Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Zakat ialah pilar islam yang memiliki fungsi ibadah dan sosial.

Keadaan mulai berubah sejak revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi

sekitar tiga abad yang lalu sehingga penelaahan ulang terhadap ajaran

agama semakin terbuka. Ini adalah secercah harapan yang telah lama

dinantikan. Sayangnya, perkembangan ilmu teknologi tidak hanya

berdampak positif, tapi dibarengi oleh ketimpangan sosial ekonomi

sehingga memunculkan persoalan baru yang tak kalah rumitnya seperti

kemiskinan dan ketidakadilan. Islam sudah sepantasnya menunjukkan

peran vitalnya yang sering diklaim sebagai ajaran paripurna. Di sinilah,

zakat akan menunjukkan kekuatannya untuk menyelesaikan persoalan

ketimpangan sosial-ekonomi .

Jika dilihat dari segi jumlah penduduknya, maka Indonesia

menempati posisi pertama dengan jumlah penduduk yang beragama islam

terbesar di dunia. Potensi zakat sangat besar di negri ini. Tetapi, hanya

sedikit yang menyadari bahwa membayar zakat itu wajib hukumnya bila

harta kita sudah mencapai nisab dan haul. Dan sekali lagi, zakat selalu

disandingkan dengan sholat di dalam Al-Qur’an.

Zakat yang merupakan pembersih harta bagi orang

kaya ini perlu mendapat perhatian yang lebih fokus dari pemerintah.

1
2

Bayangkan jika semua rakyat yang mampu di Indonesia membayar zakat

2,5% sesuai dengan kadarnya, maka akan lebih mudah dalam membangun

sarana dan prasarana untuk masyarakat seperti yang telah terjadi di Dubai

saat ini. Pengelolaan zakat di Dubai wajib menjadi contoh bagi pemerintah

Indonesia. Konsep kaya zaman dulu dan sekarang juga perlu mendapat

perhatian. Jika orang kaya pada masa lalu adalah orang yang memiliki sapi

lebih dari 30 ekor atau orang yang sawahnya luas hingga hasil panennya

telah mencapai 5 wasaq (sekitar 653kg), saat ini orang kaya adalah orang

yang memiliki mobil mewah, villa dan saham di perusahaan. Padahal

mobil, villa dan saham bukan bagian dari harta wajib zakat menurut

pengertian klasik. Dengan demikian dalam bagian tulisan ini tidak

dimaksudkan untuk merubah hukum zakat dari wajib menjadi sunah atau

zakat fitrah bisa dilakukan kapan saja, namun lebih kepada wilayah ijtihadi

zakat yang bisa dikembangkan sesuai dengan irama perjalanan waktu.

Defenisi pengelolaan zakat menurut UU No.23 Thn 2011 tentang

pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat.7 Disebutkan juga dalam UU tersebut dalam pasal 5

bahwa untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk

BAZNAS.

Dan salah satu yang bentuk oleh Walikota Binjai untuk mengelola

zakat di Binjai BAZNAS Kota Binjai. Sebuah kota kecil di Sumatra Utara.

Badan amil zakat ini baru diaktifkan kembali pada tanggal 08 Desember
3

2011 oleh Walikota Binjai beralamat di Jl Jambi No. 1 Kota Binjai. 8

Tugas pokok lembaga ini adalah memungut zakat, sedekah dan infak dari

PNS dan masyarakat yang beragama islam di Kota Binjai. Data

pengelolaan zakat di Bazda Kota Binjai adalah sebagai sebagai berikut

(Badan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional Kota Binjai, 2021).

1. Penerimaan Zakat BAZNAS Kota Binjai tahun 2021

NO TAHUN JUMLAH

1. 2020 Rp. 408.492.458,712

2 2021 Rp. 542.798.941,813

2. Penyaluran Zakat BAZNAS Kota Binjai tahun 2021

NO TAHUN JUMLAH

1. 2020 Rp. 254.336.407,086

2 2021 Rp. 386.786.209,368

3. Muzaki

a. UPTD Pendidikan Binjai kota

b. BKD

c. Inspektorat

d. Depag Binjai

e. Jamaah Raudhatul Jannah

f. H Elyuzar

g. Mtsn Binjai
4

h. Dinas Pertanian

i. RSUD Djoelham

j. Pedagang usaha

k. UPTD Binjai barat

l. Lapas binjai

m. Yahya

Berdasarkan data diatas, dapat kita lihat bahwa tidak semua instansi

pemerintahan di kota Binjai membayar zakat profesi contohnya seperti

Dinas Catatan Sipil Kota Binjai, Satpol PP, dan masih banyak lagi.

Minimnya biaya operasional untuk mengadakan penyuluhan ke

masyarakat menjadi kendala utama BAZNAS, karena tanpa penyuluhan

masyarakat kurang mengetahui hukum zakat dan membayar zakat melalui

lembaga yang telah disediakan oleh pemerintah agar tercipta kemakmuran.

Sesuai dengan Perpu No. 13 Tahun 2014 dari Dirjend mengatakan bahwa

APBD BAZNAS ditentukan berdasarkan kota masing-masing, tapi untuk

Binjai saat ini belum ada.

Biaya operasional itu sendiri digunakan untuk mengadakan

penyuluhan, survey, pengumpulan dan penyaluran zakat serta perjalanan

dinas. Dalam ketentuan hukum islam, kadar pengeluaran zakat profesi

antara lain9 2,5% (apabila dianalogikan dengan zakat perdagangan), 5%

(apabila dianalogikandengan zakat pertanian) dan 20% (apabila

dianalogikan dengan zakat rikaz). Meskipun terbilang baru tapi Sekda

Kota Binjai menyambut dengan antusias dengan pengaktifan kembali


5

kantor BAZNAS ini. Adapun zakat profesi yang

dikeluarkan oleh muzakki yaitu sebesar 2,5%.

Zakat adalah rukun Islam yang ketiga, walaupun demikian,

sebagian masyarakat masih menganggap zakat sebagai suatu ritual

keagamaan untuk menciptakan keshalehan yang bersifat individu.

Selain itu zakat merupakan kegiatan sosial dimana seorang yang kaya

membantu seorang yang miskin sebagai wujud amal shaleh. Sebagai suatu

ritual keagamaan, pembayaran zakat masih dianggap sebagian orang

semata- mata sebagai ibadah ukhrowi yaitu dalam rangka mengumpulkan

pahala untuk kebaikan di akhirat (Idris dan Sofwan, 2017)

Keharusan menunaikan zakat tidak dapat dipisahkan dengan

kewajiban menegakkan shalat, tetapi keduanya terangkai sebagai

kewajiban yang bersamaan dalam kegiatan ibadah. Jika shalat

tekanan pelaksanaanya adalah langsung kepada Allah, maka zakat

langsung kepada manusia.

Allah SWT berfirman :

Artinya ; “…… dan didirikanlah shalat dan tunaikan zakat, dan


rukuklah bersama orang-orang yang rukuk….”(Q.S
Al-baqarah (2) : 43)

Dalil di atas menjelaskan bahwa muslim diwajibkan


6

membayar zakat. Karena Allah SWT sangatlah mencintai orang-orang


yang suka memberikan sebagian dari hartanya.
Zakat adalah kewajiban agama yang dibebankan atas harta

kekayaan setiap muslim menurut aturan tertentu. Ketika sudah

sampai nisab (batas minimal dari harta mulai wajib dikeluarkan (Ali

dan Daud, 2018).

Zakat merupakan salah satu rukun Islam bahkan merupakan

rukun kemasyarakatan yang paling nampak diantara semua rukun-

rukun Islam sebab didalam zakat terdapat hak orang banyak yang

terpikul pada setiap pundak individu (Al-Assal dan Ali, 2019).

Nilai zakat tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi

golongan mampu atau Muzaki (wajib zakat ), maupun bagi golongan

yang tidak mampu atau mustahiq (khusus bagi golongan miskin).

Dengan zakat tersebut mustahiq dapat merubah kehidupan

mereka , yaitu untuk meringankan beban biaya hidup, menjadikan

kuat berusaha dengan modal dari zakat, juga memberikan kesadaran

penggunaan dana zakat serta dapat mengembangkan etos kerja.

Sedangkan untuk muzakki nilai tersebut menjadikan diri bersih,

menimbulkan kesadaran dan kepedulian terhadap golongan yang tidak

mampu dan menimbulkan ketenangan dalam hidup karena kewjiban

zakat telah terpenuhi.

Zakat dapat dijadikan dana untuk peningkatkan eksistensi

ummat. Orang-orang miskin adalah salah satu golongan yang harus


7

mendapat bagian dalam upaya peningkatan tersebut. Seperti

dijelaskan dalam firman Allah SWT :

Artinya : “…….Dan pada harta-harta mereka ada haq untuk orang


miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak dapat
bagian……” ( Q.S Adz- Dzariyaat : 19)

Ayat di atas mengajarkan terselenggaranya pemberian hak dari

golongan mampu atau muzakki (wajib zakat) kepada golongan tidak

mampu atau Mustahiq ( miskin ) dengan tujuan agar terjadinya

perubahan sosial secara ekonomi bagi golongan tidak mampu. Agar

tidak terjadi kesenjangan diantara kedua golongan tersebut.

Zakat adalah satu rukun yang bercorak sosial- ekonomi dari lima

rukun Islam. Dalam zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat,

seseorang barulah sah masuk kedalam barisan ummat Islam dan diakui

keIslamannnya. Untuk mengetahui problem tersebut diperlukan suatu

pengelolaan yang mampu mendayagunakan seluruh potensi zakat

diperlukan penanganan konsep manajemen secara tepat dengan

memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola

pelaksanaan system zakat.

Fenomena ini menggambarkan berapa masalah tengah dihadapi

oleh lembaga pengelola ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqoh) kontribusi umat

Islam akan mengangkat tiga unsure manajemen yang meliputi :Manajemen


8

Pengelolaan, Manajemen Pendayagunaan, dan Manajemen Pendistribusia

ZIS. Dari tiga unsur tersebut merupakan tolak ukur bagi terbentuknya

pemberdayaan ekonomi umat. Oleh karena itu Manajemen Pendistribusian

perlu implementasi pada sebuah lembaga pengelola ZIS, agar dana Zakat

yang sudah dikelola sapat disalurkan atau didistribusikan kepada berhak

menerima.

Tujuan perintah zakat sebagaimana yang dikehendaki Syar’i

memiliki peluang lebih besar untuk dapat direalisasikan karena arah tujuan

zakat dirancang dan dijalankan secara bersama-sama dengan tetap

mengacu pada aturan-aturan syar’I. Rasulullah SAW pernah menyatakan,

umatku tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan. Artinya ,

tidak mungkin tujuan zakat diselewengkan untuk hal-hal diluar perintah

syar’I, jika dikelola oleh BAZNAS.

Tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatnya kesadaran

dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat, meningkatkan

fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta menjadi suatu

ketetapan hukum dalam upaya meningkatkan daya guna bagi

masyarakat.

Manfaat berzakat adalah pembersih harta diantaranya sekian

banyak harta yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita bila

tidak dikeluarkan zakatnya maka seperti kita membeli seekor ayam


9

yang kita makan sampai dengan kotorannya, sungguh sangat

menjijikan yang mestinya kita buang, karena itu tidak layak untuk kita

makan. Begitupun bila kita tidak berzakat, berarti kita memakan dari

harta yang tidak layak kita makan.

Selain zakat ada ibadah yang mempunyai nilai sama yaitu

infaq dan shadaqoh. Satu hal yang harus disepakati bahwa ketiga

kosakata ini yaitu zakat, infaq, dan shadaqah merupakan suatu

potensi yang dapat dihandalkan dalam mengatasi masalah

kemiskinan umat Islam (Djamal, 2020).

Namun persoalan yang sangat mendasar dan menjadi salah

satu sebab berfungsinya zakat sebagai instrument pemerataan dan

belum terkumpulnya zakat secara optimal di lembaga-lembaga zakat

adalah karena pengetahuan masyarakat terhadap harta yang wajib

dikeluarkan zakatnya masih terbatas pada sumber- sumber

konvensional yang secara jelas dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Al-

Hadist dengan persyaratan tertentu. Oleh karena itu pembahasan

yang penting dalam fiqh zakat adalah sumber-sumber harta yang

wajib dikeluarkan zakatnya. Apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan

ekonomi yang terus berkembang dari waktu-kewaktu (Hafidhuddin,

2020).

Oleh karena itu zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) sebagai suatu

kekuatan actual Islam yang perlu dikelola oleh sebuah lembaga

khusus yang menangani ZIS yaitu salah satunya Badan Amil Zakat
10

(BAZ) yang merupakan sebuah lembaga dengan menggunakan

system manajemen sebagaimana yang digunakan dalam bidang

perekonomian masyarakat lainnya.

Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) seperti

yang berada di Kota Binjai merupakan salah satu alternative dalam

upaya meningkatkan keadilan dan pemberdayaan ekonomi umat.

Kehadiran BAZNAS Kota Binjai diharapkan dapat membantu

terlaksananya pemerataan ekonomi umat dalam pendistribusian dana

ZIS.

Berkenan uraian di atas maka penulis bermaksud mengkaji

masalah ini dengan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi

dengan judul “ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT

SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT

( STUDI KASUS PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

KOTA BINJAI )”.

2. Fokus Penelitian

Agar tidak perluasan maka peneliti memfokuskan permasalahan pada

“Analisis Pendistribusian Zakat Sebagai Sarana Pemberdayaan Ekonomi

Umat ( Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Binjai )’’

3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara

tersirat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau

dicarikan jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah


11

merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup

masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin merumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pendistribusian dana zakat pada BAZNAS Kota

Binjai Dalam Pemberdayaan Ekonomi.

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pendistribusian

dana Zakat pada BAZNAS Kota Binjai Dalam Pemberdayaan

Ekonomi.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pendistribusian dana zakat pada BAZNAS

Kota Binjai Dalam Pemberdayaan Ekonomi.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pendistribusian dana Zakat pada BAZNAS Kota Binjai.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis : penelitian ini diharapkan menambah referensi dan

menambah sejumlah studi mengenai manajemen organisasi atau lembaga

dakwah dalam pendistribusian Zakat pada pelaksanaan dakwah.

2. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang

menarik dan dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan khususnya


12

bagi penulis, umumnya bagi para pembaca, praktisi dakwah dan tokoh

masyarakat dalam mengetahui medan dakwah sekarang ini di segala

bidang.

5. Sistematika Pembahasan

Untuk mempertegas dan memperjelas judul di atas dan menghindari

kesalahan dalam menginterprestasikan kata-katanya, maka penulis akan

memberikan batasan istilah sebagai berikut: “Analisis Pendistribusian Zakat

Sebagai Sarana Pemberdayaan Ekonomi Umat ( Studi Kasus Pada Badan

Amil Zakat Nasional Kota Binjai )’’


13

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Landasan Teori

Pengertian Zakat

Secara bahasa (literal), zakat berasal dari bahasa arab yang

memiliki arti “tumbuh dan berkembang”. Sedangkan menurut ahli

yurisprudensi Islam, zakat didefinisikan sebagai bentuk pengeluaran yang

dilakukan oleh kaum berpunya (the have)—yang di dalam istilah Islam

disebut sebagai muzakki, yakni golongan orang yang telah melampaui

batas pemilikan harta tertentu (nisab)—yang ditujukan kepada kaum tak

berpunya (the haven’t), yang disebutkan di dalam Al- Quran berjumlah

delapan golongan (QS. At-Taubah [9]:60). Kalimah zakat pada segi

bahasa bermaksud tumbuh, bertambah, cerdik, baik, suci dan subur. Pada

istilah pula zakat bermaksud mengambil harta tertentu yang diberikan

kepada orang tertentu dengan syarat tertentu (Ahmad, 2023).

Zakat adalah salah satu ajaran pokok dalam Islam, bahkan zakat

dan shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran Islam, seperti

diungkap oleh Allah SWT bahwa orang syirik yang bertaubat, melakukan

shalat dan melaksanakan zakat, mereka dianggap sebagai saudara seagama

(Ahmad, 2023).

Zakat adalah ibadah yang terkait dengan harta, maka terlaksananya

zakat sangat di tentukan oleh lembaga amil yang ditunjuk untuk itu, karena
14

terentas tidaknya kemiskinan Sangat ditentukan oleh profesionalitas

tidaknya lembaga zakat yang bersangkutan.

Pengertian zakat seperti diatas adalah suatu kewajiban umat Islam

untuk mengeluarkan sejumlah harta tertentu dan diberikan kepada yang

berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara'.

Selain telah diatur oleh syara di Negara Indonesia pemerintah daerah

sesuai amanat Undang- Undang Dasar (UUD 1945) mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah

daerah adalah pelaksana fungsi-fungsi pemerintah daerah yang dilakukan

oleh lembaga pemerintah daerah yaitu lembaga eksekutif dan legislatif.

Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan memiliki

hubungan dengan pemerintah daerah dan pemerintah daerah lainnya, yang

meliputi hubungan kewenangan, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan

Sumber Daya Alam (SDA), dan sumber lainnya. Dan menumbuhkan

hubungan administrasi dan kewilayahan. Sebagian urusan pemerintah di

bidang keagamaan, produktif mengentaskan rakyat dari kemiskinan

melalui penghimpunan potensi umat melalui zakat yang tersebar di seluruh

provinsi.

Sumber Dana Zakat

Di zaman Rasulullah, dana zakat salah satunya diperuntukkan

bagi pengembangan ekonomi sahabat-sahabatnya. Dalam Hadis


15

riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari

ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat, lalu

menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Salim

pun mengelolanya sampai ia benar-benar mampu bersedekah dari

usahanya tersebut (Ahmad, 2023)

Kenyataan itu seharusnya bisa meneguhkan umat Islam bahwa

dana zakat yang dikelola dengan baik dan profesional akan mampu

membawa masyarakat mustahik menjadi bagian dari muzaki (orang

yang membayar zakat) yang siap berbagi dengan mustahik yang

lainnya.

Macam-Macam Zakat

Zakat menurut garis besarnya terbagi dua macam : Zakat Maal

(zakat harta) dan Zakat Fitrah. Pertama Zakat maal (zakat harta ) yaitu

bagian dari harta kekayaan seseorang yang termasuk juga badan

hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang – orang tertentu

setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah

minimal tertentu.

Menurut Firdaningsih et al (2019) Delapan Golongan Penerima Zakat Penerima

zakat berdasarkan QS. At-Taubah ayat 60 terdiri dari delapan golongan, yakni

sebagai berikut:

1. Fakir dan Miskin. Fakir dan miskin yang disebutkan pertama secara

berturut-turut dalam al-qur’an.. Golongan fakir dan miskin adalah


16

golongan yang harus diutamakan dalam penyaluran zakat, karena dalam

Al-Qur’an kedua golongan ini didahulukan. Dalam definisinya, ulama

berbeda pendapat mengenai fakir dan miskin. Setengah ahli tahqiq

mengatakan; bahwa fakir dan miskin itu satu golongan yang berbeda

sifatnya, bukan berlainan suku.

2. Amil Zakat Golongan ketiga setelah fakir dan miskin yang berhak

menerima zakat adalah amil zakat. Amil zakat adalah mereka yang

melaksanakan segala macam urusan zakat, mulai dari pengumpul zakat

sampai pada pembagian kepada mustahiq zakat. Amil zakat juga

merupakan mereka yang melakukan perhitungan, pembendaharaan,

pencatatan keluar masuknya zakat dan penjaga harta zakat. Bagi orang-

orang ini Allah menjanjikan upah dari harta zakat yang diamanahi kepada

mereka dan tidak diambil selain dari harta zakat

3. Muallaf (Yang Dilunakan Hatinya) Muallaf adalah golongan keempat

yang berhak menerima zakat. Ulama Fuqaha membagi muallaf dalam dua

golongan, yakni (a) yang masih kafir, kafir yang dimaksud adalah yang

diharap akan beriman dengan diberikan pertolongan, dan ada pula kafir

yang diberikan kepadanya hak muallaf untuk menolak kejahatannya; (b)

yang telah masuk Islam terbagi kedalam empat kelompok, yang masih

lemah imannya, pemuka-pemuka yang mempunyai kerabat, orang Islam

yang berkediaman diperbatasan dan orang yang diperlukan untuk menarik

zakat
17

4. Riqab (Budak/Hamba Sahaya) Mereka yang masih dalam perbudakan,

dinamai riqab. Maksud riqab dalam oleh qur’an surat At-Taubah [9]: 60

adalah “segala mereka yang hendak melepaskan dirinya dari ikatan riqab

atau perbudakan” (Shiddieqy, 1997: 183). Riqab adalah bentuk jamak dari

raqabah, istilah ini dalam al-Qur’an artinya budak belian laki-laki (abid)

dan bukan belian perempuan (amah). Istilah ini dijelaskan dalam kaitannya

dengan pembebasan atau pelepasan, maksudnya perbudakan bagi manusia

tidak ada bedanya dengan belenggu yang mengikat. Membebaskan budak

belian artinya sama dengan menghilangkan atau melepaskan belenggu

yang mengikatnya

5. Gharim (orang yang berutang) Golongan keenam yang berhak menerima

zakat adalah Gharimun (orang yang berutang). Gharimun adalah bentuk

jamak dari gharim (dengan ghin panjang), artinya orang yang mempunyai

utang. Sedangkan ghariim (dengan ra panjang) adalah yang berutang,

kadangkala pula dipergunakan untuk orang yang mempunyai utang.

6. Fisabillah (Di Jalan Allah) Golongan penerima zakat yang ketujuh adalah

“sabilillah” (di jalan allah). Secara bahasa sudah jelas, sabil ialah jalan.

Sabiullah ialah jalan baik berupa kepercayaan, maupun berupa amal, yang

menyampaikan kita kepada keridhaan Allah (Shiddieqy, 1997). Menurut

Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya FatwaFatwa Mutakhir, makna secara

bahasa dari sabilillah terarah pada mardhatillah (keridhaan Allah). Dengan

pengertian ini, maka segala bentuk kebaikan yang mendekatkan manusia

dengan Tuhannya termasuk dalam makna sabilillah.


18

7. Ibnu Sabil Jumhur ulama mengkiaskan ibnu sabil dengan musafir, yaitu

orang yang berpergian dari satu daerah ke daerah lainnya. As-sabil secara

bahasa berarti ath-thariq atau jalan (Al-Utsaimin, 2008). Menurut imam

syafi’i ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanannya kehabisan bekal

ataupun orang yang bermaksud melakukan perjalanan namun tidak

mempunyai bekal, keduanya berhak menerima zakat untuk memenuhi

kebutuhannya, karena melakukan perjalanan bukan untuk maksud maksiat.

Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi, tidak setiap orang yang melakukan

perjalanan demi kemaslahatan diberi bagian zakat, walaupun

perjalanannya untuk suatu kemanfaatan tertentu.

Kewajiban menunaikan zakat dalam Islam tersebut, di dalamnya

terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang

berkaitan dengan muzakki, mustahiq, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun

bagi masyarakat secara keseluruhan. Zakat turut merangkumi kepentingan dalam

bentuk fiskal. Zakat boleh dianggap teras kepada sistem ekonomi Islam. Malah,

kaedah cukai yang dikenakan dalam sistem ekonomi konvensional adalah

mencontohi institusi zakat. Cukai dipungut dialihkan kembali untuk pembangunan

negara dan membiayai keperluan golongan miskin. Banyak kepentingan zakat

yang tidak diketengahkan untuk penghayatan dan tindakan umat Islam. Kita

biasanya hanya diajar tentang zakat sebagai membersihkan harta. Harta tidak

dikeluarkan zakat mengandungi kekotoran yang menjadi barah merosakkan

keseluruhan harta.
19

Harta adalah sebahagian dari pada ujian kepada manusia. Barang siapa

yang bersyukur, Allah SWT. Akan melipatgandakan karunianya kepada orang itu.

Satu tanda bersyukur ialah membelanjakan harta untuk kebaikan dan berzakat.

Berzakat menjadi elemen pembersihan rohani dan sumber harta, pendapatan,

kewenangan, ekonomi dan sosial.

Distribusi Zakat

Pengertian Distribusi

Anda pasti pernah melihat seseorang yang memikul barang tertentu

untuk ditawarkan kepada pembeli, contoh seperti tukang sayur, tukang

bakso. Kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut merupakan

kegiatan distribusi.

Distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu distribute yang

berarti pembagian atau penyaluran, secara terminology distribusi

adalah penyaluran ( pembagian) kepada orang banyak atau beberapa

tempat. Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran

barang keperluan sehari-hari oleh pemerintah kepada pegawai negeri,

penduduk, dan sebagainya (Poerwadaminta, 2017).

Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang

dari produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Produsen

artinya orang yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya

orang yang menggunakan atau memakai barang/jasa dan orang yang

melakukan kegiatan distribusi disebut distributor.


20

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani

kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat

sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang

dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.

Dari apa yang baru saja diuraikan, tampaklah bahwa distribusi

turut serta meningkatkan kegunaan menurut tempatnya (place utility)

dan menurut waktunya (time utility) (Poerwadaminta, 2017).

Penyaluran atau distribusi diartikan sebagai hasil penjualan

persediaan kepada pemerintah maupun kepada pasar namun baik untuk

tujuan melindungi golongan berpenghasilan tetap maupun untuk

mempengaruhi harga pasar agar tetap berada dibawah harga tetap

( barang yang telah ditentukan).

Menurut Philip Kotler dalam bukunya “Managemen Pemasaran”

mengatakan bahwa : Distribusi adalah serangkaian organisasi yang

saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk

atau jasa yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam hal ini

distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan (membagikan, mengirimkan)

kepada orang atau kebeberapa tempat (Poerwadaminta, 2017). Dari

definisi tersebut dapat dijelaskan bahawa distribusi adalah organisasi

yang paling bergantung dalam memasarkan sebuah produk dari

produsen kepada konsumen menjadi sebuah produk yang siap

digunakan.
21

Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai

kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah

penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,

sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan(jenis, jumlah,

harga, dan saat dibutuhkan).

Dengan kata lain distribusi merupakan aktifitas pemasaran yang mampu :

1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran

yang dapat merealisasikan kegunaan / fasilitas bentuk, tempat, dan

kepemilikan.

2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing chanel flow)

secara fisik dan non fisik (Tjiptono, 2021).

Pendapat para ulama tentang ruang lingkup penyaluran zakat

terbagi menjadi 3 macam kriteria :

1. Zakat tidak boleh dipindahkan atau dengan kata lain zakat yang

dikumpulkan dari suatu tempat seharusnya dibagi kepada yang berhak

pada tempat yang sama juga, kecuali jika keadaan darurat

menghendaki, maka boleh dipindah sebahagiaannya

2. Zakat itu boleh dipindahkan. Demikian pendapat yang dianut imam

malik r.a dalam soal ini dalil yang dipakai sandaran oleh pendapat ini

adalah hadist yang diriwayatkan oleh addaaruquthni yang

menceritakan Mu’adz nengatakan kepada penduduk Yaman : beri aku

baju atau pakaian sebagai pengganti jagung dan syiir dalam berzakat.
22

3. Saham ( hak) fakir miskin dibagi di tempat pengumpulan, sedang

saham –saham yang lain boleh dipindah sesuai dengan kebijakan

pemerintah.

2. Telaah Pustaka

Sejauh penggalian literatur yang dilakukan, peneliti menemukan

beberapa penelitian dan karya ilmiah yang memebahas terkait

pendistribusian zakat. Untuk mendukung persoalan yang lebih

mendalam terhadap masalah yang disebutkan sebelumnya, peneliti

berusaha melakukan penggalian terhadap literatur yang relevan

terhadap masalah yang terjadi pada objek penelitian. Penelitian

terdahulu yang sudah dilakukan berkaitan dengan pendistribusian

zakat ada lima, diantaranya adalah:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Thoharul Anwar (2018)

tentang zakat produktif untuk pemberdayaan ekonomi umat. Hasil dari

penelitian tersebut dimana Zakat produktif harus diatur sedemikian

rupa, sehingga jangan sampai sasaran dari progam tidak tercapai.

Pengelolaan dana zakat produktif, pendistribusiannya pihak LAZISNU

memperhatikan orang-orang yang akan menerimanya, apakah dia

termasuk orang-orang yang berhak menerima zakat dari golongan fakir

miskin, demikian juga termasuk orang-orang yang mempunyai

keinginan kuat untuk bekerja dan berusaha. Kaitannya dengan zakat

produktif, proses tersebut harus meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.


23

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Salsabillah Vina Pandini

(2020) tentang analisis pendistribusian zakat sebagai sarana

pemberdayaan ekonomi umat (Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional

Kabupaten Lumajang). Hasil dari penelitian tersebut dimana

mekanisme penyaluran pendistribusia oleh Badan Amil Zakat Nasional

Kabupaten Lumajang dilakukan dengan tiga pola. Pertama melalui

program-program pendistribusian yang telah tercatat di dalam Rencana

Kerja Anggaran Tahunan atau RKAT. Kedua, pendistribusian yang

disalurkan atas perminatan mustahiq sendiri, biasanya para mustahiq

akan mengirimkan proposal kepada BAZNAS Kabupaten Lumajang.

Ketiga, pendistribusian yang informasinya didapat melalui media, bisa

dari laporan masyarakat, bisa media sosial, atau bisa juga melalui

intruksi pejabat yang berwenang.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Mega Novita Syafitri et al.,

(2021) tentang analisis pengelolaan dana zakat sebagai pemberdayaan

ekonomi umat. Hasil penelitian tersebut adalah Zakat merupakan suatu

ibadah yang wajib dikerjakan oleh umat muslim dengan cara

mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada

golongan yang berhak menerimanya dengan kadar, haul tertentu, serta

telah memenuhi syarat dan rukun zakat.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Haidir (2019) tentang

revitalisasi pendistribusian zakat produktif sebagai uoaya pengentasan

kemiskinan di era modern. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa


24

pengimplementasian modal zakat produktif berdampak positif dalam

pengentasan kemiskinan, peningkatan pendapatan serta melahirkan

wirausahawan baru.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Suhendro (2022) tentang

optimalisasi pendistribusian zakat produktif dalam upaya membantu

perekonomian masyarakat untuk pengentasan kemiskinan. Hasil

Penelitian mengungkapkan Pematangsiantar memiliki lembaga

pengelolaan zakat dengan nama BAZNAS seperti menghimpun dana,

mendistribusikan, infaq dan shadaqah. Pengelolaan seperti

menerapkan, penyaluran, merumuskan dan mengevaluasi.

Pengumpulan dana dengan menjaring para muzakki menggunakan

media cetak dan elektronik.

3. Kerangka Berpikir

Menurut Muhamad kerangka pikir adalah gambaran

mengenai hubungan antar variabel dalam suau penelitian, yang

diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Menurut

Riduwan kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian

yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah

penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep

yang akan dijadikan dasar dalam penelitian.


25

Dana Zakat

Baznas Kota Binjai

Pemberdayaan Ekonomi Umat Yang berhak menerima zakat:


1. Fakir dan Miskin
2. Amil Zakat
3. Muallaf (Yang Dilunakan
Hatinya)
4. Riqab (Budak/Hamba
Sahaya)
5. Gharim (orang yang
berutang)
6. Fisabillah (Di Jalan Allah)
7. Ibnu Sabil

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 diatas menjelaskan kerangka Berpikir dalam penelitian

ini. Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana program cara

Pendistribusikan dana zakat kepada masyarakat. kemudian peneliti

akan mendistribusikan dana zakat kepada masyarakat di Kota Binjai.

4. Penelitian yang Relevan

Sumber informasi yang dipakai penulis juga dari penelitian

terdahulu mengenai Zakat. Penelitian sebelumnya penting untuk

dijadikan sebagai informasi dan bahan acuan yang berguna bagi penulis.

Beberapa penelitian yang membahas mengenai topik serupa antara lain :


26

No. Nama Judul Tahun Hasil

1 Ahmad Zakat Produktif 2018 Zakat produktif harus


diatur sedemikian rupa,
Thoharul Untuk
sehingga jangan sampai
Anwar Pemberdayaan sasaran dari progam tidak
tercapai.
Ekonomi Umat
Pengelolaan dana zakat
produktif,
pendistribusiannya pihak
LAZISNU memperhatikan
orang-orang yang akan
menerimanya, apakah dia
termasuk orang-orang yang
berhak menerima zakat
dari golongan fakir miskin,
demikian juga termasuk
orang-orang yang
mempunyai
keinginan kuat untuk
bekerja dan berusaha.
Kaitannya
dengan zakat produktif,
proses tersebut harus
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan dan
pengawasan.

2. Salsabillah Analisis 2020 Mekanisme penyaluran


pendistribusia oleh Badan
Vina Pandini Pendistribusian
Amil Zakat Nasional
Zakat Sebagai Kabupaten Lumajang
dilakukan dengan tiga pola.
Sarana
Pertama melalui program-
Pemberdayaan program pendistribusian
yang telah tercatat di dalam
Ekonomi Umat
Rencana Kerja Anggaran
(Studi Pada Badan Tahunan atau RKAT.
Kedua, pendistribusian
Amil Zakat
yang disalurkan atas
Nasional perminatan mustahiq
sendiri, biasanya para
27

Kabupaten mustahiq akan


mengirimkan proposal
Lumajang)
kepada BAZNAS
Kabupaten Lumajang.
Ketiga, pendistribusian
yang informasinya didapat
melalui media, bisa dari
laporan masyarakat, bisa
media sosial, atau bisa juga
melalui intruksi pejabat
yang berwenang
Mega Novita Analisis 2021 Zakat merupakan suatu
Syafitri ibadah yang wajib
Pengelolaan Dana
Novieati Dwi dikerjakan oleh umat
Lestari Zakat sebagai muslim dengan cara
Nuris mengeluarkan sejumlah
Pemberdayaan
Tishwanah harta tertentu untuk
Nur Manna Ekonomi Umat diberikan kepada golongan
Silviyah yang berhak menerimanya
Fitri Nur dengan kadar, haul
tertentu, serta telah
Latifah
memenuhi syarat dan
rukun zakat.
M. Samsul Revitalisasi 2019
Haidir Hasil penelitian
Pendistribusian
mengungkapkan bahwa
Zakat produktif pengimplementasian modal
zakat produktif berdampak
Sebagai Uoaya
positif dalam pengentasan
Pengentasan kemiskinan, peningkatan
pendapatan serta
Kemiskinan di Era
melahirkan wirausahawan
Modern baru

Dedi Optimalisasi 2022 Pematangsiantar memiliki


Suhendro lembaga pengelolaan zakat
Pendistribusian
dengan nama BAZNAS
Zakat Produktif seperti menghimpun dana,
mendistribusikan, infaq
dalam Upaya
dan shadaqah. Pengelolaan
Membantu seperti menerapkan,
penyaluran, merumuskan
Perekonomian
dan mengevaluasi.
Masyarakat untuk Pengumpulan
dana dengan menjaring
Pengentasan
para muzakki
28

Kemiskinan menggunakan media cetak


dan elektronik.
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pendekatan jenis fenomenologi. Secara umum, penelitian psikologis

fenomenologi bertujuan untuk mengklarifikasi situasi yang dialami dalam

kehidupan seseorang sehari-hari.

Menurut Petit dalam Jozef R. Raco dan Revi Rafael Fenomenologi

berarti studi tentang penggambaran fenomena di mana fenomena semata-mata

adalah apa yang nampak. Fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa

dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi

tertentu (Raco & Tanod, 2014).

Penelitian fenomenologi selalu difokuskan pada menggali, memahami,

dan menafsirkan arti fenomena, peristiwa dan hubungannya dengan orang-

orang biasa dalam situasi tertentu. Beberapa karakteristik penelitian

fenomenologi sebagi berikut:

1. Tidak berasumsi mengetahui apa makna sesuatu bagi manusia yang

akan diteliti, mereka mempelajari sesuatu itu.

2. Memulai penelitian dengan “keheningan/diam”, untuk menangkap

makna yang sesungguhnya dari apa yang diteliti.

1
2

3. Menekankan aspek-aspek subjektif dari tingkah laku manusia;

peneliti mencoba masuk di dalam dunia konseptual sunjek agar

mengerti bagaimana dan apa makna yang mereka konstruk di

sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Fokus pendekatan fenomenologi adalah pengalama yang dialami oleh

individu. Bagaimana individu memaknaipengalamanya tersebutberkaitan

dengan fenomena tertentu yang sangat berarti bagi individu yang

bersangkutan (Harahap, 2020).

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Dimana penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah

sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang

ilmu social, termasuk juga ilmu pendidikan. Metode penelitian kualitatif

sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi yang alamiah (naturalsetting).

Pendekatan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2018).

Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa


3

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi

dengan orang-orang yang berhubungan dengan focus penelitian dengan tujuan

mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman mereka untuk

mendapat informasi atau data yang diperlukan.

Seperti yang dikemukakan Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa

metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian kualitatif seorang

peneliti berbicara langsung dan mengobservasi beberapa orang, dan

melakukan interaksi selama beberapa bulan untuk mempelajari latar,

kebiasaan, perilaku dan cirri-ciri fisik dan mental orang yang diteliti

(Moleong, 2014).

Pemilihan pendekatan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa yang

hendak dicari adalah data yang akan memberikan dan melukiskan realitas

yang lebih kompleks sedemikian rupa menjadi gejala sosial konkrit.

Selanjutnya peneliti berusaha memahami, menggali, dan memahami upaya

Objek dari penelitian ini yakni Pendistribusian Zakat Sebagai Sarana

Pemberdayaan Ekonomi Umat.

Adapun proses penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan

data berulang-ulang ke lokasi penelitian melalui wawancara dengan membuat

catatan data dan informasi yang dilihat, didengar serta selanjutnya dianalisis.

Data dan informasi yang dikumpulkan, dikelompokkan dan dianalisis


4

kemudian ditemukan Pendistribusian Zakat Sebagai Sarana Pemberdayaan

Ekonomi Umat.

3. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Kota Binjai. Objek dari

penelitian ini yakni Badan Amil Zakat Nasional Kota Binjai yang

terlibat dalam urusan mengelola Pendistribusian Zakat Sebagai Sarana

Pemberdayaan Ekonomi Umat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 5 (lima) bulan, yaitu dari akhir

bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2023, yang meliputi kegiatan

observasi awal, membuat proposal, seminar proposal, menyebakan angket,

mengumpulkan angket, menganalisis data, menyusun penelitian dan

sidang penelitian.

3. Kehadiran Peneliti

Peneliti sebagai orang yang melakukan observasi mengamati

dengan cermat terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data tentang

penelitian ini, maka peneliti terjun langsung kelapangan. Kehadiran

peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci yang

berperan sebagai pengamat non partisipan, di mana peneliti turun

kelapangan tidak melibatkan diri secara langsung dalam kehidupan obyek

penelitian. Sesuai dengan ciri pendekatan kualitatif salah satunya sebagai

instrumen kunci. Dengan itu peneliti di lapangan sangat mutlak hadir atau
5

terjun langsung dalam melakukan penelitian. Berkenaan dengan hal

tersebut, dalam mengumpulkan data peneliti berusaha menciptakan

hubungan yang baik dengan informan yang menjadi sumber data agar

data-data yang diperoleh betul-betul valid. Dalam pelaksanaan penelitian

ini peneliti akan hadir di lapangan sejak diizinkannya melakukan

penelitian, yaitu dengan cara mendatangi lokasi penelitian pada

waktu-waktu tertentu, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.

4. Subjek Penelitian dan Sampel

Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2018)

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu.

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki

informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini

yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber.

Dalam penelitian ini menentukan informan dengan menggunakan teknik

purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yang

benar-benar menguasai suatu objek yang peneliti teliti.Purposive dapat

diartikan sebagai maksud, tujuan, atau kegunaan (Yusuf, 2014).

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang

tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
6

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi obyek situasi sosial yang diteliti.

Peneliti beralasan menggunakan purposive sampling yaitu untuk

mengumpulkan suatu data yang benar-benar real atau nyata dengan

mewawancarai seorang informan yang dianggap mengetahui atau menguasai

suatu keahlian atau pekerjaan tertentu dibidangnya.

Sehingga dari purposive sampling tersebut yang peneliti gunakan

untuk penelitian itu guna mempermudah pengolahan data untuk keperluan

penelitian itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari

BAZNAS Kota Binjai selaku lembaga Amil Zakat dengan Pendistribusian

Zakat Sebagai Sarana Pemberdayaan Ekonomi Umat.

5. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal itu dilakukan karena, manusia dapat

mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di

lapangan. Oleh karena itu, pada waktu pengumpulan data di lapangan peneliti

berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan

kemasyarakatan.

Berdasarkan dua peryataan tersebut dapat difahami bahwa, dalam

penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti,

maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah


7

masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu

instrumen.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ada teknik yang dapat menunjang data atau

informasi yang dibutuhkan seorang peneliti yaitu teknik pengumpulan data.

Sugiyono dalam bukunya berpendapat bahwa “teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.

Dalam penelitian kualitatif terdapat empat macam teknik pengumpulan

data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan\triangulasi.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah kegiatan dimana peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian. Instrumen yang

digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan,

tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data dan

informasi yang diperlukan dan dikumpulkan melalui pengamatan

langsung pada tempat penelitian. Hasil dari pengamatan

langsung dibuat catatan lapangan yang disusun setelah

mengadakan hubungan langsung dengan subjek yang diteliti


8

maupun diobservasi. Satu keharusan bagi peneliti untuk

melakukan catatan yang lebih komprehensif dan peneliti

sendirilah yang melakukan pengamatan terhadap Pendistribusian

Zakat Sebagai Sarana Pemberdayaan Ekonomi Umat.

Data-data yang diperoleh selama melakukan observasi

peneliti buat dalam bentuk catatan lapangan, yaitu catatan tertulis

tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam

rangka mengumpulkan data serta refleksi terhadap data.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Wawancara dilakukan terhadap narasumber informasi dan data

degan tujuan untuk medapatkan informasi pengalihan informasi

yang berkaitan dengan penelitian.

Peneliti tentunya mencoba berpartisipasi dan melibatkan

diri serta berusaha mendekatkan diri dengan informan yang

berperan dalam Pendistribusian Zakat Sebagai Sarana

Pemberdayaan Ekonomi Umat.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan


9

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,

biografi, peraturan, kebijakan.

Menurut Yatim Sohanji, metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

foto, buku, surat, kabar/internet, majalah, agenda, dan data berupa

film dan video. (Sonhaji,2014)

Dalam memperoleh informasi dan data melalui

instrumendokumentasi ini, peneliti dapat memperolehnya dari hasil

pengumuman, inturksi atau aturan, laporan, dan keputusan terkait

pembelajaran daring pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Data-data yang diperoleh kemudian peneliti kumpulkan dan

ditafsirkan sesuai dengan kerangka fokus penelitian. Dokumen

tersebut diharapkan akan membantu untuk mempertajam analisis

penelitian.

7. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperkuat keabsahan data hasil temuan dan untuk menjaga

validitas penelitian, maka penelitian mengacu pada empat standar validasi

yang disarankan oleh Lincoln dan Guba, yang terdiri dari: 1. Kredibilitas

(credibilitas), 2. Keteralihan (transferability), 3. Ketergantungan

(dependability), 4. Ketegasan (confirmability) (Sugiyono, 2018).

1. Kreadibilitas (Credibility)
10

Kredibilitas yaitu peneliti melakukan pengamatan

sedemikian rupa dengan hal-hal yang berkaitan dengan peranan

strategi guru dalam mengembangkan karakter siswa, sehingga

tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Selanjutnya peneliti

mempertunjukan tingkat kepercayaan.

Hasil penelitian dengan penemuan dengan melakukan

pembuktian pada kenyataan yang sedang diteliti. Hal ini dapat

dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan pemeriksaan dengan

teman sejawat melalui diskusi.

2. Keteralihan (Transferbility)

Generalisasi dalam penelitian kualitatif tidak

mempersyaratkan asumsi-asumsi seperti rata-rata sampel atau

asumsi kurva norma. Tranferbilitas memperhatikan kecocokan arti

fungsi unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena atau

fenomena lain di luar lingkup studi. Cara yang ditempuh untuk

menjamin keteralihan ini adalah dengan melakukan uraian rinci

dari teori, atau dari kasus lain, sehingga pembaca dapat

menerapkannya dalam konteks yang hamper sama.

3. Kergantungan (Dependability)

Dalam penelitian ini dependability dibangun dari

pengumpulan data dan analisis data lapangan serta saat penyajian

data laporan penelitian. Dalam pengenbangan desain keabsahan


11

data dibangun dari pemilihan kasus dan focus, melalakukan

orientasi lapangan dan pengembangan konseptual.

4. Ketegasan (Confirmability)

Ketegasan (confirmability)akan lebih mudah di peroleh

apabila dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan audit,

yakni dengan mengklarifikasi data-data yang sudah diperoleh

kemudian mempelajari lalu peneliti menuliskan laporan hasil

penelitian.

8. Metode Analisa Data

Menurut Bogdan dan Biklen dikutip dalam Lexy Moleong analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain. Setelah data terkumpul dari

wawancara, observasi dan dokumentasi, maka peneliti mengelompokkannya.

Kemudian menyatukan atau membaurkan data-data yang sama, dan

dilanjutkan mencari kaitan-kaitan yang terdapat dalam data yang satu dengan

yang lainnya, dan akhirnya menandai data yang dianggap penting sebagai

dasar menetapkan keputusan atau hasil akhir penelitian yakni kesimpulan.

Proses analisi data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data

melalui beberapa tahapan, mulai dari proses pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Dalam proses


12

analisis tersebut, peneliti menggunakan analisis non statistik, sebagaimana

yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif.


13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2023). Pengertian Zakat: Hukum, Jenis, Syarat, Rukun dan Hikmah
Berzakat. Gramedia Blog. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-
zakat/

Al-Assal, & Ali, M. (2019). Prinsip Dan Tujuan Hukum Islam. CV. Pustaka
Insani: Bandung, 109.

Ali, & Daud, M. (2018). System Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. UI Press:
Jakarta, 8.

Badan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional Kota Binjai. (2021). Laporan
Kinerja Tahun 2021.

Djamal, H. M. (2020). Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat


Harta. Nuansa Madani: Jakarta, 28.

Firdaningsih, F., Wahyudi, M. S., & Hakim, R. (2019). Delapan Golongan


Penerima Zakat Analisis Teks Dan Konteks. Equilibrium: Jurnal Ekonomi
Syariah, 7(2), 316. https://doi.org/10.21043/equilibrium.v7i2.5843

Hafidhuddin, D. (2020). Zakat Dalam Perekonomian Modern. In GIP: Jakarta.


Harahap, N. (2020). Penelitian Kualitatif. Wal AShri Publishing.

Idris, & Sofwan. (2017). Gerakan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat,
(Pendekatan Transformatif). In PT.Citra Putra Bangsa.

Moleong, L. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosda


Karya.

Poerwadaminta, W. H. S. (2017). Kamus Umum Indonesia. Balai Pustaka.

Raco, J. R., & Tanod, R. H. M. (2014). The phenomenological method in


entrepreneurship. International Journal of Entrepreneurship and Small
Business, 22(3), 276–285. https://doi.org/10.1504/IJESB.2014.063776

Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Tjiptono, F. (2021). Strategi Pemasaran. Andi.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Prenadamedia Group.
14

Anda mungkin juga menyukai