SAK SYARIAH
PSAK 101 : Penyajian laporan keuangan syariah
102 : Akuntansi murabahah
103 : salam
104 : istishna
105 : mudharabah
106 : musyarakah
107 : ijarah
108 : transaksi akuntansi syariah
109 : zakat/infak/sedekah
110 : sukuk
PSAK 101
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan syariah, antara
lain terkait:
• Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
• Dasar akrual;
• Materialitas dan penggabungan;
• Saling hapus;
• Frekuensi pelaporan;
• Informasi komparatif; dan
• Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
PSAK 102
Transaksi murabahah :transaksi jual-beli barang dengan menegaskan harga perolehan dan
margin keuntungan kepada pembeli.
Pembeda: harga perolehan dan margin keuntungan (jika transaksi umum namanya
keuntungan bunga) harus diketahui oleh pembeli. Keuntungan diperoleh atas kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Contoh,
1) tuan Ahmad membeli laptop merk Asus kepada tuan Robert seharga Rp 6.500.000.
dari harga tersebut tuan Robert memberitahukan kepada tuan Ahmad harga
pokok/harga beli laptop Rp 6.000.000 dan keuntungan Rp 500.000.
2) tuan Malik berencana membeli mobil Avanza seharga Rp230 juta. Karena tuan Malik
tidak memiliki uang sejumlah tersebut, tuan Malik mendatangi Bank Syariah X untuk
membeli mobil yang diinginkan. Bank Syariah X kemudian memesan mobil dimaksud,
kemudian menjualnya kepada tuan Malik dengan harga yang disepakati sebesar Rp
2 RINGKASAN
250 juta (Rp 230 juta harga perolehan dan Rp 20 juta margin). Pembayaran dilakukan
secara angsuran setiap bulan selama jangka waktu 12 bulan.
Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.
Keunggulan
1) Keuntungan langsung diketahui. Keuntungan murabahah langsung diketahui diawal
ketika transaksi murabahah disepakati, berbeda dengan
transaksi mudharabah/musyarakah dimana bagi hasil tidak boleh ditentukan diawal
karena harus menunggu hasil usaha nasabah.
2) Margin fix. Keuntungan murabahah sifatnya fix (certainty)atau tetap, jika sudah
disepakati tidak dapat berubah. Berbeda dengan bagi hasil yang sifatnya tidak
tetap(uncertainty), berubah-rubah menyesuaikan hasil usaha.
3) Resiko rendah. Transaksi murabahah secara kredit adalah transaksi utang piutang yang
wajib diselesaikan oleh nasabah. Artinya penyelesaian utang piutang tidak berkaitan
dengan kondisi usaha nasabah, apakah dalam untung atau rugi. Sehingga resikonya
relatif rendah. Sedang bagi hasil relatif beresiko, karena jika terjadi kerugian usaha maka
kerugian akan ditanggung bersama.
PSAK 103
Salam adalah transaksi jual-beli barang secara pesanan (muslam fiih) dimana penjual (muslam
ilaihi) menyerahkan barang dagangannya di kemudian hari sedangkan pembeli melakukan
pembayaran pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Pembeda:
1) Penyerahan barang kemudian hari dan pembayaran tunai dilakukan dimuka. Jadi harga
sudah ditetapkan diawal, walau penyerahan barang dikemudian hari.
2) Beda salam dengan transaksi gijon atau ijon adalah pada transaksi salam ketentuan
terkait spesifikasi, harga, dan waktu penyerahan harus sudah ditentukan diawal transaksi,
sedang pada transaksi gijon tidak ditentukan sehingga mengandung unsur gharar.
Ketentuan-ketentuan dalam transaksi salam yang telah disepkati mengikat penjual dan
pembeli.
Contoh
Tuan Sugiarso memesan beras pandanwangi type A sebanyak 100 kg kepada tuan Candra
dengan harga Rp1.500.000 (Rp15.000/kg) dibayar tunai. Penyerahan barang akan dilakukan
seminggu kemudian.
3 RINGKASAN
PSAK 104
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’).
Pembeda
1) Harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga
barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Murabahah Salam Istishna
Penyerahan Barang awal akhir akhir
Pembayaran Angsuran (cicilan) Diawal 100% Angsuran/saat
kontrak/diakhir
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual.
Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas
kelalaiannya.
2) Berbeda dengan transaksi salam yang barangnya adalah hasil pertanian, pada transaksi
istishna, barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang manufactur/konstruksi.
3) istisna’ paralel, yaitu suatu bentuk akad istisna’ antara pemesan (pembeli, mustasni’)
dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada
mustasni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’. Contoh, Bank Syariah mendapat
pesanan dari nasabah untuk pembuatan ruko dengan syarat dan kriteria yang telah
disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah tersebut, bank syariah memesan kepada
kontraktor.
Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Beban istishna’ tangguhan
diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.
Pembeli menyajikan:
4 RINGKASAN
a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
i. persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna’
paralel; atau
ii. kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’ (bukan istishna’ paralel).
Didalam fatwa DSN MUI No 06 tentang transaksi Istisna’ dijelaskan beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan dalam akad istisna’:
• Ketentuan tentang Pembayaran:
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat.
2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
• Ketentuan tentang Barang:
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
8. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
• Ketentuan lain:
1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.
2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada
jual beli istishna’.
PSAK 105
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik
dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Contoh
Tuan Malik memiliki dana Rp 100 juta, karena tidak memiliki keahlian dalam mengelola dana
maka tuan Malik meminta tuan Ridwan untuk mengelola dana tersebut dalam bentuk usaha
katering. tuan Malik sebagai pemodal sedang tuan Ridwan sebagai pengelola dana.
Keuntungan dibagi sesuai nisbah kesepakatan, sedang kerugian dana akan ditanggung oleh
pemilik modal.
PSAK 106
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan
bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat
catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
PSAK 107
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset
baik berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
Pengaturan akuntansi dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).
Pendapatan dan Pendapatan sewa selama masa akad Beban sewa diakui selama
Beban diakui pada saat manfaat atas aset telah masa akad pada saat manfaat
diserahkan kepada penyewa. atas aset telah diterima.
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
6 RINGKASAN
PSAK 110
untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah, baik sebagai
penerbit sukuk maupun investor sukuk.
Sukuk adalah efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas asetberwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
c. jasa yang sudah adamaupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu;atau
e. kegiatan investasi yangtelah ditentukan.
Pengakuan Sukuk ijarah diakui pada saat entitas Entitas mengakui investas pada
awal menjadi pihak yang terikat dengan sukuk ijarah dan sukuk
ketentuan penerbitan sukuk ijarah. mudharabah sebesar biaya
Sukuk ijarah diakui sebesar nilai perolehan.
nominal, disesuaikan dengan premium
atau diskonto, dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya.
Penyajian Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas. Pendapatan investasi dan beban
amortisasi disajikan secara neto
dalam laba rugi.
PSAK 110 (revisi 2015) memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan
keuangan investor. Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kas
kontraktual.
Pada sisi investor,investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika:
a. investasi tersebutdimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk
memperoleh arus kaskontraktual; dan
b. persyaratan kontraktualmenentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau
hasilnya.
7 RINGKASAN
Digambarkan dalam bentuk bagan yang menyerupai bangunan. yang dikembangkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan – IAI di Indonesia.
Landasan Syariah, merupakan landasan dasar semua transaksi yang bersumber langsung dari
hukum Islam yaitu Al Quran, Al Hadist, dan Fatwa. Bersifat hirarki, Al Quran menjadi sumber pertama
dan utama, lalu Al Hadist menjadi pelengkap penjelasan Al Quran. Transaksi keuangan kontemporer
yang tidak ada penjelasan secara khusus dalam al Quran dan al Hadist, akan dijelaskan oleh ulama
dalam bentuk fatwa. Di Indonesia, fatwa keuangan kontemporer dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) – MUI yang bersifat independen dan diisi oleh unsur ulama yang memahami keilmuan
syariah dan ekonomi.
Landasan Konseptual berisi Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLKS) yang menjadi konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah bagi
para penggunanya. Tujua KDPPLKS adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. Penyusun standar akuntansi syariah dalam pelaksanaan tugasnya
2. Penyusun laporan keuangan syariah, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yan belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai prinsip
akuntansi syariah yang berlaku umum
4. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.
Landasan Operasional atau Landasan Praktek merupakan landasan dalam tataran teknis
pencatatan transkasi syariah. Landasan ini dibagi menjadi 3 tingkatan. Entitas syariah atau entitas
konvensional yang menjalankan transaksi syariah harus mengacu pada setiap tingkat secara
berurutan. Jika suatu transaksi tidak dibahas pada tingkat 1, maka dapat mengacu pada tingkat 2, dan
seterusnya, selama tidak bertentangan dengan landasan syariah dan landasan konseptual. Atau jika
suatu tingkat saling bertentangan dengan tingkat lainnya, maka yang digunakan adalah tingkat yang
paling rendah.
❖ Tingkat 1 mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (SAK Syariah) dan
Interpretasi Standar Akuntansi Syariah (ISAK) yang mengatur transaksi syariah. Saat IAI telah
8 RINGKASAN
mengeluarkan 10 PSAK Syariah. Selain itu entitas syariah juga dapat menggunakan
PSAK/ISAK Umum selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
❖ Tingkat 2 mengacu pada standar akuntansi internasional seperti AAOIFI dan IFRS atau dapat
mengacu pada standar akuntansi negara lain. Selain itu dapat juga mengacu pada buletin
teknis yang dikeluarkan IAI, Regulasi terkait seperti peraturan pemerintah, peraturan menteri,
peraturan OJK, dan peraturan BI, atau mengacu pada pedoman akuntansi entitas terkait
seperti PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).
❖ Tingkat 3 mengacu pada praktek akuntansi yang berlaku umum atau buku teks, hasil riset,
pendapat ahli selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Bangunan GASAP dibaca dari bawah, landasan syariah menjadi dasar landasan berikutnya,
landasan yang diatasnya dapat digunakan selama tidak bertentangan dengan landasan syariah.
Jika terdapat pertentangan antar landasan, maka landasan syariah yang dijadikan acuan.
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK Syariah)
merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.
Berbeda dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) pada SAK umum yang mengacu kepada
transaksi konvensional, KDPPLK Syariah memberikan konsep dasar paradigma, asas transaksi syariah, dan
karakteristik transaksi syariah.
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
a) Persaudaraan (ukhuwah);
b) Keadilan (‘adalah);
c) Kemaslahatan (maslahah);
d) Keseimbangan (tawazun);
e) Unversalisme (syumuliyah);
Beberapa karakteristik transaksi syariah yang disebutkan dalam KDPPLK Syariah diantaranya:
a) Tidak mengandung unsur riba;
b) Tidak mengandung unsur kezaliman;
c) Tidak mengandung unsur maysir;
d) Tidak mengandung unsur gharar;
e) Tidak mengandung unsur haram
PEMBAHASAN MENDALAM
PSAK 102
Pencatatan Akuntansi Murabahah
1. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima
2. Jika barang jadi dibeli oleh nasabah, maka uang muka diakui sebagai pembayaran bagian dari
pokok piutang murabahah
3. Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka uang muka dikembalikan kepada nasabah setelah
diperhitungkan dengan biaya-biaya riil yang dikeluarkan oleh bank
Contoh Kasus:
Tanggal 3 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah (BBS) menerima pembayaran uang muka sebesar Rp
20.000.000 dari tuan Ahmad sebagai tanda keseriusannya untuk memesan barang kepada BBS berupa
mobil Avanza. Atas transaksi tersebut BBS melakukan pencatatan sebagai berikut:
Tanggal 10 Agustus 2015 BBS menyerahkan barang pesanan kepada tuan Ahmad. Atas kesepakatan
transaksi murabahah tersebut maka jurnal uang muka sebagai berikut :
Jika tanggal 10 Agustus 2015 tuan Ahmad membatalkan pembelian barang kepada BBS dan atas
pemesananan barang Bank Syariah telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.000.000. Maka jurnal
transaksinya adalah:
9
PEMBAHASAN MENDALAM
Contoh Kasus:
Tanggal 4 Agustus 2015 atas pemesanan tuan Ahmad, Bank Berkah Syariah membeli mobil Avanza
secara tunai ke dealer PT. Maju Terus dengan harga Rp 180.000.000. Jurnal transaksi tersebut adalah:
Cr Kas Rp 180.000.000
Tanggal 7 Agustus 2015 sebelum barang diserahkan ke tuan Ahmad, terjadi penurunan nilai barang
yang disebabkan oleh satu dan lain hal sebesar Rp 2.000.000. Jurnal transaksi adalah:
➢ Diskon Murabahah
Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam bentuk apapun
yang diperoleh pihak pembeli dari pemasok.
Dalam pembelian barang oleh bank syariah biasanya akan mendapat diskon harga dari pihak pemasok
atau suplier. Diskon tersebut oleh bank syariah diakui sebagai (PSAK 102 par 20) :
1. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah;
2. Liabilitas kepada nasabah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati menjadi hak nasabah.
3. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati menajdi hak bank
4. Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam
akad.
Contoh Kasus
Tanggal 10 Agustus 2015, atas pembelian mobil Avanza oleh BBS, dealer PT maju terus memberikan
diskon harga sebesar Rp 7.500.000 dan diberikan secara tunai. Jurnal atas transaksi tersebut:
10
PEMBAHASAN MENDALAM
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar harga jual aset murabahah yaitu
harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati.
Keuntungan murabahah yang disepakati dapat diakui dengan cara berikut ini :
1. Diakui pada saat penyerahan barang. Cara ini diterapkan jika resiko penagihan piutang
murabahah relatif kecil.
2. Diakui secara proporsional sesuai dengan kas yang diterima dari tagihan piutang murabahah.
Cara ini diterapkan jika resiko penagihan piutang murabahah relatif besar.
11
PEMBAHASAN MENDALAM
3. Diakui pada saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Cara ini dilakukan jika resiko
penagihan piutang murabahah cukup besar.
Dari tiga cara pengakuan keuntungan murabahah diatas, cara pada poin b yang paling sering
digunakan yaitu secara proporsional sesuai dengan kas yang dibayarkan oleh nasabah.
Contoh Kasus
Tanggal 13 Agustus 2015 disepakati akad murabahah antara Bank Berkah Syariah dengan tuan Ahmad
untuk pembelian mobil Avanza, dengan rincian sebagai berikut:
Jurnal transaksi :
12
PEMBAHASAN MENDALAM
Contoh Kasus:
Berdasarkan kesepakatan dalam akad murabahah antara tuan Ahmad dan Bank Berkah Syariah adalah
jangka waktu murabahah 24 bulan dan pembayaran dilakukan secara angsuran. Maka, Tanggal 13
September 2015 tuan Ahmad melakukan angsuran pertama sebesar Rp 20.000.000 dengan rincian
angsuran pokok Rp 15.000.000 dan margin Rp 5.000.000 (lihat tabel angsuran).
Angsuran
Total Angsuran Pokok Margin Sisa Pokok Sisa Margin
ke-
180,000,000 60,000,000
13
PEMBAHASAN MENDALAM
Jurnal Transaksi:
➢ Potongan Murabahah
Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban nasabah yang diberikan oleh bank. Potongan
murabahah dapat diberikan pada dua kondisi yaitu potongan pelunasan murabahah dan potongan
tagihan murabahah.
Pada dasarnya nasabah harus melunasi seluruh kewajibannya atas transaksi murabahah, namun
jika nasabah melakukan pelunasan tepat waktu atau melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo
maka bank syariah dibolehkan untuk memberikan potongan harga, dengan syarat tidak diperjanjikan
dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada kebijakan bank.
Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada nasabah diakui sebagai pengurang
pendapatan murabahah. Metode potongan pelunasan piutang murabahah dengan menggunakan
salah satu metode berikut ini (PSAK 102 par 27):
1. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu bank mengurangi piutang murabahah dari keuntungan
murabahah
2. Diberikan setelah pelunasan, yaitu bank menerima pelunasan piutang dari nasabah dan
kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada nasabah.
Contoh Kasus
Tanggal 13 Juni 2016 tuan Ahmad melakukan pelunasan murabahah lebih cepat dari jadwal jatuh
tempo seharusnya. Sampai bulan Juni sisa piutang murabahah a.n Tuan Ahmad adalah sebesar Rp
40.000.000 terdiri dari pokok Rp 30.000.000 dan margin Rp 10.000.000. Atas pelunasan tersebut Bank
Berkah Syariah memberikan potongan margin murabahah sebesar Rp 5.000.000. Jurnal transaksi :
14
PEMBAHASAN MENDALAM
➢ Denda
Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat melakukan pembayaran
angsuran piutang Murabahah, dengan indikasi antara lain:
1. adanya unsur kesengajaan, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi tidak melakukan
pembayaran piutang Murabahah; dan
2. adanya unsur penyalahgunaan dana, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi digunakan
terlebih dahulu untuk hal lain.
Denda tidak dapat dikenakan kepada nasabah yang tidak/belum mampu melunasi disebabkan
oleh force majeur, jika dapat dibuktikan. Denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Contoh Kasus
Tanggal 16 Desember 2015 atas kelalaian pembayaran angsuran oleh tuan Ahmad, Bank Berkah
Syariah mengenakan denda sebesar Rp 150.000 dan tuan Ahmad langsung membayar denda secara
tunai.
Jurnal Transaksi :
15
PEMBAHASAN MENDALAM
Jika transaksi murabahah dengan tambahan akad wakalah, maka ketentuannya adalah akad
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
Contoh kasus:
Tanggal 13 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah dan tuan Ahmad sepakat melakukan transaksi
murabahah atas mobil Avanza sebesar Rp 180.000.000 dengan tambahan margin sebesar Rp
60.000.000. Atas transaksi tersebut Bank Berkah Syariah memberikan uang sebesar Rp 180.000.000
kepada tuan Ahmad sebagai wakil untuk pembelian mobil Avanza.
Jurnal transaksi :
Cr Kas Rp 180.000.000
Setelah melakukan pembelian mobil Avanza, pada tanggal 16 Agustus 2015 tuan Ahmad datang ke
Bank Berkah Syariah untuk menyerahkan mobil Avanza dengan menunjukan bukti pembelian barang.
Jurnal transaksi :
Setelah barang diterima oleh bank syariah, barulah dilakukan akad murabahah antara Bank Berkah
Syariah dengan tuan Ahmad.
Jurnal transaksi :
16
PEMBAHASAN MENDALAM
PSAK 103
➢ Praktik Salam Pada Lembaga Keuangan Syariah
Karena LKS bukanlah perusahaan dagang yang menyediakan barang, maka biasanya untuk
memenuhi barang pesanan dengan sistem salam, LKS memesan kembali barang tersebut ke pihak lain
(pemasok/suplier) dengan akad salam. Jadi, LKS berperan ganda yaitu sebagai penjual dan juga
sebagai pembeli. Skema seperti ini dikenal dengan istilah salam paralel.
Penjelasan Skema :
1. Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah dengan akad salam
2. Nasabah menyerahkan dana ke bank syariah sebagai modal salam
3. Untuk memenuhi kebutuhana pemesanan dari nasabah, bank syariah memesan barang ke
suplier
4. Bank syariah menyerahkan dana ke suplier sebagai modal salam
5. Bank syariah menerima barang pesanan dari suplier
6. Bank syariah menyerahkan barang pesanan ke nasabah
17
PEMBAHASAN MENDALAM
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis beras putih pandan wangi sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.
Jurnal transaksi:
Sponsored Ad
Rp
1 April 2015 Dr Kas
100.000.000
Rp
Cr Hutang Salam
100.000.000
Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 80.000.000.
Jurnal transaksi:
Rp
1 Juni 2015 Dr Persediaan Barang Salam
80.000.000
Rp
Cr Kas
80.000.000
Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:
Rp
1 Juni 2015 Dr Hutang Salam
100.000.000
Rp
Cr Persediaan Barang Salam
80.000.000
Rp
Cr Pendapatan Margin Salam
20.000.000
Contoh Kasus 2
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.
Jurnal transaksi:
Rp
1 April 2015 Dr Kas
100.000.000
Rp
Cr Hutang Salam
100.000.000
18
PEMBAHASAN MENDALAM
Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 110.000.000.
Jurnal transaksi:
Rp
1 Juni 2015 Dr Persediaan Barang Salam
110.000.000
Rp
Cr Kas
110.000.000
Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:
Rp
1 Juni 2015 Dr Hutang Salam
100.000.000
Rp
Dr Beban Kerugian Salam
10.000.000
Rp
Cr Persediaan Barang Salam
110.000.000
Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS bertindak sebagai pembeli:
Contoh kasus :
Tanggal 2 April 2015 Bank Berkah Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp 80.000.000 kepada
KUD Petani Mandiri untuk pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5 ton.
Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 28 Mei 2015.
Jurnal transaksi:
Cr Kas Rp 80.000.000
Barang pesanan yang diterima diakui sebagai persediaan. Pada saat penerimaan barang diakui dan
diukur sebagai berikut:
19
PEMBAHASAN MENDALAM
• Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati
Contoh :
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari
KUD Petani Mandiri senilai Rp 80.000.000.
Jurnal :
Barang pesanan yang diterima dinilai sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang pesanan
yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari KUD
Petani Mandiri senilai Rp 90.000.000.
Jurnal :
o Barang pesanan yang diterima dinilai diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima
dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima
lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari
KUD Petani Mandiri senilai Rp 70.000.000.
Jurnal :
20
PEMBAHASAN MENDALAM
• Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka:
Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum
dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri tidak dapat menyerahkan barang salam, dan Bank Berkah
Syariah memperpanjang jangka waktu penyerahan hingga 10 hari kedepan.
Jurnal : No Entry
o Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam senilai Rp
40.000.000.
o Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas
barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam,
maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar
dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam senilai Rp
40.000.000. Dan disepakati sisa kewajiban dibayar dengan penjualan jaminan KUD Petani Mandiri.
Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan jaminan. Nilai
jaminan lebih kecil dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 35.000.000 :
21
PEMBAHASAN MENDALAM
Dr Kas Rp 35.000.000
Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan jaminan. Nilai
jaminan lebih besar dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 45.000.000 :
Dr Kas Rp 45.000.000
Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih kecil dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 75.000.000 :
Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih besar dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 85.000.000:
22
PEMBAHASAN MENDALAM
PSAK 104
➢ Skema Akad/Transaksi Istisna’ Pada LKS
Jika dalam pembuatan barang yang dipesan oleh nasabah, LKS membuat sendiri maka skema
transaksi akad istisna’ adalah sebagai berikut :
Penjelasan Skema :
• Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah untuk pembuatan suatu barang konstruksi
• Bank syariah membuat barang pesanan, kemudian menyerahkan barang kepada nasabah
• Nasabah melakukan pembayaran kepada bank syariah.
Jika untuk memenuhi pesanan nasabah tersebut bank syariah memesan lagi kepada pihak lain atau
kontraktor. Akad antara nasabah dan bank syariah sebagai penjual harus terpisah dengan akad bank
syariah sebagai pembeli dengan kontraktor. Skema yang digunakan adalah istisna’ paralel sebagai
berikut :
Penjelasan Skema :
• Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah untuk pembuatan suatu barang konstruksi
• Bank Syariah memesan barang yang dipesan nasabah kepada kontraktor
• Kontraktor menyerahkan barang kepada bank syariah
• Bank syariah melakukan pembayaran kepada kontraktor
• Bank syariah menyerahkan barang pesanan kepada nasabah
• Nasabah melakukan pembayaran kepada bank syariah.
23
PEMBAHASAN MENDALAM
➢ Akuntansi Istishna
Contoh kasus: untuk membangun sebuah bagunan
Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank
Harga bangunan: Rp. 150.000.000
Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000
Transaksi istishna kedua: antara bank dengan pemasok (kontraktor)
Harga bangunan: Rp. 130.000.000
Termin pembayaran: 3 termin sebesar: 20%= 26.000.000 dan 30%=
39.000.000 dan 50%= 65.000.000
o Untuk keperluan survey bank telah mengeluarkan sejumlah dana, hal yang demikian di
kemudian hari akan diakui sebagai biaya overhead sebagai penambah jumlah harga
perolehan barang istishna
Beban pra akad yang ditangguhkan Rp. 2 jt
Kas Rp.2 jt
o Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 20%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 26 juta
Utang Rp. 26 juta
o Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 30%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 39 juta
Utang istishna Rp. 39 juta
24
PEMBAHASAN MENDALAM
o Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 50%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 65 juta
Utang istishna Rp. 65 juta
o penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang istishna dari pembeli
(nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya jurnal ini dibut sebanyak 5 kali sesuai
tanggal terminnya, namun disini dilakukan penyingkatan menjadi Satu
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal sesuai termin)
Kas Rp. 30 juta
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 30 juta
25
PEMBAHASAN MENDALAM
26
PEMBAHASAN MENDALAM
PSAK 105
➢ Jenis Mudharabah
Mudharabah terdiri dari tiga jenis berikut ini:
1. Muthlaqah, yaitu mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2. Muqayyadah, yaitu mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola
dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Contoh batasan antara lain
adalah:
a. Tidak mencampur dana pemilik dana dengan dana lainnya
b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau
tanpa jaminan
c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga
3. Mudharabah musytarakah, yaitu bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
27
PEMBAHASAN MENDALAM
Contoh:
Penjualan 1000
Beban 250
Menggunakan metode gross profit margin dengan nisbah 10% untuk pemilik dana (bank syariah)
dan 90% untuk pengelola dana (nasabah).
• Bank syariah : 350 x 10% = 35
• Nasabah : 350 x 90% = 315
Menggunakan metode profit sharing dengan nisbah 30% untuk bank syariah dan 70% untuk
nasabah
• Bank syariah : 100 x 30% = 30
• Nasabah : 100 x 70% = 70
Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun
agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.
28
PEMBAHASAN MENDALAM
14 Agust Rp
Dr Pembiayaan Mudharabah
2015 250.000.000
Rp
Cr Kas
250.000.000
Pendapatan Rp 75.000.000
HPP Rp 50.000.000
Beban Rp 10.000.000
Berdasarkan laporan hasil usaha Bank Syariah Mandiri menerima pendapatan bagi hasil
sebesar Rp 4.500.000 (30% x Rp 15.000.000).
Jurnal jika bagi hasil langsung dibayar oleh nasabah :
14 Sept
Dr Kas Rp 4.500.000
2015
29
PEMBAHASAN MENDALAM
14 Sept
Dr Kas Rp 4.500.000
2015
o Kerugian Mudharabah
Kerugian pembiayaan Mudharabah yang terjadi selama masa akad
diakui sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pembiayaan Mudharabah dan
disajikan sebagai contra account pembiayaan mudharabah.
Contoh :
Tanggal 14 Oktober 2015 tuan Alex menyampaikan laporan kepada Bank Syariah Mandiri
bahwa usahanya mengalami kerugian sebesar Rp 5.000.000. Dan setelah dilakukan
investigasi dinyatakan kerugian terjadi karena kondisi normal.
Jurnal :
14 Sept
Dr Beban CKPN Pembiayaan Mudharabah Rp 5.000.000
2015
14 Agust
Dr Kas Rp 250.000.000
2017
30