Anda di halaman 1dari 29

AKUNTANSI WAKAF

Widiyanti Eka S (NIM 03.01.17.826)


Hanisa Nur Afiah (NIM 03.01.17.893)
Wakaf
Berasal dari bahasa Arab yaitu “Waqafa” yang
berarti menahan atau berhenti.
Secara syariah wakaf berarti menahan harta
dan memberikan manfaat di jalan Allah SWT.
Di bagi dalam dua kelompok. Yaitu :

01 Masa Rasulullah dan para sahabat

Para ahli fikih berbeda pendapat tentang siapa yang melakukan wakaf

Sejarah pertama kali, sebagian mengatakan bahwa wakaf dilakukan oleh


Rasulullah atas pembangunan masjid, dan sebagian lagi mengatakan
dilakukan oleh sahabat Umar atas tanahnya di Khaibar.

Wakaf 02 Masa dinasti-dinasti Islam

Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, yaitu untuk turut membangun


solidaritas umat dan ekonomi masyarakat.
Dinasti Abbasiyah, pengelolaan wakaf baik secara administrasi dan
independen dilakukan oleh lembaga disebut dengan ”shadr al-wuquf”.
Dinasti Ayyubiyah, terjadi lompatan besar dalam berwakaf.
Dinasti utsmani, yang menguasai sebagian besar wilayah Negara
Arab, menerapkan syariah islam dengan lebih mudah termasuk
mengatur tentang wakaf
Perbedaan Wakaf Dengan Shadaqah/Hibah

Wakaf Infak/shadaqah/hibah

Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada pihak
orang lain lain

Hak milik atas barang dikembalikan kepada Allah Hak milik atas barang diberikan kepada penerima
shadaqah/hibah

Objek wakaf tidak boleh diberikan atau dijual Objek shadaqah.hibah boleh diberikan atau dijual
kepada pihak lain kepada pihak lain

Manfaat barang biasanya dinikmati untuk Manfaat barang dinikmati oleh penerima
kepentingan social shadaqah/hibah

Objek wakaf biasanya kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak harus kekal zatnya

Pengelolaan objek wakaf diserhakan kepada Pengelolaan obejek shadaqah/hibah diserahkan


administratur yang disebut nadzir/mutawali kepada si penerima
Jenis – Jenis Wakaf

4. Berdasarkan
1. Berdasarkan 2. Berdasarkan 3. Berdasarkan
Penggunaan
Peruntukan Jenis Harta Waktu
Harta yang
diwakafkan

a. Wakaf ahli (Wakaf Dzurri) Dalam Undang-Undang No.41


yaitu wakaf yang dipeuntukan bagi a. Mubayir/dzati yaitu harta wakaf yang
Tahun 2004 tentang Wakaf, a. Muabbad, yaitu wakaf
menghasilkan pelayanan masyarakat dan
kepentingan dan jaminan sosial dalam dilihat dari jenis harta yang yang diberikan untuk
lingkungan keluarga, dan lingkungan kerabat bisa digunakan secara langsung seperti
diwakafkan. Wakaf terdiri atas: selamanya (permanen).
sendiri. madrasah dan rumah sakit.
b. Mu’aqqot, yaitu wakaf
b. Istitsmary, yaitu harta wakaf yang
a. Benda tidak bergerak yang diberikan dalam
ditunjukan untuk penanaman modal dalam
b. Wakaf Khairi (kebajikan) b. Benda bergerak selain uang. jangka waktu tertentu
produksi barang-barang dan pelayanan
Yaitu wakaf yang secara tegas untuk c. Benda bergerak berupa uang (temporer).
kepentingan agama (keagamaan) atau yang dibolehkan syara’ dalam bentuk
(wakaf tunai, cash waqf)
apapun kemudian hasilnya diwakafkan
kemasyarakatan (kebajikan umum).
sesuai keinginan pewakaf.
 
Tujuan Wakaf
Tujuan wakaf adalah untuk kemaslahatan manusia, dengan
mendekatkan diri kepada Allah, serta memperoleh pahala dari
pemanfaatan harta yang diwakafkan yang akan terus mengalir
walaupun pewakaf sudah meninggal dunia.
Selain itu wakaf memiliki fungsi sosial, karena sasaran wakaf bukan
sekedar untuk fakir miskin tetapi juga untuk kepentingan publik dan
masyarakat luas.
Wakaf memiliki sasaran khusus, Yaitu :

1. Semangat keagamaan
Untuk mewujudkan sesuatu yang diniatkan oleh seorang pewakaf. Dengan wakaf, pewakaf berniat untuk mendapatkan rida
Allah dan kesinambungan pahala yaitu selama harta yang diwakafkan memberi manfaat sekalipun ia telah meninggal dunia.
2. Semangat sosial
Sasaran ini diarahkan pada aktivitas kebajikan, didasarkan pada kesadaran manusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan
bermasyarakat. Sehingga, wakaf yang dikeluarkan merupakan bukti partisipasi dalam pembangunan masyarakat.
3. Motivasi keluarga
Motivasi ini ingin menjadikan wakaf sebagai saran untuk mewujudkan rasa tanggung jawab kepada keluarga, terutama sebagai
jaminan hidup di masa depan. Namun wakaf tidak dapat diperuntukkan untuk diri pewakaf sendiri ataupun pada janin yang masih
dalam kandungan.
4. Dorongan kondisional
Terjadi jika ada seseorang yang ditinggalkan keluarganya, sehingga tidak ada yang akan menanggungnya. Atau, seorang
perantau yang jauh meninggalkan kluarganya.Dengan wakaf, pewakaf bisa menyalurkan hartanya untuk menyantuni orang-orang
tersebut.
5. Dorongan naluri
Naluri manusia memang tidak ingin lepas dari kepemilikannya.Setiap orang cenderung ingin menjaga peninggalan harta orang
tua atau kakeknya dari kehancuran atau kemusnahan. Dengan wakaf, maka dia akan terdorong untuk membatasi pembelanjaan.
Dengan berniat wakaf kepada seseorang atau lembaga tertentu, dia bisa menyalurkan hartanya dengan baik, tidak kuatir terjadi,
pemborosan atau kepunahan kekayaan.
Dasar – Dasar Syari’ah
Sumber Hukum
Perintah untuk melakukan wakaf serta sumber hukum mengenai wakaf terdapat pada:
• Al Qur’an
“...perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan.” (QS. Al-Hajj:77)
; (QS. Ali-Imran:92) ; (QS. Al-Baqarah:261).

• As Sunnah
Dari Abu Hurairah RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “apabila anak adam (manusia)
meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sodaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ia berkata Umar bin Khattab RA berkata kepada nabi SAW., saya
mempunyai seratus saham (tanah,kebun) di Khaibar belum pernah saya mendapatkan harta yang
lebih saya kagumi melebihi tanah itu, saya bermaksud menyedekahkannya nabi SAW, berkata
“tahanlah pokoknya dan sedekahkan buahnya pada sabilillah”. (HR Al-Nasa’i).
Rukun wakaf ada 4 (empat) (Depag, 2006), yaitu:

 Wakif (Pewakaf / orang yang mewakafkan) . Kriteria pewakaf, antara lain:


• Merdeka
• Berakal sehat
• Dewasa (baligh)
• Tidak berada di bawah pengampuan
 Pihak yang diberi wakaf/diamanahkan untuk mengelola wakaf yang disebut nazhir.
Syarat seorang Nazhir atau pengelola wakaf:
• Muslim
• Berakal
• Dewasa
• Adil
• Cakap hukum
• Barang atau harta yang diwakafkan (Mauquf Bih)
Objek wakaf ini merupakan sesuatu yang penting dan harus ada saat
pelaksaan perjanjian wakaf. Ulama menetapkan beberapa syarat agar
sesuatu atau harta dapat dinilai sah saat diwakafkan.
Pembahasan mengenai syarat mauquf bih terbagi menjadi dua bagian.
Yaitu :
1. mengenai syarat sahnya harta yang diwakafkan, dan
2. mengenai kadar benda yang diwakafkan.

Dalam UU No.41/2004 dinyatakan tidak ada pembatasan dalam jumlah


harta yang diwakafkan. Namun terkait dengan hukum wasiat, maka sangat
relevan bahwa pembatasan wakaf adalah 1/3 dari jumlah harta yang
dimiliki.Tujuannya adalah untuk kesejahteraan anggota keluarga
pewakaf.Sebagaiman hadist nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu,
seseorang diharamkan memberikan wakaf yang merugikan ahli waris.
Barang yang diwakafkan harus memenuhi kriteria harta benda yang
bernilai (mutaqowwam), dapat diketahui (ma’lum) dan milik sempurna
(tidak dalam keadaan khiyar).
Syarat sahnya harta wakaf
a. Mal Mutaqowwam
Adalah harta yang akan diwakafkan harus bisa diambil manfaatnya sesuai syara’, dapat disimpan, dan halal
digunakan dalam keadaan normal.
b. A’inun Ma’lumun
Adalah harta yang akan diwakafkan harus jelas dan pasti, baik barangnya maupun karakteristiknya (seperti:
ukuran luas dan lokasi tanah yang akan diwakafkan) pada saat perjanjian wakaf dibuat.
c. Milik wakif (pewakaf) secara penuh
Adalah harta yang akan diwakafkan sepenuhnya adalah milik wakif saat ia berniat mewakafkannya karena
wakaf sendiri bersifat menggugurkan kepemilikan.
d. Harta tersebut bukan milik bersama (musya’) dan terpisah.
Adalah harta yang akan diwakafkan hendaknya bukan sesuatu yang dimiliki bersama karena rentan
kemungkinannya menimbulkan hal-hal negatif di kemudian bari kecuali jika bagian yang diwakafgkan
tersebut dapat dipisahkan dan ditetapkan batas-batasnya.
e. Syarat-syarat yang ditetapkan pewakaf terkait harta wakaf.
Syarat yang ditetapkan pewakaf dapat diterima asalkan tidak melanggar prinsip dan hukum syariah/wakaf
ataupun menghambat pemanfaatan barang yang diwakafkan.
• Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)
Mauquf’alaih adalah peruntukkan wakaf atau sasaran dari wakaf
harta, yang mana wakaf harus dimanfaatkan sesuai
aturan/pandangan islam antara agar dapat bernilai ibadah. Tidak
boleh wakaf untuk perbuatan maksiat (Misalnya, klub malam/lokasi
judi, perternakan babi, atau gereja).
Imam Syafi’i membagi tempat penyaluran wakaf menjadi 2 bagian, yaitu :
• Kepada orang-orang tertentu (satu orang atau jamaah tertentu), seperti
wakaf kepada muslim dan wakaf kepada nonmuslim tertentu-kepada
kafir dzimmi dari muslim-adalah sah, sebagaimana Syafiyah binti Huyyai
istri nabi SAW telah mewakafkan kepada saudaranya yang yahudi.
Sedangkan wakaf kepada kafir harbi dan orang murtad dari muslim tidak
sah hukumnya.
• Kepada pihak yang tidak tertentu , tujuan wakaf ini untuk memberikan
wakaf kepada pihak yang menderita kefakiran dan kemiskinan secara
umum atau untuk Syiar Islam dengan tujuan ibadah adalah sah. Seperti
wakaf kepada fakir miskin, mujahid, masjid, sekolah, pengurusan
jenazah, tempat penampungan anak yatim piatu dan jihad.
Shighat atau Ikrar (Ijab)
Merupakan pernyataan seorang wakif untuk menyerahkan harta benta
yang dimilikinya. Persoalan di sini adaalah bentuk dari pernyataan yang
dilakukan dapat berupa lisan, kiasan, tulisan, atau sebuah tindakan.
Hampir semua mazhab terkaid akad yang dilakukan dalam wakaf
menyebutkan akad tabarru’. Artinya, proses transaksi yang terjadi di antara
kedua belah pihak dinyatakan sah cukup dengan ijab dari wakif tanpa
harus diterima oleh pihak penerima wakaf.
Shighat atau ikrar diperlukan karena wakaf adalah pelepasan hak milik atas
harta benda atau manfaat dari suatu benda. Sehingga harus diiringi niat
wakaf, yang mana diungkapkan secara jelas dengan menyebutkan objek
wakaf.
Syarat sah shighat ijab
Dapat berupa ucapan maupun tulisan
• Shighat harus munajah (terjadi seketika/selesai). Maksudnya ialah shighat
menunjukkan terjadi dan terlaksananya wakaf seketika setelah shighat ijab
diucapkan atau ditulis. Shighat harus singkat dan tidak bertele-tele, jelas,
dan tegas.
• Shighat tidak diikuti syarat batil (palsu). Maksudnya ialah syarat yang
menodai dasar atau meniadakan hukum wakaf.
• Shighat tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali
wakaf yang sudah dilakukan. Tidak ada syarat yang mengikat, yang bisa
mempengaruhi hakikat wakaf dan bertentangan dengan ketentuan wakaf.
Apabila dihasilkan keuntungan dari pendayagunaan harta wakaf maka
hasilnya dipergunakan sesuai dengan peruntukkan awal ketika pewakafan
itu terjadi.
Ketentuan bagi Pengelola Wakaf

Pengelola wakaf (Nazhir) adalah pihak yang menerima harta benda


wakaf dari pewakaf untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan
peruntukannya. Pengelola wakaf mempunyai kedudukan yang penting
dalam pewakafan yang bertugas untuk memelihara dan mengelola
harta wakaf.
Pengelola wakaf dapat dijalankan oleh perseorangan maupun
lembaga (baik berbadan hukum atau organisasi kemasyarakatan).
Hal-hal yang wajib dilakukan oleh pengelola wakaf
yaitu :
1. Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang diwakafkan, baik pewakaf mensyaratkan secara tertulis atau tidak
(pendapat jumhur ahli fikih).
2. Melaksanakan syarat dari pewakaf
Pengelola wakaf wajib menjalankan semua syarat-syarat yang dibuat oleh pewakaf dengan tidak menyalahi aturan syariah
dan wakaf.
Pengelola wakaf boleh melanggar syarat pewakaf apabila :
a. Adanya maslahat yang mendorong pengelola wakaf untuk melanggar syarat tersebut.
b. Perkara itu diajukan ke hadapan hakim, agar pengelola wakaf diberikan izin untuk melanggar syarat yang telah dibuat oleh
pewakaf, karena hakim memiliki hak perwalian umum.
3. Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf
Usaha ini dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan pihak lain (wakilnya), seperti pegacara atau penasihat hukum.
4. Melunasi hutang wakaf dengan menggunakan pendapatan atau hasil produksi harta wakaf tersebut.
5. Menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf, tanpa menundanya, kecuali terjadi sesuatu yang mengakibatkan
pembagian tersebut tertunda.
Hal-hal yang boleh dilakukan pengelola wakaf
yaitu :
1. Menyewakan harta wakaf
Pengelola wakaf berwenang untuk menyewakan wakaf jika menurutnya akan mendatangkan keuntungan dan tidak ada
pihak yang melarangnya, sehingga dari penerimaan itu, pengelola wakaf dapat membiayai hal-halyang ditentuka oleh
pewakaf atau untuk kepentingan wakaf dan penerima wakaf, seperti membangun, mengembangkan, maupun memperbaiki
kerusakannya.
2. Menanami tanah wakaf
Pengelola boleh memanfaatkan tanah wakaf dengan cara menanaminya dengan aneka jenis tanaman perkebunan, dengan
memperhatikan dampaknya pada tanah wakaf dan kepentingan para mustahik.
3. Membangun pemukiman di atas tanah wakaf untuk disewakan
Pengelola wakaf berwenang mendirikan bangunan berupa gedung untuk disewakan, seperti membangun rumah kediaman,
dalam hal ini jika keuntungan yang didapat dari hasil sewa bangunan lebih besar ketimbang jika digunakan untuk lahan
pertanian.
4. Mengubah kondisi harta wakaf menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi para fakir miskin dan mustahik. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa dalam pengubahan tersebut dia harus menjaga dan memperhatikan kondisi harta wakaf dan kebutuhan
penerima wakaf, sehingga dapat dipadukan antara pelaksanaan syarat dari pewakaf dan tujuan dari wakaf.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pengelola wakaf

• Tidak melakukan dominasi atas harta wakaf, karena dua pihak yang bertransaksi tidak boleh
terkumpul pada satu orang . Pengelola wakaf juga tidak boleh menyewakan harta wakaf
kepada orang yang tidak diterima atau diragukan kesaksiannya, baik orang tua, anak atau
istrinya, untuk mencegah timbulnya fitnah dan untuk berhati-hati dalam melakukan tindakan.
• Tidak boleh berutang atas nama wakaf, baik melalui pinjaman ataupun dengan membeli
keperluan yang dibutuhkan untuk perawatan harta wakaf secara kredit.
• Tidak boleh menggadaikan harta wakaf dengan membebankan biaya tebusan kepada
kekayaan wakaf, atau dirinya, atau kepada salah seorang mustahik.
• Tidak boleh mengizinkan seseorang menggunakan harta wakaf tanpa bayaran, kecuali
dengan alasan hukum.
• Tidak boleh meminjamkan harta wakaf kepada pihak yang tidak termasuk dalam golongan
peruntukkan wakaf.
Akuntansi Wakaf

a. Akuntansi Untuk Penerima Wakaf


1. Penerimaan aset wakaf diakui pada saat entitas wakaf memiliki kendali secara
hukum dan fisik atas aset tersebut. Jika yang diterima adalah wasiat wakaf maupun
wa’d wakaf, maka tidak boleh diakui di periode berjalan. Aset yang diterima dalam
bentuk kas akan diakui sebesar nilai kas yang diterima dan jika dalam bentuk
nonkas akan diakui sebesar nilai wajar, termasuk emas. Jika karena suatu kondisi
nilai wajar tidak dapat ditentukan, maka, akan dijelaskan dalam laporan keuangan
saja.
• Untuk wakaf permanen, akan diakui dan disajikan sebagai aset neto
• Untuk wakaf temporer, akan diakui dan disajikan sebagai liabilitas
Contoh Penerimaan Dana Wakaf berupa Kas
Tanggal 5 Maret 2019, Entitas Wakaf menerima janji wakaf berupa uang tunai sebesar
Rp. 5.000.000 dari Bp. Mahmud. Dana tersebut diterima pada rekening entitas wakaf tanggal
31 Agustus 2019. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah (dalam rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

5 Mar 2019 Tidak ada jurnal    

31 Agt 2019 Kas 5.000.000  


Penerimaan Wakaf Permanen- Kas 5.000.000

Jika wakaf yang diterima adalah wakaf temporer, maka jurnal pada tanggal
31 Agustus 2019 pada bagian kredit menjadi Penerimaan Wakaf Temporer- Tunai
dengan jumlah yang sama.
Contoh Penerimaan Dana Wakaf berupa Aset Nonkas
Tanggal 27 Agustus 2019, Entitas Wakaf menerima wakaf dalam bentuk aset tetap
berupa Motor dengan nilai wajar Rp. 20.000.000. jurnal untuk transaksi tersebut adalah
(dalam Rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

27 Agt Motor 20.000.000  


2019 Penerimaan Wakaf Permanen- Motor 20.000.000
2. Hasil pengelolaan dan Pengembangan wakaf merupakan tambahan aset yang bersumber dari aset
wakaf, akan diakui sebagai penghasilan. Penghasilan yang berasal dari wakaf dapat berupa:
pendapatan bagi hasil, pendapatan sewa, dividen dan sebagainya.
Contoh Pendapatan dari Wakaf
Aset wakaf berupa tanah dan bangunan disewakan sehingga menghasilkan pendapatan sewa sebesar
Rp. 35.000.000 untuk 1 tahun, yang diterima dimuka pada tanggal 4 April 2019. Jurnal pencatatan saat
penerimaan uang muka sewa dan pengakuan pendapatan sewa adalah sebagai berikut (dalam Rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

4 Apr Kas 35.000.000  


2019 Pendapatan Diterima Di muka 35.000.000

4 Mei Pendapatan Diterima Di muka 3.000.000  


2019 Pendapatan Sewa 3.000.000
Contoh Selisih Penilaian Kembali Aset
Entitas wakaf menerima tanah senilai Rp. 35.000.000, dan tanah tersebut diukur ulang dengan
nilai wajar dan ternyata mengalami peningkatan menjadi Rp. 38.000.000, maka jurnal yang dibuat
adalah (dalam Rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

4 Apr 2019 Tanah 3.000.000  


Selisih Penilaian Kembali- Tanah 3.000.000
Selisih dari pelepasan aset wakaf diperoleh ketika aset wakaf dilepaskan dengan harga jual lebih tinggi dari
harga perolehan awal. Untuk kondisi ini tidak boleh dianggap sebagai penghasilan wakaf, tetapi akan
diakui sebagai penambah aset wakaf.
Contoh Selisih dari Pelepasan Aset
Entias wakaf menerima wakaf berupa emas senilai Rp. 45.000.000. ketika akan disalurkan menjadi bangunan
masjid, emas tersebut dijual dengan nilai Rp. 48.000.000. Jurnal pencatatan saat penjualan yaitu (dalam Rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

  Kas 48.000.000  
Emas 45.000.000
Penerimaan Wakaf Permanen- Emas 3.000.000
Contoh Beban Pengelolaan
Entitas melakukan penyaluran atas manfaat wakaf berupa beasiswa pendidikan kepada
anak-anak tidak mampu di desa binaan sebesar Rp20.000.000. Jurnal yang dibuat yaitu
(dalam Rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

  Beban Penyaluran Beasiswa Pendidikan 20.000.000  


Kas 20.000.000
Jika penyalurannya melalui lembaga wakaf lain, maka belum dapat diakui sebagai
beban penyaluran hingga penyaluran tersebut diterima oleh penerima manfaat wakaf.
Jurnal yang dibuat yaitu (dalam Rupiah)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

  Piutang Penyaluran Beasiswa Pendidikan- 20.000.000  


Wakaf    
Kas   20.000.000
   
Saat menerima laporan dari wakaf bahwa    
dana sudah diterima oleh penerima manfaat:    
Beban Penyaluran Pendidikan 20.000.000  
Piutang Penyaluran Beasiswa  
Pendidikan- Wakaf 20.000.000
THANK YOU
We Create
Quality Professional
PPT Presentation

LOREM IPSUM
DOLOR SIT AMET,
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,
CU USU AGAM INTEGRE IMPEDIT.

Simple Portfolio Presentation


Presentation
Portfolio
Simple Portfolio
Portfolio Presentation

Portfolio Presentation

Anda mungkin juga menyukai