1
Al-Qur’an
2
Al-Qur’an
3
Murtadho Ridwan, Zakat vs Pajak: Studi Perbandingan di Beberapa Negara Muslim,
Ziswaf, 1 (Juni:2014) hlm.128
Dasar kewajiban membayar pajak (dharibah) terdapat pada QS At-Taubah
ayat 29, yang artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah
dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang
benar (Agama Allah), yaitu orang-orang yang diberi al- Kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar ‘Jizyah’ dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan
tunduk.” (QS. At-Taubah: 29)4
Menurut pendapat ulama pembebanan pajak tidak dapat dilakukan
sembarangan dan sekehendak hati penguasa. Pajak yang diakui dalam sejarah
fiqh Islam dan sistem yang dibenarkan harus memenuhi beberapa syarat, di
antaranya adalah:5
a. Harta itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber lain. Maksudnya, pajak
boleh dipungut apabila negara memang benar-benar membutuhkan dana,
sedangkan sumber lain tidak diperoleh. Pendapat ini dikemukakan oleh Yusuf
Qardhawi dan didukung oleh beberapa ulama dan mereka mensyaratkan bahwa
pajak boleh dipungut jika benar-benar kas Negara kosong.
b. Pajak dipungut secara adil. Maksudnya, jika pajak itu benar-benar dibutuhkan
dan tidak ada sumber lain, maka pengutipan harus adil dan tidak memberatkan.
Jangan sampai menimbulkan keluhan masyrakat. Keadilan dalam pemungutan
pajak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sosial dan kebutuhan yang
diperlukan rakyat dan pembangunan.
c. Pajak hendaknya dipergunakan untuk membiayai kepentingan umat, bukan
untuk maksiat dan hawa nafsu.
d. Persetujuan para ahli yang berakhlak. Maksudnya pemerintah tidak boleh
bertindak sendiri untuk mewajibkan dan menentukan besaran pajak, kecuali
setelah bermusyawarah dan mendapat persetujuan dari para ahli.
Hukum membayar zakat menurut para ulama adalah wajib dan barang
siapa mengingkari kewajiban zakat, berarti telah keluar dari Islam. Meskipun
zakat dan pajak sama-sama merupakan kewajiban dalam bidang harta, tetapi
4
Al-Qur’an
5
Murtadho Ridwan, Zakat vs Pajak: Studi Perbandingan di Beberapa Negara Muslim,
Ziswaf, 1 (Juni:2014) hlm.129
keduanya mempunyai falsafah yang khusus, dan keduanya berbeda sifat dan
asasnya, berbeda sumbernya, sasaran, bagian serta kadarnya, disamping berbeda
pula mengenai prinsip, tujuan dan jaminannya. Sesungguhnya ummat Islam dapat
melihat bahwa zakat tetap menduduki peringkat tertinggi dibandingkan dengan
hasil pemikiran keuangan dan perpajakan zaman modern, baik dari sisi prinsip
maupun hukum-hukumnya.6
9
Muhammad Turmudi, Pajak dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Al-‘Adl, 1,
(Januari:2015), hlm. 140
Baik dan buruknya sistem perpajakan tergantung akibatnya pada masyarakat.
Sistem perpajakan terbaik adalah sistem yang menjamin keuntungan sosial
terbanyak dimana sistem kesejahteraan ekonomi suatu masyarakat dapat
ditingkatkan, yakni dengan cara perbaikan dalam hal produksi serta distribusi
yang dihasilkan. Zakat dapat memperbaiki pola konsumsi, produksi dan distribusi
dalam masyarakat Islam, karena zakat adalah musuh bagi penimbun dan
penguasaan serta pemilikan sumber daya produksi oleh orang-orang tertentu
saja.10
10
Muhammad Turmudi, Pajak dalam... hlm.140-141