam
2) Berakal Sehat dan Baligh
3) Orang yang Merdeka
4) Sudah Mencapai Nishab
5) Harta Milik Sendiri dan Diperoleh Secara Halal

3
Sedangkan orang yang berhak menerima zakat diantaranya adalah:

1) Fakir, yaitu orang yang mempunyai dan tidak pula berusaha.


2) Miskin, orang yang tidak cukup penghidupannya dan pendapatannya
sehingga selalu dalam keadaan kekurangan.
3) Amil, orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk
dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4) Muallaf, orang yang baru masuk islam yang masih lemah imannya.
5) Riqab, hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha untuk
menebus dirinya agar menjadi orang yang merdeka.
6) Gharim, orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.
7) Sabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan islam.
8) Ibnussabil, orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan
yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).

Adapun macam-macam zakat adalah sebagai berikut :

a. Zakat fitrah
Zakat Fitrah adalah zakat diri yang diwajibkan kepada muslim yang
berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Jumlah yang harus
dikeluarkan adalah sebanyak satu sha' (1.k 3,5 liter/2,5 Kg) perorang, yang
dilakukan pada tanggal 1 Syawal setelah sholat subuh sebelum sholat Idul
Fitri. Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai
penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1sha'=4mud,
1mud=675gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan
pokok (tepung,kurma,gandum,aqith) Berikut adalah syarat yang
menyebabkan individu wajib membayar zakat fitrah:
1) Muslim yang mempunyai kelebihan makanan atau hartanya dari
keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
2) Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan Ramadan
dan hidup selepas terbenam matahari.
3) Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadan
dan tetap dalam Islamnya.
4) Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadan.

4
Selain itu, terdapat beberapa ketentuan dalam pembayaran zakat yaitu :

a) Pembayaran zakat fitrah ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir


bulan Ramadhan.
b) Membolehkan mendahulukan pembayaran zakat fitrah di awal bulan
Ramadhan.
c) Wajib memberikan 2,5 kg beras atau dengan uang yang setara dengan
harga tersebut.
d) Di serahkan kea mil masjid atau fakir miskin.

b. Zakat Mal
Berbeda halnya dengan zakat fitrah, zakat Mal lebih cenderung ke
dalam zakat yang secara syariah sudah dimiliki penuh oleh
pemiliknya,pengertian zakat mal menurut para ahli fiqih adalah zakat yang
dikenakan atas harta yang dimiliki oleh seseorang dengan syarat dan
ketentuan yang telah ditetapkan secara syarak. Adapun syarat kekayaan yang
wajib di zakati adalah:
1) Milik penuh.
2) Berkembang.
3) Cukup nishab
4) Lebih dari kebutuhan pokok
5) Bebas dari hutang
6) Berlalu satu tahun

c. Zakat Profesi
Zakat Profesi merupakan zakat yang dikeluarkan oleh seorang
karyawan atau buruh yang penghasilan profesi bila telah mencapai nisab
(minimal lebih darin satu tahun). Zakat Profesi antara lain, pegawai negeri
atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.
Waktu Pengeluaran, Menurut As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan
haul (sudah cukup setahun) terhitung dari kekayaan itu didapat.Nisab zakat
pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat tanaman dan buah-
buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras.

5
Hal ini berarti bila harga beras adalah Rp 4.000/kg maka nisab zakat profesi
adalah 520 dikalikan 4000 menjadi sebesar Rp 2.080.000.Atau Syuhada.
Hadits yang menyatakan kadar zakat emas dan perak adalah:
“Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun, maka
zakatnya setengah dinar (2,5%)" (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

d. Zakat Pertanian atau segala macam hasil bumi


Sebagai umat Islam yang memiliki penghasilan dari hasil bumi wajib
Mengeluarkan zakatnya jika mencapai nishab, adapun nilai hisab dan haul
dalam islam untuk zakat pertanian yaitu 5 wasaq (650 Kg). sedangkan
ketentuan dari zakat pertanian adalah sebagai berikut:
Pertama, pengairan kebun atau sawah yang terjadi karena hujan atau mata
air maka kadar zakatnya adalah 10%.
Kedua, jika pengairannya dengan tenaga manusia atau binatang maka kadar
zakatnya yang harus dikeluarkan adalah 5%.

e. Zakat uang simpanan


Uang simpanan pada umumnya juga dikenakan zakat oleh baitul mal,
besar zakat uang yang disimpan ini umumnya boleh dizakati jika telah sampai
nisab. Adapun besarnya nisab atau haul adalah senilai sebesar 2,5% dari total
uang simpanan.

f. Zakat emas/perak
Muslim yang mempunyai perhiasan berupa emas atau perak wajib
mengeluarkan zakat bila perhiasannya sudah memasuki masa nisab dan haul.
Adapun nisab emas dalam islam adalah sebesar 85gr dan nisab perak 595 gr.
Sedangkan jumlah zakat perhiasan umumnya sebesar 2,5% dari total
perhiasan tersebut.

Berikut fungsi dalam melaksanakan zakat :


a. Untuk membersihkan dan mensucikan harta-harta yang didapat.
b. Dapat menimbulkan rasa kasih sayang dan setia kawan terhadap yang
miskin.

6
c. Dengan berzakat maka akan menciptakan kehidupan yang lebih baik dan
membuat kekayaan tidak terakumulasi pada kejelekan.
d. Memperkecil jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.
e. Sebagai bentuk pelaksanaan amal ibadah manusia sebagai makhluk
sosial.

Hikmah dalam berzakat sebagai berikut :


1) Mensyukuri nikmat Allah , meningkatsuburkan harta dan pahala serta
membersihkan diri dari kekotoran , kikir dan dosa
2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan kemelaratan dengan
segala akibatnya
3) Memerangi dan mengatasi kefakiran yang menjadi sumber bencana dan
kejahilan
4) Membina dan mengembangkan stabilitas kehidupan sosial , ekonomi,
pendidikan dan sebagainya
5) Mewujudkan rasa solidaritas dan belas kasihan
6) Merupakan manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong

2. Wakaf
Secara bahasa, wakaf berasal dari kata waqf yang berarti radiah
(terkembalikan), al-tahbis (tertahan), al-tasbil (tertawan), dan al-man’u
(mencegah). Secara istilah, menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib
berpendapat bahwa wakaf adalah penahanan harta yang memungkinkan untuk
dimanfaatkan disertai dengan kekalnya zat benda dengan memutuskan
(memotong) tasharruf (pertolongan) dalam penjagaannya atas mushrif
(pengelola) yang dibolehkan adanya.
Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf ialah
menahan harta yang dapat diambil manfaatnya yang tidak musnah seketika, dan
untuk penggunaan yang dibolehkan serta dimaksudkan untuk mendapat rida
Allah.

7
Idris Ahmad berpendapat, wakaf ialah menahan harta yang mungkin dapat
diambil manfaatnya, kekal zatnya, dan menyerahkannya ke tempat-tempat yang
telah ditentukan syara’ serta dilarang leluasa pada bendabenda yang
dimanfaatkannya itu.
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan oleh para ulama, kiranya dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah menahan sesuatu benda
yang kekal zatnya dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan
di jalan kebaikan.
Berikut syarat-syarat Wakaf.

a) Waqif (pihak yang mewakafkan hartanya)


1) Merdeka
2) Bebas dari segala hal, baik hamba sahaya dan sejenisnya.
3) Berakal sehat
4) Dewasa
5) Tidak berada dibawah pengampuan
b) Mauqufbih (barang atau harta yang diwakafkan)
1) Barang atau benda itu tidak rusak atau habis ketika di ambil manfaatnya.
2) Kepunyaan orang yang berwakaf. Benda yang bercampur haknya dengan
orang lain pun boleh diwakafkan seperti halnya boleh dihibahkan atau
disewakan.
3) Bukan barang haam dan najis.
c) Tujuan wakaf(al- mauquf'alaih).
wakaf merupakan amal ibadah yang dilakukan untuk mendekatkan diri
kepada Allah, maka wakaf harus diberikan dan bertujuan untuk kebaikan.
d) Ikrar wakaf(shighat).
Ikrar wakaf berarti waqif menyampaikan kehendaknya yaitu
menyerahkan sebagianhartanya kepada pengelola wakaf untuk kepentingan
umum. Sighat itu mempunyai syarat yaitu shighat itu tidak
digantungkan.Tidak diiringi syarat tertentu jelas dan terang. Tidak
menunjukanatas waktu tertentu atau terbatas.Tidak mengandung pengertian
untuk mencabut kembali terhadap wakaf yang telah diberikan.Karena
tindakan mewakafkan sesuatu dipandang sebagai hokum sepihak’ maka
pernyataan si wakif itu merupakan ijab.

8
Seperti yang telah kita ketahui, rukun wakaf ada 4, sebagai berikut:

1) Adanya orang yang berwakaf (waqif).


2) Tersedianya benda yang diwakafkan (mauquf).
3) Adanya orang yang menerima manfaat wakaf (mauquf ‘alaih).
4) Terucapnya lafadz atau ikrar wakaf (sighah)

Berikut adalah jenis-jenis wakaf.

a. Wakaf Ahli
Wakaf ahli atau biasa disebut dengan wakaf keluarga adalah wakaf
yang dilakukan kepada keluarganya dan kerabatnya. Wakaf ahli
dilakukan berdasarkan hubungan darah atau nasab yang dimiliki antara
wakif dan penerima wakaf. Di beberapa negara, amalan wakaf ahli ini
sudah dihapus seperti di Turki, Lebanon, Syria, Mesir, Irak dan Libya.
Wakaf ahli ini dihapus karena beberapa faktor seperti tekanan dari
penjajah, wakaf ahli dianggap melanggar hukum ahli waris, selain itu
wakaf ahli dianggap kurang memberi manfaat yang banyak untuk
masyarakat umum. Di Indonesia, wakaf ahli masih berlaku, begitu juga di
Singapura, Malaysia dan Kuwait. Hal ini dianggap karena bisa
mendorong orang-orang untuk berwakaf.
b. Wakaf Khairi
Wakaf khairi adalah wakaf yang diberikan untuk kepentingan umum.
Wakaf khairi adalah wakaf dimana pihak pewakaf memberikan syarat
penggunaan wakafnya untuk kebaikan-kebaikan yang terus menerus
seperti pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Wakaf
khairi adalah jenis wakaf untuk mereka yang tidak memiliki hubungan
seperti hubungan keluarga, pertemanan atau kekerabatan antara pewakaf
dan orang penerima wakaf.
c. Wakaf Musytarak
Wakaf musytarak adalah wakaf yang mana penggunaan harta wakaf
tersebut digunakan secara bersama-sama dan dimiliki oleh kegerunan si
pewakaf. Wakaf musytarak ini masih diterapkan oleh beberapa negara
seperti di Malaysia dan Singapura.

9
d. Wakaf benda tidak bergerak
Selain wakaf di atas, wakaf juga dibagi menjadi wakaf berdasarkan
jenis harta. Salah satunya adalah wakaf benda tidak bergerak. harta-harta
yang dimaksud adalah bangunan, hak tanah, tanaman dan benda-benda
yang berhubungan dengan tanah.
Berikut 5 hal yang termasuk hikmah wakaf:
1) Meningkatkan Kualitas Fasilitas Ibadah
2) Meningkatkan Pembangunan Negara
3) Meningkatkan Rasa Peduli Antar Sesama
4) Meningkatkan Kesejahteraan Umat
5) Memeroleh Pahala Jariyah
3. Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang sehingga
dapat dipaksakan dan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penolakan, penghindaran, atau
perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk pelanggaran hukum.
Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983, sebagaimana telah
disempurnakan dalam UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berikut fungsi dalam membayar pajak :

1) Sumber pendapatan negara terbesar di Indonesia . Terdapat dua fungsi


pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keungan negara) dan fungsi
regularend (pengatur).
2) Fungsi Budgetair (Sumber Keungan Negara) .
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan sumber
penerimaan pemerintah untuk membiyai pengeluaran rutin maupun
pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut
ditempuh dengan cara ekstentifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak

10
melalui penyempurnaan peraturan. berbagai jenis pajak seperti Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-
lain.
3) Fungsi Regularend(pengatur).
Fungsi Regularend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta
mencapai tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Penerapan pajak sebagai
fungsi pengatur adalah Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang
mewah untuk mengurangi gaya hidup yang konsumtif. Semakin mewah
suatu barang, maka tarif pajak yang dikenakan semakin tinggi, sehingga
harga barang tersebut semakin mahal.Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar
masyarakat tidak berlomba-lomba untukmengkonsumsi barang mewah
tersebut.
Macam-macam pajak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pajak Langsung: yaitu pajak yang harus ditanggung oleh Wajib


Pajak dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain Contoh: Pajak
Penghasilan
2) Pajak Tidak langsung: yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepda orang lain. Contoh:Pajak
Pertambahan Nilai.

b. Menurut sifat
Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pajak Subjektif: yaitu pajak berdasarkan pada subjeknya, dalam arti


memperhatikan keadaan Wajib Pajak.Contoh: Pajak Penghasilan
(PPh). Dalam PPh terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang
pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memerhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak (status perkawinan, banyaknya anak,
dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi Wajib Pajak Tersebut

11
selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak
kena pajak.
2) Pajak Objektif: yaitu pajak yang berpangkal ada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

c. Menurut Lembaga Pemungut


Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pajak Negara (Pajak Pusat): pajak yang dipungut oleh pemerintah


pusat dan digunakan intuk membiyai rumah tangga negara pada
umumnya. Contoh:PPh,PPN dan PPnBM,PBB,serta Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
2) Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
pajak provinsi maupun pajak kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiyai rumah tangga daerah masing-masing.

B. Aspek Historis dan Filosofi Mengenai Zakat, Wakaf, dan Pajak


1. Zakat

Zakat mal, atau zakat harta benda, telah difardukan Allah sejak permulaan
Islam, sebelum Nabi Muhammad Saw. berhijrah ke Kota Madinah, Kota Anshar yang
munauwarah. Pada mulanya, zakat difardukan tanpa ditentukan kadar dan jenis harta
yang dizakati. Syara’ hanya menyuruh mengeluarkan zakat. Banyak sedikitnya
terserah kepada kemauan dan keridhaan para orang-orang yang berzakat.

Pada tahun kedua Hijriah, bersamaan dengan tahun 623 Masehi, syara’
menentukan harta-harta yang dizakatkan serta kadarnya masing-masing. Hal
tersebut berdasarkan pada pernyataan sebagian ulama, “sesungguhnya zakat itu
difardukan sejak tahun kedua Hijriah”. Pada masa itu, orang yang menerima zakat
pun hanya dua golongan, yaitu fakir dan miskin, sebagaimana firman Allah Swt.
berikut:

12
Artinya:
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu”(QS. Al-Baqarah [2]: 271).
Pada tahun kesembilan Hijriah, Allah menurunkan QS. At-Taubah (9): 60, dan
membagi golongan yang boleh serta berhak menerima zakat menjadi 8 golongan,
yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, ghorimin, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Yang
berbunyi :

Artinya:
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya,
untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah (9): 60).
Riwayat Bukhari dan Ibnu Sa’ad menegaskan bahwa zakat boleh diberikan
kepada suatu shinf (golongan) dari yang delapan itu, yaitu golongan yang dipandang
lebih berhajat menurut kemaslahatannya, dan ayat 60 surah At-Taubah bukan
memastikan zakat dibagi delapan, atau sebanyak yang ada ketika membaginya,
hanya menerangkan bahwa yang berhak menerima zakat itu delapan bagian saja.
Orang yang tidak masuk dalam golongan yang delapan tidak berhak menerima
zakat.
Selain zakat mal, Nabi Muhammad Saw. mengumumkan beberapa kewajiban
Islam di hadapan para sahabat, salah satunya adalah kewajiban mengeluarkan zakat
nafs atau zakat fitrah. Nabi mengumumkannya dua hari sebelum hari raya Idulfitri,
yang juga baru dimulai pada tahun kedua Hijriah. Nabi Saw. berpidato di atas
mimbar di dalam masjid, menerangkan kewajiban dan kefarduan zakat fitrah

13
sebelum pergi ke tempat ibadah sholat hari raya, yakni sebelum ibadah sholat hari
raya.
Awalnya, Nabi Saw. hanya membagi zakat nafs kepada fakir miskin. Nabi
Muhammad Saw. sangat mementingkan fakir miskin sehingga ada ulama yang
mengatakan bahwa zakat nafs hanya diberikan kepada fakir miskin. Akan tetapi,
setelah Allah menurunkan QS. At-Taubah ayat 60 pada tahun kesembilan Hijriah,
orang yang berhak menerima zakat fitrah pun dibagi menjadi delapan golongan;
sama seperti zakat mal.

2. Wakaf
Wakaf dalam sejarah Islam, sudah berlaku dari masa Rasulullah SAW, dalam
dimensi perkembangan wakaf dalam praktiknya wakaf sudah mengacu kepada
kesejahteraan umat. Wakaf sebagai ibadah untuk kesejahteraan umat pertama kali
dilakukan oleh umar bin khatab seizin Rasulullah. Wakaf adalah ibadah untuk
kesejahteraan umat dengan izin rasulullah sudah di lakukan oleh umar bin khattab
untuk pertama kalinya. Karena beliau mempunyai sebidang kebun yang subur dan
produktif di Khaibar.
Demi kesejahteraan umat Islam pada saat itu umar bin khattab meminta
pendapat Rasulullah SAW, bagaimana mengelola kebun tersebut agar berguna untuk
kepentingan umat. Rasulullah SAW menganjurkan wakaf tersebut, yang dimana
pokoknya kebun tersebut tetap dan dikelola dan hasilnya di sedekahkan kepada
masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan wakaf ini diikuti pula oleh sahabat
Rasulullah yang lain seperti Ali bin Abi thalib dan usman bin affan yang
mewakafkan harta kekayaanya untuk dikelola oleh nazhir wakaf dan hasilnya untuk
kesejahteraan umat Islam.
Wakaf tidak hanya untuk kesejahteraan pengentasan kemiskinan pada saat itu
tapi wakaf pada saat itu menjadi sumber pendidikan, ekonomi dan pengembangan
ilmu pengetahuan. Harun al-rasyid pada saat itu mendirikan perpustakaan Bayt
alhikmah yang di danai oleh wakaf. Universitas al azar pun pada masanya
berkembang dengan didanai oleh kekayaan wakaf, seperti operasional dan gaji dosen,
serta beasiswa dari hasil pengelolaan wakaf.
Dari sejarahnya instrument wakaf dalam pengelolaannya harus sesuai tujuan
dan fungsi peruntukan wakaf itu sendiri baik bernilai ekonomi untuk

14
menyejahterakan umat Islam itu sendiri, tidak sebaliknya harta benda wakaf menjadi
pengelola wakaf itu sendiri dalam mengelolanya sehingga menjadi beban dalam
masyarakat. Dalam sejarah wakaf di indonesia, paradigma harta benda wakaf ini dari
masa kemasa dari era reformasi memahami harta benda wakaf hanya terbatas dalam
benda mati. Diantaranya seputar kuburan, masjid, madrasah, yang tidak produktif dan
tidak bernilai ekonomi sehingga menjadi tanggung jawab masyarakat . Ini dikuatkan
dengan aturan pada masa Hindia Belanda.
3. Pajak
Pajak sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Pada zaman Mesir Kuno sudah
ada istilah scribe, yaitu para penarik pajak. Pengenaan pajak langsung, sebagai cikal
bakal dari pajak penghasilan, baru muncul pada zaman Romawi Kuno, antara lain
dengan adanya pungutan yang bernama tributum, yang berlaku sampai tahun 167
sebelum Masehi, dan portoria, yaitu pemungutan pajak yang berhubungan dengan
biaya masuk barang.
Pada abad pertengahan, Inggris terkenal dengan perang yang berlangsung
selama 100 tahun dengan Prancis yang berakhir pada 1453 M. Pada saat itu, mulai
dikenal sistem pajak yang dikenakan atas penghasilan, pajak kekayaan, dan pajak
seorang pendeta, juga mulai muncul pajak atas kepemilikan tanah serta bangunan.
Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi di Eropa, pada 1799 Inggris mulai
memberlakukan istilah pajak penghasilan yang diatur dalam undang-undang sebagai
income tax. Di Amerika Serikat, pajak penghasilan pertama kali dikenalkan di New
Plymouth pada 1643. Dasar pengenaan pajak adalah “a person’s faculty, personal
faculties and abilitites”.
Pada 1646, pengenaan pajak di Massachusetts, Amerika Serikat, didasarkan
pada “returns and gain”. “Personal faculty and abilities” secara implisit adalah
pengenaan pajak penghasilan atas orang pribadi. Sedangkan “returns and gain”
berkonotasi pada pajak penghasilan badan. Tonggak-tonggak penting dalam sejarah
pajak di Amerika Serikat adalah Undang-Undang Pajak Federal tahun 1861 yang
beberapa kali mengalami tax reform terakhir pada 1986. Surat pemberitahuan pajak
penghasilan (tax return) yang dibuat pada 1860-an berdasarkan undang-undang pajak
federal telah dipergunakan sampai 1962.

Sejarah Pajak di Indonesia, Pada era prakolonial (sebelum masuknya


Belanda), pajak dikenal dengan Istilah upeti. Upeti dipungut oleh raja untuk

15
kepentingan pribadi dan operasional kerajaannya, misalnya untuk membangun istana
atau membiayai rumah tangga kerajaan. Jenis pajak yang diberlakukan pada era ini,
misaln Saat dijajah oleh Belanda, kita mengenal sistem perpajakan modern.

Salah satu jenis pajak yang berlaku pada saat itu, di antaranya pajak rumah
tinggal dan pajak usaha. Pemerintah kolonial Belanda juga membedakan besar tarif
pajak berdasarkan kewarganegaraan wajib pajak. Pada 1885, misalnya, pemerintah
memberlakukan kenaikan pajak tinggal untuk warga Asia menjadi 4%. Pada zaman
penjajahan Jepang, istilah Lnantante (sewa tanah) diganti menjadi pajak tanah.
Setelah Indonesia merdeka, namanya diganti menjadi pajak bumi, kemudian diganti
kembali menjadi pajak hasil bumi. Sebelum dilakukan reformasi perpajakan pada
1983, sebagian peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia masih merupakan
produk hukum masa penjajahan dan dilakukan penyesuaian seperlunya.

C. Perspektif Zakat, Wakaf, dan Pajak Menurut Al-Quran

1. Zakat
Secara istilah, zakat berasal dari bahasa Arab, ‫( زكاة‬zakah atau zakat), yang
mengandung arti harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya). Dari segi bahasa, zakat berarti bersih, suci, subur, berkat, dan
berkembang. Menurut syariat Islam, zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam.
Kata zakat memiliki arti “yang menyucikan dan yang menumpuk”, baik yang
berasal dari matahari, bulan, bintang, awan pembawa hujan, angin yang
menggerakkan awan, dan seluruh karunia dari Allah kepada seluruh umat manusia.
Apapun jenis harta atau bendanya, asalkan diperoleh secara halal dan baik serta
sampai nisab, wajib dikeluarkan zakatnya.
Zakat menguntungkan orang kaya maupun orang miskin. Mereka membayar
dan menerimanya. Seperti dinyatakan dalam QS. At-Taubah ayat 103.

Artinya:

16
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah (9):
103).
Beberapa ayat Al-Quran juga menjelaskan tentang perintah melaksanakan
zakat, di antaranya:

Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
salat, dan menunaikan zakat mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(QS. Al-Baqarah (2) 277).
Adapun harta yang dikeluarkan, menurut syara’, dinamakan zakat karena
harta itu akan bertambah dan memelihara dari kebinasaan. Allah Swt. Berfirman:

Artinya :
“...Dan tunaikanlah zakat...” (QS. Al-Baqarah (2): 43)
Makna-makna zakat secara etimologis bisa terkumpul dalam ayat berikut:

Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka” (QS. At-Taubah (9): 103).
2. Wakaf
Wakaf merupakan salah satu bentuk filantropi Islam yang telah mendapat
perhatian besar baik dalam Al-Qur’an maupun Hadis. Berbagai dalil terkait wakaf,
baik dari Al-Qur’an maupun Hadis telah banyak menunjukkan anjuran dan hikmah
berwakaf. Wakaf berasal dari kata al-waqfu yang berarti al-habsu ‘an at-tasharruf,

17
yaitu penahanan dari transaksi/perbuatan. Kata al-waqfu yang berasal dari kata
waqafa telah disebutkan di beberapa ayat Al-Qur’an. Sedikitnya terdapat dua ayat di
dalam Al-Qur’an yang menyebutkan kata waqf dengan bentuk turunannya. Kata waqf
dalam salah satu ayat disebutkan secara eksplisit sebagaimana tercantum di dalam
QS. Ash-Shaffat/37:24.

Artinya:

“Tahanlah mereka (di tempat perhentian). Sesungguhnya mereka akan ditanya


(tentang keyakinan dan perilaku mereka).”

Di dalam ayat tersebut, waqafa disebutkan dalam bentuk perintah untuk jamak
qifu, yang diterjemahkan dengan ‘tahanlah’ yang juga merupakan arti dari kata habasa
yahbisu dan bentuk perintahnya ihbis. Pengertian ini juga senada dengan penggunaan
kata waqafa di dalam ayat lainnya yaitu di dalam QS. Al-An’am/6:30.

Artinya:

Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada


Tuhannya (tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan). (QS.
Al-An’am/6:30).

Secara spesifik, istilah wakaf yang dikaitkan dengan menahan harta tidak
ditemukan di dalam Al-Qur’an. Namun terdapat beberapa ayat di dalam Al-Qur’an
yang merupakan rujukan disyariatkannya wakaf. Hal tersebut merujuk kepada
pendapat para ulama fiqih terkait ketetapan hukum wakaf di dalam syariat Islam.
Terdapat dalam Al-Qur’an yang menjadi dasar hukum wakaf:

Wakaf didasari oleh pernyataan Allah swt. di dalam QS. Al-Hajj/22:77.

Artinya:

18
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu, dan
lakukanlah kebaikan agar kamu beruntung.” (QS. Al-Hajj/22:77.)

3. Pajak
Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Dharibah,
yang berasal dari kata dasar ‫ربا‬€€€‫ ض‬yang artinya mewajibkan, menetapkan,
menentukan, memukul, menerangkan atau membebankan. Sedangkan secara
terminologi Dharibah adalah harta yang dipungut secara wajib oleh negara untuk
selain Al-Jizyah, dan Al-Kharaj sekalipun keduanya secara awam bisa dikategorikan
dharibah. Dalam kitab Al Ahkam al Sulthaniyah karya Imam Al Mawardi, Kharaj
diterjemahkan dengan pajak. Dalam kitab Shahih Abu Daud, seorang pemungut
jizyah diterjemahkan dengan seorang pemungut pajak, padahal yang dimaksud
adalah petugas jizyah. (Gusfahmi,Pajak menurut Syariah: Edisi Revisi,Jakarta:
Rajawali Pers,2011, hal. 28-29)
Dalam Al-Quran (bahasa Arab) hanya satu kali saja terdapat kata “pajak”
yaitu terdapat pada terjemahan QS Al-Taubah (9)29.

Artinya : Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan
Rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama
Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan Kitab, hingga mereka membayar
jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS Al-Taubah
(9)29)

D. PERKEMBANGAN ZAKAT, WAKAF, PAJAK PADA DEWASA INI

1. ZAKAT
Untuk meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek
yang menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang
berkualitas dan unggul karena menguasai iptek, akan berpengaruh terhadap struktur
industri di masa depan. Dan apabila sasaran tersebut bisa terpenuhi, akan semakin
kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada

19
gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat. Namun
salah satu senjata untuk memenangkan persaingan MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean) adalah generasi muda bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia harus fokus
untuk memoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus ditingkatkan,
menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang ahli (skilled labor), dan pemerintah
harus memberikan perhatian lebih pada generasi muda yang mempunyai potensi
besar namun kekurangan dalam segi ekonomi. Salah satu solusinya adalah menarik
semua sumber daya manusia yang bekerja diluar negeri dan berikan posisi strategis di
industri maupun pemerintahan Indonesia serta berikan bantuan ekonomi pada
generasi muda yang memiliki potensi, agar mampu dan terus kreatif.

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama


Islam, sehingga Umat Islam khususnya generasi muda muslim, haruslah ikut ambil
bagian dalam mempersiapkan diri menghadapi berlakunya MEA. Hal ini juga dapat
dijadikan sebagai momentum kebangkitan ekonomi Islam. sejarah telah mencatat
bahwa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin adalah para ekonom (saudagar) yang
sukses, baik di kehidupan dunia mapun kehidupan akhirat. Hal ini yang perlu
dijadikan sebagai pendorong semangat untuk mengikuti dan meneladi jejak beliau.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. serta penerusnya di zaman keemasan Islam.
Pengelolaan zakat yang terorganisir dan dilakukan secara sistematis
berdasarkan manajemen modern baru terjadi setelah adanya Undang-Undang Nomor
38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yang kemudian diamandemen dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam undang-
undang tersebut ditetapkan bahwa organisasi pengelolaan zakat terdiri dari Lembaga
Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah dari tingkat Pusat, Propinsi,
kabupaten/kota hingga kecamatan. Lembaga Amil Zakat adalah institusi yang murni
didirikan oleh masyarakat dalam bentuk yayasan atau organisasi swasta yang dikelola
secara profesional dan mandiri, namun harus dikukuhkan oleh pemerintah, sehingga
masyarakat bebas untuk menentukan lembaga amil zakat mana yang dipercaya untuk
mengelola zakatnya.

20
2. WAKAF
Pengembangan harta wakaf merupakan suatu keharusan bagi nadzir baik
perorangan ataupun lembaga, sehingga pokok harta wakaf tidak habis terpakai oleh
penyusutan aset wakaf karena unsur waktu ataupun habis oleh pengeluaran biaya
perawatan yang diambilkan dari pokok harta wakaf. Sehingga salah satu fungsi
wakaf sebagai instrumen keuangan syariah yang mampu memberikan
kesejahteraan, mampu direalisasikan. Hal tersebut, sejalan dengan pandangan
Saekhu (2014:39-40) bahwa wakaf harus dikembangkan menjadi lebih produktif,
sebagai instrumen untuk memajukan kesejahteraan ekonomi masyarakat, karena
wakaf memiliki muatan nilai sosial dan ibadah.
Potensi wakaf juga dimiliki oleh negara Indonesia. Pada tahun 2003 pusat
penelitian CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan penelitian terkait
potensi wakaf produktif di Indonesia. Hasilnya bahwa tanah wakaf yang
teridentifikasi seluas 154 ha oleh Kementrian Agama, yang dapat diperkirakan
mempunyai nilai uang sekitar 590 triliun rupiah (Fuadi, 2013).
Menurut Fuadi (2018:172) pengembangan (pengelolaan) wakaf berdampak
positif terhadap kemaslahatan (maslahah) masyarakatnya. Artinya, maslahah berarti
manfaat atau suatu pekerjaan yang mengandung manfaat (Hamzah, 2014: 28). Untuk
mengembangkan wakaf menjadi lebih produktif, Soemitra (2015: 436-437)
mengungkapkan bahwa pengelolaan wakaf yang ditujukan sebagai instrumen
mensejahterakan masyarakat muslim, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan bisnis dan manajemen. Tujuannya ialah, agar wakaf bukan hanya
dikelola sebagai sebuah aset sosial (social oriented) semata, akan tetapi dipandang
sebagai aset bisnis (bisnis oriented), yang manfaatnya akan disalurkan kepada umat
sebagai mauquf alaihi (penerima wakaf) dari manfaat aset wakaf tersebut. Berkaitan
dengan instrument kesejahteraan, Thaker dan Pitchay (2016:449)
mengungkapkan wakaf telah memainkan peran yang sangat signifikan melalui
variasinya dan berkontribusi luas terhadap kehidupan ekonomi dan sosial selama
periode awal Islam.
Pengelolaan wakaf sendiri telah mengalami perubahan paradigma untuk
menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin beragam dan modern, sehingga
pengelolaan wakaf yang berorientasi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan menciptakan kestabilan peredaran tidak hanya digunakan untuk pemanfaatan

21
harta wakaf yang bersifat konsumtif saja. Akan tetapi pengelolaan wakaf secara
produktif juga menjadi urgensi yang lebih dibutuhkan bagi kebutuhan masyarakat.
(Sukma & Lathifah, 2021).
Pengembangan wakaf produktif bisa dikembangkan dengan berbagai cara
yaitu salah satunya adalah crowdfunding platform berkolaborasi antara lembaga
keuangan dengan para pengelola wakaf yang akan berimplikasi pada akselerasi
sharing economy di Indonesia. Apalagi pada saat ini, banyak dari kalangan
masyarakat menengah ke bawah yang membutuhkan uluran tangan dari kalangan
donatur selaku pewakaf, sehingga keadaan demikian dapat mendorong adanya
percepatan sharing economy yang diimplementasikan dalam bentuk intrumen
wakaf produktif berbasis digital. Namun, peran digital dalam pengelolaan wakaf
belum banyak dilakukan, hal ini karena perkembangan digital kurang diperhatikan
adanya.
3. PAJAK
Masalah mengenai kepatuhan wajib pajak merupakan masalah yang dianggap
penting bagi seluruh negara, baik itu negara maju maupun negara yang masih
berkembang. Apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban untuk membayar pajak
maka dapat memunculkan keinginan melakukan tindakan untuk penghindaran, dan
pengelakan. Sehingga tindakan tersebut dapat mengakibatkan penerimaan pajak
menjadi berkurang, maka dari itu pemerintah melakukan berbagai macam upaya dan
strategi untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak sehingga
pendapatan pajak akan meningkat.
Pemerintah melakukan upaya yang bisa meningkatkan kepatuhan wajib pajak
yaitu dengan cara memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan membuat
sistem online untuk pelaporan dan pembayaran pajak. Kemajuan teknologi informasi
di Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan nasional karena, dengan adanya
teknologi bisa mempermudah dan mempercepat dalam pelaporan dan pembayaran
pajak sehingga bisa menambah penerimaan pajak yang nantinya akan disalurkan
untuk pembangunan nasional.
Pemerintah Indonesia membuat dan memberlakukan sistem administrasi
perpajakan modern salah satunya adalah e-registration yang merupakan wajib pajak
dalam mendaftarkan dirinya, e-SPT yang merupakan kepatuhan untuk menyetorkan
kembali surat pemberitahuan, e-billing yang merupakan kepatuhan dalam

22
perhitungan, pembayaran pajak terutang dan kepatuhan dalam membayar tunggakan,
dan lain sebagainya. Sistem administrasi perpajakan modern yang dikembangkan
oleh DJP memiliki keuntungan yaitu wajib pajak akan dipermudah dalam pelaporan
dan pembayaran, wajib pajak tidak membutuhkan waktu lama dalam hal pelaporan
pajaknya, serta bisa menghemat kertas.
Penghimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak
dari masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak pendapatan,
pajak penjualan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.Pajak yang dikenakan
kepada masyarakat tidak dibedakan terhadap bentuk usahanya sehingga dapat
menimbulkan ketidakstabilan. Pajak juga dibebankan oleh produsen kepada
konsumen dengan menaikkan harga barang/jasa.
Dapat diketahui bahwa selama masa Islam dini, penerimaan zakat dan sedekah
merupakan sumber pokok pendapatan. Di zaman modern penerimaan ini tidak dapat
memenuhi persyaratan anggaran yang berorientasikan pertumbuhan modern dalam
suatu negara Islam. Diperlukan untuk mengenakan pajak baru, terutama pada orang
yang lebih kaya demi kepentingan kemajuan dan keadilan sosial. As-Sunnah dengan
jelas menyatakan tentang hal ini: “selalu ada yang harus dibayar selain zakat.” Maka
Rasulullah Saw. berpesan dan memerintahkan pengeluaran untuk kebajikan
masyarakat. Sabdanya: “kekayaan harus diambil dari si kaya dan dikembalikan
kepada si miskin” (HR. Bukhari) (Mannan, 1997:238). Setiap warga negara harus
menyumbangkan keuangan negara sesuai dengan kemampuanya yaitu sesuai dengan
pendapatnya. Menurut prinsip ekonomi, biaya pungutan pajak tidak boleh melebihi
pendapatan dari pungutan pajak itu sendiri.Akan tetapi mengenai masalah zakat,
pungutan zakat tidak memerlukan sistem organisasi yang lengkap yang
membutuhkan biaya yang besar. Zakat merupakan bentuk ibadah seperti amalan
shalat setiap hari atau berpuasa sehingga kebanyakan orang berlomba-lomba mau
menunjukkan melaksanakan tanggung jawab ini secepat mungkin (Rahman,
1996:335).
Dalam ajaran Islam, kewajiban utama kaum muslim atas harta adalah zakat.
Ulama berbeda pendapat terkait apakah ada kewajiban kaum muslim atas harta selain
zakat. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat adalah satu-satunya kewajiban
kaum muslim atas harta. Barang siapa telah menunaikan zakat, maka bersihlah
hartanya dan bebaslah kewajibannya. Di sisi lain ada pendapat ulama bahwa dalam
harta kekayaan ada kewajiban lain selain zakat. Jalan tengah dari dua perbedaan

23
pendapat ini adalah bahwa kewajiban atas harta yang wajib adalah zakat, namun jika
datang kondisi yang menghendaki adanya keperluan tambahan (darurah), maka akan
ada kewajiban tambahan lain berupa pajak (dharibah). Pendapat ini misalnya
dikemukakan oleh Qadhi Abu Bakar Ibn al-Aarabi, Imam Malik, Imam Qurtubi,
Imam Syatibi, Mahmud Syaltut, dan lain-lain. Diperbolehkannya memungut pajak
menurut para ulama tersebut di atas, alasan utamanya adalah untuk kemaslahatan
umat, karena dana pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai berbagai
“pengeluaran”, yang jika pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan timbul
kemadaratan. Sedangkan mencegah kemudaratan adalah juga suatu kewajiban.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat dan pajak adalah dua pungutan wajib yang memiliki karakteristik berbeda,
Zakat merupakan salah satu ibadah yang mengandung dimensi vertikal sekaligus
horisontal, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan
manusia.
Selain adanya persamaan antara zakat dan pajak, zakat juga memiliki potensi yang
besar dalam mengatasi kemiskinan, mengurangi pengangguran, memperkecil kesenjangan
antara yang miskin dan kaya, berperan dalam pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan
potensi pendapatan negara. Potensi tersebut cukup besar namun saat ini pengelolaannya
belum maksimal.
Wakaf sendiri sebagai instrumen keuangan syariah yang mampu memberikan
kesejahteraan, mampu direalisasikan. Hal tersebut, sejalan dengan pandangan Saekhu
(2014:39-40) bahwa wakaf harus dikembangkan menjadi lebih produktif, sebagai
instrumen untuk memajukan kesejahteraan ekonomi masyarakat, karena wakaf memiliki
muatan nilai sosial dan ibadah.

24
B. Saran
Zakat, Wakaf, dan pajak merupakan kewajiban yang harus dibudayakan sebagai bentuk
kepedulian kepada negara dan agama agar tercipta kesejahteraan ekonomi yang baik terhadap
masyarakat. Dengan adanya penjelasan mengenai zakat, wakaf, dan pajak, diharapkan baik
pemerintah maupun instansi yang berkaitan dengan zakat, wakaf, dan pajak mampu
meningkatkan pendapatan dari sector zakat, wakaf, dan pajak sehingga program yang sedang
dijalankan oleh instansi perpajakan dapat tercapai dengan hasil yang baik dan maksimal.

Melalui penjelasan ini, alangkah lebih baik masyarakat bisa bersikap lebih dewasa untuk
menilai dan memaknai arti dari kewajiban yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun
agama, karena pada dasarnya baik zakat, wakaf, dan pajak juga memiliki tujuan untuk
kepentingan masyarakat umum. Bukan untuk membebani masyarakat.

Dan dalam pembuatan makalah ini kami banyak menyadari kesalahan dan masih jauh dari
kata sempurna, Oleh sebab itu kami mengharapkan dari semua pihak untuk memberikan
kritik serta saran yang bersifat membangun sebagai kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA
H. Aden Rosadi (2019). Zakat dan Wakaf Konsepsi, Regulasi, dan Implementasi.
Simbiosa rekartama media:Bandung.

Siti Fatimah (2021 ). Jurnal Wakaf Produktif dalam Hukum Islam. STAI Darussalam
Lampung Timur.

Ade Nur Rohim & Ahmad Hasan Ridwa (2022). Jurnal Wakaf dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Hadits: Esensi dan Signifikansi pada Tataran Ekonomi dan Sosial. Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Indonesia.

M Turmudi - Al-'Adl, (2015). Jurnal Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam (Analisa
Perbandingan Pemanfaatan Pajak Dan Zakat). Dosen Institut Agama Islam Negeri Kendari.

Ahmad Syafiq (2016).JURNAL PROSPEK ZAKAT DALAM PEREKONOMIAN


MODERN. IAIN KUDUS.

Nurul Faizah Rahmah (2021). Jurnal Manajemen Pengembangan Wakaf Era Digital
Dalam Mengoptimalkan Potensi Wakaf. Universitas ITB Ahmad Dahlan, Jakarta.

H. Nur Kholis (2013)..JURNAL PERPAJAKAN DI INDONESIA DALAM


PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM. Ketua Prodi Ekonomi Islam FIAI UII,
Yogyakarta.

Ali Tofan (2022). ANALISIS PERKEMBANGAN PAJAK TRANSAKSI


PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK (PMSE) DI INDONESIA. UPN
Veteran, Jawa Timur, Indonesia.

Prof.J.M.Hasbi Ash-Shiddieqy. 1967. Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan


Bintang.

https://wakalahmu.com

26

Anda mungkin juga menyukai