Anda di halaman 1dari 20

BAB 12

AKAD IJARAH

Menurut sayyid sabiq dalam fikih sunah, al ijarah berasal dari kata al Ajru yang berarti
al’iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat di definisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah
tertentu).

Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain
sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala sesuatu
yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian barang yang
dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil manfaatnya
berarti memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu jasa yang berasal
dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang. Contoh : nona sanas menggunakan jasa
penjahit isma, atau isma mempekerjakan elin, hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-
mengupah) termasuk dlam akad ijarah, dan pengguna jasa harus membayar upah.

Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset sehingga


penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan kesepakatan
(jika ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau menjaga keutuhan aset
tersebut. Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa maka ia berkewajiban
menggantinya atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa tidak bertambah.
Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari resiko kerugian (ED PSAK 107).

Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai


kesepakatan antara pemberi sewa dan penyewa. Apabila yang disepakati adalah pembayaran
tangguh dan terjadi penundaan pembayaran akibat penyewa lalai (bukan karena tidak mapu
secara finansia), maka dapat dikenakan denda, yang akan dikenakan sebagai dana kebajikan.
B. JENIS AKAD IJARAH

a. Berdasarkan objek yang disewakan

Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu ;

1. Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil,
motor, pakaian dan sebagainya.

2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.

b. Berdasarkan PSAK 107

Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara luas
adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu ;

1). Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan manfaat yang
terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa‟ad untuk memindahkan kepemilikan
dari pemilik (mu‟jir) kepada penyewa (musta‟jir) pada saat tertentu.

2). Ijarah muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa‟ad perpindahan kepemilikan aset
yang dijarahkan pada saat tertentu.

Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :

a Hibah

b Penjualan dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan,
namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:

1. Sebelum akad berakhir

2. Setelah akad berakhir

3. Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa‟ad (janji) pemberi sewa. Untuk perpindahan
secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali ia melakukan pembayaran dari
harga total sampai ia memiliki aset tersebut secara penuh diakhir kontrak. Sistem ini
mengharuskan pembuatan kontrak untuk setiap bagian penjualan, sampai bagian terakhir
dijual kepada penyewa. Jika kontrak ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar
sebelum perpindahan kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya
menjadi milik bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
3). Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual tersebut. Alasan dilakukanya
transaksi tersebut bisa saja sipemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih
memerlukan manfaat dari aset tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi
yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta‟alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada
nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan atau kerugian atau pada periode terjadinya
penjualan dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual
tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah yang muncul karena ia
menjadi penyewa.

4). Ijarah-lanjut menyewakan labih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan, maka
entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk pembayaran ijarah jangka
panjang dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka pendek.

C. DASAR SYARIAH

a. Sumber hukum akad ijarah

1. Alqur‟an, sebagai firman ALLAH SWT :

“apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menetukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka
atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang
lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.‟ QR. 43:32)

“dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada ALLAH dan
ketahuilah bahwa ALLAH maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. 2:223)

“salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai ayahku mabilah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita) adalah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. 28:26)

2. As-sunah

Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “berbekamlah kamu,
kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari ibnu umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

“barang siapa mempekerjakan, beritahukanlah upahnya.” (HR. „Abd ar-razzaq dari Abu
Hurairah dan Abu Sa‟id al-khudri)

Dari saad bid abi waqqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “dahulu kami menyewa tanah
dengan (jalan membayar) dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami

cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak.” (HR.
Nasa‟i)

Dari abu hurairah r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : “Allah ta‟ala berfirman : ada tiga
golongan yang pada hari kiamat (kelak) aku akan menjadi musuh mereka: (pertama) seorang
laki-laki yang mengucapkan sumpah karena aku kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-
laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki
yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna,
namun ia tidak memberikan upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no:1489 dan Fathul Bari
IV:417 No 2227)

“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari ibnu
mas‟ud)

b. Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah

Rukun ijarah ada tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan penyewa/pengguna


jasa/lessee’/musta’jjir.

2. Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/ma‟jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.

3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan syari’ah:

1). Pelaku harus cakap hokum dan baligh

2). Objek akad ijarah


a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut:

1. Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa computer, maka
computer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak rusak.

2. Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah atas objek
sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang untuk
membunuh, menyewakan rumah untuk tempan main judi atau menjual khamar dan lain
sebagainya.

3. Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara syariah
sehingga tidak sah akadnya:

 Kewajiban sholat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban setiap
individu (fardhu‟ain-lihat Bab 2)
 Mempekerjakan seorang untuk membaca Al-qur‟an dan pahalanya (manfaatnya)
ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan akan kembali pada yang
membacanya, sehingga tidak ada manfaat yang dialihkan.
 Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena
mengambil manfaat darinya sama saja dengan memilikinya/menguasainya. Misalnya
makanan/minuman/buah-buahan atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya
berarti menggunakanya.

4. Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang
dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk mengetahui
kejelasan manfaat dari suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik.

5. Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas misalnya 2 tahun.

b. Sewa dan Upah yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna jasa
kepada pemberi sewa atas pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat asset atau jasa yang
digunakanya:

1. Harus jelas besaranya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya berkah
toserba merekrut karyawanya yang ditugaskan sebagai pramuniaga (hubunganya adalah
pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakati sebesar Rp. 2 juta perbulan. Tidak boleh
menyatakan gajinya tergantung dari penjualan perusahaan karena besaranya menjadi tidak
pasti.

2. Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek
akad.

3. Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak serta
lainya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya sama misalnya innova 2006, di
Jakarta sewa perhari Rp. 500.000 sedangkan di Yogyakarta Rp. 400.000, atau menyewakan
toko kalau digunakan untuk pakaian harga sewanya Rp. 20 juta per tahun tapi kalau
digunakan untuk bengkel Rp. 25 juta per tahun atau sewa took untuk 1 tahun Rp. 25 juta tapi
kalau 2 tahun Rp. 45 juta begitu disepakati maka harga sewa akan mengikat dan tidak boleh
berubah selama masa akad.

c. Ketentuan syariah untuk ijarah muntahiya bit tamlik

1. Pihak yang melakukan ijarah muntahiya bit tamlik harus melaksanakan akad ijarah terlebih
dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat
dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.

2. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa‟ad, yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan,

maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad
ijarah.

3). Ijab Qabul

Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondesi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

BERAKHIRNYA AKAD IJARAH

1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku walaupun
dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alas an, misalnya keterlambatan masa panen
jika menyewakan lahan untuk pertanian, maka dimungkinkan berakhirnya akad setelah panen
selesai (sayyid sabbiq, 2008).
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad
ijarah

3. Terjadi kerusakan asset

4. Penyewa tidak dapat membayar sewa

5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkanya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap berlangsung.
Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang menyusui meninggal
maka akadnya menjadi batal.

D. Perbedaan Akad Ijarah dengan Sewa

No Keterangan Ijarah Sewa


.
1. Objek Manfaat barang dan jasa. Manfaat barang saja.
2. Metode Pembayaran Tergantung atau tidak tergantung pada Tidak tergantung pada
kondisi barang/jasa yg disewa. kondisi barang yang
disewa.
3. Perpindahan Kepemilikan a. Ijarah a. Sewa Guna
Tidak ada perpindahan Operasi : Tidak
kepemilikan ada transfer
b. IMBT kepemilikan.
Janji untuk b. Sewa Guna
menjual/menghibahkan di awal dengan Opsi :
akad. Memilki opsi
membeli atau
tidak membeli
di akhir masa
sewa.
4. Jenis Leasing Lainnya a. Lease Purchase a. Lease Purchase
Tidak dibolehkan karena Dibolehkan
akadnya gharar, yakni antara b. Sale and Lease
sewa dan belli. Back
b. Sale and Lease Back Dibolehkan
Dibolehkan.
Table diatas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan leasing.
Sedikitnya ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni :objek, metode pembayaran,
perpindahan kepemilikanya dan jenis leasing.

1. Objek

Dalam ijrah, objek yang disewakan dapat berupa asset maupun jasa. Ijrah bila diterapkan
untuk mendapatkan manfaat dari asset disebut sewa menyewa, sedangkan bila diterapkan
untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah mengupah. Dalam leasing hanya
berlaku untuk sewa menyewa asset saja. Dengan kata lain terbatas pada pemanfaatan asset.
Dengan demikian ijarah memiliki cakupan yang lebih luas daripada leasing.

2. Metode pembayaran

Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang
pembayaranya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to performance).

3. Perpindahan kepemilikan

Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease, yakni dipindahkan adalah manfaat
dari asset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT),
kepemilikan asset tetap pada pemberi sewa diawal akad berjanji (wa‟ad) kepada pihak
penyewa. Pengalihan hak milik pada asset yang bersangkutan dapat dilakukan dengan
menjual atau dengan menghibahkanya. Atas pemindahan kepemilikan tersebut akan
dibuatkan akad secara terpisah.

Sementara dalam leaseing, jenis leasing tergantung pada sisi pemberi sewa dan penyewa.
Dari sisi pemberi sewa, secara umum dikenal 4 jenis leasing; yaitu financial lease, sales type
lease, operating lease, dan leverage lease. Sedangkan dari sisi penyewa, dikenal 2 jenis yaitu
operating lease dan capital lease.

4. Jenis Sewa lainnya

a. Purchase lease

b. Sale and lease back (al bai‟ isumma „iadatul ijarah atau jual dan ijarah)

E. Perlakuan Akuntansi (PSAK 107)

Akuntansi untuk pemberi sewa (Mu’Jir)


1.Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik asset berwujud maupun tidak berwujud, diakui
saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Asset tersebut harus memenuhi syarat
sebagai berikut:

a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
aset tersebut, dan

b. Biaya perolehanya dapat diukur secara andal

Jurnal :

Dr. asset ijarah xxx

Cr. Kas/utang xxx

2. Penyusutan, jika asset ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka penyusutan atau
amortisasinya diperlakukan sama untuk asset sejenis selama umur manfaat (umur
ekonomisnya). Jika asset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan
untuk menghitung penyusutan adalah periode akad IMBT.

Jurnal :

Dr. biaya penyusutan xxx

Cr. Akumulasi penyusutan xxx

3. Pendapatan sewa, diakui pada saat manfaat atas asset telah diserahkan kepada penyewa
pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum menerima
uang, maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan.

Jurnal :

Dr. kas/piutang sewa xxx

Kr. Pendapatan sewa xxx


4. Biaya perbaikan objek ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluaranya dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.

a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan penyewa dengan persetujuan pemilik maka diakui
sebagai beban pemilik pada saat terjadinya.

Jurnal :

Dr. biaya perbaikan xxx

Cr. Utang xxx

b. Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya.

Jurnal :

Dr. biaya perbaikan xxx

Kr. Kas/utang/perbaikan xxx

Dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan objek
ijarah yang dimaksut dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding
dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.

Jurnal :

Dr. biaya perbaikan xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan
dengan cara:

a. Hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban

Jurnal:

Dr. beban ijarah xxx

Dr. akumulasi penyusutan xxx


Kr. Asset ijarah xxx

b. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.

Jurnal :

Dr. kas/piutang xxx

Dr. akumulasi penyusutan xxx

Dr. kerugian* xxx

Cr. Keuntungan** xxx

Cr. Asset ijarah xxx

*jika nilai buku lebih besar dari harga jual

**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

c) Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Jurnal :

Dr. kas xxx

Dr. kerugian* xxx

Dr. akumulasi penyusutan xxx

Cr. Keuntunagan** xxx

Cr. Asset ijarah xxx

*jika nilai buku lebih besar dari harga jual

**jika harga buku lebih kecil dari harga jual

d) Penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:


1). Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual
diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Jurnal:

Dr. kas xxx

Dr. kerugian* xxx

Dr. akumulasi penyusutan xxx

Cr. Keuntungan** xxx

Cr. Asset ijarah xxx

*jika nilai buku lebih besar dari harga jual

**jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

2). Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai asset tidak lancar atau asset
lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.

Jurnal:

Dr. asset lancar/tidak lancar xxx

Dr. akumulasi penyusutan xxx

Cr. Asset ijarah xxx

Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan ijarah tersebut
diakui sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode berjalan. Keuntungan/kerugian yang
timbul tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah dari beban ijarah.

6. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

7. Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah


dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:

a Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
- Keberadaan wa‟ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika
ada wa‟ad pengalihan kepemilikan)
- Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
- Agunan yang digunakan (jika ada)

b Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok asset ijarah; dan

c Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).

Akuntansi Untuk Penyewa (Musta’jir)

1. Beban sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset terima diterima.

Jurnal pencatatan:

Dr. Beban sewa xxx

Cr. Kas/utang xxx

Untuk pengakuan sewa di ukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah
diterima.

2.Biaya pemeliharaan objek ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan
penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan dalam ijarah muntahiya bit
tamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan objek ijarah
yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan
objek ijarah.

Jurnal:

Dr. Beban pemeliharaan ijarah xxx

Kr. Kas/utang/perlengkapan xxx

Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa.

Dr. Piutang xxx


Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

3. Perpindahan kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan dengan
cara:

a) Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah
yang diterima.

Jurnal :

Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx

Cr. Keuntungan xxx

b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati.

Jurnal:

Dr. Aset nonkas (eks. Ijarah) xxx

Cr. Kas xxx

c) Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran yang disepakati:

Jurnal:

Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx

Cr. Kas xxx

d) Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar
pembayaran objek ijarah yang diterima.

Jurnal:

Dr. Aset nonkas (eks ijarah) xxx

Cr. Kas xxx

Cr. Utang xxx


4.Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain
atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan akuntansi untuk
pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK ini.

5.Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah


dan ijarah muntahiya bit tamlik, tetapi tidak terbatas pada:

a. Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tetapi tidak terbatas tpada:

1. Total pembayaran;

2. Keberadaan wa‟ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang


digunakan (jika ada wa‟ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan);

3. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;

4. Agunan yang digunakan (jika ada);

b. Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jual dan ijarah)

F. ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD IJARAH

Kasus Ijarah

Transaksi (dalam ribuan rupiah)

Tgl. 2 jan 2007 pemberi sewa dan penyewa menandatangani akad ijarah atas mobil selama 3
tahun. Disepakati bahwa pembayaran dilakukan setiap bulan sebesar Rp. 12.500

Pemberi sewa membeli mobil yang disewakan sebesar Rp. 150.000 dari PT B

Pemberi Sewa :

Saat pembelian aset dari PT B :

Aset ijarah 150.000

Kas 150.000

Saat menerima pendapat dari penyewa:

Kas 12.500
Pendapatan sewa 12.500

Penyewa :

Beban sewa 12.500

Kas 12.500

(Transaksi) Setiap penerimaan pendapatan sewa pada awal bulan.

Pemberi Sewa :

Kas 12.500

Pendapatan sewa 12.500

Penyewa :

Beban sewa 12.500

Kas 12.500

(Transaksi): Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beban depresiasi selama 5 tahun
sesuai masa manfaat mobil dengan metode garis lurus.

Pemberi Sewa :

Beban penyusutan 30.000

Akumulasi penyusutan 30.000

(Transaksi): Penyajian pada akhir tahun pertama untuk aset ijarah.

Pemberi Sewa :

Aset ijarah 150.000

Akumulasi penyusutan (30.000)

120.000
(Transaksi): Pada saat akhir kontrak aset ijarah dikembalikan kepada pemberi sewa, sehingga
dibuatkan ayat jurnal reklasifikasi.

Aset nonkas (eks ijarah) 150.000

Aset ijarah 150.000

Kasus Ijarah Muntahiya bit Tamlik

Transaksi (dalam ribuan rupiah)

(Transaksi): Tgl. 2 jan 2007 pemberi sewa dan penyewa menandatangani akad ijarah atas
mobil selama 3 tahun. Disepakati bahwa pembayaran dilakukan setiap bulan sebesar Rp.
12.500

Pemberi sewa membeli mobil yang disewakan sebesar Rp. 150.000 dari PT B. Dan disepakati
bahwa pada akhir masa sewa akan dibeli oleh penyewa.

Pemberi Sewa :

Saat pembelian aset dari PT B :

Aset ijarah 150.000

Kas 150.000

Saat menerima pendapat dari penyewa:

Kas 12.500

Pendapatan sewa 12.500

Penyewa :

Beban sewa 12.500

Kas 12.500

(Transaksi): Setiap penerimaan pendapatan sewa pada awal bulan.

Pemberi Sewa :

Kas 12.500
Pendapatan sewa 12.500

Penyewa :

Beban sewa 12.500

Kas 12.500

(Transaksi): Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beban depresiasi selama 5 tahun
sesuai masa manfaat mobil dengan metode garis lurus.

Pemberi Sewa :

Beban penyusutan 30.000

Akumulasi penyusutan 30.000

(Transaksi) : Penyajian pada akhir tahun untuk aset ijarah, jurnal untuk tahun ke-2 dan ke-3
sama dengan pencatatan diatas.

Pemberi Sewa :

Aset ijarah 150.000

Akumulasi penyusutan (30.000)

120.000

(Transaksi): Pada saat akhir kontrak aset ijarah dijual kepada pemberi sewa secara tunai Rp.
65.000. dilakukan dengan akad jual beli.

Pemberi Sewa :

Kas 65.000

Akumulasi penyusutan 90.000

Aset ijarah 150.000

Keuntungan penjualan 5.000

Penyewa :

Aset nonkas 65.000


Kas 65.000

(Transaksi): Apabila pada saat akhir kontrak aset ijarah dihibahkan dari pemberi sewa kepada
penyewa dan nilai wajar Rp. 40.000

Pemberi Sewa :

Beban ijarah 60.000

Akumulasi penyusutan 90.000

Aset ijarah 150.000

Penyewa :

Aset nonkas 40.000

Keuntungan 40.000
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2018. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai