Rahmat Aji A
K7719059
Pendidikan Akuntansi ’19 B
Abstrak
Indonesia dan Malaysia adalah Negara yang mayoritas warga negaranya beragama
Islam, dan jika dilihat secara kultural adanya potensi dalam pemerataan pendapatan pada
masyarakat muslim tersebut karena adanya kewajiban membayar zakat, infaq, dan
shadaqah(ZIS). Karena menyangkut hajat/kepentingan banyak orang maka pengelolaan zakat
ini harus benar benar akuntabilitas dan transparansi. Maka dari itu pada setiap lembaga
Amil/lembaga yang mengurus dana ZIS ini harus membuat sebuah laporan keuangan yang
baik dan transparan. Namun pada penerapannya banyak BAZIS dan LAZIS masih belum
menerapkan pembuatan laporan keuangan tersebut seperti yang beroperasi dalam lingkup
desa/kelurahan atau masjid, mereka menggunakan akuntansi konvensional. Padahal sudah
ada ketetapan sendiri mengenai ZIS ini seperti yang tercantum pada PSAK no.109 tentang
akuntansi zakat. Selain itu pada artikel ini akan membahas apakah ada perbedaan dalam
pengelolaan zakat di Lembaga Zakat Indonesia dan Malaysia. Dalam artikel ini hanya akan
menggunakan analisis data dari jurnal jurnal nasional dan internasional, laporan keuangan
pada LAZIS Indonesia. Dan dalam pembahasan ini akan menjelaskan hal-hal terkait Zakat
dan Pengelolaan zakat di Indonesia dan Malaysia, serta prespektif zakat pada Malaysia.
1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Seperti yang sudah saya katakana pada awal artikel ini bahwa secara
umum zakat dapat diartikan tumbuh dan berkembang. Dan juga dapat
bermakna menyucikan dalam artian dengan melakukan zakat akan menambah
pahala kita dan membersihkan diri kita dari dosa. Menurut syariat, zakat
sifatnya wajib dari harta tertentu pada waktu tertentu, jadi saat seseorang itu
masih mempunyai kewajiban yang lain, kita ambil contoh saat seseorang itu
sedang terlilit hutang maka ia tidak diwajibkan untuk membayar zakat. Karena
bagaimanapun sifat dari hutang juga wajib dan Islam bukanlah agama yang
memberatkan umatnya, maka dikatakan hak wajib harta tertentu pada waktu
tertentu.
Menurut UU No.23 Tahun 2011 Zakat adalah harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan hokum yang dimiliki oleh seorang
muslim sesuai dengan ketentuan agama dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Jadi berdasarkan ketentuan diatas dapat diartikan bahwa wajib
dibayarkan oleh setiap muslim yang mampu dalam ketetapan syariah.
b. Hukum Zakat
Dalam rukun islam zakat adalah rukun yang ke 3, disebutkan bahwa
wajib berzakat jika mampu. Dasar hukumnya “Ambilah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.(Q.S. At Taubah:103).
Dalam surat lain juga disampaikan “Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang orang yang ruku”.(Q.S. Al
Baqarah:43)
d. Jenis Zakat
1. Zakat Nafs(jiwa)
Biasa kita kenal dengan yang namanya Zakat fitrah, sesuai
namanya dimana zakat ini biasanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan
sebelum hari raya Idul Fitri. Sesuai dengan suasana lebaran yang kembali
ke fitri maka dengan melaksanakan zakat ini akan lebih mensucikan diri
kita dari dosa dan kembali ke fitri. Biasanya jenis zakat ini dibayarkan
dengan menggunakan makanan pokok atau uang yang senilai dan
sebanding dengan ukuran/harga dari makanan pokok tersebut, dan zakat
ini merupakan tanggungjawab kepala keluarga terhadap anak istri, dan
orang orang yang tinggal bersama mereka.
2. Zakat Maal(harta)
Zakat ini tujuannya untuk mensucikan harta lainnya. Biasanya
terdiri dari zakat harta dagang, emas, perak, dan uang simpanan, hasil
pertanian, binatang ternak, pertambangan, barang temuan, asset, profesi,
saham dan obligasi. Dan masing masing zakat tadi memiliki syarat dan
hitungan tertentu untuk dikeluarkan. Jadi tidak bisa dipukul rata dari zakat
satu ke zakat yang lainnya, karena zakat itu harus senilai jadi ada
perhitungannya sendiri. Antara lain:
1) Zakat Binatang Ternak
a. Sampai nisab, mencapai kuantita tertentu
b. Telah dimiliki satu tahun
c. Digembalakan
d. Tidak untuk dipekerjakan
2) Zakat Emas dan Perak
Sebagian ulama berpendapat bahwa nisab untuk zakat
ini adalah 85 gram. Selama harta ini tidak berlebihan atau
dalam artian tidak utuk investasi atau sewaktu waktu akan
diuangkan maka tidak wajib mengeluarkan zakat. Namun jika
harta tersebut melebihi keperluan menurut syara’, harus
mengeluarkan zakat untuk mensucikan harta lainnya.
3) Zakat Profesi
Sebenarnya dalam kajian zakat ini masih belum
diketahui keilmuan islamnya, namun hasil profesi yang berupa
harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta. Dengan
demikian, hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi
ketentuan wajib zakat, maka wajib baginya untuk menunaikan
zakat.(Djuanda, 2006)
Itulah contoh perhitungan dan ketentuan masing masing
jenis zakat. Jadi semuanya ada hitungannya yang berbeda tidak
dipukul rata namun adil dan senilai dengan harta yang akan
dizakatkan.
e. Landasan Hukum PSAK No.109 dan Standar Laporan di Indonesia
Dalam pengelolaan zakat, laporan harus menggunakan standar yang
sudah ditetapkan oleh Negara. Berikut sumber sumber yang relevan dengan
PSAK No.109 antara lain:
1. Dewan Syariah Nasional MUI mengatakan bahwa semua pihak
yang berkepentingan memperoleh kepastian tetang sistem mana
yang digunakan oleh LKS, sesuai prinsip ajaran islam
2. UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
3. Keputusan Mentri Agama RI Nomor 373 2003 tentang pelaksanaan
UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
4. Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat
Asset tetap
Entitas Amil
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 20xx
Aset Liabilitas
Dan Xxx
infak/sedekah
Dana mil Xx
Jumlah Xxx
g. Akuntansi Zakat
Akuntansi biasa didefinisikan sebagai proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu
perusahana/lembaga/badan. Atau jika orang awam biasa mengaatakan sebagai
bahasa bisnis terkait informasi dan pertanggungjawaban yang dibutuhkan oleh
pihak eksternal dan pihak yang berkepentingan dalam memanfaatkan
informasi tersebut.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntansi zakat adalah
pencabangan dari ilmu akuntansi yang lebih spesifik dalam bidang/ranahnya.
Husein Sahatah(1997) menganggap akuntansi zakat mal sebagai salah satu
cabang ilmu akuntansi yang dikhususkan untuk menentukan dan menilai asset
wajib zakat, menimbang kadarnya, dan mendistribusikan hasilnya kepada para
mustahiq dengan berdasarkan kepada kaidah kaidah syariat Islam.
Sehingga tujuannua nanti untuk pengawasi lembaga dan badan
pengelelola zakat itu agar tetap dalam koridornya, dalam artian bisa sejalan
dengan syariat Islam termasuk mengenai penerimaan hingga pengeluaran
harus bisa transparan.
Standar akuntansi zakat ini sebenarnya mengikuti sifat dari zakat itu
sendiri, yakni mengikuti bagaimana harta itu nanti dinilai dan diukur.
Dan pernah saya baca tentang teknik yang cocok untuk penerapan
laporan pada akuntansi zakat adalah teknik kas dan dana. Alasannya yang
pertama, pengelolaan tidak melibatkan rekening utang-piutang jikapun ada itu
adalah asumsi kebiasaan muzzaki yang selalu menyetor pada satu lembaga
tersbut maka biasanya itu akan dianggap sebagai piutang atau penerimaan
yang tertunda, atau bisa juga dianggap sebagai pengira ngira. Kedua, biasanya
yang menjadi pengelola dana(amil) tersebut adalah orang orang tidak
mempunyai kompetensi ahli atau berpendidikan tinggi, sehingga laporan itu
dapat dibuat oleh amil tersebut karena mudah untuk dipelajari.
Dalam Akuntansi Dana ada yang namanya General Fund atau dana
umum yang berarti total penerimaan zakat yang nantinya harus dialokasikan
ke beberapa kelompok penerima.
j. Laporan Keuangan
1. Pengertian
Menurut Mayer(2004:18) dalam bukunya “Financial Statement
Analysis” menyatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan
adalah dia daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Yang dimaksud dua daftar yaitu meliputi daftar
neraca(posisi keuangan) dan laba rugi, lalu pada saat akhir periode
biasanya akuntan menambahkan laba ditahan untuk melihat seberapa
besar.
Menurut(Baridwam, 2004) laporan keuangan adalah ringkasan
suatu proses pecatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan.
Sedangkan menurut PSAK No. 1 menyatakana bahwa laporan
keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas.
Selain itu Ikatan Akuntansi Indonesia(IAI) menyatakan bahwa
laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta segala
keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara
lain laporan sumber dan penggunaan dana-dananya.
Dapat kita kita simpulkan bahwa yang dikatakan laporan keuangan
adalah sebuah ringkasan data terkait pembukuan selama 1 periode berjalan
yang memuat data posisi keuangan dan transaksi periode berjalan.
Guna laporan ini dibuat adalah seperti yang saya katakana diawal
aritikel ini, bahwa adan pelaporan itu untuk menjaga data itu tetap
transaparan untuk kepentingan pihak eksternal, menjaga kepercayaan
muzzaki agar tetap percaya pada BAZ tersebut.
Dalam penelitian Arim Nasim(2014) memasukan penelitian yang
pernah diteliti oleh Sofyan Rizal(2006) bahwa pada lembaga amil zakat,
kepercayaan muzzaki dapat dilihat beberapa faktor yaitu:
1) Tingkat kepercayaan terkait dengan kredibilitas
a. Amanah terhadap dana zakat
b. Tepatnya sasaran pada peruntukan zakat
c. Transparansi dalam hal keuangan dan pengelolaan
2) Tingkat kepercayaan terkaitr dengan kompetensi
a. Pengetahuan amil tentang zakat
b. Pengelolaan zakat yang baik
3) Tingkat kepercayaan terkait sikap moral
a. Penampilan lahiriah pengelola zakat
b. Moral dari pengelola zakat
2. Tujuan
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi
keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Tidak jauh beda bahwa menurut Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) No. 1, tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Zakat merupakan sebuah kewajiban umat islam, dengan adanya badan dan lembaga
pengelola Zakat tentunya akan mempermudah penyaluran dananya. BAZ dan LAZ harus
selaras dalam keberjalanan pengelolaannya, tidak bisa jika LAZ itu berdiri sendiri tanpa
menggunakan kebijakan dari BAZ pusat. Dan keduanya harus bisa meyakinkan masyarakat
terhadap keterampilan mereka pengelola dana zakat tersebut. Jangan sampai badan dan
lembaga tersebut tidak lagi dipercaya oleh masyarakat dikarenakan data yang tidak valid,
tidak amanah terkait dana zakat, dsb.
Harapannya harus bisa memperbaiki sistem mereka karena mereka langsung dibawah
pemerintahan. Jikalau data tidak valid dan tidak berurut ditakutkan akan menjadi omongan
masyarakat luas terkait pengelolaan data/dana zakat yang tidak transparan.
Daftar Pustaka dan Referensi
Batubara, Z. (2016). Pengembangan Sistem Akuntansi Zakat Pada Badan Amil Zakat (BAZ)
Dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Di Indonesia. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah
Ekonomi Kita, 5(2), 124-130.
Umah, U. K. (2011). Penerapan akuntansi zakat pada lembaga amil zakat (Studi Pada Laz
DPU DT Cabang Semarang). Value Added| Majalah Ekonomi Dan Bisnis, 7(2).
Nur Hikmah.,(2018). Analisis Laporan Keuangan Lembaga Zakat di Indonesia dan Malaysia.
Skiprsi
Rohmatun Nisa. Analisis Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Bedasarkan PSAK 109.
Skipsi
Rahmadani, F., Karamoy, H., & Afandi, D. (2018). Analisis Penerapan Akuntansi Zakat,
Infaq/Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Kotamobagu. GOING
CONCERN: JURNAL RISET AKUNTANSI, 13(04).
Hehanussa, S. J. (2015, May). Pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas
laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah Kota Ambon. In Conference In Business, Accounting, And
Management (CBAM) (Vol. 2, No. 1, pp. 82-90).
Nikmatuniayah, N., & Marliyati, M. (2015). Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil
Zakat di Kota Semarang. MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 31(2), 485-494.
Bashori, A. H. (2015). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) pada
Baz di Jawa Timur. Akuntansi: Jurnal Akuntansi Integratif, 1(1), 86-117.
Hidayat, S., Rohaeni, N., & Zanatun, A. (2018). Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan 109 Pada Yayasan Rumah Yatim Arrohman: Identifikasi Faktor
Pendukung. Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia, 1(1), 17-26.