Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang lima wajib ditunaikan oleh umat muslim.
Al-Qur‟an dan sunnah selalu menggandengkan shalat dengan zakat. Ini menunjukkan betapa
eratnya hubungan antara keduanya. Keislaman seseorang tidak akan sempurna kecuali
dengan kedua hal tersebut. Zakat merupakan jembatan menuju Islam. Siapa yang
melewatinya akan selamat sampai tujuan dan siapa yang memilih jalan lain akan tersesat.
Abdullah bin Mas‟ud mengungkapkan, “Anda sekalian diperintahkan menegakkan shalat dan
membayarkan zakat. Siapa yang tidak mengeluarkan zakat maka shalatnya tidak akan
diterima.” Zakat termasuk dalam ibadah maliyah ijtima’iyah, artinya ibadah di bidang harta
yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun masyarakat. Jika zakat
dikelola dengan baik, baik pengambilan maupun pendistribusiannya, pasti akan dapat
mengangkat kesejahteraan masyarakat.
1
Himmah, Zakat, bab. 1, 2014, http://eprints.walisongo.ac.id
1
PEMBAHASAN
Dalam keuangan negara terdapat perbedaan antara penerimaan negara dan pendapatan
negara. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara, yakni segala bentuk
setoran yang diterima dan masukan kas rekening negara sedangkan pendapatan negara adalah
hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, artinya semua
penerimaan negara yang menjadi hak pemerintah pusat yang berkaitan dengan pelaksaan
tugas pokok dan fungsi lembaga.2
Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity.
Monzer Kahf menyatakan zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distribusi
harta yang egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar.Zakat
menurut Mustaq Ahmad adalah sumber utama kas negara dan sekaligus merupakan soko guru
dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al-Qur‟an.
Oleh karena itu perlu dikembangkan adanya sistem pendistribusian zakat, agar proses
penyaluran dana zakat kepada mustahik dapat berjalan lancar dan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Menggali potensi zakat perlu dilakukan melalui identifikasi objek zakat. Sosialisasi
dalam mekanisme penerimaan/ pemungutan melalui petugas pengumpul zakat (Amil) sangat
penting. Efektivitas ini berkaitan pula dengan efisiensi dalam internal manajemen termasuk
kualitas dan profesionalitas amil zakat, dan transparansi dalam tata kelola zakat.3
Bahwa Zakat adalah kewajiban atas Muslim adalah salah satu dari isyarat yang jelas
akan indahnya Islam dan perhatiannya terhadap pemeluknya. Faedah zakat sangat banyak dan
(diwajibkan) karena tingginya kebutuhan oleh fakir miskin di kalangan Muslim. Diantara
faedah Zakat adalah sebagai berikut:
1. Menguatkan rasa cinta kasih antara si kaya dan si miskin, karena telah menjadi tabiat
manusia yakni seseorang menunjukkan ketertarikan kepada orang yang memperlakukan
mereka dengan baik.
2
Nurul Huda dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah, hlm. 84, 2012
3
Himmah, Zakat, bab. 1, 2014, http://eprints.walisongo.ac.id
2
2. Membersihkan dan mensucikan jiwa dan menjauhkannya dari sifat rakus dan tamak,
sebagaimana yang diisyaratkan dalam alqur’anul Karim ketika Allah berfirman: “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka “ (QS At-Taubah [9] : 103)
4. Akan meningkatkan dan membawa berkah bagi harta seseorang, dan Allah menggantinya
(harta yang disedekahkan diganti dengan yang lebih baik) sebagaimana Allah berfirman:
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba [34] : 39).4
Zakat adalah salah satu daripada Rukun Islam yang lima. Justru, tanggungjawab
membayar zakat adalah sebahagian daripada ibadah dalam menyempurnakan kehidupan
setiap Muslim. Allah telah berfirman menerusi Surah at-Taubah ayat 71 bahawa menunaikan
zakat merupakan sebahagian daripada ciri-ciri orang ang beriman, yang bermaksud:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi
sesetengahnya yang lain; mereka menyuruh berbuat kebajikan dan melarang daripada
berbuat kejahatan; dan mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat, serta taat
kepada Allah dan Rasulnya.Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”(at-Taubah: 71)
Sangat besar di mana mereka yang gagal melaksanakannya akan mendapat balasan
azab yang pedih di dunia dan akhirat. Hal ini dinyatakan dalam Surah al-Fussilat, yang
mengkhabarkan ancaman Allah terhadap orang-orang musyrik. Ayat ini turut menerangkan
ciri-ciri orang musyrik, di antaranya ialah tidak menunaikan zakat dan tidak mempercayai
akan adanya hari akhirat. “Katakanlah (wahai Muhammad): Sesungguhnya aku hanyalah
seorang manusia seperti kamu; diwahyukan kepadaku bahawa Tuhan kamu hanyalahtuhan
yang Satu; maka hendaklah kamu tetap teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa
kepada mencapai keredhaannya), serta pohonlah kepadanya mengampuni (dosa-dosa kamu
yang telah lalu). Dan ingatlah, kecelakaan besar bagi orang-orang yang mempersekutukannya
(dengan sesuatu yang lain), iaituorang-orang yang tidak memberi zakat (untuk membersihkan
jiwa dan hartanya) dan mereka pula kufur ingkar akan adanya hari akhirat.”(al-Fussilat: 6-7)
Kepentingan zakat terhadap orang Islam adalah jelas daripada hadis-hadis yang menyatakan
4
Syaikh Abdul Aziz bin baz, Zakat, hlm. 3, 2009.
3
bahawa dibenarkan memerangi orang-orang Islam yang mendirikan solat tetapi tidak
menunaikan zakat. Rasulullah SAW sendiri ada menyebut bahawa sesiapa yang mendirikan
solat tetapi tidak menunaikan zakat, maka solatnya adalah sia-sia. Manakala pada zaman
pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq beliau telah menggunakan paksaan ke atas
golongan yang enggan membayar zakat kepada kerajaan. Secara ringkasnya, zakat telah
ditetapkan oleh Allah dengan matlamat utama sebagai satu bentuk jaminan keselamatan
sosial bagi mereka yang miskin dan memerlukan, membangunkan pertumbuhan ekonomi
yang seimbang melalui agihan semula kekayaan dalam masyarakat dan juga sebagai satu
bentuk penyucian dan pembangunan spiritual (Pathmawati Hj Ibrahim, 2008). Falsafahnya
adalah mudah, zakat adalah satu perkongsian. Mengambil harta dari golongan kaya dan
berada untuk diberikan kepada yang miskin, melarat dan melata serta mereka yang
memerlukan. Falsafah zakat juga menggambarkan keseimbangan sosial di dalam Islam.
Semakin kaya sesebuah masyarakat, semakin meningkat kutipan zakat. Semakin meningkat
kutipan zakat maka semakin terbela golongan asnaf-asnaf zakat. Inilah cantiknya hukum dan
syariat zakat ini, sehinggakan di dalam lipatan sejarah ia amat berkesan semasa
perlaksanaannya pada zaman Rasulullah SAW. Apatah lagi zakat adalah amalan baik yang
berkesinambungan dari apa yang telah diamalkan sebelum turunnya Islam. Sifat-sifat mulia
seperti belas ihsan, prihatin dan suka bersedekah telah difardukan akhirnya. Maka, oleh
kerana ia sememangnya satu amalan mulia yang tidak bercanggah langsung dengan fitrah
manusia, tidak pernah terdengar sedikit pun suara yang membantah dan mengingkari
kewajipannya setelah ia diangkat oleh Allah SWT sebagai amalan wajib. Bahkan pada zaman
itu, zakat telah menjadi item utama sumber pendapatan negara Madinah almunawwarah demi
menjana pembangunan ummah.5
Di masa awal Islam zakat dikumpulkan dalam bentuk uang tunai (dinar dan dirham),
hasil pertanian, dan ternak. Pada masa permulaan Islam, ditarik dari seluruh pendapatan
utama. Aktivitas ekonomi yang utama pada masa itu adalah perdagangan, kerajinan,
pertanian, perkebunan, dan peternakan. Pendapatan dari dua kegiatan pertama (perdagangan
dan kerajinan) biasanya dalam bentuk uang tunai dan dapat dinilai dalam bentuk dinar dan
dirham. Mata uang ini merupakan unit moneter di amsa awal Islam. Penarikan zakat dalam
bentuk mata uang menyebabkan munculnya penarikan terhadap zakat pendapatan yang
berasal dari kegiatan komersial seperti kerajinan tangan, sedangkan pendapatan dari kegiatan
5
Zarina Kadri, Zakat sebagai Pemangkin Pembangunan Ekonomi: Ke Arah Negara Berpendapatan Tinggi,
http://www.ukm.my, 2012.
4
pertanian lebih berbentuk barang, tidak dalam bentuk uang tunai, yang berupa hasil pertanian
itu sendiri.6
Konsep zakat sebagai satu bagian dari rukun Islam merupakan salah satu pilar dalam
membangun perekonomian umat. Dimensi zakat tidak hanya bersifat ibadah ritual saja, tetapi
juga mencakup dimensi sosal, ekonomi, keadilan, dan kesejahteraan.7
Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi islam, karena zakat merupakan salah
satu implementasi atas keadilan dalam sistem ekonomi islam. Menurut M. A. Mannan (1993)
zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:
5
melahirkan ide agar zakat memberikan dampak yang lebih baik bagi para penerima.
Sehingga zakat yang diberikan dapatlebih mengarah pada zakat produktif.8
Zakat adalah komponen utama dalam sistem keunagan publik secara kebijkan fiskal
uatama dalam ekonomi islam. Zakat merupakan kegiatan wajib untuk semua umat islam serta
merupakan salah satu elemen dalam sumber pendapatan nasional dan distribusinya ditujukan
kepada delapan golangan penerima zakat (Mustahik), yaitu: fakir, miskin, fisabilillah, ibnu
sabil, amil, muaallaf, hamba sahaya, dan yatim piatu.9
2) Hewan ternak
4) Barang dagangan yang dengannya seseorang melakukan jual beli. Untuk setiap jenis harta
ini, ada jumlah tertentu yang wajib dikeluarkan Zakatnya (yang disebut nisab).
Nishab untuk buah-buahan dan biji-bijian adalah 5 wasaq, dan 1 wasaq setara dengan
60 sha’ ukuran di masa Nabi. Jumlah ini diukur berdasarkan sha’ (ukuran) di masa Nabi ,
seperti kurma, kismis, gandum, beras, barley, dan semisalnya, setara dengan 300 sha’
menurut sha’ di masa Nabi. (Satu sha’) setara dengan 4 genggam penuh ukuran rata-rata
tangan seorang pria dewasa atau setara dengan 3 Kg beras). 10
Jumlah hasil panen yang kurang dari lima wasaq, atau setara dengan 847 kilogram
tidak dikenai zakat. Artinya, petani yang panennya tidak melebihi jumlah tersebut dibebaskan
dari zakat.11
Jumlah yang wajib dikeluarkan zakatnya atas buah-buahan dan biji-bijian (jika telah
sampai nishabnya) adalah 10% jika kurma atau tanaman sumber airnya bergantung kepada
8
Sugeng Priyono, Zakat sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal, hlm. 126, 2017
9
Nurul Huda dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah, hlm. 90, 2012
10
Syaikh Abdul Aziz bin baz, Zakat, hlm. 7, 2009.
11
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm. 115.
6
alam, seperti hujan dan sungai, danau dan yang semisalnya. Jika (sumber) airnya bergantung
kepada sesuatu yang tidak alami, seperti menggunakan binatang untuk mengairi atau mesin
untuk mengangkat air dan semisalnya, jumlah yang harus dikeluarkan zakatnya adalah 5%,
sebagaimana yang diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah.12
2. Hewan Ternak
Zakat Domba
Jika jumlah domba ternak sudah melebihi 400 ekor, setiap penambahan 100 domba,
dikenai zakat satu domba. Jika jumlah domba yang dimiliki peternak lebih dari 40, dan
kurang dari 121, zakatnya 2 domba.
Zakat sapi
Jumlah zakat sapi dapat dihitung persapi. Jumlah sapi antara 1-29 bebas zakat. Umlah
sapi santara 30-39, zakatnya 1 anak sapi jantan beusia 2 tahun. Jika jumlahnya 40-59 maka
zakatnya 1 anak sapi betina berumur 3 tahun.
Zakat Unta
Pemilik pertenakan unta yang memiliki kurang dari 4 unta tidak dipungut zakat.
Namun, jika sudah mencapai 5 unta, ia harus membayar zakat 1 domba. Jika numlahnya 10,
15, 20, atau 25, zakatnya berturut-turut 2,3,4,5. Jika jumlahnya mencapai 26, zakatnya 1 unta
2 tahun.
Dari kenyataan sejarah terlihat bahwa ketika harta rampasan perang dibagikan, Nbai
Muhammad SAW. Menetapkan bahwa 1 unta=10 domba, perbandingan ini diterapkan di sini.
Jika digunakan sebagai alat misalnya kerbau untuk membajak sawah, unta untuk
transfortasi, ternak tersebut tidak dikenai zakat.
Jika pertenakan tersebut menggunakan lahan sendii dan tidak memakan rumput dari
padang rumput penduduk, maka tidak dipungut pajak.
12
Ibid., hlm. 8.
7
Jika jumlah sapi, unta dan domba secara bertturut-turut kurang dari 3, 5, dan 4 maka
tidak wajib zakat13
Satu lagi zakat yang sangat ditekankan oleh Rasulullah, yaitu zakat fitrah. Zakat ini
diwajibkan pada setiap muslim dewasa dan dibayarkan kepada fakir miskin pada saat
sebelum pelaksanaan shalat idul fitri. Besar zakat ini adalah 3 kg gandum atau bahan pokok
lainnya. Bagi mereka yang miskin tidak perlu membayar zakat ini.
Zakat fitrah menjamin tersedianya kebutuhan pangan dan juga menjamin terciptanya
kehidupan yang lebih baik bagi si miskin. Mungkin karena alasan tersebut, persentase
zakatpada jenis hasil pertanian lebih besar daripada zakat pada jenis lain.
Kewajiban mengeluarakan zakat emas dan perak terikat dengan dua syarat, antara lain
:
a. Mencapai nishab
Nishab Emas adalah dua puluh dinar, sama dengan:
13
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm. 124, 2004.
8
nishab, maka dizakati 2,5 % setelah haul. Ini adalah penjelasan dari Syaikh
Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri
Nisab (pendapatan minimum) zakat dinar dan dirham masing-masing 20 dinar dan
200 dirham. Dengan demikian, pendapatan yang kurang dari ukuran tesebut (nisab)
dibebaskan dari zakat. Zakat yang dikeluarkan adalah 1/40 atau 2,5% dari jumlah nisab.
Artinya, jika pendapatannya adalah 24, 28, atau 32 dinar maka zakat yang harus dikeluarkan
adalah 2,5% dari jumlah tersebut. Tetapi jika pendapatannya bukan merupakan kelipatan dari
4, 23 dinar misalnya maka ia hanya membayar zakat hanya untuk kelipatan 4 dibawahnya,
untuk pendapatan23 dinar yang dizakati adalah 20 dinar.14
2. Potensi Zakat
Potensi zakat pada saat ini belum mampu meberdayaka masyarakat, apalagi mengarah
pada kesejahtraan. Padahal potensi zakat di Indonesia luar biasa. Hasil penelitian center for
study of religion and culture (csrc) uin syarif hidayatullah Jakarta. Prkiraan dana zis sekitar
19,3 triliun rupiah pertahun dalam betuk barang Rp 5,1 triliun dan uang Rp 14,2 triliun.
Jumlah dana sebesar itu, sepertiganya berasal dari zakat fitrah (Rp 6,2 triliun dan sisanya
zakat harta Rp 13,1 triliun ).
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dalam diri setiap
muslim tertanam kewajiban untuk menegakkan pilar agama islama yang lima. Nomor tiga
dari lima pilar tersebut setelah shahadat dan shalat adalah zakat. Zakat adalah salah satu dari
kesaksian ajaran sosial islam yang berorientasi pada kemaslahatan kemanusiaan. Suatu
bentuk ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam
program penguatan kaum duafa. Menurut eri sudewo, (ketua 1 BAZNAS) potensi zakat
anisch di indonesia sebesar dalam kisaran antara 1,08-32,4 triliun pertahun,dengan asumsi
terdapat 18 juta muslim kaya dari 80 juta muslim yang menunaikan zakat perbulan dengan
kisaran 50-150 ribu rupiah.
14
Ibid., hlm. 114
9
Dengan potensi ideal 32,4 triliun per tahun, tentu saja ini adalah angka yang besar dan
belum lagi ditambah dari dana infak sedekah dan wakaf. Jika potensi itu berhasil terhimpun,
penulis yakin tidak ada orang yang meminta-minta di tiap perempatan di Jakarta, tidak akan
ada orang yang berprofesi menggalang dana umat di angkutan kota dan tidak ada cerita orang
mati busung lapar. Namun keyataannya. Penghimpunan zakat, infak, sedekah tidak lebih dari
286.412.188.273 (duaratus delapan puluhb enam miliar ,sekian ) dari dana total
penghimpunan dana yang dilakukan organisasi pengelolah zakat di Indonesia (data forum
zakat , 2007)
Mengentaskan satu keluarga miskin adalah mulia, mengentaskan 100 keluarga miskin
adalah tugas CRS, mengentaskan sejuta orang miskin itu kebijakan namanya (politik ziswaf,
2008), kemiskinan merajalela adalah karena kebijakan. Untuk melawan kemiskinan harus
dengan yang menggugurkan kewajiban zakat. Dengan demikian , potensi zakat yang
terkandung senilai Rp 1.500.000 x 33.943.313 x 2,5% = Rp 1.272.874.237.500,- atau kurang
lebiih 1,27 triliun rupiah/bulan. Maka dalam setahun Rp 1.272.874.237.500,- x 12 =
15.274.490.850.000 atau sebesar 15.27 triliun rupiah.
Persoalan zakat di Indonesia masih menjadi persoalan yang sangat kompleks baik dari
segi manejemennya, sumber daya manusianya sampai moral hazard-nya. Akibatnya potensi
yang seharusnya bisa menjawab krisis ekonomi umat menjadi tidak menentu.
PENUTUP
10
A. KESIMPULAN
Zakat adalah komponen utama dalam sistem keuangan publik serta kebijakan fiskal
dalam sistem ekonomi Islam. Zakat merupakan kegiatan wajib untuk semua umat Islam.
Sementara pajak baru dalam keuangan publik dalam sistem ekonomi konvensional diperiksa
berdasarkan prinsip yang berbeda. Salah satu prinsip yang digunakan dalam sistem ekonomi
keuangan publik konvensional adalah prinsip keadilan. Dalam keuangan publik, kata keadilan
didefenisikan sebagai masalah ‘etika’ yang penuh pertimbangan nilai. Untuk itu, mereka
menentukan beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam penilaian nilai manfaat.
Diakui, sistem analisis dalam sistem keuangan publik Islam tidak semajuanalisis pada
keuangan publik konvensional. Masih perlu bekerja keras untuk mengembangkan ide-ide
yang berhubungan dengan keuangan publik Islam.
Oleh karena itu didalam sistem keuangan publik Islam dan jika merujuk pada
nashnash dapat disimpulkan bahwa sah-sah saja adanya dua kewajiban bagi kaum muslimin
(terutama kaum muslimin Indonesia), yaitu kewajiban menunaikan zakat dan pajak sekaligus.
Dalam tataran perundang-undangan zakat dan pajak di Indonesia masih menuai perdebatan
terkait sentralisasi pengelolaan zakat, kriminalisasi lembaga amil zakat, dan persyaratan
lembaga pengelola zakat. Perlu ada upaya pemahaman dari banyak pihak agar teknis
pengaplikasian aturan perundang-undangan dapat berjalan dengan baik.
Faktor penting yang juga menjadi pendukung utama dalam mewujudkan zakat
sebagai pilar perekonomian adalah wujudnya pelembagaan zakat yang amanah,professional,
dan mandiri.Sebab, penanganan keseluruhan terhadap zakat tidak mungkin dilakukan
tanpasebuah lembaga yang jelas dan legitimate. Beberapa alasan mengapa zakat perlu
diintegrasikan kedalam kebijakan fiskal.
SARAN
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari
itu pemakalah memberi saran agar pembaca tidak hanya membaca dari makalah ini saja
tetapi mebaca dari sumber-sumber lain yan lebih lengkap agar informasi yang kita dapatka
lebih luas. Marilah kita realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan
kewajiban umat muslim dengan penuh rasa ikhlas .
11
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurul dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah, Kencana, 2012
Karim Adiwarman , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2004.
12