1
ISSN 021-969X
Safarni Husain
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus Gn. Kelua Samarinda Kalimantan Timur
Telp:0541-7095092. Email: safarnihusain@yahoo.co.id
ABSTRACT
The existence and dualism of tax an zakat causes Moslems bear a heavy burden than
non-Moslems people. To anticipate them at least there are three attitudes for which the
Moslems have. First, by paying tax and zakat in the same time wealth become bigger as
a risk. Second, thus tax and zakat are equal as the payment of zakat which they intend.
Third, zakat payment without tax takes the risk of conflicting state laws. In essence, the
maximizing of zakat donation and tax may give positive impact and great contribution on
the development of Indonesia in order to produce a prosperous and wealthy community.
Key words: zakat, pajak (tax), penghasilan (income), penghasilan kena pajak (taxable
income).
dan manfaat lain yang memang kepada negara yang merupakan kewajiban
diselenggarakan dengan dana pajak tersebut. kenegaraan bagi setiap warga negara.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Bagi pemerintah lahirnya Undang-
zakat dan pajak menjadi terbalik. Dimulai undang tersebut merupakan suatu prestasi
dengan kemunduran kaum muslimin, kedewasaan tersendiri. Karena sejak republik
penjajahan Eropa dan hegemoni peradaban ini berdiri, sejak itu pulalah zakat terabaikan
barat sehingga hukum-hukum syar’i dalam konstitusi kenegaraan. Sebagai lembaga
ditinggalkan dan sebaliknya hukum-hukum yang paling sah dan resmi mengelola zakat,
barat buatan manusia diutamakan. Kewajiban barangkali pemerintah sadar bahwa selama ini
zakat disubordinasikan dan diganti dengan telah menyia-nyiakan kesempatan. Padahal
kewajiban pajak. zakat memiliki potensi yang begitu besar
Akibatnya muncul pertanyaan unik: namun tak memiliki kekuatan apapun dalam
Wajibkah kaum muslimin membayar zakat menangani masalah kemiskinan di negeri ini.
sementara ia telah membayar pajak?.6 Padahal Oleh karena itu adanya klausul zakat
sebenarnya pajak tidak mempunyai mengurangi pajak menjadi begitu penting.
keterkaitan langsung dengan keyakinan Pada saat diundangkan, terdapat
agama. Oleh sebab itu tidaklah bisa kendala pelaksanaan Undang-undang Nomor
dipersamakan antara zakat dan pajak, 38 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa :
sehingga munculah perdebatan tentang “Zakat yang telah dibayarkan kepada Badan
kewajiban membayar zakat setelah pajak Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat
ataupun sebaliknya. dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena
Permasalahannya adalah: dominannya pajak dari wajib pajak yang bersangkutan
kewajiban pajak atas kewajiban zakat sesuai dengan peraturan
sedemikian rupa. Seperti halnya yang terjadi di perundang−undangan yang berlaku”, karena
negeri kita tercinta yang memisahkan hukum Undang-undang Pajak Penghasilan yang
positif kenegaraan dengan hukum agama. berlaku saat itu belum terdapat ketentuan
Sistem penerimaan dalam kebijakan fiskal yang mengatur perihal zakat.
negara didasarkan pada pajak, dan bukan Oleh sebab itu kemudian ditetapkan
zakat, sehingga kaum muslimin yang ingin Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 yang
membayar zakat harus menanggung beban diberlakukan mulai tahun 2001 tentang
ganda. Inilah pekerjaan rumah yang harus Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor
menjadi perhatian umat Islam. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
Lahirnya Undang-undang Nomor 38 menegaskan bahwa zakat atas penghasilan
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang nyata-nyata dibayarkan kepada Badan
tanggal 23 September 1999, memang sedikit Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang
melegakan nafas umat Islam di negeri ini. dibentuk dan disahkan oleh pemerintah7 dapat
Namun demikian ternyata tak banyak orang dikurangkan atas penghasilan kena pajak
tahu bahwa sesungguhnya inilah pertama dalam perhitungan pajak penghasilan orang
kalinya dalam sejarah, pemerintah mengatur pribadi maupun badan, dan zakat bukan
kaitan antara zakat yang dibayarkan merupakan objek pajak bagi si penerima
masyarakat sebagai pelaksanaan kewajiban zakat.
beragama dengan pajak yang dibayarkan Dalam kaitan ini, penetapan Undang-
undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
6
Pengelolaan Zakat dan Undang-undang Nomor
Imam Nawawi dari mazhab Syafi’i, mazhab Hanbali dari
17 Tahun 2000 (sebagai perubahan atas
Imam Ahmad, dan Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa
membayar pajak dengan niatan zakat diperbolehkan, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
dan karenanya kaum muslimin cukup membayar pajak. Pajak Penghasilan) dapat dipandang sebagai
Sementara Ibnu Hajar al Haisyami dari mazhab Syafi’i, langkah maju menuju sinergi zakat dengan
Ibnu Abidin dari mazhab Hanafi, dan Syekh Ulaith dari pajak.
mazhab Maliki berpendapat sebaliknya. Zakat dan
pajak adalah berbeda dan karenanya pembayarn atas
pajak tidak menggugurkan kewajiban zakat. Lebih
7
lanjut, lihat Yusuf Qardawi, 1999, Hukum Zakat, Litera UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas
Internusa dan Mizan, Jakarta, hlm. 1109-1115. UU No 7 Tahun 1983, Pasal 9 ayat (1) huruf g.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 11
8 12
Didin Hafidhuddin, 2000, Zakat dalam Perekonomian Subiyakto Indra Kusuma, 1988, Mengenal Dasar-dasar
Modern, Gema Insani Press, Jakarta, hlm. 52-55. Perpajakan, Usaha Nasional Indonesia, Surabaya, hlm.
9
Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 103. 47.
10 13
R. Santoso Brotodihardjo, 2003, Pengantar Ilmu Didin Hafidhuddin, Menumbuhkan Kesadaran Berzakat,
Hukum Pajak, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm. 2. artikel dalam website PKPU
11 14
Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 60. Yusuf Qardawi, op.cit., hlm. 1000 - 1005
12 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
15
Yusuf Qardawi tidak setuju dengan usulan agar
ketentuan tarif zakat menyesuaikan dengan perubahan
18
sosial ekonomi yang terjadi pada zaman sekarang. Ibid., hlm. 1004
19
Lihat Yusif Qardawi hlm. 1003. Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 103.
16 20
Ibid., hlm. 1003 Ibid., hlm. 1005
17 21
Ibid., hlm. 1003-1004 Didin Hafidhuddin, 2000, Zakat dalam ….., hlm. 52-55.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 13
Dari uraian perbedaan zakat dan pajak diatas, dapat dibuat skema untuk memudahkan kita
membedakan diantara keduanya, yaitu:
22 24
R. Santoso Brotodihardjo, op.cit., hlm. 27 Ibid., hlm. 41-42
23 25
Ibid., hlm. 37 Ibid., hlm. 42-43
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 15
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi b. Tarif pajak penghasilan wajib pajak
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak badan.36
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam No Penghasilan Kena Pajak Tarif
bentuk apapun.33 Pajak
1. Sampai dengan Rp. 50 juta 10 %
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17
2. Diatas Rp. 50 juta - Rp. 100 juta 15 %
Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas 3. Diatas Rp. 100 juta 30 %
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan, menetapkan penghasilan Dalam penghitungan pajak Indonesia
tidak kena pajak (PTKP) sebesar:34 menggunakan sistim tarif progresif. Yaitu tarif
a. Rp. 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus yang proporsinya meningkat sesuai dengan
besar kecilnya penghasilan seseorang atau
delapan puluh ribu rupiah) untuk diri
suatu badan usaha. Definisi tarif progresif
Wajib Pajak orang pribadi;
sendiri adalah: suatu tarif yang presentasenya
b. Rp. 1.440.000,00 (satu juta empat ratus menjadi lebih besar apabila semakin besar
empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk jumah yang harus dikenakan pajak.37 Pajak
Wajib Pajak yang kawin; dikatakan progresif apabila pajak itu dikenakan
c. Rp. 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus dengan prosentase yang semakin tinggi
delapan puluh ribu rupiah) tambahan dengan semakin tingginya kemampuan
untuk seorang isteri yang penghasilannya membayar pajak (taxable capacity).
Sedangkan untuk objek pajaknya sendiri,
digabung dengan penghasilan suami
setiap penghasilan yang menambah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 kemampuan ekonominya. Tapi penghasilan itu
ayat (1); harus berupa uang.38 Lebih jelasnya, yang
d. Rp. 1.440.000,00 (satu juta empat ratus menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu
empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
setiap anggota keluarga sedarah dan diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang
keluarga semenda dalam garis keturunan dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
lurus serta anak angkat, yang menjadi menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
bentuk apapun.39
(tiga) orang untuk setiap keluarga. Selanjutnya, dalam Pasal 5 Peraturan
PTKP ini merupakan bagian dari Direktur Jenderal Pajak Nomor 15/PJ/2006
pengurangan yang diperkenankan dalam tentang Perubahan Keputusan Direktur
menghitung PPh. Berikut tarif-tarif pajak yang Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ/2000
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak: tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
a. Tarif pajak penghasilan wajib pajak orang Pasal 21dan Pasal 26 Sehubungan dengan
pribadi.35 Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi,
No Penghasilan Kena Pajak Tarif juga diuraikan didalamnya mengenai jenis-
Pajak jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
1. Sampai dengan Rp. 25 juta 5% Adapun penghasilan dalam bentuk
2. Diatas Rp. 25 juta - Rp. 50 juta 10 % barang tidak dikenai PPh yaitu penggantian
3. Diatas Rp. 50 juta - Rp. 100 juta 15 % atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
4. Diatas Rp. 100 juta - Rp. 200 juta 25 % atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
5. Diatas Rp. 200 juta 35 % bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
36
Ibid., Pasal 17 ayat (1) huruf b.
33 37
UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Pajak, PT. Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 177
38
Penghasilan, Pasal 4. Didik Darmanto, Belajar Menghitung PPh, Artikel dalam
34
UU No. 17 Tahun 2000, op.cit., Pasal 7 ayat (1) huruf KLIK PAJAK.COM, tanggal 2 Januari 2006
39
a. UU No. 17 Tahun 2000, op.cit., Pasal 4 ayat (1) huruf
35
Ibid.,, Pasal 17 ayat (1) huruf a. a – p.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 17
peternakan, hasil pendapatan dan jasa serta pemerintah sesuai ketentuan Undang-
rikaz.51 undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Inkonsistensi yang sedemikian bisa Pengelolaan Zakat.54
dimungkinkan oleh dua hal. Pertama, karena 3. Zakat yang dibayarkan adalah penghasilan
kesalahpahaman atau ketidakmengertian yang merupakan objek pajak yang
anggota legislatif terhadap pengertian zakat. dikenakan pajak penghasilan yang tidak
Kedua, karena perbedaan pendapat (baca: bersifat final.55
alasan politik) tentang seberapa jauh zakat 4. Zakat penghasilan yang dibayarkan diakui
“berhak” masuk dalam wilayah fiskal sebagai pengurangan PPh pada tahun
kenegaraan.52 zakat tersebut dibayarkan.56
5. Melampirkan lembar ke-1 Surat Setoran
Syarat-Syarat Zakat Dapat Mengurangi Zakat atau fotocopinya yang telah
Pajak dilegalisir oleh BAZ atau LAZ penerima
Dalam Keputusan Direktur Jenderal setoran zakat yang bersangkutan pada
Pajak Nomor KEP.163/PJ./2003 tentang SPT tahunan pajak penghasilan tahun
Perlakuan Zakat atas Penghasilan dalam pajak dilakukannya pengurangan zakat
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak-pajak atas penghasilan tersebut.57
Penghasilan, dijelaskan dengan tegas bahwa Selanjutnya Surat Setoran Zakat yang
zakat dapat mengurangi pajak setelah dapat diakui sebagi bukti, sekurang-kurangnya
memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut: harus memuat:
1. Zakat harus nyata-nyata dibayarkan oleh 1. Nama lengkap wajib pajak;
Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama 2. Alamat jelas wajib pajak;
Islam dan atau Wajib Pajak Badan Dalam 3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama 4. Jenis penghasilan yang dibayar zakatnya;
Islam.53 5. Sumber atau jenis penghasilan dan bulan
2. Zakat dibayarkan kepada BAZ (Badan Amil atau tahun perolehannya;
Zakat) atau LAZ (Lembaga Amil Zakat) 6. Besarnya penghasilan;
yang dibentuk atau disahkan oleh 7. Besarnya zakat atas penghasilan.
54
Ibid.
55
Ibid., Pasal 1 ayat (2). Pajak Penghasilan final
meliputi :
a. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan;
b. Persewaan tanah dan atau bangunan;
c. Bunga deposito atau tabungan dan jasa giro;
d. Hadiah undian;
e. Transaksi saham dan obligasi di bursa efek ;
f. Jasa konstruksi sampai dengan Rp. 1 milyar;
51
Ibid., Pasal 1 ayat (2), dan Pasal 11 ayat (1) dan (2) g. Pelayaran atau penerbangan dalam dan luar
52
Mursyid, 2006, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq negeri;
dan Shadaqah Menurut Hukum Syara’ dan Undang- h. Penghasilan selain gaji yang diterima PNS dan
undang, Magistra Insania Press, Yogyakarta, hlm. 75 anggota TNI/Polri.
53 56
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ./2003, Ibid., Pasal 3 ayat (1)
57
op.cit., Pasal 1 ayat (1). Ibid., Pasal 4 ayat (1)
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 19
58
Untuk keperluan penerapan tarif, jumlah Penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan penuh. Lihat
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ./2003 Pasal 17 ayat (4)
20 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
kepentingan infrastruktur non sosial. 1. Akan terjadi peningkatan tax ratio, yaitu
Sedangkan, zakat untuk pengelolaan sosial. jumlah pembayar pajak akan makin
Berdasarkan hasil pengkajian Baznas, potensi banyak. Para wajib pajak muslim akan
zakat profesi satu tahun di Indonesia bisa makin bersemangat membayar zakat
mencapai sekitar Rp. 32 triliun. Kalau potensi maupun pajak, disebabkan sudah tidak
dana zakat tersebut didasari pemerintah dan ada lagi pembayaran ganda (double
dikelola dengan baik, maka permasalahan payment).
kemiskinan di Indonesia dapat diatasi dengan 2. Masyarakat miskin akan makin terbantu.
segera tanpa harus berutang.61 Dengan makin banyaknya dana zakat
Untuk merealisasikan hal tersebut, yang disalurkan melalui lembaga, baik
Undang-undang Pajak perlu diamandemen BAZ maupun LAZ, maka program-program
agar zakat dapat menjadi pengurang pajak. pemberdayaan masyarakat akan makin
Dorongan tersebut dapat dilakukan banyak bisa digulirkan. Tentunya hal ini
pemerintah bersama dengan Baznas. juga Sangat membantu program
Undang-udang Nomor 17 Tahun 2000 pemerintah, terutama dalam pengentasan
tentang Pajak Penghasilan telah mencoba kemiskinan.
mengakomodir zakat. Dinyatakan dalam Pasal 3. Akan terjadi tuntutan kepada lembaga
9 ayat (1) point g: “Untuk menentukan pengelola zakat, baik BAZ maupun LAZ,
besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) tidak untuk menerapkan prinsip-prinsip good
boleh dikurangkan harta yang dihibahkan, governance, yaitu amanah,
bantuan atau sumbangan, dan warisan, profesionalitas, dan transparan.
kecuali zakat atas penghasilan yang nyata- Di sisi lain kita tahu bahwa Indonesia
nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang merupakan negara dengan masyarakat muslim
pribadi muslim dan atau badan milik muslim terbesar di dunia. Selayaknyalah zakat dapat
lepada BAZ dan LAZ yang dibentuk atau dimanfaatkan untuk pemberdayaan
disahkan oleh pemerintah”. masyarakat.
Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa: Zakat yang diakui oleh Undang- KESIMPULAN DAN SARAN
undang Perpajakan hanya zakat atas
penghasilan. Zakat atas penghasilan tersebut Kesimpulan
dapat dikurangkan dari penghasilan kena 1. Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di
pajak. Menurut Islam, jenis zakat bukan hanya Indonesia adalah sebuah hal penting,
zakat atas penghasilan, tetapi juga zakat atas karena beberapa hal berikut ini:
harta benda lainnya. Implikasi lainnya adalah a. Keduanya merupakan hal yang signifikan
dalam perhitungan zakat perusahaan. Menurut dalam upaya penyejahteraan rakyat,
ketentuan syari’at Islam, zakat perusahaan karena kenyataan mayoritas penduduk
dihitung dari laporan Neraca, bukan dari Indonesia beragama Islam dan
laporan Laba Rugi. Harapannya adalah semua kenyataan lain bahwa pajak adalah
jenis zakat dapat dikurangkan dari pajak. primadona penerimaan negara.
Dalam poin kedua, zakat diposisikan mirip b. Dirasakan adanya tuntutan publik untuk
seperti biaya. Harapan para muzakki adalah mengharmoniskan hubungan pajak dan
zakat dapat diposisikan sebagai pengurang zakat demi kesejahteraan rakyat
pajak atau tax credit. Sehingga prinsip tidak disebabkan keduanya memiliki kemiripan
ada pembayaran ganda (double payment) dalam objek penarikan, yaitu kekayaan
dapat menjadi kenyataan. atau penghasilan. Penarikan ganda oleh
Jika kedua hal di atas dapat pajak dan juga oleh zakat pada dunia
diwujudkan, kita boleh yakin akan banyak usaha akan dirasakan sebagai sebuah
kebaikan yang muncul. Antara lain:62 gangguan.
2. Masalah dari optimalisasi peran pajak dan
61
Ibid. zakat dalam meningkatkan kesejahteraan
62
Hertanto Widodo, Zakat dan Pajak, artikel dalam Web
Site MAJALAH ON LINE “ZAKAT DAN WAKAF”, tanggal
9 Oktober 2006
22 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul
publik bermuara pada penumbuhan mendesak untuk dilakukan oleh amil zakat
kepercayaan publik. Beberapa hal yang maupun oleh aparat perpajakan.
mempengaruhi kepercayaan publik adalah
kesiapan perundangan undangan pajak dan DAFTAR PUSTAKA
perundangan zakat, aparat pajak dan amil
zakat yang memiliki kredibilitas, pemberian Literatur
kepastian hukum pada setiap pelanggaran Abdul Mannan, 1995, Teori dan Praktek
pembayaran pajak dan zakat secara adil, Ekonomi Islam, Dana Bakti wakaf,
dan harmonisasi relasi penarikan pajak dan Yogyakarta.
pengambilan zakat. Cita-cita mendasar dari Adiwarman Azwar Karim, 2004, Sejarah
pembentukan negara adalah agar negara Pemikiran Ekonomi Islam,
mampu melindungi dan menyejahterakan RajaGrafindo Persada,Jakarta.
rakyatnya. Zakat dan pajak memiliki Departemen Agama RI, 2004, Alquran dan
peluang yang sama sebagai alat negara Terjemahnya, Syamil Cipta Media,
untuk mewujudkan cita-citanya. Bandung.
Didin Hafidhuddin, 2000, Zakat dalam
Saran Perekonomian Modern, Gema Insani
1. Masalah yang sering menghambat Press, Jakarta.
penarikan dana publik - apa pun namanya, Irfan Mahmud Ra’ana, 1997, Ekonomi
termasuk zakat dan pajak - adalah Pemerintahan Umar ibn Al-Khattab,
persoalan kepercayaan. Dan jika persoalan Pustaka Firdaus, Jakarta.
kepercayaan publik belum tuntas terjawab, Mursyid, 2006, Mekanisme Pengumpulan
maka keberhasilan penarikan adalah Zakat, Infaq dan Shadaqah Menurut
sebuah masalah. Masalah yang sering kali Hukum Syara’ dan Undang-undang,
muncul dalam penarikan zakat dan pajak Magistra Insania Press, Yogyakarta.
adalah kurangnya kepercayaan dari rakyat Subiyakto Indra Kusuma, 1988, Mengenal
dan masyarakat kepada badan pengelola itu
Dasar-dasar Perpajakan, Usaha
Nasional Indonesia, Surabaya.
sendiri. Sebab utama dari problem kurang
R. Santoso Brotodihardjo, 2003, Pengantar
percayanya publik pada pengelola zakat
Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama,
dan pajak adalah persoalan kredibilitas Bandung.
pengurus pengelola. Oleh karena itu, Yusuf Qardawi, 1999, Hukum Zakat, Litera
tantangan besar para pengelola adalah Internusa dan Mizan, Jakarta.
terbentuknya lembaga yang memiliki
integritas dan dipercaya umat. Peraturan Perundang-undangan
2. Amil Zakat tidak dapat hanya sekadar Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983
berlindung di balik dalil-dalil agama semata tentang Pajak Penghasilan.
yang normatif terhadap keabsahannya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999
dalam penarikan zakat. Di pihak lain, aparat tentang Pengelolaan Zakat.
perpajakan tidak dapat semata-mata Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000
menyodorkan data-data keuangan tentang Ketentuan Umum dan Tata
kontemporer dalam mengangkat urgensinya Cara Perpajakan.
dalam pembangunan. Tindakan saling klaim Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000
dan mendiskreditkan satu dan lainnya, tentang Perubahan Ketiga atas UU No
tanpa tindakan nyata yang terlihat publik 7 Tahun 1983.
sebagai upaya perbaikan, dikhawatirkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
163/PJ./2003 tentang Perlakuan
justru menimbulkan keraguan pada rakyat,
Zakat atas Penghasilan dalam
baik dalam membayar zakat maupun dalam
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak-
membayar pajak. Upaya menumbuhkan pajak Penghasilan.
kepercayaan publik pada institusinya Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 15/PJ/2006 tentang
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 23