Anda di halaman 1dari 31

SAK SYARIAH

RINGKASAN & PEMBAHASAN

DIAN KUSUMA WARDHANI | 2020


1 RINGKASAN

SAK SYARIAH
PSAK 101 : Penyajian laporan keuangan syariah
102 : Akuntansi murabahah
103 : salam
104 : istishna
105 : mudharabah
106 : musyarakah
107 : ijarah
108 : transaksi akuntansi syariah
109 : zakat/infak/sedekah
110 : sukuk

PSAK 101
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan syariah, antara
lain terkait:
• Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
• Dasar akrual;
• Materialitas dan penggabungan;
• Saling hapus;
• Frekuensi pelaporan;
• Informasi komparatif; dan
• Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

PSAK 102
Transaksi murabahah :transaksi jual-beli barang dengan menegaskan harga perolehan dan
margin keuntungan kepada pembeli.
Pembeda: harga perolehan dan margin keuntungan (jika transaksi umum namanya
keuntungan bunga) harus diketahui oleh pembeli. Keuntungan diperoleh atas kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Contoh,
1) tuan Ahmad membeli laptop merk Asus kepada tuan Robert seharga Rp 6.500.000.
dari harga tersebut tuan Robert memberitahukan kepada tuan Ahmad harga
pokok/harga beli laptop Rp 6.000.000 dan keuntungan Rp 500.000.
2) tuan Malik berencana membeli mobil Avanza seharga Rp230 juta. Karena tuan Malik
tidak memiliki uang sejumlah tersebut, tuan Malik mendatangi Bank Syariah X untuk
membeli mobil yang diinginkan. Bank Syariah X kemudian memesan mobil dimaksud,
kemudian menjualnya kepada tuan Malik dengan harga yang disepakati sebesar Rp
2 RINGKASAN

250 juta (Rp 230 juta harga perolehan dan Rp 20 juta margin). Pembayaran dilakukan
secara angsuran setiap bulan selama jangka waktu 12 bulan.

Dalam pemesanan barang, bank syariah dapat mewakilkan (wakalah) kepada


pihak lain atau kepada nasabah itu sendiri. Jadi, yang membeli barang adalah
tuan Ahmad (contoh diatas) atas nama bank syariah X. Tapi
transaksi murabahah baru boleh dilaksanakan jika barang sudah dibeli oleh
nasabah. Transaksi ini biasa dikenal dengan murabahah bil wakalah.

Akuntansi untuk Penjual


Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

Akuntansi untuk Pembeli Akhir


Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.

Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.

Keunggulan
1) Keuntungan langsung diketahui. Keuntungan murabahah langsung diketahui diawal
ketika transaksi murabahah disepakati, berbeda dengan
transaksi mudharabah/musyarakah dimana bagi hasil tidak boleh ditentukan diawal
karena harus menunggu hasil usaha nasabah.
2) Margin fix. Keuntungan murabahah sifatnya fix (certainty)atau tetap, jika sudah
disepakati tidak dapat berubah. Berbeda dengan bagi hasil yang sifatnya tidak
tetap(uncertainty), berubah-rubah menyesuaikan hasil usaha.
3) Resiko rendah. Transaksi murabahah secara kredit adalah transaksi utang piutang yang
wajib diselesaikan oleh nasabah. Artinya penyelesaian utang piutang tidak berkaitan
dengan kondisi usaha nasabah, apakah dalam untung atau rugi. Sehingga resikonya
relatif rendah. Sedang bagi hasil relatif beresiko, karena jika terjadi kerugian usaha maka
kerugian akan ditanggung bersama.

PSAK 103
Salam adalah transaksi jual-beli barang secara pesanan (muslam fiih) dimana penjual (muslam
ilaihi) menyerahkan barang dagangannya di kemudian hari sedangkan pembeli melakukan
pembayaran pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Pembeda:
1) Penyerahan barang kemudian hari dan pembayaran tunai dilakukan dimuka. Jadi harga
sudah ditetapkan diawal, walau penyerahan barang dikemudian hari.
2) Beda salam dengan transaksi gijon atau ijon adalah pada transaksi salam ketentuan
terkait spesifikasi, harga, dan waktu penyerahan harus sudah ditentukan diawal transaksi,
sedang pada transaksi gijon tidak ditentukan sehingga mengandung unsur gharar.
Ketentuan-ketentuan dalam transaksi salam yang telah disepkati mengikat penjual dan
pembeli.
Contoh
Tuan Sugiarso memesan beras pandanwangi type A sebanyak 100 kg kepada tuan Candra
dengan harga Rp1.500.000 (Rp15.000/kg) dibayar tunai. Penyerahan barang akan dilakukan
seminggu kemudian.
3 RINGKASAN

Akuntansi untuk Pembeli


Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.
Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam. Denda yang diterima
oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan. Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
a. besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Penjual


Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal usaha salam
yang diterima. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang kepada pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam. Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
a. piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa;
b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

PSAK 104
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’).
Pembeda
1) Harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga
barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Murabahah Salam Istishna
Penyerahan Barang awal akhir akhir
Pembayaran Angsuran (cicilan) Diawal 100% Angsuran/saat
kontrak/diakhir
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual.
Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas
kelalaiannya.
2) Berbeda dengan transaksi salam yang barangnya adalah hasil pertanian, pada transaksi
istishna, barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang manufactur/konstruksi.
3) istisna’ paralel, yaitu suatu bentuk akad istisna’ antara pemesan (pembeli, mustasni’)
dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada
mustasni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’. Contoh, Bank Syariah mendapat
pesanan dari nasabah untuk pembuatan ruko dengan syarat dan kriteria yang telah
disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah tersebut, bank syariah memesan kepada
kontraktor.

Akuntansi untuk Penjual


Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau
metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan
diserahkan kepada pembeli.
Penjual menyajikan:
a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh
pembeli akhir.
b. Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada
pembeli akhir.
Akuntansi untuk Pembeli

Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Beban istishna’ tangguhan
diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.
Pembeli menyajikan:
4 RINGKASAN

a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
i. persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna’
paralel; atau
ii. kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’ (bukan istishna’ paralel).

Didalam fatwa DSN MUI No 06 tentang transaksi Istisna’ dijelaskan beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan dalam akad istisna’:
• Ketentuan tentang Pembayaran:
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat.
2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
• Ketentuan tentang Barang:
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
8. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
• Ketentuan lain:
1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.
2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada
jual beli istishna’.

Karakteristik Transaksi Istisna’


1. Berdasarkan akad istisna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang
pesanan (masnu’) sesuai spesifikasi yang diisyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,
dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
3. Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
4. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
5. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal
6. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya
7. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli
dan penjual. Jika barang pesanan diserahkansalah ataui cacat maka penjual harus
bertanggungjawab atas kelalaiannya
8. Bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istisna’.
Jika bank syariah sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau
kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istisna’ maka hal ini disebut
istisna’ paralel.
9. Istisna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara bank syariah dan
nasabah, tidak bergantung (muallaq) dari akad kedua, antara bank syariah dan pihak lain.
10. Pada dasarnya istisna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
11. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
12. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad
13. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas
14. Jumlah yang telah dibayarkan; atau
15. penyerahan barang pesanan sesuai spesifikasi dan tepat waktu
5 RINGKASAN

PSAK 105
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik
dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Contoh
Tuan Malik memiliki dana Rp 100 juta, karena tidak memiliki keahlian dalam mengelola dana
maka tuan Malik meminta tuan Ridwan untuk mengelola dana tersebut dalam bentuk usaha
katering. tuan Malik sebagai pemodal sedang tuan Ridwan sebagai pengelola dana.
Keuntungan dibagi sesuai nisbah kesepakatan, sedang kerugian dana akan ditanggung oleh
pemilik modal.

PSAK 106
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan
bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat
catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi
dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.

PSAK 107
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset
baik berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
Pengaturan akuntansi dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).

Akuntansi Pemilik (Mu’jir) Akuntansi Penyewa


(Musta’jir)

Biaya Perolehan Objek ijarah diakui pada saat objek ijarah


diperoleh sebesar biaya perolehan.

Penyusutan dan Objek ijarah disusutkan atau diamortisasi,


Amortisasi jika berupa aset yang dapat disusutkan
atau diamortisasi, sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau amortisasi
untuk aset sejenis selama umur
manfaatnya (umur ekonomis).

Pendapatan dan Pendapatan sewa selama masa akad Beban sewa diakui selama
Beban diakui pada saat manfaat atas aset telah masa akad pada saat manfaat
diserahkan kepada penyewa. atas aset telah diterima.

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
6 RINGKASAN

PSAK 110

untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah, baik sebagai
penerbit sukuk maupun investor sukuk.
Sukuk adalah efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas asetberwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
c. jasa yang sudah adamaupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu;atau
e. kegiatan investasi yangtelah ditentukan.

Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor

Pengakuan Sukuk ijarah diakui pada saat entitas Entitas mengakui investas pada
awal menjadi pihak yang terikat dengan sukuk ijarah dan sukuk
ketentuan penerbitan sukuk ijarah. mudharabah sebesar biaya
Sukuk ijarah diakui sebesar nilai perolehan.
nominal, disesuaikan dengan premium
atau diskonto, dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya.
Penyajian Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas. Pendapatan investasi dan beban
amortisasi disajikan secara neto
dalam laba rugi.

Pengungkapan Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas mengungkapkan hal-hal


mengungkapkan hal-hal berikut: berikut ini:
a) Uraian tentang persyaratan utama d) Klasifikasi investasi
dalam penerbitan sukuk ijarah, berdasarkan jumlah
termasuk: investasi;
i. ringkasan akad syariah yang e) Tujuan model usaha yang
digunakan; digunakan;
ii. aset atau manfaat yang f) Jumlah investasi yang
mendasari; direklasifikasikan, jika ada,
iii. besaran imbalan; dan penyebabnya;
iv. nilai nominal; g) Nilai wajar untuk investasi
v. jangka waktu; yang diukur pada biaya
vi. persyaratan penting lain. perolehan; dan
b) Penjelasan mengenai aset atau h) Lain-lain.
manfaat yang mendasari
penerbitan sukuk ijarah, termasuk
jenis dan umur ekonomik; dan
c) Lain-lain.

PSAK 110 (revisi 2015) memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan
keuangan investor. Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kas
kontraktual.
Pada sisi investor,investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika:
a. investasi tersebutdimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk
memperoleh arus kaskontraktual; dan
b. persyaratan kontraktualmenentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau
hasilnya.
7 RINGKASAN

Generally Accepted Sharia Accounting Principles

Digambarkan dalam bentuk bagan yang menyerupai bangunan. yang dikembangkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan – IAI di Indonesia.

Landasan Syariah, merupakan landasan dasar semua transaksi yang bersumber langsung dari
hukum Islam yaitu Al Quran, Al Hadist, dan Fatwa. Bersifat hirarki, Al Quran menjadi sumber pertama
dan utama, lalu Al Hadist menjadi pelengkap penjelasan Al Quran. Transaksi keuangan kontemporer
yang tidak ada penjelasan secara khusus dalam al Quran dan al Hadist, akan dijelaskan oleh ulama
dalam bentuk fatwa. Di Indonesia, fatwa keuangan kontemporer dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) – MUI yang bersifat independen dan diisi oleh unsur ulama yang memahami keilmuan
syariah dan ekonomi.

Landasan Konseptual berisi Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLKS) yang menjadi konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah bagi
para penggunanya. Tujua KDPPLKS adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. Penyusun standar akuntansi syariah dalam pelaksanaan tugasnya
2. Penyusun laporan keuangan syariah, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yan belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai prinsip
akuntansi syariah yang berlaku umum
4. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.

Landasan Operasional atau Landasan Praktek merupakan landasan dalam tataran teknis
pencatatan transkasi syariah. Landasan ini dibagi menjadi 3 tingkatan. Entitas syariah atau entitas
konvensional yang menjalankan transaksi syariah harus mengacu pada setiap tingkat secara
berurutan. Jika suatu transaksi tidak dibahas pada tingkat 1, maka dapat mengacu pada tingkat 2, dan
seterusnya, selama tidak bertentangan dengan landasan syariah dan landasan konseptual. Atau jika
suatu tingkat saling bertentangan dengan tingkat lainnya, maka yang digunakan adalah tingkat yang
paling rendah.
❖ Tingkat 1 mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (SAK Syariah) dan
Interpretasi Standar Akuntansi Syariah (ISAK) yang mengatur transaksi syariah. Saat IAI telah
8 RINGKASAN

mengeluarkan 10 PSAK Syariah. Selain itu entitas syariah juga dapat menggunakan
PSAK/ISAK Umum selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
❖ Tingkat 2 mengacu pada standar akuntansi internasional seperti AAOIFI dan IFRS atau dapat
mengacu pada standar akuntansi negara lain. Selain itu dapat juga mengacu pada buletin
teknis yang dikeluarkan IAI, Regulasi terkait seperti peraturan pemerintah, peraturan menteri,
peraturan OJK, dan peraturan BI, atau mengacu pada pedoman akuntansi entitas terkait
seperti PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).
❖ Tingkat 3 mengacu pada praktek akuntansi yang berlaku umum atau buku teks, hasil riset,
pendapat ahli selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Bangunan GASAP dibaca dari bawah, landasan syariah menjadi dasar landasan berikutnya,
landasan yang diatasnya dapat digunakan selama tidak bertentangan dengan landasan syariah.
Jika terdapat pertentangan antar landasan, maka landasan syariah yang dijadikan acuan.

Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK Syariah)
merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.
Berbeda dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) pada SAK umum yang mengacu kepada
transaksi konvensional, KDPPLK Syariah memberikan konsep dasar paradigma, asas transaksi syariah, dan
karakteristik transaksi syariah.
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
a) Persaudaraan (ukhuwah);
b) Keadilan (‘adalah);
c) Kemaslahatan (maslahah);
d) Keseimbangan (tawazun);
e) Unversalisme (syumuliyah);
Beberapa karakteristik transaksi syariah yang disebutkan dalam KDPPLK Syariah diantaranya:
a) Tidak mengandung unsur riba;
b) Tidak mengandung unsur kezaliman;
c) Tidak mengandung unsur maysir;
d) Tidak mengandung unsur gharar;
e) Tidak mengandung unsur haram
PEMBAHASAN MENDALAM

PSAK 102
Pencatatan Akuntansi Murabahah

➢ Uang Muka Murabahah


Uang Muka murabahah adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli (nasabah) kepada penjual (bank
syariah) sebagai bukti komitmen untuk membeli barang dari penjual. Pengakuan dan pengukuran
uang muka murabahah adalah sebagai berikut :

1. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima
2. Jika barang jadi dibeli oleh nasabah, maka uang muka diakui sebagai pembayaran bagian dari
pokok piutang murabahah
3. Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka uang muka dikembalikan kepada nasabah setelah
diperhitungkan dengan biaya-biaya riil yang dikeluarkan oleh bank

Contoh Kasus:

Tanggal 3 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah (BBS) menerima pembayaran uang muka sebesar Rp
20.000.000 dari tuan Ahmad sebagai tanda keseriusannya untuk memesan barang kepada BBS berupa
mobil Avanza. Atas transaksi tersebut BBS melakukan pencatatan sebagai berikut:

3 Agust 2015 Dr Kas / Rek a.n Ahmad Rp 20.000.000

Cr Hutang Uang Muka Murabahah Rp 20.000.000

Tanggal 10 Agustus 2015 BBS menyerahkan barang pesanan kepada tuan Ahmad. Atas kesepakatan
transaksi murabahah tersebut maka jurnal uang muka sebagai berikut :

10 Agust 2015 Dr Hutang Uang Muka Murabahah Rp 20.000.000

Cr Piutang Murabahah Rp 20.000.000

Jika tanggal 10 Agustus 2015 tuan Ahmad membatalkan pembelian barang kepada BBS dan atas
pemesananan barang Bank Syariah telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.000.000. Maka jurnal
transaksinya adalah:

10 Agust 2015 Dr Hutang Uang Muka Murabahah Rp 20.000.000

Biaya Pemesanan Murabahah


Cr Rp 5.000.000
– Pendapatan lainnya

Cr Kas / Rek a.n Ahmad Rp 15.000.000

9
PEMBAHASAN MENDALAM

➢ Pengadaan Barang Murabahah


Setelah nasabah memesan barang kepada Bank Syariah, maka Bank Syariah membeli barang
kepada pemasok atau suplier. Pada saat barang diperoleh diakui sebagai persediaan murabahah
sebesar biaya perolehan. Jika terjadi penurunan nilai persediaan murabahah karena usang, rusak atau
kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset.

Contoh Kasus:

Tanggal 4 Agustus 2015 atas pemesanan tuan Ahmad, Bank Berkah Syariah membeli mobil Avanza
secara tunai ke dealer PT. Maju Terus dengan harga Rp 180.000.000. Jurnal transaksi tersebut adalah:

4 Agust 2015 Db Persediaan Murabahah Rp 180.000.000

Cr Kas Rp 180.000.000

Tanggal 7 Agustus 2015 sebelum barang diserahkan ke tuan Ahmad, terjadi penurunan nilai barang
yang disebabkan oleh satu dan lain hal sebesar Rp 2.000.000. Jurnal transaksi adalah:

Beban Kerugian Penurunan Nilai Aset


7 Agust 2015 Db Rp 2.000.000
Murabahah

Cr Persediaan Murabahah Rp 2.000.000

➢ Diskon Murabahah
Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam bentuk apapun
yang diperoleh pihak pembeli dari pemasok.

Dalam pembelian barang oleh bank syariah biasanya akan mendapat diskon harga dari pihak pemasok
atau suplier. Diskon tersebut oleh bank syariah diakui sebagai (PSAK 102 par 20) :
1. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah;
2. Liabilitas kepada nasabah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati menjadi hak nasabah.
3. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati menajdi hak bank
4. Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam
akad.

Contoh Kasus

Tanggal 10 Agustus 2015, atas pembelian mobil Avanza oleh BBS, dealer PT maju terus memberikan
diskon harga sebesar Rp 7.500.000 dan diberikan secara tunai. Jurnal atas transaksi tersebut:

10
PEMBAHASAN MENDALAM

• Terjadi sebelum akad murabahah

11 Agust 2015 Db Kas Rp 7.500.000

Cr Persediaan Murabahah Rp 7.500.000

• Terjadi setelah akad murabahah dan disepakati menjadi hak nasabah

11 Agust 2015 Db Kas Rp 7.500.000

Cr Hutang Diskon Murabahah Rp 7.500.000

• Terjadi setelah akad murabahah dan disepakati menjadi hak bank

11 Agust 2015 Db Kas Rp 7.500.000

Cr Pendapatan Murabahah Rp 7.500.000

• Terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan

11 Agust 2015 Db Kas Rp 7.500.000

Cr Pendapatan Operasional Lainnya Rp 7.500.000

➢ Akad Murabahah / Penyerahan Barang


Setelah barang yang dipesan oleh nasabah telah disiapkan oleh bank syariah, maka proses
berikutnya adalah akad / perjanjian murabahah antara bank syariah dengan nasabah bersangkutan
yang sekaligus juga penyerahan barang oleh bank syariah kepada nasabah. Dalam akad murabahah
disepakati beberapa ketentuan yang terkait :
1. Harga jual aset murabahah
2. Harga beli aset murabahah
3. Margin/keuntungan murabahah yang disepakati
4. Jangka waktu angsuran oleh nasabah
5. Dan ketentuan lainnya

Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar harga jual aset murabahah yaitu
harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati.
Keuntungan murabahah yang disepakati dapat diakui dengan cara berikut ini :
1. Diakui pada saat penyerahan barang. Cara ini diterapkan jika resiko penagihan piutang
murabahah relatif kecil.
2. Diakui secara proporsional sesuai dengan kas yang diterima dari tagihan piutang murabahah.
Cara ini diterapkan jika resiko penagihan piutang murabahah relatif besar.

11
PEMBAHASAN MENDALAM

3. Diakui pada saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Cara ini dilakukan jika resiko
penagihan piutang murabahah cukup besar.

Dari tiga cara pengakuan keuntungan murabahah diatas, cara pada poin b yang paling sering
digunakan yaitu secara proporsional sesuai dengan kas yang dibayarkan oleh nasabah.

Contoh Kasus

Tanggal 13 Agustus 2015 disepakati akad murabahah antara Bank Berkah Syariah dengan tuan Ahmad
untuk pembelian mobil Avanza, dengan rincian sebagai berikut:

Harga Jual Rp 240.000.000

Harga Perolehan Rp 180.000.000

Margin / Keuntungan Rp 60.000.000

Jangka Waktu 1 tahun (12 bulan)

Metode Pembayaran Angsuran

Biaya Administrasi Rp 1.800.000

Jurnal transaksi :

13 Agust 2015 Db Piutang Murabahah Rp 240.000.000

Cr Margin Murabahah Yang Ditangguhkan (MYDT) Rp 60.000.000

Cr Persediaan Murabahah Rp 180.000.000

13 Agust 2015 Db Kas / rek a.n Tuan Ahmad Rp 1.800.000

Cr Pendapatan Administrasi Pembiayaan Rp 1.800.000

➢ Pembayaran Angsuran Murabahah


Setelah akad murabahah dan barang sudah diserahkan kepada nasabah, maka kewajiban nasabah
adalah melakukan pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pada bank
syariah, transaksi murabahah selalu dilakukan secara tangguh baik dengan cara angsuran atau
sekaligus pada waktu tertentu (tempo).

12
PEMBAHASAN MENDALAM

Contoh Kasus:

Berdasarkan kesepakatan dalam akad murabahah antara tuan Ahmad dan Bank Berkah Syariah adalah
jangka waktu murabahah 24 bulan dan pembayaran dilakukan secara angsuran. Maka, Tanggal 13
September 2015 tuan Ahmad melakukan angsuran pertama sebesar Rp 20.000.000 dengan rincian
angsuran pokok Rp 15.000.000 dan margin Rp 5.000.000 (lihat tabel angsuran).

Tabel Jadwal Angsuran Murabahah dengan Metode Proporsional (flat)

Angsuran
Total Angsuran Pokok Margin Sisa Pokok Sisa Margin
ke-

180,000,000 60,000,000

1 20,000,000 15,000,000 5,000,000 165,000,000 55,000,000

2 20,000,000 15,000,000 5,000,000 150,000,000 50,000,000

3 20,000,000 15,000,000 5,000,000 135,000,000 45,000,000

4 20,000,000 15,000,000 5,000,000 120,000,000 40,000,000

5 20,000,000 15,000,000 5,000,000 105,000,000 35,000,000

6 20,000,000 15,000,000 5,000,000 90,000,000 30,000,000

7 20,000,000 15,000,000 5,000,000 75,000,000 25,000,000

8 20,000,000 15,000,000 5,000,000 60,000,000 20,000,000

9 20,000,000 15,000,000 5,000,000 45,000,000 15,000,000

10 20,000,000 15,000,000 5,000,000 30,000,000 10,000,000

11 20,000,000 15,000,000 5,000,000 15,000,000 5,000,000

12 20,000,000 15,000,000 5,000,000 – –

13
PEMBAHASAN MENDALAM

Jurnal Transaksi:

13 Sept 2015 Db Kas / Rek a.n Ahmad Rp 20.000.000

Cr Piutang Murabahah Rp 20.000.000

13 Sept 2015 Db Margin Murabahah Yang Ditangguhkan (MYDT) Rp 5.000.000

Cr Pendapatan Margin Murabahah Rp 5.000.000

➢ Potongan Murabahah
Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban nasabah yang diberikan oleh bank. Potongan
murabahah dapat diberikan pada dua kondisi yaitu potongan pelunasan murabahah dan potongan
tagihan murabahah.

Pada dasarnya nasabah harus melunasi seluruh kewajibannya atas transaksi murabahah, namun
jika nasabah melakukan pelunasan tepat waktu atau melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo
maka bank syariah dibolehkan untuk memberikan potongan harga, dengan syarat tidak diperjanjikan
dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada kebijakan bank.

Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada nasabah diakui sebagai pengurang
pendapatan murabahah. Metode potongan pelunasan piutang murabahah dengan menggunakan
salah satu metode berikut ini (PSAK 102 par 27):
1. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu bank mengurangi piutang murabahah dari keuntungan
murabahah
2. Diberikan setelah pelunasan, yaitu bank menerima pelunasan piutang dari nasabah dan
kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada nasabah.

Contoh Kasus

Tanggal 13 Juni 2016 tuan Ahmad melakukan pelunasan murabahah lebih cepat dari jadwal jatuh
tempo seharusnya. Sampai bulan Juni sisa piutang murabahah a.n Tuan Ahmad adalah sebesar Rp
40.000.000 terdiri dari pokok Rp 30.000.000 dan margin Rp 10.000.000. Atas pelunasan tersebut Bank
Berkah Syariah memberikan potongan margin murabahah sebesar Rp 5.000.000. Jurnal transaksi :

• Diberikan pada saat pelunasan :

13 Juni 2016 Db Kas / Rek a.n Ahmad Rp 35.000.000

Cr Piutang Murabahah Rp 35.000.000

13 Juni 2016 Db Margin Murabahah Yang Ditangguhkan (MYDT) Rp 5.000.000

14
PEMBAHASAN MENDALAM

Cr Pendapatan Margin Murabahah Rp 5.000.000

13 Juni 2016 Db Margin Murabahah Yang Ditangguhkan (MYDT) Rp 5.000.000

Cr Piutang Murabahah Rp 5.000.000

• Diberikan setelah pelunasan:

13 Juni 2016 Db Kas / Rek a.n Ahmad Rp 40.000.000

Cr Piutang Murabahah Rp 40.000.000

13 Juni 2016 Db Margin Murabahah Yang Ditangguhkan (MYDT) Rp 10.000.000

Cr Pendapatan Margin Murabahah Rp 10.000.000

13 Juni 2016 Db Pendapatan Margin Murabahah Rp 5.000.000

Cr Kas / Rek a.n Ahmad Rp 5.000.000

➢ Denda
Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat melakukan pembayaran
angsuran piutang Murabahah, dengan indikasi antara lain:
1. adanya unsur kesengajaan, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi tidak melakukan
pembayaran piutang Murabahah; dan
2. adanya unsur penyalahgunaan dana, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi digunakan
terlebih dahulu untuk hal lain.
Denda tidak dapat dikenakan kepada nasabah yang tidak/belum mampu melunasi disebabkan
oleh force majeur, jika dapat dibuktikan. Denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Contoh Kasus

Tanggal 16 Desember 2015 atas kelalaian pembayaran angsuran oleh tuan Ahmad, Bank Berkah
Syariah mengenakan denda sebesar Rp 150.000 dan tuan Ahmad langsung membayar denda secara
tunai.

Jurnal Transaksi :

16 Des 2015 Db Kas / Rek a.n Ahmad Rp 150.000

Cr Titipan Dana Kebajikan – Denda Murabahah Rp 150.000

15
PEMBAHASAN MENDALAM

➢ Murabahah dengan Wakalah


Pada prakteknya, kadang bank syariah tidak membeli secara langsung barang yang dipesan oleh
nasabah. Bank syariah mewakilkan pihak lain untuk membeli barang, sehingga bank syariah hanya
menyediakan dana. Wakil yang ditunjuk untuk pembelian barang adalah pihak ketiga atau nasabah
pemesan barang. Transaksi bank syariah mewakilkan pembelian barang kepada pihak ketiga atau
nasabah pemesan disebut dengan akad wakalah.

Jika transaksi murabahah dengan tambahan akad wakalah, maka ketentuannya adalah akad
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Contoh kasus:

Tanggal 13 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah dan tuan Ahmad sepakat melakukan transaksi
murabahah atas mobil Avanza sebesar Rp 180.000.000 dengan tambahan margin sebesar Rp
60.000.000. Atas transaksi tersebut Bank Berkah Syariah memberikan uang sebesar Rp 180.000.000
kepada tuan Ahmad sebagai wakil untuk pembelian mobil Avanza.

Jurnal transaksi :

13 Agust 2015 Db Piutang Wakalah Rp 180.000.000

Cr Kas Rp 180.000.000

Setelah melakukan pembelian mobil Avanza, pada tanggal 16 Agustus 2015 tuan Ahmad datang ke
Bank Berkah Syariah untuk menyerahkan mobil Avanza dengan menunjukan bukti pembelian barang.

Jurnal transaksi :

16 Agust 2015 Db Persediaan Murabahah Rp 180.000.000

Cr Piutang Wakalah Rp 180.000.000

Setelah barang diterima oleh bank syariah, barulah dilakukan akad murabahah antara Bank Berkah
Syariah dengan tuan Ahmad.

Jurnal transaksi :

16 Agust 2015 Db Piutang Murabahah Rp 240.000.000

Cr Persediaan Murabahah Rp 180.000.000

Cr Margin Murabahah Yang Ditangguhkan (MYDT) Rp 60.000.000

16
PEMBAHASAN MENDALAM

PSAK 103
➢ Praktik Salam Pada Lembaga Keuangan Syariah
Karena LKS bukanlah perusahaan dagang yang menyediakan barang, maka biasanya untuk
memenuhi barang pesanan dengan sistem salam, LKS memesan kembali barang tersebut ke pihak lain
(pemasok/suplier) dengan akad salam. Jadi, LKS berperan ganda yaitu sebagai penjual dan juga
sebagai pembeli. Skema seperti ini dikenal dengan istilah salam paralel.

Berikut ini adalah ilustrasi skema transaksi salam pada LKS:

Penjelasan Skema :
1. Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah dengan akad salam
2. Nasabah menyerahkan dana ke bank syariah sebagai modal salam
3. Untuk memenuhi kebutuhana pemesanan dari nasabah, bank syariah memesan barang ke
suplier
4. Bank syariah menyerahkan dana ke suplier sebagai modal salam
5. Bank syariah menerima barang pesanan dari suplier
6. Bank syariah menyerahkan barang pesanan ke nasabah

Salam paralel boleh dilakukan dengan syarat :


• Akad salam pertama antara nasabah dan LKS harus terpisah dengan akad salam kedua
antara LKS dan suplier.
• Kedua akad tersebut tidak boleh saling bergantung (ta’alluq).

➢ Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Penjual


Salah satu karakteristik transaksi salam adalah pembayaran uang salam dilakukan diawal saat
disepakati akad salam bukan pada saat penyerahan barang. Pembayaran modal salam dapat dilakukan
dalam bentuk kas atau non-kas. Pada saat nasabah membayar modal salam diawal akad diakui sebagai
liabilitas / utang salam.
Kewajiban salam berakhir saat penyerahan barang salam oleh penjual (LKS) kepada pembeli
(nasabah). Jika penjual melakukan transaksi salam paralel dalam pengadaan barang, maka selisih
antara jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir (nasabah) dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan pesanan oleh penjual kepada pembeli akhir.

Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS sebagai penjual:


Contoh Kasus 1

17
PEMBAHASAN MENDALAM

Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis beras putih pandan wangi sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.
Jurnal transaksi:
Sponsored Ad

Rp
1 April 2015 Dr Kas
100.000.000

Rp
Cr Hutang Salam
100.000.000

Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 80.000.000.
Jurnal transaksi:

Rp
1 Juni 2015 Dr Persediaan Barang Salam
80.000.000

Rp
Cr Kas
80.000.000

Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:

Rp
1 Juni 2015 Dr Hutang Salam
100.000.000

Rp
Cr Persediaan Barang Salam
80.000.000

Rp
Cr Pendapatan Margin Salam
20.000.000

Contoh Kasus 2
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.
Jurnal transaksi:

Rp
1 April 2015 Dr Kas
100.000.000

Rp
Cr Hutang Salam
100.000.000

18
PEMBAHASAN MENDALAM

Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 110.000.000.
Jurnal transaksi:

Rp
1 Juni 2015 Dr Persediaan Barang Salam
110.000.000

Rp
Cr Kas
110.000.000

Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:

Rp
1 Juni 2015 Dr Hutang Salam
100.000.000

Rp
Dr Beban Kerugian Salam
10.000.000

Rp
Cr Persediaan Barang Salam
110.000.000

➢ Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Pembeli


Pada umumnya atas pemesanan barang dengan akad salam oleh nasabah, LKS akan melakukan
salam paralel kepada pihak lain. Maka posisi LKS adalah sebagai pembeli. Pada saat LKS menyerahkan
modal salam kepada penjual diakui sebagai piutang salam sebesar jumlah yang dibayarkan.

Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS bertindak sebagai pembeli:

Contoh kasus :

Tanggal 2 April 2015 Bank Berkah Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp 80.000.000 kepada
KUD Petani Mandiri untuk pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5 ton.
Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 28 Mei 2015.

Jurnal transaksi:

2 April 2015 Dr Piutang Salam Rp 80.000.000

Cr Kas Rp 80.000.000

Barang pesanan yang diterima diakui sebagai persediaan. Pada saat penerimaan barang diakui dan
diukur sebagai berikut:

19
PEMBAHASAN MENDALAM

• Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati

Contoh :
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari
KUD Petani Mandiri senilai Rp 80.000.000.

Jurnal :

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

• Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:

Barang pesanan yang diterima dinilai sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang pesanan
yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.

Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari KUD
Petani Mandiri senilai Rp 90.000.000.

Jurnal :

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

o Barang pesanan yang diterima dinilai diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima
dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima
lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad

Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari
KUD Petani Mandiri senilai Rp 70.000.000.

Jurnal :

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 70.000.000

Dr Beban Kerugian Salam Rp 10.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

20
PEMBAHASAN MENDALAM

• Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka:

Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum
dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad.

Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri tidak dapat menyerahkan barang salam, dan Bank Berkah
Syariah memperpanjang jangka waktu penyerahan hingga 10 hari kedepan.

Jurnal : No Entry

o Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.

Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam senilai Rp
40.000.000.

Jurnal jika LKS menerima sebagian saja:

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000

Dr Piutang Usaha Rp 40.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS membatalkan seluruhnya:

28 Mei 2015 Dr Piutang Usaha Rp 80.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

o Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas
barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam,
maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar
dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.

Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam senilai Rp
40.000.000. Dan disepakati sisa kewajiban dibayar dengan penjualan jaminan KUD Petani Mandiri.

Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan jaminan. Nilai
jaminan lebih kecil dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 35.000.000 :

21
PEMBAHASAN MENDALAM

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000

Dr Kas Rp 35.000.000

Dr Piutang Usaha Rp 5.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan jaminan. Nilai
jaminan lebih besar dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 45.000.000 :

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000

Dr Kas Rp 45.000.000

Hak Penjual Atas Sisa Penjualan


Cr Rp 5.000.000
Jaminan

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih kecil dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 75.000.000 :

28 Mei 2015 Dr Kas Rp 75.000.000

Dr Piutang Usaha Rp 5.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih besar dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 85.000.000:

28 Mei 2015 Dr Kas Rp 85.000.000

Hak Penjual Atas Sisa Penjualan


Cr Rp 5.000.000
Jaminan

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

22
PEMBAHASAN MENDALAM

PSAK 104
➢ Skema Akad/Transaksi Istisna’ Pada LKS
Jika dalam pembuatan barang yang dipesan oleh nasabah, LKS membuat sendiri maka skema
transaksi akad istisna’ adalah sebagai berikut :

Penjelasan Skema :
• Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah untuk pembuatan suatu barang konstruksi
• Bank syariah membuat barang pesanan, kemudian menyerahkan barang kepada nasabah
• Nasabah melakukan pembayaran kepada bank syariah.

Jika untuk memenuhi pesanan nasabah tersebut bank syariah memesan lagi kepada pihak lain atau
kontraktor. Akad antara nasabah dan bank syariah sebagai penjual harus terpisah dengan akad bank
syariah sebagai pembeli dengan kontraktor. Skema yang digunakan adalah istisna’ paralel sebagai
berikut :

Penjelasan Skema :
• Nasabah memesan barang kepada Bank Syariah untuk pembuatan suatu barang konstruksi
• Bank Syariah memesan barang yang dipesan nasabah kepada kontraktor
• Kontraktor menyerahkan barang kepada bank syariah
• Bank syariah melakukan pembayaran kepada kontraktor
• Bank syariah menyerahkan barang pesanan kepada nasabah
• Nasabah melakukan pembayaran kepada bank syariah.

23
PEMBAHASAN MENDALAM

➢ Istishna’ dapat dibatalkan karena :


1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan
atau penyelesaian akad

➢ Akuntansi Istishna
Contoh kasus: untuk membangun sebuah bagunan
Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank
Harga bangunan: Rp. 150.000.000
Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000
Transaksi istishna kedua: antara bank dengan pemasok (kontraktor)
Harga bangunan: Rp. 130.000.000
Termin pembayaran: 3 termin sebesar: 20%= 26.000.000 dan 30%=
39.000.000 dan 50%= 65.000.000

o Untuk keperluan survey bank telah mengeluarkan sejumlah dana, hal yang demikian di
kemudian hari akan diakui sebagai biaya overhead sebagai penambah jumlah harga
perolehan barang istishna
Beban pra akad yang ditangguhkan Rp. 2 jt
Kas Rp.2 jt

o Saat penandatangan akad sebagai bentuk jadinya akad diteruskan


Biaya istishna Rp. 2 jt
Beban praakad yang ditangguhka Rp. 2 jt

o Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 20%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 26 juta
Utang Rp. 26 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 26 juta
Kas Rp. 26 juta

Pengakuan pendapatan istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 4 juta
Harga pokok istishna Rp. 26 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 30 juta

o Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 30%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 39 juta
Utang istishna Rp. 39 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 39 juta
Kas Rp. 39 juta

24
PEMBAHASAN MENDALAM

Pengakuan pendapatan istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 6 juta
Harga pokok istishna Rp. 39 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 45 juta

o Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 50%
pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 65 juta
Utang istishna Rp. 65 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 65 juta
Kas Rp. 65 juta

Pengakuan pendapatan istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 10 juta
Harga pokok istishna Rp. 65 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 75 juta

o penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang istishna dari pembeli
(nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya jurnal ini dibut sebanyak 5 kali sesuai
tanggal terminnya, namun disini dilakukan penyingkatan menjadi Satu
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta

Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal sesuai termin)
Kas Rp. 30 juta
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 30 juta

➢ Istishna Dengan Pembayaran Tangguh


Apabila pembeli (nasabah) meminta agar pembayarannya dilakukan secara tangguh (nyicil) selama 3
tahun, maka bank mengenakan kesepakatan dengan pembayaran selama 3 tahun tersebut sebesar
190.000.000, dan bukan lagi 150.000.000 sebagaimana kasus sebelumnya. Maka jurnalnya adalah
sebagai berikut:
1) Saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 130 juta
Kas Rp. 130 juta
2) Jurnal saat pengakuan pendapatan
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 20 juta
Harga pokok istishna Rp. 130 juta
Pendapatan istishna Rp. 150 juta
3) Jurnal saat penagihan dan penyerahan asset istishna kepada pembeli
Piutang istishna Rp. 150 juta
Termin Istishna Rp. 150 juta

25
PEMBAHASAN MENDALAM

Piutang istishna Rp. 40 juta


Pendapatan istishna yang ditangguhkan Rp. 40 juta
Termin istishna Rp. 150 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 150 juta
4) Pembayaran bulanan
190.00.0 3 tahun = 5.277.778 /bulan
190.01.0 Pendapatan /bulan = 40.000.000 : 3 tahun = 1.111.111
5) Jurnal saat pembayaran oleh pembeli
Kas Rp. 5.277.778
Piutang istishna Rp. 5.277.778
Pendapatan istishna yang ditangguhkan Rp. 1.111.111
Pendapatan istisna Rp. 1.111.111
6) Pemberian potongan saat pembeli melunasi lebih awal, saat sisa piutang berjumlah Rp.
63.333.333, yaitu dengan potongan sebesar 10.000.000
cara I :
kas Rp. 53.333.333
potongan istishna Rp. 10 juta
piutang istishna Rp. 63.333.333
cara II:
kas Rp. 63.333.333
piutang Istishna Rp. 63.333.333
pendapatan istishna tangguh Rp. 13 juta
kas Rp. 10 juta
pendapatan istishna Rp. 3.333.333

26
PEMBAHASAN MENDALAM

PSAK 105

➢ Skema Pembiayaan Mudharabah


Penjelasan Skema :
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah untuk modal usaha
2. Bank syariah melakukan survey dan analisis kelayakan usaha nasabah
3. Bank syariah dan nasabah menyepakati perjanjian kerjasama pembiayaan mudharabah, bank
syariah menyerahkan dana sebagai modal usaha dan nasabah melakukan usaha yang disepakati
4. a. Apabila usaha menghasilkan keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan
nisbah yang telah disepkati
5. b. Apabila usaha mengalami kerugian, dan nasabah dapat membuktikan bahwa kerugian terjadi
bukan karena kelalaian, kecurangan atau pelanggaran kesepakatan, maka keruian terebut
ditanggung oleh bank syariah.
6. Nasabah mengembalikan modal usaha pada waktu yang telah disepakati

➢ Jenis Mudharabah
Mudharabah terdiri dari tiga jenis berikut ini:
1. Muthlaqah, yaitu mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2. Muqayyadah, yaitu mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola
dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Contoh batasan antara lain
adalah:
a. Tidak mencampur dana pemilik dana dengan dana lainnya
b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau
tanpa jaminan
c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga
3. Mudharabah musytarakah, yaitu bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

➢ Metode Distribusi Bagi Hasil


Distribusi bagi hasil dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut ini:
1. Bagi laba (profit sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi dengan harga
pokok penjualan dan beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana bagi hasil.
2. Bagi hasil (gross profit margin / net revenue sharing). Bagi hasil, dihitung dari pendapatan
pengelolaan Mudharabah dikurangi harga pokok penjualan, tanpa memasukan komponen
beban.

27
PEMBAHASAN MENDALAM

Contoh:

Uraian Jumlah Metode Distribusi Bagi Hasil

Penjualan 1000

Harga Pokok Penjualan 650

Laba Bruto 350 Gross Profit Margin

Beban 250

Laba Rugi Neto 100 Profit Sharing

Menggunakan metode gross profit margin dengan nisbah 10% untuk pemilik dana (bank syariah)
dan 90% untuk pengelola dana (nasabah).
• Bank syariah : 350 x 10% = 35
• Nasabah : 350 x 90% = 315
Menggunakan metode profit sharing dengan nisbah 30% untuk bank syariah dan 70% untuk
nasabah
• Bank syariah : 100 x 30% = 30
• Nasabah : 100 x 70% = 70

➢ Kerugian dalam Mudharabah


Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha nasabah (pengelola dana), Bank sebagai pemilik dana akan
menanggung semua kerugian sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau
kesalahan nasabah (pengelola dana).
Kelalaian atau kesalahan pengelola dana antara lain ditunjukkan oleh:
1. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
2. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah
ditentukan di dalam akad; atau
3. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.

Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun
agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.

➢ Akuntansi Pembiayaan Mudharabah


Salah satu bentuk produk penyaluran dana oleh LKS adalah pembiayaan mudharabah, dimana LKS
sebagai pemilik dana (shahibul maal) menyerahkan dana kepada nasabah sebagai pengelola dana
(mudharib) untuk modal usaha suatu usaha yang produktif. Penyaluran dana dengan akad
mudharabah termasuk yang terbesar ke tiga setelah murabahah dan musyrakah oleh bank syariah.
Pada pembahasan akuntansi pembiayaan mudharabah ini, setidaknya terdapat empat transaksi
pokok yang terjadi pada pembiayaan yaitu penyerahan modal, bagi hasil keuntungan, kerugian usaha,
dan pengembalian modal.

28
PEMBAHASAN MENDALAM

o Penyerahan Modal Mudharabah


Dana mudharabah yang disalurkan oleh bank syariah kepada nasabah diakui sebagai
pembiayaan mudharabah sebesar jumlah kas yang dibayarkan. Pembiayaan mudharabah
yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap pembayaran.
Contoh:
Tanggal 14 Agustus 2015, atas kesepakatan pembiayaan mudharabah, Bank Syariah Mandiri
menyerahkan modal mudharabah kepada tuan Alex sebesar Rp 250.000.000 untuk usaha
konveksi dengan nisbah keuntungan 30% untuk Bank Syariah Mandiri dan 70% untuk tuan
Alex menggunakan metode Profit Sharing. Jangka waktu pengembalian modal selama 24
bulan dibayar diakhir akad, sedang pembayaran bagi hasil dilakukan setiap bulan.
Jurnal :

14 Agust Rp
Dr Pembiayaan Mudharabah
2015 250.000.000

Rp
Cr Kas
250.000.000

o Bagi Hasil Mudharabah


Bagi hasil pembiayaan mudharabah diakui berdasarkan laporan hasil usaha yang
disampaikan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati. Keuntungan pembiayaan
Mudharabah yang telah menjadi hak Bank dan belum dibayarkan oleh nasabah diakui sebagai
piutang bagi hasil.
Contoh:
Tanggal 14 September 2015, Bank Syariah Mandiri menerima laporan hasil usaha tuan Alex
sebagai berikut :

Pendapatan Rp 75.000.000

HPP Rp 50.000.000

Laba Bruto Rp 25.000.000

Beban Rp 10.000.000

Laba neto Rp 15.000.000

Berdasarkan laporan hasil usaha Bank Syariah Mandiri menerima pendapatan bagi hasil
sebesar Rp 4.500.000 (30% x Rp 15.000.000).
Jurnal jika bagi hasil langsung dibayar oleh nasabah :

14 Sept
Dr Kas Rp 4.500.000
2015

Cr Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp 4.500.000

29
PEMBAHASAN MENDALAM

Jurnal jika bagi hasil tidak langsung dibayarkan nasabah :

14 Sept 2015 Dr Piutang Bagi Hasil Mudharabah Rp 4.500.000

Cr Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp 4.500.000

Jurnal saat menerima pembayaran bagi hasil dari nasabah:

14 Sept
Dr Kas Rp 4.500.000
2015

Cr Piutang Bagi Hasil Mudharabah Rp 4.500.000

o Kerugian Mudharabah
Kerugian pembiayaan Mudharabah yang terjadi selama masa akad
diakui sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pembiayaan Mudharabah dan
disajikan sebagai contra account pembiayaan mudharabah.
Contoh :
Tanggal 14 Oktober 2015 tuan Alex menyampaikan laporan kepada Bank Syariah Mandiri
bahwa usahanya mengalami kerugian sebesar Rp 5.000.000. Dan setelah dilakukan
investigasi dinyatakan kerugian terjadi karena kondisi normal.
Jurnal :

14 Sept
Dr Beban CKPN Pembiayaan Mudharabah Rp 5.000.000
2015

Cr CKPN Pembiayaan Mudharabah Rp 5.000.000

o Pengembalian Modal Mudharabah


Pengembalian modal mudharabah dapat dilakukan sekaligus diakhir akad atau secara
bertahap. Pembayaran kembali pembiayaan Mudharabah oleh nasabah akan mengurangi
pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau
sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah maka saldo pembiayaan Mudharabah
tetap diakui sebagai pembiayaan Mudharabah yang wajib diselesaikan oleh nasabah.
Contoh :
Tanggal 14 Agustus 2017 Bank Syariah Mandiri menerima pengembalian modal murabahah
dari tuan Alex sebesar Rp 250.000.000.
Jurnal:

14 Agust
Dr Kas Rp 250.000.000
2017

Cr Pembiayaan Mudharabah Rp 250.000.000

30

Anda mungkin juga menyukai