Kelompok II:
IRWAN (200303002)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt. atas segala
nikmat dan karuniah yang telah di limpahkan kepada kita semua sehingga pada
saat ini kita semua masih dalam keadaan sehat wal afiat.
Salawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang
menjadi junjungan kita, suri tauladan kita dan merupakan pencetus ekonomi Islam
yang hingga saat ini senantiasa kita ikuti jejaknya.
Rasa syukur yang begitu besar tiada hentinya kami panjatkan kepada sang
pencipta, karena atas kesempatan dan kesehatan yang telah diberikan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah kami yang berjudul "AYAT DAN
HADIS TENTANG JUAL BELI". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ayat Dan Hadis Ekonomi, terkhusus untuk Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Syariah, Semester II.
Semoga makalah kami ini bisa memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya, terkhusus kepada mahasiswa IAIM Sinjai, semoga dapat
menjadikan makalah kami ini sebagai salah satu referensi untuk materi yang
berkaitan dengan Ayat Dan Hadis Ekonomi.
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya ialah makhluk sosial yang artinya tidak bisa lepas
dari kehidupan orang lain manusia tidak akan mampu hidup sendirian di muka
bumi ini apalagi dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari, manusia tidak
akan bisa menyelesaikan persoalan hidupnya sendirian. Bayangkan saja jika
salah seorang sakit siapa yang akan mengurusinya? Siapa yang akan
menyiapkan makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain? Apakah kita bisa
menyiapkan semuanya sendiri? Jawabannya tentu kita tidak akan bisa
bagaimanapun manusia tidak akan bisa terlepas dari peran ataupun bantuan
orang lain salah satu peran yang paling penting dalam kehidupan manusia
adalah ketika mereka mampu memenuhi kebutuhannya, akan tetapi yang
menjadi permasalahannya ialah apakah manusia mampu memberikan sesuatu
yang dibutuhkan oleh manusia lainnya secara terus-menerus sedangkan mereka
juga harus memenuhi kebutuhannya? Tentu hal ini merupakan sesuatu yang
sangat sulit untuk itu Maka timbullah suatu pemikiran dari manusia itu sendiri
terkait dengan bagaimana cara mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Adapun cara yang dilakukan manusia ialah dengan melakukan sistem
pertukaran atau yang dikenal dengan (barter). Pada zaman dahulu barter
merupakan cara yang dianggap terbaik untuk memenuhi kebutuhan manusia
dengan cara menukarkan kebutuhan yang dirasa sudah lebih dari cukup kepada
orang lain yang memerlukannya dan menerima barang yang dianggap setara
dan dibutuhkan dari apa yang diberikan sebelumnya. Allah SWT
mengisyaratkan jual beli sebagai suatu kemudahan untuk manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda-
beda. Adakalanya sesuatu yang kita butuhkan itu ada pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan itu seseorang tidak mungkin memberinya tanpa ada
imbalan, untuk itu diperlukan hubungan interaksi dengan sesama manusia,
salah satu sarananya adalah dengan jalan melakukan jual-beli.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
1. Bahasa
Jual beli atau perdagangan dalam bahasa Arab sering disebut dengan kata
ala-Bay'u, al-tijarah, atau al-mubadalah.(1) Yang mana terdiri dari dua kata
yaitu jual dan beli. Kata jual dalam Bahasa Arab dikenal dengam istilah al-
bay' yaitu bentuk mashdar dan ba'a-yabi'u-bay'an yang artinya menjual.
Adapun kata beli dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah al-syira' yaitu
mashdar dari kata syara yang artinya membeli.(2) Jual beli atau perdagangan
dalam istilah fiqh disebut al-ba'i yang menurut epistemologi berarti menjual
atau mengganti, kata al-ba'i dalam Arab terkadang digunakan untuk
pengertian lawannya, yaitu kata al-syira' (beli).
Dengan demikian kata al-ba'i berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti
beli. (3) Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual,
sedangkan kata beli adalah adanya perbuatan membeli. (4) Jual beli (al-bai' )
adalah pertukaran barang dengan barang (barter). Jual beli merupakan istilah
yang dapat digunakan untuk menyebut dari dua sisi transaksi yang terjadi
sekaligus, yaitu menjual dan membeli. (5)
2. Istilah
Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai
berikut;
a) Menukar barang dengan barang atau baramg dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan.
b) Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan
aturan syara.
c) Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab
dan kabul, dengan cara yang sesuai dengan syara.
e) Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau
memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang
dibolehkan.
f) Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka jadilah
penukaran hak milik secara tetap.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ualah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
di benarkan syara dan disepakati. (6)
Secara terminologi atau istilah adalah tukar menukar harta dengan harta
biasanya berupa barang dengan uang dilakukan secara suka sama suka
dengan akad tertentu dengan tujuan untuk memiliki barang tersebut. Objek
jual beli berupa barang yang diperjualbelikan dan uang pengganti barang
tersebut. Hal ini berbeda dengan sewa menyewa atau ijarah yang objeknya
berupa manfaat suatu barang atau jasa. Suka sama suka merupakan kunci
dari transaksi jual beli, karena tanpa adanya kesukarelaan dari masing-
masing pihak atau salah satu pihak, maka jual beli tidak sah. (7)
Jual beli adalah transaksi tukar menukar uang dengan barang berdasarkan
suka sama suka menurut cara saling memberikan barang atau uang tanpa
mengucapkan ijab dan kabul. Seperti yang berlaku pada pasar swalayan. (8)
Referensi: https://tafsirweb.com/1041-quran-surat-al-baqarah-ayat-
275.html
Referensi: https://tafsirweb.com/1048-quran-surat-al-baqarah-ayat-
282.html
Tuhan Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu.
Kandungan Ayat: Tidak ada dosa atas diri kalian untuk mencari rezeki dari
kalian dengan mengambil keuntungan dari perniagaan pada hari-hari haji.
Referensi: https://tafsirweb.com/721-quran-surat-al-baqarah-ayat-
198.html
Referensi: https://tafsirweb.com/1561-quran-surat-an-nisa-ayat-29.html
ْث ع َْن نَافِ ٍع ُ ح أَ ْخبَ َرنَا اللَّي ٍ ْث ح و َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ُر ْم ٌ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا لَي
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق
ُّال إِ َذا تَبَايَ َع ال َّر ُجاَل ِن فَ ُكل َ ِ ع َْن ا ْب ِن ُع َم َر ع َْن َرسُو ِل هَّللا
َ َو َكانَا َج ِميعًا أَوْ يُ َخيِّ ُر أَ َح ُدهُ َما اآْلcار َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا
خَر فَإِ ْن خَ ي ََّر ِ ََوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما بِ ْال ِخي
ْ بَ ْع َد أَ ْن تَبَايَ َعا َولَ ْم يَ ْترcب ْالبَ ْي ُع َوإِ ْن تَفَ َّرقَا
ُك ِ ِ َعلَى َذلcأَ َح ُدهُ َما اآْل خَ َر فَتَبَايَ َعا
َ ك فَقَ ْد َو َج
ب ْالبَ ْي ُع
َ َوا ِح ٌد ِم ْنهُ َما ْالبَ ْي َع فَقَ ْد َو َج
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/2822
َ َال ق
ال ِ َون َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ بْنُ ُعيَ ْينَةَ ع َْن َع ْم ٍرو ع َْن أَبِي ْال ِم ْنه ٍ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َحاتِ ِم ب ِْن َم ْي ُم
ت هَ َذا أَ ْم ٌر ُ فَقُ ْلcي فَأ َ ْخبَ َرنِي
َّ َك لِي َو ِرقًا بِن َِسيئَ ٍة إِلَى ْال َموْ ِس ِم أَوْ إِلَى ْال َح ِّج فَ َجا َء إِل ٌ بَا َع َش ِري
ُب فَ َسأ َ ْلتُهٍ َاز ِ ْت ْالبَ َرا َء ْبنَ ع ُ ي أَ َح ٌد فَأَتَي cِ اَل يَصْ لُ ُح قَا َل قَ ْد بِ ْعتُهُ فِي الس
َّ َُّوق فَلَ ْم يُ ْن ِكرْ َذلِكَ َعل
ال َما َكانَ يَدًا بِيَ ٍد فَاَل َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال َم ِدينَةَ َونَحْ نُ نَبِي ُع هَ َذا ْالبَ ْي َع فَق
َ ال قَ ِد َم النَّبِ ُّي
َ َفَق
ُارةً ِمنِّي فَأَتَ ْيتُهُ فَ َسأ َ ْلتُه
َ ت زَ ْي َد ْبنَ أَرْ قَ َم فَإِنَّهُ أَ ْعظَ ُم تِ َج
ِ س بِ ِه َو َما َكانَ ن َِسيئَةً فَهُ َو ِربًا َوا ْئ َ ْبَأ
َال ِم ْث َل َذلِك َ َفَق
م َواللَّ ْفظُ اِل ب ِْن أَبِي َش ْيبَةَ قَا َلcَ ق بْنُ إِ ْب َرا ِهي
cُ ْح ٍ َح َّدثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ أَبِي َش ْيبَةَ َوأَبُو ُك َر ْي
َ ب َوإِس
ب ْب ِنِ ير ع َْن َم ْعبَ ِد ب ِْن َك ْعٍ ِان َح َّدثَنَا أَبُو أُ َسا َمةَ ع َْن ْال َولِي ِد ب ِْن َكث
ِ ق أَ ْخبَ َرنَا َوقَا َل اآْل َخ َر
ُ ْح
َ إِس
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل إِيَّا ُك ْم cَ اريِّ أَنَّهُ َس ِم َع َرس
َ ِ ُول هَّللا ِ ص َ ك ع َْن أَبِي قَتَا َدةَ اأْل َ ْن ٍ َِمال
ق ُ ِّف فِي ْالبَي ِْع فَإِنَّهُ يُنَف
ُ ق ثُ َّم يَ ْم َح ِ َِو َك ْث َرةَ ْال َحل
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah(1) dan Abu
Kuraib(2) dan Ishaq bin Ibrahim(3), dan ini adalah lafadz Ibnu Abu
Syaibah. Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang
dua berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Usamah(4) dari Al
Walid bin Katsir(5) dari Ma'bad bin Ka'ab bin Malik(6) dari Abu Qatadah
Al Anshari(7), bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jauhilah oleh kalian banyak bersumpah dalam
berdagang, karena ia dapat melariskan (dagangan) dan menghilangkan
(keberkahan)."
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/3015
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/1856
ُور ع َْن أَبِي الضُّ َحى ع َْن cٍ ار َح َّدثَنَا ُغ ْن َد ٌر َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ ع َْن َم ْنص
ٍ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ بَ َّش
َ ت آ ِخ ُر ْالبَقَ َر ِة قَ َرأَه َُّن النَّبِ ُّي
ُ صلَّى هَّللا ْ َض َي هَّللا ُ َع ْنهَا قَال
ْ َت لَ َّما نَ َزل ِ ق ع َْن عَائِ َشةَ َر cٍ َم ْسرُو
ْج ِد ثُ َّم َح َّر َم التِّ َجا َرةَ فِي ْال َخ ْم ِر
ِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه ْم فِي ْال َمس
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/1942
1. Imam Hanafi
2. Imam Nawawi
3. Al-Syarbini
4. Sayyid Sabiq
Menurut Sayyid Sabiq, "jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas
dasar saling merelakan" atau "memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan"
Dalam definisi di atas terdapat kata "harta", "milik", "dengan ganti", dan
"dapat dibenarkan" (Al-ma'dzunfih). Yang dimaksud harta dalam definisi
diatas yaitu segala yang dimiliki dan bermanfaat maka dikecualikan yang
bukan milik dan tidak bermanfaat, yang dimaksud pemilik agar dapat
dibedakan dengan yang bukan milik, yang dimaksud dengan ganti agar dapat
dibedakan dengan hibah atau pemberian, sedangkan yang dimaksud dapat
dibenarkan (al-ma'dzunfi) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang
terlarang.
Dalam definisi ini ditetapkan kata milik dan pemilikan karena ada juga
tukar-menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa-
menyewa (al- ijarah)
6. Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual beli yang
bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli dalam arti umum
ialah suatu perikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan
kenikmatan. Perikatan adalah akad yang mengikat dua belah pihak. Tukar
menukar yaitu salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu
yang ditukarkan oleh pihak lain. Dan sesuatu yang bukan manfaat ialah
bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai
objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya.
Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan
kemanfaatan dan bukan pula kelazatan yang mempunyai daya tarik.
Penukarnya bukan mas dan bukan pula perak. Bendanya dapat direalisir dan
ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan hutang baik barang itu
ada di hadapan si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-
sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.
7. Jalaluddin al-Mahally
Jual beli secara bahasa adalah "Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu
dengan adanya ganti atau imbalan"
"Pertukaran harta dengan harta yang diterima dengan menggunakan ijab dan
kabul dengan cara yang di izinkan oleh syara'".
"Pada dasarnya jual beli merupakan pertukaran barang dengan barang yang
dilakukan dengan suka sama suka, sehingga menurut syara', jual beli adalah
tukar menukar barang atau harta secara suka sama suka.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk:
"Jual beli itu ada tiga macam: 1) jual beli benda yang kelihatan, 2) jual beli yang
disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan 3) jual beli benda yang tidak ada."
1. Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual beli
benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli.
Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti
membeli beras di pasar.
2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli
salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk jual
beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti meminjamkan
barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah
perjanjian yang penyerahan barang barangnya ditangguhkan hingga masa
tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.
3. Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya
seperti berikut ini:
a) Ketika melakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin
dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar,
ditimbang, maupun diukur
b) Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa memper tinggi
dan memperendah harga barang itu, umpamanya benda tersebut berupa
kapas, sebutkan jenis kapas saclarides nomor satu nomor dua, dan
seterusnya, kalau kain, sebutkan jenis kainnya. Pada intinya sebutkan
semua identitasnya yang dikenal oleh orang-orang yang ahli di bidang
ini yang menyangkut kualitas barang tersebut.
c) Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa
didapatkan di pasar.
d) Harga hendaknya dipegang di tempat akad berlangsung."
Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang
dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang
titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.
Sementara itu, merugikan dan menghan curkan harta benda seorang tidak
diperbolehkan, seperti yang dijelaskan oleh Muhammad Syarbini Khatib (t.t:6)
bahwa penjualan bawang merah dan wortel serta yang lainnya yang berada di
dalam tanah adalah batal sebab hal tersebut merupakan perbuatan ghoror,
Rasulullah Saw. bersabda:
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga bagian,
dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan.
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh
kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat karena isyarat
merupakan pembawaan alami dalam menampakkan kehendak. Hal yang
dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan
pembicaraan dan pernyataan.
Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat-
menyurat sama halnya dengan ijab kabul dengan ucapan, misalnya via Pos dan
Giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak berhadapan
dalam satu majelis akad, tetapi melalui Pos dan Giro, jual beli seperti ini
dibolehkan menurut syara. Dalam pemahaman sebagian ulama, bentuk ini
hampir sama dengan bentuk jual beli salam, hanya saja jual beli salam antara
penjual dan pembeli saling berhadapan dalam satu majelis akad, sedangkan
dalam jual beli via Pos dan Giro antara penjual dan pembeli tidak berada
dalam satu majelis akad.
Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah
mu'athah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan kabul,
seperti seseorang mengambil rokok yang sudah bertuliskan label harganya,
dibandrol oleh penjual dan kemu dian diberikan uang pembayarannya kepada
penjual Jual beli dengan cara demikian dilakukan tanpa sighat ijab kabul
antara penjual dan pembeli, menurut sebagian Syafi'iyah tentu hal ini dilarang
sebab ijab kabul sebagai rukun jual beli. Tetapi sebagian Syafi'iyah lainnya,
seperti Imam Nawawi membolehkan jual beli barang kebutuhan sehari-hari
dengan cara yang demikian, yakni tanpa ijab kabul terlebih dahulu.
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut.
1. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala,
bangkai, dan khamar, Rasulullah Saw bersabda:
"Dari Jahir r.a, Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi, dan berhala"
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
2. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan
dengan betina agar dapat memperoleh turunan. Jual beli ini haram
hukumnya karena Rasullullah Saw. bersabda:
"Dari Ibnu Umar r.a berkata: Rasulullah Saw. telah melarang menjual mani
binatang" (Riwayat Bukhari).
3. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual beli
seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak tampak, juga
Rasulullah Saw bersabda:
"Dari Ibnu Umar ra Rasulullah Saw telah melarang penjualan sesuatu yang
masih dalam kandungan induknya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)
4. Jual beli dengan mulaqallah. Bagalah berarti tanah, sawah, dan kebun,
maksud muhajallah di sini ialah menjual tanam-tanaman yang masih di
ladang atau di sawah. Hal ini dilarang agama sebab ada persangkaan riba
di dalamnya.
5. Jual beli dengan mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang belum
pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga
yang masih kecil-kecil, dan yang lainnya. Hal ini dilarang karena barang
tersebut masih samar, dalam artian mungkin saja buah tersebut jatuh
tertiup angin kencang atau yang lainnya sebelum diambil oleh si
pembelinya.
6. Jual beli dengan muammassah, yaitu jual beli secara sentuh me nyentuh,
misalkan seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu
malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah membeli
kain tersebut. Hal ini dilarang karena mengandung tipuan dan
kemungkinan akan menim bulkan kerugian bagi salah satu pihak.
7. Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar melempar,
seperti seseorang berkata, "Lemparkan kepadaku apa yang ada padamu,
nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku". Setelah terjadi
lempar-melempar, terjadilah jual beli. Hal ini dilarang karena mengandung
tipuan dan tidak ada ijab dan kabul.
Jumhur ulama yang memperbolehkan jual beli kredit berhujjah dengan ayat, hadis
dan kaidah fiqihiyah:
Keumuman ayat ini menunjukkan dihalalkannya jual beli, baik dilakukan dengan
dua harga cash dan kredit maupun jual beli hanya dengan harga cash.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu."
Menurut jumhur, di antara sistem pembayaran dalam jual beli adalah dengan
sistem kredit. Jual beli dengan kredit merupakan bagian dari cara untuk
mendapatkan keuntungan. Kredit merupakan bagian dari jual beli dan bukan
bagian dari riba.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya."
"Dari Aisyah ra. berkata Burairah menebus dirinya dari majikan dengan
membayar sembilan awaq setiap tahun, dan ini merupakan pembayaran secara
kredit".
Hal ini tidak diingkari oleh Nabi, bahkan beliau menyetujuinya. Tidak ada
perbedaan, apakah harga sama dengan harga kontan atau ditambah karena adanya
tempo pembayaran.
"Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-Ash Radliyallaahu 'anhuma bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruhnya untuk menyiapkan pasukan tentara, tetapi
unta-unta telah habis. Lalu beliau menyuruhnya agar mengutang dari unta zakat. Ia
berkata: Aku mengutang seekor unta akan dibayar dengan dua ekor unta zakat, "
6. Ulama yang memperbolehkan jual beli dengan sistem kredit juga berhujjah dengan
kaidah:
"Pada dasarnya hukum mu'amalah adalah halal, kecuali ada dalil yang melarangnya"
Tidak ada dalil yang melarang jual beli dengan sistem kredit, berdasarkan kaidah di atas,
maka berarti jual beli semacam ini halal. Hal ini dikembalikan ke hukum dasar
mu'amalah, yaitu halal. Transaksi semacam ini juga berbeda dengan riba nasi'ah, karena
jual beli kredit pertambahan harga sebagai ganti atas barang yang dijual dan tempo yang
diberikan. Sementara dalam riba nasi'ah pertambahan uang hanya sebagai ganti atas
penundaan pembayaran utang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA