Anda di halaman 1dari 8

Pajak Menurut Islam

Disusun oleh :

Catharina Hubertina Belanesia Pisa


19312174

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS dan EKONOMIKA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak

B. Macam - Macam Pajak berserta Fungsinya

C. Kedudukan Pajak dalam Pandangan Islam

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pandangan Islam, pajak merupakan salah satu bentuk mu amalah dalam bidang
ekonomi. Jika sumber sumber utama pendapatan negara seperti zakat, infaq, sedekah, ghanimah
dan lain lain tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, maka penguasa dapat menetapkan
pajak sebagai pendapatan tambahan untuk mengisi kekosongan atau kekurangan khas negara.

Di dalam sejarah Islam, keuangan public berkembang sesuai dengan pengembangan


masyarakat muslim dan pembentukan negara Islam oleh Rasulullah SAW, kemudian diteruskan
oleh para sahabat. Walaupun, sebelumnya telah digariskan dalam Al-qur’an, dalam hal santunan
pada orang miskin.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai pajak dalam perspektif islam yang meliputi pengertian pajak, macam-macam pajak
dan fungsinya, serta kedudukan pajak dalam islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pajak?

2. Apa saja macam-macam pajak beserta fungsinya?

3. Bagaimana pandangan kedudukan pajak dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pajak.

2. Untuk mengetahui macam-macam pajak beserta fungsinya.

3. Untuk mengetahui kedudukan pajak dalam Islam


BAB II

A. Pengertian Pajak

Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa kata pajak berasal dari Bahasa Jawa yaitu
ajeg. Pada masa colonial Belanda, pemerintah menarik pajak tanah setiap tahunnya dengan
jumlah tetap (ajeg). Seiring berjalannya waktu, pengucapan kata ajeg berubah menjadi pajeg
yang kemudian diserap oleh Bahasa Indonesia menjadi kata pajak. Selain itu terdapat pendapat
lain yang mengatakan pajak berasal dari bahasa Belanda pacht, yang berarti sewa tanah yang
harus dibayar penduduk.

Pajak adalah produk politik, salah satu bentuk interaksi antara negara dengan warganya.
Menurut Syariah Islam, secara etimologi pajak berasal dari Bahasa Arab yaitu dengan istilah
dharibah, yang artinya mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau
membebankan. Secara tradisi maupun bahasa, dharibah dalam penggunaannya memang
mempunyai banyak arti, namun para ulama memakai dharibah untuk menyebut harta yang
dipungut sebagai kewajiban. Hal ini tampak jelas dalam ungkapan
bahwa jizyah dan kharaj dipungut secara dharibah, yakni secara wajib. Bahkan sebagian ulama
menyebut kharaj merupakan dharibah.

B. Macam - Macam Pajak berserta Fungsinya

a. Pajak Penghasilan 

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pungutan yang dikenakan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan
tersebut dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Subjek PPh sendiri terbagi menjadi dua yaitu wajib pajak dalam dan luar negeri. Menurut
ketentuan perpajakan di Indonesia, mereka adalah pihak yang membayar, memotong, dan
memungut pajak yang terutang atas objek pajak.

b. Pajak Pertambahan Nilai 

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pungutan yang dibebankan atas transaksi
jual beli barang dan jasa yang dilakukan wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dalam peredarannya, pajak ini dilakukan antara produsen
ke konsumen. PPN juga masuk dalam kategori jenis pajak tidak langsung.

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak penjualan yang dikenakan
atas transaksi barang mewah baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
d. Bea Meterai

Bea Meterai (BM) merupakan pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran dan surat berharga yang memuat nominal
uang di atas jumlah dan ketentuan tertentu.

Nilai dari Bea Meterai juga terbagi menjadi 2 yaitu Rp 3.000 dan Rp 6.000. Kedua nilai
tersebut digunakan tergantung dari kebutuhannya.

e. Pajak Bumi dan Bangunan 

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang dikenakan atas kepemilikan,
pemanfaatan dan/atau penguasaan atas tanah dan/bangunan. PBB terbagi atas 2 sektor yakni
PBB Sektor P2 (Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan yang diadministrasikan oleh
pemerintah kabupaten/kota) dan PBB Sektor  P3 (Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan,
Perhutanan, dan Perkebunan yang diadministrasikan langsung oleh pemerintah pusat melalui
Direktorat Jenderal Pajak).

Fungsi Pajak

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter). Pajak merupakan sumber pemasukan utama keuangan


negara yang dikumpulkannya dengan cara menerima dana atau uang dari para wajib pajak ke
kas negara. Uang atau dana tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan nasional atau
pengeluaran negara lainnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan
pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan
pendapatan negara.

2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi). Pajak juga menjadi alat untuk mengatur kebijakan sosial
dan ekonomi. Dalam arti dapat digunakan untuk mengatur laju inflasi, mendorong kegiatan
ekspor, memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi dalam negeri dan
menarik investasi yang membantu perekonomian.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi). Pajak berfungsi untuk menyesuaikan dan


menyeimbangkan pendapatan negara dengan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilitas. Pajak berfungsi menstabilkan perekonomian. Contohnya: mengatasi inflasi


dengan cara menetapkan pajak tinggi agar jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Begitu
pun ketika negara mengalami kelesuan ekonomi atau deflasi, maka pemerintah menurunkan
pajak sehingga jumlah uang yang beredar bisa bertambah dan deflasi pun dapat diatasi.
C. Kedudukan Pajak dalam Pandangan Islam

Mengenai hukum pajak dalam Islam, ada dua pandangan yang bisa muncul. Pandangan
pertama yakni menyetujui kebolehan dari adanya pajak sedangkan pandangan  kedua yakni yang
memandang bahwa penarikan pajak merupakan suatu tindakan kezhaliman dan hal tersebut
merupakan haram.

Jika kita lihat dari segi maslahat maka pajak ialah suatu hal yang diperbolehkan. Pendapat
ini diambil dengan asumsi bahwa pajak adalah ibadah tambahan setelah zakat. Pajak ini bahkan
bisa jadi menjadi wajib karena  sebagai bentuk ketaatan kepada waliyyul
amri dimana amri tersebut disini ialah pemerintah.

Islam tidak membenarkan berbagai pungutan yang tidak didasari oleh alasan yang
dibenarkan, diantaranya ialah pajak. Pajak atau yang dalam bahasa arab disebut dengan al muksu
adalah salah satu pungutan yang diharamkan, dan bahkan pelakunya diancam dengan siksa
neraka:

‫ وصححه األلباني‬، ‫ رواه أحمد والطبراني في الكبير من رواية رويفع بن ثابت رضي هللا عنه‬.‫ار‬ ِ ‫ب ال ُم ْك‬
ِ َّ‫س فِي الن‬ َ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya pemungut upeti akan masuk neraka.” (Riwayat Ahmad dan At Thobrany dalam
kitab Al Mu’jam Al Kabir dari riwayat sahabat Ruwaifi’ bin Tsabit radhiallahu ‘anhu, dan hadits
ini, oleh Al Albany dinyatakan sebagai hadits shahih.)

Dalam tata keuangan negara Islam, dikenal empat jenis pungutan:

1. Zakat Mal, dan Zakat Jiwa. Pungutan ini hanya diwajibkan atas umat Islam. Dan saya yakin
anda telah mengetahui perincian & penyalurannya dengan baik.

2. Al Jizyah (Upeti)/pungutan atas jiwa, dikenakan atas ahlul kitab yang berdomisili di negeri
Islam.

3. Al Kharaj (semacam pajak bumi), dikenakan atas ahlul kitab yang menggarap tanah/lahan
milik negara Islam. Hasil kedua pungutan dari ahlul kitab yang berdomisili di negeri Islam ini
digunakan untuk membiayai jalannya pemerintahan Islam.

4. Al ‘Usyur atau Nisful ‘Usyur, Al ‘Usyur (atau 1/10) adalah pungutan atas pedagang ahlul harb
(orang kafir yang berdomisili di negeri kafir dan tidak terjalin perjanjian damai dengan negara
Islam atau bahkan negara kafir yang memerangi negara Islam), dipungut dari mereka seper
sepuluh dari total perniagaannya di negeri Islam. Sedangkan Nisful ‘Usyur (1/20) adalah
pungutan atas para pedagang ahlul zimmah, orang kafir yang menghuni negeri Islam.
BAB III

A. Kesimpulan 

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang( yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak memiliki beberapa macam yang berbeda dilihat dari golongannya, sifatnya dan
lembaga pemungutnya. Serta memiliki fungsi sepeti budgetair dan regularent.

Mengenai Kedudukan Pajak dalam islam, sampai saat ini masih banyak yang berbeda
tanggapan di indonesia, tidak terkecuali dari kalangan ulama bahwa pajak dalam islam itu haram
hukumnya, dan ada juga yang mengatakan bahwa pajak dalam islam itu halal atau  sah-sah saja
asalkan tujuan dan fungsi dari pajak itu benar-benar difungsikan untuk hal yang baik dan
menguntungkan semua orang dengan tidak ada paksaan/perampasan secara paksa. Seharusnya,
Negara Islam membedakaan penduduknya berdasarkan agamanya, umat Islam dipungut zakat
jiwa dan zakat harta kekayaan, termasuk zakat perniagaan, sedangkan non muslim dipungut Al
Jizyah, Al Kharaj & Al ‘Usyur atau Nisful ‘Usyur.
DAFTAR PUSTAKA

Konsultasi Syariah.com.Hukum Pajak dan Bekerja di Pajak. https://konsultasisyariah.com/106-

hukum-pajak-dan-bekerja-di-pajak.html. Diakses pada tanggal 10 Januari 2021.

Maulida, Rani. 2018. Macam-Macam Pajak di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui.

https://www.online-pajak.com/macam-macam-pajak. Diakses pada tanggal 12 Januari 2021.

Nurmuhkur. 2017. Pajak dalam Pandangan Islam. https://nurmuhkur.wordpress.com

/2017/01/24/pajak-dalam-pandangan-islam/. Diakses pada tanggal 10 Januari 2021.

Rosidi, Ahmad Taufiq. 2018. Ada Pajak dalam Islam. Catatan untuk Ustadz Khalid Basalamah

dan Erwandi Tarmidzi (Bag-1). https://islami.co/pajak-dalam-islam-benarkah-tidak-ada-

catatan-untuk-ustadz-khalid-basalamah-dan-erwandi-tarmidzi-bag-1/. Diakses pada tanggal

11 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai