382 Didin Putra Mahardi, Pemikiran Ukonomi Sosialis Haji OemarSaid Cokroaminoto, Tesis pada Program
Megister Prodi Ekonomi Syariah Pascasarjana IAIN Ponorogo 2020, tidak
a. Moeslim Nationale Onderwijs (1917)
b. Islam dan Sosialisme (1924)
c. Memeriksai Alam Kebenaran (1928)
d. Tarich Agama Islam (1931)
e. Tafsir Program Asas dan Tandhim Partai Syarikat Islam Indonesia (1931)
£ Reglement Umum Bagi Umat Islam (1934)
Pemikiran EBIHOS Cokroaminoto
a. Sistem Ekonomi Islam
Cokroaminoto dikenal sebagai tokoh nasional yang beraliran sosialisme reigius
(Islam), Ada dua alasan mengapa Cokroaminoto meluncurkan gagasan sosialisme
berdasarkan Islam. Sosialisme Islam yang digagas oleh Cokroaminoto memiliki
dasar yang berbeda dengan sosialisme yang digagas oleh Karl Marx. Ajaran Marx
tentang materialisme historis yang menjadi dasar sosialisme ilmi- ahnya.
Dipakainya kata “Islam” dalam bangunan pemikirannya selain untuk tujuan
pragmatis-empiris, juga untuk memberi dimensi yang lebih mendalam kepada cita-
cita sosialisme religius, yaitu dikukuhkannya dasar moral cita-cita
kemasyarakatan.383
b. Kepemilikan
Mengenai kepemilikan, pandangan Cokroaminoto amat berbeda dengan
konsep kepemilikan sosialisme. Menurutnya, ada dua peraturan mengenai
kepemilikan harta benda dalam sosialisme, yaitu pertama, bahwa kepunyaan
(eigendom) atas alat-alat produksi hendaknya diserahkan ke dalam perikatan hidup
bersama (gemeenschap). Kedua, perikatan hidup bersama tersebut hendaknya
menetapkan apa dan bagaimanakah harus dikeluarkan atau dibagikan barang-
barang tersebut.
Cokroaminoto tidak setuju dengan konsep kepemilikan sosialisme di atas,
baginya sosialisme berdasar Islam tidak mengatur mengenai kepemilikan harta
benda individu. Yang diatur dalam Islam adalah perilaku cara mendapatkan harta
dan penggunaannya. Asas “sebesar-besarnya keselamatan bagi sebanyak-banyak-
nya orang” menjadi asas yang harus dipatuhi. Singkatnya, kepemilikan harta benda
merupakan hak masing-masing orang. Namun hal yang berbeda bila menyangkut
kepemilikan tanah. Bagi Cokroaminoto, keberadaan tanah menjadi pokok segala
hasil dan pokok semua pekerjaan industri besar. Oleh karena itu. kepemilikan tanah
harus dikuasai oleh negara. Hal ini menurutnya sesuai dengan dengan contoh yang
diberikan oleh Rasulullah ketika ia memegang kekuasaar
diterbitkan, hal. 81
383 Cahyono Bayu Aji, Pemikiran Ekonomi Islam Indonesia (Studi Pemikiran Cendekiawan Muslim Indonesia Era
Pra-Kemerdekaan-Orde Baru, Al-Muamalat Jurnal Hukum Ekonomi Syariah. Vol II, No. 02.
Tahun 2017, hal. 41-43
negara.
c. Riba
Mengenai riba, Cokroaminoto amat menentang riba. Riba yang dimaksud-
kan oleh Cokroaminoto tidak sebatas pada woeker saja, yaitu tingkat bunga yang
ringgi, namun riba dalam pengertian Cokroaminoto adalah memakan keuntun- gan
oranglain {meewaarde). Termasuk meewaarde di antaranya adalah memakan hasil
pekerj aan orang lain, tidak memberikan bagian keuntungan yang seharusnya
menjadi bagiannya orang yang turut bekerja dan semua pekerj aan yangserupa itu.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa Cokroaminoto menarik lebih jauh
larangan riba tidak hanya sebagai tambahan atas pinjaman (bunga), namun ia
melihat hakikat dari larangan riba yang berupa penghisapan terhadap orang lain
(zulm). Dalam menjelaskan mengenai riba, Cokroaminoto berupaya memad- ukan
konsep riba dalam Islam dengan konsep meewaarde Karl Marx untuk menentang
kapitalisme. Menurutnya, keuntungan meewaarde adalah dilarang sekeras-kerasnya
oleh agama Islam karena termasuk dalam perbuatan memakan riba.
Dari konsep meewaarde dan riba ini, Cokroaminoto berkesimpulan bahwa
agama Islam memerangi kapitalisme sampai kepada “benihnya”. Larangan riba ini
merupakan implementasi dari prinsip dasar atau asas persaudaraan. Berdasarkan
asas yang menyatakan segala makhluk Tuhan itu adalah saudara dan harus saling
tolong-menolong satu sama lain, maka Islam melarang dengan keras memakan riba
atau pemungutan rente (bunga) dalam bentuk apa pun juga.
Kapitalisme yang secara nyata-nyata menyebabkan kerusakan dunia dan
matinya sifat peri-kemanusiaan, timbulnya ialah dari benih pemaknaan “meewaarde”
atau riba. Dengan larangan ini, maka Islam mencegah munculnya kapitalisme,
memerangi kapitalisme mulai dari benihnya dan membinasakan kapitalisme sampai
pada akarnya.
d. Zakat
Mengenai zakat, Cokroaminoto menjelaskan zakat dan sedekah sebagai
implementasi dari asas persaudaraan dan kedermawanan. Menurutnya, perin- tah
tentang kedermawanan dalam aturan Islam memiliki dasar sosialistik, yaitu pertama,
membangun rasa rida mengorbankan diri dan rasa melebihkan keper- luan umum
dari pada keperluan diri sendiri. Kedua, membagi kekayaan sama rata di dalam dunia
Islam, lantaran menjadikan pemberian zakat sebagai salah satu rukun Islam. Ketiga,
menuntun perasaan orang, supaya tidak menganggap kemi- skinan itu satu
kehinaan, supaya orang anggap kemiskinan itu lebih baik daripada kejahatan.
Sebagian orang suci dalam Islam lebih memilih hidup miskin.
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN MOHAMMAD HATTA
Biografi Mohammad Hatta384
Moh Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 11 Agustus 1902 ini saisi satu
proklamator kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Hatta merupakan aal kedua dari
pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Kakeknya seorsag ulama besar dan
ternama di Sumatera Barat pada masa itu yang bernama Sytxr Abdurrachman atau
Syekh Batu Hampar. Selepas usia remaja, Hatta me:.: , galkan tanah Minang untuk
melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Dagang Prni Hendrik School, Batavia.
Ia lalu hijrah ke Belanda untuk bersekolah di Handels Hogeschool (seki-
rangnamanya Universitas Erasmus Rotterdam) pada September 1921. Hatta nr i di
negeri itu dengan menumpang kapal Tambora milik Rotterdamse Lloyd I negeri
Belanda pula ia mengenal dan sempat memimpin organisasi pergera_-_n- yang
memiliki cita-cita merdeka dari kolonialisme.
Karena aktivitas politiknya itu Hatta sempat mendekam di ruang tahanan.
Tak hanya fokus soal pergerakan, semasa di Eropa pula, Hatta memperdalirr ilmu
koperasi. Dia disebut mengunjungi sejumlah negara Skandinavia di antarr- nya
Denmark demi mencari tahu soal koperasi.
Di bawah pimpinan Hatta, Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda sudar
merumuskan lima prinsip ekonomi. Salah satu di antaranya, “Memajukan koperasi
pertanian dan bank-bank rakyat”. Pada Juli 1932, Hatta kembali ke Tanah Ai:
Semangatnya di bidang politik tak memudar bahkan makin berkobar.
Beberapa kali pemerintah kolonial Belanda menangkap lalu mengasingkar.
Hatta ke daerah-daerah terpencil. Perjuangan tanpa kenal lelah itu membuahkan
hasil. Bersama Sukarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945. Dia pun didapuk menjadi \Vakil Presiden Pertama Republik
Indonesia mendampingi Presiden Sukarno.
Meski aktif di politik, Hatta tak melupakan dunia ekonomi. Salah satunva
mendorong gerakan koperasi. Bahkan untuk jasanya itu, Hatta diberi gelar Bapak
Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung, Jawa Barat
tanggal 17 Juli 1953.
Berikut fakta soal biografi Mohammad Hatta secara singkat termasuk
kiprahnya membangun gerakan koperasi di Indonesia: a. Berkali-kali menjalani
masa pembuangan
Hatta pernah menjalani masa pembuangan di Tanah Merah Boven Digoe! di
pedalaman Papua, sebuah tempat pengasingan tahanan politik yang didirikar.
pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1927. Selama 10 bulan Hatta berada di
daratan yang dikepung rawa-rawa itu. Ia kemudian dibuang ke Pulau Banda
384 https://news.detik.com/berita/d-5090362/biografi-moh-hatta-yang-belajar-ilmu-
koperasi-sampai-ke-denmark, akses Selasa, 14 Juli 2021
Neira, Maluku pada 1936. Hatta meninggalkan Banda pada 1 Februari 1942. Setelah
Indonesia merdeka pun Hatta kembali mengalami masa pembuangan. Pasca agresi
militer Belanda II pada Desember 1948, Hatta dan sejumlah pemi- mpin republik
diasingkan ke Mentok, Pulau Bangka sampai Juli 1949.
b. Kaul Hatta tak menikah sebelum Indonesia merdeka
Meutia Farida Hatta dalam buku Seratus Tahun Bung Hatta menuliskan fokus
Hatta muda memang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan, dia sempat
bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Akhirnya usai
kemerdekaan, Hatta menjatuhkan pilihannya pada Rahmi, putri pasangan Abdul
Rachim dan Anni. Abdul Rachim juga merupakan kawan dekat Bung Kamo.
Sukarno juga yang mendatangi rumah keluarga Abdul Rachim dan mela- markan
Rahmi untuk Hatta. Pernikahan kemudian digelar pada 18 November 1945, di
sebuah villa di Megamendung, Bogor. Sebagai mas kawin, Hatta memberikan buku
yang ditulisnya saat dibuang di Digul pada 1934, “Alam Pikiran Yunani”, Pasangan
Mohammad Hatta dan Rahmi dikaruniai tiga orang anak perempuan. Meutia,
Gemala Ra’biah, dan Halida.
c. Naik haji dengan uanghasil menulis buku
Sekretaris pribadi Hatta, Iding Wangsa Wijaya menuliskan pengalamannya
mendampingi proklamator saat perjalanan menunaikan ibadah haji pada Juli 1952
dalam bukunya Mengenang Bung Hatta. Kala itu Bung Hatta mengajak
sekretarisnya, istrinya, Rahmi Hatta dan dua saudara perempuannya.Presiden
Sukarno sebenarnya menawarkan rombongan Hatta menggunakan pesawat terbang
dengan biaya yang ditanggung pemerintah. Hatta menolak tawaran itu. “Bung Hatta
menginginkan agar keberangkatannya menunaikan ibadah haji bukan dalam
kedudukannya sebagai wakil presiden, melainkan sebagai rakyat biasa,” kata
Wangsa.
Wangsa Wijaya menuturkan seluruh biaya berasal dari kantong pribadi Bung
Hatta. “Saya masih ingat benar, bahwa kami semua diberangkatkan Bung Hatta
dengan uang hasil honorarium buku yang terbit di Belanda,” ujar Wangsa. Buku itu
berjudul Verspeide Geschriften berisi kumpulan karangan Bung Hatta dalam bahasa
Belanda. Bung Hatta juga memperoleh honorarium penerbitan beberapa buku di
Indonesia. Honor yang terkumpul terbilang besar untuk untuk ukuran masa itu.
d. Belajar koperasi sampai ke Denmark
Saat menuntut ilmu di Belanda, Hatta sudah memiliki pemikiran bahwa
koperasi merupakan salah satu alat untuk membangun dan meningkatkan pere-
konomian rakyat Indonesia. Zulfikri Suleman dalam buku Demokrasi untuk
Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta menyebut untuk mematangkan konsep
koperasi Hatta bersama kawannya Samsi pada 1925 mengunjungi Denmark dan
negara Skandinavia mempelajari masalah perkoperasian.
e. Retaknya hubungan dengan Bung Karno
Hatta marah besar saat Sukarno memutuskan berpaling dari Fatmawati dan
menikahi Hartini pada Januari 1953. Dia tak dapat menerima Bung Karno
menduakan Fatmawati. Bertahun-tahun Hatta memilih menghindari pertemuan
dengan Hartini. Puncak perseteruan dua sahabat ini terjadi pada 1956, ketika
Sukarno mencanangkan Demokrasi Terpimpin dan ingin membubarkan semua
partai politik. Hatta mengecam konsep itu dengan menyebutnya bentuk kedik-
tatoran. Tanggal 20 Juli 1956, Hatta akhirnya mengirimkan surat ke DPR yang
berisi permintaan mundur dari jabatan wakil presiden.
f. Diberi gelar Bapak Koperasi Indonesia
Sebagai seorang ahli ekonomi, Hatta aktif memberi ceramah dan menulis
berbagai artikel bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga berperan mendorong
gerakan koperasi di Indonesia. Atas jasa-jasanya dan pemikirannya, saat Kongres
Koperasi Indonesia di Bandung, Jawa Barat tanggal 17 Juli 1953, Hatta diberi gelar
Bapak Koperasi Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung
Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi “Bintang Republik
Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana negara. Bung Hatta,
Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat
pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77
tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada 15 Maret 1980.385
Karya Mohammad Hatta
Mohammad Hatta adalah orang yang sangat produktif, aktif dan memiliki kecer-
dasan spiritual serta intelektual yang memadai. Dengan kecerdasannya, setiap
pemikirannya selalu ia bukukan. Sudah lebih dari 40 buah buku karangan Hatta
yang dibukukan. Buku yang ditulis dan pertama kali diterbitkan tahun 1926 semasa
di Den Haag Belanda Berjudul “Economische Werelbouw En Macthtstegen Stellingen”
dan karya lain yang terkenal adalah “ Portrait of a Patriot”, adapun karya-karya lain di
antaranya adalah
a. L’ Indonesie et Son Probleme de’t Independence (Indonesia dan Masalah
Kemerdekannya tahun 1928.
b. IndonesiaMerdeka (Indonesia Vrijs) tahun 1928.
386 Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hat! \uram Bangsa (Jakarta: Kompas, 2012), hal. 759-761
24) Kumpulan Pidato-Pidato Selama Berkunjung di RRC, Peking: Kedutaan Besar
Republik Indonesia. 1957.
25) Indonesia Between The Power Bloes, in Foreign Affairs, No. 3 April 1958.
26) 25 Tahun Koperasi, 1958.
27) Pendidikan Menengah Koperasi, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Koperasi, 1958.
28) DemokrasiKita, Jakarta: Panji Masyarakat, I960.
29) Ekonomi Ter pimp in, Jakarta: Fasco, 1960.
30) Colonialism and War Danger, Asian Survey, Nopember, 1961.
31) Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1963.
32) NuzululQur’an, Bandung: Angkasa, 1966.
33) Pancasila Jalan Lurus, Bandung: Angkasa 1966.
34) Peranan Pemuda Menuju Indonesia Merdeka, Bandung: Angkasa, 1966.
35) Teori Ekonomi, Politik Ekonomi dan Orde Ekonomi, Jakarta: Tintamas, 1967.
36) Pendidikan Nasional Indonesia, Bogor: Melati, 1968.
37) Sekitar Proklamasi 17Agustus 1945, Jakarta: Tintamas, 1969.
38) Perkembangan Koperasi di Indonesia, 1970-an.
39) Abadi Indonesia Raya, Jakarta: Kompas, Pedoman, 14 November 1970.
40) Sesudah 25 Tahun, Jakarta: Djambatan, 1970.
41) The Putera Reports: Problem in Indonesia Japanese Wartime Cooperation, terj.
William. H. Federick, Ithaca New York: Cornel Modern Indonesia Project,
1971.
42) Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, Jakarta: Kumpulan Karangan,
Koperasi Pegawai Negeri, 1971.
43) Ekonomi Berencana, Jakarta: Gunung Agung, 1971.
44) Mimpi dan Kenyataan, 10 Agustus 1972.
45) Merata, Jakarta: Yayasan Idayu, 1972.
46) ApaBenar? April 1972.
47) SoalHak Recall, Jakarta: Kompas, 8 Maret 1973.
48) Masihkah negara Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila, Jakarta: Kompas, 1
Maret 1973.
49) Participation in The Struggle For Indonesche Independence, Yogyakarta, 1974.
50) Prinsip Ekonomi dan UjungPandang. Hasanudin University Press, 1974.
51) Menuju negara Hukum, Jakarta: Yayasan Idayu, 1975.
52) Indonesia Merdeka, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
53) Bagaimana Caranya Membangun Koperasi Kembali, Jakarta: Pidato pada
Musyawarah Kerja Dewan Koperasi Indonesia di Istana negara, 8 Januari 1976.
54) Uraian Pancasila, Jakarta: Yayasan Idayu, 1975.
55) Pengertian Pancasila, Jakarta: Idayu Press, 1977.
56) Permulaan Pergerakan Nasional, Jakarta: Idayu Press, 1977.
57) BungHatta Menjawab, Jakarta: Gunung Agung, Peny. Zainul Yasni, 1978.
58) Memori, Jakarta: Tintamas, 1979.
59) Ekonomi Indonesia, dalam ISLD, 15 Juni 1979.
60) Ilmu danAgama, Jakarta: Yayasan Idayu, 1980.
61) Nama Indonesia (Penemuan Komunis), Jakarta: Yayasan Idayu, terj. Bagus Siagian,
1980.
62) Alam Pikiran Yunani 1941-1950, Jakarta: Tintamas, 3 Jilid, 1982.
Dari sekian karya Hatta, yang j adi momentum terpenting adalah pledoinya di
hadapan Pengadilan Den Haag negeri Belanda pada 9 Maret 1928. Dan di antara
salah satu sekian karya, merupakan cerminan sikap Hatta dalam memahami dan
melihat pertarungan ideologi kapitalisme dan sosialisme serta komunisme, yaitu
pada karya yang diberi judul “Indonesche Vrijs” (Indonesia Merdeka).
Pemikiran Mohammad Hatta
Pemikiran Mohammad Hatta tentang Ekonomi Islam di Indonesia tercermin dalam
kontribusi beliau dalam pembentukan Undang-Undang Dasar 1945 yang terkait
dengan model ekonomi yang akan dibangun di Indonesia, yaitu pada Pasal 33.
Bunyi pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut:
Ayat (1) berbunyi; Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.
Ayat (2), berbunyi: Cabang-cabangproduksi yangpenting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara,
Ayat (3) menyebutkan; Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemak- muran rakyat,
Ayat (4), berbunyi: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanju- tan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional, dan
Ayat (5); berbunyi: Ketentuan lebih lanjut mengenaipelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Ciri-ciri sistem ekonomi Indonesia menurut pasal 33 UUD 1945 sebagaimana
dapat disimpulkan dari penjelasan pasal 33 ayat 1, 2, 3, adalah sebagai berikut: 387
a. Koperasi merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang beroperasi dalam
wilayah cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
b. Alat-alat produksi yang sangat penting dan menguasai hajat hidup orang
387 Itang, Pemikiran Ekonomi Koperasi Mohammad Hatta; Kelevaminja dengan Etika Ekonomi Islam (Serang:
Laksita Indonesia, 2016), hal. 97
banyak dikuasai negara, peranan pemerintah dalam perekonomian lebih
menitikberatkan sebagai pengawas dan mengatur.
c. Penentuan harga lebih banyak diserahkan kepada mekanisme pasar.
d. Perekonomian didasari dengan jiwa gotong royong dan kekeluargaan. Keempat
ciri tersebut apabila dikaitkan dengan ajaran Islam maka akar.
menemukan relevansinya, penjelasannya adalah sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang- orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlv: mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa
Kami mengujinya; maka ia rnemint.: ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat.”
“Aku ini ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang mereka tidak
mengkhianati temannya. Apabila salah seorang telah berkhianat terhadap temannya aku
keluar dari antara mereka.” (HR Abu Daud, yang disahihkan oleh Al-Hakim, dari Abu
Hurairah.)
Koperasi yang diciptakan Mohammad Hatta merupakan bentuk syirkah baru
yang banyak sekali manfaatnya, di antaranya memberikan keuntungan kepada para
anggota, memberi lapangan pekerjaan kepada para karyawannnya, memberi
bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha koperasi untuk kepent- ingan sosial dan
hajat hidup orang banyak. Konsep semacam ini sesuai dengan ajaran Islam.
Mohammad Hatta tidaklah terlalu awam terhadap ajaran Islam, sebagaimana waktu
kecil telah dibina oleh pamannya, Syekh Arsyad pimpinan
Surau batu Hampar. Maka tidak berlebihan kalau pikiran-pikirannya diwarnai oleh
ajaran Islam. Seperti koperasi, para ulama menamakan sebagai syirkah baru yang
disebut dengan syirkah ta’awuniyah.388
b. Alat-alat produksi yang sangat penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai negara, peranan pemerintah dalam perekonomian lebih
menitikberatkan sebagai pengawas dan mengatur.
Alat-alat produksi yang sangat penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai negara, peranan pemerintah dalam perekonomian lebih meni- tik
beratkan sebagai pengawas dan pengatur. negara mempunyai peranan penting
untuk menguasai produksi-produksi yang dapat menyelamatkan hajat hidup orang
banyak. Sementara kegiatan ekonomi yang dilaksanakan swasta yang tidak punya
peranan penting bagi masyarakat, tugas pemerintah mengawasi, mendorong dan
membimbingnya. Konsep semacam ini sesuai dengan konsep ajaran sistem ekonomi
sosialis Barat. Aliran ini muncul untuk memperbaiki sistem kapitalis yang
membawa dampak buruk bagi perekonomian rakyat, yaitu kurang menghargai
tenaga kerja sehingga menumpuknya kekayaan tanpa kerja, pendapatan tidak
merata, monopoli, tidak ada keseimbangan dan lain-lain. Gerakan sosialisme
mempunyai pengaruh yang cukup menggetarkan sendi- sendi kapitalisme. Kaum
sosialis memperkenalkan suatu sistem perekonomian yang lebih menitik beratkan
kepada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat bersama. Gerakan ini berhasil
dilaksanakan di Barat, karena keberhasilannya maka Mohammad Hatta mempunyai
ide untuk menerapkannya di Indonesia.389
“Apa saja harta rampasan (faijyang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda)
yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,
anak-anakyatim, orang-orangmiskin dan orang-orang
388 Ibid., hal. 100
389 Ibid., hal. 102
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-.-z'^r kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimala t Dan apayangdilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepajk Allah. Sesungguhnya Allah amatkeras
hukumannya.”
Dalam pandangan Islam pasar adalah suatu tempat yang signifikan di dalam
proses bermuamalah. Implementasinya bahwa ketentuan harga lebih banyak
diserahkan pada mekanisme pasar. Sebab ketentuan harga itu hasil kesepakatar.
antara kedua belah pihak antara penjual dan pembeli dengan memperhatikan etika.
Masing-masing mengetahui kebutuhan dan fasilitas barang {supply and demand)
hingga tercipta rida sama rida. Firman Allah dalam QS Al-Nisa’: 29
390 Ibid.. 105-108
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”
Ayat ini mengajarkan bahwa perdagangan yang dilakukan suka sama suka
termasuk cara perolehan harta yang sah. Islam memberikan i’tibar kepada para
pedagang agar pedagang kota tidak diperbolehkan mencegat para penghasil dari
desa di pinggiran kota, dengan tujuan membeli barang dengan harga murah dan
menjualnya di kota dengan harga yang lebih mahal. Tindakan semacam ini
merupakan eksploitasi, para pedagang kota hendaknya membiarkan para penghasil
desa mengetahui harga pasar dan dapat menghubungkan langsung dengan para
konsumennya. Sebagaimana hadis:
“Dari Ibn Abbas r.a., dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kalian cegat
kajilah dagang (sebelum mereka sampai di pasar) dan janganlah orang kota menjualkan untuk
orang desa. Dia (Thawus) berkata: Aku bertanya kepada Ibn Abbas: Apa arti sabda beliau
janganlah orang kota menjualkan untuk orang desa? Dia menjawab: Janganlah
seseorangmenjadiperantara baginya.” d. Perekonomian didasari dengan jiwa gotong royong
dan kekeluargaan.
392 Aan Nur Hasim Ashari, Pemikiran Mohammad Hatta Tentang Ekonomi Kerakyatan Perstenjf Ekonomi Islam
Mohammad Abdul Mannan, Skripsi Jurusan Ekonomi Syariah Fakulaas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo 2020, Ticaa Diterbitkan.hal. 33
Oleh karena itu, di dalam diri masing-masing pelaku ekonomi yang ada, baik
berupa perusahaan negara, koperasi dan perusahaan swasta, harus ada semangat
kebersamaan dan kekeluargaan serta kerja sama tanpa itu maka tujuan dan cita- cita
pembangunan tidak akan dapat tercapai.
Syafruddin adalah orang yang ditugaskan oleh Soekarno dan Hatta untuk
membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI), ketika Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta ditangkap pada Agresi Militer II, kemudian diasingkan
oleh Belanda ke Pulau Bangka, 1948. Syafruddin menjadi Ketua Pemerintah
Darurat RI pada 1948. Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda
e. Dan lain-lain.
394 Noer Deliar, A.dministrasi Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali, 1983), hal. 109-110
Pemikiran EBI Syafruddin Prawiranegara
menerima perbedaan kelas, namun di sisi yang lain juga menganjurkan untuk
berbagi melalui zakat.
Zakat bagi Syafruddin Prawiranegara merupakan perintah bagi kaum
hartawan untuk meringankan beban kaum miskin dan tertindas. Pembayaran zakat
merupakan perbuatan ihsan dari yang kuat ekonominya untuk kepentin- gan
kepentingan yang lemah ekonominya guna memperkuat dan memperbaiki syarat-
syarat hidup yang lemah itu.402
Persoalan mengenai zakat yang perlu diangkat saat ini adalah aturan zakat
yang muncul pada abad 7 Masehi belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat
mutakhir saat ini. Menurut Syafruddin Prawiranegara, peraturan zakat yang seperti
itu hanya cocok untuk masyarakat yang sederhana, jumlah penduduknya tidak
terlalu banyak, lapangan usahanya terutama dari pertanian dan peternakan. Selain
itu belum mengenai uang kertas, hanya sedikit uang perak dan emas. 403 Untuk itulah
perlu dibuka penafsiran baru mengenai zakat terkait dengan kondisi masyarakat
modern dewasa ini, di mana kondisinya berbeda dengan masyarakat yang hidup
pada abad ke-7 Masehi.
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN AM SAEFUDDIN
Biografi AM Saefuddin
Ahmad Muflih Saifuddin atau masyhur dikenal dengan AM Saefuddin, lahir di desa
Kudukeras, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon pada 8 Agustus 1940. 404
Setelah melalui pendidikan Madrasah Diniyah dan pendidikan umum, ia
memperoleh kesarjanaan Sosial Ekonomi IPB tahun 1966 dan Doktor Ekonomi
Pertanian Universitas Justus Liebig, Jerman Barat, tahun 1973. Sejak mudanya ia
aktif dalam kepengurusan PII dan HMI serta organisasi kemasyarakatan lainnya. Ia
mendirikan dan membina berbagai lembaga swadaya masyarakat antara lain
Lembaga Studi Agama & Filsafat, Pusat Pengembangan Agribisnis, Lembaga
Pengembangan Usaha Kecil, Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita, Yayasan
Rahmi, Yayasan Muslimin Indonesia, Yayasan Rumah Sakit Islam, dan lain-lain.
12) IDI-Antropologi
405 AM. Saifuddin, Desekularisasi Pemikiran lumdasan Islamisasi (Bandung: Mizan, 1990), hal. 5
406 Ibid, hal. 189
407 AM. Saifuddin, IjtihadPolitik Cendekiawan Muslim (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),
hal. 189
408 IDI-Manajemen
409 Ada Hari Esok untuk Indonesia Emas, Fenomena Kemasyarakatan
Pemikiran EBI AM Saefuddin
Beberapa pokok pikiran AM Saefuddin mengenai ekonomi Islam adalah
1. Sistem Ekonomi Islam
Menurut AM Saefuddin, sistem ekonomi tertentu, dalam hal ini adalah sistem
ekonomi Islam, haruslah tersusun dari seperangkat nilai-nilai yang dapat
membangun kerangka organisasi kegiatan ekonomi menurut kerangka referen-
sinya. Perangkat nilai-nilai ini di satu pihak akan berdasarkan pandangan filsa- fat
tentang kegiatan ekonomi, dan di pihak lain interaksi nilai-nilai ini akan
membentuk perangkat nilai dasar dan nilai instrumental bagi kegiatan ekonomi
yang dikehendaki oleh sistem.408
2. Konsep Kepemilikan
AM Saefuddin merumuskan beberapa ketentuan dalam hal kepemilikan
sebagai nilai dasar dalam konsepsi ekonomi Islam. Nilai dasar kepemilikan memiliki
beberapa ketentuan, yaitu pertama, kepemilikan terletak pada memiliki
kemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak sumber-sumber ekonomi.
Seorang Muslim yang tidak memproduksi manfaat dari sumber-sumber yang
diamanatkan Allah akan kehilangan hak atas sumber-sumber tersebut. Kedua,
kepemilikan terbatas pada sepanjang umurnya selama hidup di dunia, dan bila
orang itu mati, harus didistribusikan kepada ahli warisnya menurut ketentuan
Islam. Ketiga, kepemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-sumber
yang menyangkut kepentingan umum. Sumber-sumber ini menjadi milik umum
atau negara. Yang termasuk sumber-sumber milik umum ini adalah sumber air
minum, hutan, laut dan isinya, udara dan luar angkasa. 409
3. Riba dan Bunga Bank
Mengenai persoalan riba dan bunga, AM Saefuddin memandang bunga adalah
termasuk sebagai riba. Sistem ekonomi ribawi, menurutnya hanya akan menuntun
manusia pada kerusakan dan krisis ekonomi. Sistem ekonomi ribawi adalah bencana
bagi manusia, yang tidak saja merusak iman dan akhlak, tetapi juga merusak
kehidupan ekonomi dan sosial dalam masyarakat yang ditimbulkan oleh sifat loba,
tamak, egois, curang dan spekulatif.
AM Saefuddin meyakini bahwa Islam tidak akan tegak bersama tegaknya
sistem ekonomi ribawi di mana pun. Islam sebagai suatu sistem yang lengkap, maka
ketika mengharamkan praktik riba, Islam akan menegakkan seluruh sistem- nya
tanpa mengganggu pertumbuhan ekonomi, sosial dan kemanusiaan tanpa kecuali.
Dalam perbankan misalnya, penghapusan segala bentuk riba dilakukan
408 AM Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hal.
58
409 Ibid., hal. 81-82
bukan dengan cara menutup bank yang ada, melainkan membersihkan bank- bank
tersebut dari praktik riba.410 4. Zakat
Tentang zakat, menurut AM Saefuddin, zakat merupakan nilai instrumental
ekonomi Islam. Zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi
pendapatan dan kekayaan serta berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumsi.
Lebih lanjut, AM Saefuddin melihat zakat yang dikelola oleh negara akan
mendorong terjadinya peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan
pemerataan pendapatan.411 Ini meyakini bahwa negara bisa mengambil manfaat
besar untuk kepentingan pembangunan dalam spektrum yang lebih luas karena
akumulasi hasil zakat. Zakat dapat menjadi instrumen yang sangat solutif dan
sustainable di tengah masalah kemiskinan umat.
Dengan berdasar pada sejumlah keunggulan zakat tersebut, AM Saefuddin
berpandangan bahwa sudah selayaknya zakat digunakan sebagai instrumen dalam
pembangunan ekonomi, terutama di daerah-daerah yang telah memiliki sistem
penerapan zakat secara luas. Untuk mewujudkan dan membangun sistem yang
mampu mendukung pembangunan kemandirian ekonomi dengan zakat, AM
Saefuddin mengajukan tiga langkah strategi, yaitu
a. Free financing access, yaitu akses pendanaan secara luas dan tanpa jaminan
bagi mereka yang tidak mampu. Tujuannya adalah menciptakan
entrepreneurship, bukan sekadar ketersediaan lapangan pekerjaan. Targetnya
bukan sekadar menaikkan status kaum fakir menjadi muzaki, namun idealnya
harus lebih jauh dari itu, yaitu benar-benar berdaya secara ekonomi.
b. Pengelolaan zakat perlu menerapkan prinsip profit and loss sharing (PLS).
Seluruh pembiayaan yang diberikan dalam strategi pertama mutlak dilakukan
dengan prinsip PLS yang menjamin keadilan dalam berbagi risiko maupun
keuntungan. Sistem dengan prinsip PLS juga mengedepankan antara sektor
moneter dan sektor riil. Berbeda dengan sistem bunga yang dapat
menggandakan uang secara semu, sistem PLS menjamin sinerginya pergerakan
uang dengan pembangunan ekonomi secara nyata. Hal ini menjamin bahwa
penerapan prinsip PLS secara menyeluruh dalam perekonomian akan
memberikan kontribusi derivatif berupa penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan pendapatan masyarakat.
c. Mengoptimalkan zakat dan menjadikan sebagai investment safety net. Kerja
sama antara Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) amat diperlukan. LAZ dapat menjadi penjamin dana bagi LKS yang akan
disalurkan sebagai zakat produktif. LAZ akan menjamin
investasi.
Kalau dicermati lebih dalam, sampai saat ini kita tidak mendapatkan
pemikiran Muhammad Syafi’i Antonio yang bersifat baru dan berbeda dengan
pendapat terdahulu sehingga pemikirannya lebih pada melakukan reaktualisasi
fikih muamalah tentang sistem ekonomi Islam maupun sub sistem lembaga finan-
sial lainnya dalam konteks keindonesiaan.
a. Perbankan Syariah dan Polittical Will
Menurut Syafi’i Antonio, perbankan Islam hanyalah sub-unit dari unit
finansial, demikian juga unit finansial merupakan bagian dari sub-sistem ekonomi,
sedangkan sub-sistem ekonomi merupakan bagian integral dari sistem Islam yang
mahaluas. Pembangunan sub-unit perbankan tidak akan berjalan dengan baik
seandainya tidak didukung oleh unit-unit dan sub-sub sistem lainnya, seperti sub-
sistem pendidikan (tarbiyah) dan sub-sistem politik. Karena izin bank syariah tidak
akan keluar tanpa political will yang afirmatif, demikian juga bank syariah akan
kehilangan nasabah bila umatnya tidak ditarbiyah untuk bermuamalah secara
Islami.416
Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua
gerakan renaissance Islam modern: neo-revivalis dan modernis. Tujuan utama
pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya
kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya
berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah.417
414 Ahmad Dwi Haryoso, Studi Pemikiran Syafi’i Antonin Tentang Murabahah Perspektif Hukum Islam
(Semarang: IAIN Walisongo, 2005), hal. 46-47
415 Ibid., hal. 76
416 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2011),
hal. ix
417 Ibid., hal. 18
33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syari-
ah.418 “Lambatnya pergerakan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dise-
babkan adanya dualisme antara kaum ulama dan para ekonom yang sibuk pada
bidangnya masing-masing. Ulama hanya bergaul pada masalah akidah, ibadah,
munakahat, dan jinayah. Pengetahuan mengenai mualamah dan transaksi bisnis
sangat minim. Sementara para ekonom, ahli di bidang fiskal, moneter, dan masalah
finansial lainnya, namun minim mempelajari syariah,” papar Syafi’i.
418 Seminar “Kekonstruksi Pemikirtm Ekonomi Syariah dan ImplementasinycT Di Bale Rumawa
Universitas Padjadjaran, Bandung (Rabu 18/02/2009)
419 Ibid.
values best business. Seperti yang sering disebut-sebut, Good Governance, sesung-
guhnya itu adalah bagian dari manajemen yang berbasis Syariah.
c. Konsep Murabahah
Dalam kamus ekonomi Islam, istilah murabahah merujuk pada jual beli barang
pada harga asal (harga pokok) dengan tambahan keuntungan yang telah
disepakati.420 Sedangkan Muhammad Syafi’i Antonio mengartikan murabahah
sebagai pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan mura-
bahah adalah pembiayaan yangdiberikan kepada nasabah dalam rangka pemenu-
han kebutuhan produksi (inventory). Pembiayaan murabahah mirip dengan kredit
modal kerja yang biasanya diberikan oleh bank-bank konvensional, karena
pembiayaan murabahah berjangka waktu di bawah 1 tahun. 421 Murabahah sebagai
jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.422
420 Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam (Jakarta: Elexmedia Komputindo, 2009), hal. 61
421 Muhammad Syafi’i Antonio dan Karnaen Perwataatmaja, Apa dan Bagaimana Bank Sjariah
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hal. 25
422 Bandingkan Dengan Konsep Murabahah Versi Adiwarman Azwar Karim. Lihat.
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali Press,
2006), hal 113-119
ekonomi modern sehingga relevan sekali jika diterapkan seperti ilmu ekonomi
konvensional.
Pada 1992 Adiwarman masuk menjadi salah satu pegawai di Bank Mu’amalat
Indonesia (BMI), setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karier
Adiwarman di Bank ini awalnya sebagai staf Litbang, 6 tahun berikutnya dipercaya
memimpin BMI cabang Jawa barat. Jabatan prestisius yang pernah ia duduki adalah
sebagai Wakil Direktur. Namun dalam pada perkembangan berikutnya Adiwarman
memilih keluar dari BMI, dengan maksud untuk lebih dapat berpartisipasi dalam
pengembangan bank syariah secara lebih luas. Pasca keluar dari BMI, Adiwarman
mendirikan perusahaan konsultan yaitu “Karim Business Consulting”.
Di luar karya yang disebutkan di atas, Adiwarman telah menulis lebih dari 50
artikel tentang ekonomi Islam dalam berbagai forum nasional dan internasi- onal.
Pemikiran EBI Adiwarman Azwar Karim
Menurut Adiwarman, Ekonomi Islam bukan merupakan kawasan ilmu yang berdiri
berada di titik tengah untuk mengakomodasi Kapitalisme dan Sosialisme. Ekonomi
Islam mempunyai karakteristiknya sendiri, hatta pada sisi kesamaan tertentu dalam
mekanismenya dengan ekonomi konvensional. Membicarakan ekonomi Islam
seperti dalam berbagai buku-buku dan tulisan Adiwarman karim ternyata bukan
hanya soal Bank syariah tetapi mencakup ekonomi makro, ekonomi mikro,
kebijakan fiskal hingga konsep pembangunan. Dalam pandangan 423
https://id.wikipedia.org/wild/Adiwarman_Karim . Diakses padajum’at 16 Juli 2021
penulis, pemikiran Adiwarman ten tang ekonomi Islam jauh lebih komprehensif
daripada Syafi’i Antonio. Berikut ini pokok-pokok sumbangsih dan pemikiran
Adiwarman karim dalam Ekonomi Islam.
a. Tentang bank syariah
Meskipun kosa kata fikih Islam tidak mengenal kata “Bank”, tetapi sesung-
guhnya bukti-bukti sejarah menyatakan bahwa fungsi-fungsi perbankan modern
telah dipraktikkan oleh umat Islam, bahkan sejak zaman Nabi Muhammad. Praktik-
praktik fungsi perbankan ini tentunya berkembang secara berang- sur-angsur dan
mengalami kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik
turunnya peradaban umat Muslim. Dengan demikian, masih menurut Adiwarman
dapat dikatakan bahwa konsep bank bukanlah suatu konsep yang asing bagi umat
Muslim, sehingga proses ijtihad untuk merumuskan konsep bank modern yang
sesuai dengan bank syariah tidak perlu dimulai dari nol.424
424 Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali Press,
2006), hal 27
425 Ibid.
dengan sektor keuangan. Dalam sistem ekonomi kapitalis faktor ini sering kali
menjadi masalah. Dikatakannya, dalam sistem ekonomi kapitalis, pada titik tertentu
ketidakseimbangan antara sektor riil dan sektor keuangan mengakibat- kan ‘bubble
economy’ yakni keadaan ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneter
namun tak diimbangi sektor riil. “Kondisi seperti ini tidak akan terjadi dalam sistem
ekonomi syariah,” katanya. Pilar ketiga yaitu prinsip proses transaksi jual-beli yang
adil, tidak menguntungkan satu pihak merugikan pihak yang lain. Berbeda dengan
sistem ekonomi kapitalis yang lebih mengedepankan prinsip perdagangan bebas
yang memungkinkan terjadinya ketidakadilan.
c. Ekonomi mikro islami
Ekonomi dalam kajian keilmuan dapat dikelompokkan ke dalam ekonomi
mikro dan makro. Ekonomi mikro menurut Adiwarman mempelajari bagaimana
perilaku tiap-tiap individu dalam setiap unit ekonomi, yang dapat berperan sebagai
konsumen, pekerja, investor, pemilik tanah atau resources lain. Ekonomi mikro
menjelaskan how and why sebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit
ekonomi.
426 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal 5-6
427 Ibid., hal 34
428 Bandingkan Dengan Buku Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, jejak Kekam
Ekonomi Islami: Kefleksi Peristiwa dan Pemikiran Ahli Sepanjang Sejarah Kekhalifahan (Jakarta: Cicero
Publishing, 2008)
429 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Depok: Rajagrafindo Persada,
2001), hal Vii-Viii
Konsep ekonomi para cendekiawan muslim di masa lalu itu berakar pada
hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis disertai analisis yang
menarik. Menampilkan pemikiran ekonomi para cendekiawan muslim bagi
Adiwarman akan memberi 2 kontribusi positif bagi umat:
1) Membantu menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomikontemporer
2) Memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik mengenai perj alanan pemikiran ekonomi Islam selama ini. 430
Menurut Dawam Rahardj o dalam kata pengantar bagi bukunya Adiwarman,
dengan membaca sejarah kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perkembangan
Islam pada masa awalnya menuju kejayaannya, ternyata bukan hanya berupa
perkembangan politik dan militer saja, melainkan perkembangan ekonomi juga
memainkan peranan yang penting dalam menopang peradaban. 431 Tidak lupa juga
Dawam mengingatkan kepada ekonom muslim bahwa sumber teori ekonomi Islam
adalah syariah. Karena itu dalam upaya menyusun pemikiran ekonomi, para sarjana
ekonomi muslim modern, hendaknya berusaha menggali dari Kitab kuning
(turats).432
Terakhir, dari buku inilah kita bisa memahami pendekatan seperti apa yang
digunakan oleh Adiwarman karim. Pendekatan sejarah sangat kental dalam berb-
agai tulisan Adiwarman. Dalam setiap tulisannya terutama buku, Adiwarman selalu
berupaya menjelaskan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada
sejarah Islam klasik, terutama pada masa Rasulullah. Di samping itu ia juga
mengelaborasi pemikiran-pemikiran ulama klasik dan mencoba merefleksikan- nya
dalam konteks kekinian, tentu saja menurut perspektif ekonomi. Selain pendekatan
sejarah, Adiwarman juga menggunakan pendekatan fikih. Dalam pandangannya,
fikih tidak hanya berbicara pada aspek ubudiyah semata tetapi juga aspek muamalat.
Di bidang mumalah ia berpegang pada kaidah fikih:
“Pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh dilakukan sampai ada dalil (Al-
Qur’an dan hadis)yangmengharamkannya.”
430 Ibid.
431 Dawam Rahardjo, “Sejarah Ekonomi Islarri’ dalam Buku Adiwarman Azwar Karim, Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam (Depok: Rajagrafindo Persada, 2001), hal. xv
432 I hid., hal. xiii
433 Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, hal. 9
Penulis juga menangkap kesan kuat bahwa di berbagai buku-bukunya,
Adiwarman menghindari melakukan islamisasi ekonomi dengan cara mengam- bil
teori-teori ekonomi Barat lalu dicari ayat Al-Qur’an dan hadisnya. Hal ini
ditegaskan oleh Adiwarman sendiri ketika diwawancarai oleh wartawan majalah
Hidayatullah: “Soal pendekatan saya terpengaruh oleh pendekatan interplyty.
Pendekatan ini melarangkita melakukan Islamisasi ekonomi dengan caramengam-
bil ekonomi Barat lalu dicari ayat Al-Qur’an dan hadisnya. Ini tidak benar, karena
itu memaksakan Al-Qur’an dan hadis cocok dengan pikiran manusia. Ekonomi
Islam bukan ekonomi konvensional lalu ditempeli Al-Qur’an dan hadis.”
e. Gadai emas syariah
Adiwarman mengkritik fenomena lonjakan kegiatan gadai emas syariah akhir-
akhir ini di industri perbankan syariah di tanah air. Menurut Adiwarman,
modifikasi top up ini pertama kali diperkenalkan ilmunya oleh BRI Syariah. Setelah
ini berkembang luas, barulah kemudian BI melihat pertumbuhan dari gadai emas di
bank syariah ini luar biasa cepatnya.
Produk gadai emas syariah ketika diluncurkan sekitar tahun 2007, relatif tidak
ada masalah. Masalah baru muncul ketika nasabah melakukan modifikasi yang
namanya top up, atau gadai ulang. Saat sudah jatuh tempo, nasabah tidak membayar
uangnya, tapi dia melakukan gadai ulang. Jadi emasnya tidak jadi dite- bus. Sekali
menaruh emas misalnya 100 gram, sehabis itu setiap empat bulan sekali dia dapat
uang karena melakukan gadai ulang. Artinya bisa mendapat pinjaman terus
menerus dengan hanya menaruh 100 gram emas. Kondisi inilah yang lama
kelamaan membuat arah dan tujuan awal dari kegiatan gadai syariah melenceng
dari ruh fatwa no. 25 dan no. 25 DSN MUI. Untuk mencegah layanan gadai emas
syariah menjadi jauh dari ruh fatwanya, pakar ekonomi Islam satu member- ikan
solusi yaitu, pembatasan frekuensi gadai ulang maksimum 3 kali.