Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Zakat

a. Definisi Zakat

Zakat secara bahasa adalah suci, tumbuh, terpuji dan

berkah. Sedangkan zakat secara istilah atau Syara’ yaitu suatu

ibadah yang wajib dilaksanakan dengan memberikan sejumlah

ukuran tertentu dari hak milik sendiri kepada orang lain yang

berhak mendapatkannya menurut ketentuan Islam.1

Ulama Hanafiyah ( Mazhab Hanafi ) mengartikan zakat

dengan menjadikan hak milik dari bagian harta tertentu dan harta

tertentu untuk golongan tertentu yang sudah ditetapkan oleh syari’

karena Allah. Ulama Syafi’iyah ( Mazhab Syafi’i ) mengartikan

zakat dengan nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dan harta atau

badan atas jalan tertentu. Dan ulama Hanabilah ( Mazhab

Hambali ) mengartikan zakat dengan hak yang wajib dalam harta

tertentu bagi golongan tertentu pada masa tertentu2.

Sesuai dengan pengertian di atas, zakat dalam Undang-undang no

38 tahun 1999 yaitu harta yang wajib disisikan oleh seorang


1
Elsi Kartika Sari. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, h. 10.
2
Gus Arifin, Keutamaan zakat, infak sedekah ( Jakarta, PT Elex Media Kompuindo, 2016)
muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang muslim sesuai

dengan ketentuan agama yang diberikan kepada golongan yang

berhak untuk menerimanya.

b. Hukum Zakat

Beberapa ayat suci Al-Qur’an yang menerangkan tentang

zakat, yakni firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah ayat 5,

yang berbunyi:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah

Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam

(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan

shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama

yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)

Kemudian disebutkan juga dalam firman Allah SWT dalam surat

At-Taubah ayat 103, yang berbunyi

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman


jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha

Mengetahui. (QS. At-Taubah: 103).

c. Golongan yang berhak menerima zakat.

Menurut Qardhawi3 golongan yang termasuk dalam

mustahik adalah sebagai berikut :

1) Fakir

Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta berharga atau

tidak memiliki kekayaan dan penghasilan apapun sehingga

membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya.

2) Miskin

Miskin adalah orang yang memiliki barang atau pekerjaan

tertentu tetapi tidak dapat mencukupi sebagaian dari

kebutuhannya.

3) Amil zakat

Amil zakat adalah orang-orang yang mengerjakan segala

macam urusan zakat, mulai dari pengumpulan dana zakat

sampai dengan pada pembagian dana zakat kepada

mustahiq zakat. Amil zakat juga merupakan yang

mengerjakan perhitungan, pembendaharaan, pencatatan

keluar masuknya zakat dan penjagaan dan pembagian harta

zakat.
3
Sri Astika, Salim Basalamah, and Amiruddin Amiruddin, “Optimalisasi Zakat Terhadap
Pengentasan Kemiskinan (Studi Pada Baznas Kota Makassar),” Ar-Ribh : Jurnal Ekonomi Islam 4,
no. 1 (2021): 38–61.
4) Muallaf

Muallaf adalah golongan keempat yang berhak

menerima zakat. Muallaf yang dimaksud adalah orang-

orang yang masuk agama islam yang mana diharapkan hati

dan keyakinannya dapat bertambah terhadap agama Islam.

5) Riqab

Riqab adalah kaum budak yang tidak memiliki

kebebasan hidup dan dibawah kendali orang lain. Riqab

dalam artian budak sudah tidak relevan lagi di zaman

sekarang ini, menginggat adanya penghapusan perbudakan

dalam hukum postif nasional maupun internasional.

6) Gharim

Golongan keenam yang berhak menerima zakat yaitu

Gharimun (orang yang berutang). Gharimun adalah bentuk

jamak dari gharim artinya orang yang memiliki utang.

7) Fiisabilillah

Fiisabilillah adalah orang-orang yang berada di jalan Allah

secara umum, baik yang sedang berperang, yang bekerja

disekolah-sekolah ataupun rumah sakit atau pengurus-

pengurus masjid dan semua bentuk kemaslahatan umum

ialah sabilillah.

8) Ibnu Sabil
Jumhur ulama mengkiaskan ibnu sabil dengan

musafir, yaitu orang yang berpergian dari satu daerah ke

daerah lainnya. Menurut imam syafi’i ibnu sabil adalah

orang yang dalam perjalanannya kehabisan makanan dan

minuman atau orang yang bermaksud melakukan perjalanan

namun tidak mempunyai bekal, keduanya berhak

mendapatkan zakat untuk memenuhi kebutuhannya, karena

melakukan perjalanan bukan untuk melakukan

kemaksiatan.

d. Syarat wajib zakat

Persoalan yang sangat terkait dengan kewajiban zakat adalah

kepada siapa diwajibkan berzakat. Golongan yang wajib berzakat

di sebut muzzaki. Telah disepakati oleh umat islam bahwa zakat

hanya diwajibkan kepada seorang muslim,merdeka,dewasa yang

berakal yang memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan

syarat tertentu.

Adapun beberapa syarat wajib zakat yang harus diketahui yaitu:

1) Islam

Pemilik harta diharuskan dari orang yang beragama islam

karena berzakat merupakan ibadah yang disyariatkan

kepada umat islam.

2) Baligh dan berakal


Seseorang yang sudah cukup umur dan tidak gila.

mengetahui dan paham bahwa harta yang dimilikinya wajib

untuk dizakati.

3) Berkecukupan,mampu secara finansial

Seseorang yang memiliki kelebihan dari kebutuhan

pokoknya untuk sehari-hari maka wajib membayar zakat

bagi muzakki dan orang yang wajib dinafkahinya.

4) Merdeka

Orang yang mengeluarkan zakat adalah orang yang

merdeka,bukan dari kalangan budak atau hamba sahaya.

5) Hartanya memenuhi nisab

Nisab adalah istilah untuk kadar tertentu dari harta

yang wajib dizakati.

6) Kepemilikan sempurna

Pemilik harta yang hartanya dimiliki secara

keseluruhan yang berada dalam kekuasaaannya dan bukan

milik orang lain.

e. Tujuan dan Manfaat Zakat.

Menurut Daud Ali 4


tujuan zakat yang dimaksud dalam

hubungan disini yaitu sasaran praktisi dari tujuan tersebut adalah

sebagai berikut :
4
Ari Murti, “Pengelolaan Lembaga Amil Zakat Infak Dan Shadaqah Muhammadiyah Banyumas
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Ummat Perspektif Ekonomi Islam,” Yogyakarta : Tesis
Universitas Islam Indonesia (2018): 109.
1) Mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

2) Mengembangkan dalam diri seseorang atas rasa tanggung

jawab sosial.

3) Meningkatkan derajat dan membantu mustahik dalam

menghadapi kesulitan.

4) Sarana pemerataan pendapatan untuk pencapaian keadilan

sosial.

Zakat memiliki banyak manfaat. Zakat sangat penting dan

strategis dalam ajaran Islam maupun dari aspek pengembangan

kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah

perkembangan Islam yang diawali sejak masa kepemimpinan

Rasulullah SAW hingga sekarang.

Zakat memiliki banyak sekali manfaat dalam berbagai

sektor khususnya pada faktor ekonomi, mulai dari mengurangi

kemiskinan hingga meningkatkan pendapatan negara di berbagai

negara yang mempraktikkan sistem Zakat dengan benar. Oleh

sebab itu, maka dapat disimpulkan bahwasanya zakat sangat

bermanfaat dalam kehidupan kita.

Zakat tidak akan mengurangi harta kita secara hakikat

walaupun secara materi kita menyisihkan harta sebagian kecil,

nyatanya zakat itu merupakan ibadah dan kewajiban sosial bagi

kaum muslim yang mampu apabila hartanya telah memenuhi

nishab dan haul yang harus diberikan kepada golongan yang lebih
membutuhkan. Yang secara sosiologis zakat berguna untuk

memeratakan kesejahteraan dari orang kaya kepada orang miskin

secara adil, agar mengurangi ketimpangan sosial5.

f. Pembayaran Zakat Secara Online Menurut Hukum Islam

Menurut Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

(MUI), Hasanuddin Abdul Fatah. Menjelaskan secara hukum Islam

zakat yang disalurkan melalui media online tidak menjadi

masalah. Bahkan menurutnya, zakat online bisa

mempermudah masyarakat dalam membayar zakatnya serta

memudahkan muzaki menyalurkan zakatnya sah-sah saja,

secarahukum tidak dijadikan masalah. Lembaga amil zakat tetap

harus bertanggung jawab walaupun disalurkan secara online,

serta yang dilakukan sesuai dengan prinsip dalam ketentuan

syariah6.

Dalam layanan pembayaran zakat secara online

pihak Lembaga zakat tetap mempertimbangkan dari segi

syariatnya sehingga hal-hal yang dianggap perlu dan harus ada

dalam pembayaran zakat tetap menjadi prioritas dalam

mengeluarkan sebuah layanan bagi para muzakki. Sehingga

5
Didi Suardi and Jafar Abdul Hafidz, “Optimalisasi Pengelolaan Dana Ziswaf Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Anggota Koperasi Syari’ah Benteng Mikro Indonesia
Cabang Cikupa, Tanggerang,” Management of Zakat and Waqf Journal (MAZAWA) 2, no. 2
(2021): 170–179.
6
Nur Jamaludin and Aprilia Dewi Soleha, “Peran Model Penerimaan Teknologi, Literasi Digital
Dan Promosi Sosial Media Dalam Meningkatkan Kesadaran Dalam Membayar Zakat Secara
Online,” Journal of Islamic Philanthropy and Disaster (JOIPAD) 2, no. 2 (2022): 137–166.
layanan pembayaran zakat online ini tetap di anggap sah sesuai

dengan syariat Islam.

2. Perilaku

Menurut Suharyat perilaku yakni reaksi atau segala tingkah

laku manusia disebabkan adanya motif, kebiasaan, tonggak kekuatan

penahan, nilai-nilai sebagai respon dari individu diakibatkan adanya

pengalaman dari proses pembelajaran serta faktor dari lingkungan.7

Bentuk perilaku manusia sebagai individu maupun sebagai

mahluk sosial sangat bermacam-macam yang diakibatkan karena

setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda. Cara

seseorang bersosial, berperilaku dan bermasyarakat akan

mencerminkan keperibadiannya.

Menurut para psikolog perilaku seseorang dapat berubah

dikarenakan adanya faktor lingkungan dan hereditas. Bagian dari

faktor lingkungan yaitu pendidikan, nilai dan budaya masyarakat,

politik dan lain-lain, sedangkan faktor hereditas yaitu faktor bawaan

seseorang yang telah dikarunia oleh Allah Swt yang telah ada sejak

dari lahir atau disebut dengan faktor genetik.

Perilaku muzaki adalah upaya yang dilakukan muzaki

dalam menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim terhadap

harta yang dimilikinya. Pada dasarnya zakat merupakan prinsip dan

7
Rodame Monitorir Napitupulu, Lubis Rini Hayati, and Fahrina Sapna, “Perilaku Masyarakat
Dalam Menunaikan Zakat Di Masa Pandemi COVID-19,” Jeiei 7, no. 02 (2021): 771–777.
rukun Islam yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dilakukan

secara demonstratif8. Perilaku mustahiq adalah proses dan aktivitas

mustahiq ketika berhubungan dengan penggunaan dana zakat yang

diterima untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Perilaku

inilah yang mendasari mustahiq mengambil keputusan dalam

memanfaatkan dana zakat yang diterima9.

Perilaku muzakki dalam membayar zakat menggunakan

transaksi non tunai didasari beberapa faktor yaitu10:

a. Perilaku didasari faktor pendirian dimana muzakki yakin

membayar zakat atas dasar keyakinan yang ada pada dirinya.

b. Perilaku didasari lingkungan dimana muzakki membayar zakat

dipengaruhi oleh layanan yang disediakan dan program yang ada di

Lembaga serta gaya hidup.

c. Perilaku didasari atas kepentingan yang di sadari artinya muzakki

sadar bahwa rezeki yang didapat ada hak orang lain didalamnya.

d. Perilaku didasari atas kepentingan responsif dimana kewajiban

zakat memicu produktifitas kerja tinggi sehingga muzakki lebih

rajin dan disiplin.

3. Fintech
8
N Nursaban and Dkk, “Studi Prilaku Muzakki Dalam Membayar Zakat Di Kota Kendari,” JPEP
(Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan) 3, no. 2 (2018).
9
Usman Zainuddin Urif, Titiek Herwanti, and Moh. Huzaini, “Mustahiq Behavior in Utilizing
Zakat Funds from an Islamic Economic Perspective,” Journal of Islamic Economics and Banking
5, no. 1 (2018).
10
Zahriya Nurul Aini, Sri Budi Cantika Yuli, and Rahmad Hakim, “Perilaku Muzakki Dalam
Membayar Zakat Melalui Transaksi Non-Tunai Di Lembaga Inisiatif Zakat Indonesia (IZI)
Surabaya,” IQTISHODIA : Jurnal Ekonomi Syariah 3, no. 1 (2018): 39–57.
a. Definisi Fintech

Financial Technology (Fintech) menurut OJK11 adalah

sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan

penggunaan teknologi. Produk fintech biasanya berupa suatu

sistem yang dibangun guna menjalankan mekanisme transaksi

keuangan yang spesifik.

Sedangkan Bank Indonesia12 memberikan definisi tentang

fintech yaitu hasil gabungan antara jasa keuangan dengan

teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari

konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar

harus bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini

dapat melakukan transaksi jarak jauh dengan melakukan

pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Financial Technology (Fintech) merupakan suatu inovasi pada

industri jasa keuangan yang menggunakan teknologi modern

yang dapat membantu masyarakat untuk melakukan berbagai

macam proses teransaksi keuangan.

b. Dasar hukum Fintech.

11
https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/direktori/fintech/Documents/FAQ%20Fintech
%20Lending.pdf (diakses pada 26 juni 2023)
12
https://www.bi.go.id/id/edukasi/Pages/mengenal-Financial-Teknologi.aspx (diakses pada 26 juni
2023)
Dasar hukum penyelenggaraan Fintech dalam system

pembayaran di Indonesia yaitu:

1) Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang

Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

2) Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal

Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital.

3) Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang

Uang Elektronik.

c. Jenis – jenis Fintech

Financial Technology (Fintech) memiliki ragam layanan

dan produk yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Klasifikasi

Fintech berdasarkan Bank Indonesia, terbagi menjadi 4 jenis 13

yakni:

1) Peer-to-Peer (P2P) Lending dan Crowdfunding

P2P lending dan crowdfunding, Fintech satu ini

seperti marketplace finansial. Platform ini mampu

mempertemukan pihak yang memerlukan dana dengan

pihak yang dapat memberi dana sebagai modal ataupun

investasi. Peer-to-peer lending atau P2P lending dapat

juga diartikan sebagai tempat peminjaman dana pada

masyarakat. Dana tersebut bisa dari masyarakat itu

13
Ratnawaty Marginingsih, “Financial Technology (Fintech) Dalam Inklusi Keuangan Nasional Di
Masa Pandemi Covid-19,” Moneter - Jurnal Akuntansi dan Keuangan 8, no. 1 (2021): 56–64.
sendiri maupun dari perusahaan yang membangun

platform tersebut.

2) Manajemen Risiko

Investasi Fintech jenis ini dapat digunakan untuk

melakukan pantauan pada kondisi keuangan dan juga

melakukan perencanaan keuangan dengan lebih mudah

dan praktis. Jenis manajemen risiko investasi yang satu

ini biasanya hadir dan bisa diakses dengan menggunakan

smartphone, dimana hanya perlu memberikan data-data

yang dibutuhkan untuk bisa mengontrol keuangan.

3) Payment, Clearing, dan Settlement

Fintech jenis ini ada beberapa startup finansial yang

memberikan penyedian berupa payment gateaway atau

dompet digital Fintech payment gateway

menghubungkan bisnis e-commerce dengan berbagai

bank sehingga penjual dan pembeli dapat melakukan

transaksi kedua produk tersebut masih masuk dalam

kategori Fintech ini.

4) Market Aggregator

Hadirnya Fintech ini mengarah pada bagian yang

mengumpulkan berbagai jenis informasi terkait sektor

keuangan untuk disajikan kepada penggunanya.

Biasanya Fintech jenis ini mempunyai cakupan


informasi terkait keuangan, tips, kartu kredit, dan

investasi keuangan lainnya. Hadirnya Fintech jenis ini,

diharapkan dapat menyerap banyak informasi sebelum

melakukan pengambilan keputusan terkait keuangan.

d. Konsep Pengumpulan Zakat Melalui Fintech.

Perkembangan era digital telah menciptakan peluang dan

inovasi bagi lembaga amil Zakat di Indonesia. Gaya hidup

masyarakat tidak terlepas dengan teknologi, oleh sebab itu

lembaga amil zakat perlu berubah untuk menyesuaikan layanan

zakat yang mudah diakses ke muzakki melalui pemanfaatan

teknologi informasi. Munculnya fintech dapat membantu

lembaga zakat untuk dalam bentuk promosi, pengumpulan dan

pelaporan Zakat.

Dalam penelitian Dian F. dan Khozin Z mengenai Do we

need financial technology for collecting zakat?. Mencoba

memberikan analisis manajemen SWOT penerapan fintech

dalam pengumpulan zakat. Diantaranya memiliki strength

yaitu14 :

1) Akses layanan zakat lebih mudah dan cepat.

Banyak dari masyarakat Indonesia ingin semuahal

menjadi mudah dan cepat. Termasuk dalam hal

14
Dian Friantoro and Khozin Zaki, “Do We Need Financial Technology for Collecting Zakat?,”
International Conference of Zakat (2019).
membayar zakat. Dengan adanya fintech, membayar

zakat jadi lebih mudah. Proses pembayaran akan lebih

cepat dibandingkan dengan cara pembayaran yang mana

harus datang ke lembaga zakat, yang perlu

membutuhkan waktu karena perjalanan ke lembaga

zakat tersebut.

2) Menjangkau masyarakat perkotaan dan perdesaan.

Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, dari

pulau Sumatra sampai dengan Papua. Luas wilayahnya

cukup membuat sulit bagi amil zakat jika harus datang

rumah ke rumah untuk menerima dan menampung dana

zakat dari muzakki yang kemudian disalurkan ke

mustahiq.

Dengan adanya fintech masyarakat perkotaan

hingga pedesaan bisa dengan mudah membayar zakat ke

lembaga zakat melalui fintech itu sendiri. Penyaluran

dana zakat pun bisa dengan sangat mudah apabila dana

zakat dari masyarakat kota ke masayarakt desa.

3) Biaya transaksi lebih murah dan lebih efisien.

Cara membayar zakat dengan secara harus dateng

ke tempat lembaga zakat setidaknya memerlukan waktu,

uang dan energi yang lebih. Di zaman sekarang ini,

manusia selalu ingin segala urusan-urusannya dapat


dikerjakan dengan efisien dan murah. Dengan

kemunculan fintech maka banyak pekerjaan dan

transaksi dilakukan dengan lebih murah dan efisien.

4) Sistem manajemen secara real time.

Dengan penggunaan fintech , zakat akan dikelola

dengan sistem real time. Muzakki dapat melihat

kepastian dan ketepatan nominal zakat langsung di

handphone mereka. Amil zakat juga dapat dengan

mudah mengetahui data jumlah dana zakat setiap

waktunya.

5) Jumlah transaksi yang besar

Apabila masyarakat muslim di Indonesia ingin

membayar zakat hal ini dibutuhkan sebuah layanan yang

mudah diakses dan bisa mengurus semua transaksi di

hampir waktu yang sama. Fintech menjadi inovasi

pembayaran zakat dengan volume yang besar secara

bersamaan, sehingga bisa mencapai target dari lembaga

zakat.

4. Sosial Media

a. Definisi sosial media

Secara definisi media sosial adalah kumpulan teknologi

digital berbasis perangkat lunak yang biasanya disajikan sebagai

aplikasi dan situs web yang memberi pengguna lingkungan


digital tempat mereka dapat mengirim dan menerima konten

digital atau informasi melalui beberapa jenis jejaring sosial

online. Dalam pengertian ini, dapat dipahami media sosial

sebagai platform utama dan fitur-fiturnya, seperti Facebook,

Instagram, dan Twitter15.

b. Manfaat Media Sosial

Menurut Rajab16 manfaat sosial media untuk kehidupan sehari-

hari yaitu:

1) Interaksi sosial

Dalam dunia komunikasi, media sosial bermanfaat

sebagai sarana untung membangun hubungan atau relasi.

Bahkan media sosial membantu kita untuk

berkomunikasi jarak jauh karena media sosial memiliki

jangkauan global. Media sosial mempermudah kita

untuk berinteraksi di mana pun kita berada.

2) Media penghibur

Saat ini sudah banyak jenis media sosial sebagai

media penghibur, salah satunya YouTube. Kita dapat

mencari berbagai hal untuk menghibur diri kita. Mulai

dari cerita-cerita lucu maupun gambar-gambar lucu.

15
Gil Appel et al., “The Future of Social Media in Marketing,” Journal of the Academy of
Marketing Science 48, no. 1 (2020): 79–95.
16
Ahmad Setiadi, “Analisis Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektivitas Komunikasi,” Pancasila:
Jurnal Keindonesiaan, no. 1 (2022): 71–82.
Berbagai hal menarik dapat kita cari dalam jejaring

sosial untuk menghibur kita.

3) Media informasi

Kita dapat mengunggah berita-berita terkini pada

jaringan internet untuk membantu kita mendapatkan

banyak informasi. Tidak hanya berita-berita, informasi

lainnya juga dapat menjadi sumber pengetahuan.

4) Menggali kreativitas

Beragam bentuk media sosial yang ada dapat

digunakan oleh kita untuk menggali kreativitas serta

mengekspresikan dirinya, misalnya dengan menulis

artikel atau berbagi pengalaman di blog.

c. Ciri- ciri media sosial

Ciri ciri media sosial yaitu

1) Konten yang diposting dan dibagikan bisa ditujukan

kepada banyak orang dan tidak memiliki batas.

2) Isi pesan muncul tanpa melalui pemeriksaan dan tidak

ada gerbang penghambat dan di sampaikan secara online

dan langsung.

3) Untuk waktu penyampaian konten bisa lebih cepat atau

bisa juga tertunda penerimaannya tergantung pada waktu

interaksi yang ditentukan sendiri oleh pengguna.


4) Memberikan kebebasan ke pada pengguna dalam

mengekspresikan dirinya.

5) Memiliki banyak aspek fungsional seperti identitas,

percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran

(eksis), hubungan (relasi), reputasi (status) dan

kelompok (group)

Anda mungkin juga menyukai