Anda di halaman 1dari 11

PAPER

Memahami Implementasi Agama dalam Kehidupan

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Mustofa Tohari, S.Pd.I., M.Pd.

ANA SAFITRI
1042111047

PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

BANGKA BELITUNG
2021
BAB I
PEMBAHASAN

A. Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan


Iman memiliki arti ketentraman dan kedamaian kalbu yang dari kata itu
bisa muncul kata al-amanah (Amanah artinya dapat dipercaya). Yang dimaksud
keimanan seseorang terhadap sesuatu adalah jika dalam hati orang tersebut
telah tertanam kepercayaan dan keyakinan tentang sesuatu dan sejak saat itu ia
tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya kepercayaan lain yang
bertentangan dengan kepercayaannya. Apabila seseorang mengakui dalam
hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin yang sempurna. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang
sangat mendasar bagi seseorang.
Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagai
firman Allah, artinya “Wahai orang-oran yang beriman. Tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasulnya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada Rasulnya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.”(Q.S An Nisa : 136). Iman disini lebih merujuk ke enam rukun
iman, enam rukun iman:
1. Percaya kepada Allah
2. Percaya kepada Malaikat Allah
3. percaya kepada kitab Allah
4. Percaya kepada rasul-rasul
5. Percaya kepada hari akhir(kiamat)
6. Percaya kepada Qada dan Qadar.
Islam sendiri secara bahasa memiliki banyak pengertian, seperti berserah
diri (Aslama), tunduk patuh (Istislam), bersih/suci (Saliim), selamat/sejahtera
(Salama), perdamaian (Silmu). Semuanya sudah dijelaskan di Al-Quran. Islam
yang dimaksud dalam hal ini adalah rukun islam, yaitu lima tindakan dasar
dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan
merupakan dasar dari kehidupan Muslim, lima rukun islam sebagai berikut :
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat.
2. Mendirikan Shalat.
3. Berpuasa di bulan Ramadhan.
4. Membayar Zakat.
5. Pergi Haji (jika mampu).
Istilah ihsan secara Bahasa berarti baik dan berbuat baik. Ihsan
memberikan nikmat atau sesuatu yang disenangi kepada orang lain, banyak ayat
Al-qur’an dan Hadist yang mendorong umat islam memberikan sesuatu yang
baik kepada orang lain. Bahkan, pemberian itu dipandang sebagai tolak ukur
kesempurnaan iman seseorang. Berbuat baik dan menyebarkan kebaikan, sikap
ini lahir karena menyadari bahwa perbuatan itu baik dan diperintahkan agama
untuk dilakukan. Dalam hal ini, lahirnya sikap ihsan sangat didukung oleh
pengetahuan sesorang tentang kebaikan.
Ihsan mengandung makna lebih luas dari sekedar adil. Sesorang disebut
adil apabila melaksanakan kewajibannya, lalu ia menerima haknya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan ihsan adalah mencakup pengertian
kelapangan hati memaafkan orang yang telah berbuat jahat, memberikan
sesuatu kepada orang yang enggan berbagi dengannya dan melakukan
pekerjaan melebihi dari yang diwajibkan dengan tidak melanggar aturan dan
mengambil atau menerima hak kurang dari yang telah ditentukan.
Iman, Islam, dan ihsan memiliki keterkaitan, iman tertanam dalam hati
dan Islam terlihat dari amal perbuatan. Sementara ihsan meliputi keduanya,
teranam di hati serta seluruh amal perbuatan. Ihsan dibuktian dalam wujud amal
perbuatan yang dilakukan seluruh anggota tubuh. Sejalan dengan iman dan
Islam yang menuntut untuk dikerjakan sebaik mungkin, maka dalam
penerapannya, ketiganya tidak bisa dipisahkan. Tiga tingkatan dalam syariat
Islam yaitu iman, Islam dan ihsan seperti sabda Rasulullah Saw :
“ Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-
Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
(H.R.Muslim No.8)
Hikmah dan manfaat ihsan sebagai umat muslim, penting untuk memahami
hikmah dan manfaat dari perilaku ihsan. Hal tersebut dapat menjadi pendorong
sesorang mencapai tingkatan ketiga dalam syariat islam, yaitu ihsan. Dasar dari
ibadah-ibadah dalam islam lainnya, yang semestinya telah tertanam di dalam
diri manusia, yaitu kesadaran dalam membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Hikmah dan manfaat ihsan ialah sebagai berikut :
a) Sebagai pendorong
Ihsan terhadap Allah Swt ialah mendorong manusia dalam menghargai
hidupnya, juga beribadah dan beramal saleh.
b) Sebagai penyalur
Ihsan terhadap Allah Swt yakni berkembangnya kemampuan serta apa
pun yang dimiliki manusia di dalam dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Menyadari pengawasan dari Allah Swt sehingga tidak melupakan tuntunan
agama islam.
c) Sebagai pengendalian
Ihsan ada dalam diri manusia dan mampu mengendalikan itikad serta
perilaku buruk manusia yang dilarang dalam Islam.
d) Sebagai penyesuaian
Manusia adalah makhluk istimewa yang Allah Swt ciptakan. Atas
rahmat yang dilimpahkan-Nya, manusia wajib menyadari dirinya sebagai
makhluk tak berdaya di hadapan Allah Swt. Sebab, tidak ada kekuatan lain
yang melebihi Allah Swt, pencipta alam dan seisinya.
B. Mengidentifikasi Proses Internalisasi Nilai-nilai Agama
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia internalisasi adalah penghayatan
terhadap suatu nilai, sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan
kebenaran nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perliku. Sadar utama
internalisasi nilai-nilai agama Islam adalah bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadist Rasulullah, dimana keduanya merupakan sumber dari segala sumber
pandangan hidup umat islam.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Alqur’an surat At-Tahrim ayat 6.
ٌ‫وا قُ ٓو ۟ا َأنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َوٱ ْل ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰلَِٓئ َكة‬
۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
َ‫ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُونَ ٱهَّلل َ َمٓا َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون‬
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjanganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. “ (Q.S.At-Tahrim : 6)
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwasannya internalisasi nilai-nilai
agama islam itu harus diberikan kepada masyarakat Islam khususnya kepada
anak-anak (peserta didik) sebagai generasi penerus Islam, agar dapat menjaga
diri dari arus globalisasi dan modernisasi yang ada sehingga nantinya dpat
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ada beberapa proses untuk menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan
pada Mahasiswa yaitu :
a) Pendekatan Indoktrinasi
Suatu pendekatan yang digunakan oleh guru atau pendidik dengan
maksud untuk mendoktrinkan atau menanmkan materi pembelajaran
dengan unsur memaksa untuk dikuasai oleh mahasiswa tersebut. Hal-hal
yang bisa dilakukan oleh dosen atau pendidik dalam pendekatan ini terbagi
menjadi 3 yaitu :
1) Melakukan Brainwashing
Dosen atau pendidik memulai Pendidikan nilai dengan jalan
menanamkan tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi mahasiswa
untuk dikacaukan.
2) Penanaman Fanatisme
Dosen atau pendidik menanamkan ide-ide baru atau nilai-nilai
yang benar sesuai dengan nilai-nilai Islam.
3) Penanaman Doktrin
Dosen atau pendidik mengenalkan satu nilai kebenaran yang harus
diterima mahasiswa tanpa harus mempertanyakan itu.
b) Pendekatan Moral Reasoning
Suatu pendekatan yang digunakan dosen atau pendidik untuk
menyajikan materi yang berhubungan dengan moral melalui alasan-alasan
logis untuk menentukan pilihan yang tepat. Hal-hal yang bisa dilakukan
oleh dosen atau pendidik dalam pendekatan ini adalah :
1) Penyajian Dilema Moral
Mahasiswa dihadapkan pada isu-isu moral yang bersifat
kontradiktif.
2) Pembagian Kelompok Diskusi
Mahasiswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil untuk
mendiskusikan.
3) Diskusi Kelas
Hasil diskusi kelompok kecil dibawa kedalam diskusi kelas untuk
memperoleh dasar pemikiran siswa untuk mengambil pertimbangan
dan keputusan moral.
4) Seleksi Nilai Terpilih
Setiap mahasiswa dapat melakukan seleksi sesuai tingkat
perkembangan moral yang dijadikan dasar pengambilan keputusan
moral serta dapat melakukan seleksi nilai yang terpilih sesuai alternatif
yang diajukan.
c) Pendekatan Forecasting Concequence
Pendekatan yang digunakan dosen atau pendidik dengan maksud
mengajak mahasiswa untuk menemukan kemungkinan akibat-akibat yang
ditimbulkan dari suatu perbuatan. Hal-hal yang bisa dilakukan dosen atau
pendidik dalam hal ini adalah, sebagai berikut :
1) Penyajian kasus-kasus moral nilai, mahasiswa diberi kasus moral nilai
yang terjadi di masyarakat.
2) Pengajuan pertanyaan, mahasiswa dituntun untuk menemukan nilai
dengan pertanyaan-pertanyaan penuntun mulai dari pertanyaan tingkat
sederhana sampai pada pertanyaan tingkat tinggi.
3) Perbandingan nilai yang terjadi dengan yang seharusnya.
4) Meramalkan konsekuensi, mahasiswa disuruh meramalakan akibat
yang terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu nilai.
d) Pendekatan Klasifikasi Nilai
Suatu pendekatan yang digunakan guru atau pendidik untuk mengajak
mahasiswa menemukan suatu Tindakan yang mengandung unsur-unsur
nilai (baik positif maupun negatif) dan selanjutnya akan ditemukan nilai-
nilai yang seharusnya dilakukan. Hal-hal yang bisa dilakukan dosen atau
pendidik, dalam pendekatan ini adalah, sebagai berikut :
1) Membantu mahasiswa untuk menemukan dan mengkategorisasikan
macam-macam nilai.
2) Proses menentukan tujuan, mengungkapkan perasaan, menggali dan
memperjelas nilai.
3) Merencanakan tindakan.
4) Melaksanakan tindakan sesuai keputusan nilai yang diambil dengan
model-model yang dapat dikembangkan melalui moralizing, penamaan
moral langsung dengan pengawasan yang ketat, laisez faire, anak
diberikebebasan cara melakukan penamaan nlai dengan memberikan
contoh-contoh agar ditiru.
e) Pendekatan Ibrah dan Amtsal
Suatu pendekatan yang digunakan oleh dosen atau pendidik dalam
menyajikan materi dengan maksud mahasiswa dapat menemukan kisah-
kisah dan perumpamaan-pereumpamaan dalam suatu peristiwa, baik yang
sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Hal-hal yang bisa dilakukan
dosen atau pendidik antara lain :
1) Mengajak mahasiswa untuk menemukan melalui membaca teks atau
melihat tayangan media tentang suatu kisah dan perumpamaan.
2) Meminta mahasiswa untuk menceritakannya dari kisah suatu peristiwa,
dan menemukan pereumpamaan-perumpamaan orang-orang yang ada
dalam kisah peristiwa tersebut.
3) Menyajikan bebrapa kisah suatu peristiwa untuk didiskusikan dan
menemukan perumpamaannya sebagai akibat dari kisah tersebut.

C. Menjelaskan Implikasi Kesadaran tentang Tuhan dalam Kehidupan


Pengertian kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman
keTuhanan, keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan yang terorganisasi
dalam sistem mental dan kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi
jiwa dan raga manusia, maka kesadaran beragamapun mencakup aspek-aspek,
afektif, konatif, kognitif, dan motorik. Aspek afektif dan konatif terlihat di
dalam pengalaman keTuhanan, rasa keagamaan, dan kerinduan kepada Tuhan.
Aspek kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan, sedangkan aspek
kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan, sedangkan aspek motorik
terlihat pada perbuatan dan gerakan tingkah laku keagamaan.
BAB II
KESIMPULAN

Iman, Islam, dan ihsan memiliki keterkaitan, iman tertanam dalam hati dan
Islam terlihat dari amal perbuatan. Sementara ihsan meliputi keduanya, teranam di
hati serta seluruh amal perbuatan. Ihsan dibuktian dalam wujud amal perbuatan yang
dilakukan seluruh anggota tubuh. Sejalan dengan iman dan Islam yang menuntut
untuk dikerjakan sebaik mungkin, maka dalam penerapannya, ketiganya tidak bisa
dipisahkan.
Pada tahapan internalisasi nilai-nilai, yakni nilai-nilai Islam seorang kepala
lembaga harus dapat menentukan metodemetode yang sesuai dengan objek dan
sasaran. Sehingga Ketika seseorang sudah mampu untuk mengaktualisasikan sebuah
nilai yang diyakininya maka proses internalisasi nilai tersebut telah berhasil
dilakukan.Untuk dapat mewujudkan sebuah masyarakat yang berkultur religius, maka
kinerja pembuat kebijakan serta lingkungan kebijakan harus mendukung semua
program yang akan diimplemtasikan. Efektifitas implementasi sebuah kebijakan
semua tergantung pada proses kebijakan yang dimulai dari: agenda setting, formulasi
kebijakan, implementasi kebijakan, kinerja kebijakan, dan lingkungan kebijakan.
DAFTAR PUSAKA

Gustian, A.G. 2008. The ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam.
Jakarta: ARGA Publishing.
Afandi, KH Muhammad Munawwar. 2002. Risalah Ilmu Syaththariyah: Jalan
Menuju Tuhan. Bandung: Pustaka Pondok Sufi.
Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI (dalam Al-Quran Digital).
bidin, Zainal. 2014. Rethinking Islam dan Iman. Banjarmasin: IAIN Antasari Press
dalam bentuk digital.
Ghazali, Imam dalam al-Qosimi, Muhammad Jamaluddîn (1986), Bimbingan untuk
Mencapai Tingkat Mu`min, Ringkasan Ihya `Ulumiddîn Al-Ghazali,
terjemahan, Bandung: CV Diponegoro.
Aly, Hary Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan
Pemikirandan Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Frithjof Schuon, Islam dan Filsafat Perenial, terj., Rahmani Astuti. Bandung: Mizan,
1998.
Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan
Perspektif Filsafat Perenial. Jakarta: Gramedia, 2003.
Adnan Aslan, Menyingkap Kebenaran Pluralisme Agama dalam Filsafat Islam dan
Kristen, terj., Munir. Bandung: Alifya, 2004.

Anda mungkin juga menyukai