BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat adalah rukun iman yang keempat setelah puasa di bulan
ramadhan. Zakat merupakan salah satu dari rukun iman yang wajib
dilaksanakan oleh setiap umat muslim. Karena dengan membayar zakat
dapat mensucikan dan membersihkan harta dan jiwa kita. Seperti dalam
firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 103 yang berbunyi:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.
Zakat dapat disalurkan secara langsung dari pemberi zakat
(muzakki) kepada delapan asnaf yang berhak menerima zakat (mustahik).
Zakat juga dapat disalurkan melalui amil atau lembaga pengelola zakat.
Lembaga pengelola zakat ini bertugas untuk mengumpulkan, menjaga
dan menyalurkan zakat.
Dapat kita ketahui bahwa zakat ini tidak dapat dipandang sebelah
mata baik dalam pengumpulannya maupun penyalurannya, oleh karena
itu saya sebagai pemakalah merasa tertarik untuk membahas tentang
metode yang digunakan dalam pengelolaan zakat ini, maka kami akan
membahas yaitu tentang akuntnsi zakat baik dari segi pencatatan dan
yang lainnya.
BAB II
AKUNTANSI ZAKAT
A. Pengertian
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pengihtisaran, penafsiran dan
pengkomunikasian dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-
kejadian ekonomi dari suatu entitas hukum atau sosial.[1]
Pengertian akuntansi dalam ilmu pengetahuan modern menegaskan
bahwa akuntansi dikhususkan untuk menentukan berbagai macam
kebijakan, kemudian menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
hasil aktivitas tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk
dipergunakan dalam pengambilan keputusan.[2]
Zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib
zakat (Muzakki) untuk diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq).
Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari
harta yang memenuhi kriteria wajib zakat (PSAK 101 paragraf 71). Unsur
dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi sumber dana,
penggunaan dana, penggunaan dana selama satu jangka waktu, serta
saldo dana zakat yang menunjukan dan azakat yang belum disalurkan
pada tanggal tertentu (paragraf 72). Dalam hal ini, dana zakat tidak
diperkenankan untuk menutup penyisihan kerugian aset produktif.[3]
c. Berkembang
Menurut ahli fikih, harta yang berkembang secara etimologiberarti
harta tersebut bertambah, tetapi menurut istilah bertambah itu terbagi
menjadi dua yaitu bertambah secara nyata dan bertambah secara tidak
nyata.
d. Cukup nisab
Nisab yaitu jumlah mminimal yang menyebabkan harta terkena
kewajiban zakat.
e. Cukup haul
Haul adalah jangka waktu kepemilikan harta ditangan si pemilik sudah
melampaui dua belas bulan Qamariyah. Persyaratann setahun ini hanya
untuk objek zakat berupa ternak, uang, dan harta benda dagang.
f. Bebas dari utang
Dalam menghitung cukup nisab, harta yang dikeluarkan zakatnya harus
bersih dari hutang, karena ia dituntutatau melunasi hutangnya tersebut.
g. Lebih dari kebutuhan pokok
Kebutuhan adalah sesuatu yang betuk-betul diperukan untuk
kelangsungan hidup secara rutin; seperti kebutuhan sehari-hari.[8]
C. Jenis Zakat
Jenis zakat terbagi menjadi dua bagian, yaitu:[9]
1. Zakat jiwa/zakat fitrah
2. Zakat harta.
a. Perniagaan
b. Pertanian
c. Pertambangan
d. Hasil laut
e. Hasil ternak
f. Harta temuan
g. Emas dan perak
h. Hasil kerja (profesi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membayar zakat adalah salah satu kewajiban dari orang yang
beragama islam karena telah jelas terdapat di rukun Islam, oleh karena itu
dana zakat harus dikelola dengan baik ddan benar agar sesuai dengan
syariat Islam, yang dimakasud syariat islam yaitu dana zakat di sini harus
diberikan kepada yang berhak menerima zakat tersebut dan penerima
tersebut telah dijelaskan pada isi dari makalah diatas.
Mengenai masalah akuntansi zakat, sebenarnya Aturan Akuntasi
Untuk Lembaga Pengelola Zakat Indonesia Sampai dengan saat ini belum
ada yang secara khusus membuat aturan akuntansi zakat, hal inilah salah
satu penyebab kesulitan dalam melakukan standarisasi pencatatan dan
pelaporan akuntansi zakat di Indonesia. Sementara ini bentuk pencatatan
dan pelaporan akuntansi zakat seringkali didasarkan kepada metoda
akuntansi yang secara umum berlaku, yang kemudian di modifikasi
dengan ketentuan syariah. Dan ketentuan syariah inilah yang menentukan
terhadap perlakuan pencatatan dan pelaporan akuntansi zakat.
Karena hal tersebuat, ruang lingkup akuntansi zakat sebenarnya
hanya untuk amil zakat yang menerima dan menyalurkan zakat, atau
organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksud untuk
mengumpulakn zakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta, Kencana Prenada
Media grouf, 2006.
Rizal Yaya., dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer,
Jakarta, Salemba Empat, 2012.
Sri Nurhayati, Wasiah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta,Salemba Empat,
2009.
Internet
Alfa, Akuntansi Zakat, http://opans.blogspot.com/2009/12/akuntansi-zakat.html
Diakses 20 Desember 2013 Pukul 15:50 WITA.
http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-
untukku/dasar-dasar-akuntansi-zakat-untukku.html, Diakses 20 Desember
2013 Pukul 15:50 WITA.
Tifa Fauziah, zakat dan laporan keuangan, http://akuntansi-islam-
indonesia.blogspot.com/ Diakses 20 Desember 2013 Pukul 15:50
WITA.
[1]Alfa, Akuntansi Zakat,
http://opans.blogspot.com/2009/12/akuntansi-zakat.html Diakses 20
Desember 2013 Pukul 15:50 WITA.
[2] M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta,
Kencana Prenada Media grouf, 2006), h. 27.
[3] Rizal Yaya., dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer, (Jakarta, Salemba Empat, 2012), h. 318.
[4] Sri Nurhayati, Wasiah, Akuntansi Syariah di Indonesia,
(Jakarta,Salemba Empat, 2009), h. 271.
[5] Tifa Fauziah, zakat dan laporan keuangan, http://akuntansi-
islam-indonesia.blogspot.com/ Diakses 20 Desember 2013 Pukul 15:50
WITA.
[6] Alfa, Akuntansi Zakat,
http://opans.blogspot.com/2009/12/akuntansi-zakat.html, loc-cit.
[7] Sri Nurhayati, Wasiah, Akuntansi Syariah di Indonesia,
(Jakarta,Salemba Empat, 2009), op-cit, h. 272.
[8] Ibid., h. 272-274.
[9] Ibid., h. 274-275.
[10] Rizal Yaya., dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer, (Jakarta, Salemba Empat, 2012), op-cit, h. 318.
[11] Tifa Fauziah, zakat dan laporan keuangan, http://akuntansi-
islam-indonesia.blogspot.com/, loc-cit.
[12] Ibid.
[13] http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-
untukku/dasar-dasar-akuntansi-zakat-untukku.html, Diakses 20 Desember 2013 Pukul
15:50 WITA.
[14] Ibid.
[15] Rizal Yaya., dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer, (Jakarta, Salemba Empat, 2012), op-cit, h.319
[16] Alfa, Akuntansi Zakat,
http://opans.blogspot.com/2009/12/akuntansi-zakat.html, loc-cit.
AKUNTANSI ZAKAT
By; Fajar Laksana.,SE.,CQM.,MM
Allah telah berfirman dalam QS: Al-Baqarah: 282 Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskanya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis , dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), sedikitpun daripada hutangnya. Jika orang yang berhutang itu lemah
akalnya atau lemah (keadaanya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur, dan periksalah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki diantaramu. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang leleki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhoi, supaya jika seorang lupa maka
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil, dan jangalah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya . Yang demikian itu lebih Adil disisi Allah dan lebih
dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu,
(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) tidak menulisnya . Dan
periksalah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan sksi saling sulit menyulitkan.
Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu suatu kefasikan pada dirimu.
Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan untuk berlaku ihsan (baik/professional) dalam segala
hal (Hadits)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka akuntasi dalam perspektif Islam, adalah
1.Ditujukan untuk orang-orang beriman
2.Pencatatan transaksi sangat penting
3.Tidak boleh malas dalam melakukan pencatatan
4.Harus ada saksi (bukti)
5.Landasanya taqwa, kejujuran dan amanah
6.Pentingnya internal control (Sistem Pengendalian Intern)
7.Pentingnya transparansi
8.Asas keadilan
9.Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu
10.Kewajiban untuk professional di segala bidang
Tujuan lainnya dari akuntansi Zakat Menurut AAS-IFI (Accounting & Auditing Standard for
Islamic Financial Institution) adalah menyajikan informasi mengenai ketaatan organisasi
terhadap ketentuan syariah Islam, termasuk informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran yang tidak di perbolehkan oleh syariah, bila terjadi, serta bagaimana
penyalurannya. Berdasarkan tujuan tersebut maka memperlihatkan betapa pentingnya peran
Dewan Syariah (mengeluarkan opini syariah)