Abstract, Taxes are payments from the private sector, based on laws and benefits to
finance public expenditures. At the time of the Prophet tax collection was not applied,
judging from the unavailability of hadiths regarding the case. Taxes that are required of
non-Muslims as security guarantees. This study uses a literature study with the tax
method in an Islamic perspective and its application with the application of taxes in
Indonesia. In the life of a pluralistic society such as in Indonesia, this becomes an
increasingly dilemmatic situation where on the one hand it is necessary to apply Islamic
law in its entirety, and on the other hand it is seen as necessary to apply it as an effort to
fulfill the interests of the state in building the welfare of its people. Taxes are obligatory
only on wealthy Muslims.
Abstrak, Pajak adalah penyerahan pembayaran dari sektor swasta kepada negara,
berdasarkan Undang-Undang dan gunanya untuk membiayai pengeluaran umum. Pada
masa Nabi saw. tidak diterapkan pemungutan pajak dilihat dari ketidaktersediaan
hadis-hadis tentang perkara tersebut. Pajak sebenarnya diwajibkan bagi orang-orang
non muslim kepada pemerintahan Islam sebagai bayaran jaminan keamanan. Penelitian
ini menggunakan studi kepustakaan dengan metode kualitatif dalam pajak dalam
perspektif islam dan hubungannya dengan penerapan pajak di Indonesia. Di dalam
kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia, hal ini senantiasa menjadi
dilema dimana di satu sisi menghendaki diterapkannya syariat Islam secara utuh, dan di
sisi lain pajak dipandang perlu untuk diberlakukan sebagai upaya memenuhi
kepentingan negara dalam membangun kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pajak
diwajibkan hanya kepada kaum muslimin yang kaya.
PENDAHULUAN
Pajak merupakan hal penting bagi setiap Negara karena merupakan pendapatan
utama bagi negara yang tentunya sangat berpengarug terhadap kas Negara disamping
adanya pendapatan dibidang yang lain. Selain berpengaruh pada pendapatan Negara,
tentunya pajak pun turut andil dalam mewujudkan pembangunan. Dalam kehidupan
bernegara bagi seorang Muslim, ketaatan mematuhi kewajiban membayar pajak yang
sudah ditetapkan pemerintah, sama halnya dengan kewajibkan untuk mengeluarkan
zakat yang diperintahkan agama, meskipun pada masa Rasulullah dan Khulafaurrosidin
zakat dikenakan kepada penduduk yang beragama Islam, sedang pajak dikenakan
kepada penduduk non muslim. Tidak ada penduduk yang terkena kewajiban rangkap
berupa zakat dan pajak (Turmudi 2015).
Pajak adalah penyerahan pembayaran dari sektor swasta kepada negara,
berdasarkan Undang-Undang dan gunanya untuk membiayai pengeluaran umum.
Pengambilan daya beli dari sektor swasta oleh negara dalam bentuk pajak meletakkan
beban secara langsung yang dirasakan oleh rakyat yang ikut serta dalam lalu lintas
tukar menukar. Para ahli ekonom memusatkan perhatian mereka dalam hal pengalihan
beban pajak oleh para wajib pajak kepada subjek ekonomi lain dengan jalan
pembentukkan harga dalam lalu lintas tukar menukar (Gazali 2015).
Pajak mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya (mu’amalah), oleh
karena itu pajak merupakan bagian dari syari’at. Tanpa adanya aturan-aturan yang jelas
dalam syariat mengenai perpajakan, maka pajak dapat menjadi alat penindas oleh
penguasa kepada rakyat. Hanya syariat yang dapat memutuskan permasalahan
mengenai pajak. Barang siapa yang tidak memutus syariat apa yang ditetapkan Allah
SWT maka ia adalah dzalim (Fikri dan Thamrin 2021).
Pajak yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat melalui
perbaikan dan penambahan pelayanan publik, mengalokasikan pajak tidak hanya untuk
rakyat pembayar pajak, tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib
membayar pajak. Dan Islam sebagai sistem kehidupan, mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT (Al-Ibadat), dan hubungan manusia dengan makhluk (AlMuamalah)
dalam seluruh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan Negara.
Prinsip ajaran Islam pada dasarnya memecahkan semua masalah kehidupan yang tidak
bertentangan dengan fitrah manusia. Ajaran Islam merupakan dasar semua perbaikan
sosial, yang tidak hanya terbatas pada secara makro sesuatu perekonomian tidak
terlepas dari peran pemerintah, dimana menurut Maududi pemerintah tidak
menggunakan kekerasan dalam memimpin suatu Negara, kembali pada subjek masalah
pajak dan zakat. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-
Undang sehingga dapat dipaksakan dengantiada mendapat balas jasa secara langsung,
sedangkan zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta’ala yang
dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin (Hr 2021). Dalam penelitian ini penulis akan
membahas bagaimana pajak dalam perspektif islam dan hubungannya dengan
penerapan pajak di Indonesia.
TINJAUAN LITERATUR
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pajak adalah iuran yang
wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan kepada negara.12 Di Indonesia pajak ini
bermacam-macam menurut apa yang dipakai sebagai dasar pungutannya, seperti pajak
bumi dan bangunan, pajak kendaraan, pajak penghasilan, dan sebagainya (Fitriani
2013).
Dalam UU No.28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), menyebutkan definisi pajak
sebagai kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Haskar 2020).
Negara Kesatuan Republik Indonesia mengartikan pajak sebagai kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
sedangkan At-Tuwajiri (125, 2012) menjelaskan pengertian zakat secara bahasa sebagai
berkembang dan bertambah, sedangkan zakat secara istilah berarti hak wajib pada
harta tertentu untuk golongan tertentu di waktu tertentu. Pengelolaan pajak di
Indonesia saat ini dibagi menjadi dua, pertama pemerintah pusat, dalam hal ini diwakili
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), mengelola Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Meterai, dan Pajak Bumi dan Bangunan-
P3, sedangkan pajak lainnya seperti Pajak Bumi dan Bangunan-P2, BPHTB, Pajak
Restoran, dan sebagainya dikelola oleh Pemerintah Daerah (Ramadhan 2017).
Pajak memiliki fungsi sebagai berikut
1. fungsi Anggaran berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintahan
untuk membiayai pengeluaran.
2. Fungsi Mengatur sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
3. Fungsi stabilitas untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan (Sari, Fasa, dan Suharto 2021).
Pajak merupakan hal yang hanya menyangkut urusan duniawi (Tahir 2015). Pada
masa pemerintahan Rasulullah pajak yang diterapkan berupa pajak tanah (kharaj),
pajak atas jaminan keamanan yaitu pajak yang dipungut dari non-muslim yang
meminta perlindungan/keamanan dibawah pemerintahan muslim (jizyah), dan pajak
perdagangan atau bea cukai (usyr). Di Indonesia ketentuan-ketentuan membayar pajak
diatur dalam undang-undang dasar 1945 dimana sebagian isinya seperti yang dijelaskan
diatas. Secara umum, pengelolaan pajak di indonesia terbagi atas dua bagian yaitu pajak
pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat, dalam hal ini berada di bawah naungan Direktorat Jendral Pajak-Departemen
Keuangan. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah
daerah (Hidayatulloh 2019).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan metode kualitatif dalam
pajak dalam perspektif islam dan hubungannya dengan penerapan pajak di Indonesia
berencana untuk memberikan penjelasan yang sistematis pada gagasan pemeriksaan
subjektif yang berbeda dalam pajak, penyelidikan informasi dalam eksplorasi grafis
subjektif, langkah-langkah dan kualitas serta kelemahan dalam pemeriksaan subjektif
itu sendiri. Eksplorasi ini dilakukan berdasarkan strategi dalam penulisan dari sumber
jurnal-jurnal yang disurvei yang diidentifikasi dengan pemeriksaan grafis subjektif.
KESIMPULAN
Pajak adalah penyerahan pembayaran dari sektor swasta kepada negara,
berdasarkan Undang-Undang dan gunanya untuk membiayai pengeluaran umum. Pada
masa Nabi saw. tidak diterapkan pemungutan pajak dilihat dari ketidaktersediaan
hadis-hadis tentang perkara tersebut. Pajak sebenarnya diwajibkan bagi orang-orang
non muslim kepada pemerintahan Islam sebagai bayaran jaminan keamanan. Maka
ketika pajak tersebut diwajibkan kepada kaum muslimin, para ulama dari zaman
sahabat, tabi’in hingga sekarang berbeda pendapat di dalam menyikapinya. Di dalam
kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia, hal ini senantiasa menjadi
dilema dimana di satu sisi menghendaki diterapkannya syariat Islam secara utuh, dan di
sisi lain pajak dipandang perlu untuk diberlakukan sebagai upaya memenuhi
kepentingan negara dalam membangun kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pajak
diwajibkan hanya kepada kaum muslimin yang kaya. Karena sistem perpajakan dalam
Islam memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan
kondisi ini, maka kaum muslim pun memikul beban kewajiban kepada pemerintah
untuk untuk turut membayar pajak. Jika sistem pajak oleh pemerintah ini dipandang
sebagai suatu kezaliman kepada kaum muslim sebagaimana dikemukakan dalam
pendapat para ulama yang mengharamkan pajak, apakah kaum muslim diperbolehkan
untuk melakukan perlawanan? Maka jawabannya adalah bahwa dalam keadaan
demikian, kaum muslimin tidak boleh melakukan perlawanan atau pemberontakan demi
untuk menghindari kemudharatan yang lebih besar. Dan jika harta mereka diambil
penguasa secara paksa sebagai pajak, maka berlaku bagi mereka hukum orang yang
terpaksa melakukan sesuatu yang haram dan tidak dianggap sebagai dosa.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal:
Abdullah, Mulyana. 2018. “MENYIKAPI PEMBERLAKUAN ZAKAT DAN PAJAK DALAM
PERSPEKTIF ISLAM.” taklim 593.
Fikri, Muhammad, dan Husni Thamrin. 2021. “Revitalisasi Konsep Pajak Dalam
Perspektif Islam.” JURNAL TAMADDUN UMMAH 1(2):26–34.
Fitriani, Rahma. 2013. “ZAKAT DAN PAJAK: PERSPEKTIF ISLAM.” Al-Mabsut : Jurnal
Studi Islam Dan Sosial 6(1):123–35.
Gazali, Gazali. 2015. “PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF.”
Mu’amalat: Jurnal Kajian Hukum Ekonomi Syariah 7(01):84–102.
Haskar, Edi. 2020. “HUBUNGAN PAJAK DAN ZAKAT MENURUT PERSPEKTIF ISLAM.”
Menara Ilmu 14(2). doi: 10.31869/mi.v14i2.1879.
Hidayatulloh, M. Haris. 2019. “Peran Zakat Dan Pajak Dalam Menyelesaikan Masalah
Perekonomian Indonesia.” Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law
1(2):102–21.
Hr, Musfirah. 2021. “Zakat Dan Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam.”
Luthfi, Khaidir, dan Ambo Asse. 2019. “Pajak Dalam Perspektif Hadis Nabi Saw.” Laa
Maisyir : Jurnal Ekonomi Islam 6(1):16–29.
Sari, Novita, Muhammad Iqbal Fasa, dan Suharto Suharto. 2021. “KEBIJAKAN PAJAK
DALAM MEMBANTU PEREKONOMIAN PADA MASA RESESI EKONOMI
BERDASARKAN PERSPEKTIF ISLAM.” Holistic Journal of Management Research
6(2):1–14.
Solekhan, Mohammad. 2016. “PAJAK DAN ZAKAT DILIHAT DARI HUKUM ISLAM.” Jurnal
Ilmiah Hukum Dan Dinamika Masyarakat 10(1).
Tahir, Masnun. 2015. “INTEGRASI ZAKAT DAN PAJAK DI INDONESIA DALAM TINJAUAN
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM.” AL-’ADALAH 12(1):507–24. doi:
10.24042/adalah.v12i1.204.
Turmudi, Muhamad. 2015. “Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam (Analisa Perbandingan
Pemanfaatan Pajak dan Zakat).” Al-’Adl 8(1):128–42.
Wahid, Moh Abdur Rohman. 2016. “INTEGRASI PAJAK DAN ZAKAT DI INDONESIA
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF.” el-Jizya : Jurnal Ekonomi
Islam 4(1):27–58.
Pajak B Kelompok 2