Disusun oleh
Muhammad Adam Nurdhien Setiyantoro
NIM 11000120140243
Kelas Hukum Pajak H
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kerangka Pikir
Pajak merupakan manifestasi dari hubungan antara Negara dan masyarakat,
karena peran pajak sebagai jembatan tampak konkrit. Hubungan yang jelas ini harus
memiliki tujuan dimana dari rakyat dan kembali kepada rakyat proses subsidi silang
untuk kemakmuran menjadi tujuan akhir berupa hubungan negara-kota melalui pajak.
Pajak adalah wujud nyata dari proses demokrasi dan wujud nyata masyarakat sipil
Pajak adalah instrumen terpenting pada pelaksanaan demokrasi, terutama
fungsi redistribusi pendapatan. Kontroversi permasalahan pajak kontemporer kerap
terlihat dalam perdebatan antara libertarian dan egaliter, dan pertanyaan utamanya
yaitu bagaimana cara dalam memecahkan masalah kesenjangan. Pandangan golongan
egaliter yang memberi usulan model asuransi patut dilakukannya pertimbangan pada
sistem perpajakan di Indonesia. Membayar pajak adalah sebuah keharusan dari rakyat
yang tinggal di Indonesia, sementara itu pemerintah harus memenuhi keperluan dasar
rakyat negara, layaknya edukasi, kesehatan, purnabakti, serta jaminan sosial dan lain-
lain. Dengan cara ini, masalah politik, ekonomi dan budaya, terutama ketimpangan
dan kesejahteraan, dapat didiskusikan dan diselesaikan pada saat yang bersamaan.
Oleh karena itu, permasalahan pajak tidak hanya mencakup perihal ekonomi, namun
mencakup pula permasalahan politik serta beberapa langkah inovatif yang sistematis
dan praktis dapat diambil. Model ini menjanjikan penguatan sistem demokrasi,
partisipasi publik yang luas, tumbuhnya masyarakat madani dan tercapainya
kesentosaan pada semua warga Indonesia.
Pada perihal ini, IBP mengkaji prospek saran dan kebijakan perpajakan,
terutama di negara berkembang, untuk menilai apakah kapasitas masyarakat sipil
untuk membangun sistem perpajakan yang kuat dan adil di tingkat nasional dapat
diperkuat. Dengan suara bulat yang hampir sama, para pemangku kepentingan, mulai
2
dari donor hingga mitra masyarakat sipil dan peneliti, melihat peran yang jelas bagi
IBP. Selain kemitraan yang kuat di negara-negara berkembang dan kesempatan untuk
terlibat dalam debat kebijakan profesional tingkat tinggi dan mewakili masyarakat
sipil, IBP dapat menggunakan seperangkat instrumen yang komprehensif untuk
menempatkan perpajakan di wilayah negara yang lebih luas. . keuangan untuk
memastikan distribusi dana publik yang lebih adil. Dengan menghubungkan kedua
sisi anggaran - pendapatan dan pengeluaran -
retribusi pajak dapat mengubah debat layanan publik dari apa yang mungkin
dilakukan dengan sumber daya yang tersedia menjadi apa yang diperlukan untuk
memerangi kemiskinan dan ketidaksetaraan. Pajak menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan negara untuk memenuhi semua kebutuhan publik (lembaga publik).
2. Tujuan
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk dapat mengenalkan lebih jauh kepada
khalayak umum tentang Representasi Negara dalam Merealisasikan Telos Negara.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada judul penelitian ini, perumusan masalahan yang jadi inti
dari penulisan ini ialah untuk mempelajari Perpsektif Teoretis, Urgensi Pajak sebagai
Instrumen, dan Pajak Dalam Kebijakan Fiskal
BAB II
PEMBAHASAN
3
membentuk negara dan menyepakati tujuan bersama pada dasarnya adalah fiksi
hukum yang mendasari gagasan pembentukan negara. Dengan persetujuan dan
kehendak bersama seluruh masyarakat, sebuah negara hadir sebagai satu kesatuan
yang memiliki kekuatan dan kedaulatan untuk mencapai tujuan bersama.Walaupun
nantinya rakyat dapat imbalan seperti menjamin rasa aman serta menjaga keselarasan
dari pemerintah saat itu/raja, penting diketahui saat itu kerajaan-kerajaan contohnya
Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, dan Kerajan Mataram
familiar dengan sistim pembebasan pemungutan pajak. Seperti pajak/pungutan atas
hak milik tanah atau disebut tanah sima. Pajak mulai diberlalukan kerika masuk
jaman penjelajahan oleh bangsa eropa lainnya.
4
Pengenaan pajak landrent_stesel ini didasari oleh sistim Raytwari yang
merupakan pungutan pajak yang dilakukan langsung para petani. Dalam konteks
tersebut yang dimaksud pengenaan nilai pajak ialah rerata penghasilan petani selama
satu tahun. Mengapa hanya petani? Raffless memiliki anggapan jika tanah yang
dimiliki petani adalah tanah milik para penguasa saat itu (sovereign) dan Inggris
menganggap bahwa penyewa tanah tersebut adalah pemerintah saat itu.
Pada era kolonial Jepang sistim perpajakannya banyak yang tidak dikenal.
Sebab di era tersebut pemerintahan Jepang focus pada pengeluaran untk membiayai
perang. Oleh karena itu sukar untuk membedakan antara yang terkena pajak, dan
perampasan oleh kolonial Jepang kepada rakyat. Pada era tersebut rakyat selain diberi
beban untuk ikut Romusha, masyarakat juga diberikn beban untuk membayar
iuran/pajak. Pada era tersebut masyarakat sangat terbebani walaupun hanya terjadi
sekitar 3,5 tahun.
Setelah memasuki masa kemerdekaan, pada saat sidang umum BPUPKI pajak
disertakan ke dalam Undang-Undang Dasar 1945 Ps. 23.
5
ibukota sementara adalah kegiatan ekonomi pemerintahan serta pembiayaan untuk
mengeluarkan dana pemerintah terus berjalan. Selanjutnya pemerintahan Indonesia
menyadur berbagai peraturan perihal pajak yang sebagian merupakan bekas dari
pemerintahan kolonial saat itu. Di masa ekonomi modern, pajak adalah salah satu
aspek yang keberadaannya sangat dalam menopang kemajuan dan keberhasilan suatu
negara.
Pajak dan sumber pendapatan lain adalah hal yang tidak sama, sebab diartikan
iuran yang sifatnya suatu keharusan serta terbatas. Umumnya uang yang berasal dari
pajak tersebut akan kembali lagi ke rakyat namun dalam wujud yang berbeda.
Contohnya seperti pelayanan umum, proyek infra struktur, serta demi
menyejahterakan rakyat. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak akan menerima
imbalannya secara langsung, sebab hasil dari pajak tersebut akan diterima kembali
masyarakat dalam wujud yang berbeda, ke dalam bentuk yang dirasa membawa
banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia.
Pengertian dari sudut etimologis adalah pajak iuran yang wajib, harapan yang
diberi juga bisa berwujud uang yang dibayar oleh rakyat sebagai pemberian yang
diwajibkan kepada pemerintah sehubungan adanya penghasilan, pemilikan, dan lain-
lain. Sehubungan hal tersebut pemerintah bertumpu pada pungutan/pajak karena
merupakan sumber pendpatan bagi pemerintah.
6
Oleh karena itu, banyak pakar yang memiliki pendapat tentang definisi pajak
menurut pemikiran dan keahlian yang dimiliki oleh para pakar. Antara lain sebagai
berikut:
7
jasa yang gunanya demi melakukan pembiayaan pembelanjaan yang ada
hubungannya dengan tugas kenegaraan bagi penyelenggaraan pemerintah.”
BAB III
PENUTUP
8
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
9
Charles_E. McLure, Jr. "Taxation". Britannica._ 04/09/2021
"2o13-2o14_The_worldwide_personal_tax_guide_United_Arab_Emirates"._Ernst &
Young._04/09/2021
https://www.pajak.go.id/artikel/menengok-sejarah-perpajakan-di-indonesia-bagian-
pertama 04/09/2021
10
11