Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMANMATERI

(LembarKerjaResume Modul)

A. Nama : MUHJIR,SPd.I
B. JudulModul : ZAKAT
C. Kegiatan Belajar : HUBUNGAN PAJAK DAN ZAKAT MENURUT
PERSPEKTIF ISLAM JURNAL 3 KB 3

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Tuliskan minimal 3 A. Konsep Keberhasilan zakat dan pajak tergantung dari pengelolaannya,
(tiga) konsep tetapi dari segi hukum dan implementasinya harus tetap dipisah. Menurut
Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, beberapa
beserta perbedaan pokok antara zakat dan pajak menyebabkan keduanya tidak
deskripsinya yang mungkin secara mutlak dianggap sama, meski dalam beberapa hal terdapat
Anda temukan di persamaan. Perbedaan yang mendasar, antara lain: 
dalam bahan ajar;  Pertama, dari segi nama, secara etimologis zakat berarti
bersih, suci, berkah, tumbuh, maslahat dan berkembang.
 Kedua, dari segi dasar hukum dan sifat kewajiban, zakat
ditetapkan berdasarkan nash-nash Al Quran dan Hadis yang
bersifat qath’i, sehingga bersifat mutlak atau absolut
sepanjang masa. 
Kewajiban zakat tidak dapat dihapuskan oleh siapapun. Sedangkan
pajak keberadaannya sangat tergantung dari kebijakan pemerintah
yang dituangkan dalam undang-undang. Ketiga, dari sisi obyek dan
persentase serta pemanfaatannya, zakat memiliki nishab (kadar
minimal) dan persentase baku berdasarkan ketentuan yang tertuang
dalam berbagai Hadis Nabi. Sedangkan pungutan pajak tergantung
pada jenis, sifat dan cirinya. 
Zakat harus digunakan untuk kepentingan mustahik yakni 8 asnaf,
sedangkan pajak dapat digunakan untuk membiayai seluruh sektor
kehidupan negara, sekalipun dianggap tidak berkaitan dengan ajaran
agama.
Guru Besar IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof. KH
Sjechul Hadi Permono semasa hidupnya pernah persamaan dan perbedaan
antara pendayagunaan pajak dan pendayagunaan zakat. Semua bidang
dan sektor pembangunan yang dibiayai dari dana zakat, kecuali:
(1) Untuk agama non-Islam,
(2) Untuk aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa,
(3)Yang tidak mengandung taqarrub (kebajikan,
kebaikan) menurut Islam, dan
(4)Yang berbau maksiat dan/atau syirik menurut
pandangan ajaran Islam.

Sjechul Hadi Permono menyoroti perbedaan pendayagunaan zakat dan


pajak pada empat pengecualian tersebut, tidak dapat dibiayai dari dana
zakat (sekalipun dapat dibiayai dari dana pajak) karena bertentangan
dengan arti ibadah zakat itu sendiri. Banyak bidang yang dapat dibiayai
dari dana zakat, namun tidak dibiayai dari pajak, seperti muallaf, riqab dan
gharim.

Yang pernah diusulkan oleh BAZNAS kepada Dirjen Pajak ialah


“zakat sebagai kredit pajak”, artinya bukan hanya pengurang
penghasilan bruto (penghasilan kena pajak). Seandainya zakat
berlaku sebagai pengurang pajak, hampir dapat dipastikan
berdampak positif terhadap transparansi data wajib zakat dan wajib
pajak.

B. Pajak pajak dan zakat menurut perspektif Islam

Pemerintah telah melakukan langkah-langkah dan upaya


mendorong pemberdayaan potensi zakat melalui penyempurnaan
regulasi dan penguatan infrastruktur lembaga pengelola zakat yang
memiliki kekuatan hukum formal. Oleh karena itu pengembangan
sistem pelayanan zakat dan pajak yang efektif seyogyanya menjadi
prioritas ke depan. Dalam kenyataan, banyak celah orang tidak
membayar zakat kepada lembaga yang resmi, tetapi sulit
menghindar dari kewajiban pajak karena sistem pajak yang sudah
sedemikian canggih (sophisticated). Saya kira tidak perlu ditunggu
“revolusi” zakat karena ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Besar
Muhammad SAW lebih dari empat belas abad yang lalu adalah
suatu ajaran yang sangat revolusioner.

Pajak yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat


melalui perbaikan dan penambahan pelayanan publik,
mengalokasikan pajak tidak hanya untuk rakyat pembayar pajak,
tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar
pajak. Dan Islam sebagai sistem kehidupan, mengatur hubungan
manusia dengan Allah SWT (Al-Ibadat), dan hubungan manusia
dengan makhluk (Al-Muamalah) dalam seluruh aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan Negara. Prinsip
ajaran Islam pada dasarnya memecahkan semua masalah kehidupan
yang tidak bertentangan dengan fitrah manusia.Ajaran Islam
merupakan dasar semua perbaikan sosial, yang tidak hanya terbatas
pada secara makro sesuatu perekonomian tidak terlepas dari peran
pemerintah, dimana menurut Maududi pemerintah tidak
menggunakan kekerasan dalam memimpin suatu Negara, kembali
pada subjek masalah pajak dan zakat. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang sehingga dapat
dipaksakan dengantiada mendapat balas jasa secara langsung,
sedangkan zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah
Ta’ala yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dalam
makalah ini penulis membahas Hubungan Pajak dan Zakat menurut
Perspektif Islam.

C. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Pajak

1. Persamaan Zakat dan Pajak


a. Unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk
menghasilkan pajak juga terdapat dalam zakat. Jika seorang muslim
terlambat dalam membayar zakat karena keimanan dan
keislamannya belum kuat, disinilah pemerintah Islam akan
memaksanya bahkan memerangi mereka yang enggan membayar
zakat.
b. Bila pajak harus disetor kepada lembaga masyarakat (Negara),
pusat maupun daerah. Maka zakatpun demikian karena pada
dasarnya zakat itu harus diserahkan kepada pemerintah sebagai amil
zakat.
c. Ketentuan pajak adalah tidak adanya imbalan tertentu. Para wajib
pajak menyerahkan pajaknya selaku anggota masyarakat. Demikian
halnya dengan zakat, pezakat tidak memperoleh imbalan.
d. Apabila pajak mempunyai tujuan kemasyarakatan, ekonomi dan
politik disamping tujuan keuangan, maka zakatpun mempunyai
tujuan yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi
dan masyarakat.
2. Perbedaan Zakat dan Pajak
a. Perbedaan yang paling utama adalah bahwasanya tujuan zakat
adalah untuk langsung ditujukan kepada orang tidak mampu atau
yang berhak untuk menerima zakat tersebut, sedangkan pajak
digunakan untuk cakupan yang lebih luas, yaitu pembiayaan
pengeluaran Negara untuk pembangunan infrastruktur
pembangunan dan juga dialokasikan untuk pemerataan sosial.
b. Perbedaan yang paling mendasar dari keduanya terletak pada
sumber perintahnya. Pajak bersumber dari pemerintah yang telah
menetapkan pajak tersebut melalui Undang-Undang disertai
persetujuan dari parlemen atau DPR, sedangkan zakat bersumber
dari perintah Allah SWT yang wajib dijalankan umat Islam untuk
menjadi orang yang beriman.
c. Dari segi pelakunya dimana dalam pajak, seluruh masyarakat
berkewajiban membayar pajak kepada pemerintah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sedangkan dalam zakat hanya umat Islam
saja yang diwajibkan melakukannya.
d. Perbedaan selanjutnya terletak pada objek penerima dari dua
dana ini. Pajak dipungut oleh pemerintah dimaksudkan untuk
kepentingan sosial dan untuk kepentingan orang yang
membutuhkan. Padahal ini rentan terjadi salah sasaran dimana
justru orang yang telah berkecukupan malah mendapat apa yang
menjadi hal dari orang yang membutuhkan.

D. Hubungan Zakat dan Pajak dalam Perspektif Islam

Hubungan zakat dan pajak nampaknya telah dimulai sejak masa-


masa awal pengembangan Islam.Itu terjadi tatkala pasukan
muslimin baru saja berhasil menaklukkan Irak. Khalifah Umar, atas
saran-saran pembantunya memutuskan untuk tidak membagikan
harta rampasan perang, termasuk tanah bekas wilayah taklukan.
Tanah-tanah yang direbut dengan kekuatan perang ditetapkan
menjadi milik penduduk setempat.Konsekuensinya penduduk di
wilayah Irak tersebut diwajibkan membayar pajak (kharaj), bahkan
sekalipun pemiliknya telah memeluk ajaran Islam.Inilah kiranya
yang menjadi awal berlakunya pajak bagi kaum muslimin di luar
zakat.
Zakat dan pajak merupakan dua istilah yang berbeda dari segi
sumber atau dasar pemungutannya, namun sama dalam hal sifatnya
sebagai upaya mengambil atau memungut kekayaan dari
masyarakat untuk kepentingan agama dan sosial. Membahas
hubungan antara zakat dan pajak disebabkan dari beberapa hal
diantaranya yaitu zakat dan pajak merupakan hal yang signifikan di
dalam upaya untuk mensejahterakan rakyat.Zakat dan pajak
memiliki kesamaan, memiliki unsur paksaan, keduanya harus
disetorkan kepada lembaga masyarakat (Negara), keduanya tidak
menyediakan imbalan tertentu, dan keduanya memiliki tujuan
kemasyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan keuangan.
Zakat dan pajak memilikiperbedaan dalam beberpaa hal, yakni
dalam hal nama dan etika, hakikat dan tujuan, nishab dan ketentuan,
kelestarian dan kelangsungan, pengeluaran, dalam hal hubungan
dengan penguasa, dan dalam hal maksud dan tujuannya.

Pajak dan zakat merupakan dua istilah yang berbeda dari segi
sumber atau dasar pemungutannya., namun sama dalam hal sifatnya
sebagai upaya mengambil atau memungut kekayaan dari
masyarakat untuk kepentingan sosial. Zakat untuk kepentingan
yang diatur agama atau Allah SWT sedangkan pajak digunakan
untuk kepentingan yang diatur Negara melalui proses demokrasi
yang sah. Istilah pajak lahir dari konsep Negara, sedangkan zakat
lahir dari konsep Islam. Masalah zakat dan pajak akan senantiasa
menjadi polemik yang tak kunjung usai, dikalangan masyarakat
muslim. Polemik tersebut akan membawa dampak pada
perkembangan yang sangat dinamis seputar pengelolaan dana zakat
dan pajak, disemua Negara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Umat Islam telah memiliki pengalaman sejarah panjang tentang
model terbaik akulturasi antara budaya Barat dan budaya
Timur.Sudah bukan saatnya budaya-budaya tersebut dihadap-
hadapkan dalam posisi yang bertentangan, sebagaimana masa pra
penjajahan dulu.Tetapi bagaimana agar budaya-budaya tersebut
diambil yang terbaik untuk kemaslahatan umat manusia sebanyak-
banyaknya. Inilah tantangan nyata para kaum muslim agar mereka
dapat memberikan argumentasi yang kuat terhadap seluruh aspek
aspek kehidupan, dari sumber hukum Al-Qur’an dan sunnah. Salah
satu diantaranya adalah masalah zakat dan pajak ini. Ini akan terus
menerus muncul hingga titik tertentu yang berbasis pada
kemaslahatan umat manusia seutuhnya, termasuk umat Islam.
1. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membuat
Undang-undang yang memberikan solusi atas
Lakukan
permasalahan kewajiban ganda bagi umat Islam Indonesia
kontekstualisasi
terkait zakat dan pajak..
atas pemaparan
3. Pembaca khususnya mahasiswa, bahwa dalam menetapkan
materi dalam bahan
2 dan memberlakukan suatu produk hukum harus
ajar dengan realitas
mempertimbangkan dengan menyesuaikan konteks dari
sosial;
subjek dan objek hukum.
4. Ahli hukum, bahwa perlu adanya sebuah formulasi hukum
yang kontekstual supaya keadilan hukum dan kepastian
hukum dapat terwujud

Refleksikan hasil
kontekstualisasi Hal ini bukan berarti orang-orang modern sekarang semuanya terbebas
materi bahan ajar sebenarnya dapat dikategorikan sebagai riqab zaman modern. Mereka
dalam berhak menerima zakat dalam rangka untuk membebaskan diri dari
3
pembelajaran penindasan rentenir itu. Inilah bukti bahwa kandungan al-Quran akan tetap
bermakna. relefan dalam segala zaman.

Anda mungkin juga menyukai