Anda di halaman 1dari 8

PAPER

Pandangan Islam Tentang Zakat dan Pajak

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Mustofa Tohari, S.Pd.I., M.Pd.

ANA SAFITRI

1042111047

PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

BANGKA BELITUNG

2021
BAB I

PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Pengertian Pajak dan Zakat


Kata zakat berasal dari bahasa Arab “az-Zakaah”, kata tersebut adalah
bentuk Masdar dari Fi’il Madhi “Zakaa”, yang artinya bertambah, tumbuh dan
berkembang (Munawwir, 1997: 577). Kata “Zakaa” juga bisa bermakna suci
seperti yang disebutkan dalam surat As-Syams ayat 9 yang artinya: “Sungguh
beruntung orang yang mensucikan hati.” (QS. As-Syams: 9).
Dalam istilah fiqh, zakat adalah sebuah ungkapan untuk seukuran yang
telah ditentukan dari sebagian harta yang wajib dikeluarkan dan diberikan
kepada golongan-golongan tertentu, ketika telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan. Harta ini disebut zakat karena sisa harta yang telah
dikeluarkan dapat berkembang lantaran barakah doa orang-orang yang
menerimanya. Juga karena harta yang dikeluarkan adalah kotoran yang akan
membersihkan harta seluruhnya dari syubhat dan mensucikannya dari hak-hak
orang lain di dalamnya (Khalis,2009).
Jadi, zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan
bukan anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap Muslim (baligh atau
belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah
memenuhi batas nisabnya. Sedangkan pajak dalam istilah bahasa Arab dikenal
dengan “Adh-Dhariibah” yang berarti: “Pungutan yang ditarik dari rakyat oleh
para penarik pajak.” Manakala menurut ahli bahasa, pajak adalah: Suatu
pembayaran yang dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran yang dilakukan dalam hal menyelenggaraan jasa-jasa untuk
kepentingan umum.
Para ahli berbeda pendapat dalam mendefinisikan pajak, Adriani
mendefinisikan pajak dengan; iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Rochmat Soemitro berpendapat bahwa pajak adalah 126 Murtadho
Ridwan Jurnal Zakat dan Wakaf iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan
Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Lalu definisi tersebut dikoreksi sehingga ia
mendefinisikan pajak dengan; peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.
Sedangkan Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M, dan Brock
Horace R. berpendapat bahwa pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor
swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Dari pengertian zakat dan pajak yang telah diungkapkan di atas, maka
dapat disimpulkan perbedaan antara keduanya, yaitu;
1) Zakat merupakan manifestasi ketaatan ummat terhadap perintah Allah SWT
dan Rasulullah SAW sedangkan pajak merupakan ketaatan seorang warga
Negara kepada pemimpinnya (penguasa).
2) Zakat telah ditentukan kadarnya di dalam al-Quran dan Hadis, sedangkan
pajak dibentuk oleh hukum negara.
3) Zakat hanya dikeluarkan oleh kaum muslimin sedangkan pajak dikeluarkan
oleh setiap warga Negara tanpa memandang apa agama dan keyakinannya.
4) Zakat berlaku bagi setiap Muslim yang telah mencapai nishab tanpa
memandang di negara mana ia tinggal, sedangkan pajak hanya berlaku
dalam batas garis teritorial suatu negara saja.
5) Zakat adalah suatu ibadah yang wajib di dahului oleh niat sedangkan pajak
tidak memakai niat.

B. Konsep Zakat dan Pajak dalam Islam


Afzalur Rahman pernah menyebutkan tentang perbedaan antara
konsep zakat dan konsep pajak (1996:243-245), sebagai berikut:

No. Uraian Konsep Zakat Konsep Pajak


1 Sifat Kewajiban agama dan Kebijakan ekonomi untuk
suatu bentuk ibadah memperoleh pendapatan
bagi pemerintah
2 Subjek Diwajibkan pada seluruh Diwajibkan pada seluruh
umat Islam disuatu masyarakat tanpa melihat
negara agama, kasta, dan lainnya.
3 Status Kewajiban yang harus Kewajiban yang dapat
Kewajiban dibayarkan dalam ditangguhkan oleh
keadaan seperti apapun pemerintah yang berkuasa
tanpa dapat dielakkan
4 Tarif Sumber dan besarnya Sumber dan besar pajak
itentukan oleh Al-Qur’an dapat diubah dari waktu
dan sunnah, tidak boleh ke waktu sesuai keperluan
diubah oleh siapapun. pemerintah
5 Pengguna Butir-butir pengeluaran Pembelanjaan pajak dapat
Dana dan mustahik zakat diubah atau dimodifikasi
dinyatakan dalam Al- menurut kebutuhan
Qur’an dan hadis, tak pemerintah
seorang pun mempunyai
hak mengubahnya
6 Penerima Zakat diperoleh dari Pajak memberikan
Manfaat orang kaya dan diberikan manfaat kepada orang
pada orang miskin kaya dan orang miskin.
Dalam kondisi tertentu
lebih menguntungkan
orang kaya
7 Tujuan Zakat dikenakan untuk Pajak dikenakan dengan
Perolehan mencegah tujuan utama untuk
ketidakwajaran dan memperoleh pendapatan
ketidakseimbangan atau pemasukan
distribusi kekayaan serta
mencegah penumpukan
harta di tangan segelinitir
orang

C. Mendeskripsikan zakat dan pajak dalam membangun ekonomi umat


Pajak dan zakat merupakan dua istilah yang berbeda dari segi sumber
atau dasar pemungutannya., namun sama dalam hal sifatnya sebagai upaya
mengambil atau memungut kekayaan dari masyarakat untuk kepentingan sosial.
Zakat untuk kepentingan yang diatur agama atau Allah SWT sedangkan pajak
digunakan untuk kepentingan yang diatur Negara melalui proses demokrasi
yang sah. Istilah pajak lahir dari konsep Negara, sedangkan zakat lahir dari
konsep Islam.
Masalah zakat dan pajak akan senantiasa menjadi polemik yang tak
kunjung usai, dikalangan masyarakat muslim. Polemik tersebut akan membawa
dampak pada perkembangan yang sangat dinamis seputar pengelolaan dana
zakat dan pajak, disemua Negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Umat
Islam telah memiliki pengalaman sejarah panjang tentang model terbaik
akulturasi antara budaya Barat dan budaya Timur. Sudah bukan saatnya
budaya-budaya tersebut dihadap-hadapkan dalam posisi yang bertentangan,
sebagaimana masa pra penjajahan dulu.Tetapi bagaimana agar budaya-budaya
tersebut diambil yang terbaik untuk kemaslahatan umat manusia sebanyak-
banyaknya. Inilah tantangan nyata para kaum muslim agar mereka dapat
memberikan argumentasi yang kuat terhadap seluruh aspek aspek kehidupan,
dari sumber hukum Al-Qur’an dan sunnah. Salah satu diantaranya adalah
masalah zakat dan pajak ini. Ini akan terus menerus muncul hingga titik tertentu
yang berbasis pada kemaslahatan umat manusia seutuhnya, termasuk umat
Islam.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak dan zakat merupakan dua istilah yang berbeda dari segi sumber
atau dasar pemungutannya., namun sama dalam hal sifatnya sebagai upaya
mengambil atau memungut kekayaan dari masyarakat untuk kepentingan sosial.
Zakat untuk kepentingan yang diatur agama atau Allah SWT sedangkan pajak
digunakan untuk kepentingan yang diatur Negara melalui proses demokrasi
yang sah. Istilah pajak lahir dari konsep Negara, sedangkan zakat lahir dari
konsep Islam. Masalah zakat dan pajak akan senantiasa menjadi polemik yang
tak kunjung usai, dikalangan masyarakat muslim. Polemik tersebut akan
membawa dampak pada perkembangan yang sangat dinamis seputar
pengelolaan dana zakat dan pajak, disemua Negara yang berpenduduk
mayoritas muslim.
Umat Islam telah memiliki pengalaman sejarah panjang tentang model
terbaik akulturasi antara budaya Barat dan budaya Timur.Sudah bukan saatnya
budaya-budaya tersebut dihadap-hadapkan dalam posisi yang bertentangan,
sebagaimana masa pra penjajahan dulu.Tetapi bagaimana agar budaya-budaya
tersebut diambil yang terbaik untuk kemaslahatan umat manusia sebanyak-
banyaknya. Inilah tantangan nyata para kaum muslim agar mereka dapat
memberikan argumentasi yang kuat terhadap seluruh aspek aspek kehidupan,
dari sumber hukum Al-Qur’an dan sunnah. Salah satu diantaranya adalah
masalah zakat dan pajak ini. Ini akan terus menerus muncul hingga titik tertentu
yang berbasis pada kemaslahatan umat manusia seutuhnya, termasuk umat
Islam.
DAFTAR PUSAKA
Gusfahmi.Pajak Menurut Syariah.2010.Jakarta: Rajawali Pers.
Mufraini, M.Arief. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat mengkomunikasikan
kesadaran dan membangun jaringan. Jakarta: Kencana.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. 1988. Bandung. PT.Pustaka Mizan.
Priantara, Diaz. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rahman, Afzalur. 1975. Economic Doctrines of Islam (Islam Publication). Edisi
terj.Berjudul
Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf, 1996 Resmi, Siti.
2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Zuhaili, Wahbah. 1984. Al-Fiqhu al-islam Wa Adillatuhu (Damascus, Dar al-Fikr)

Anda mungkin juga menyukai