Anda di halaman 1dari 3

Rachilla Kania A. G.

Agroindustri SV UGM
Penerima Beasiswa BMM

Tema : Zakat dan Ekonomi Islam sebagai Instrumen untuk Penguatan Masyarakat
Indonesia

Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yakni rukun Islam yang ke-3. Sehingga
zakat secara normatif merupakan suatu kewajiban mutlak yang dimiliki oleh setiap orang
muslim. Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yaitu sekitar 82 ayat yang
menyandingkan perintah zakat dengan perintah sholat. Ibadah zakat apabila ditunaikan
dengan baik menjadi upaya bagi kita untuk menyucikan diri dari kotoran kikir dan rakus,
meningkatkan kualitas keimanan, meningkatkan rasa solidaritas, dan mengembangkan serta
memberkahakan harta yang dimiliki. Zakat jika dikelola dengan baik dan amanah, mampu
meningkatkan etos dan etika kerja umat, sehingga dapat dijadikan sebagai instrumen
pemerataan ekonomi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Allah SWT seperti yang diterangkan
dalam firman-Nya pada Surat As-Syams ayat 9 dan At-Taubah ayat 103.

Selama kita mampu berzakat menjadi kewajiban kita untuk mengeluarkannya kepada
kaum dhuafa atau orang-orang yang termasuk dalam golongan orang-orang fakir, orang-
orang miskin, muallaf, pengurus zakat, yang memerdekakan budak, orang yang berhutang
dan orang yang sedang dalam perjalanan seperti yang difirmankan Allah swt dalam surat At
Taubah ayat 60. Allah mewajibkan zakat kepada setiap muslim laki-laki maupun perempuan
atas hartanya yang telah mencapai nishab. Islam menekankan dalam harta seseorang terdapat
hak orang lain, terutama hak para kerabat yang membutuhkan, hak orang yang meminta
karena memerlukan, yang hidup berkekurangan, hak orang-orang miskin, serta hak orang
yang terlantar dalam perjalanan. Allah berfirman, “Maka berikanlah kepada kerabat yang
terdekat akan haknya, (demikian pula) kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah,
dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Ar Rum [30]: 38).

Zakat bukan hanya sekadar kebaikan hati, tetapi merupakan bentuk keadilan yang
terlembaga. Setiap manusia mempunyai hawa nafsu, dengan hawa nafsu itu manusia
cenderung tidak pernah puas akan nikmat yang dimilikinya. Seseorang yang mempunyai
harta melimpah cenderung akan terus menimbun hartanya untuk dirinya sehingga timbul
ketamakan, kerakusan, dan kesombongan. Namun, perintah Allah SWT tentang keutamaan
berzakat menyadarkan manusia akan pentingnya menyisihkan sebagian hartanya untuk orang
lain yang membutuhkan karena bernilai amal jariyah yang dapat memberatkan timbangan
amal dan mengurangi hisab.

Zakat juga memberi dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan


berzakat golongan kaya (muzakki) dapat mendistribusikan sebagian hartanya kepada
golongan fakir miskin (mustahiq), maka terjadilah hubungan yang harmonis antara golongan
kaya dan fakir miskin. Sehingga golongan fakir miskin dapat menjalan kegiatan ekonomi di
kehidupannya. Dengan zakat dapat membangun rasa solidaritas yang bersumber dari
keimanan akan menaklukkan egoisme dan kerakusan diri.

Zakat menjadi sarana terbaik yang diwajibkan bagi seorang muslim untuk
menciptakan sistem ekonomi yang merata karena dapat menyejahterakan golongan yang
kurang mampu secara ekonomi baik pengangguran, anak yatim, orang miskin, orang yang
memiliki hutang dan lain sebagainya. Zakat juga dapat menjadi sarana investasi bagi
penggerak roda ekonomi dan modal kerja bagi pengembangan dan kemajuan berbagai sektor
kehidupan. Selain itu, zakat menjadi salah satu landasan keimanan seorang muslim, dan zakat
juga dapat dijadikan sebagai indikator kualitas keislaman yang merupakan bentuk komitmen
solidaritas seorang muslim dengan sesama muslim yang lain. Zakat menjadi suatu ibadah
yang memiliki nilai sosial yang tinggi.

Zakat merupakan suatu terobosan yang sangat ampuh untuk mengatasi masalah
kemiskinan negara yang belum bisa teratasi. Dimana zakat
dapat menambah pendapatan masyarakat miskin pada suatu negara, dan mereka dapat
membeli barang-barang kebutuhan pokok sehingga menigkatkan permintaan terhadap
barang-barang kebutuhan pokok. Marilah sejenak kita melihat sejarah pemerintahan khalifah
Umar Ibn Khattab, bahwa zakat merupakan sumber pemasukan negara Islam selain pajak dan
lain sebagainya. Sehingga zakat mempunyai peran yang sangat central dalam ekonomi Islam.
bukan hanya individu saja yang dapat merasakan dampak positif zakat, melainkan sebuah
negara juga dapat merasakan dampak dari zakat untuk perekonomian suatu negara, yakni
sebagai sumber lain pemasukan negara.

Jika kita melihat di Indonesia ada lembaga yang bertugas mengumpulkan dan
mengelola zakat yakni baitul maal. Pengelolaannya sudah profesional dan sistematis, terlebih
lembaga-lembaga ini sangat mendapat dukungan dari pemerintah. Potensi zakat masyarakat
Indonesia sudah sangat tinggi setiap tahunnya bahkan mencapai 9,1 triliun setiap tahunnya.
Tidak perlu digembar gemborkan tentang himbauan berzakat masyarakat muslim Indonesia
sudah patuh untuk membayar zakat. Sebab, Indonesia adalah negara dengan mayoritas
penduduknya beragama Islam. Adanya dorongan hati menunjukkan bahwa tanpa paksaan
umat Islam sudah memahami dan patuh terhadap perintah agama.

Orang yang gemar berzakat selain pahala dapat diraih, harta dilipatgandakan oleh
Allah SWT juga pengelolaan zakat secara kelembagaan dapat menyejahterakan masyarakat
Indonesia dengan mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sosial, pembangunan
fasilitas umum seperti sekolah, sarana ibadah, jembatan, rumah sakit, dan lain sebagainya.
Hal ini sudah banyak kita jumpai tidak hanya melalui harta yang diinfaqkan namun banyak
orang juga mewakafkan tanah atau bangunan sebagai sarana fasilitas untuk kegiatan
pengembangan yang bermanfaat bagi sesama. Dan insyaa Allah amalan seperti ini dapat
dicatat menjadi amal jariyah yang terus mengalir tiada putus walaupun raga sudah berpisah
dari raga. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah:
261).

Pada akhirnya, zakat berperan besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik
mikro maupun makro. Dengan adanya mekanisme zakat, aktivitas ekonomi dalam kondisi
terburuk sekalipun dipastikan akan dapat berjalan paling tidak pada tingkat yang minimal
untuk memenuhi kebutuhan primer. Oleh karena itu, instrumen zakat dapat digunakan
sebagai perisai terakhir bagi perekonomian agar tidak terpuruk dari kondisi krisis di mana
kemampuan konsumsi mengalami stagnasi. Zakat memungkinkan perekonomian terus
berjalan pada tingkat yang minimum karena kebutuhan konsumsi minimum dijamin oleh
dana zakat. Bagi umat Islam, mengaktualisasikan zakat berarti membangun dasar-dasar yang
kokoh bagi tegaknya ekonomi berkeadilan di tengah dunia yang terus berubah dengan sistem
ekonomi yang jatuh bangun sepanjang peradaban.

Anda mungkin juga menyukai