Anda di halaman 1dari 15

Risalah HUKUM Fakultas Hukum Unmul, Juni 2010, Hal. 9 - 23 Vol. 6, No.

1
ISSN 021-969X

Zakat Penghasilan Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

(Income Zakat As The Reducer of Taxable Income)

Safarni Husain
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus Gn. Kelua Samarinda Kalimantan Timur
Telp:0541-7095092. Email: safarnihusain@yahoo.co.id

ABSTRACT
The existence and dualism of tax an zakat causes Moslems bear a heavy burden than
non-Moslems people. To anticipate them at least there are three attitudes for which the
Moslems have. First, by paying tax and zakat in the same time wealth become bigger as
a risk. Second, thus tax and zakat are equal as the payment of zakat which they intend.
Third, zakat payment without tax takes the risk of conflicting state laws. In essence, the
maximizing of zakat donation and tax may give positive impact and great contribution on
the development of Indonesia in order to produce a prosperous and wealthy community.

Key words: zakat, pajak (tax), penghasilan (income), penghasilan kena pajak (taxable
income).

Pendahuluan berlangsung meski dengan alasan yang


Diskusi mengenai hubungan zakat dan berbeda-beda. Di antaranya yang diperboleh-
pajak telah dimulai sejak masa-masa awal kan para ulama, adalah:3 Pertama, untuk
pengembangan Islam. Saat itu, pasukan mewujudkan jaminan sosial/solidaritas sosial.
muslimin baru saja berhasil menaklukkan Irak. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan
Khalifah Umar, atas saran-saran pembantunya pembiayaan negara yang sangat banyak,
memutuskan untuk tidak membagikan harta sementara sasaran zakat adalah terbatas
rampasan perang (ghanimah), termasuk tanah hanya untuk delapan asnaf.4 Ketiga, sesuai
bekas wilayah taklukan. Tanah-tanah yang dengan kaidah-kaidah umum hukum syara’
direbut dengan kekuatan perang ditetapkan ”Kewajiban memikul bahaya yang kecil untuk
menjadi milik kaum muslimin. Sementara menghindarkan bahaya yang lebih besar”,
tanah yang ditaklukkan dengan perjanjian dalam hal ini adalah untuk mencegah potensi
damai tetap dianggap milik penduduk kerugian yang besar, yang akan terjadi
setempat. Konsekwensinya, penduduk di sekiranya kerugian kecil (membayar pajak)
wilayah Irak tersebut diwajibkan membayar tidak dilakukan. Para ulama Islam dalam
pajak (kharaj)1, bahkan sekalipun pemiliknya berbagai masa mengharuskan mengisi kas
telah memeluk ajaran Islam. Inilah kiranya negara dengan hasil pajak untuk menghadapi
yang menjadi awal berlakunya pajak bagi berbagai bahaya yang mengancam atau untuk
kaum muslimin di luar zakat.2 Penarikan memenuhi segala kebutuhannya. Keempat,
pajak diluar zakat selanjutnya terus untuk memenuhi kewajiban berjihad dengan
harta benda.5 Kelima, berkaitan dengan kaidah
1 hukum syara’ ”alghurmu-bilghurmi”,
Istilah yang berbeda-beda telah dipakai untuk pajak,
diantaranya dhara’ib, wazha’if, kharaj, nawa’ib dan pengorbanan diganti dengan manfaat pajak
khilaf as-sulthaniyyahlm. Lihat Yusuf Qardawi, 1999, yang ditarik oleh pemerintah berupa fasilitas
Hukum Zakat, Litera Internusa dan Mizan, Jakarta, hlm.
1099
2
Lihat Irfan Mahmud Ra’ana, 1997, Ekonomi
3
Pemerintahan Umar ibn Al-Khattab, Pustaka Firdaus, Yusuf Qardawi, 1999, Hukum Zakat, Litera Internusa
Jakarta dalam Adiwarman Azwar Karim, 2004, Sejarah dan Mizan, Jakarta, hlm. 1073-1078.
4
Pemikiran Ekonomi Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 60.
5
Jakarta, hlm. 65-68. Alquran, Surah Al-Hujurat [49] ayat 15
10 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

dan manfaat lain yang memang kepada negara yang merupakan kewajiban
diselenggarakan dengan dana pajak tersebut. kenegaraan bagi setiap warga negara.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Bagi pemerintah lahirnya Undang-
zakat dan pajak menjadi terbalik. Dimulai undang tersebut merupakan suatu prestasi
dengan kemunduran kaum muslimin, kedewasaan tersendiri. Karena sejak republik
penjajahan Eropa dan hegemoni peradaban ini berdiri, sejak itu pulalah zakat terabaikan
barat sehingga hukum-hukum syar’i dalam konstitusi kenegaraan. Sebagai lembaga
ditinggalkan dan sebaliknya hukum-hukum yang paling sah dan resmi mengelola zakat,
barat buatan manusia diutamakan. Kewajiban barangkali pemerintah sadar bahwa selama ini
zakat disubordinasikan dan diganti dengan telah menyia-nyiakan kesempatan. Padahal
kewajiban pajak. zakat memiliki potensi yang begitu besar
Akibatnya muncul pertanyaan unik: namun tak memiliki kekuatan apapun dalam
Wajibkah kaum muslimin membayar zakat menangani masalah kemiskinan di negeri ini.
sementara ia telah membayar pajak?.6 Padahal Oleh karena itu adanya klausul zakat
sebenarnya pajak tidak mempunyai mengurangi pajak menjadi begitu penting.
keterkaitan langsung dengan keyakinan Pada saat diundangkan, terdapat
agama. Oleh sebab itu tidaklah bisa kendala pelaksanaan Undang-undang Nomor
dipersamakan antara zakat dan pajak, 38 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa :
sehingga munculah perdebatan tentang “Zakat yang telah dibayarkan kepada Badan
kewajiban membayar zakat setelah pajak Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat
ataupun sebaliknya. dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena
Permasalahannya adalah: dominannya pajak dari wajib pajak yang bersangkutan
kewajiban pajak atas kewajiban zakat sesuai dengan peraturan
sedemikian rupa. Seperti halnya yang terjadi di perundang−undangan yang berlaku”, karena
negeri kita tercinta yang memisahkan hukum Undang-undang Pajak Penghasilan yang
positif kenegaraan dengan hukum agama. berlaku saat itu belum terdapat ketentuan
Sistem penerimaan dalam kebijakan fiskal yang mengatur perihal zakat.
negara didasarkan pada pajak, dan bukan Oleh sebab itu kemudian ditetapkan
zakat, sehingga kaum muslimin yang ingin Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 yang
membayar zakat harus menanggung beban diberlakukan mulai tahun 2001 tentang
ganda. Inilah pekerjaan rumah yang harus Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor
menjadi perhatian umat Islam. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
Lahirnya Undang-undang Nomor 38 menegaskan bahwa zakat atas penghasilan
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang nyata-nyata dibayarkan kepada Badan
tanggal 23 September 1999, memang sedikit Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang
melegakan nafas umat Islam di negeri ini. dibentuk dan disahkan oleh pemerintah7 dapat
Namun demikian ternyata tak banyak orang dikurangkan atas penghasilan kena pajak
tahu bahwa sesungguhnya inilah pertama dalam perhitungan pajak penghasilan orang
kalinya dalam sejarah, pemerintah mengatur pribadi maupun badan, dan zakat bukan
kaitan antara zakat yang dibayarkan merupakan objek pajak bagi si penerima
masyarakat sebagai pelaksanaan kewajiban zakat.
beragama dengan pajak yang dibayarkan Dalam kaitan ini, penetapan Undang-
undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
6
Pengelolaan Zakat dan Undang-undang Nomor
Imam Nawawi dari mazhab Syafi’i, mazhab Hanbali dari
17 Tahun 2000 (sebagai perubahan atas
Imam Ahmad, dan Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa
membayar pajak dengan niatan zakat diperbolehkan, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
dan karenanya kaum muslimin cukup membayar pajak. Pajak Penghasilan) dapat dipandang sebagai
Sementara Ibnu Hajar al Haisyami dari mazhab Syafi’i, langkah maju menuju sinergi zakat dengan
Ibnu Abidin dari mazhab Hanafi, dan Syekh Ulaith dari pajak.
mazhab Maliki berpendapat sebaliknya. Zakat dan
pajak adalah berbeda dan karenanya pembayarn atas
pajak tidak menggugurkan kewajiban zakat. Lebih
7
lanjut, lihat Yusuf Qardawi, 1999, Hukum Zakat, Litera UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas
Internusa dan Mizan, Jakarta, hlm. 1109-1115. UU No 7 Tahun 1983, Pasal 9 ayat (1) huruf g.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 11

Namun demikian, masih perlu untuk masyarakat banyak.12 Adapun mengenai


ditelusuri lebih dalam menganai apakah ada tujuan zakat, Didin Hafidhuddin
keterkaitan antara prinsip pemungutan pajak mengemukakan ada 5 (lima) hikmah dan
dengan zakat? dan apakah pemberlakuan manfaat yang demikian besar dan mulia,
zakat penghasilan sebagai pengurang yaitu sebagai berikut: Pertama, sebagai
penghasilan kena pajak dapat berpengaruh perwujudan iman kepada Allah SWT,
langsung terhadap penerimaan pemerintah mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan
dari sektor pajak? akhlak mulia, menghilangkan sifat kikir,
menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
Persamaan antara Pajak dan Zakat mengembangkan harta yang dimiliki.
Secara Umum Kedua, menolong dan membina mustahik
Ada beberapa persamaan antara pajak kearah kehidupan yang lebih sejahtera.
dan zakat, antara lain sebagai berikut:8 Ketiga, sebagai sumber dana bagi
1. Adanya Unsur Paksaan pembangunan sarana maupun prasarana
Bagi seseorang yang telah termasuk dalam yang dibutuhkan oleh umat Islam.
kategori wajib pajak, dapat dikenakan Keempat, untuk mewujudkan
tindakan tegas oleh negara, selama wajib keseimbangan dalam kepemilikan dan
pajak tersebut melalaikan kewajibannya. distribusi harta. Kelima, menyebarkan dan
Demikian pula halnya terhadap seorang memasyarakatkan etika bisnis yang baik
muslim yang memiliki harta yang telah dan benar.13
memenuhi persyaratan zakat, jika tidak
mau menunaikannya, penguasa yang Perbedaan Antara Pajak dan Zakat
diwakili oleh petugas zakat, wajib Secara Umum
memaksanya.9 Menurut Yusuf Qardawi, terdapat
2. Adanya Unsur Pengelola beberapa perbedaan pokok antara pajak dan
Pengelolaan pajak jelas harus diatur oleh zakat. Beberapa perbedaan tersebut antara
negara. Hal ini sejalan dengan pengertian lain sebagai berikut:14
dari pajak itu sendiri.10 Adapun asas 1. Dari Segi Nama dan Etiketnya/Maknanya
pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan Perbedaan dari segi nama dan maknanya,
pada firman Allah dalam Alqur’an Surat At kata zakat menurut bahasa berarti suci,
Taubah [9] ayat 60. Berdasarkan ayat tumbuh dan berkah. Syariat Islam memilih
tersebut, dapat diketahui bahwasanya kata zakat untuk mengungkapkan arti dan
pengelolaan zakat bukanlah semata-mata bagian harta yang wajib dikeluarkan untuk
dilakukan secara individual, dari muzakki fakir miskin dan mustahik lainnya. Adapun
(wajib zakat) diserahkan langsung kepada dharibah (pajak) diambil dari kata dharaba
mustahik (delapan golongan asnaf yang yang berarti utang, pajak tanah, atau upeti,
berhak menerima zakat)11, tetapi dan sebagainya, yaitu sesuatu yang mesti
dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang dibayar, sesuatu yang menjadi beban.
khusus menangani zakat, yang disebut 2. Mengenai Hakikat dan Tujuannya
dengan amil zakat. Perbedaan antara pajak dan zakat adalah
3. Dari Sisi Tujuan bahwa zakat itu ibadah yang diwajibkan
Tujuan pajak, terutama dalam hal kepada orang Islam sebagai tanda syukur
pembiayaan pembangunan negara adalah kepada Allah. Adapun pajak adalah
untuk menciptakan kesejahteraan kewajiban dari negara semata-mata.
3. Mengenai Batas Nisab dan Ketentuannya

8 12
Didin Hafidhuddin, 2000, Zakat dalam Perekonomian Subiyakto Indra Kusuma, 1988, Mengenal Dasar-dasar
Modern, Gema Insani Press, Jakarta, hlm. 52-55. Perpajakan, Usaha Nasional Indonesia, Surabaya, hlm.
9
Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 103. 47.
10 13
R. Santoso Brotodihardjo, 2003, Pengantar Ilmu Didin Hafidhuddin, Menumbuhkan Kesadaran Berzakat,
Hukum Pajak, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm. 2. artikel dalam website PKPU
11 14
Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 60. Yusuf Qardawi, op.cit., hlm. 1000 - 1005
12 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

Zakat adalah hak yang ditentukan Allah. 6. Hubungannya dengan Penguasa


Dia-lah yang menentukan batas nisab bagi Dalam kasus pajak, ada hubungan antara
setiap macam benda dan membebaskan wajib pajak dengan pemerintah yang
kewajiban itu terhadap harta yang kurang berkuasa. Karena pemerintah yang
dari nisab. Tidak ada yang boleh mengubah mengadakan, maka pemerintah pula yang
dan mengganti apa yang telah ditentukan memungutnya dan membuat ketentuan
syariat.15 Berbeda dengan pajak yang wajib pajak. Adapun zakat adalah
bergantung kepada kebijaksanaan hubungan antara wajib zakat dengan
pemerintah dan kekuatan penguasa, baik Tuhannya. Allah-lah yang memberinya
mengenai objek, persentase, harga dan harta dan mewajibkan membayar zakat,
ketentuannya. semata-mata karena mengikuti perintah
4. Mengenai Kelestarian dan Kelangsungannya dan mengharap ridha-Nya.18
Zakat adalah kewajiban yang bersifat tetap 7. Maksud dan Tujuan
dan terus menerus. Ia akan berjalan selagi Zakat memiliki tujuan spiritual dan moral
Islam dan kaum Muslim ada di muka bumi yang lebih tinggi dari pajak. Tujuan yang
ini. Sedangkan pajak, tidak memiliki sifat luhur ini tersirat pada kata zakat itu sendiri
yang tetap dan terus menerus, baik yang bermakna suci, tumbuh, dan berkah.19
mengenai jenis, persentase, maupun Pajak tidak memiliki tujuan luhur seperti
kadarnya. Tiap pemerintah dapat zakat. Para ahli keuangan berabad-abad
mengurangi atau mengubah atas dasar lamanya menolak adanya tujuan lain pada
pertimbangan dan rasionalitas ekonomi. pajak, selain untuk menghasilkan
Bahkan adanya pajak itu sendiri tidak kekal, pembiayaan (uang) untuk mengisi kas
ia akan tetap ada selagi diperlukan dan negara.20
lenyap bila sudah tidak dibutuhkan lagi.16 8. Dari Sisi Objek dan Persentase serta
5. Mengenai Pengeluarannya Pemanfaatannya
Zakat mempunyai sasaran khusus yang Zakat memiliki nishab (kadar minimal) dan
ditetapkan oleh Allah dalam Alquran dan persentase yang sifatnya baku, berdasarkan
Sunnah Rasulullah Saw. Setiap Muslim ketentuan yang tertuang dalam berbagai
dapat membagikan zakatnya sendiri bila hadits Nabi. Demikian pula pemanfaatan
diperlukan. Sasaran itu adalah kemanusiaan dan penggunaan zakat, tidak boleh keluar
dan Islam. Sedangkan pajak dikeluarkan dari asnaf yang delapan, sebagaimana
untuk membiayai pengeluaran umum tergambar dalam firman Allah dalam
negara, sebagaimana ditetapkan oleh Alquran Surat At Taubah [9] ayat 60.21
peraturan penguasa.17

15
Yusuf Qardawi tidak setuju dengan usulan agar
ketentuan tarif zakat menyesuaikan dengan perubahan
18
sosial ekonomi yang terjadi pada zaman sekarang. Ibid., hlm. 1004
19
Lihat Yusif Qardawi hlm. 1003. Alquran, Surah At Taubah [9] ayat 103.
16 20
Ibid., hlm. 1003 Ibid., hlm. 1005
17 21
Ibid., hlm. 1003-1004 Didin Hafidhuddin, 2000, Zakat dalam ….., hlm. 52-55.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 13

Dari uraian perbedaan zakat dan pajak diatas, dapat dibuat skema untuk memudahkan kita
membedakan diantara keduanya, yaitu:

Perbedaan Zakat Pajak Keterangan


Nama Bersih, bertambah Utang, pajak, upeti Seseorang yang membayar zakat
berarti dan berkembang hartanya menjadi bersih dan
berkah tidak demikian dengan
pajak
Dasar Al Qur'an dan As Undang-undang suatu Pembayaran zakat bernilai ibadah
Hukum Sunnah Negara dan pendekatan diri kepada Allah
sedangkan dalam membayar
pajak hanya melaksanakan
kewajiban warga negara
Nishab dan Ditentukan Allah dan Ditentukan oleh Nishab zakat memiliki ukuran
Tarif bersifat mutlak negara dan yang tetap sedangkan pajak berubah-
bersifat relatif ubah sesuai dengan neraca
anggaran negara
Sifat Kewajiban bersifat Kewajiban sesuai
tetap dan terus dengan kebutuhan
menerus dan dapat dihapuskan
Subyek Muslim Semua warga Negara
Obyek Tetap 8 Golongan Untuk dana
Alokasi pembangunan dan
Penerima anggaran rutin
Harta yang Harta produktif Semua Harta
Dikenakan
Syarat Ijab Disyaratkan Tidak Disyaratkan
Kabul
Imbalan Pahala dari Allah dan Tersedianya barang
janji keberkahan dan jasa publik
harta
Sanksi Dari Allah dan Dari Negara
pemerintah Islam
Motivasi Keimanan dan Ketaatan dan Ada pembayaran pajak
Pembayaran ketakwaan kepada ketakutan pada dimungkinkan adanya manipulasi
Allah negara dan sanksinya besarnya jumlah harta wajib
pajak dan hal ini tidak terjadi
pada zakat
Perhitungan Dipercayakan Selalu menggunakan
kepada Muzaki dan jasa akuntan pajak
dapat juga dengan
bantuan

Prinsip Pemungutan Pajak teguh, baik dalam perundang-undangan


Mengenai tujuan hukum pada maupun dalam praktek sehari hari.
umumnya, secara garis besar, berbagai Selanjutnya, uraian di bawah ini akan
kalangan mengatakan bahwa hukum bertugas menjelaskan bahwa hukum pajak harus
membuat keadilan, sesuai adagium tersebut, mengabdi pada keadilan yang kita namakan
maka tujuan hukum pajak adalah membuat ”Asas Pemungutan Pajak” disamping asas-asas
adanya keadilan dalam soal pungutan pajak, lainnya seperti asas yuridis, ekonomis, dan
asas keadilan ini harus senantiasa dipegang finansial.
14 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

1. Asas Keadilan Sebagai Asas Pemungutan 3. Asas Ekonomis


Pajak Selain fungsi budgeter dari pajak, pajak
Keadilan, hal inilah yang menjadi dasar dari juga dipergunakan sebagai alat untuk
ajaran Adam Smith dalam bukunya An menentukan politik perekonomian,
Inquiri into the Nature and Cause of the karenanya politik pemungutan pajaknya
Wealth of Nations (terkenal dengan nama sebagai berikut:
Wealth of Nations)22 yang berisi tentang a. Harus diusahakan supaya jangan
asas pemungutan pajak yang dinamainya menghambat lancarnya produksi dan
“The Four Maxims” sebagai berikut : perdagangan.
a. Pembagian tekanan pajak di antara b. Harus diusahakan supaya jangan
subjek pajak masing-masing menghalangi rakyat dalam usahanya
hendaknya dilakukan seimbang dengan menuju ke kebahagiaan dan jangan
kemampuannya, yaitu seimbang merugikan kepentingan umum.
dengan penghasilan yang dinikmatinya Kesimpulannya, keseimbangan kehidupan
masing-masing, di bawah perlindungan ekonomi tidak boleh terganggu, sesuai
pemerintah (asas pembagian/asas dengan fungsi kedua dari pemungutan
kepentingan). Dalam asas “equality” ini pajak, yaitu fungsi mengatur.24
negara tidak boleh mengadakan 4. Asas Finansial
diskriminasi di antara sesama wajib Sesuai dengan fungsi budgeter dari pajak,
pajak. maka sudah barang tentu biaya-biaya untuk
b. Pajak yang harus dibayar oleh memungutnya harus sekecil-kecilnya,
seseorang harus terang (certain) dan apalagi dalam bandingan dengan
tidak mengenal kompromis (not pendapatannya. Sebab inilah hasil yang
arbitrary). Dalam asas “certainty” ini, dicapainya, yang harus dapat menyumbang
kepastian hukum yang dipentingkan banyak dalam menutup pengeluaran-
adalah yang mengenai subjek-objek, pengeluaran negara, termasuk juga biaya-
besarnya pajak, dan juga ketentuan biaya untuk aparatur fiskus sendiri. Selain
mengenai waktu pembayarannya. itu, untuk menghindarkan tertimbunnya
c. Pajak hendaknya dipungut pada saat tunggakan pajak, haruslah selalu diteliti,
yang paling baik bagi para wajib pajak, apakah syarat-syarat penting telah dipenuhi
yaitu saat sedekat-dekatnya dengan untuk dapat memungut pajak dengan
detik diterimanya penghasilan yang efektif, antara lain adalah, bahwa
bersangkutan. pengenaan pajak harus dilakukan pada saat
d. Pemungutan pajak hendaknya terbaik bagi yang harus membayarnya,
dilakukan sehemat-hematnya, jangan yaitu sedekat-dekatnya saatnya dengan
sekali-kali biaya pemungutan melebihi saat terjadinya perbuatan, peristiwa,
pemasukan pajaknya. ataupun keadaan yang menjadi dasar
2. Asas Yuridis pengenaan pajak itu, sehingga dengan
Hukum pajak harus dapat memberi jaminan mudahnya dibayar oleh orang-orang yang
hukum yang perlu untuk menyatakan bersangkutan. Sistem ini juga biasa disebut
keadilan yang tegas, baik untuk negara dalil ”pay as you earn”, seperti yang telah
maupun untuk warganya. Oleh karena itu, dipraktekkan di Amerika Serikat dan
mengenai pajak di negara hukum, segala Inggris. Karenanya dicegah pula, bahwa
sesuatunya harus ditetapkan dalam pengenaan pajak tadi menyusahkan wajib
Undang-undang. Mengapa?. Rasionya yaitu, pajak.25
karena pajak adalah peralihan kekayaan
dari sektor rakyat ke sektor pemerintah Prinsip Pemungutan Zakat
yang untuk itu tidak dapat ditunjuk Zakat merupakan salah satu
kontraprestasi secara langsung terhadap implementasi azas keadilan dalam sistem
individu.23

22 24
R. Santoso Brotodihardjo, op.cit., hlm. 27 Ibid., hlm. 41-42
23 25
Ibid., hlm. 37 Ibid., hlm. 42-43
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 15

ekonomi Islam. Menurut M.A Mannan26 zakat kepada masyarakatnya, berupa


memiliki enam prinsip yaitu: pengetahuan, pengalaman dan budi
1. Prinsip keyakinan keagamaan; yaitu pekerti. Kesimpulannya, masyarakat
bahwa orang yang membayar zakat mempunyai hak atas harta individu, yaitu
merupakan salah satu manifestasi dari hak yang tidak merampas hak miliknya
keyakinan agamanya. yang telah ditetapkan baginya.30
2. Prinsip pemerataan dan keadilan; 4. Teori Persaudaraan. Persaudaraan adalah
merupakan tujuan sosial zakat yaitu makna yang mengandung tuntutan yang
membagi kekayaan yang diberikan Allah dalam dan jangkauan jauh, mengenai
lebih merata kepada manusia. pembelaan dan solidaritas antara pribadi
3. Prinsip produktifitas; menekankan bahwa dan masyarakat. Persaudaraan
zakat memang harus dibayar karena milik mengandung makna kemanusiaan yang
tertentu telah menghasilkan produk bersifat ruhaniah yang terpancar dari
tertentu setelah lewat jangka waktu lubuk hati manusia yang dalam.
tertentu. Persaudaraan menghendaki agar memberi
4. Prinsip nalar; sangat rasional bahwa zakat kepada saudara, meski tanpa imbalan
harta yang menghasilkan itu harus apapun, menolong saudara, meski ia tidak
dikeluarkan. memintanya dan mencintai saudara
5. Prinsip kebebasan; zakat hanya dibayar seperti mencintai dirinya sendiri.31
oleh orang yang bebas.
6. Prinsip etika dan kewajaran; zakat tidak Pengaturan Penghasilan Kena Pajak
dipungut secara semena-mena. Apa yang Anda lakukan begitu
Menurut Yusuf Qardawi, asas wajib menerima slip gaji ?. Mungkin ada yang
zakat didasarkan pada teori berikut:27 gembira melihat besarnya gaji yang bisa
1. Teori Beban Umum. Teori ini didasarkan dibawa pulang. Tapi mungkin ada juga yang
bahwa merupakan hak Allah sebagai tercengang melihat pajak penghasilannya
pemberi nikmat untuk membebankan membengkak. Jangan heran melihat slip gaji
kepada hamba-Nya apa yang Anda terbebani banyak potongan. Sebagai
dikehendakinya, sebagai tanda syukur warga negara Indonesia yang patuh hukum,
atas nikmat-Nya.28 anda memang harus membayar pajak
2. Teori Khilafah. Teori ini mengemukakan penghasilan (PPh). Sistem pemungutan PPh di
bahwa harta itu adalah amanah Allah. Indonesia mulai menjajal sistem yang telah
Asas teori ini yaitu bahwa harta itu lama dianut negeri Paman Sam, yaitu self
semuanya kepunyaan Allah dan manusia assesment system, sejak tahun 1984 dimana
sebagai pemegang amanah atas harta reformasi perpajakan pertama kali dilakukan.
itu.29 Melalui sistem ini, wajib pajak diberi
3. Teori Pembelaan antara Pribadi dan kepercayaan penuh untuk menghitung,
Masyarakat. Para ahli sosiologi terdahulu memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan
menyatakan bahwa manusia itu menurut pajak terutangnya sendiri. Hal ini tercermin
tabiatnya, adalah mahluk sosial. Manusia dalam penyusunan dan pelaporan Surat
tidak dapat hidup sebagai manusia kecuali Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh.32
dalam satu masyarakat. Disebutkan Adapun definisi penghasilan adalah:
bahwa seorang individu banyak berutang “Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
26
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Mannan, M.A, Islamic Economics : Theory and
Practice, Lahore. 1970. Dikutip dari tulisan berjudul
30
“Sumber Zakat dalam Perekonomian Modern” dalam Yusuf Qardawi, op.cit., hlm. 1018-1021
31
web site pajak.go.id. Ibid., hlm. 1022-1024
27 32
Yusuf Qardawi, op.cit., hlm. 1010-1025 Tugiman Binsarjono, Daftar Harta : Diisi Jujur Salah,
28
Alquran, Al Qiyamah [75] : 36 Tidak Jujur Apalagi, artikel dalam Majalah Tax Review,
29
Ibid. Volume I, No. 8/20004, hlm. 26
16 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi b. Tarif pajak penghasilan wajib pajak
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak badan.36
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam No Penghasilan Kena Pajak Tarif
bentuk apapun.33 Pajak
1. Sampai dengan Rp. 50 juta 10 %
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17
2. Diatas Rp. 50 juta - Rp. 100 juta 15 %
Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas 3. Diatas Rp. 100 juta 30 %
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan, menetapkan penghasilan Dalam penghitungan pajak Indonesia
tidak kena pajak (PTKP) sebesar:34 menggunakan sistim tarif progresif. Yaitu tarif
a. Rp. 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus yang proporsinya meningkat sesuai dengan
besar kecilnya penghasilan seseorang atau
delapan puluh ribu rupiah) untuk diri
suatu badan usaha. Definisi tarif progresif
Wajib Pajak orang pribadi;
sendiri adalah: suatu tarif yang presentasenya
b. Rp. 1.440.000,00 (satu juta empat ratus menjadi lebih besar apabila semakin besar
empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk jumah yang harus dikenakan pajak.37 Pajak
Wajib Pajak yang kawin; dikatakan progresif apabila pajak itu dikenakan
c. Rp. 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus dengan prosentase yang semakin tinggi
delapan puluh ribu rupiah) tambahan dengan semakin tingginya kemampuan
untuk seorang isteri yang penghasilannya membayar pajak (taxable capacity).
Sedangkan untuk objek pajaknya sendiri,
digabung dengan penghasilan suami
setiap penghasilan yang menambah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 kemampuan ekonominya. Tapi penghasilan itu
ayat (1); harus berupa uang.38 Lebih jelasnya, yang
d. Rp. 1.440.000,00 (satu juta empat ratus menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu
empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
setiap anggota keluarga sedarah dan diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang
keluarga semenda dalam garis keturunan dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
lurus serta anak angkat, yang menjadi menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
bentuk apapun.39
(tiga) orang untuk setiap keluarga. Selanjutnya, dalam Pasal 5 Peraturan
PTKP ini merupakan bagian dari Direktur Jenderal Pajak Nomor 15/PJ/2006
pengurangan yang diperkenankan dalam tentang Perubahan Keputusan Direktur
menghitung PPh. Berikut tarif-tarif pajak yang Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ/2000
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak: tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
a. Tarif pajak penghasilan wajib pajak orang Pasal 21dan Pasal 26 Sehubungan dengan
pribadi.35 Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi,
No Penghasilan Kena Pajak Tarif juga diuraikan didalamnya mengenai jenis-
Pajak jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
1. Sampai dengan Rp. 25 juta 5% Adapun penghasilan dalam bentuk
2. Diatas Rp. 25 juta - Rp. 50 juta 10 % barang tidak dikenai PPh yaitu penggantian
3. Diatas Rp. 50 juta - Rp. 100 juta 15 % atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
4. Diatas Rp. 100 juta - Rp. 200 juta 25 % atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
5. Diatas Rp. 200 juta 35 % bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib

36
Ibid., Pasal 17 ayat (1) huruf b.
33 37
UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Pajak, PT. Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 177
38
Penghasilan, Pasal 4. Didik Darmanto, Belajar Menghitung PPh, Artikel dalam
34
UU No. 17 Tahun 2000, op.cit., Pasal 7 ayat (1) huruf KLIK PAJAK.COM, tanggal 2 Januari 2006
39
a. UU No. 17 Tahun 2000, op.cit., Pasal 4 ayat (1) huruf
35
Ibid.,, Pasal 17 ayat (1) huruf a. a – p.
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 17

Pajak atau Pemerintah,40 Pengecualian Kedua, pemerintah telah melibatkan


tersebut diatur dalam Pasal 5 ayat (2) diri lebih jauh dalam pengelolaan zakat
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor dengan membentuk Badan Amil Zakat di
15/PJ/2006 tersebut diatas.41 berbagai tingkat kewilayahan.46
Dalam Undang-undang Nomor 17 Ketiga, seperti disebutkan dalam
Tahun 2000 ditegaskan pula bahwa bantuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 bahwa
sumbangan, termasuk zakat yang diterima zakat yang telah dibayarkan kepada Badan
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat Amil Zakat akan dikurangkan dari
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib
dan para penerima zakat yang berhak dapat pajak yang bersangkutan.47
dikurangkan atas penghasilan kena pajak Dalam Undang-undang Nomor 17
dalam perhitungan pajak penghasilan orang Tahun 2000 juga ditetapkan bahwa zakat atas
pribadi maupun badan.42 Dan zakat yang penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan
diterima oleh orang pribadi yang berhak dari secara resmi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk pemeluk Islam tersebut, dan atau Wajib Pajak
atau disahkan oleh Pemerintah pun tidak Badan Dalam Negeri yang dimiliki kaum
termasuk dalam pengertian penghasilan yang Muslimin, dapat dikurangkan atas penghasilan
dipotong PPh Pasal 21.43 kena pajak.48 Dengan kata lain sebagaimana
diatur dalam keputusan Dirjen Pajak Nomor
Pembayaran Zakat Sebagai Pengurang KEP-163/PJ./2003 bahwa zakat atas
Penghasilan Kena Pajak penghasilan dapat dikurangkan atas
49
Lahirnya Undang-undang Nomor 38 penghasilan bruto maupun neto.
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Hanya sayangnya, perlu disadari bahwa
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 sesungguhnya antara Undang-undang Nomor
(sebagai perubahan atas Undang-undang 17 Tahun 2000 dari Undang-undang Nomor 38
Nomor 7 Tahun 1983) tentang Pajak Tahun 1999 tidaklah konsisten. Karena, seperti
Penghasilan dapat dipandang sebagai sinergi diulas diatas, bahwa dalam Undang-undang
zakat dengan pajak. Nomor 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa yang
Pertama, Undang-undang Nomor 38 dapat dikurangkan atas penghasilan kena
Tahun 1999 telah mengakui bahwa pajak hanyalah zakat penghasilan. Padahal,
sesungguhnya zakat adalah kewajiban yang pada saat yang sama dalam Undang-undang
harus ditunaikan oleh setiap Muslim warga Nomor 38 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
negara Indonesia yang mampu.44 Undang- zakat (tanpa batasan hanya zakat
undang ini memang tidak menyebutkan hukum penghasilan) dapat dikurangkan atas
bagi yang melanggar kewajiban zakat, tetapi penghasilan kena pajak.50 Jadi, sangat jelas
setidaknya pemerintah telah secara eksplisit bahwa yang dimaksud zakat dalam Undang-
bertanggung jawab memberikan perlindungan undang Nomor 38 Tahun 1999 adalah (semua)
kepada muzakki, mustahiq dan amil zakat.45 harta atau kekayaan yang wajib disisihkan
oleh kaum Muslimin sesuai dengan ketentuan
40 agama, yang terdiri dari emas, perak, dan
Ibid., Pasal 4 ayat (3) huruf d.
41
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor. 15/PJ/2006, uang, perdagangan, dan perusahaan, hasil
tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Pajak pertanian, hasil perkebunan, dan hasil
Nomor KEP-545/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan perikanan, hasil pertambangan, hasil
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21dan Pasal 26 Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi, diuraikan
46
didalamnya mengenai jenis-jenis penghasilan yang Ibid., Pasal 6
47
dipotong PPh Pasal 21, Pasal 7 huruf b. Ibid., Pasal 14 ayat 3
42 48
UU No. 17 Tahun 2000, op.cit., Pasal 4 ayat (3) huruf UU No. 17 Tahun 2000, op.cit., Pasal 9 ayat (1) huruf
a (1) g
43 49
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor. 15/PJ/2006, Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ./2003
op.cit.,Pasal 7 huruf d. tentang Perlakuan Zakat atas Penghasilan dalam
44
UU No. 38 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Zakat, Perhitungan Penghasilan Kena Pajak-pajak
Pasal 2 Penghasilan, Pasal 1 ayat (1).
45 50
Ibid., Pasal 3 UU No. 38 Tahun 1999, op.cit., Pasal 14 ayat (3)
18 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

peternakan, hasil pendapatan dan jasa serta pemerintah sesuai ketentuan Undang-
rikaz.51 undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Inkonsistensi yang sedemikian bisa Pengelolaan Zakat.54
dimungkinkan oleh dua hal. Pertama, karena 3. Zakat yang dibayarkan adalah penghasilan
kesalahpahaman atau ketidakmengertian yang merupakan objek pajak yang
anggota legislatif terhadap pengertian zakat. dikenakan pajak penghasilan yang tidak
Kedua, karena perbedaan pendapat (baca: bersifat final.55
alasan politik) tentang seberapa jauh zakat 4. Zakat penghasilan yang dibayarkan diakui
“berhak” masuk dalam wilayah fiskal sebagai pengurangan PPh pada tahun
kenegaraan.52 zakat tersebut dibayarkan.56
5. Melampirkan lembar ke-1 Surat Setoran
Syarat-Syarat Zakat Dapat Mengurangi Zakat atau fotocopinya yang telah
Pajak dilegalisir oleh BAZ atau LAZ penerima
Dalam Keputusan Direktur Jenderal setoran zakat yang bersangkutan pada
Pajak Nomor KEP.163/PJ./2003 tentang SPT tahunan pajak penghasilan tahun
Perlakuan Zakat atas Penghasilan dalam pajak dilakukannya pengurangan zakat
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak-pajak atas penghasilan tersebut.57
Penghasilan, dijelaskan dengan tegas bahwa Selanjutnya Surat Setoran Zakat yang
zakat dapat mengurangi pajak setelah dapat diakui sebagi bukti, sekurang-kurangnya
memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut: harus memuat:
1. Zakat harus nyata-nyata dibayarkan oleh 1. Nama lengkap wajib pajak;
Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama 2. Alamat jelas wajib pajak;
Islam dan atau Wajib Pajak Badan Dalam 3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama 4. Jenis penghasilan yang dibayar zakatnya;
Islam.53 5. Sumber atau jenis penghasilan dan bulan
2. Zakat dibayarkan kepada BAZ (Badan Amil atau tahun perolehannya;
Zakat) atau LAZ (Lembaga Amil Zakat) 6. Besarnya penghasilan;
yang dibentuk atau disahkan oleh 7. Besarnya zakat atas penghasilan.

54
Ibid.
55
Ibid., Pasal 1 ayat (2). Pajak Penghasilan final
meliputi :
a. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan;
b. Persewaan tanah dan atau bangunan;
c. Bunga deposito atau tabungan dan jasa giro;
d. Hadiah undian;
e. Transaksi saham dan obligasi di bursa efek ;
f. Jasa konstruksi sampai dengan Rp. 1 milyar;
51
Ibid., Pasal 1 ayat (2), dan Pasal 11 ayat (1) dan (2) g. Pelayaran atau penerbangan dalam dan luar
52
Mursyid, 2006, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq negeri;
dan Shadaqah Menurut Hukum Syara’ dan Undang- h. Penghasilan selain gaji yang diterima PNS dan
undang, Magistra Insania Press, Yogyakarta, hlm. 75 anggota TNI/Polri.
53 56
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ./2003, Ibid., Pasal 3 ayat (1)
57
op.cit., Pasal 1 ayat (1). Ibid., Pasal 4 ayat (1)
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 19

Contoh Kasus Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan


Penerapan pajak dan zakat
Gaji satu bulan Rp. 1.500.000
Tunjangan istri/anak Rp. 50.000
Tunjangan perumahan Rp. 50.000
Tunjangan pendidikan anak Rp. 50.000
Tunjangan jabatan Rp. 50.000
Tunjangan transport Rp. 50.000
Jaminan Kecelakaan Kerja/JKK (0,24%) Rp. 3.600
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (6%) Rp. 90.000 +
Penghasilan bruto Rp. 1.843.600
Pengurangan
Zakat 2,5 % x Rp. 1.843.600 Rp. 46.090
Biaya jabatan 5 % x Rp. 1.843.600 Rp. 92.180
a. Iuran pensiun Rp. 25.000
b. Iuran JHT (2%) Rp. 30.000 +
Rp. 55.000  Rp. 55.000 +
Rp. 193.270
Penghasilan neto sebulan Rp. 1.843.600
Rp. 193.270 +
Rp. 1.650.330(*
Penghasilan neto setahun (* x 12 = Rp. 19.803.960
PTKP (K/3)
a. Wajib sendiri Rp. 2.880.000
b. Tambahan status kawin Rp. 1.440.000
c. Tambahan untuk 3 anak
1.440.000 x 3 = 4.320.000  Rp. 4.320.000 +
Rp. 8.640.000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 19.803.960
Rp. 8.640.000 -
Rp. 11.163.960
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan58 Rp. 11.163.000
PPh Pasal 21 setahun = 5% x Rp. 11.163.000  Rp. 558.150
PPh Pasal 21 setahun = Rp. 558.180 : 12  Rp. 46.512

Penerapan pajak tanpa zakat


Gaji satu bulan Rp. 1.500.000
Tunjangan istri/anak Rp. 50.000
Tunjangan perumahan Rp. 50.000
Tunjangan pendidikan anak Rp. 50.000
Tunjangan jabatan Rp. 50.000
Tunjangan transport Rp. 50.000
Jaminan Kecelakaan Kerja/JKK (0,24%) Rp. 3.600
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (6%) Rp. 90.000 +
Penghasilan bruto Rp. 1.843.600
Pengurangan
Biaya jabatan 5 % x Rp. 1.843.600 Rp. 92.180
a. Iuran pensiun Rp. 25.000

58
Untuk keperluan penerapan tarif, jumlah Penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan penuh. Lihat
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ./2003 Pasal 17 ayat (4)
20 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

b. Iuran JHT (2%) Rp. 30.000 +


Rp. 55.000  Rp. 55.000 +
Rp. 147.180
Penghasilan neto sebulan Rp. 1.843.600
Rp. 147.180 +
Rp. 1.990.780(*
Penghasilan neto setahun (* x 12 = Rp. 23.889.360
PTKP (K/3)
a. Wajib sendiri Rp. 2.880.000
b. Tambahan status kawin Rp. 1.440.000
c. Tambahan untuk 3 anak
1.440.000 x 3 = 4.320.000  Rp.
4.320.000+
Rp.
8.640.000
Penghasilan Kena Pajak Rp.
23.889.360
Rp.
8.640.000-
Rp.
15.249.360
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan Rp. 15.249.000
PPh Pasal 21 setahun = 5% x Rp. 15.249.000  Rp. 762.450
PPh Pasal 21 setahun = Rp. 762.450 : 12  Rp. 63.537

Pengaruh Pemberlakuan Zakat penerimaannya dari sektor pajak. Dan inilah


Penghasilan Sebagai Pengurang agaknya, yang menyebabkan pemerintah
Penghasilan Kena Pajak terhadap ragu-ragu dalam pengelolaan zakat, karena
Penerimaan Pemerintah khawatir target penerimaan dari sektor paja
Pajak dikatakan mempunyai peranan akan terganggu yang dikhawatirkan berakibat
yang sangat penting dalam kebijakan fiskal semakin tersendatnya pemulihan ekonomi
suatu negara, dimana pajak sebagai sumber nasional.
utama penerimaan negara untuk membiayai Padahal bila mau dikaji lebih lanjut
pengeluaran negara (fungsi budgetair) dan dengan menggunakan beberapa model
untuk melakukan fungsi pengaturan. Lalu penelitian dapat dibuktikan bahwa efek zakat
bagaimana dengan zakat?. Dalam hal sebagai pengurang penghasilan kena pajak
kebijakan fiskal, ternyata zakat memainkan adalah positif terhadap pendapatan nasional
peranan penting dalam distribusi pendapat keseimbangan, sekalipun zakat penghasilan
dan kekayaan, bahkan berpengaruh nyata mengurangi penerimaan negara dari sektor
pada tingkah laku konsumsi. Zakat pajak, tapi kondisi perekonomian secara makro
berpengaruh pula terhadap pilihan konsumen tetap membaik. Bahkan pendapatan nasional
dalam hal mengalokasikan pendapatannya keseimbangan dengan variabel zakat lebih
untuk tabungan atau investasi dan konsumsi.59 tinggi hasilnya dibandingkan pendapatan
Selanjutnya, pemberlakuan zakat nasional keseimbangan tanpa variabel zakat.
penghasilan sebagai pengurang penghasilan Menurut lembaga Public Interest
kena pajak jelas akan berpengaruh langsung Research and Advocacy Center (Pirac), potensi
terhadap penerimaan pemerintah dari sektor zakat profesi dalam satu tahun mencapai
pajak. Semakin banyak umat Islam yang angka Rp. 20 triliun. Untuk itu, perlu ada
membayar zakat akan mengakibatkan semakin kemitraan dalam menggali potensi zakat umat
banyaknya pengurang penghasilan kena pajak. Islam tersebut.60 Bila pajak dapat dijadikan
Sehingga apabila penghasilan kena pajak sebagai pengurang pajak, maka zakat dapat
menjadi kecil dengan sendirinya pajak menjadi instrumen pendukung program
penghasilan yang diterima negara juga pemerintah. Hal tersebut dilakukan dengan
mengecil. Padahal pada saat ini pemerintah mendorong pengelolaan pajak untuk
justru sedang berupaya memaksimalkan
60
Dapatkah Zakat Mengurangi PPh ?, artikel dalam Web
59
Abdul Mannan, 1995, Teori dan Praktek Ekonomi Site Media Cetak “Pikiran Rakyat”, tanggal 19 Oktober
Islam, PT Dana Bakti wakaf, Yogyakarta, hlm. 230 2006
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 21

kepentingan infrastruktur non sosial. 1. Akan terjadi peningkatan tax ratio, yaitu
Sedangkan, zakat untuk pengelolaan sosial. jumlah pembayar pajak akan makin
Berdasarkan hasil pengkajian Baznas, potensi banyak. Para wajib pajak muslim akan
zakat profesi satu tahun di Indonesia bisa makin bersemangat membayar zakat
mencapai sekitar Rp. 32 triliun. Kalau potensi maupun pajak, disebabkan sudah tidak
dana zakat tersebut didasari pemerintah dan ada lagi pembayaran ganda (double
dikelola dengan baik, maka permasalahan payment).
kemiskinan di Indonesia dapat diatasi dengan 2. Masyarakat miskin akan makin terbantu.
segera tanpa harus berutang.61 Dengan makin banyaknya dana zakat
Untuk merealisasikan hal tersebut, yang disalurkan melalui lembaga, baik
Undang-undang Pajak perlu diamandemen BAZ maupun LAZ, maka program-program
agar zakat dapat menjadi pengurang pajak. pemberdayaan masyarakat akan makin
Dorongan tersebut dapat dilakukan banyak bisa digulirkan. Tentunya hal ini
pemerintah bersama dengan Baznas. juga Sangat membantu program
Undang-udang Nomor 17 Tahun 2000 pemerintah, terutama dalam pengentasan
tentang Pajak Penghasilan telah mencoba kemiskinan.
mengakomodir zakat. Dinyatakan dalam Pasal 3. Akan terjadi tuntutan kepada lembaga
9 ayat (1) point g: “Untuk menentukan pengelola zakat, baik BAZ maupun LAZ,
besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) tidak untuk menerapkan prinsip-prinsip good
boleh dikurangkan harta yang dihibahkan, governance, yaitu amanah,
bantuan atau sumbangan, dan warisan, profesionalitas, dan transparan.
kecuali zakat atas penghasilan yang nyata- Di sisi lain kita tahu bahwa Indonesia
nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang merupakan negara dengan masyarakat muslim
pribadi muslim dan atau badan milik muslim terbesar di dunia. Selayaknyalah zakat dapat
lepada BAZ dan LAZ yang dibentuk atau dimanfaatkan untuk pemberdayaan
disahkan oleh pemerintah”. masyarakat.
Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa: Zakat yang diakui oleh Undang- KESIMPULAN DAN SARAN
undang Perpajakan hanya zakat atas
penghasilan. Zakat atas penghasilan tersebut Kesimpulan
dapat dikurangkan dari penghasilan kena 1. Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di
pajak. Menurut Islam, jenis zakat bukan hanya Indonesia adalah sebuah hal penting,
zakat atas penghasilan, tetapi juga zakat atas karena beberapa hal berikut ini:
harta benda lainnya. Implikasi lainnya adalah a. Keduanya merupakan hal yang signifikan
dalam perhitungan zakat perusahaan. Menurut dalam upaya penyejahteraan rakyat,
ketentuan syari’at Islam, zakat perusahaan karena kenyataan mayoritas penduduk
dihitung dari laporan Neraca, bukan dari Indonesia beragama Islam dan
laporan Laba Rugi. Harapannya adalah semua kenyataan lain bahwa pajak adalah
jenis zakat dapat dikurangkan dari pajak. primadona penerimaan negara.
Dalam poin kedua, zakat diposisikan mirip b. Dirasakan adanya tuntutan publik untuk
seperti biaya. Harapan para muzakki adalah mengharmoniskan hubungan pajak dan
zakat dapat diposisikan sebagai pengurang zakat demi kesejahteraan rakyat
pajak atau tax credit. Sehingga prinsip tidak disebabkan keduanya memiliki kemiripan
ada pembayaran ganda (double payment) dalam objek penarikan, yaitu kekayaan
dapat menjadi kenyataan. atau penghasilan. Penarikan ganda oleh
Jika kedua hal di atas dapat pajak dan juga oleh zakat pada dunia
diwujudkan, kita boleh yakin akan banyak usaha akan dirasakan sebagai sebuah
kebaikan yang muncul. Antara lain:62 gangguan.
2. Masalah dari optimalisasi peran pajak dan
61
Ibid. zakat dalam meningkatkan kesejahteraan
62
Hertanto Widodo, Zakat dan Pajak, artikel dalam Web
Site MAJALAH ON LINE “ZAKAT DAN WAKAF”, tanggal
9 Oktober 2006
22 Safarni Husain Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

publik bermuara pada penumbuhan mendesak untuk dilakukan oleh amil zakat
kepercayaan publik. Beberapa hal yang maupun oleh aparat perpajakan.
mempengaruhi kepercayaan publik adalah
kesiapan perundangan undangan pajak dan DAFTAR PUSTAKA
perundangan zakat, aparat pajak dan amil
zakat yang memiliki kredibilitas, pemberian Literatur
kepastian hukum pada setiap pelanggaran Abdul Mannan, 1995, Teori dan Praktek
pembayaran pajak dan zakat secara adil, Ekonomi Islam, Dana Bakti wakaf,
dan harmonisasi relasi penarikan pajak dan Yogyakarta.
pengambilan zakat. Cita-cita mendasar dari Adiwarman Azwar Karim, 2004, Sejarah
pembentukan negara adalah agar negara Pemikiran Ekonomi Islam,
mampu melindungi dan menyejahterakan RajaGrafindo Persada,Jakarta.
rakyatnya. Zakat dan pajak memiliki Departemen Agama RI, 2004, Alquran dan
peluang yang sama sebagai alat negara Terjemahnya, Syamil Cipta Media,
untuk mewujudkan cita-citanya. Bandung.
Didin Hafidhuddin, 2000, Zakat dalam
Saran Perekonomian Modern, Gema Insani
1. Masalah yang sering menghambat Press, Jakarta.
penarikan dana publik - apa pun namanya, Irfan Mahmud Ra’ana, 1997, Ekonomi
termasuk zakat dan pajak - adalah Pemerintahan Umar ibn Al-Khattab,
persoalan kepercayaan. Dan jika persoalan Pustaka Firdaus, Jakarta.
kepercayaan publik belum tuntas terjawab, Mursyid, 2006, Mekanisme Pengumpulan
maka keberhasilan penarikan adalah Zakat, Infaq dan Shadaqah Menurut
sebuah masalah. Masalah yang sering kali Hukum Syara’ dan Undang-undang,
muncul dalam penarikan zakat dan pajak Magistra Insania Press, Yogyakarta.
adalah kurangnya kepercayaan dari rakyat Subiyakto Indra Kusuma, 1988, Mengenal
dan masyarakat kepada badan pengelola itu
Dasar-dasar Perpajakan, Usaha
Nasional Indonesia, Surabaya.
sendiri. Sebab utama dari problem kurang
R. Santoso Brotodihardjo, 2003, Pengantar
percayanya publik pada pengelola zakat
Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama,
dan pajak adalah persoalan kredibilitas Bandung.
pengurus pengelola. Oleh karena itu, Yusuf Qardawi, 1999, Hukum Zakat, Litera
tantangan besar para pengelola adalah Internusa dan Mizan, Jakarta.
terbentuknya lembaga yang memiliki
integritas dan dipercaya umat. Peraturan Perundang-undangan
2. Amil Zakat tidak dapat hanya sekadar Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983
berlindung di balik dalil-dalil agama semata tentang Pajak Penghasilan.
yang normatif terhadap keabsahannya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999
dalam penarikan zakat. Di pihak lain, aparat tentang Pengelolaan Zakat.
perpajakan tidak dapat semata-mata Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000
menyodorkan data-data keuangan tentang Ketentuan Umum dan Tata
kontemporer dalam mengangkat urgensinya Cara Perpajakan.
dalam pembangunan. Tindakan saling klaim Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000
dan mendiskreditkan satu dan lainnya, tentang Perubahan Ketiga atas UU No
tanpa tindakan nyata yang terlihat publik 7 Tahun 1983.
sebagai upaya perbaikan, dikhawatirkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
163/PJ./2003 tentang Perlakuan
justru menimbulkan keraguan pada rakyat,
Zakat atas Penghasilan dalam
baik dalam membayar zakat maupun dalam
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak-
membayar pajak. Upaya menumbuhkan pajak Penghasilan.
kepercayaan publik pada institusinya Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 15/PJ/2006 tentang
Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 23

Perubahan Keputusan Direktur Anonim, “Sumber Zakat dalam Perekonomian


Jenderal Pajak Nomor KEP- Modern”, artikel dalam web site
545/PJ/2000 tentang Petunjuk pajak.go.id.
Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran
Didik Darmanto, “Belajar Menghitung PPh”,
dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21dan Pasal 26 Sehubungan Artikel dalam KLIK PAJAK.COM,
dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan tanggal 2 Januari 2006.
Orang Pribadi, diuraikan didalamnya Hertanto Widodo, “Zakat dan Pajak”, artikel
mengenai jenis-jenis penghasilan yang dalam Web Site MAJALAH ON LINE
dipotong PPh Pasal 21. “ZAKAT DAN WAKAF”, tanggal 9
Oktober 2006.
Makalah/Jurnal/Artikel Tugiman Binsarjono, “Daftar Harta : Diisi
Anonim, “Dapatkah Zakat Mengurangi PPh ?”,
Jujur Salah, Tidak Jujur Apalagi”,
artikel dalam Web Site Media Cetak
“Pikiran Rakyat”, tanggal 19 Oktober artikel dalam Majalah Tax Review,
2006. Volume I, No. 8/2004.

Anda mungkin juga menyukai