Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kemuhammadiyaan II

Nama : Nur Tenri Awaru Darsam (200303019)

Nurmalisa (200303019)

Prodi/Semester : Ekonomi Syariah/II

Membuat rangkuman tentang Faktor Internal dan Eksternal, tokoh KH. Ahmad Dahlan dan gerakan apa
yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan di Muhammadiyah.

Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:

 Rusak dan hinanya umat islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang politik, ekonomi,
kebudayaan serta keagamaannya.
 Tidak tegak nya hidup dan kehidupan agama islam dalam diri orang dan masyarakat.
 Tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan berbagai macam faham sehingga timbulnya
bid'ah, syirik.
 Kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam membela kepentingan islam.
 Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam pengembangan agama islam di
indonesia.

Faktor Eksternal

Beberapa Faktor Eksternal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:

 Adanya pengaruh gerakan reformasi dan purifikasi yang di pelopori oleh Jamaluddin Al Afghani
Muhammad Abduh, serta Muh. Abd. Wahab.
 Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha-usaha misi dan zending yang bermaksud
mengkristenkan umat islam Indonesia.
 Adanya penjajahan kolonialis, yang membelenggu umat Islam Indonesia dan penestrasi
kebudayaan barat, sehingga menimbulkan sikap acuh tak acuh bahkan mencemohkan Islam dari
kalangan pelajar Indonesia,dan akibat-akiabat negatif lainnya.

Gerakan yang Dilakukan Oleh K.H Ahmad Dahlan

Dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan tidaklah selalu mulus. Pertentangan dan penolakan hingga
ancaman pembunuhan dialami Dahlan dalam mengembangkan Muhammadiyah. Ketika surat
permohonan pembentukan badan hukum Muhammadiyah dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda,
Ahmad Dahlan hanya dapat melakukan aktivitasnya di Yogyakarta.

Tidak kehabisan akal, Ahmad Dahlan tetap melakukan dakwah di berbagai kota dan melakukan
pendekatan lewat jaringan-jaringan dagangnya. Muncul ketakutan pemerintah Hinda Belanda saat itu
terkait perkembangan Muhammadiyah. Lewat aktivitas dakwah dan jaringannya, berbagai macam
dukungan datang dari luar Yogyakarta untuk Muhammadiyah.

Pada suatu waktu, Muhammadiyah dianggap melakukan tafsir Alquran yang baru oleh organisasi Islam
lainnya pada kongres Al-Islam di Cirebon. Mengenai kritikan itu, Ahmad Dahlan menjawab:

"Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan terbekelakang. Banyak
penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Qur'an dan Hadis. Umat Islam harus
kembali kepada Qur'an dan Hadis. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak hanya melalui
kitab-kitab tafsir," kata Ahmad Dahlan saat itu.

Ahmad Dahlan tercatat memimpin Muhammadiyah pada tahun 1912–1923. Salah satu strateginya
dalam mengembangkan Muhammadiyah adalah mendidik pada pamongpraja (calon pejabat) yang
belajar di OSVIA Magelang dan Kweekschool Jetis Yogyakarta, tempat dirinya juga bekerja sebagai
seorang pengajar.

Setelahnya, Dahlan juga mendirikan sekolah keguruan yang bernama Madrasah Mu'allimin
(Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Putri Muhammadiyah). Atas
dedikasinya, Ahmad Dahlan menerima gelar pahlawan nasional. Salah satu pertimbangan pemerintah
adalah:

1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai
bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang
murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat
dan ummat, dengan dasar iman dan Islam.

3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang
amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan


wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Anda mungkin juga menyukai