Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

I. LANDASAN FILOSOFI PEMUNGUTAN PAJAK

Tugas negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
bagi rakyatnya. Itulah sebabnya maka negara harus tampil ke depan dan turut campur tangan,
bergerak aktif dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama dibidang perekonomian guna
tercapainya kesejahteraan umat manusia.
Untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan biaya-biaya
yang cukup besar. Demi berhasilnya usaha ini, negara mencari pembiayaannya dengan cara
menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan
oleh negara sebagai suatu fungsi esensial. Memang di beberapa negara yang sudah maju, pajak
sudah merupakan suatu conditiesine qua non bagi penambahan keuangan negara. Tanpa
pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara akan lumpuh lebih-lebih lagi
bagi negara yang sedang membangun seperti Indonesia, atau negara yang baru bebas dari
belenggu kolonialis pajak merupakan darah bagi tubuh negara.
Atas dasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pemungutan pajak
didasarkan atas pendekatan Benefit Apoprouch atau pendekatan manfaat. Pendekatan ini
merupakan dasar fundamental atas dasar filolosofis yang membenarkan negara melakukan
pemungutan pajak sebagai yang dapat dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan
kekuatan pemaksa. Pendekatan manfaat (benefit approuch) ini mendasarkan suatu falsafah: oleh
karena negara menciptakan manfaat yang dinikmati oleh seluruh warga negara yang berdiam
dalam negara, maka negara berwewenang memungut pajak dari rakyat dengan cara yang dapat
dipaksakan.
Bentuk manfaat yang bisa dinikmati oleh warga negara adalah : kesejahteraan, pelayanan
umum, perlindungan hukum, kebebasan, penggunaan fasilitas umum, seperti : pelabuhan,
jalanan, jembatan, tempat-tempat hiburan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan manfaat
tersebut.
Penyediaan jasa atau fasilitas-fasilitas umum tidak mungkin dapat dikerjakan sendiri oleh
pihak per orangan sebagai pelopor dalam mewujudkan atau menciptakan kesejahteraan untuk
seluruh warganya.
Di dalam literatur ilmu keuangan negara, kita temukan teori-teori yang memberikan dasar
pembenaran atau landasan filosofis dari pada wewenang negara untuk memungut pajak dengan
cara yang dapat dipaksakan. Teori-teori tersebut adalah:

1. Teori asuransi

Menurut teori ini; negara dalam melaksanakan tugasnya/ fungsinya, mencakup pula tugas
perlindungan terhadap jiwa dan harta benda perseorangan. Oleh sebab itu, negara bekerja atau
bertindak sebagai perusahaan asuransi. Untuk perlindungan itu, warga negara membayar premi

1 | Page
dan pembayaran pajaklah yang dapat dipandang sebagai premi itu. Teori ini sudah lama
ditinggalkan, dan sekarang praktis tidak ada lagi pembelanya, sebab negara tidak mengganti
kerugian bila timbul kerugian atas orang-orang yang bersangkutan, misalnya dibunuh atau
hartanya dicuri.

2. Teori kepentingan

Menurut teori ini pajak itu mempunyai hubungan dengan kepentingan individu yang
diperoleh dari pekerjaan negara. Makin banyak mengenyam atau menikmati jasa dari pekerjaan
pemerintah, makin besar juga pajaknya. Teori ini meskipun masih berlaku pada retribusi, tetapi
sulit diterima sebab orang miskin dan penganggur yang memperoleh bantuan dari pemerintah,
menikmati atau menganyam banyak sekali jasa dari pemerintah, menikmati atau mengenyam
banyak sekali jasa dari pekerjaan pemerintah dan mereka bahkan disebabkan membayar pajak.

3. Teori kewajiban pajak mutlak (teori pengorbanan)

Teori ini berpangkal tolak dari ajaran organik kenegaraan (Organische Staatsleer) dan
berpendirian bahwa tanpa negara maka individu tidak mungkin bisa hidup bebas berusaha dalam
negara. Oleh karena itu, negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Tanpa negara,
maka individu pun tidak ada, dan pembayaran pajak oleh individu kepada negara adalah
dipandang sebagai tanda pengorbanan atau tanda baktinya kepada negara.
Teori ini terlalu menitikberatkan kepada negara yaitu seolah-olah individu itu tidak dapat hidup
tanpa negara, tetapi negara dapat hidup tanpa individu. Padahal realitasnya tidak demikian, sebab
negara pun tak mungkin hidup/ ada tanpa individu.

4. Teori gaya beli

Teori ini mengajarkan : bahwa fungsi pemungutan pajak, jika dipandang sebagai gejala
dalam masyarakat disamakan dengan POMPA, yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga
dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian menyalurkan kembali ke
masyarakat dengan tujuan untuk memelihara hidup masyarakat atau untuk kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
Teori ini banyak penganutnya, karena kepraktisannya. Teori ini berlaku sepanjang masa baik
dalam ekonomi liberal, bahkan juga dalam masyarakat sosialistis, meskipun tidak luput dari
variasi-variasi dalam coraknya. Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut
pajak, melainkan hanya melihat kepada efek yang baik sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak dan bukan kepentingan individu, maupun bukan kepentingan negara, melainkan
kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya. Dengan demikian teori ini menitikberatkan
kepada fraksi kedua dari fraksi pajak, yaitu fraksi mengatur (regulerend).

2 | Page
5. Teori gaya pikul

Teori ini mengajarkan: bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan membayar
dari siwajib pajak (individu). Tekanan semua pajak-pajak harus sesuai dengan gaya pikul si
wajib pajak dengan memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga pengeluaran
belanja wajib pajak tersebut. Gaya pikul ini dipengaruhi oleh bermacam-macam komponen,
terutama :
1. Pendapatan
2. Kekayaan dan
3. Susunan dari keluarga wajib pajak dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keadaannya.

Prof. W. J. de Langen, memberikan arti dari gaya pikul sebagai berikut: gaya pikul adalah
kekuatan untuk membayar uang kepada negara, jadi untuk membayar pajak, setelah dikurangi
dengan minimum kehidupan (basic needs). Minimum kehidupan atau kebutuhan dasar (basic
needs) adalah hal yang pokok dan tidak bisa ditunda-tunda. Basic needs ini seperti: makan,
pakaian, perumahan dan biaya pendidikan.
AJ. Cohan Stuart, mengemukakan bahwa gaya pikul adalah sama dengan sebuah
jembatan, yang pertama-tama harus dapat memikul bobotnya sendiri, sebelum dicoba untuk
dibebaninya dan menyerahkan ajaran, bahwa yang sangat diperlukan untuk kehidupan harus
tidak dimasukkan dalam pengertian gaya pikul. Kekuatan untuk menyerahkan uang kepada
negara barulah ada, jika kebutuhan-kebutuhan primer untuk hidup telah tersedia. Hak manusia
yang pertama adalah hak untuk hidup, maka sebagai anasir yang pertama yang harus
diperhatikan adalah minimum kehidupan (bestaan minimum).
Teori-teori di atas merupakan pemecahan atas dasar menyatakan keadilannya
pemungutan pajak oleh negara, sehingga para ahli dibidang keuangan negara khususnya dibidang
perpajakan menamakannya sebagai asas menurut falsafah hukum, yang oleh Adam Smith
dimasukkan dalam maxim pertama dalam ajarannya The Four Mamxims (empat aksioma/ asas
dalam pemungutan pajak).
Meskipun demikian, beberapa prinsip/ asas telah berhasil juga dikembangkan sepanjang masa
sehingga memberikan suatu kerangka yang dapat digunakan sebagai kriteria-kriteria sistem
perpajakan yang adil. Prinsip atau asas ini ialah antara lain, prinsip atau asas manfaat dan asas
kemampuan membayar.
Prinsip manfaat, salah satu tujuan kegiatan pemerintah pada masyarakat adalah
menciptakan manfaat dapat dinikmati oleh seluruh warga negara, baik sebagai konsumen
maupun produsen. Apabila manfaat yang diterima masyarakat/warga negara dirasakan besar,
maka warga negara akan bersedia untuk membayar manfaat tersebut juga dalam jumlah yang
besar. Pembayaran tersebut bukan saja dalam bentuk uang seperti pembayaran pajak, tetapi
bahkan melebihi dari itu seperti: rasa cinta tanah air, rasa ingin berkorban untuk nusa dan bangsa.
Pemerintah memberikan pulic service (pelayanan jasa) kepada warganya baik secara
perorangan maupun secara kolektif, dan warga negara memberikan kontraprestasi berupa uang

3 | Page
dalam bentuk pembayaran pajak kepada pemerintah. Pemberian jasa oleh pemerintah kepada
warganya yang dirasakan besar manfaatnya,akan menimbulkan rasa kesadaran yang tinggi untuk
mengabdi kepada negara. Rendahnya kesadaran warga negara untuk membayar pajak kepada
negara banyak ditentukan oleh sejauh mana rakyat dapat mengenal dan menikmati manfaat jasa-
jasa dari negara. Jasa-jasa dari negara seperti: jaminan keamanan/ ketertiban, pelayanan yang
memuaskan sewaktu warga negara mengurus kepentingannya yang berhubungan dengan hak-hak
perdatanya seperti mengurus kartu penduduk dan surat keterangan lainnya.
Bilamana pemerintah kurang memperhatikan pelayanan yang baik terhadap warganya,
maka warga negara/ rakyat akan berkurang juga kesadarannya untuk memberikan kontraprestasi
kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak.
Menikmati jasa atau manfaat dari negara sangat erat kaitannya dengan tingkat kesadaran
dari rakyat untuk membayar pajak. Kesadaran membayar pajak merupakan salah satu aspek atau
bagian kesadaran berwarga negara. Apabila kesadaran berwarga negara tinggi maka berarti pula
moralitas perpajakan adalah juga tinggi. Kesadaran membayar pajak juga dipengaruhi oleh
efisiensi dan efektivitas kegiatan pemerintah. Apabila dalam melaksanakan kegiatan pemerintah
atau dalam menggunakan uang negara banyak terjadi kebocoran, korupsi dan penyelewengan
lain, maka akan berakibat merosotnya tax morality masyarkat. Dalam masyarakat yang masih
bersifat paternalistik seperti Indonesia dewasa ini, kebersihan aparatur pemerintah sangat
berpengaruh terhadap kesadaran berwarga negara termasuk kesadaran membayar pajak.
Tindakan pemerintah akan selalu dipandang dan selalu menjadi contoh masyarakat, raja adil raja
disembah, raja lalim raja disanggah.
Mengenai prinsip kemampun membayar (Ability to pay), mempunyai dua bagian
terpisah, tidak hanya dinyatakan bahwa yang kaya harus membayar lebih banyak, tetapi
kenyataan juga bahwa mereka yang berkedudukan atau berpenghasilan sama harus membayar
pajak yang sama pula.
Gagasan yang kedua ini bahwa yang sama harus diperlakukan sama dinamakan
kewajiban hirisontal. Sedangkan pembagian beban pajak yang sesuai di antara orang-orang yang
berbeda kemampuan membayarnya dinamakan kewajiban vertikal.

A. Definisi Pajak
Terdapat berbagai ragam/ mengenai definisi pajak di kalangan para sarjana ahli di bidang
perpajakan. Di antara pendapat para sarjana tersebut, beberapa di antaranya yang sampai saat ini
masih banyak pendukungnya. Di antaranya:

1. Prof. Dr. PJA. Adriani (Pernah menjadi Guru Besar pada Universitas Amsterdam)
beliau memberikan definisi yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas pemerintah.

4 | Page
Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi tersebut adalah bahwa Adriani memasukkan
pajak, sebagai pengertian yang dianggapnya sebagai suatu Species ke dalam genus pungutan
(iuran). Jadi, pungutan lebih luas dari pajak, yang dimaksud dengan pungutan ialah memperoleh
sejumlah uang atau barang oleh penguasaan publik dari rumah tangga swasta dengan
menggunakan kekuasaan politik dan atau kekuasaan ekonomis yang timbul karena kekuasaan
politik dan atau kekuasaan ekonomis yang timbul karena kekuasaan politik tersebut, menurut
norma-norma yang ditetapkan olehnya.
Pungutan ini dapat dibagi dalam:
a. Pajak
b. Retribusi

2. Prof. Dr. MJH. Smeeths, beliau memberikan definisi pajak sebagai berikut: Pajak adalah
prestasi pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan,
tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah
membiayai pengeluaran pemerintah.
Kedua definisi tersebut, hanya menonjolkan fungsi budgeter (mengisi kas negara) dari pajak
sedang fungsi pajak yang tidak kalah pentingnya adalah fungsi regulerend (mengatur).

3. Dr. Soeparman Soemahamidjaya (dalam disertasinya yang berjudul: Pajak berdasarkan


asas gotong royong, memberikan definisi: pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang,
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Dengan mencantumkan istilah iuran wajib, diharapkan terpenuhinya ciri bahwa pajak
dipungut dengan bantuan dari dan kerjasama wajib pajak, sehingga perlu pula dihindari
penggunaan istilah paksaan. Bilamana suatu kewajiban harus dilaksanakan berdasarkan undang-
undang, yang mana kewajiban tersebut tidak dilaksanakan maka undang-undang menunjukkan
cara pelaksanaannya yang lain, hal ini tidak mengenai pajak saja. Beliau mengatakan,
berkelebihanlah kiranya, kalau kasus mengenai pajak ditekankan pentingnya paksaan itu, seakan-
akan tidak ada kesadaran masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Beliau selanjutnya
menekankan bahwa cukup dikatakan saja bahwa pajak adalah iuran wajib (jadi tidak diberi
tambahan yang dapat dipaksakan).
Adapun mengenai kontraprestasi, beliau berpendirian bahwa justru untuk
menyelenggarakan kontra prestasi itulah perlu dipungut pajak; bukanlah pengeluaran-
pengeluaran pemerintah bagi penyelenggaraan bidang keamanan, kehakiman dan hal-hal lainnya
yang merupakan pemberian kontra-prestasi bagi pembayar pajak selaku anggota masyarakat.

4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, memberikan definisi sebagai berikut: pajak adalah iuran rakyat
kepada negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan), yang langsung dapat ditunjuk
dan digunakan untuk membiayai pembangunan.
Dengan melihat definisi yang dikemukakan oleh para sarjana tersebut, maka Unsur-
unsur yang terdapat dalam definisi tersebut adalah:
5 | Page
1. Bahwa pajak itu adalah suatu iuran, atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan
(pendapatan) kepada negara. Dapat dikatakan bahwa pemerintah menarik sebagian
daya beli rakyat untuk negara.
2. Bahwa perpindahan atau penyerahan iuran itu adalah bersifat wajib, dalam arti bahwa
bila kewajiban itu tidak dilaksanakan maka dengan sendirinya dapat dipaksakan,
artinya: hutang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa
dan sita.
3. Perpindahan ini adalah berdasarkan undang-undang atas peraturan yang dibuat oleh
pemerintah yang berlaku umum. Sekiranya pemungutan pajak tidak didasarkan pada
undang-undang atau peraturan maka ini tidak sah dan dianggap sebagai perampasan
hak.
4. Tidak ada jasa timbal (Tegen prestasi) yang dapat ditunjuk, artinya bahwa antara
pembayaran pajak dengan prestasi dari negara tidak ada hubungan langsung. Prestasi
dari negara seperti: hak untuk mendapat perlindungan dari alat-alat negara, hak
penggunaan jalan umum, hak untuk mendapatkan pengairan dan sebagainya. Prestasi
tersebut tidak ditujukan secara langsung kepada individu pembayar pajak, tetapi
ditujukan secara kolektif atau kepada anggota masyarakat secara keseluruhan. Buktinya
orang miskin yang tidak membayar pajak pun dapat menikmati prestasi dari negara.
Bahkan orang miskin mungkin lebih banyak menggunakan prestasi dari negara
dibanding dengan orang kaya seperti dalam hal penggunaan sarana/ kesehatan.
5. Uang yang dikumpulkan tadi oleh negara digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum yang berguna untuk rakyat, seperti pembuatan jalan, jembatan, gedung, gaji
untuk pegawai negeri termasuk ABRI, dan sebagainya.

B. Dasar Hukum Pemungutan Pajak


Hukum pajak harus memberikan jaminan hukum dan keadilan yang tegas, baik untuk
negara selaku pemungut pajak (Fiskus) maupun kepada rakyat selaku wajib pajak.
Di negara-negara yang menganut faham hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak
harus ditetapkan dalam undang-undang. Dalam undang-undang Dasar 1945 dicantumkan pasal
23 ayat 2 sebagai dasar hukum pemungutan pajak oleh negara. Dalam pasal itu ditegaskan bahwa
pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluan negara hanya boleh
terjadi berdasarkan undang-udang.
Apa rasionya sehingga pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang ?
sebagaimana diketahui bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor
pemerintah (untuk membiayai pengeluaran negara) tanpa ada jasa timbal (tegen prestasi) yang
langsung ditunjuk. Jadi pajak di sini adalah merupakan kekayaan rakyat yang diserahkan kepada
negara.
Biasanya peralihan kekayaan dari sektor satu ke sektor lain tanpa adanya kontra-prestasi
(jasa timbal), hanya dapat terjadi, bila terjadi suatu hibah, kekerasan dan perampasan atau
perampokan.

6 | Page
Itulah sebabnya maka di Inggris berlaku suatu dalil yang berbunyi: No Taxation without
representation (tidak ada pajak tanpa undang-undang) dan Amerika : taxation without
representation is roberry (Pajak tanpa undang-undang (perwakilan) adalah perampokan).
Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 mempunyai arti yang sangat dalam yaitu menetapkan nasib
rakyat. Betapa caranya rakyat, sebagai bangsa, akan hidup dan darimana didapatnya belanja
hidup harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan dewan perwakilan rakyat
sebagai wakil mereka.
Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya. Oleh karena itu
penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala
tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak harus ditetapkan dengan
undang-undang dengan persetujuan wakil-wakil mereka yang duduk di lembaga legislatif.
Itulah sebabnya rakyat selalu berusaha untuk memilih wakil-wakil mereka yang
dipandang mampu dan sanggup memperjuangkan cita-cita dan perjuangan mereka. Suatu
undang-undang misalnya, undang-undang pajak, meskipun masyarakat merasakan sebagai
beban, tetapi karena sudah disetujui oleh wakil mereka maka ini diterima sebagai suatu undang-
undang yang sah dan mengikat mereka.
Dengan ditetapkan pajak dalam bentuk undang-undang berarti pajak bukan perampasan
hak/kekayaan rakyat karena sudah disetujui oleh wakil-wakil rakyat. Juga tidak dapat dikatakan
sebagai pembayaran suka rela. Oleh karena pajak mengandung kewajiban bagi rakyat untuk
mematuhinya dan bila ia (rakyat) tidak memenuhi kewajibannya dapat dikenakan sanksi.
Kalau pajak didasarkan kepada kesukarelaan saja maka sudah dapat dipastikan bahwa
uang yang masuk kas negara mungkin tidak berarti sama sekali, bahkan dapat dikatakan rakyat
tidak akan berkeinginan menyerahkan begitu saja hasil yang diperoleh dengan susah payah tanpa
ada jasa timbal (kontraprestasi).
Di samping adanya undang-undang yang memberikan jaminan hukum kepada wajib
pajak agar keadilan dapat diterapkan, maka faktor lainnya yang harus diperhitungkan oleh negara
adalah agar pembuatan peraturan pajak diusahakan agar mencerminkan rasa keadilan bagi wajib
pajak, sebab tingkat kehidupan serta daya pikul anggota masyarakat tidak sama. Anggota
masyarakat ada yang mampu, kurang mampu dan tidak mampu.

C. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak terlihat adanya
dua fungsi pajak sebagaimana yang dikutip Mardiasmo, (2004:7) :
- Fungsi budgeter (Mengisi kas Negara)
- Fungsi regulernd (fungsi mengatur)
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi pajak ini akan diuraikan satu persatu sebagai
berikut:

a. Fungsi budgeter (mengisi kas negara)

7 | Page
Fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak
banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara.

b. Fungsi regulernd (fungsi mengatur)

Fungsi mengatur ini berarti bahwa pajak, dijadikan sebagai alat bagi pemerintah untuk
mencapai suatu tujuan tertentu baik dalam bidang ekonomi moneter, Sosial, kultural, maupun
dalam bidang politik.

D. Syarat-syarat Pemungutan Pajak


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagaimana yang dikutip Waluyo dan Wirawan
(2000:5), bahwa:
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Undang-undang dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus bersifat adil. Adil dalam
perundang-undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
b. Pemungutan pajak harus sesuai dengan undang-undang (Syarat Yuridis)
Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, bagi negara maupun
warganya yang diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.
c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat ekonomi)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)
Biaya pemungutan harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya
sesuai dengan fungsi budgeter
e. Sistem pemungutan harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajiban untuk membayar pajak
Sistem Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak dilaksanakan dengan menggunakan tiga sistem, sebagaimana dikutip
Waluyo dan Wirawan, (2000:8)
f. Official Assesment System
Sistem yang memberi wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang tertuang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada pada tahun berjalan
2. Angsuran bagi wajib pajak harus disetor sendiri
3. Pada akhir tahun pajak, fiskus menentukan besarnya hutang yang sesungguhnya
berdasarkan data yang dilaporkan oleh wajib pajak.
g. Self Assesment system

8 | Page
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri pajak yang terhutang.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada pada wajib pajak sendiri
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
h. With Holding System
Sistem pemungutan yang wewenang kepada yang pihak ketiga (bukan yang fiskus dan
bukan wajib pajak bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.

II. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007.
Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah
Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban
Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.

Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak
diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang, menyetornya,
serta melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan fungsi Direktorat
Jenderal pajak adalah melakukan pengawasan atas sistem self assesment tersebut agar Wajib
Pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Penghitungan
pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material perpajakan sebagaimana tersebut
dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta
wewenang Direktorat Jenderal pajak diatur dalam undang-undang formal perpajakan
sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU
No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU
KUP), yang mengatur tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktorat
Jenderal Pajak, termasuk sanksi perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
perpajakan.

Dasar hukum ketentuan umumdan tata cara perpajakan adalah undang-undang NO. 6
tahun 1983 sebagai mana telah diubah terakhir dengan undang-undang NO. 28 tahun 2007

Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwimatau taahun calendar. Akan tetapi
wajib pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim dengan syarat

9 | Page
konsisten selama 12 bulan, dan melapor kepada kantor pelayanan pajak pratama setempat. Cara
menentukan suatu tahun pajak adalah dapat dilihat dalam foto copiannya halaman 22.

A. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

1. Pengertian

Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2. Fungsi NPWP

Fungsi NPWP adalah:

a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.

3. Pencantuman NPWP

Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan


mencantumkan nomor pokok wajib pajak yang dimilikinya.

4. Pendaftaran NPWP

Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan subjektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan system self
assessment. Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam undang-undang pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.Persyaratan
objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan untuk melakukan pemotongan/ pemunguttan sessuai dengan ketentuan undang-
undang pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.

Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor direktorat jendral pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal dan kantor derektoral jendral pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kegiatan usaha dilakukan, bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu. kewajiban
mendaftarkan diri tersebut belaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secarah
terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hukum berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta. Wanita kawin juga dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

10 | P a g e
Kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk memproleh NPWP dibatasi jangka
waktunya,karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak
terutang, jangka waktu pendaftarannya NPWP adalah:

a. Bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan uasaha yang menjalankan bebas dan
wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat satu bulan setelah saat usaha mulai
dijalankan.

b. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan
telah melebihi penghasilan tidak kena pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir
bulan berikutnya.

Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP akan
dikenakan sangsi perpajakan.

5. Sanksi

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan nomor pokok
wajib pajak, atau menyalah gunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugiaan
pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lam 6
tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana


menyalahgunakan atau menggunakan tanpa nomor hak nomor pokok wajib dalam rangka
melakukan permohonan restitusi atau melakukan kompensisasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan pengkreditan yang dilakukan dan paling
banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan.

6. Penghapusan NPWP

Penghapusan nomor pokok wajib pajak dilakukan oleh direktur jendral pajak apabila:

a. Diajukan permohonan nomor pokok wajib pajak oleh wajib pajak dan ahli warisannya
apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Wajib pajak badan dilikuidasi karna penghentian dan penggabungan usaha.

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki nomor pokok wajib pajak dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut telah
terdaftar wajib pajak.

11 | P a g e
d. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan usahanya di Indonesia.

e. Dianggap perlu oleh direktur jendral pajak untuk menghapuskan nomor pokok wajib pajak
dari wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

7. Format NPWP

NPWP terdiri dari 5 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit
berikutnya merupakan kode administrasi pajak.

Formatnya adalah sbb: XX. XXX. XXX. X- XXX. XXX

Catatan:

a. Wajib pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri apabila memerlukan NPWP dapat
mendaftarkan diri dan kepadanya akan dibrikan NPWP.

b. Setiap wajib pajak hanya mempunyai satu NPWP untuk semua jenis pajak.

c. Untuk perusahan perseorangan, NPWP atas nama pemiliknya.

d. Untuk badan misalnya PT. yang baru berdiri sebaiknya tetap mempunyai NPWP karena
apabila rugi dapat dikompensasi dengan tahun berikutnya

e. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan
nomor pokok wajib pajak dari wajib pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut

B. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ( PPKP )

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam bentuk
usaha menghasilkan barang, mengimpor barang, mengespor barang, melakukan usaha
perdagangan dll.

Pengusaha kena pajak adalah (PPKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
barang kena pajak dan penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-
undang pajak pertanbahan nilai 1984 dan perubahannya.

Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang pajak pertanbahan nilai


1984 yaitu:

a. Memilih sebagai usaha kena pajak

12 | P a g e
b. Tidak memilih sebagai usaha kena pajak tetapi sampai dengan suatu bulan dalam suatu
tahun buku jumlah peredaran bruto atas penyerahan barang kena pajak telah melampaui batasan
yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.

1. Fungsi Pengukuhan PPKP

a. Sebagai identitas PPKP yang bersangkutan.

b. Melaksanakan hak dan kewajiban dibidang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah.

c. Pengawasan administrasi perpajakan.

2. Tempat pengukuhan PPKP

Bagi wajib pajak sebagai mana yang memenuhi syarat sebagai PPKP wajib melaporkan
usahanya kekantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha wajib
pajak atau kekantor pelayanan pajak tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Dalam hal tempat tinggal berada dalam 2 wilayah tempat kerja kantor pelayanan
pajak, direktur jendral pajak dapat menempatkan kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak
terdaftar.

3. Pencabutan pengukuhan PPKP

Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak dapat dilakukan dalam hal:

a. Pengusaha kena pajak pindah alamat kewllayah kerja kantor pelayanan pajak lain.

b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai pengusaha kena pajak termassuk pengusaha
kena pajak yang jumlah peredaran atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi
batas jumlah peredaran atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil (600.000.000,-setahun)

Atas permohonan wajib pajak untuk melakukan pencabutan pengukuhan pengusah kena
pajak, dirktur jendral pajak setelah melakukan pemerikasaan harus memberikan keputusan dalam
jangka waktu 6 bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Apabila jamgka waktu

Tersebut telah lewat, Direktur jendral pajak tidak member suatu keputusan, maka
permohonan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak di anggap dikabulkan dan surat
keputusan mengenai pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak harus diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama satu bulan setelah jangka waktu 6 bulan berakhir.

4. Sanksi

13 | P a g e
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk di kukuhkan sebagai
prngusaha kena pajak atau menyalah gunakan tanpa hak pengukuhan pengusaha kena pajak,
sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjjara
palinng singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang di bayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang di bayar.

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalah gunakan atau
mmenggunakan tanpa hak pengukuhan pengusaha kena pajak dalam rangka mengajukan
permohonan restitusi atau ,melakukan konpensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana
dengan pidana pencara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2
kali jumlah restitusi dan di mohonkan atau di konpensasi pengkreditan yang dilakukan dan
paling bbanyak 4 kali jumlah restitusi yang konpensasikan.

C. Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Pengertian SPT

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan atau
pembayaran pajak , objek pajak atau bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

2. Fungsi SPT

Fungsi SPT bagi wajib pajak , pajak penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak atau bukan objek pajak .

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam
satu masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pengusaha kena pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang meewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporakan tentang :

a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran

14 | P a g e
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh pengusaha kena
pajak sesuai dengan ketentuan p[eraturan perundangan-undangan perpajakan.

3. Prosedur Penyelesaian SPT

a. Wajib pajak sebagaimana mengambil sendiri surat pemberitahuan ditempat yang


ditetapkan oleh direktur jendral pajak atau ,mengambil dengan cara lain yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan peraturan mentri keuangan

b. Setiap wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar,lengkap dan jelas,
dalam bahasa indonesiua dengan menggunakan huruf latin, angka arab, dsatuan mata uang
rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya kekantor direktur jendral pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau di kukuhkan Atau tempatr lain yang di tetapkan oleh direktur jendral
pajak.

c. Wajib pajak yang telah mendapat izin dari menteri keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah.

d. Penandatanganan SPT dapat dilakukan secara biasa .

e. Bukti-bukti yang harus dilampiirkan pada SPT antara lain :

Untuk wilayah pajak yang mengadakan pembukuan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan
kena pajak.

Untk SPT masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah dasar pengenaan pajak, jumlah
pajak keluaran, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau
kelebihan pajak.

Untuk wajib pajak yang menggunakan norma perhitungan jumlah peredaran yang terjadi
dalam tahun pajak yang bersangkutan.

4. Pembetulan SPT

Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat mmembetulkan surat pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat direktur jendral pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan . dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri surat
pemberitahuan tahunan maupun surat pemberitahuan masa yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar .

walaupun telah tindakan pemeriksaan,tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai


adanya ketidak benaran yang dilakukan wajib pajak terhadap ketidak benaran yang dilakukan
wajib pajak, terhadap ketidak benaran perbuatan wajib pajak terseb8t tidak akan dilakukan

15 | P a g e
penyedikan apabila wajib pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidak benaran
perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak.

Walaupun direktur jendral pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat direktur jendral
pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, wajib pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengakibatkan laporan tersendiri tentang ketidak benaran pengisian surat pembritahuan yang
telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil

b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar

c. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil

d. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Wajib pajak dapat membetulkan surat pembritahuan tahunan yang telah disampaikan, dalam hal
wajib pajak menerima ketetapan pajak, surat keputusan keberatan, surat keputusan pembetulan,
putusan banding, atau putusan peninjaun kembali tahun pajak sebelumnya.

5. Jenis SPT

Secara garis besar SPT dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.

b. Surat pemberitahuan tahunan adalah surat untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak

SPT meliputi:

a. SPT tahunan pajak penghasilan

b. SPT masa yang terdiri dari:

1. SPT masa pajak penghasilan

2. SPT masa pajak pertambahan nilai

3. SPT masa pajak pertambahan nilai bagi pemungut pajak pertambahan nilai.

SPT dapat berbentuk:

a. Formulir kertas

b. e- SPT

6. Batas Waktu Penyampaian SPT

16 | P a g e
Batas waktu penyampaian SPT adalah

a. untuk surat pemberitahuan masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak

b. untuk surat pemberitahuan tahunan pajaki penghasilan wajib pajak orang pribadi paling
lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak

c. untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan paling lama 4
bulan setelah akhir tahun pajak.

7. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT

Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan sebagaimana
dimaksud untuk paling lama 2 bulan sejak batas waktu penyampaian SPT tahunan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT tahunan. Pemberitahuan perpanjangan SPT
tahunan dibuat secara tertulis dan disampaikan ke kantor pelayanan pajak, sebelum batas waktu
penyampaian SPT tahunan berakhir, dengan dilampiri:

a. Penghitungan pajak terutang dalam satu tahun pajak yang batas waktu penyampaian di
perpanjang

b. Laporan keuangan sementara

c. Surat setoran pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang

Pemberitahuan perpanjangan SPT tahunan dapat disampaikan:

a. Secara langsung

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat

c. Dengan cara lain yang meliputi

Melalui perusahaan jasa ekspidisi atau jasa kulir dengan bukti pengiriman surat

e-Filing melalui ASP

8. Sanksi Terlambat Atau Tidak Menyampaikan SPT

Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang talah di tentukan atau
batas waktu perpanjangan penyampain surat pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar:

a. Rp. 500.000 untuk surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai

b. Rp. 100.000 untuk surat pemberitahuan masa lainnya

c. Rp. 1000.000 untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan
17 | P a g e
d. Rp. 100.000 untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang
pribadi

Wajib pajak yang karena kealpaanya tidak menyampainnya surat pemberitahuan tetapi isinya
tidak benar atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara.

D. Surat Setoran Pajak (SSP) Dan Pembayaran Pajak

1. Pengertian

Surat setoran pajak afdalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah digunakan dengan cara lain ke kas Negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjukan oleh mentri keuangan.

2. Fungsi SSP

SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor
penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan vadilasi.

3. Tempat pembayaran dan penyetoran pajak

a. Bank ditunjukan mentri keuangan

b. Kantor pos

4. Batas waktu dpembayaran atau penyetoran pajak

Batas waktu penyetoran pajak atau penyetoran diatur sebatgai berikut:

a. Pembayaran masa

1) PPH pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh pemotong pajak penghasilan harus disetor paling
lama tanggal 10 bualn berikutnya setelah masa pajak berakhir.

2) PPh pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar oleh wajib pajak harus di setor paling lama tanggal
15 bulan berukutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan yang lain oleh mentri
keuangan

3) PPH pasal 15 yang dipotong oleh pemotong PPH harus disetor paling lama tanggal 10
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

4) PPH pasal 15, yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setaelah masa pajak berakhir

18 | P a g e
5) PPH pasal 21 yang dipotong oleh pemotong PPH harus disetor paling lama tanggal 10
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

6) PPH pasal 23 dan PPH pasal 26 yang dipotong oleh pemotong oleh PPH harus desotor
paling lama tanggal 10 bulan berukutnya setelah masa pajak berakhir

7) PPH pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 bulan berikuitnya setelah masa pajak
berakhir

8) PPH pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasibersamaan dengan saat
pembayaran bea masuk Dan dalam hal bea masuk ditunda atau dibebaskan, PPH pasal 22, PPn
dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelasian dokumen pemberitahuan pabean
impor

9) PPH pasal 22, PPn dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh direktoral jendral bea dan
cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah dilakukan penmungutan pajak.

10) PPH pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan bembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja
daerah dengan menggunakan surat setoran pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh
bendahara, pasal-pasal PPH selanjutnya dapat dibacanya dalam bukunya masin-masing.

b. Surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, serta surat ketetapan pajak kurnag
bayar tambahan, dan surat keputusan keberatan, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan
sejak tangggal diterbitkan.

c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasrkan surat pemberitahuan tahunan


pajak penghasilan harus dibayar lunas sebelum surat pemberitahuan pajak penghasilan
disampaikan.

E. Tata Cara Menindak atau Mengangsur Pembayaran Atas Ketetapan Pajak

Wajib pajak dapat memajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat
Keterangan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah, serta Pajak Penghasilan
Pasal 29, kepada Direktur Jenderal Pajak.

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan atas permohonan atas surat tersebut
berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian, atau menolak. Surat keputusan diterbitkan
paling lama tujuh hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan. Apabila jangka waktu

19 | P a g e
tersebut telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak member surat keputusan, permohonan wajib
pajak dianggap diterima

BAB III

20 | P a g e
PENUTUP

Kesimpulan

Landasan filosofis pemungutan pajak didasarkan atas pendekatan Benefit Apoprouch


atau pendekatan manfaat. Pendekatan ini merupakan dasar fundamental atas dasar filolosofis
yang membenarkan negara melakukan pemungutan pajak sebagai yang dapat dipaksakan dalam
arti mempunyai wewenang dengan kekuatan pemaksa. Pendekatan manfaat (benefit approuch)
ini mendasarkan suatu falsafah: oleh karena negara menciptakan manfaat yang dinikmati oleh
seluruh warga negara yang berdiam dalam negara, maka negara berwewenang memungut pajak
dari rakyat dengan cara yang dapat dipaksakan.
Bentuk manfaat yang bisa dinikmati oleh warga negara adalah : kesejahteraan, pelayanan
umum, perlindungan hukum, kebebasan, penggunaan fasilitas umum, seperti : pelabuhan,
jalanan, jembatan, tempat-tempat hiburan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan manfaat
tersebut.
Penyediaan jasa atau fasilitas-fasilitas umum tidak mungkin dapat dikerjakan sendiri oleh
pihak per orangan sebagai pelopor dalam mewujudkan atau menciptakan kesejahteraan untuk
seluruh warganya.
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007.
Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah
Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban
Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai