OLEH :
NIM : 2102012
KELAS : TPHP 1A
Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka yang berarti
“suci”, “baik”, “berkah”, “tumbuh”, dan “berkembang”. Menurut syara’ zakat merupakan
nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan
oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula. Pengertian zakat, baik dari segi bahasa maupun istilah tampak
berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan
menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang, sebagaimana dipaparkan
dalam QS. At-taubah: 103 dan arRum: 39. Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Zakat Maal Zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu
atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan secara hukum (syara).
2. Zakat fitrah atau zakat jiwa Yaitu setiap jiwa atau orang yang beragama Islam
harus memberikan harta yang berupa makanan pokok kepada orang yang berhak
menerimanya, dan dikeluarkan pada bulan Ramadhan sampai dengan sebelum
shalat Idul Fitri pada bulan Syawal. Tujuan utama disyariatkan nya zakat adalah
untuk membersihkan dan mensucikan, baik membersihkan dan mensucikan
harta kekayaan maupun pemiliknya sebagaimana telah dijelaskan dalam
QS. At-taubah: 103:
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.”
2. Dampak zakat
Adapun dampak zakat pada kehidupan pribadi yang mengeluarkan zakat
adalah:
a. Dapat mensucikan jiwa dari sifat kikir.
b. Mendidik berinfak dan suka memberi.
c. Manifestasi syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah.
d. Mengobati hati dan cinta dunia.
e. Mengembangkan kekayaan batin.
f. Menarik rasa simpati dan cinta pada sesama.
60. Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat,
yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
(HR Bukhari dan Muslim). Dalam Fathul Qarib, Muhammad bin Qasim al-Ghazi
mengatakan, ada tiga kondisi yang mengharuskan seseorang untuk membayar zakat fitrah.
Kedua, menjumpai waktu wajibnya zakat fitrah, yaitu akhir bulan Ramadhan dan awal
dari bulan Syawal.
Ketiga, memiliki makanan pokok di luar dari kebutuhannya adan keluarganya saat hari
raya.
Barangsiapa mengeluarkannya sebelum shalat Idul Fitri, maka itu adalah zakat yang
diterima. Bila ia mengeluarkannya setelah shalat Idul Fitri, maka itu menjadi sedekah
biasa," (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Hadis di atas juga menjelaskan bahwa waktu dikeluarkannya zakat fitrah adalah pada bulan
Ramadhan dengan batas maksimal sebelum shalat Idul Fitri.
Jika harta telah mencapai satu nisab dalam satu tahun, maka saat itulah zakat mal harus
dikeluarkan. Karena jenis harta benda banyak bentuknya, maka zakat mal pun memiliki
sejumlah kategori.
Muhammad bin Qasim al-Ghazi dalam Fathul Qarib mengatakan ada lima jenis harta yang
wajib dizakati. "Zakat wajib dikeluarkan pada lima jenis harta, yaitu binatang ternak,
barang berharga, hasil pertanian, buah-buahan, dan barang dagangan," kata Muhammad
bin Qasim. Sementara Syekh Nawawi dalam Nihayatuz Zain menyebut ada delapan jenis
harta yang wajib dizakati. "Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas,
perak, hasil pertanian (bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing," kata
SyekhNawawi.
1. Zakat penghasilan
Zakat penghasilan atau yang dikenal juga sebagai zakat zakat profesi adalah bagian
dari zakat maal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal dari pendapatan /
penghasilan rutin dari pekerjaan yang tidak melanggar syariah (Al Qur'an Surah Al
Baqarah ayat 267, Peraturan Menteri Agama No 52/2014 dan pendapat Shaikh Yusuf
Qardawi). Standar nishab yang digunakan adalah sebesar Rp5.240.000,- per bulan.Adapun
cara menghitung zakat penghasilan sebagai berikut:
Contoh:
Penghasilan diterima setiap bulan sebesar Rp6.000.000, maka sudah wajib zakat. Jadi zakat
yang dibayarkan adalah Rp6.000.000 x 2.5% = Rp150.000,-
Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya adalah zakat yang dikenakan atas emas,
perak dan logam lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. Zakat emas dan perak
ditunaikan jika seorang muzaki (orang yang menunaikan zakat) memiliki emas mencapai
nisab senilai 85 gram atau perak dengan mencapai nisab 595 gram. Tarif zakat yang harus
dibayarkan adalah sebesar 2,5% dari emas atau perak yang dimiliki. Berikut cara
menghitung zakat emas/ perak:
Contoh:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki emas yang tersimpan sebanyak 100 gram,
sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka
emas tersebut senilai Rp62.200.000,-. Zakat emas yang perlu Bapak A tunaikan sebesar
2,5% x Rp62.200.000,- = Rp1.555.000,-.
3. Zakat perusahaan
Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29
Rajab 1404 H), menganalogikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan. Hal ini
dikarenakan, jika dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahaan
Oleh karena itu, secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat perusahaan
dianggap sama dengan zakat perdagangan begitu pun dengan kadar nisabnya setara dengan
85 gram emas.
Pola perhitungan zakat perusahaan didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan
mengurangkan kewajiban atas asset lancar, atau seluruh harta (di luar sarana dan
prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu
dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakatnya. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa yang
wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja.
Cara menghitung zakat perusahaan: 2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)
Contoh:
Perusahaan A memiliki aset usaha senilai Rp2.000.000.000,- dengan hutang jangka pendek
senilai Rp500.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat
senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Perusahaan A sudah wajib zakat atas perusahaannya.
Zakat perusahaan yang perlu ditunaikan sebesar 2,5% x (Rp2.000.000.000,- -
Rp500.000.000,-) = Rp37.500.000,-.
4. Zakat perdagangan
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, sedangkan harta
niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan. Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari asset lancar usaha
dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang jatuh tempo hanya satu tahun). Jika
selisih dari asset lancar dan hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib dibayarkan
zakatnya.
Nisab zakat perdagangan senilai 85 gram emas dengan tarif zakat sebesar 2,5% dan sudah
mencapai satu tahun (haul). Berikut cara menghitung zakat perdagangan:
Contoh:
Bapak A memiliki aset usaha senilai Rp200.000.000,- dengan hutang jangka pendek senilai
Rp50.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai
Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat atas dagangnya. Zakat perdagangan
yang perlu Bapak A tunaikan sebesar
5. Zakat saham
Zakat saham dapat ditunaikan jika hasil keuntungan investasi sudah mencapai nisab. Nisab
zakat saham sama nilainya dengan nisab zakat maal yaitu senilai 85 gram emas dengan
tarif zakat 2,5% dan sudah mencapai satu tahun (haul).
Cara menghitung zakat zaham pun sama dengan cara menghitung zakat maal yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki total asset account senilai Rp100.000.000,-. Jika
harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai Rp52.870.000,-.
Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang perlu Bapak A tunaikan sebesar
2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.
Bapak A memiliki saham X sebanyak 100 lot dimana harga pasar/lembar sebesar Rp645,-
(1 lot sama dengan 100 lembar). Nilai zakat Bapak A dalam saham adalah Rp2.500.000 :
(Rp645,- x 100 lembar) = 38,75 lot / pembulatan menjadi 39 lot. Untuk itu, Bapak A harus
memindahkan 39 lot sahamnya sebagai zakat saham.
6. Zakat reksadana
Cara menghitung zakat reksadana pun sama dengan cara menghitung zakat maal yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut :
7. Zakat rikaz
Zakat barang temuan (rikaz) adalah zakat yang wajib dikeluarkan untuk barang yang
ditemukan terpendam di dalam tanah, atau yang biasa disebut dengan harta karun. Zakat
barang temuan tidak mensyaratkan baik haul (lama penyimpanan) maupun nisab (jumlah
minimal untuk terkena kewajiban zakat), sementara kadar zakatnya adalah sebesar
seperlima atau 20% dari jumlah harta yang ditemukan. Jadi setiap mendapatkan harta
temuan berapapun besarnya, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar seperlima dari besar total
harta tersebut.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: " .. dan pada rikaz (diwajibkan
zakatnya) satu perlima. — Hadith Sahih – Riwayat Bukhari
8. Zakat Fitrah
Caranya yaitu, Satu sha’ memiliki nilai yang sama dengan 2,5 kg beras, gandum, kurma,
sagu, dan sebagainya, atau 3,5 liter beras yang disesuaikan dengan konsumsi perorangan
sehari-hari.
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras di pasaran per liter. Contoh: Harga beras di
pasar rata-rata Rp10.000,- per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang sebesar
Rp35.000,-. Jika dihitung dari segi berat, maka Zakat Fitrah per orang = 2,5 kg x harga
beras di pasaran per kilogram.
Para ulama sebagaimana Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah
ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha' harga makanan yang jika di
konversikan sebesar Rp40.000,-