Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

EKONOMI SYARIAH
ZAKAT
Dosen Pengampu: Muh. Dzulfaqori Jatnika, S.Pd., M.SEI

Disusun Oleh :
Nama : Bunga Deliana
NIM : 210313031
Kelas : Reguler C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
 Jl. Soekarno - Hatta No. 752, Cipadung Kidul, Bandung - 40614. 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Sehingga zakat secara normatif
merupakan suatu kewajiban mutlak yang dimiliki oleh setiap orang muslim. Oleh
sebab itu, zakat menjadi salah satu landasan keimanan seorang muslim, dan zakat juga
dapat dijadikan sebagai indikator kualitas keislaman yang merupakan bentuk
komitmen solidaritas seorang muslim dengan sesama muslim yang lain. Zakat juga
merupakan suatu ibadah yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Selain itu, zakat juga
memberi dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Bahwa dengan berzakat
golongan kaya (muzakki) dapat mendistribusikan sebagian hartanya kepada golongan
fakir miskin (mustahiq), maka terjadilah hubungan yang harmonis antara golongan
kaya dan fakir miskin. Sehingga golongan fakir miskin dapat menjalan kegiatan
ekonomi di kehidupannya. Zakat juga memiliki peran yang begitu luas. Salah satu
peran yang dimiliki oleh zakat adalah peran terhadap pengurangan angka kemiskinan
masyarakat.2 Dan zakat dikumpulkan kepada amil zakat yang selanjutnya dikelola
dengan baik dan zakat akhirnya didistribusikan kepada mustahiq. Dengan demikian,
mustahiq diharapkan akan berubah statusnya menjadi muzakki. Sehingga angka
kemiskinan di masyarakat dapat berkurang dengan adanya perubahan status mustahiq
menjadi muzaki. Peran zakat secara makro jika kita melihat sejarah pemerintahan
khalifah Umar Ibn Khattab, bahwa zakat merupakan sumber pemasukan Negara Islam
selain Pajak dan lain sebagainya.3 Sehingga zakat mempunyai peran yang sangat
central dalam ekonomi Islam. bukan hanya individu saja yang dapat merasakan
dampak positif zakat, melainkan sebuah Negara juga dapat merasakan dampak dari
zakat untuk perekonomian Negara, yakni sebagai sumber lain pemasukan Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian dan Jenis-Jenis Zakat
2. Jelaskan Perbedaan Pajak dan Zakat!
3. Jelaskan Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Zakat sebagai Pendapatan
Utama Negara dibandingkan dengan Pajak!
4. Jelaskan Potensi Zakat untuk Pembiayaan Negara di Indonesia!
5. Apakah Indonesia akan Cocok apabila Menggunakan sebagai Alat Pembiayaan
Negara! Sebutkan Alasannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS ZAKAT


Zakat merupakan kewajiban dalam rukun Islam ketiga setelah Syahadat dan Shalat.
Banyak pengertian yang sudah disampaikan baik yang bersumber dari Al-Qur’an
maupun para ahli tafsir menerjemahkan dalam berbagai konteks dan dasar. Namun
demikian, karena zakat merupakan perintah Allah kepada manusia, maka alangkah
baiknya pengertian zakat dikutip dari Al Qur’an. Zakat secara harfiah berasal dari
kata “Zaka” berarti “tumbuh”, “berkembang”, “mensucikan” atau “membesarkan”.
Selain itu kata zakat berasal dari bahasa arab “Zakat” yang berarti berkah, tumbuh,
bersih dan baik Sebagai salah satu rukun Islam, Zakat adalah fardhu ‘ain dan
kewajiban ta’abbudi. Kemudian perintah zakat dalam Al qura’an sama pentingnya
dengan perintah shalat.
Selanjutnya Zakat merupakan pengambilan sebagian harta dari muslim (QS.9:103)
“untuk kesejahteraan muslim oleh orang muslim” (QS.51:19). Demikian kuatnya dan
pentingnya zakat sehingga keharusan mensejahterakan masyarakat ini, maka di dalam
Al Quran hampir tidak pernah menyebutkan sholat tanpa dibarengi dengan kewajiban
zakat. Masih banyak dasar hukum zakat selain kedua sumber di atas. Orientasi
kesejahteraan masyarakat, selain memang merupakan hukum agama dalam Islam,
sesungguhnya merupakan hal yang biasa dan umum pada setiap ajaran agama. Dalam
arti bahwa setiap agama mempunyai ajaran yang berkaitan dengan pengumpulan harta
yang dipakai untuk kesejahteraan pengikutnya.
Kemudian, dari segih fikih, Zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah SWT yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Menuruht mazhab
Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara
khusus. Sebaliknya menurut mazhab Hambali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan
dari harta yang khusus untukmkelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang
disyaratkan dalam Al Quran. Dan, Ibnu Taimiah (dalam Fathurrahman:2009.5)
berpandangan bahwa hati dan harta orang yang membayar zakat tersebut menjadi suci
dan bersih serta berkembang secara maknawi. Artinya bahwa seorang yang membayar
zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh kabaikan yang banyak.
Dalam perkembangan awal peradaban Islam, pemikiran ulama-ulama klasik, zakat
terbagi atas dua jenis yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Juga dalam pasal 11 ayat 1
Undangundang Republik Indonesia No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,
disebutkan bahwa zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah. Kedua jenis zakat
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Zakat Fitrah Dari Ibnu Umar ra berkata bahwa “Rasulullah SAW mewajibkan
zakat fitrah satu sha’ kurma atau gandum pada budak, orang merdeka, lelaki dan
perempuan, anak kecil dan orang dewasa dari umat islam dan memerintahkan
untuk membayarnya sebelum mereka keluar untuk shalat (iid). Besarnya zakat
fitrah menurut ukuran sekarang setara atau sama dengan 2,5 kilogram. Adapun
makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu,
kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith (semacam keju).
2. Zakat Mall sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua)
syarat yaitu: 1. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan 2. Dapat diambil
manfaatnya sesuai dengan galibnya, misalnya rumah, mobil, ternak, hasil
pertanian, uang, emas, perak dan lainnya. Kemudian, masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

B. PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK


Zakat dan pajak menurut system pemerintahan sekarang adalah dua kewajiban yang
dibebankan kepada masyarakat dan dikelola oleh Negara. Namun antara kedua
kewajiban tersebut memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Pada awal
pemerintahan Islam, zakat merupakan salah satu instrument pendapatan Negara yang
dibebankan terhadap penduduk Muslim yang telah memenuhi syarat. Sedangkan
dharibah (pajak) bagi penduduk Muslim hanya sebagai kewajiban tambahan jika kas
Negara mengalami deficit. Namun, bagi penduduk non-Muslim dharibah (dengan
berbagai jenisnya) diwajibkan terhadap mereka.Pendapatan yang diperoleh dari
pengumpulan zakat dianggap sebagai suatu pendapatan khusus.
Perbedaan antara zakat dan pajak adalah sebagai berikut (Rahman, 2002) :
1. Zakat merupakan kewajiban agama dan suatu bentuk ibadah, sedangkan pajak
pada umumnya merupakan kebijakan ekonomi yang diterapkan untuk
memperoleh pendapatan bagi pemerintah.
2. Zakat diwajibkan kepada seluruh umat Islam saja di suatu negara, sedangkan
pajak pada umumnya dikenakan kepada seluruh masyarakat tanpa
mempertimbangkan kasta, agama maupun warna kulit.
3. Zakat merupakan kewajiban agama bagi umat Islam yang harus dibayarkan dalam
keadaan seperti apapun tanpa dapat dihindarkan. Sebaliknya, pajak dapat
ditangguhkan oleh pemerintah yang berkuasa.
4. Sumber dan besarnya zakat ditentukan berdasarkan kitab suci Al Qur’an dan
Sunnah serta tidak boleh diubah oleh seseorang maupun pemerintah. Sebaliknya,
sumber dan besarnya pajak dapat diubah dari waktu ke waktu berdasarkan
keperluan pemerintah suatu negara.
5. Butir – butir pengeluaran dan orang – orang yang berhak menerima harta zakat
juga dinyatakan dalam Al Qur’an dan Sunnah serta tak seorangpun atau
pemerintah manapun mempunyai hak atau kekuasaan untuk mengubah ketentuan
tersebut, sedangkan pembelanjaan pajak dapat diubah atau dimodifikasi menurut
kebutuhan pemerintah.
6. Zakat diperoleh dari orang berharta dan diterimakan kepada fakir miskin,
sedangkan pajak memberikan manfaat kepada orang kaya sekaligus pada orang
miskin dan mungkin dalam keadaan tertentu lebih banyak menguntungkan orang
kaya daripada orang miskin.
7. Lebih dari itu, zakat tidak seperti pajak yang dikenakan bukan terhadap uang saja,
tetapi juga terhadap barang – barang komersial, hasil pertanian, ternak, barang –
barang tambang termasuk emas dan perak, ornamen – ornamen dan sebagainya.
Singkatnya, zakat itu dikenakan terhadap seluruh harta benda yang telah dimiliki
selama satu tahun penuh.
8. Pada dasarnya, zakat itu dikenakan untuk mencegah ketidakwajaran dan
ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan mencegah penumpukan harta di
tangan segelintir orang saja, sedangkan pajak dikenakan dengan tujuan utama
untuk memperoleh pendapatan atau pemasukan.

C. Jelaskan Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Zakat sebagai Pendapatan Utama


Negara dibandingkan dengan Pajak

D. Jelaskan Potensi Zakat untuk Pembiayaan Negara di Indonesia


Jika kita bandingkan dengan potensi zakat di beberapa negara Islam tentunya potensi kita
jauh lebih besar. Pada tahun 2000 dan 2002, potensi zakat di Jordania, Kuwait dan Mesir
sangat kecil bila dibandingkan dengan nilai Gross Domestic Product (GDP) mereka, bahkan
dapat diabaikan karena sangat tidak signifikan. Selanjutnya, potensi zakat Arab Saudi
mencapai 0,4 persen-0,6 persen dari total GDP mereka. Khusus untuk Pakistan, potensi zakat
mencapai 0.3 persen dari GDP, dan Yaman memiliki potensi hingga 0,4 persen dari total
GDP. Jika dilihat sekilas, nampak bahwa potensi zakat masih sangat kecil. Sedangkan potensi
zakat Indonesia mencapai Rp19 triliun atau 0,95 persen dari GDP Indonesia. Jika kita
menggunakan asumsi bahwa potensi zakat adalah sama dengan 2,5 persen dikali dengan
total GDP, menemukan bahwa potensi zakat Turki mencapai angka 5,7 miliar dolar AS.
Sedangkan potensi zakat Uni Emirat Arab dan Malaysia masing-masing sebesar 2,4 miliar
dolar AS dan 2,7 miliar dolar AS. Total potensi zakat seluruh negara-negara Islam minus
Brunei Darussalam adalah sebesar 50 miliar dolar AS. Dari sisi realisasi, secara umum dana
zakat yang berhasil dihimpun oleh masing-masing negara masih sangat kecil. Indonesia
sebagai contoh, hanya mampu menghimpun 800 miliar rupiah pada tahun 2006 lalu, atau
0,045 persen dari total GDP. Malaysia pun pada tahun yang sama hanya mampu
mengumpulkan 600 ringgit, atau sekitar 0,16 persen dari GDP mereka. Dari data riset ini
menunjukkan betapa Indonesia masih unggul dari hasil pengumpulan diantara negara-
negara besar Islam di dunia. Meskipun Indonesia memiliki potensi zakat hingga 217 trilun
pertahunnya, namun faktanya pada tahun 2010 BAZNAS hanya mampu mengumpulkan
sekitar 1,5 triliun saja dan meningkat pada tahun 2012 hingga 1,7 triliun meskipun telah
diprediksikan mencapai 2 triliun, namun hasil itu belum mencapai target. (El-Banjary,
kompas.com, 01 agustus 2013).

Anda mungkin juga menyukai