Anda di halaman 1dari 132

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah

masalah ekonomi, termasuk negara Indonesia saat ini. Permasalahan ekonomi sering

kali berdampak negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat, seperti kemiskinan

dan pengangguran. Pemerintah sudah memiliki programprogram yang telah

digulirkan dalam rangka menanggulangi permasalahan ini. Salah satu yang menjadi

alternatif program pemerintah sebagai sumber dana untuk mengatasi kemiskinan

adalah dengan penyaluran zakat. Zakat sangatlah mungkin menjadi alternatif

program pemerintah sebagai sumber dana untuk mengatasi kemiskinan.

Pembentukan modal tidak semata-mata dari pemanfaatan dan pengembangan

sumber daya alam, akan tetapi berasal dari sumbangan wajib orang kaya. Zakat juga

berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penyediaan

sarana dan prasarana produksi.1

Zakat yang memiliki interkoneksi sosial, pada dasarnya memiliki potensi

untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi umat. Upaya-upaya yang memungkinkan

untuk mewujudkan hal tersebut, apabila basis teoritis sosial keagamaan tentang

zakat, dipadukan dengan struktur kelembagaan dan manajemen operasional yang

tepat guna. Dalam sejarah, lembaga yang berhasil menjadikan zakat sebagai alat

pertumbuhan perekonomian umat adalah Negara. Seperti pada masa Rasulullah,

lembaga yang digunakan untuk memberdayakan zakat, yaitu Negara. Begitu pun
Ahmad Thoharul Anwar, Zakat Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat, Jurnal Zakat
1

dan Wakaf, (ZISWAF, Vol. 5, No. 1, 2018), h. 42


pada masa khalifah Abu Bakar Siddik dan Umar Ibn Khotob, zakat dikelola oleh

Negara. Bahkan pada masa itu, zakat menjadi salah satu pendapatan pokok negara.

Menurut Islam, kemiskinan adalah masalah serius yang harus diberikan

perhatian yang serius pula. Oleh karena itu, Islam menjelaskan masalah kemiskinan

dan kesenjangan sosial ini secara detail, baik aspek konsepsi maupun

penyelesaiannya. Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa zakat adalah pilar ketiga

dalam Islam yang menentukan kokoh atau tidaknya bangunan Islam. Jika zakat

ditunaikan dengan sebaik-baiknya, maka bangunan ini akan kuat ditandai dengan

minimnya masalah sosial. Sebaliknya jika zakat tidak ditunaikan atau ditunaikan

seadanya maka bangunan ini akan rapuh yang ditandai dengan banyaknya masalah

sosial. Oleh karena itu, zakat dalam Islam merupakan prinsip rukun atau sering

dinamakan sebagai al-Ma’lum minaddin biddharurah.2

Dalam Al-Qur‟an zakat seringkali digandeng penyebutannya

dengan shalat. Kata zakat dalam Al-Qur‟an disebutkan secara makrifah

sebanyak 30 kali. Delapan dalam surat Makiyah dan selainnya terdapat

dalam surat Madaniyah. Penyebutan kata zakat yang bergandengan

dengan kata shalat terdapat pada 28 tempat. 3 Ini menunjukkan bahwa

antara zakat dan shalat mempunyai kaitan yang sangat erat, meskipun

terdapat perbedaan antara keduanya. Zakat adalah suatu ibadah maliyah

yang lebih menjurus kepada aspek sosial kemasyarakatan (ijtima‟iyah),

untuk mengatur hubungan kehidupan manusia dan hubungannya dengan

Allah swt, serta dalam hubungannya dengan sesama manusia. Sedangkan

shalat lebih menjurus kepada pembentukan kepribadian yang mulia dan


2
Oni Sahroni, Dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 66.
3
Yusuf Qardawi, Fiqhu Zakat, Beirut: Muasasah al-Risalah, 1991, hal. 42

2
bersifat personal (fardiyah). Oleh karena itu, kewajiban mengeluarkan

zakat ini sama dengan wajibnya kita melaksanakan shalat lima waktu.4

Berdasarkan tafsir dari Kementerian Agama, surat At Taubah ayat 60

menjelaskan delapan golongan orang yang lebih berhak menerima zakat. Delapan

golongan ini ditentukan Allah SWT berdasarkan urgensi kebutuhannya masing-

masing.

Surat At-Taoubah Ayat 60 :

ِ ِ‫ب َو ۡٱل ٰ َغ ِر ِمينَ َوفِي َسب‬


‫يل ٱهَّلل ِ َو ۡٱب ِن‬ ُ َ‫ص َد ٰق‬
ِ ‫ت لِ ۡلفُقَ َرٓا ِء َو ۡٱل َم ٰ َس ِكي ِن َو ۡٱل ٰ َع ِملِينَ َعلَ ۡيهَا َو ۡٱل ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوبُهُمۡ َوفِي ٱل ِّرقَا‬ َّ ‫ِإنَّ َما ٱل‬

‫يم‬ٞ ‫ض ٗة ِّمنَ ٱهَّلل ۗ ِ َوٱهَّلل ُ َعلِي ٌم َح ِك‬


َ ‫ٱل َّسبِي ۖ ِل فَ ِري‬

Artinya: "Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba

sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk

orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha

Mengetahui, Maha bijaksana."

Dengan ayat ini menjadi jelaslah peran amil, dalam hal ini BAZNAS, dalam

menjalankan tugas dan fungsinya. Al Qur‟an menunjukkan bahwa keberadaan amil

dalam mengelola zakat memiliki peran yang sangat strategis. Artinya, amil

diharapkan mampu mewujudkan cita-cita zakat sebagai salah satu instrumen dalam

Islam untuk menciptakan pemerataan ekonomi. Dalam konteks ini, para amil zakat

tidak hanya sekadar mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, tetapi juga dituntut

untuk mampu menciptakan pemerataan ekonomi umat sehingga kekayaan tidak

4
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, UIN Malang Press, ,Malang,
2008, hal 8

3
hanya berputar pada satu golongan atau satu kelompok orang saja. Sebagaimana

yang Allah terangkan dalam Al-Qur‟an.5

Pada dimensi ekonomi, zakat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

mustahik dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia sebagai salah satu

negara Muslim terbesar memiliki potensi zakat yang tinggi. Indonesia dengan

mayoritas penduduk muslim yaitu sebanyak 216,66 juta jiwa6 memiliki potensi zakat

yang besar. Potensi zakat di Indonesia diestimasikan mencapai 217 triliun rupiah per

tahun yang didominasi oleh potensi zakat industri manufaktur dan industri lainnya

sekitar 115 triliun rupiah disusul dengan potensi zakat penghasilan rumah tangga

sebesar 83 triliun rupiah7, telah direalisasikan sekitar Rp 6 triliun pada 2017 oleh

BAZNAS pusat dan daerah serta LAZ seluruh Indonesia. Namun, dari total potensi

zakat tersebut hanya Rp 8 triliun atau sekitar 3,5% yang terkumpul. Hal ini

menandakan adanya kesenjangan yang cukup besar antara potensi zakat dan

pendapatan rillnya.8

Potensi ini menunjukan bahwa sebenarnya ada sektor-sektor potensial untuk

mengurangi ketimpangan kemiskinan. Jadi, zakat, infaq dan shadaqah terkait dengan

aktualisasi potensi dana untuk membangun umat, seperti membangun infrastruktur

untuk kepentingan masyarakat, sarana pendidikan yang unggul, sarana kesehatan

yang memadai, dan sarana strategis lainnya yang menunjang taraf hidup masyarakat.

5
Al-Hasyr (59):7
6
Badan Pusat Statistik, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari
Penduduk Indonesia Jakarta : BPS 2010, hlm. 10
7
Firdaus, Muhammad (et.al), Economic Estimation and Determinations of Zakat Potential in
Indonesia, Kingdom of Saudi Arabia : IRTI – IDB, 2012, hlm 33.
8
Bambang Supriyanto, 2020, Potensi Zakat Rp233,8 Triliun, Muhammadiyah Apresiasi Survei
Lazismu. https://finansial.bisnis.com/read/20210301/231/1362228/potensi-zakat-rp2338- triliun-
muhammadiyah-apresiasi-survei-lazismu (1 Maret 2021), diakses 28 Juni 2022, Pukul 08.30 WIB.

4
Negara Indonesia adalah negara hukum9. Oleh karena itu, setiap

penyelenggaraan negara dan pemerintahannya selalu didasarkan pada peraturan dan

perundang-undangan. Negara Indonesia tidak menganut paham teokrasi yang

mendasarkan pada ideologi agama tertentu dan tidak juga beraliran negara sekuler

yang tidak mempedulikan agama. Relasi agama dan negara di Indonesia amat

sinergis dan tidak pada posisi dikotomi yang memisahkan antara keduanya.

Legitimasi keberadaan agama di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) serta untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya masing-masing dilindungi secara konstitusional.10

Negara hukum Republik Indonesia pada era reformasi ini banyak orang

berharap bahwa reformasi akan memberikan arah baru bagi kehidupan masyarakat

khususnya di bidang hukum. Seiring berjalannya reformasi, berdampak perubahan

pada tata kelola pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam memberdayakan potensi zakat diperlukan lembaga yang mampu

mengelola dana zakat kemudian mendistribusikan tepat sasaran. Ketika zakat

diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah

adalah sah. Hal itu akan terabaikannya hikmah dan fungsi zakat, terutama yang

berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit terwujud.11 Salah satu upaya

9
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945
hasil amandemen ketiga.
10
A. Rahmad Rosyadi dan Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif Tata
Hukum di Indonesia, Cet. I, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hlm. 1.
11
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), h. 126

5
mendasar dan fundamental untuk mengentaskan atau meminimalisir masalah

kemiskinan adalah dengan cara mengoptimalkan pengelolaan zakat. Hal itu

dikarenakan zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan habis.

Dengan kata lain selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama

dana zakat tersebut mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu ada

serta bermanfaat untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah berimplikasi penerapan asas desentralisasi, yang antara lain mengatur

tentang pembentukan Peraturan Daerah (Perda) di daerah- daerah kabupaten/kota.

Dengan wewenang BAZNAS tersebut, pengumpulan dana zakat akan terorganisir

secara efektif, dan akan dapat terdistribusikan secara efisien.

Sistem pengelolaan zakat tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2011 tentang pengelolaan zakat yang isinya secara spesifik memberi amanat kepada

BAZNAS sebagai pelaksana utama dalam pengelolaan zakat di Indonesia. BAZNAS

mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pelaksanaan, pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Sehingga Lembaga Amil Zakat (LAZ)

wajib melaporkan atas pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu daerah di Provinsi

Sumatera Barat yang memiliki wilayah yang cukup luas yakni dengan luas daerah

3.354.30 Km2, terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan. Dimana rata-rata masih banyak

ditemui para mustahiq dengan kondisi perekonomian yang memprihatinkan.

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota adalah lembaga zakat yang dibentuk

oleh pemerintah setempat sesuai dengan spirit zakat melalui UU No 38 Tahun 1999.

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota berdiri pada tahun 2004 berdasarkan

6
Keputusan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 235/BLK/2004 Tentang

pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah. Periode 1 dan ke 2 Tahun 2004-

2007 dan 2008-2012 di pimpinan oleh H. Jayusman, S.Pd., M.M.Pd. dan ditambah

masa perpanjangan selama 3 tahun yaitu sampai Tahun 2016, periode ke 3 Tahun

2017-2021 dipimpin oleh Desembri, SH., MA. Adapun tugas BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota itu sendiri adalah pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat. Zakat utama yang dikelola di BAZNAS Kabupaten Lima

Puluh Kota adalah zakat profesi, yang tentu saja sasaran utamanya adalah ASN di

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Namun pada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota pengumpulan zakat

belum teroptimalkan. Pengumpulannya masih jauh dari potensi zakat yaitunya 66

Milyar pertahunnya sedangkan potensi zakat ASN 8 Milyar per tahun. BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota baru mampu mengumpulkan 4 Milyar dan itupun pada

umumnya dari Muzakki ASN. Adapun problematika yang dihadapi bahwa zakat

yang disetorkan oleh muzakki ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi

ada yang kadar zakatnya dipotong 1 %, ada yang 1,5 %, sebagian sudah ada yang

2,5 % bahkan ada yang tidak menyetorkan zakatnya ke BAZNAS Kabupaten Lima

Puluh Kota. Sedangkan dalam ketentuan syariat islam kadar zakat penghasilan

ditetapkan 2,5 % dari penghasilan.

Dalam hal pengelolaan zakat, Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota mulai

mencanangkan sebagai daerah yang menerapkan Peraturan Daerah (Perda) Zakat,

yang dibuktikan dengan diberlakukannya Perda Nomor 9 Tahun 2013 tentang

Pengelolaan Zakat. Dimana menunaikan zakat adalah salah satu kewajiban bagi

umat islam yang mampu, dan hasil dari pengumpulan zakat merupakan sumber dana

7
yang sangat potensial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat,

mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial di Kabupaten

Lima Puluh Kota.

Selain Peraturan Daerah Bupati Lima Puluh Kota juga mengeluarkan Surat

Edaran Nomor 113 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Profesi di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, didalam edaran

tersebut telah dimintakan 2,5% dari muzakki namun zakat belum juga

teroptimalkan. Oleh karena itu, ini merupakan permasalahan yang kiranya penting

untuk diteliti, apa yang menyebabkan penerimaan zakat pada Baznas Kabupaten

Lima Puluh Kota sangat kecil jauh dari potensi yang seharusnya diperoleh.

Fenomena diatas, menarik untuk diteliti secara serius, baik oleh akademisi

maupun oleh praktisi. Karena, interkoneksi antara zakat dengan kehidupan sosial,

dan interkoneksi peran BAZNAS dengan pengelolaan zakat bisa memberikan solusi

alternative untuk meningkatkan daya transformasional zakat, dengan meningkatkan

daya pengumpulan dan daya pendistribusian zakat bagi terciptanya percepatan

pertumbuhan ekonomi muslim Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Lima

Puluh Kota. Berdasarkan pertimbangan itulah, maka perlu dibentuk Peraturan

Daerah (Perda) tentang Pengelolaan Zakat sebagai bentuk perhatian Pemerintah

Kabupaten Lima Puluh Kota dalam hal pengelolaan zakat agar dalam

pengalokasiannya bermanfaat bagi mereka yang berhak menerimanya.

Upaya demikian, memerlukan keberanian didalam memperbaharui

pemahaman masyarakat, lebih-lebih mereka yang diserahi amanat sebagai amil

untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan mengaplikasikannya. Di samping

8
itu, lembaga amil dalam pengelolaan dan pendistribusiannya perlu didukung dengan

efektifitas, profesionalitas dan akuntabilitas manajemen pengelolaannya.

Berdasarkan isi-isu hukum di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

“Optimalisasi Pengelolaan Zakat Profesi di Kalangan Aparatur Sipil Negara

(ASN) Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai Upaya

Penanggulangan Kemiskinan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahannya adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota?

2. Apakah kendala-kendala pengelolaan zakat profesi di kalangan

ASN Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota?

3. Bagaimana upaya optimalisasi pengelolaan zakat profesi di kalangan

ASN Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai upaya

penanggulangan kemiskinan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis praktek pengelolaan zakat

profesi di kalangan ASN di Pemerintahan Kabupaten Lima

Puluh Kota.

9
2. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala-kendala pengelolaan

zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten Lima

Puluh Kota.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya optimalisasi pengelolaan

zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten Lima

Puluh Kota sebagai upaya penanggulangan kemiskinan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara teoritis maupun secara praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna memberkan sumbangsih

pemikiran terhadap kemajuan ilmu pengetahuan hukum, khususnya pada

hukum tata negara yang memiliki kaitan dengan persoalan zakat sehingga

dapat mengungkap permasalahan-permasalahan dan menemukan solusinya.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

upaya penyelesaian masalah-masalah hukum dan dapat memberikan

wawasan serta pemahaman kepada masyarakat bahwa hukum selalu

berkembang dan dinamis.

b. Bagi Akademisi

Untuk kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan

sumber informasi dan refensi guna melakukan pengkajian lebih lanjut dan

10
mendalam sehingga dapat menghadapi persoalan- persoalan yang mungkin

timbul di kemudian hari.

c. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan maupun pembetukan

pola pikir dalam bidang zakat, mengembangkan penalaran dan membentuk

pola pikir sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam menetapkan ilmu

yang telah diperoleh.

d. Para Pihak Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan

kepada pihak :

1) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman lembaga amil

zakat dalam pengelolaan zakat.

2) Diharapkan penelitian ini memberikan motivasi dalam

pengelolaan zakat yang lebih baik.

3) Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

BAZNAS dalam menyusun kebijakan program sehingga dengan

adanya pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh dengan baik,

maka zakat akan dapat dilaksanakan secara tepat guna.

4) Diharapkan penelitian ini dapat menginpirasi Pemerintah Daerah

untuk menerbitkan perda yang baru yang lebih kuat beserta

sanksi bagi yang enggan membayar kewajiban zakat untuk

optimalisasi pengumpulan zakat di Kabupaten Lima Puluh Kota.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

11
1. Kerangka Teoritis

a. Teori Kemanfaatan (Utility)

Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremi Bentham

(1748-1831). Jeremy Bentham sebagai penemunya menunjuk banyak dari

karyanya pada kecaman-kecaman yang hebat atas seluruh konsepsi hukum

alam. Bentham tidak puas dengan kekaburan dan ketidaktetapan teori-teori

tentang hukum alam, dimana Utilitarianisme mengetengahkan salah satu dari

gerakan-gerakan periodik dari yang abstrak hingga yang konkret, dari yang

idealitis hingga yang materialistis, dari yang apriori hingga yang berdasarkan

pengalaman. “Gerakan aliran ini merupakan ungkapan-ungkapan/tuntutan-

tuntutan dengan ciri khas dari abad kesembilan belas”.12 “Menurut aliran ini,

tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan sebanyak-

banyaknya kepada warga masyarakat yang didasari oleh falsafah sosial yang

mengungkapkan bahwa setiap warga negara mendambakan kebahagiaan, dan

hukum merupakan salah satu alatnya”.13

Aliran Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan

sebagai tujuan utama hukum. Adapun ukuran kemanfaatan hukum yaitu

kebahagian yang sebesar-besarnya bagi orang-orang. “Penilaian baik-buruk,

adil atau tidaknya hukum tergantung apakah hukum mampu memberikan

kebahagian kepada manusia atau tidak.14

12
Friedman, Teori dan Filsafat Hukum ; Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan,
diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhamad Arifin, Disunting oleh Achmad Nasir
Budiman dan Suleman Saqib,Rajawali,, Jakarta , 1990, hlm. 111
13
Darji Darmodihardjo dalam Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum ; Edisi lengkap Dari Klasik
sampai Postmoderenisme, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Jogyakarta, 2011, hlm.159
14
Lilik Rasyidi dalam Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta , 2010, hlm. 59

12
Utilitarianisme meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama dari

hukum, kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines), yang

tidak mempermasalahkan baik atau tidak adilnya suatu hukum, melainkan

bergantung kepada pembahasan mengenai apakah hukum dapat memberikan

kebahagian kepada manusia atau tidak”15. Penganut aliran utilitarianisme

mempunyai prinsip bahwa manusia akan melakukan tindakan-tindakan untuk

mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi

penderitaan.

Teori kemanfaatan dicetuskan oleh Jeremy Bentam seorang pemikir

Inggris mengatakan pada hakikatnya kebahagiaan adalah kenikmatan dan

kehidupan yang bebas dari kesengsaraan, maksud manusia melakukan

tindakan adalah untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan

mengurangi penderitaan. Suatu tindakan dinilai baik jika tindakan itu

menghasilkan kebaikan, sebaliknya dinilai buruk jika mengakibatkan

keburukan.16

Teori kemanfaatan tidak dapat dilepaskan dari ide negara hukum

kesejahteraan. Ide dasar negara kesejahteraan beranjak dari abad ke-18

ketika Jeremy Bentam mempromosikan gagasan bahwa pemerintah memiliki

tanggungjawab untuk menjamin the greatest happiness (welfare) of the

greatest number oftheir citizen, "kebahagiaan terbesar dari jumlah orang

terbesar", manusia selalu berusaha memperbanyak kebahagiaan dan

15
Muh. Erwin, Filsafat Hukum, Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Rajawali Press ,Jakarta,
2011, hlm. 179
16
Lily Rasyidi dan IB Wiyasa Putra, Htrktrm Sebngni Stratir Sistem, Mandar Maju, Bandung,
2003, hlm116.

13
mengurangi kesusahannya.17 Betham menggunakan istilah utility (kegunaan

dan kemanfaatan) untuk menjelaskan konsep kebahagiaan atau

kesejahteraan, berdasarkan prinsip utilitarianisme yang ia kembangkan

Bentham berpendapat bahwa sesuatu yang dapat menimbulkan kebahagiaan

ekstra adalah sesuatu yang baik, sebaliknya sesuatu yang menimbulkan sakit

adalah buruk, menurutnya aksi-aksi pemerintahan selalu diarahkan untuk

meningkatkan kebahagiaan sebanyak mungkin.18

Menurut Bentham negara diadakan bukanlah atas kehendak alam,

melainkan atas kehendak rakyat melalui suatu bentuk "kontrak" yang

kemudian dijadikan dasar negara. Penciptaan negara melalui kontrak itu

dimaksudkan untuk membangun kesejahteraan yang sebesar-besamya bagi

rakyat, karenanya jika ternyata konstitusi menciptakan sebaliknya maka

konstitusi itu harus diubah untuk mewujudkan tujuan hakikinya.19Dengan

demikian hukum yang diciptakan oleh negara adalah untuk mewujudkan

kebahagian dan kesejahteraan hidup warga masyarakat. Teori kemanfaatan

dalam pandangan John Stuart Mill adalah kemanfaatan atau prinsip

kebahagiaan terbesar menyatakan bahwa tindakan tertentu benar jika

cenderung memperbesar kebahagiaan, keliru jika cenderung menghasilkan

berkurangnya kebahagiaan.20

Ajaran Bentham dikenal sebagai Utilitarianisme individual, yang

menyatakan bahwa baik buruknya suatu perbuatan akan diukur apakah


17
J. Bentham, An Introdiiction to the Priciple of Moral and Legislation, ed J.H. Burns
andH.L.A.Hart ( Univ. of London, The Atholene Press, 1970), hlm. 11, HR Otje Salman dan Anton F
Susanto, Teori Hukum, Mengingat, mengumpnlkan, dan Membuka Kembali,Refika Aditama,
Bandung, 2004, hlm 156.
18
Lily Rasyidi dan IB Wiyasa Putra, Hzlkum Sebagai..., loc. cit., hlml16.
19
Ibid., hlm 117
20
John Stuart Mill, Utilitarianism, Bobbs – Memll,New York, 1957, hlm 10

14
perbuatan itu mendatangkan kebahagiaan atau tidak. Bentham mencoba

menerapkannya di bidang hukum yaitu perundang-undangan di mana baik

buruknya ditentukan pula oleh ukuran tersebut. Sehingga undang-undang

yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat akan

dinilai sebagai undang-undang yang baik. Oleh karena itu diharapkan agar

pembentuk undang-undang harus membentuk hukum yang adil bagi segenap

warga masyarakat secara individual. “Lebih lanjut Bentham berpendapat

bahwa keberadaan negara dan hukum sematamata sebagai alat untuk

mencapai manfaat yang hakiki yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat”21

Penggunaan teori utility dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat

membentuk hukum yang adil bagi segenap warga masyarakat secara

individual dan memberikan kehidupan yang layak serta kesejahteraan bagi

setiap warga.

b. Teori Evektifitas Hukum

Efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan

atau kemanjuran atau kemujaraban. Membicarakan keefektifan hukum tentu

tidak terlepas dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variable terkait

yaitu karakteristik atau dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan. 22

Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif

atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu23 :

1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).

21
Lilik Rasyidi dan Ira Thania Rasyidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT. Citra
Aditya Bhakti, Bandung, 2004, hlm. 64
22
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya , Bandung, 2013, Hlm. 67
23
Soerjono Soekanto, Salim,H.S dan Erlis Septiana N, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, Hlm. 8 9

15
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Beberapa ahli juga mengemukakan tentang teori efektivitas seperti

Bronislav Molinoswki, Clerence J Dias, dan Allot. Bronislav Malinoswki

mengemukakan bahwa : Teori efektivitas pengendalian sosial atau hukum,

hukum dalam masyarakat dianalisa dan dibedakan menjadi dua yaitu :

(1)masyarakat modern, (2)masyarakat primitif, masyarakat modern

merupakan masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan pasar yang

sangat luas, spesialisasi di bidang industri dan pemakaian teknologi canggih,

didalam masyarakat modern hukum yang di buat dan ditegakan oleh pejabat

yang berwenang.24

Pendapat Clerence J Dias tersebut dijelaskan oleh Marcus Priyo

Guntarto sebagai berikut, terdapat 5 (lima) syarat bagi effektif tidaknya satu

sistem hukum meliputi :

1. Mudah atau tidaknya makna isi aturan-aturan itu ditangkap.

2. Luas tidaknya kalangan didalam masyarakat yang mengetahui isi

aturanaturan yang bersangkutan.

24
Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi,
Rajawali Press, Jakarta, 2013, Hlm.375

16
3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum dicapai

dengan bantuan aparat administrasi yang menyadari melibatkan dirinya

kedalam usaha mobilisasi yang demikian, dan para warga masyrakat

yang terlibat dan merasa harus berpartisipasi dalam proses mobilisasi

hukum.

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harus

mudah dihubungi dan dimasukan oleh setiap warga masyarakat, akan

tetapi harus cukup efektif menyelesaikan sengketa.

5. Adanya anggapan dan pengakuan yang cukup merata di kalangan

warga masyarakat yang beranggapan bahwa aturan-atauran dan

pranata-pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya mampu

efektif

Efektivitas Hukum yang dikemukakan oleh Anthoni Allot sebagaimana

dikutip Felik adalah sebagai berikut: 25

Hukum akan mejadi efektif jika tujuan keberadaan dan penerapannya

dapat mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan dapat

menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif secara umum dapat

membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu kegelapan maka

kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika terjadi keharusan

untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasana baru yang

berbeda, hukum akan sanggup menyelsaikan.

Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-

tama harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu dimengerti atau

Salim H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Op.cit, Hal 303


25

17
tidak dimengerti dan ditaati atau tidak ditaati. Jika suatu aturan hukum

dimengerti dan ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran

ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah

efektif.26

Kesadaran hukum dan ketaatan hukum merupakan dua hal yang sangat

menentukan efektif atau tidaknya pelaksanaan perundang undangan atau

aturan hukum dalam masyarakat. Kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan

efektivitas perundang-undangan adalah tiga unsur yang saling berhubungan.

Sering orang mencampuradukkan antara kesadaran hukum dan ketaatan

hukum, padahal kedua itu meskipun sangat erat hubungannya, namun tidak

persis sama. Kedua unsur itu memang sangat menentukan efektif atau

tidaknya pelaksanaan perundang undangan di dalam masyarakat.27

Menurut Soerjono Soekanto ukuran efektivitas pada faktor yang

pertama mengenai hukum atau undang-undangnya adalah :28

1. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah

cukup sistematis.

2. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah

cukup sinkron, secara hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan.

3. Secara kualitatif dan kuantitatif peraturan-peraturan yang mengatur

bidang-bidang kehidupan tertentu sudah mencukupi.

4. Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudah sesuai dengan

persyaratan yuridis yang ada .


26
Damang, Efektifitas Hukum, http://www.negarahukum.com/ hukum/efektivitas-hukum-2 di
akses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 16.00
27
Ibid.
28
Soerjono Soekanto, Op.cit. Hlm. 80

18
Pada faktor kedua yang menentukan efektif atau tidaknya kinerja

hukum tertulis adalah aparat penegak hukum. Dalam hubungan ini

dikehendaki adanya aparatur yang handal sehingga aparat tersebut dapat

melakukan tugasnya dengan baik. Kehandalan dalam kaitannya disini adalah

meliputi keterampilan profesional dan mempunyai mental yang baik.

Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah yang berpengaruh

terhadap efektivitas hukum tertulis ditinjau dari segi aparat akan tergantung

pada hal berikut :29

1. Sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan-peraturan yang ada.

2. Sampai mana petugas diperkenankan memberikan kebijaksanaan.

3. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada

masyarakat.

4. Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasan yang

diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas

pada wewenangnya.

Pada faktor ketiga, tersedianya fasilitas yang berwujud sarana dan

prasarana bagi aparat pelaksana di dalam melakukan tugasnya. Sarana dan

prasarana yang dimaksud adalah prasarana atau fasilitas yang digunakan

sebagai alat untuk mencapai efektivitas hukum. Pada faktor yang keempat

ada beberapa elemen pengukur efektivitas yang tergantung dari kondisi

masyarakat, yaitu :

1. Mengerti dan memahami aturan yang ada.

2. Penyebab masyarakat tidak mematuhi aturan yang ada.

Ibid. hlm. 86
29

19
3. Penyebab masyarakat mematuhi aturan yang ada.

Sedangkan untuk faktor yang kelima yakni mengenai kebudayaan

sebagai kebiasaan yang di lakukan masyarakat mengenai perlakuan terhadap

adanya suatu aturan. Hal tersebut dapat di lihat ada atau tidaknya suatu

perlakuan terhadap aturan yang di jadikan kebiasaan oleh masyarakat baik

kebiasaan baik atau yang bertentangan dengan aturan.

Jika dikaitkan teori efektifitas hukum ini dengan Optimalisasi Perda

Nomor 9 Tahun 2013 tentang pengelolaan zakat di Kabupaten Lima Puluh

Kota, maka pengelolaan zakat dikalangan ASN Pemerintah Kabupaten Lima

Puluh Kota belum teroptimalkan karena peraturan daerah tersebut masih

lemah dan hanya berlaku untuk lembaga pengelola zakat, bukan mengatur

tentang optimalisasi pengumpulan zakat ASN. Menurut penulis Perda

tersebut sebaiknya di adakan revisi dan penyempurnaan, bahwa untuk

mengoptimalkan zakat di Kabupaten Lima Puluh Kota lebih di pertegaskan

kepada ASN yang telah wajib zakat untuk menyalurkan zakatnya melalui

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Dan bagi yang enggan membayar

zakat agar di berikan sanksi Admiistratif serta perda tersebut seharusnya

diperkuat dengan Peraturan Bupati.

c. Teori Pengaturan Pengelolaan Zakat

Pengelolaan kaitannya dengan zakat menurut Undang-Undang Nomor

23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan

bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat. Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2011, pasal 34 disebutkan

20
mengenai pembinaan dan pengawasan. Pada angka 1 Undang-undang

tersebut disebutkan Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan

terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan

LAZ. Selanjutnya Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan

dan pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,

dan LAZ sesuai dengan kewenangannya. Selain itu, pada pasal 35 juga

disebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan

pengawasan terhadap BAZNAS dan LAZ.30

Zakat merupakan pranata keagamaaan untuk mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang

kurang mampu, hingga dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan

Zakat oleh pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999. Dalam Bab 1

tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) Zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Pada pasal 4 ayat 2

poin h dijelaskan bahwa salah satu zakat mal adalah pendapatan dan jasa.

Dalam Undang-Undang ini tidak tersurat adanya istilah zakat profesi akan

tetapi dalam pasal 23 ayat 2 dijelaskan bahwa bukti setoran zakat dapat

digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Berdasar pemahaman di atas bahwa objek zakat penghasilan bisa

disebut dengan istilah zakat profesi. Dalam Ensiklopedi Islam zakat profesi

termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu al-maal al- mustafaad (kekayaan

30
UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

21
yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai

dengan syariat agama).32 Sejalan dengan hal tersebut Abdul Ghofur Anshori

menjelaskan bahwa zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang

dikeluarkan dari hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik dokter, arsitek,

notaris, ulama’/da’i, karyawan, guru, dan lain-lain.31

Bila dilihat dari segi ekonomi, zakat merupakan ibadah maliyah

ijtimaiyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan

dalam rangka membangun tatanan ekonomi umat. Kewajiban zakat

sebagai rukun Islam ketiga berfungsi bukan saja sebagai ibadah pokok untuk

mewujudkan pribadi yang taat atau keshalihan pribadi tapi juga diharapkan

dapat ikut serta dalam penanganan sosial atau pilar amal bersama.32

Pasal 29 UUD 1945 mempunyai tiga muatan makna. Pertama, negara

tidak boleh membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan

kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan dasar keimanan kepada

Tuhan Yang Mahaesa. Kedua, negara berkewajiban membuat peraturan

perundang-undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan

wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang Mahaesa dari segolongan pemeluk

agama yang memerlukannya. Ketiga, negara berkewajiban membuat

peraturan perundang-undangan yang melarang siapapun melakukan

pelecehan terhadap ajaran agama.33

31
Abdul Ghofur Anshori, 2006. Hukum Dan Pemberdayaan Zakat. (Jakarta: Pilar Media,
2006), h. 86.
32
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002),
hlm. 14.
33
Hartono Mardjono, Menegakkan Syariat Islam dalam Konteks Keindonesiaan, 1997,
Bandung : Mizan. hlm. 18

22
Dengan tiga makna ini dapat dipahami bahwa negara berkewajiban

secara aktif melakukan upaya-upaya agar setiap penduduk dapat memeluk

agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Keaktifan negara

di sini adalah menjamin agar setiap penduduk dapat merdeka menentukan

pilihan atas agama yang hendak dipeluknya dan jaminan agar setiap

penduduk dapat menjalankan ibadahnya menurut agama dan kepercayaan

yang ditetapkan oleh agama yang dipeluknya. Tetapi keaktifan negara tidak

boleh mencampuri aturan-aturan internal yang ditentukan oleh masing-

masing agama penduduknya. Negara tidak dapat mengintervensi hal-hal

internal yang berhubungan dengan doktrin agama-agama. Tetapi, negara

wajib memberikan bantuan dan pelayanan jika umat beragama membutuhkan

peraturan perundang-undangan demi kelancaran dan ketertiban pelaksanaan

ajaran agamanya. Hal ini bukan intervensi, melainkan semata-mata bantuan

dan pelayanan sesuai dengan kehendak umat beragama yang bersangkutan.34

Pada Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 ayat (1), dinyatakan bahwa

fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Kemudian dalam

ayat (2) dinyatakan bahwa negara mengembangkan sistem jaringan sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dengan demikian, negara

mempunyai kewajiban untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar

serta melakukan pemberdayaan kepada mereka melalui sistem jaringan

34
Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia Kompilasi Aktual Masalah
Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, 1996, Jakarta : Gema Insasi Press. hlm. 119-
120.

23
sosial, di mana dalam sistem jaringan sosial yang dimaksud dapat dilakukan

oleh negara dengan bekerja sama dengan elemen masyarakat.

Salah satu cara pemberdayaan paling efektif adalah melalui zakat,

terutama bagi kalangan masyarakat Islam. Walaupun pembayaran zakat

dilaksanakan secara sukarela oleh masyarakat Muslim di Indonesia, tidak ada

paksaan dari negara terhadap warga negara Muslim di Indonesia, namun

aspek pengelolaannya diperhatikan oleh pemerintah. Adapun untuk masalah

pengelolaan zakat, pemerintah mengatur dalam bentuk Undang-Undang

dengan pertimbangan, pertama, bahwa zakat merupakan kewajiban bagi

umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam. Kedua, bahwa zakat

merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan

dan kesejahteraan masyarakat. Ketiga, bahwa dalam rangka meningkatkan

daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai

dengan syariat Islam.35 Hal ini diatur dalam Undang-Undang nomor 23 tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat, mengamandemen Undang-Undang nomor

38 tahun 1999.

Maka dalam hal pelaksanaan ibadah zakat di Indonesia, negara tidak

memaksa karena pelaksanaan zakat di Indonesia bersifat sukarela.

Kepatuhan warga negara Indonesia yang memeluk agama Islam untuk

membayar zakat dikembalikan kepada kesadaran masing-masing pemeluk

agama Islam. Tidak ada pemaksaan dari negara kepada warga negara yang

memeluk agama Islam untuk membayar zakat dan tidak ada sanksi atas

kelalaian pembayaran zakat karena sifat normatif dari zakat itu sendiri.

Konsideran Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.


35

24
Di samping itu, Negara Indonesia bukanlah negara agama/negara

Islam, di mana syariat agama Islam dijadikan sebagai landasan konstitusi

negara, melainkan negara demokrasi yang menjadikan nilai-nilai keagamaan

sebagai landasan konstitusi. Zakat juga tidak masuk dalam sistem keuangan

negara. Zakat tidak masuk dalam penerimaan negara.

Negara dalam hal pengelolaan zakat di Indonesia berperan sebagai

regulator, pembina, pengawas dan sekaligus sebagai pengelola. Sebagai

regulator, negara membuat peraturan perundang-undangan dan peraturan-

peraturan pelaksana di bawah undang-undang yang mengatur tentang

pengelolaan zakat. Dalam hal ini, negara telah mengeluarkan Undang-

Undang nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang kemudian

diamandemen dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat. Untuk pelaksanaan Undang-Undang nomor 23 tahun

2011 ini, negara kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintan nomor 14

tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomor 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat. Ini merupakan bentuk bantuan dan pelayanan

negara terhadap umat Islam yang membutuhkan peraturan perundang-

undangan demi kelancaran dan ketertiban pelaksanaan ajaran agamanya,

berupa pengelolaan zakat.

Untuk masalah pengelolaan zakat, pemerintah perlu mengatur dalam

bentuk Undang-Undang dengan pertimbangan, pertama, bahwa zakat

merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat

Islam. Kedua, bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan

untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Ketiga, bahwa

25
dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola

secara melembaga sesuai dengan syariat Islam.36

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 dibuat dalam rangka

meningkatkan dayaguna dan hasil guna zakat dan oleh karena itu zakat harus

dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat agama Islam yang

bertujuan melakukan pengelolaan zakat. Pengelolaan yang dimaksud

meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengordinasian dalam

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.37 Pengelolaan ini

bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan.38

Pengelolaan tersebut berasaskan, pertama syariat Islam, yakni

pengelolaan zakat mulai dari penghimpunan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat harus dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam, kedua

amanah, yakni pengelola zakat harus dapat dipercaya ketiga, kemanfaatan

yakni pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya pada mustahiq keempat, keadilan, yakni pendistribusian zakat

dilakukan secara adil, kelima kepastian hukum, yakni dalam pengelolaan

zakat terdapat kepastian hukum bagi mustahiq dan muzakki, keenam

terintegrasi, yakni pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis dalam

upaya meningkatkan pengumpulan pendistribusian dan pendayagunaan zakat

36
Konsideran Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
37
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
38
Pasal 3 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

26
dan ketujuh, akuntabilitas, yakni pengelolaan zakat dapat

dipertanggungjawabkan dan diakses oleh masyarakat.39

Negara melalui organ pemerintahannya juga memberikan izin bagi

organisasi kemasyarakatan Islam untuk mendirikan organisasi pengelola

zakat.40 Memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh organisasi

pengelola zakat serta mencabut izin apabila dalam kegiatan pengelolaan

zakat tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. 41 Organ pemerintahan

negara yang diberikan wewenang untuk melaksanakan tugas ini adalah

kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama,

yakni Kementerian Agama.

Lembaga Amil Zakat (LAZ) bentukan masyarakat sipil membutuhkan

pengesahan sebagai institusi amil zakat yang profesional oleh pemerintah,

sehingga tidak sembarangan orang atau organisasi dapat mengelola zakat

tanpa konsep yang jelas. Selain organisasi pengelola zakat yang terdaftar,

maka tidak boleh melakukan menghimpun dana zakat. Bagi Lembaga Amil

Zakat (LAZ) yang beroperasi mengumpulkan, mendistribusikan dan

mendayagunakan zakat tanpa izin dari pejabat yang berwenang terancam

dipidana penjara maksimal satu tahun dan/atau dipidana denda maksimal 50

juta rupiah.42 Hal ini ditujukan agar Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak

menyimpang dari tujuan semula dan menjamin kepastian hukum Lembaga

Amil Zakat (LAZ).

39
Pasal 2 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan penjelasannya
40
Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
41
Pasal 36 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
42
Pasal 38 jo pasal 31 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

27
Negara juga sekaligus berperan dalam pengelolaan zakat dengan

membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan

organisasi pengelola zakat bentukan pemerintah. BAZNAS merupakan

lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung

jawab kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agama, yakni Menteri Agama.

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS memiliki kewenangan untuk

mengkoordinasi Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ),

membangun sistem informasi pengelolaan zakat yang terintegrasi secara

nasional, membuat peta potensi penghimpunan dan penyaluran zakat, serta

membangun basis data muzakki dan mustahiq nasional. Pengelolaan zakat

diatur oleh negara dengan BAZNAS sebagai operator zakat nasional adalah

dalam rangka menciptakan unified systems dalam pengelolaan zakat.

Negara juga berperan sebagai pembina dan pengawas pengelolaan

zakat di Indonesia.43 Negara melalui organ pemerintahannya melakukan

pengawasan dalam bentuk pelaksanaan audit syariat pelaksanaan

pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya, baik

oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) maupun Lembaga Amil Zakat

(LAZ). Adapun organ pemerintahan yang berwenang melaksanakan audit

syariat adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang keagamaan, yakni Kementerian Agama.44

43
Pasal 34 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
44
Pasal 75 Peraturan Pemerintah nomor 14 tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomor 23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

28
Selain Kementerian Agama, Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) dan Pemerintah Daerah juga memiliki kewenangan dalam

pengawasan pengelolaan zakat. Dalam pengawasan pengelolaan zakat,

Menteri Agama menerima laporan pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan

dana sosial keagamaan lainnya yang wajib disampaikan oleh Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) setiap enam bulan dan akhir tahun. Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat menerima laporan pengelolaan zakat, infaq,

sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya yang wajib disampaikan oleh

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) paling sedikit satu kali dalam

setahun. Pemerintah Daerah menerima laporan pengelolaan zakat, infaq,

sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya yang wajib disampaikan oleh

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten / Kota atau provinsi dan

Lembaga Amil Zakat (LAZ) setiap enam bulan dan akhir tahun.45

Menteri Agama dan Pemerintah Daerah juga melaksanakan pembinaan

terhadap Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat

(LAZ) sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk fasilitasi, sosialisasi dan

edukasi.46

Terhadap penyimpangan dalam pengelolan zakat yang dilakukan oleh

BAZNAS dan LAZ, terdapat sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi

administratif berupa peringatan tertulis, penghentian sementara dari kegiatan

dan/atau pencabutan izin operasional diberikan atas pelanggaran

administratif berupa tidak adanya laporan berkala pelaksanaan pengelolaan

45
Pasal 71 -74 Peraturan Pemerintah nomor 14 tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomor 23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
46
Pasal 34 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

29
zakat kepada pihak yang berwenang dan tidak adanya pemberian bukti

setoran zakat kepada muzakki oleh BAZNAS maupun LAZ.47

Tata cara pengenaan sanksi administratif diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Menteri Agama nomor 5 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengenaan

Sanksi Administratif dalam Pengelolaan Zakat. Tindak lanjut terhadap

dugaan pelanggaran administratif di atas berdasarkan laporan yang berasal

dari pengaduan, monitoring dan evaluasi, dan hasil audit.48

Sanksi pidana berupa penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

diberikan atas kejahatan perbuatan melawan hukum tidak mendistribusikan

zakat kepada para orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq) sesuai

syariat Islam atau memiliki, menjaminkan, menghibahkan, menjual dan/atau

mengalihkan zakat, infaq, sedekah dan/atau dana sosial keagamaan lainnya

yang ada dalam pengelolaannya.49

Sanksi pidana berupa penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

diberikan atas pelanggaran larangan setiap orang yang dengan sengaja

bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian atau

pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.50

Namun, ada pengecualian pada suatu komunitas dan wilayah tertentu

yang belum terjangkau oleh BAZNAS dan LAZ, pengelolaan zakat dapat

47
Pasal 35 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
48
Pasal 84 Peraturan Pemerintah nomor 14 tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomor 23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat jo pasal 10 Peraturan Menteri Agama nomor 5 tahun 2016
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif dalam Pengelolaan Zakat
49
Pasal 39 dan 40 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
50
Pasal 41 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

30
dilakukan oleh perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim

ulama) atau pengurus/takmir masjid/musholla sebagai amil zakat dengan

pemberitahuan tertulis kepada Kepala Kantor Urusan Keagamaan (KUA)

Kecamatan setempat.51

Masyarakat mempunyai peran serta dalam pembinaan dan pengawasan

terhadap pengelolaan zakat di Indonesia oleh Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembinaan dilakukan dalam

rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat melalui

BAZNAS dan LAZ dan memberikan saran untuk peningkatan kinerja

BAZNAS dan LAZ. Pengawasan dilakukan dalam bentuk akses informasi

tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ, dan

penyampaian informasi apabila terjadi penyimpangan dalam pengelolaan

zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.52

2. Kerangka Konseptual

Beberapa konsep penting yang terkait dalam penelitian ini adalah mencakup:

1. Optimalisasi

Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi.

Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan

dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.53 Optimalisasi

adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum

optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa

fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Dalam hal penelitian ini yang
51
Pasal 66 Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
nomo 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
52
Pasal 35 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
53
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta, 1995

31
dimaksud optimalisasi adalah sebuah upaya, langkah/metode yang dipakai

dalam rangka mengoptimalkan pengumpulan zakat di Kabupaten Lima Puluh

Kota.

2. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan

satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden

RI No. 8 Tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001 yang memiliki tugas dan

fungsi menghimpun dan menyalurkn zakat, infak, dan sedekah pada tingkat

nasional. Lahirnya peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 1 Tahun

2016 tentang pengelolaan zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS

sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara

nasional. Dalam undang-undang tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai

lembaga pemerintah yang nonstruktural yang besifat mandiri dan

bertanggungjawab kepada Presiden. Setelah terbitnya Peraturan Badan Amil

Zakat Nasional Nomor 1 Tahun 2016 tentang pengelolaan zakat, secara

praktis, otoritas tunggal pengelolaan zakat nasional hanya dipegang oleh

BAZNAS. Masyarakat boleh melakukan pengelolaan zakat asalkan

mendapat izin dari pemerintah, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

BAZNAS memiliki peran sentral sebagai pengelola zakat di Indonesia,

karena hanya BAZNAS satu-satunya badan amil zakat yang dibentuk oleh

pemerintah. Setelah terbitnya Undang-undang No.23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, secara praktis, otoritas tunggal pengelolaan zakat

nasional hanya dipegang oleh BAZNAS. Masyarakat boleh melakukan

32
pengelolaan zakat asalkan mendapat izin dari pemerintah dengan syarat dan

ketentuan berlaku.

Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, peran BAZNAS menyelenggarakan fungsi: (a)

perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, (b)

pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, (c)

pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, dan

(d) pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

3. Zakat

Zakat mengandung pengertian tumbuh dan berkembang karena dengan

zakat diharapkan harta seseorang terus tumbuh dan bertambah, baik dalam

bentuk nyata di dunia maupun di akhirat.54

Zakat terbagi menjadi dua, yaitu pertama, zakat yang berhubungan

dengan badan yakni zakat fithrah dan kedua, zakat yang berhubungan

dengan harta yakni zakat maal. 55 Zakat fithrah adalah zakat yang dikeluarkan

setiap Muslim yang menemui sebagian atau keseluruhan bulan Ramadhan

dan bulan Syawwal.56 Zakat tersebut baik dikeluarkan oleh dirinya sendiri

atau dikeluarkan oleh orang lain yang menanggung nafkahnya, berupa satu

sha’ (±2,5 kg) makanan pokok yang dikeluarkan pada malam hari raya Idul

Fitri sampai sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. Tujuan dari zakat fithrah

adalah berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang kurang mampu pada

54
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam : Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara dan Pasar, cet.II,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 67
55
Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Juz 1, tt, Surabaya:
Dar al-Abidin. hlm. 166
56
Ibid

33
hari yang bahagia, yaitu hari raya Idul Fitri yaitu dengan memenuhi

kebutuhan pokok mereka yaitu dengan makanan. Zakat maal adalah zakat

yang dikeluarkan dari obyek harta tertentu yang mempunyai potensi untuk

berkembang yang telah memenuhi syarat untuk dikeluarkan zakatnya berupa

nishob dan haul.

Baik zakat fithrah maupun zakat maal, hukumnya adalah wajib bagi

orang-orang tertentu yang memenuhi syarat wajib dan didistribusikan kepada

orang-orang tertentu yang masuk dalam delapan golongan yang ditetapkan

dalam Al-Qur’an. Bedanya, zakat fithrah dilaksanakan secara serentak, yaitu

pada malam hari raya dan digunakan untuk kepentingan konsumtif orang-

orang yang masuk dalam delapan golongan tersebut pada hari raya,

sedangkan zakat maal waktunya disesuaikan dengan periode pembayaran

masing-masing harta obyek zakat (haul) dan bisa didayagunakan untuk

kepentingan produktif.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki dua dimensi

yang berbeda namun saling berkaitan, yaitu dimensi vertikal dan dimensi

horizontal. Dimensi vertikal bermakna bahwa hubungan dengan Allah Swt.,

dan dimensi horizontal bermakna hubungan dengan manusia.57

Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang

kurang mampu, hingga dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan

Zakat oleh pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999. Dalam Bab 1


57
M. Jamil Ibrahim, Urgensi Ijtihad dalam Penggalian Sumber-sumber Zakat, Tesis, Program
Pascasarjana, Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, Darussalam, 2010, hlm. 11.

34
tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) Zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Sejalan dengan hal tersebut Abdul Ghofur Anshori menjelaskan bahwa

zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi

(pekerjaan) seseorang, baik dokter, arsitek, notaris, ulama’/da’i, karyawan,

guru, dan lain-lain.58

Bila dilihat dari segi ekonomi, zakat merupakan ibadah mâliyah

ijtimâ’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan

dalam rangka membangun tatanan ekonomi umat. Kewajiban zakat

sebagai rukun Islam ketiga berfungsi bukan saja sebagai ibadah pokok untuk

mewujudkan pribadi yang taat atau keshalihan pribadi tapi juga diharapkan

dapat ikut serta dalam penanganan sosial atau pilar amal bersama.59

Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu :

a) Harta yang halal dan thayyib.

b) Harta produktif dan berpotensi produktif.

c) Milik penuh dan berkuasa menggunakannya.

d) Mencapai Nishab (Standar Minimal Harta yang dikenakan zakat).

Surplus dari kebutuhan primer dan terbebas dari hutang, haul (sudah

berlalu setahun).60 Kalau kita perhatikan obyek Hukum Tata Negara adalah

58
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Dan Pemberdayaan Zakat. Pilar Media, Jakarta, 2006, hal.
86.
59
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Gema Insani, Jakarta, 2002, hlm.
14.
60
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi. Fiqih Islam Lengkap, PT Rineka Cipta, Jakarta,2004, hlm.
108.

35
Negara.61 Maka zakat di Indonesia mendapat tempat dalam Hukum Tata

Negara Indonesia, dengan demikian Negara turut campur dalam pengelolaan

zakat. Hal ini terbukti dengan dibuatnya beberapa peraturan perundang

undangan misalnya Undang-undang nomor 23 Tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat.

4. Urgensi Lembaga Pengelola Zakat

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang

mempunyai kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,

antara lain : pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.

Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat apabila

berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga,

untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat

titik. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat

penyelenggaraan pemerintahan yang islami. Sebaliknya, jika zakat

diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahiq, meskipun secara hukum

syari'ah adalah syah, akan tetapi bisa mengakibatkan terabaikannya hal-hal di

atas, juga hikmah dan fungsi zakat, yang berkaitan dengan kesejahteraan

umat akan sulit diwujudkan.

Dalam UU. No. 38 tahun 1999, tentang pengelolaan zakat Bab II pasal

5 dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan: 1. Meningkatkan

pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan

agama. 2. Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya

61
Sri Soemantri, Perbandingan antar Hukum Tata Negara, Rajawali, Jakarta, 1971, hlm 9-10.

36
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3. Meningkatkan

hasil guna dan daya guna zakat.

Pentingnya keberadaan lembaga pengelola zakat ini dengan para

amilnya, karena mempunyai tugas yang sangat strategis dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya yang berhubungan dengan pengaturan zakat,

diantaranya pendataan orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang

diwajibkan kepadanya, juga besar harta yang wajib dizakati, kemudian

mengetahui para mustahik zakat jumlah dan kebutuhan mereka.62

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan spesifikasi bersifat

deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan tentang

optimalisasi pengelolaan zakat mal di kalangan profesi ASN Pemerintahan

Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan Peraturan Daerah nomor 09 tahun

2013.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis normatif, sebagai pendekatan utama, didukung pendekatan yuridis

empiris. Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan penelitian terhadap aturan-aturan hukum tentang Badan Amil

62
Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat, litera antarNusa, Jakarta 2004. Hlm. 546

37
Zakat Nasional dan pengelolaan zakat. Sedangkan pendekatan yuridis

empiris dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penelitian untuk

melihat bekerjanya aturan-aturan hukum tersebut dalam praktek

Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lima Puluh

Kota.

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

sebagai data utama dan data primer sebagai data pendukung. Data sekunder

dalam penelitian ini mencakup :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penelitian ini mencakup bentuk antara

lain:

1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

3) Peraturan Pemerintah yaitu PP No 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan

UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

4) Peraturan Presiden berupa Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Di

Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga Negara,

Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha

Milik Negara, Dan Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil

Zakat Nasional

38
5) Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2016 tentang Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Anggota Badan Amil Zakat Nasional (Berita

Negara Republik IndonesiaTahun 2016 Nomor 1317)

6) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Zakat di

Kabupaten Lima Puluh Kota

7) Surat Edaran Bupati Nomor 113 Tahun 2017

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan Bahan hukum primer, dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa :

1) Buku-buku/Literasi

2) Hasil-hasil karya ilmiah para pascasarjana

3) Jurnal

4) Hasil-hasil penelitian dan lain sebagainya seperti tulisan-tulisan para

ahli hukum baik nasional maupun internasional, artikel dalam jurnal,

internet, majalah dan surat kabar yang didapat melalui studi

kepustakaan yang berkaitan dengan hukum Tata Negara, Hukum Islam

tentang zakat.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier antara lain berupa bahan-bahan yang bersifat

menunjang bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus

hukum/Ekonomi, kamus Bahasa Indonesia dan ensiklopedia. Sedangkan data

primer sebagai data pendukung dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari hasil penelitian lapangan dalam bentuk hasil wawancara.

39
4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, baik data sekunder maupun data primer

dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Teknik pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan atau studi dokumen. Dengan mengadakan penelitian

kepustakaan akan diperoleh data awal untuk digunakan dalam

penelitian lapangan. Adapun perpustakaan yang dijadikan penelitian

kepustakaan adalah Perpustakaan Universitas Ekasakti.

b. Teknik pengumpulan data primer, dilakukan dengan cara penelitian

lapangan. Teknik yang digunakan dalam penelitian lapangan,

mencakup:

1) Pengamatan atau observasi penelitian ini penulis langsung

mengamati dan mencatat permasalahan yang terjadi pada

pengelolaan zakat di BAZNAS kabupaten lima puluh kota

terutama pada bidang pengumpulan zakat.

2) Wawancara, untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan

penulis melakukan wawancara kepada :

a) Pimpinan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

beserta jajaran

b) Amil Pelaksana BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota

c) Muzakki dan mustahiq BAZNAS Kabuapten Lima

Puluh Kota

40
Dimana kegiatan wawancara pada penelitian ini dilakukan secara semi

struktur dengan menggunakan pedoman wawancara.

5. Analisis dan Penyajian Data

Semua data, baik data sekunder yang mencakup bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, serta data primer berupa

data hasil wawancara dan observasi yang telah terkumpul kemudian diolah

dan dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif

kualitatif.

6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Alasan dipilihnya lokasi penelitian di Baznas Kabupaten Lima Puluh Kota

adalah karena belum adanya peraturan dan sanksi hukum yang tegas oleh

Pemerintah Daerah kepada wajib zakat yang enggan membayar zakat

melalui BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dalam mengoptimalkan

pengumpulan ZIS sedangkan BAZNAS adalah satu-satunya lembaga

pemegang otoritas ZIS serta pengawasan pemerintah sebagai regulator dalam

upaya penanggulangan kemiskinan, zakat tersebut dibayarkan hanya bersifat

sukarela padahal potensinya sangat besar dan BAZNAS sangat berperan

dalam penanggulangan kemiskinan.

H. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan ada beberapa hasil penelitian

yang mengkaji tentang pengelolaan zakat oleh BAZNAS, namun berbeda kajiannya.

Beberapa penelitian tersebut adalah :

41
1) Penelitian dengan judul Politik Hukum Pengelolaan Zakat sebagai

Instrumen Penanggulangan Kemiskinan (Study Kebijakan Pengelolaan

Zakat di Provinsi Jawa Tengah) yang di tulis oleh Sri Kusriyah dalam

bentuk Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Hukum Program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islma Indonesia Yogyakarta

pada tahun 2015. Hasil penelitiannya yaitu bahwa, politik hukum

pengelolaan zakat belum diikuti oleh kebijakan yang aplikatif, karena

belum ada kebijakan yang mengatur tentang zakat adalah kewajiban

umat Islam yang telah mampu berzakat, dan membayar zakat kepada

lembaga BAZNAS maupun LAZ, begitu juga dalam hal

pendistribusiannya, agar memenuhi asas keadilan, kemanfaatan, dan

kewilayahan dapat tercapai.

2) Penelitian dengan judul Analisis Managemen Baznas dalam

Pengentasan Kemiskinan” yang ditulis oleh Anggi Aulia Desmarinda

dalam bentuk tesis pada Program Studi Magister Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Hukum IAIN batusangkar pada tahun 2017.

Penelitian ini mengkaji tentang Manajemen BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota ditinjau dari Maqassid Syariah.

3) Penelitian dengan judul Zakat Profesi dalam perspektif Yusuf

Qordhawi relevansi dan urgensinya bagi pengembangan zakat di

Indonesia yang di tulis oleh Markoni ‘Usmani dalam bentuk Tesis pada

Program Pascasrjana IAIN Syech Nurjati Cirebon pada tahun 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yusuf Qardhawi berpendapat

bahwa penghasilan dari profesi apapun yang baik dan sudah mencapai

42
nisậb, maka hukumnya wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Prespektif

Yusuf Qardhawi tentang zakat profesi sangat relevan dan urgen bagi

pengembangan zakat di Indonesia, sebagai upaya untuk membangun

kesadaran berzakat bagi para profesional dan perluasan obyek zakat

yang sangat potensial untuk membangun dan merubah mustahiq

menjadi muzakki.

Berbeda dari ketiga penelitian di atas, penelitian yang penulis lakukan adalah

mengkaji tentang Optimalisasi peran Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lima

Puluh Kota dalam pengumpulan zakat sebagai upaya penanggulangan kemiskinan

43
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI

BAGI APARATUR SIPIL NEGARA

A. Zakat Profesi

1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat Profesi

Zakat profesi menurut putusan Tarjih Muhammadiyah adalah zakat yang

dikeluarkan dari hasil usaha yang halal yang dapat mendatangkan hasil atau uang,

relatif banyak dengan cara yang halal dan mudah, baik melalui keahlian tertentu

maupun tidak. Sedangkan dalam pemahaman Zamzami Ahmad, zakat profesi adalah

zakat penghasilan yangdidapat dan diterima dengan jalan yang halal dalam bentuk

upah, honor ataupun gaji.63

Zakat profesi atau disebut juga sebagai yaitu ‫ العم‡‡ل كثب زك‡‡اة‬zakat yang

dikeluarkan dari sumber usaha profesi atau pendapatan/ pekerjaan/ penghasilan/

jasa. Profesi atau profession, yang berarti suatu pekerjaan tetap dengan keahlian

tertentu, yang menghasilkan gaji, honor, upah atau imbalan. (Mahyuddin, 1998).

Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal yang

mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah, melalui

suatu keahlian tertentu. Menurut Yusuf al-Qardhawi pekerja yang menghasilkan

uang ada dua macam. Pertama, pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung

kepada orang lain, berkat kecepatan tangan dan otak. Penghasilan yang diperoleh

dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan seorang

dokter, insinyur, advokat, seniman, penjahit, dan tukang kayu. Kedua, yaitu
Inoed, Amiruddin. 2005. Anatomi Fiqh Zakat, Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat
63

Sumatra Selatan. Yogayakarta: Pustaka Pelajar.

44
pekerjaan yang dikerjakan seorang pihak-pihak pemerintah, perusahaan, maupun

perorangan dengan memperoleh upah yang diberikan dengan tangan, otak, maupun

kedua-duanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti berupa gaji, upah ataupun

honorarium64. Dapat diartikan zakat profesi adalah zakat yang diambil dari

penghasilan, dan dibarengi dengan niat yang ikhlas guna dapat membersihkan jiwa

si pemberi zakat.

2. Dalil dan Hukum Zakat Priofesi

Dasar hukum zakat profesi dalam al-Qur’an diantaranya terdapat dalam

surah:

1) QS al-Baqarah/2: 267.

2) QS al-An’am/6: 141.

Masalah zakat dalam hadist secara umum dapat dipahami dari hadist yang

diriwayatkan oleh Imam bukhari dan Muslim seperti yang ditulis dalam bukunya

“Riyadh al-Shalihin” yang Terjemahnya: Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya Nabi saw

telah mengutus Mu’az ra ke Negeri Yaman, dan beliau berpesan, ajaklah mereka

kepada syahadatain jika mereka mematuhinya, maka beritahukan bahwa Allah telah

mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam, dan bila mereka

mematuhinya, bahwa beritahukan bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka

zakat pada harta kekayaan mereka, dipungut dari orang-orang kaya dari mereka dan

dibagikan kepada orang-orang fakir miskin dari mereka (H.R. Bukhari).

Dari uraian di atas memberikan pemahaman bahwa setiap orang yang

memiliki harta dari hasil usahanya (penghasilan), menekankan adanya kepedulian

terhadap sosial masyarakat. Ada masyarakat yang tingkat ekonominya rendah maka

64
Didin Hafidhuddin, 1998,Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani, hlm. 103- 105

45
dari itu mereka memiliki hak atas harta yang dimiliki.

Tujuan Pemanfaatan Zakat Profesi Zakat merupakan harta yang diberikan

oleh yang memiliki kelebihan harta kepada orang-orang yang hidup dalam

kekurangan sebaiknya diberikan sesuai dengan tujuan dan sasaran zakat tersebut.

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia zakat hendaknya digunakan untuk

hal-hal sebagai berikut:65 Memperbaiki taraf hidup, pendidikan dan beasiswa,

mengatasi ketanagakerjaan dan pengangguran, program pelayanan kesehatan, panti

asuhan serta sarana peribadatan.

Delapan ashnaf yang dinyatakan Allah sebagai yang berhak menerima zakat

itu secara berurutan adalah sebagai berikut:66 a. Orang fakir. b. Orang miskin. c.

Amil. d. Muallaf. e. Riqab. f. Gharimin. g. Sabilillah. h. Ibnu sabil.

3. Syarat Zakat Profesi

Sebagaimana dalam Islam yang tidak mewajibkan zakat kepada seluruh harta

benda, baik itu sedikit maupun banyak. Tetapi mewajibkan atas harta yang mencapai

nisab, terlepas dari hutang dan mencukupi seluruh kebutuhan pokoknya. Hal ini

untuk menetapkan golongan orang kaya yang wjaib zakat, karena zakat hanya

diambil dari orang yang kaya (yang mencapai kemampuan).

Sebagaimana Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2003, contoh

perhitungan Nishab zakat profesi diqiaskan kepada Emas dengan Nishab senilai

Emas 85 Gram/34 Emas per tahun.

Mengenai besarnya nisab zakat profesi, terdapat perbedaan dari para ulama.

Dikarenakan tidak adanya dalil tegas mengenai zakat profesi, para ulama

Eko Supriyanto, Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005


65

66
Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2/ Penerjemah; Salim Bahreisy, Said Bahreisy.
Mataram : Bina Ilmu , 2005.

46
menggunakan qiyas dengan melihat illat yang sama dengan aturan zakat yang sudah

ada. Akan tetapi, terjadi banyak masalah karena zakat profesi ini harus diqiyaskan

kemana. Untuk lebih jelasnya, akan dianalisis satu persatu tentang qiyas zakat

profesi ini. Dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2003

disebutkan bahwa: (Khozainul Ulum, 2014).

a) Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah

cukup nisab.

b) Jika tidak mencapai nisab, maka semua penghasilan dikumpulkan

selama satu tahun, kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan

bersihnya sudah cukup nisab.

Para ulama baik salaf (terdahulu) maupun khalaf (belakangan) memiliki

perbedaan pendapat tentang jenis zakat harta hasil profesi ini, sebagai berikut:

a) Sebagai ahli fikih berpendapat untuk meng-qiyas-kannya dengan zakat

harta mustafad (harta yang masuk dalam kepemilikan seseorang setelah

sebelumnya tidak dimilki) yang mana harta yang didapat dari pekerjaan

digabungkan dengan harta tunai lainnya dan semuanya dizakati diakhir

haul jika mencapai nisab sebesar 2,5%.

b) Sebagian lagi meng-qiyas-kannya zakat naqdain (emas dan perak) dan

zakat dihitung atas dasar 2,5% dari pendapatan bersih setelah dikurangi

pembiayaan untuk memperoleh pendapatan dan nafkah kebutuhan

pokok hidup, jika mencapai nisab pada dua sisi haul (awal dan akhir

haul). Semua harta tunai yang belum dizakati bisa digunakan dengan

pendapatan bersih tersebut.

4. Ketentuan Zakat Profesi

47
Apabila seseorang dengan hasil profesinya atau hadiah yang didapatinya

menjadi kaya, maka ia wajib zakat atas kekayaan tersebut. Akan tetapi jika hasil

yang didapat hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya

atau lebih sedikit maka baginya tidak wajib zakat, bahkan apabila hasilnya tidak

mencukupi untuk kebutuhan hidupnya dan keluarganya maka ia tergolong mustahiq

zakat.67

Para ahli fiqh kontemporer berpendapat bahwa nisab zakat profesi di-

qiyaskan (analogikan) dengan nisab kategori aset wajib zakat keuangan yaitu 85

gram emas atau 200 dirham perak dengan syarat kepemilikannya telah melalui

kesempurnaan masa haul. Sedangkan untuk pendapatan dari hasil kerja profesi

(passiveincome) para fuqaha berpendapat nisab zakatnya dapat di-qiyas-kan

(analogikan) dengan hasil perkebunan dan pertanian yaitu 750 kg beras (5 sha’) dari

benih hasil pertanian dan dalam hal ini tidak disyaratkan kepemilikan satu tahun

(tidak memerlukan masa haul). Hanya saja setelah keluarnya UU No 36 tahun 2008

yang diberlakukan mulai tahun 2009 tetang perubahan ke-empat atas UU nomor 7

tahun 1983 tetang pajak penghasilan pasal 21, maka kewajibannya zakat dari

penghasilan profesional jenis ini harus dikalikan sebesar 2,5 % sebagai tarif untuk

setiap akhir masa haul.68

Menurut Yusuf al-Qardawi zakat profesi harus memenuhi syarat hawl (harta

cukup satu tahun) dan diqiyas-kan dengan emas atau zakat perdagangan 2,5 %

senilai 85 gram emas murni. Perbedaan pendapat tentang nisab ini karena

67
Masduki. Fiqh Zakat, (Serang: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Banten 2014).
h. 107
M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media
68

Group 2006), h. 80-81

48
pertimbangan kondisi sosial yang berbeda dari suatu wilayah.69

Secara nasional melalui Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat bab I pasal 4 ayat (2) harta yang harus dikenai zakat adalah emas,

perak, dan logam mulia lainnya, uang dan surat berharga lainnya perniagaan.

Pertanian, perkebunan dan kehutanan, Peternakan dan perikanan; pertambangan;

Perindustrian; Pendapatan dan jasa; dan rikaz.70

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah memutuskan fatwanya

mengenai zakat penghasilan (profesi) dalam Keputusan Fatwa Majelis Ulama

Indonesia No. 3 Tahun 2003 Tentang Zakat Penghasilan dengan keputusan sebagai

berikut:

a. Ketentuan umum fatwa ini, yang dimaksud dengan penghasilan adalah

setiap pendapatan seperti gaji, honorium, upah, jasa dan lain-lain yang

diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai

atau karyawan, maupun tidak rutin, seperti dokter, pengacara,

konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari

pekerjaan bebas lainnya.

b. Hukum semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya

dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun yakni senilai

emas 85 gram

c. Waktu pengeluaran zakat.

1. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika

sudah cukup nishab.

69
Muhammad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar
2010 ), h. 58
70
Muhammad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya…..., h. 59

49
2. Jika tidak mencapai nishab maka semua penghasilan

dikumpulkan selama satu tahun kemudian zakat dikeluarkan jika

penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.

d. Kadar zakat Kadar zakat penghasilan adalah 2,5%. Dari ketentuan

fatwa diatas bahwa semua yang dianggap penghasilan, baik rutin

maupun tidak, wajib dikeluarkan zakatnya dengan persentase 2,5%.

Pembayaran zakat penghasilan bisa dilakukan pada saat menerima

penghasilan tersebut atau diakumulasikan pada akhir tahun.71

B. Pengelolaan Zakat dan BAZNAS

1. Pengelolaan Zakat

a. Pengertian dan Dasar Hukum Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang mempunyai

kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain : Pertama,

untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga

perasaan rendah diri para mustahiq zakat apabila berhadapan langsung untuk

menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas,

serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang

ada pada suatu tempat titik. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam

semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami. Sebaliknya, jika zakat

diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahiq, meskipun secara hukum

syari'ah adalah syah, akan tetapi bisa mengakibatkan terabaikannya hal-hal di atas,

juga hikmah dan fungsi zakat, yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit

71
Didin Hafiduddin dan Rahmat Pramulya, Kaya Karena Berzakat…., h. 107 - 108

50
diwujudkan.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Wajib hukumnya bagi setiap

Muslim untuk menunaikan zakat, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak

maupun orang dewasa. Dasar hukum zakat tercantum ayat Al-Quran berikut ini: 8

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan

dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. esungguhnya doa kamu itu

(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui”.(Q.S.At-Taubah:103)

Dalam UU. No. 38 tahun 1999, tentang pengelolaan zakat Bab II pasal 5

dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan: 1. Meningkatkan pelayanan bagi

masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama. 2.

Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3. Meningkatkan hasil guna dan daya

guna zakat.

Pentingnya keberadaan lembaga pengelola zakat ini dengan para amilnya,

karena mempunyai tugas yang sangat strategis dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya yang berhubungan dengan pengaturan zakat, diantaranya pendataan

orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan kepadanya, juga

besar harta yang wajib dizakati, kemudian mengetahui para mustahik zakat jumlah

dan kebutuhan mereka.72

b. Tujuan Pengelolaan Zakat

Tujuan pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan keadilan,

kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan dalam rangka

72
Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat, litera antarNusa, Jakarta 2004. Hlm. 546

51
meningkatkan daya guna dan hasil guna

c. Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah organisasi yang diberi kewenngan

atau ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola dana masyarakat. Terdapat beberapa

regulasi yang mendasari pengelolaan zakat oleh OPZ diantaranya Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia. Yang dimaksud

dengan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah: a) OPZ berbasis pemerintah yaitu

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di tingkat pusat, provinsi, kota dan

kabupaten. b) OPZ berbasis masyarakat yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu

LAZNAS dan LAZDA. Di bawah ini akan dijelaskan secara deskripsi terkait dengan

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).73

d. Sistem Pengelolaan Zakat

Sistem pengelolaan zakat, infaq dan shodakoh (ZIS) dapat terdiri dari

prosedur penerimaan, prosedur pengeluaran, dan prosedur pelaporan untuk publik.

Prosedur penerimaan meliputi proses yang mengatur bagian amil yang menerima

dan mencatatnya dalam buku sumber penerimaan. Sebaliknya, prosedur pengeluaran

menggambarkan alur bagian pengeluaran ketika mengeluarkan dana dan

mencatatnya dalam buku pengeluaran. Output dari sistem pengelolaan ZIS adalah

laporan keuangan. Laporan keuangan yang dimaksud meliputi, (1) Neraca, (2)

Laporan Perubahan Dana, (3) Laporan Perubahan Aset Kelolaan, (4) Laporan Arus

Kas dan (5) Catatan atas laporan keuangan, (PSAK 109, Paragraf 10,12 dan

lampiran No 2, 2012).

2. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)


73
Gustian djuanda, Aji sugiarto, dkk. Zakat pengurang pajak penghasilan (jakarta, PT.
Rajagrafindo persada, 2006), 1-4

52
a. Pengertian dan Dasar Hukum BAZNAS

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan bentuk organisasi,

namun orang-orang yang menerima zakat secara agama disebut amil. Amil

merupakan salah satu diantara delapan asnaf sesuai dengan Al-Qur’an, maka amil

berhak menerima zakat. Dengan adanya organisasi yang dibentuk oleh pemerintah

ini menunjukan bahwa ke ikut sertaan pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang bahagia, sejahtera dan

jauh dari kemiskinan.

Situs resmi BAZNAS RI mengatakan bahwa Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh

pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki

tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)

pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang

berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut,

BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk

mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan,

keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas. Visi BAZNAS adalah

Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia. Sedangkan misinya

adalah :

a. Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS Kab./kota, dan LAZ

dalam mencapai target-target nasional;

53
b. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional;

c. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk

pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan

pemoderasian kesenjangan sosial;

d. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan

akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini;

e. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku

kepentingan zakat nasional;

f. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui

sinergi ummat;

g. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia;

h. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju

masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun

ghafuur;

i. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi

rujukan dunia

Disamping visi dan misi tersebut, BAZNAS juga memiliki nilai yang

mencakup semua nilai luhur dan unggul Islami, di antaranya : Visioner; Optimis;

Jujur; Sabar; Amanah; Keteladanan; Profesional; Perbaikan berkelanjutan;

Enterprenurial dan Transformasional.

Visi dan misi serta semua nilai luhur dan unggul Islami BAZNAS dilengkapi

dengan kebijakan mutu sebagai berikut :

1) Meningkatkan kesadaran berzakat sesuai syariah dan peraturan

perundangan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.

54
2) Memberikan layanan terbaik bagi muzaki dan mustahik.

3) Membuat program pendayagunaan zakat sesuai dengan syariah secara

terencana, terukur dan berkesinambungan dalam peningkatan

kesejahteraan mustahik.

4) Membina, mengembangkan dan mengkoordinasikan BAZNAS

Provinsi, BAZNAS Kota/Kab. dan LAZ.

5) Mengembangkan sistem teknologi informasi yang handal untuk

menyajikan data penerimaan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat

secara nasional.

6) Mengembangkan manajemen yang profesional, transparan dan

akuntabel yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah.

7) Membina dan mengembangkan amil yang amanah, berintegritas dan

kompeten yang mampu menumbuhkan budaya kerja Islami.

8) Mengembangkan model-model terbaik pengelolaan zakat yang dapat

dijadikan acuan dunia.

b. Tujuan BAZNAS

Selanjutnya BAZNAS menetapkan tujuan dari organisasi ini yaitu :

1) Mengoptimalkan penghimpunan ZIS dari kementerian, lembaga,

instansi pemerintah, BUMN, BUMD, perusahaan swasta dan

masyarakat sesuai peraturan perundangan.

2) Mengoptimalkan program pendistribusian dan pendayagunaan ZIS

dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kota/Kab., LAZ dan

berbagai institusi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.

3) Menguatkan kapasitas, kapabilitas dan tatakelolal BAZNAS dan LAZ.

55
4) Menguatkan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan Islam dan

pihakpihak lain yang relevan untuk mengoptimalkan sosialisasi dan

edukasi ZIS serta dakwah.

5) Membangun sistem manajemen BAZNAS yang kuat melalui penerapan

standar operasional baku dan implementasi sistem online berbasis

teknologi informasi dan komunikasi pada semua aspek kerja.

6) Membangun sistem manajemen keuangan yang transparan dan

akuntabel sesuai dengan syariah dan PSAK 109.

7) Menyiapkan sistem dan infrastruktur BAZNAS dan LAZ sebagai

lembaga keuangan syariah di bawah pengawasan OJK.

8) Mengembangkan sistem manajemen sumber daya insani yang adil,

transparan dan memberdayakan.

c. Fungsi BAZNAS

Dalam tugasnya BAZNAS menjalankan 4 (empat) fungsi yaitu :

1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

3) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

dan

4) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya maka BAZNAS memiliki

kewenangan terhadap :

1) Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat;

2) Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,

BAZNAS Kab./Kota, dan LAZ;

56
3) Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan

dan sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

Selama menjalankan amanah sebagai badan zakat nasional, BAZNAS telah

meraih pencapaian sebagai berikut:

1) BAZNAS menjadi rujukan untuk pengembangan pengelolaan zakat di

daerah terutama bagi BAZDA baik Provinsi maupun BAZDA

Kota/Kab.;

2) BAZNAS menjadi mitra kerja Komisi VIII DPR-RI yang membidangi

Agama dan Sosial;

3) BAZNAS tercantum sebagai Badan Lainnya selain

Kementerian/Lembaga yang menggunakan dana APBN dalam jalur

pertanggungjawaban yang terkonsolidasi dalam Laporan

Kementerian/Lembaga pada kementerian Keuangan RI.

d. Program BAZNAS

Dana ZIS yang dikelola oleh BAZNAS untuk beberapa program baik di

bidang : Pendidikan, Pemberdayaan ekonomi, Peningkatan aktivitas dakwah dan

Bantuan kemanusiaan (Purbasari, 2015).

Lebih jelas Program BAZNAS akan dijabarkan sebagai berikut 74:

1. Kemanusiaan

a. BAZNAS Tanggap Bencana, adalah unit kerja dari bidang

Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS yang bertugas

mengurangi dampak bencana yang mengakibatkan kemiskinan dan

menekan risiko keterparahan kemiskinan akibat bencana.

74
https://baznas.go.id/

57
b. Layanan Aktif BAZNAS, adalah program layanan darurat sosial untuk

mustahik dengan model penanganan tepat sasaran, tepat waktu (cepat)

dan tepat penanganan.

2. Pendidikan

a. Lembaga Beasiswa BAZNAS, adalah program dari Divisi

Pendistribusian dan Pendayagunaan yang bertugas menyediakan dana

pendidikan demi terjaminnya keberlangsungan program pendidikan bagi

golongan mahasiswa kurang mampu/ miskin sebagai pertanggungjawaban

antar generasi. 

b. Sekolah Cendikia BAZNAS, merupakan sekolah bebas biaya dan

berasrama (boarding), bagi dhuafa berprestasi dari seluruh Indonesia. 

3. Kesehatan

Rumah Sehat BAZNAS, merupakan program kerjasama antara

Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII dengan Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) dalam kegiatan pelayanan kesehatan secara terpadu kepada

seluruh mustahik termasuk pelayanan kesehatan di daerah bencana yang

meliputi aspek kuratif, preventif, rehabilitatif, promotif dan advokatif.

4. Dakwah

Muallaf Center BAZNAS adalah program yang bertugas melakukan

pembinaan dan pendampingan kepada mualaf sesuai tuntutan syariat Islam

agar menjadi muslim dan muslimah Kaffah.

5. Ekonomi

a. Pemberdayaan Peternak, merupakan program pemberdayaan mustahik

dalam upaya membantu mensejahterakan peternak mustahik serta

58
mengembangkan potensi peternakan di daerah. Program ini juga

berkontribusi dalam memperkuat ketahanan pangan khususnya dalam

penyediaan daging ternak.

b. Pengembangan Ekonomi

c. Zakat Community Development, adalah program pemberdayaan

BAZNAS melalui komunitas dan desa dengan mengintegrasikan aspek

dakwah, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan secara

komprehensif yang sumber pendanaannya dari zakat, infak, sedekah

dan dana sosial keagamaan lainnya

d. BAZNAS Microfinance, adalah layanan keuangan mikro yang

digulirkan BAZNAS untuk mendayagunakan dana zakat, infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada mustahik pelaku

usaha mikro dalam bentuk pembiayaan permodalan dan pengembangan

usaha

Berbagai penghargaan sudah diraih BAZNAS, antara lain sebagai berikut :

1) Tahun 2008 BAZNAS mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000;

2) Tahun 2009, 2010 dan 2011 BAZNAS kembali berhasil memperoleh

sertifikat ISO, kali ini untuk seri terbarunya, ISO 9001:2008. BAZNAS

adalah lembaga pertama yang memperoleh sertifikat ISO 9001:2008

untuk kategori seluruh unit kerja pada tahun 2009;

3) Tahun 2009, BAZNAS juga mendapatkan penghargaan The Best

Quality Management dari Karim Business Consulting;

59
4) BAZNAS berhasil memperoleh predikat Laporan Keuangan Terbaik

untuk lembaga non departemen versi Departemen Keuangan RI tahun

2008;

5) BAZNAS meraih “The Best Innovation Programme ” dan “The Best in

Transparency Management” pada IMZ Award 2011.

Demikian gambaran secara umum Profil BAZNAS yang ada di provinsi dan

kota/Kab. di seluruh Indonesia.

C. Aparatur Sipil Negara

1. Pengertian dan Dasar Hukum Aparatur Sipil Negara

Sumber Daya Manusia (SDM) publik atau lebih dikenal dengan Pegawai

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu unsur yang paling vital didalam

instansi pemerintahan, sehingga manajemen pegawai ASN merupakan salah satu

instrumen penting bagi organisasi publik dalam mencapai berbagai tujuannya. 75

Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) sangat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas

yang terjadi di instansi pemerintahan baik dipusat maupun di daerah.Sebagai

pegawai ASN, sumber daya ini bertugas merancang dan produksi jasa publik.

Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

menyatakan bahwa "Aparatur Sipil Negara” terdiri atas 2 (dua), yaitu :

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS), merupakan Pegawai ASN yang diangkat

sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan

memiliki nomor induk pegawai secara nasional.

75
Muh. Khadarisman, Manajemen Aparatur Sipil Negara, Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2018, hlm.1

60
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), adalah Pegawai

ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh

Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi

Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang nomor 5 tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara.

a. Pegawai Negeri Sipil

Dalam pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa "Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disingkat dengan PNS adalah warga negara Indonesia yang

memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh

pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

Dalam pasal 1 ayat (4) Undang-undang ASN disebutkan bahwa

"Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang disingkat dengan PPPK

adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang

diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam

rangka melaksanakan tugas pemerintahan".

2. Tugas dan Fungsi Aparatur Sipil Negara

Pegawai ASN bertugas:

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian sesuai dengan ketentuan Peraturan PerundangUndangan

b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia

61
Pegawai ASN berfungsi sebagai:

a. Pelaksana kebijakan Publik

b. Pelayan Publik

c. Perekat dan Pemersatu bangsa

Disamping itu Pegawai ASN juga memiliki peran, yakni sebagai perencana,

pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayan publik yang

professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi,

dan nepotisme.

Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi

masyarakat yang setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan

Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan.Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara yang bertugas

membantu Presiden sebagai Kepala Pemerintahan, tugas melaksanakan peraturan

perundang-undangan, dalam arti kata wajib mengusahakan agar setiap peraturan

perundang-undangan ditaati oleh setiap masyarakat.

Dalam melaksanakan Peraturan PerUndang-Undangan pada umumnya,

Pegawai Negeri Sipil diberikan tugas kedinasan untuk melaksanakan tugas tersebut

dengan sebaik-baiknya. Sebagai abdi negara dan abdi masyarakat setiap Pegawai

Negeri Sipil harus mampu melakukan kepentingan negara dan kepentingan

masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan. Sebagai abdi Negara seorang

pegawai negeri juga wajib setia dan taat kepada Pancasila sebagi filsafah dan

ideologi Negara, UUD 1945, negara dan pemerintahan. Dalam hal ini pegawai

negeri harus bersikap monoloyalitas, sehingga setiap Pegawai Negeri Sipil dapat

62
memusatkan segala perhatian dan fikiran serta menyerahkan daya dan tenaganya

untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan serta berdaya dan

berhasil guna. Kesetiaan dan ketaatan penuh yang berarti bahwa Pegawai Negeri

Sipil sepenuhnya berada di bawah pimpinan pemerintahan dan sebagai abdi

masyarakat. Pegawai negeri harus memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya

kepada masyarakat. Sehubungan dengan kedudukan pegawai negeri maka baginya

dibebankan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dan sudah tentu disamping

kewajiban baginya juga diberikan apa saja yang menjadi hak yang didapat oleh

seorang pegawai negeri.

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah mengenai hubungan Pegawai

Negeri Sipil dengan Negara dan Pemerintah serta mengenai loyalitas kepada

Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Disadari bahwa kedudukan pegawai

negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu penentu kelancaran

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan. Sehingga untuk mencapai tujuan pembangunan, diperlukan

adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai warga negara, unsur aparatur negara, abdi

negara, dan abdi masyarakat. Dengan penuh kesetiaan dan ketaatan terhadap

Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Untuk keperluan tersebut, Pegawai

Negeri Sipil harus bersatu padu bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bersih,

bermutu tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas

pemerintahan dan tugas pembangunan.

63
BAB III

HASIL PENELITIAN TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI DI

KALANGAN APARATUR SIPIL NEGERA PEMERINTAHAN

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH BAZNAS

A. PROFIL BAZNAS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

1. Sejarah Berdiri serta Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,

merupakan dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia, namun

peraturan yang ada dalam undang-undang tersebut telah digantikan oleh Undang-

undang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011. Sejak saat Undang-

Undang Nomor 38 tahun 1999 diterbitkan terbentuklah dua lembaga yang

ditugaskan untuk mengelola zakat yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS), kedua lembaga ini telah dikukuhkan oleh

pemerintah. Kemudian tugas dari lembaga ini adalah mengumpulkan zakat dari

Muzakki dan mendistribusikannya kepada mustahiq.

Pada tahun 2003 Bupati Lima Puluh Kota saat itu Bapak Alis Marajo

menerbitkan surat keputusan Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat di

Lima Puluh Kota. Sebagai realisasi pengelolaan Zakat tersebut, Tanggal 20 April

2004 Bupati akhirnya mengeluarkan surat keputusannya Nomor 235 tahun 2004 dan

terbentuklah BAZNAS Lima Puluh Kota dan tanggal 27 April 2004 pengurusnya

langsung dilantik.76 Ibarat bayi yang baru lahir, BAZNAS mulai berdiri,
76
Nursal S.Pd Wakil Ketua 1 Baznas Kabupaten Lima Puluh Kota Wawancara Langsung,
Tanggal 13 Juni 2022.

64
melangkah dan berjalan. Tentunya tidak seperti orang yang sudah berjalan dan

berlari cepat. Kerja keras dan semangat yang pantang menyerah, BAZNAS Lima

Puluh Kota terus bersinergi dan berupaya mengadakan sosialisasi zakat. Setahun

kemudian tepatnya tanggal 24 Oktober 2005 dengan surat edaran Bupati Lima Puluh

Kota Nomor : 946/491/BKD/2005 kepada PNS di Lima Puluh Kota diajak dan

dihimbau untuk mengeluarkan zakat hasil profesinya ke BAZNAS Lima Puluh

Kota.

Lembaran pertama buku Kas/Bank mencatat penerimaan zakat dari PNS

sebesar Rp. 4.823.100,-. Kemudian seiring dengan perjalan waktu, penerimaan zakat

terus mengalami peningkatan, sehingga dalam jangka waktu lima bulan, BAZNAS

Lima Puluh Kota mendistribusikan dana zakat perdananya kepada Mustahiq sebesar

Rp. 33.250.000,-.77 Selama 12 tahun BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

tepatnya sejak tahun 2004 sampai 2016 berjalan dengan fasilitas kantornya yang

disediakan Kemenag Lima Puluh Kota dan hanya berukuran 3x3M2. Namun

BAZNAS Lima Puluh Kota telah berhasil mengumpulkan dana zakat sebesar Rp.

9.205.648.443,- (Sembilan Milyar Dua Ratus Lima Juta Enam Ratus Empat Puluh

Delapan Ribu Empat Ratus Empat Puluh Tiga Rupiah) dengan jumlah mustahiq

yang telah dibantu sebanyak 15.752 Orang mustahiq.

Kini BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota sudah berjalan menuju tahun

ke-13 dengan kantor yang terletak di Jalan M. Natsir (Sumbar-Riau) Ketinggian

Sarilamak, Kec. Harau Kabupaten Lima Puluh Kota, 26271.

Saat ini BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota Periode 2022-2027 diketuai

oleh Yulius, S.Ag. M.Ag, Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan H. Nursal, S.Pd.I,

Ibid.
77

65
Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian Gusri Efendi, S.Pd, dan Wakil Ketua III

Bidang Perencanaan, Keuangan dan PelaporanEdrimal Dt. Ulak Cimano, dan Ketua

IV Bidang ADM, SDM dan Umum Suhendri, S.Ag, kemudian bagian pengumpulan

dipegang oleh Jonres Marianto, S.Ag dan Joserizal, bagian pendistribusian dan

pendayagunaan dipegang oleh Gustina Martha, MH serta Staff Sekretariat Nizwatil

Azkiah, SE dan Nofrizal.

Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

a. Visi

Terwujudnya Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Yang Amanah,

Profesional dan Transparan Yang Bergerak Dalam Mengumpulkan,

Mendistribusikan serta Menumbuh Kembangkan Dana Umat Islam Untuk

Pemberdayaan Kaum Dhu’afa.78

b. Misi

1) Menjadikan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dalam mendukung

program pemerintah mengentaskan kemiskinan untuk pemberdayaan

kaum lemah.

2) Menjadikan BAZNAS sebagai satu-satunya lembaga tempat

menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah bagi umat Islam.

3) Menjadikan BAZNAS sebagai lembaga yang amanah, profesional dan

transparan dalam mengelola dana umat Islam.

4) BAZNAS sebagai fasilitator dan dinamisator dalam pemberdayaan

kaum dhu’afa.

5) Menjadikan BAZNAS sebagai jembatan emas menuju ladang amal

78
Data di Ambil Dari Arsip BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 13 Juni 2022

66
dengan Ikhlas dan jujur serta mengharap Ridho Allah SWT.

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi di atas, maka BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota bertekad mewujudkan :

1) Lima Puluh Kota Religi;

2) Lima Puluh Kota Sejahtera;

3) Lima Puluh Kota Cerdas;

4) Lima Puluh Kota Sehat;

5) Lima Puluh Kota Peduli.

2. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota,

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 14 Tahun 2014, maka struktur kepengurusan organisasi BAZNAS berubah

sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut. Hal itu telah disikapi oleh

Kementerian Agama Kabupaten Lima Puluh Kota untuk dilakukan Pembentukan

struktur kepengurusan yang baru. Sampai saat ini rangkaian pembentukan

kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Lima Puluh Kota

yang baru masih sedang berjalan. Maka untuk legalitas dan kewenangan dalam

pengelolaan Zakat di Lima Puluh Kota. Bupati Lima Puluh Kota telah menerbitkan

Surat Keputusan Nomor 149 tanggal 19 Maret 2015 tentang Pengukuhan

Perpanjangan Kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lima Puluh

Kota Periode 2012-2015. Secara legalitas struktur organisasi Badan Pelaksana dan

Sekretariat BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menjalankan roda

organisasinya, terdiri dari personil 9 (Sembilan) orang, yaitu 5 (lima) orang unsur

pimpinan (1 orang ketua dan 4 orang wakil ketua) dan 4 (empat) unsur staf atau

67
pegawai.

Unsur pimpinan memiliki periode, yaitu selama 5 tahun dengan sistem

komisioner. Saat ini kepengurusan periode 2017-2022.

Bagan 3.1

Sumber : Data Baznas Kab. Lima Kota, 2022.

a. Dewan pertimbangan

1) Dewan Pertimbangan bertugas memberikan pertimbangan, fatwa, saran

dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman

mengenai pengelolaan zakat.79

2) Mengeluarkan fatwa syari’ah baik diminta maupun tidak berkaitan

dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil

Zakat.
79
Data di Ambil Dari Arsip BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota,Tanggal 13 Juli 2022

68
3) Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan

Pelaksana dan Komisi Pengawas.

4) Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umat tentang

Pengelolaan Zakat.

b. Komisi Pengawas

1) Komisi Pengawas bertugas melaksanakan pengawasan internal atas

operasional kegiatan yang dilaksanakan;

2) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan;

3) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan;

4) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,

yang mencakup pengumpulan pendistribusian dan pendayagunaan;

5) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah dan

peraturan perundang-undangan;

6) Menunjuk akuntan publik.

c. Badan Pelaksana

1) Merumuskan pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan dan

pendayagunaan zakat;

2) Menyusun rencana dan program operasional serta petunjuk

pelaksanaan pengumpulan zakat;

3) Melaksanakan pengawasan dan koordinasi seluruh kegiatan

pelaksanaan pengumpulan zakat, termasuk auditing administrasi

keuangan;

4) Membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Instansi/Lembaga dan

Perusanaan Swasta yang berkedudukan di Ibukota provinsi.

69
3. Program Kerja BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

Program kerja BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dirumuskan sebagai

berikut:

1. Membangun kepercayaan masyarakat kepada Amil

2. Mengoptimalkan tugas Amil sesuai surat keputusan Bupati

3. Menambah jumlah pemasukan ZIS

4. Mentashorufkan/mendayagunakan hasil pengumpulan ZIS sesuai

dengan ketentuan

5. Memfungsikan dan menertibkan sekretariat Kantor BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota

Langkah-langkah kegiatannya dijabarkan pada bidang-bidang :

a. Bidang Pengumpulan

Bertugas melaksanakan Pengelolaan Pengumpulan zakat, infak,

sadaqah. Dengan Tugas pokok dan fungsi Kerja meliputi : Penyusunan

strategi pengumpulan zakat, Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan

data muzakki, Pelaksanaan kampanye zakat, Pelaksanaan dan pengendalian

pengumpulan zakat, Pelaksanaan pelayanan muzakki, Pelaksanaan evaluasi

pengelolaan pengumpulan zakat, Penyusunan pelaporan dan

pertanggungjawaban pengumpulan zakat, Pelaksanaan penerimaan dan

tindak lanjut komplain atas layanan muzakki seta Koordinasi pelaksanaan

pengumpulan zakat tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota.

b. Bidang Perencanaan Keuangan Dan Pelaporan

Bertugas menyusun perencanaan (RKAT) dan Prosedur kegiatan RKAT

serta melakukan penyusunan : Indikator Kinerja Kunci (IKK) Dalam RKAT,

70
Rencana Penerimaan Dana, Rencana Penyaluran Berdasarkan Asnaf,

Rencana Penyaluran berdasarkan Program, Rencana Penggalangan Muzakki

dan Penerima Manfaat, Rencana Penerimaan dan Penggunaan Bagian Amil,

Rencana Biaya Operasional Berdasarkan Fungsi dan Rencana Penggunaan

Dana APBD/APBN.¨

c. Bidang Administrasi, SDM dan Umum

Bertugas melakukan analisa, observasi, perencanaan dan pengambilan

keputusan terkait rekruitment, training, personalia, dan IT, Membuat memo

internal dan lampirannya yang berisi mengenai aturan kerja dan kebijakan

BAZNAS, Membuat SOP BAZNAS Kab. Limapuluh Kota, Mengawasi dan

selalu mengevaluasi anggaran operasional BAZNAS agar terwujudnya

anggaran yang efektif dan efisien, Membantu pimpinan dalam

menyelesaikan masalah internal dan eksternal, Mencermati kondisi aktifitas

staf dan perkembangan kualitas kerjanya serta Mengadakan konseling

kepada karyawan untuk meningkatkan produktifitas karyawan dan menjaga

hubungan internal.

Disamping itu juga melaksanakan fungsi-fungsi lain

meliputi :¨Melakukan analisa, observasi, perencanaan dan pengambilan

keputusan terkait rekruitment, training, personalia, dan IT, ¨Membuat memo

internal dan lampirannya yang berisi mengenai aturan kerja dan kebijakan

BAZNAS , ¨Membuat SOP BAZNAS Kab. Limapuluh Kota, ¨Mengawasi

dan selalu mengevaluasi anggaran operasional BAZNAS agar terwujudnya

anggaran yang efektif dan efisien, Membantu pimpinan dalam

menyelesaikan masalah internal dan eksternal , Mencermati kondisi aktifitas

71
staf dan perkembangan kualitas kerjanya, Mengadakan konseling kepada

karyawan untuk meningkatkan produktifitas karyawan dan menjaga

hubungan internal, Membuat surat tugas pegawai, Menangani administrasi

dan data kepegawaian lainnya, Mengurus segala sesuatu yang berhubungan

dengan kegiatan kantor berupa peralatan kerja dan sarana dan prasarana,

Mendukung seluruh kegiatan operasional kantor dengan melakukan proses

pengadaan seluruh peralatan kebutuhan kerja dengan cepat, akurat,

berkualitas serta sesuai dengan anggaran yang ditentukan, Melakukan analisa

kebutuhan anggaran atas pengadaan dan pemeliharaan seluruh fasilitas dan

sarana penunjang aktifitas kantor untuk kemudian diajukan kepada

bagiankeuangan dan manajemen BAZNAS untuk dianggarkan dan disetujui,

Melakukan aktifitas pemeliharaan atas seluruh fasilitas dan sarana

penunjang, serta melakukan proses penggantian atas fasilitas yang rusak,

Membuat, menjalankan, dan mengembangkan sistem kerja/prosedur atas

pengadaan dan pemeliharaan fasilitas penunjang kerja, Menyiapkan laporan

bulanan untuk keperluan rapat anggaran, laporan keuangan atas asset dan

beban biaya kantor, Membina hubungan yang baik dengan insan pers, serta

memberikan data yang dibutuhkan dan Mengurus BPJS kesehatan Staf pada

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

d. Bidang Pendistribusian Dan Pendayagunaan

Bertugas menjalankan kesemua program pendistribusian dan

pendayagunaan Dana ZIS pada program-program yanga ada.

72
Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Lima Puluh Kota,

dana zakat disalurkan melalui program-program yang telah dibuat pada setiap

tahunnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak H. Nursal, S. Pdi, selaku wakil

ketua Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan bahwa penyaluran dana zakat

dilakukan melalui program-program berikut ini:80

1) Lima Puluh Kota Taqwa

Adalah program dalam mewujudkan bantuan terhadap kegiatan

pengembangan ummat dan syi’ar Islam (program pendistribusian zakat dalam

bidang keagamaan). Bantuan diberikan dalam bentuk peningkatan sarana dan

prasarana rumah ibadah, meningkatkan kesejahteraan para penceramah, pembnaan

masyarakat muslim, dan pembelaan hak advokasi mustahik.

Alokasi dana adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah

pengumpulan, dengan program :

a) Santunan Guru Ngaji, Gharim/Imam Masjid melalui tim Safari

Ramadhan dengan besarnya bantuan Rp.500.000,-/Orang.

b) Bantuan Kegiatan Keagamaan, dengan besarnya bantuan maksimal

Rp.1.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-

c) Bantuan Pembinaan Dai, dengan besarnya bantuan Rp.10.000.000,-

d) Bantuan Hafiz Qur’an, dengan besarnya bantuan Rp. 2.000.000,-

e) Bantuan Pembinaan Muallaf, dengan besarnya bantuan Rp.3.000.000,-

sampai dengan Rp.5.000.000,-

2) Lima Puluh Kota Makmur

Adalah program dalam upaya mewujudkan peningkatan ekonomi dan usaha

80
Data di Ambil Dari Arsip BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 13 Juni 2022

73
keluarga dan usaha keluarga tidak mampu, berupa zakat konsumtif dan

produktif,Alokasi dana 15% (lima belas persen) dari jumlah pengumpulan dengan

program :

a) Pemberian bantuan usaha ekonomi produktif dengan besarnya

bantuan Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp.5.000.000,-

b) Pemberian bantuan peralatan usaha, antara lain seperti : Kompresor

Bengkel, Mesin Penggiling Tebu, Motor Becak, Kompor Gas, Mesin

cuci untuk laundry, mesin jahit dll.

c) Pemberian bantuan usaha untuk kelompok dengan besarnya bantuan

Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah).

d) Pemberian bantuan usaha binaan dengan besarnya bantuan sebesar

Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp.15.000.000,-

e) Bantuan usaha bagi mualaf .

Dalam pendistribusian dana zakat, melalui program Lima Puluh Kota

Makmur yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan usaha bagi keluarga

kurang mampu, membantu masyarakat miskin mewujudkan pengembangan usaha

dan memfasilitasi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan fasilitas usaha.

Pemberian modal usaha oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota bertujuan agar

mustahik dapat belajar memanfaatkan dan mengelola dana zakat produktif yang

diberikan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Bantuan tersebut diharapkan agar

dapat didayagunakan oleh mustahik untuk mengembangkan usahanya bukan hanya

untuk dikonsumsi saja, sehingga dia yang dulunya seorang mustahik dapat berubah

menjadi seorang muzakki.

Dari hasil wawancara para mustahik yang menerima bantuan modal usaha

74
produktif. Beberapa mustahik yang menerima bantuan mengatakan bahwa sejak

adanya bantuan zakat produktif yang diberikan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota dapat membantu meringankan dan ada pula yang merasakan perkembangan

usahanya.

Sebagaimana hasil wawancara dengan salah seoroang mustahik sebagai

berikut :

“Alhamdulillah dengan adanya bantuan dana modal usaha produktif yang


diberikan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota kepada saya, saya
sudah bisa menambah penghasilan. Dari bantuan tersebut saya dapat
membeli 20 ekor itik. Biasanya saya hanya bisa membantu menambah
pendapatan suami hanya dari berkebun di sekitar rumah dan hasilnyapun
tidak seberapa, karena kebun saya kecil. Tapi sekarang saya sudah bisa
menambah penghasilan suami dari beternak itik dan hasilnya cukup untuk
belanja dapur sehari-hari”.81
Dari penjelasan tersebut, bantuan dana zakat produktif yang diberikan oleh

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar Rp. 1.000.000 kepada Ibu Erniati

benar-benar telah membantu, karena setelah mendapatkan bantuan modal usaha ibu

Erniati sudah mampu memenuhi kebutuhan dapurnya.

Selanjutnya wawancara dengan mustahik lainnya ibu Yusni mengatakan,

dengan adanya bantuan dana zakat produktif sebagai tambahan modal usaha,

pendapatannya bertambah serta bisa menabung setiap minggunya.

“Alhamdulillah dengan adanya bantuan dana modal usaha produktif yang


diberikan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, usaha saya dapat
berkembang, dulu sebelum mendapat bantuan itik saya baru 20 ekor, tapi
setelah mendapatkan bantuan dari BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota,
itik saya sudah bertambah menjadi 40 ekor. Alhamdulillah dengan
perkembangan usaha saya, saya dapat meningkat penghasilan dan setiap
minggunya saya bisa menabung”.82

81
Erniati, wawancara lansung tanggal 25 Juli 2022
82
Yusni, Wawancara Langsung tanggal 25 Juli 2022

75
Dari kutipan di atas sudah terlihat gambaran bahwa bantuan zakat produktif

yang telah diterima oleh Ibu Yusni sebesar Rp. 1.000.000 ternyata telah membantu

menambah penghasilannya dan setiap minggunya Ibu Yusni juga telah bisa

menabung. Hal yang sama juga telah dirasakan oleh Pak Usman, dengan adanya

bantuan zakat produktif dari BAZNAS maka usaha Pak Usman semakin

berkembang, pendapatannya pun meningkat.

“Alhamdulillah dengan adanya bantuan dana modal usaha produktif yang


diberikan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, pendapatan sayapun
meningkat. Dulu sebelum mendapatkan bantuan, ternak ayam saya hanya
1.500 ekor, dan setelah mendapatkan bantuan, ternak ayam saya sudah
meningkat menjadi 2.000 ekor. Penghasilan sayapun meningkat dari
biasanya”.83

Dengan adanya zakat, maka akan adanya distribusi pendapatan dari muzakki

dan middle income ke penerima zakat. Pada awalnya mustahik berada pada

golongan paling bawah. Dengan adanya modal pihak mustahik dapat

meningkatkan pendapatannya melalui usaha produktif dengan dana zakat yang

mereka terima.

3) Lima Puluh Kota Sehat

Adalah program dalam upaya mewujudkan pelayanan kesehatan bagi

keluarga yang tidak mampu. Program Lima Puluh Kota Sehat diperuntukkan bagi

mustahiq yang mengalami kendala biaya dalam pengobatan. Melalui Program

Kesehatan, Bantuan diberikan dalam bentuk biaya berobat dan layanan pemulihan

dan penyembuhan serta bantuan alat kesehatan untuk masyarakat miskin. Alokasi

dana 15% dari jumlah pengumpulan dengan program :

a) Pemberian bantuan transportasi berobat dengan besarnya bantuan

83
Usman, Wawancara Langsung tanggal 25 Juli 2022

76
maksimal Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 1.500.000,-

b) Pemberian bantuan biaya berobat dengan besarnya bantuan

Rp.750.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-

c) Pemberian bantuan untuk pembayaran hutang tunggakan berobat di

Rumah Sakit dengan besarnya bantuan Rp.1.000.000,- sampai dengan

Rp. 2.000.000,-

d) Bantuan biaya operasi dengan besarnya bantuan Rp. 1.000.000,-

sampai dengan Rp. 3.000.000,-

e) Pemberian bantuan untuk tunggakan BPJS bagi yang sedang berobat.

f) Bantuan biaya pendampingan keluiarga yang sakit.

g) Penanganan khusus Rek Dinas Kesehatan dengan besarnya bantuan

Rp.3.000.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000,-

h) Pemberian bantuan alat kesehatan :

 Bantuan kursi roda sebesar Rp. 1.500.000,-

 Bantuan Alat Bantu Dengar sebesar Rp. 2.000.000,-

 Bantuan kaki palsu sebesar Rp. 5.000.000,-

i) Berobat lainnya.

4) Lima Puluh Kota Cerdas

Adalah program Pendidikan diberikan dalam bentuk pembiayaan langsung

atau tidak langsung untuk kebutuhan pendidikan mustahik, berupa beasiswa

pendidikan bagi pelajar SD/MI, SMP/MA, SMA/SMK/MA seKabupaten Lima

Puluh Kota dan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampuSelain itu dana

zakat juga disalurkan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan wilayah-

wilayah tertinggal.

77
Alokasi dana 45% dari jumlah pengumpulan dengan program pemberian

beasiswa bagi :

a) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, besarnya maksimal Rp.300.000,-

b) Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, besarnya bantuan

maksimal Rp. 400.000,-

c) Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah

Aliyah, besarnya bantuan maksimal Rp. 500.000,-

d) Pemberian beasiswa Perguruan Tinggi:

 Mahasiswa Reguler Rp. 1.000.000,-/Tahun

 Mahasiswa Binaan Rp. 1.500.000,-/Semester

 Transport Mahasiswa Luar Negeri Rp. 2.000.000,-

 Calon Mahasiswa Lulus PTN Rp. 1.000.000,-

 Pendidikan lainnya Rp. 500.000,- sampai dengan

Rp.2.000.000,-

5) Lima Puluh Kota Peduli

Adalah pogram dalam upaya mengayomi masyarakat yang tertimpa bencana

dan terlantar. Lima Puluh Kota Peduli disalurkan bagi mustahiq yang mengalami

musibah/ bencana, seperti kebakaran, banjir, longsor, angin puting beliung dan lain

sebagainya.Alokasi dana 10% dari pengumpulan dengan program :

a) Pemberian Bantuan rehab Rumah Tak Layak Huni (RTLH), dengan

besarnya bantuan Rp. 20.000.000,-

b) Pemberian bantuan bencana alam (BAZNAS Tanggap Bencana)

dengan besarnya bantuan untuk kebakaran rumah sebesar Rp.

2.000.000,-, sedangkan untuk bencana banjir/longsong/gempa/angin

78
kencang sebesar Rp. 2.000.000 s/d Rp. 50.000.000,-

c) Pemberian bantuan konsumtif rutin dengan besarnya bantuan Rp.

600.000,- per bulan

d) Pemberian bantuan anak panti asuhan dan panti jompo dengan

besarnya bantuan Rp.1.500.000,- per semester

e) Pemberian bantuan paket lebaran dengan besarnya senilai Rp.300.000,-

yang terdiri dari : Sembako (Beras, Minyak Goreng, Gula, Telur, Teh,

Sarden).

f) Pemberian bantuan insentif lebaran untuk Guru Honorer/THL/Sukarela

dengan besarnya bantuan maksimal Rp.400.000,-

g) Pemberian bantuan palestina

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dengan program-program penyaluran

tersebut diharapkan mampu mengubah status mustahiq menjadi muzzaki.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 menjelaskan bahwasanya ada 2

(dua) bentuk penyaluran dana zakat yaitu konsumtif dan produktif. Konsumtif yaitu

untuk memenuhi kebutuhan hidup mustahiq dan tidak adanya peningkatan diri pada

diri mustahiq. Sedangkan produktif, dana tersebut adalah modal untuk para mustahiq

yang mengalami kondisi ekonomi lemah untuk berwirausaha dan meningkatkan

kualitas hidup mustahiq, baik dari segi sosial, ekonomi, dan agama di setiap

tahunnya.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat Bab III

pasal 27 juga telah menjelaskan bahwa zakat dapat digunakan untuk usaha

produktif. Dengan adanya penyaluran dana zakat untuk usaha produktif ini,

diharapkan para penerimanya dapat menghasilkan sesuatu secara terus menerus

79
melalui dana yang diterimanya. Dana tersebut tidak dihabiskan melainkan akan

dikembangkan dan digunakan untuk usaha mereka sehingga penerima zakat dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kegiatan utama BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota adalah menghimpun

dana zakat dan melakukan pengelolaan terhadap dana zakat yang telah dihimpunnya

untuk kesejahteraan umat. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dengan visinya

“Terwujudnya Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Yang Amanah, Profesional

dan Transparan Yang Bergerak Dalam Mengumpulkan, Mendistribusikan serta

Menumbuh Kembangkan Dana Umat Islam Untuk Pemberdayaan Kaum Dhu’afa”

melalui bidang pendistribusian BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota telah

mencoba mendistribusikan dana zakat sebagai modal usaha yang tujuannya adalah

agar zakat tersebut berkembang sehingga tujuan zakat tercapai.

B. Zakat Profesi Di Kalangan Aparatur Sipil Negera Pemerintahan

Kabupaten Lima Puluh Kota

1. Nisab Zakat Profesi

Zakat penghasilan atau yang dikenal juga sebagai zakat profesi; zakat

pendapatan adalah bagian dari zakat mal yang wajib dikeluarkan atas harta yang

berasal dari pendapatan/penghasilan rutin dari pekerjaan yang tidak melanggar

syariah. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan, penghasilan yang

dimaksud ialah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain-

lainnya yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai,

karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya,

serta pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.

80
Zakat penghasilan dikeluarkan dari harta yang dimiliki pada saat

pendapatan/penghasilan diterima oleh seseorang yang sudah dikatakan wajib zakat.

Seseorang dikatakan sudah wajib menunaikan zakat penghasilan apabila ia

penghasilannya telah mencapai nishab zakat pendapatan sebesar 85 gram emas per

tahun. Hal ini juga dikuatkan dalam SK BAZNAS Nomor 22 Tahun 2022 Tentang

Nisab Zakat Pendapatan dan Jasa, bahwa; Nishab zakat pendapatan /penghasilan

pada tahun 2022 adalah senilai 85 gram emas atau setara dengan Rp. 79.292.978,-

(Tujuh puluh sembilan juta dua ratus sembilan puluh dua ribu sembilan ratus tujuh

puluh delapan rupiah) per tahun atau Rp. 6.607.748,- (Enam juta enam ratus tujuh

ribu tujuh ratus empat puluh delapan rupiah) per bulan.

Dalam praktiknya, zakat penghasilan dapat ditunaikan setiap bulan dengan

nilai nishab perbulannya adalah setara dengan nilai seperduabelas dari 85 gram emas

(seperti nilai yang tertera di atas) dengan kadar 2,5%. Jadi apabila penghasilan setiap

bulan telah melebihi nilai nishab bulanan, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar

2,5% dari penghasilannya tersebut. Ada banyak jenis profesi dengan pembayaran

rutin maupun tidak, dengan penghasilan sama dan tidak dalam setiap bulannya. Jika

penghasilan dalam 1 bulan tidak mencapai nishab, maka hasil pendapatan selama 1

tahun dikumpulkan atau dihitung, kemudian zakat ditunaikan jika penghasilan

bersihnya sudah cukup nishab.

2. Cara Mengeluarkan Zakat Profesi

Ketentuannya adalah, zakat profesi 2,5% x Jumlah penghasilan dalam 1

bulan.

Nishab Zakat Penghasilan 85 gram emas

81
Kadar Zakat Penghasilan 2,5%
Haul 1 tahun

Contoh:

Jika harga emas pada hari ini sebesar Rp. 938.099/gram, maka nishab zakat

penghasilan dalam satu tahun adalah Rp. 79.292.978,-. Penghasilan Bapak Fulan

sebesar Rp10.000.000/bulan, atau Rp120.000.000,- dalam satu tahun. Artinya

penghasilan Bapak Fulan sudah wajib zakat. Maka zakat Bapak Fulan adalah

Rp10.000.000,- x 2,5% = Rp250.000,-/ bulan.

3. Data Jumlah Aparatur Sipil Negara Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Yang Mengeluarkan Zakat Profesi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat diketahui data

Aparatur Sipil Negara Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota Yang

Mengeluarkan Zakat Profesi, sebagaimana yang ditampilkan pada tabel di bawah ini

Tabel 3.1
Laporan Pengumpulan Zakat Baznas Kabupaten Lima Puluh Kota
Periode 1 Januari s/d 30 Juni 2022

Setoran Zakat
Januari s/d
No. OPD / Unit Kerja Keterangan
Juni 2022
(Rp.)
1 51 Setoran zakat beragam (1%,
Sekretariat Daerah
.328.026 1,5% dan 2,5%)
2 Dinas Pendidikan dan 410 Setoran zakat beragam (1%,
Kebudayaan .588.813 1,5% dan 2,5%)
3 11 Setoran zakat beragam (1%,
Dinas Sosial
.481.152 1,5% dan 2,5%)
4 Dinas Pemadam Belum ada setoran zakat ke
Kebakaran - BAZNAS
5 90.979. Sudah 2,5% tapi belum
Dinas Kesehatan
353 termasuk THR dan Gaji 13
6 Dinas Pekerjaan Umum 44.667.84 Sudah 2,5% tapi belum

82
dan Penataan Ruang 4 termasuk THR dan Gaji 13
7 Satuan Polisi Pamong 4.552.
Masih 1%
Praja 011
8 Dinas Lingkungan
5.924.
Hidup, Perumahan Masih 1%
517
Rakyat dan Permukiman
9 Dinas Kependudukan 2.375.
Masih 1%
dan Pencatatan Sipil 598
10 Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga
Berencana, 2.413.
Masih 1%
Pemberdayaan 593
Perempuan dan
Perlindungan Anak
11 Dinas Penanaman Modal
3.693.
dan Pelayanan Terpadu Masih 1%
915
Satu Pintu
12 Dinas Perdagangan,
4.941.
Koperasi, Usaha Kecil Masih 1%
410
dan Menengah
13 Dinas Perindustrian dan Belum ada setoran zakat ke
Tenaga Kerja - BAZNAS
14 Dinas Komunikasi dan 2.980.8
Masih 1%
Informatika 00
15 Dinas Parawisata, 7.452.7
Masih 1%
Pemuda dan Olahraga 14
16 Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan 3.295.060 Masih 1%
Desa/Nagari
17 Belum ada setoran zakat ke
Dinas Perhubungan
- BAZNAS
18 Dinas Tanaman Pangan,
73.482. Sudah 2,5% tapi belum
Hortikultura dan
639 termasuk THR dan Gaji 13
Perkebunan
19 Dinas Peternakan dan 11.207.5
Masih 1%
Kesehatan Hewan 19
20 Dinas Perikanan 12.895.982 Masih 1%
21 Pernah Setor zakat ke
12.895.
Dinas Pangan BAZNAS pada tahun
982
sebelumnya
22 Dinas Perpustakaan
Arsip Daerah (PAD)/gaji Masih 1%
-
des
23 Badan Perencanaan
10.499.
Penelitian dan Masih 1%
967
Pengembangan

83
24 Badan Kepegawaian dan
8.591.
Pengembangan Sumber Masih 1%
674
Daya Manusia
25 7.907. Setoran zakat beragam (1%,
Badan Keuangan
000 1,5% dan 2,5%)
26 Badan Kesatuan Bangsa 22.708.
Masih 1%
dan Politik 495
27 Badan Penanggulangan 6.571.
Masih 1%
Bencana Daerah 691
28 2.953.
Sekretariat DPRD Masih 1%
495
29 2.770.
Inspektorat Masih 1%
131
30 3.673.
Kecamatan Harau Masih 1%
900
31 3.241.
Kecamatan Pangkalan Masih 1%
720
32 Kecamatan Bukik 3.187.
Masih 1%
Barisan/suprayondi 392
33 Kecamatan Lareh Sago 4.339.
Masih 1%
Halaban 000
34 Belum ada setoran zakat ke
Kecamatan Akabiluru
- BAZNAS
35 Belum ada setoran zakat ke
Kecamatan Luak
- BAZNAS
36 Kecamatan Situjuh Limo 3.174.
Masih 1%
Nagari 000
37 2.286.
Kecamatan Gunung Mas Masih 1%
000
38 4.000.
Kecamatan Payakumbuh Masih 1%
000
39 Belum ada setoran zakat ke
Kecamatan Mungka
- BAZNAS
40 Belum ada setoran zakat ke
Kecamatan Kapur IX
- BAZNAS
41 Belum ada setoran zakat ke
Kecamatan Guguak
- BAZNAS
42 Belum ada setoran zakat ke
Kecamatan Suliki
- BAZNAS
43 SMPN 1 Kec. 6.148.
Masih 1%
Payakumbuh 412
44 SMPN 2 Kec. Belum ada setoran zakat ke
Payakumbuh - BAZNAS
SMPN 3 Kec. 1.046.6
45 Masih 1%
Payakumbuh 00
46 SMPN 4 Kec. Belum ada setoran zakat ke

84
Payakumbuh - BAZNAS
SMPN 1 Kec. 2.500.0
47 Masih 1%
Akabiluru/Yessi Silvia 00
5.750.6
48 SMPN 2 Kec. Akabiluru Masih 1%
23
SMPN 3 Kec. 4.800.0
49 Masih 1%
Akabiluru/Yuhendri 00
Belum ada setoran zakat ke
50 SMPN 1 Kec. Guguak
- BAZNAS
Belum ada setoran zakat ke
51 SMPN 2 Kec. Guguak
- BAZNAS
Belum ada setoran zakat ke
52 SMPN 4 Kec. Guguak
- BAZNAS
Belum ada setoran zakat ke
53 SMPN 5 Kec. Guguak
- BAZNAS
4.965.0
54 SMPN 1 Kec. Mungka Masih 1%
41
SMPN 2 Kec. Mungka 2.440.0
55 Masih 1%
(Tesi) 00
Belum ada setoran zakat ke
56 SMPN 3 Kec. Mungka
- BAZNAS
1.800.0 Setoran Zakat Masih 1% ke
57 SMPN 1 Kec Suliki
00 BAZNAS
SMPN 2 Kec Suliki 5.000.0
58 Masih 1%
(chaidir) 00
SMPN 1 Kec. Gunuang 3.500.0
59 Masih 1%
Omeh (epriwandi) 00
SMPN 2 Kec. Gunuang 500.0
60 Masih 1%
Omeh (Usrizal) 00
SMPN 1 Kec. Bukik 3.000.0
61 Masih 1%
Barisan 00
SMPN 2 Kec. Bukik 900.0
62 Masih 1%
Barisan 00
SMPN 3 Kec. Bukik Belum ada setoran zakat ke
63
Barisan/Faisal Adri - BAZNAS
SMPN 4 Kec. Bukik Belum ada setoran zakat ke
64
Barisan - BAZNAS
1.67 Belum ada setoran zakat ke
65 SMPN 1 Kec. Luak
4.947.701 BAZNAS
6 Belum ada setoran zakat ke
66 SMPN 2 Kec. Luak
.508.178 BAZNAS
SMPN 1 Kec Lareh Sago 20
67 Masih 1%
Halaban .718.500
SMPN 2 Kec Lareh Sago 11
68 Masih 1%
Halaban .696.000
69 SMPN 3 Kec Lareh Sago 71 Belum ada setoran zakat ke

85
Halaban .039.951 BAZNAS
SMPN 4 Kec Lareh Sago 60 Belum ada setoran zakat ke
70
Halaban/NOFRIZAL .171.477 BAZNAS
SMPN 5 Kec Lareh Sago 3 Belum ada setoran zakat ke
71
Halaban .673.900 BAZNAS
3
72 SMPN 1 Kec. Harau Masih 1%
.241.720
3
73 SMPN 2 Kec. Harau Masih 1%
.187.392
4
74 SMPN 3 Kec. Harau Masih 1%
.339.000
75 SMPN 4 Kec. Harau Masih 1%
-
76 SMPN 5 Kec. Harau Masih 1%
-
SMPN 1 Kec. Pangkalan 3
77 Masih 1%
Koto Baru .174.000
SMPN 2 Kec. Pangkalan 2
78 Masih 1%
Koto Baru/delvayandi .286.000
SMPN 3 Kec. Pangkalan 4
79 Masih 1%
Koto Baru .000.000
SMPN 4 Kec. Pangkalan
80 Masih 1,5%
Koto Baru -
SMPN 5 Kec. Pangkalan Belum ada setoran zakat ke
81
Koto Baru - BAZNAS
82 SMPN 1 Kec. Kapur IX Masih 1%
-
83 SMPN 2 Kec. Kapur IX Masih 1%
-
Belum ada setoran zakat ke
84 SMPN 1 Kec. Luak
- BAZNAS
Belum ada setoran zakat ke
85 SMPN 2 Kec. Luak
- BAZNAS
SMPN 1 Kec Lareh Sago 5.200.0
86 Masih 1%
Halaban 00
SMPN 2 Kec Lareh Sago 7.842.7
87 Masih 1%
Halaban 29
SMPN 3 Kec Lareh Sago Belum ada setoran zakat ke
88
Halaban - BAZNAS
SMPN 4 Kec Lareh Sago Belum ada setoran zakat ke
89
Halaban/NOFRIZAL - BAZNAS
SMPN 5 Kec Lareh Sago Belum ada setoran zakat ke
90
Halaban - BAZNAS
1.700.0
91 SMPN 1 Kec. Harau Masih 1%
00
92 SMPN 2 Kec. Harau 2.556. Masih 1%

86
000
3.269.
93 SMPN 3 Kec. Harau Masih 1%
591
4.560.
94 SMPN 4 Kec. Harau Masih 1%
000
1.775.6
95 SMPN 5 Kec. Harau Masih 1%
28
SMPN 1 Kec. Pangkalan 6.059.7
96 Masih 1%
Koto Baru 08
SMPN 2 Kec. Pangkalan 1.890.
97 Masih 1%
Koto Baru/delvayandi 000
SMPN 3 Kec. Pangkalan 1.000.
98 Masih 1%
Koto Baru 000
SMPN 4 Kec. Pangkalan 1.908.0
99 Masih 1,5%
Koto Baru 00
SMPN 5 Kec. Pangkalan Belum ada setoran zakat ke
100
Koto Baru - BAZNAS
3.620.
101 SMPN 1 Kec. Kapur IX Masih 1%
000
5.500.
102 SMPN 2 Kec. Kapur IX Masih 1%
000
Belum ada setoran zakat ke
84 SMPN 1 Kec. Luak
- BAZNAS
Belum ada setoran zakat ke
85 SMPN 2 Kec. Luak
- BAZNAS
SMPN 1 Kec Lareh Sago 5.200.0
86 Masih 1%
Halaban 00
SMPN 2 Kec Lareh Sago 7.842.7
87 Masih 1%
Halaban 29
SMPN 3 Kec Lareh Sago Belum ada setoran zakat ke
88
Halaban - BAZNAS
SMPN 4 Kec Lareh Sago Belum ada setoran zakat ke
89
Halaban/NOFRIZAL - BAZNAS
SMPN 5 Kec Lareh Sago Belum ada setoran zakat ke
90
Halaban - BAZNAS
1.700.
91 SMPN 1 Kec. Harau Masih 1%
000
2.556.
92 SMPN 2 Kec. Harau Masih 1%
000
3.269.
93 SMPN 3 Kec. Harau Masih 1%
591
4.560.0
94 SMPN 4 Kec. Harau Masih 1%
00
1.775.6
95 SMPN 5 Kec. Harau Masih 1%
28
96 SMPN 1 Kec. Pangkalan 6.059.7 Masih 1%

87
Koto Baru 08
SMPN 2 Kec. Pangkalan 1.890.
97 Masih 1%
Koto Baru/delvayandi 000
SMPN 3 Kec. Pangkalan 1.000.
98 Masih 1%
Koto Baru 000
SMPN 4 Kec. Pangkalan 1.908.0
99 Masih 1,5%
Koto Baru 00
SMPN 5 Kec. Pangkalan Belum ada setoran zakat ke
100
Koto Baru - BAZNAS
3.620.0
101 SMPN 1 Kec. Kapur IX Masih 1%
00
5.500.
102 SMPN 2 Kec. Kapur IX Masih 1%
000
Belum ada setoran zakat ke
103 SMPN 3 Kec. Kapur IX
- BAZNAS
Belum ada setoran zakat ke
104 SMPN 4 Kec. Kapur IX
- BAZNAS
1.855.
105 SMPN 5 Kec. Kapur IX
317 Masih 1%
Belum ada setoran zakat ke
106 SMPN 6 Kec. Kapur IX
- BAZNAS
SMPN 1 Kec. Situjuah Belum ada setoran zakat ke
107
Limo Nagari - BAZNAS
SMPN 2 Kec. Situjuah
108 Masih 1%
Limo Nagari 900.000
4.893.
109 BAZNAS 50 Kota
250 Sudah 2,5%
1.376.548.1
TOTAL
16
Sumber : BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2022.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwasanya, dari keseluruhan OPD dan

Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yg berjumlah 109

(seratus sembilan) yang terdiri dari OPD, UPT Sekolah, serta Kecamatan di lingkup

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota diketahui hanya 1 unit kerja yakni

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota yang sudah menyetorkan zakat sesuai

besaran yang seharusnya yakni 2,5 persen. Sedangkan sisanya ada yang

menyetorkan Setoran zakat secara beragama beragam yakni 1%, 1,5% dan 2,5%, ,

ada juga OPD yang menyetorkan Sudah 2,5% tapi belum termasuk THR dan Gaji 1,

88
ada OPD yang baru menyetorkan 1 persen, ada pula OPD atau unit kerja yang

pernah menyetorkan zakat ke BAZNAS pada tahun sebelumnya, bahkan tidak

sedikit OPD atau unit kerja yang belum ada setoran zakat ke BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota.

4. Data Jumlah Perolehan tiap tahun dari Zakat Profesi di Kalangan Aparatur

Sipil Negara Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat diketahui

data Jumlah Perolehan tiap tahun dari Zakat Profesi di kalangan Aparatur Sipil

Negara Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagaimana disajikan pada tabel

di bawah ini :

Tabel 3.2
Jumlah Perolehan Zakat Profesi di Kalangan Aparatur Sipil Negara
Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2017-2021

Jumlah Penerimaan
No. Tahun Ket
Zakat Profesi ASN
1 2017 1.726.214.843,-
2 2018 2.461.584.137,-
3 2019 3.315.553.450,-
4 2020 3.392.960.997,-
5 2021 3.577.655.662,-
Sumber : BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, 2022.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwasanya, dari jumlah perolehan zakat

profesi di kalangan ASN Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, terlihat

terjadinya peningkatan jumlah penerimaan dari tahun 2017 sebesar 1.726.214.843,-

terus meningkat di tahun-tahun berikutnya sampai mencapai angka 3.577.655.662,-

pada Tahun 2021.

Dengan potensi dan luas daerah Kabupaten Lima Puluh Kota semestinya

89
BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota mampu memaksimalkan potensi yang ada. Namun

jumlah porelehan saat ini belumnya maximal yang tentu saja angka ini tentu masih

jauh dari target dan potensi yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota atau dapat

dikatakan potensi penerimaan zakat profesi ASN Pemerintah Kabupaten Lima Puluh

Kota bias jauh melebihi di atas itu. Karena berdasarkan data yang ada OPD dan unit

kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota belum menyetorkan

zakat sesuai besaran yang seharusnya yakni 2,5 persen, terdapat OPD dan Unit kerja

yang baru menyetorkan zakat sebesar 1%, 1,5% bahkan ada juga OPD yang belum

ada setoran zakat ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Disini nampaknya sangat perlu upaya meningkatkan gerak BAZNAS Kab.

Lima Puluh Kota ke arah yang lebih baik lagi untuk mencapai sasaran zakat itu

sendiri dalam mengentaskan kemiskinan. Dimana jika dikaitkan dengan tujuan

syariat atau maqashid al-syariah hal ini belum terwujud. Dimana hakikat maqashid

al-syariah dari segi substansinya adalah kemaslahatan. Salah satu maqashid al-

Syariah zakat dalam pencapaian kemaslahatan adalah untuk mengentaskan

kemiskinan sehingga terdapat pemenuhan kebutuhan hidup. Sehingga sasaran utama

zakat untuk mengubah status mustahiq menjadi muzzaki belum terpenuhi.

C. Pengelolaan Zakat Profesi Dikalangan Aparatur Sipil Negara

90
Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Upaya

Penanggulangan Kemiskinan

1. Mekanisme Pengumpulan Zakat Profesi Dikalangan Aparatur Sipil Negara

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Ditinjau dari maqashid al-Syariah zakat dalam pengentasan kemiskinan,

tentu dilihat bagaimana managerial atau mekanisme yang diterapkan oleh BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota. Dimana mekanisme Pengumpulan Zakat Profesi di

kalangan ASN Kabupaten Lima Puluh Kota oleh BAZNAS mencakup kegiatan

perencanaan dan pengorganisasian.

Manajemen zakat meliputi kegiatan kegiatan perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan

(controling) terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Dalam konteks ini muncul dua istilah yang sangat berhubunga dengan zakat.

Pertama muzakki yakni orang atau badan yang berkewajiban menunaikan zakat.

Kedua, mustahiq atau orang atau badan yang berhak menerima zakat. Keduanya

bagaikan dua sisi mata uang yang tidak mungkin bisa dipisahkan.

Perencanaan (Planning) Zakat Profesi

Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai

tujuan tertentu dalam waktu tertentu, dimana perencanaan yang matang maka

diharaplan hasil yag diperoleh dalam pengumpulan zakat dapat maximal dan

bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Perencanaan pengelolaan zakat di BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota berwujud dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra).

Tujuan penyusunan Renstra untuk menjadi landasan dan acuan bagi Pengurus untuk

menyusun rencana pengelolaan zakat yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima)

91
tahun. Perencanaan dalam proses pengelolaan zakat yang ada di BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota dimulai dengan menyusun Rancangan Anggaran Kerja

Tahunan (RKAT) sebagaimana Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Optimalisasi Pengumpulan zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Jayusman, S.Pd,.Pd selaku

Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota terkait

proses perencanaan pengumpulan dana Zakat Profesi ASN di Lingkungan

Kabupaten Lima Puluh Kota diketahui sebagai berikut :

“dalam tahap perencanaan pengumpulan dana Zakat profesi ASN di


Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, terdapat beberapa
tahap yang kami laksanakan, meliputi: Sosialisasi, dan pencatatan. Dimana
sosialisasi dilakukan mulanya kepada para pejabat struktural selaku
pimpinan OPD dan Unit Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima
Puluh Kota yang untuk selanjutnya tiap-tiap kepala OPD dan Unit Kerja
tersebut menyampaikan kepada bawahannya tentang pentingnya
mengeluarkan zakat profesi yang merupakan kewajiban bagi umat Islam
yang mampu”. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota
tentunya sudah memberikan dukungan penuh dalam pengumpulan Zakat
Profesi ASN ini, yang dibuktikan dengan dukungan regulasi yang sudah
diterbitkan yakni : ¨Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota No 09
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Zakat, ¨Edaran Bupati Lima Puluh Kota
Nomor 846/491/bkd/2005 tentang Zakat Mal, Infak, Sedekah, ¨Edaran
Bupati Lima Puluh Kota No. 113 Tahun 2014 tentang Optimalisasi
Pengumpulan Zakat di Pemerintah Daerah Melalui Badan Amil Zakat
Nasional Kabupaten Lima Puluh Kota serta ¨Edaran Bupati Lima Puluh Kota
No. 113 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Profesi di
Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota.84

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan penulis di lapangan diketahui

bahwa dalam hal perencanaan pengumpulan dana Zakat profesi ASN di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota dilaksanakan 2 tahapan yakni :

1) Sosialisasi/Kampanye Zakat
84
Wawancara langsung dengan Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan Nursal S.Pd, tanggal 26
Juli 2022.

92
2) Pencatatan dan pendataan, dimana pengurus BAZNAS selaku

unit pengumpul melaksanakan pencatatan administrasi terhadap data

base jumlah pegawai yang mengeluarkan dana zakat profesinya di

masing-masing OPD dan Unit Kerja di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan diketahui bahwa

Dokumen Renstra Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Lima Puluh

Kota yang diharapkan menjadi alat ukur pengendalian pelaksanaan pembangunan di

bidang pengeloaan zakat khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota, masih terdapat

hal yang perlu dikritisi dimana Renstra yang disusun oleh BAZNAS lebih berbentuk

pelaksanaan yang akan dilakukan, mestinya Renstra tersebut tertuang dalam bentuk

pointer-pointer perencanaan yang strategis demi kemajuan BAZNAS kedepannya.

Serta Renstra yang disusun tersebut, belum optimal dalam pelaksanaannya sehingga

pengelolaan zakat menjadi kurang optimal dilakukan.

Pengorganisasian (Organizing)

Dimana Pelaksanaan pengumpulan dana zakat yang bersumber dari

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten

Lima Puluh Kota dibayarkan melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang dikelola

oleh bendahara yang bertugas mengumpulkan zakat dari Aparatur Sipil Negara

(ASN) di lingkungannya bekerja dan kemudian di setorkan kepada BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota setiap satu bulan sekali.

Penggerakan (Actuanting)

Dimana terhadap proses pengelolaan dana zakat, dilakukan dengan

93
sosialisasi dengan mengundang kepala-kepala OPD yang kemudian nantinya akan

disosialisasikan kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) ditempatnya bekerja.

Hasil wawancara terkait pengumpulan dana Zakat Profesi ASN di Lingkunan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota sebagai berikut :

“Setiap ASN yang beragama Islam pada semua OPD dan Unit Kerja di
Lingkungan Pemerintah Kabuapten 50 KOta mengeluarkan zakatnya sebesar
2,5% dari gaji sebelum dikurangi dengan biaya-biaya kebutuhan yang lain.
Jadi yang dipotong oleh bendahara adalah gaji kotor sebesar 2,5%.132 Jadi
dasar yang digunakan dalam menghitung zakat profesi yaitu penghasilan
kotor. Sebenarnya potensi zakat profesi untuk ASN di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota cukup besar jika ASN juga bersedia
untuk pemotongan zakat pada tunjangan penghasilan dilakukan oleh
BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Kemudian dapat kami informasikan
juga bahwasanya saat ini Jumlah UPZ yang sudah terbentuk 93 UPZ, dan
sudah secara aktif menyetor zakatnya, yakni : 5 UPZ Nagari, 1 UPZ Masjid,
26 UPZ OPD, 27 UPZ Kelompok Pendidikan SD, 7 UPZ Kecamatan, 28 UPZ
SMP, serta masyarakat juga dapat berinfak melalui + 200 Kotak Infak dan
melalui scan Qris yang tersedia ”85

Pengawasan (controling)

Terkait system Controlling atau pengawasan pada BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota makan saat ini Sistem pengawasan yang dilakukan berupa

pemberian laporan keuangan dan kegiatan kepada Bupati dan muzzaki yang

menyetorkan zakat ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota yang dilakukan 1 kali

dalam 3 bulan setiap tahunnya. Disamping itu saat ini BAZNAS Kabupaten Lima

Puluh Kota juga sudah di audit secara eksternal dan memperoleh Opini Wajar Tanpa

Pengecualian pada Tahun 2022 untuk pemeriksaan laporan Tahun 2021.

Seyogyanya audit rutin baik yang dilakukan oleh audit internal maupun audit

Wawancara langsung dengan Bapak Jonres Marianto, S.Ag, staf Bidang Pengumpulan
85

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, tanggal 30 Juli 2022.

94
ekternal terhadap seluruh neraca keuangan BAZNAS adalah sebagai bentuk

transparansi keuangan BAZNAS terhadap dana-dana dari muzzaki yang telah

dikelolanya. Dengan diterapkannya akuntansi yang baik, maka organisasi ini dapat

dikatakan telah melaksanakan akuntabilitasi dan transparasi yang baik. Jika dilihat

dalam struktur kepengurusan, BAZNAS sebenarnya sudah mempunyai Komisi

Pengawas yang diketuai oleh Kepala Inspektorat setempat. Yang diharapkan

kedepan dapat lebih makimal dalam melaksanakan tugas dan perannya dalam

melakukan audit terhadap BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Pendistribusian Zakat Profesi Dikalangan Aparatur Sipil Negara

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Proses pendistribusian Zakat Profesi Dikalangan Aparatur Sipil Negara

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota meliputi:

a. Penyetoran

Sebelum didistribusikan tentunya dana zakat terlebih dahulu disetor ke

Baznas Kabupaten Lima Puluh Kota. Dana zakat profesi yang terkumpul di tiap-tiap

bendahara UPZ di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota disetor

setiap bulan kepada rekening BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yaitu pada pasal 55

dijelaskan bahwa BAZNAS Kab./kota berwenang melakukan pengumpulan zakat

melalui UPZ dan/atau secara langsung.

Sekaitan dengan Zakat Profesi ASN yang dikelola oleh BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota diketahui bahwa, baru sebatas zakat Pegawai Negeri Sipil dengan

95
bekerja sama bersama bendahara masing-masing Unit Kerja/OPD/Instansi di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota. Dimana Bendaharawan gaji

tiap-tiap unit kerja menjadi UPZ dan malakukan pemotongan zakat ASN yang

bersedia dipotong zakatnya. Bendaharawan gaji lalu menyetorkan zakat ke rekening

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Bagi muzzaki perorangan, bisa langsung

menyetorkan zakatnya ke rekening BAZNAS dan juga bisa langsung ke kantor

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Sekretariat BAZNAS akan membantu

menyetorkan zakat yang diserahkan muzzaki ke rekening BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota.

b. Distribusi

Pendistribusian zakat merupakan penyaluran atau pembagian dana zaka

kepada mereka yang berhak menerima (mustahik). Distribusi zakat mempunyai

sasaran dan tujuan. Sasaran di sini adalah pihak-pihak yang diperbolehkan

menerima zakat, sedangkan tujuannnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam bidang perekonomian sehingga dapat memperkecil kelompok

masyarakat yang kurang mampu. Zakat yang terkumpul ini, didistribusikan oleh

pengurus BAZNAS kepada delapan asnaf, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat

atTaubah/9 ayat 60 yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, riqab, sabilillah dan

ibnu sabil.

3. Strategi Pengelolaan Zakat Profesi Dikalangan Aparatur Sipil Negara

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Penanggulangan

96
Kemiskinan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di lapangan diketahui bahwa

secara umum khususnya ASN di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh

Kota telah memiliki kesadaran dan pengetahuan yang cukup untuk mengeluarkan

zakat profesi melalui Baznas Kabupaten Lima Puluh Kota. Yang artinya bahwa

kesadaran mengeluarkan zakat khususnya zakat profesi bagi ASN di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota sudah cukup memadai. Gaji yang diterima

setiap bulan dikeluarkan zakatnya 2,5 persen sebelum dikurangi kebutuhan yang

lain. Jadi dasar yang digunakan dalam menghitung zakat profesi yaitu penghasilan

kotor. Hal ini dilandasi dengan kemauan untuk membantu orang lain melalui dana

zakat yang dikelola BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Adapun strategi pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN Kabupaten Lima

Puluh Kota adalah sebagai berikut :

a. Memerintahkan kepada kepala OPD agar dapat mengumpulkan zakat

bagi seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) muslim di lingkungan

kerjanya masing-masing dalam hal ini seluruh Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) berikut unit kerja dibawahnya seperti UPT di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota.

b. Pengumpulan zakat dilakukan pada saat Aparatur Sipil Negara (ASN)

menerima gaji dan mendapatkan Tambahan Penghasilan Pegawai

(TPP) sebesar 2,5%. Selanjutnya dana yang terkumpul agar langsung

disetorkan ke rekening Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di kota

masing-masing;

c. Penerbitan regulasi atau peraturan oleh Pemerintah Daerah melalui

97
Peraturan Daerah dan Surat-surat Edaran Bupati, yakni antara lain :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota No 09 Tahun 2013

Tentang Pengelolaan Zakat

2. Edaran Bupati Lima Puluh Kota Nomor 846/491/bkd/2005

tentang Zakat Mal, Infak, Sedekah

3. Edaran Bupati Lima Puluh Kota No. 113 Tahun 2014 tentang

Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Pemerintah Daerah Melalui

Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lima Puluh Kota

4. Edaran Bupati Lima Puluh Kota No. 113 Tahun 2017 tentang

Optimalisasi Pengumpulan Zakat Profesi di Lingkungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota.

Secara umum Peraturan Daerah dan Edaran Bupati Lima Pulu Kota

dimaksud dikeluarkan untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi muzakki

dalam menunaikan kewajiban zakatnya dan meningkatkan kesejahteraan mustahik

sekaligus meringankan beban Pemerintah dalam menanggulangi tingkat kemiskinan,

maka bupati 50 Kota merasa perlu mengeluarkan intruksi ini bagi pegawai yang

berada dilingkungan pemerintahannya untuk membayarkan zakat profesi melalui

badan amil zakat yang ada atau yang telah dibentuk oleh pemerintahan Kabupaten

Lima Puluh Kota, yang dalam hal ini adalah BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Edaran bupati ini sesuai dengan aturan yang mengatur Zakat melalui Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014,

Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi

Pengumpulan zakat di Kementerian/ Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga

Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha

98
Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah Melaui Badan Amil zakat Nasional,

Keputusan Ketua BAZNAS Nomor 142 Tahun 2017 tentang Nilai Nishab Zakat

Pendapatan Tahun 2017. Dimana mengingat semua dasar undang-undang dan

Peraturan tentang zakat dimaksud maka, Bupati 50 Kota mengeluarkan edaran

tentang Pengumpulan Zakat di Pemerintah Daerah yang ditujukan kepada seluruh

pegawai di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota untuk

membayarkan zakat profesinya sebesar 2,5 % (dua koma lima perseratus) melalui

BAZIS Kabupaten Lima Puluh Kota. Intruksi ini merupakan perintah sekaligus

peraturan yang dikeluarkan oleh Bupati kepada pegawai-pegawainya untuk

dijalankan dan ditaati.

Sasaran dikeluarkannya Edaran Bupati Tentang Zakat Profesi tentunya

sesuai dengan isi edaran itu sendiri yaitu ditujukan kepada pegawai yang berada di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang berpenghasilan minimal

Rp 2.000.000,- dengan besar zakat yang dikeluarkan sebanyak 2,5% persen dari

penghasilannya perbulan. Sedangkan tujuan dikeluarkannya instruksi Bupati ini

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik dan meringankan beban

Pemerintah dalam menanggulangi tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten Lima

Puluh Kota serta untuk memberikan pelayanan bagi muzakki dalam menunaikan

kewajiban zakatnya melalui Lembaga Amil Zakat yang ada yakni BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Salah satu tugas penting lain dari lembaga pengelola zakat adalah melakukan

sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan

berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti khutbah Jum’at,

majelis talim, seminar, diskusi dan lokakarya, melalui media surat kabar, majalah,

99
radio, internet maupun televisi. Dengan sosialisasi yang baik dan optimal,

diharapkan masyarakat muzakki akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui

lembaga zakat yang kuat, amanah dan terpercaya. Materi sosialisasi yang sudah

dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain berkaitan dengan

kewajiban zakat, hikmah dan fungsinya, harta benda yang wajib dikeluarkan

zakatnya, cara menghitung zakat yang mudah, serta cara menyalurkannya. Dan

sejalan dengan UU No. 17/2000 tentang perubahan ketiga UU No. 7/1983 tentang

pajak penghasilan, maka kaitan antara zakat dengan pajak ini perlu juga

disosialisasikan kepada masyarakat.86

Setelah dikeluarkannya Edaran Bupati tentang zakat profesi yang ditujukan

kepada pegawai di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota maka

penulis mencoba menkroscek ke kantor-kantor Dinas dan Instansi yang berada di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota mengenai tingkat kesadaran

dan pengetahuan Pegawai mengenai Edaran Bupati tetang zakat profesi ini melalui

wawancara singkat dengan hasil :

1. Pegawai cukup mengetahui tentang adanya Edaran Bupati tentang

zakat profesi.

2. Pegawai cukup mengerti apa itu zakat profesi.

3. Sebagian pegawai sudah membayar zakat profesinya sebelum adanya

edaran bupati, dan sebagian pegawai lainnya membayarkan zakat

profesinya setelah adanya edaran bupati

4. Edaran bupati cukup berdampak baik atas kesadaran pegawai dalam

membayarkan zakat profesi


86
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani, Jakarta, 2002, hlm
132

100
5. Sebagian pegawai ada yang melakukan pembayarkan zakat Profesinya

tidak sesuai dengan edaran Bupati yaitu harus melalui BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota. Namun untuk hal ini adalah zakat profesi

yang bukan dari gaji melainkan zakat profesi dari Tunjangan

Penghasilan yang diterima.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

diketahui jumlah pengumpulan zakat memang meningkat setiap tahunnya, namun

masih belum maksimal, sebagaimana ditampilkan pada gambar di bawah ini :

Tabel 3.3
Total Pengumpulan ZIS Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015 s/d 2021

No. Tahun Total Pengumpulan ZIS


1. 2015 1.772.137.814,-
2. 2016 2.073.737.110,-
3. 2017 2.068.881.728,-
4. 2018 2.984.103.046,-
5. 2019 4.222.956.837,-
6. 2020 4.005.389.270,-
7. 2021 4.322.238.897,-
Sumber : Data Baznas Kab. Lima Kota, 2022.

Terlihat bahwa memang terjadi peningkatan jumlah Zakat yang dikumpulkan

oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota setiap tahunnya, dimana pada Tahun

2015 Rp. 1.772.137.814,- dan mencapai angka 4,32 Milyar pada Tahun 2021. Disini

terlihat Potensi zakat profesi di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya ASN cukup

besar. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya Aparatur Sipil Negara (ASN)

yang bekerja di Kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu, juga terdapat Tambahan

Penghasilan Pegawai (TPP) di Kabupaten Lima Puluh Kota yang dapat menjadi

potensi lainnya dalam pengumpulan dana ZIS di Kabupaten Lima Puluh Kota.

“Jika ditanya tentang potensi zakat yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota,
khususnya zakat yang bersumber dari ASN ya cukup besar. Karena

101
mengingat setiap tahun ada penerimaan ASN (bertambah), dan juga ada TPP
yang diterima ASN di Kabupaten Lima Puluh Kota ini, Jadi ASN yang wajib
zakat juga seharusnya banyak.”87

Namun jika dilihat dari jumlah masyarakat yang menyalurkan zakat ke

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota masih tergolong sedikit jika dibandingkan

dengan potensi dan jumlah penduduk muslim yang terdiri dari + 368.484 jiwa.

Kebanyakan muzakki BAZNAS hanya berasal dari zakat profesi ASN.

Pengumpulan dana zakat yang saat ini sedang berjalan yang didominasi dari Zakat

Profesi PNS di Kabupaten Lima Puluh Kota pun juga belum maksimal.

Zakat sebagai ibadah yang bersifat maliyah ijtima’iyah, harus dikelola

dengan cara yang profesional. Karena pengelolaan yang profesional akan

meningkatkan peluang membaiknya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan

zakat sesuai dengan tuntutan agama. Apalagi zakat memiliki fungsi dan peranan

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial sehingga pada gilirannya

dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Berdasarkan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang tertera

dalam pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

87
Wawancara langsung dengan Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan Nursal S.Pd, tanggal 26
Juli 2022

102
BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS TENTANG OPTIMALISASI

PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI DI KALANGAN APARATUR SIPIL

NEGARA (ASN) PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN

1. Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan Aparatur Sipil Negera

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 38 tahun tahun 1999,

BAZNAS di ganti diubah menjadi BAZNAS Pusat, Propinsi dan Kabupaten,

sedangkan SKPD dan instansi serta perusahaan sebagai Unit Pengumpul Zakat

(UPZ). BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) adalah badan resmi pemerintah non

departemen yang diberi tanggung jawab untuk mengelola zakat, Infak dan shadaqah

(ZIS) dimasing-masing tingkatan serta bertanggung jawab kepada Presiden,

Gubernur, Bupati/Wali Kota, DPR, DPRD Propinsi maupun DPRD

Kabupaten/Kota.

Pasal 16 Undang-Undang No. 23 tahun 2011, “Dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat

membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha

milik Nasional, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama

lainnya, dan tempat lainnya”.

103
Berdasar penjelasan pada bab sebelumnya bahwa pengelolaan zakat profesi

yang ada di di Kalangan Aparatur Sipil Negera Pemerintahan Kabupaten

Lima Puluh Kota dilakukan melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di OPD atau unit

kerja masing-masing kemudian disetorkan ke Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Lima Puluh Kota secara kolektif. Zakat profesi Aparatur

Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang

diambil dari gaji kotor setiap pegawai menurut hemat penulis sudah ada yang sesuai

dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yakni sebesar

2,5%, namun ada juga yang belum sesuai dimana masih ada yang menyetorkan

hanya 1 dan 1,5 persen.

Dimana sekaitan dengan pola pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh

Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan cara

pemotongan gaji secara langsung oleh bendahara gaji dari masing-masing unit kerja,

menurut penulis cukup efektif. Namun penulis menyadari bahwasanya

pembayaran/penyerahan zakat profesi terserah kepada muzakki (orang yang

berzakat), UPZ tidak berhak untuk memaksa, karena membayar zakat adalah suatu

kesadaran diri. Para PNS/ ASN yang juga sebagai Muzakki bisa memilih antara

menyalurkan sendiri kepada para mustahiq atau dipercayakan kepada pihak

manapun (termasuk bendahara PNS di kantor, UPZ, atau yayasan lain yang

mengurusi zakat) yang bersedia menyalurkannya secara amanah dan profesional.

Oleh karena itu terjadinya pemotongan zakat di bawah 2,5% atau belum sesuai

dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada UPZ

masing-maing OPD dan Unit Kerja juga tidak dapat di intervensi oleh pihak

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

104
Kegiatan penditribusian/pentasharufan ZIS oleh Unit Pengumpul Zakat

(UPZ) di masing-masing OPD atau Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Lima Puluh Kota dilakukan stiap bulan. Penulis menyadari bahwa seluruh

komponen dalam zakat (baik orang yang berzakat, penyalur zakat maupun penerima

zakat) nanti di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawabannya, tentulah

masing-masing yang bersangkutan akan memenuhi hak dan kewajibannya masing-

masing secara profesional.

Disamping itu dalam kitab-kitab fiqh pelaksanaan zakat sudah dianggap sah

bila telah memenuhi rukun atau unsur-unsur dan syaratsyarat yang telah ditentukan

dalam hukum Islam. Adapun rukun dalam unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam

mengeluarkan zakat, unsur-unsur tersebut adalah: (1) Orang yang mengeluarkan

zakat (muzakki), (2) Harta yang wajib dizakati, (3) penerima zakat (mustahiq).

Kalau melihat unsur-unsur dan syarat-syarat di atas, bahwa pelaksanaan zakat

profesi ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, memang

belum semua OPD atau unit kerja yang mengeluarkan 2.5% dan menyetorkan

seluruhnya ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Penulis mengansumsikan bahwa dalam membayarkan zakat profesinya ASN

tentunya dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan. Bagi OPD yang hanya

menyetorkan 1 atau 1,5 persen (dibawah 2,5 persen), artinya memilih penyaluran

sendiri dari sisa zakat yang sudah dipercayakan penyalurannya ke BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota, kepada para mustahik. Hal ini erat hubungannya

dengan tradisi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota yang masih melakukan

penyaluran zakatnya sendiri. Serta bagi mereka yang kurang dari nisab para

Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh

105
Kota dapat mengeluarkan sebagian kecil hartanya dalam bentuk infak. Hal ini

tentunya dapat dibenarkan, karena membebaskan orang-orang yang mempunyai gaji

yang kecil dari kewajiban zakat.

Seyogyanya, menurut hemat penulis. ASN di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Lima Puluh Kota dapat mempercayakan penyaliran zakat profesinya

secara full kepada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota juga memiliki system Controlling atau pengawasan.

Dengan adanya pengawasan, maka diharapkan pengelolaan zakat yang ada di

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dapat berjalan dengan optimal tanpa adanya

problem. Dimana dalam hal ini disamping Sistem pengawasan yang dilakukan

berupa pemberian laporan keuangan dan kegiatan kepada Bupati dan muzzaki yang

menyetorkan zakat ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota yang dilakukan 1 kali

dalam 3 bulan setiap tahunnya. Sebagaimana telah dijelaskan bahwasanya saat ini

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota juga sudah di audit secara eksternal dan

memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian pada Tahun 2022 untuk pemeriksaan

laporan Tahun 2021.

2. Kendala-Kendala Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Terdapat beberapa kendala dan hambatan yang seringkali menghambat

kinerja BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya dalam mengelola dana

zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota,

diantaranya ada faktor eksternal dan internal:

106
1. Kondisi Eksternal

a. Masih kurangnya kesadaran pegawai/ASN dalam melaksanakan

kewajiban berzakat melalui BAZNAS

b. Kepercayaan pegawai/ASN untuk menyalurkan zakatnya ke BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota masih relatif rendah

c. Zakat maal/profesi yang belum terealisasikan secara optimal

dikalangan pegawai, dikarenakan pegawai/ASN belum sepenuhnya

paham mengenai Konsep zakat berdasarkan syariah kewajiban, yakni

haul dan nisab; dimana haul merupakan sesuai ukuran waktu 1 tahun,

nisab sesuai dengan ukuran volume atau harta/rezeki yang diperloeh.

Jika tidak sesuai haul dan nisab maka kewajiban zakat belum gugur dan

jatuh hanya sedekah biasa.

d. Pemahaman tentang zakat profesi bagi kalangan pegawai/ASN

berbeda-beda. Karena mereka menganggap hal ini masih tergolong

baru dihasilkan ijtihad dan dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian

tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama orang

lain/dengan lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang

memenuhi nisab (batas minimum untuk berzakat). Setiap pekerjaan

yang mendatangkan penghasilan yang mencapai nisab, tanpa melihat

jenis atau bentuk pekerjaan (profesi) wajib mengeluarkan zakat

profesinya. Karena itu, jenis-jenis profesi yang menghasilkan

pendapatan dengan cukup mudah dan melimpah wajib dikenakan zakat

profesi. Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun

2003 Tentang Zakat Penghasilan menyatakan Zakat penghasilan adalah

107
wajib dan di nisbatkan pada zakat mal dengan sebasar 2,5% dari 85 gr

emas/tahun. Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan “penghasilan”

adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain

yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara,

pegawai atau karyawan, maupub tidak rutin seperti dokter, pengacara,

konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari

pekerjaan bebas lainnya.

e. Fakta bahwa pengumpulan zakat oleh BAZNAS Kabupaten Lima

Puluh Kota masih belum sesuai dengan konsep syariah, undang-

undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden dimaksud. Sementara

kebutuhan dan prioritas program BAZNAS Limapuluh Kota untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berbagai kebutuhan

mustahik yang semakin banyak. Dimana Zakat profesi yang

dikeluarkan adalah merupakan suatu ibadah, agar gaji semakin berkah,

maka pentingnya mengeluarkan zakat dan infak, khususnya zakat

profesi, adalah agar gaji yang diperoleh menjadi berkah dan dapat

bermanfaat bagi orang yang sangat membutuhkannya.

f. Kebutuhan mustahik di Kabupaten Lima Puluh Kota yang semakin

banyak. Dimana masalah yang dihadapi oleh mustahik di Kabupaten

Lima Puluh Kota adalah karena latar belakang pendidikan yang masih

rendah sehingga kemungkinan untuk berkembang agak sulit dan masih

mengharapkan uluran tangan dan bantuan dari orang lain. Karena latar

pendidikan yang masih rendah itulah sehingga mereka lambat untuk

menerima informasi dan perkembangan teknologi. Mereka tidak

108
memikirkan secara jangka panjang akan tetapi mereka cuma ingin

menerima bantuan langsung untuk kebutuhan sehari-hari.Oleh karena

itu mereka sangat mengharapkan bantuan daridana ZIS yang

disalurkan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota walaupun hanya

bersifat konsumtif untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

g. Belum adanya dukungan maksimal dari Pemerintah Daerah

(Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota) dan DPRD setempat untuk

menerbitkan produk hukum lainnya agar dapat lebih mendorong

pelaksanaan zakat, khususnya zakat profesi di kalangan ASN

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Kondisi Internal :

a. Belum ditemukannya cara yang lebih efektif untuk dapat menggugah

muzakki di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota unutk

menyalurkan semua zisnya ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

b. Belum terjalinnya koordinasi yang baik antara BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota dengan semua UPZ yang ada (secara menyeluruh)

c. Sudah ada Perda Zakat yakni Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh

Kota No 09 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Zakat, namun belum

secara maximal ditegakkan atau bahkan perlu direvisi dan dievaluasi

karena mungkinsaja sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman

karna sudah hampir 10 tahun.

d. Standar Operasional dan Prosedur (SOP) tentang keuangan,

pendayagunaan, dan pendistribusian yang jelas belum maksimal

dilaksanakan.

109
e. Sosialisasi Yang Belum Merata

Disamping kendala internal dan eksternal diatas, maka berdasarkan hasil

wawancara dan observasi penulis di lapangan juga diketahui bahwa ASN di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota belum merasakan sosialisasi

yang maksimal dari BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pembayaran

zakat profesi. Hal ini wajar terjadi karena sosialisasi yang belum merata dari

BAZNAS terhadap para pegawai dan instansi-instansi, OPD dan Unit Kerja yang

ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang jumlahnya cukup

banyak dan lokasimnkantor yang tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Hanya

sebagian saja yang hanya tiga puluh tujuh kantor saja yang mendapatkan sosialisasi

tentang zakat profesi secara langsung. Mengenai hal ini penulis mencoba menggali

informasi kepengurus BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota berkaitan dengan

sosialisasi yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, informasi

yang penulis dapatkan sebagaimana kutipan wawancara dibawah ini :

“bahwa sebenarnya sudah semua instansi Pemerintahan di Kabupaten Lima


Puluh Kota ini mendapatkan sosialisasi dari BAZNAS Kabupaten Lima
Puluh Kota, namun permasalahannya adalah ketika BAZNAS mengadakan
sosialisasi banyak dari kepala dinas dan istansi tidak datang dan mewakilkan
kepada bawahannya, akibatnya informasi yang diberikan BAZNAS tidak
langsung dan merata didapatkan oleh semua pegawai Pemerintahan
Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya terkait pengumpulan Zakat Profesi
ASN ini. Walau sudah merasa maksimal kami di BAZNAS Kabupaten Lima
Puluh Kota melakukan sosialisasi dan publikasi untuk menarik minat para
muzakki untuk membayarkan zakatnya tapi masih perlu terobosan baru
untuk meningkatkan pendapatan BAZNAS.88

3. Pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten lima puluh kota juga

baru fokus kepada dana zakat, sedangkan untuk dana lain seperti infak,

88
Wawancara langsung dengan Bapak Yoserizal, staf Bidang Pengumpulan BAZNAS
Kabupaten Lima Puluh Kota, tanggal 30 Juli 2022.

110
sedekah, dana sosial keagamaan lainnya yang juga memiliki potensi luar

biasa yang belum dikumpulkan sevara maksimal oleh BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota..

Dengan diketahuinya kekurangan/kendala dan hambatan yang dihadapi

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota diharapkan kedepan, pengelolaan dana zakat

yang dikelola oleh manajemen BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dapat lebih

ditingkatkan. Jika potensi zakat yang ada bisa dimaksimalkan dan dikelola dengan

baik, tentu kemiskinan di Kabupaten lima puluh Kota dapat dientaskan. Masyarakat

Lima Puluh Kota akan makmur. Maqashid al-Syariah zakat dalam pengentasan

kemiskinan akan terwujud

3. Upaya Optimalisasi Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota Sebagai Upaya

Penanggulangan Kemiskinan

Upaya optimalisasi pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai upaya penanggulangan

kemiskinan antara lain :

1. Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota

menerbitkan regulasi terkait pengelolaan dana ZIS di Kabupaten Lima Puluh

Kota yakni : Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 09 Tahun

2013 Tentang Pengelolaan Zakat, Surat Edaran Bupati Lima Puluh Kota

Nomor 846/491/bkd/2005 tentang Zakat Mal, Infak, Sedekah, Surat ¨Edaran

Bupati Lima Puluh Kota Nomor 113 Tahun 2014 tentang Optimalisasi

Pengumpulan Zakat di Pemerintah Daerah Melalui Badan Amil Zakat

111
Nasional Kabupaten Lima Puluh Kota, serta Surat ¨Edaran Bupati Lima

Puluh Kota Nomor 113 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pengumpulan

Zakat Profesi di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh

Kota tentang zakat profesi terhadap pegawai di lingkungan Pemerintahan

Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota melakukan Pendataan terhadap para

Muzakki, khususnya Muzakki yang berprofesi sebagai ASN di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang pendapatannya sudah

mencapai nisab atau batasan untuk mengeluarkan zakat profesinya.

3. Pendataan Para Mustahik, yang mana Pendataan mustahik dilakukan agar

mendapatkan kejelasan mengenai data yang akurat mengenai jumlah

mustahik di Kab. %0 Kota. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya

meminta data mengenai jumlah keluarga miskin dan dhuafa ke kantor Dinas

Sosial Kabupaten Lima Puluh Kota, atau melalui unit Pengumpulan Zakat

(UPZ) ditingkat Nagari dan kecamatan yang tersebar diwilayah Kabupaten

Lima Puluh Kota.

4. Melakukan Sosialisasi, Promosi dan Publikasi, dimana upaya optimalisasi

pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten

Lima Puluh Kota sebagai upaya penanggulangan kemiskinan berikutnya

adalah dengan melakukan Promosi dan Publikasi dilakukan dengan maksud

agar para muzakki khususnya dari kalangan ASN di Kabupaten Lima Puluh

Kota lebih kenal dan lebih percaya dengan Badan Amil Zakat (BAZNAS)

Kabupaten Lima Puluh Kota, sehingga pengumpulan dana Zakat, infaq dan

shadaqah dapat lebih maksimal secara struktur organisasi, program kerja dan

112
personalnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara melalui berbagai

media seperti brosur, spanduk, billboard, dan media cetak Koran dan bulletin

yang bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesi (MUI) Kabupaten Lima

Puluh Kota.

5. Meningkatkan kepercayaan muzakki terhadap BAZNAS Kabuapten 50 Kota

dengan transparansi pengelolaan dan hasil audit. Salah satunya dilakukan

melalui media sosial.

6. Membuka pembayaran zakat secara digital dan dapat dilakukan dari

barbagaimacam metode pembayaran online. Sebagaimana terlihat pada

tangkapan layar gambar 4. diatas bahwasanya untuk menjaring dana dari

masyarakat dan pegawai/ASN pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota

melakukan sosialisasi dan promosi terkait pembayaran zakat yang dapat

dilakukan secara digital.

7. Melakukan seruan untuk pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah, dengan cara

melakukan pengiriman surat kepada seluruh instansi/unit kerja/OPD yang

berada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, bahwasanya membayar

zakat sangat mudah. Dimana muzakki selain secara langsung datang ke

BAZNAS, dana ZIS juga dapat dikumpulkan melalui Unit Pengumpulan

Zakat (UPZ), Pos atau Bank, Melalui pemotongan gaji, ataupun dengan

metode jemput Bola langsung oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Salah satunya dengan memaksimalkan sosialisasi Surat Edaran bupati

tentang zakat profesi kepada pegawai-pegawai yang ada dilingkungan

pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan diketahui bahwa Surat

113
edaran bupati cukup berdampak atas kesadaran pegawai/ASN di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam membayarkan zakat profesi

khususnya melalui BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, hal ini dapat diketahui

dari angket yang telah dikumpulkan penulis bahwa instruksi bupati cukup

berdampak terhadap kesadaran pegawai dalam membayarkan zakat profesi

sebagaimana yang telah di instruksikan Bupati dengan sebanyak 74% dari responden

merasakan dampak dari instruksi Bupati dan 10% lainnya menjawab tidak. Instruksi

bupati juga berdampak dalam peningkatan pegawai yang membayarkan zakat

profesi terlihat dari persentasi pegawai yang membayarkan zakat sebelum dan

sesudah adanya instruksi. Sebanyak 42% responden dari pegawai Pemkab menjawab

belum membayarkan zakatnya sebelum adanya instruksi Bupati dan 56%

membayarkan zakat profesinya setelah adanya instruksi Bupati. Sedangkan yang

lainnya 2% tidak terpengaruh dengan adanya instruksi itu. Instruksi Bupati juga

cukup berdampak secara tidak langsung terhadap pengelolaan zakat di BAZ

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Selain pengumpulan zakat yang belum optimal, BAZNAS Kabupaten lima

puluh kota juga belum mampu sepenuhnya memberikan kenyamanan terhadap

muzzaki selama ini. Hal ini terlihat dari masih ada keraguan apakah zakat yang

mereka salurkan akan sampai kepada tangan mustahiq atau tidak. Sehingga, dari

2,5% zakat yang wajib dikeluarkan, pada umumnya muzzaki tersebut hanya

menyalurkan 1%-1,5% ke BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota. Sisanya mereka kelola

sendiri di lingkungan SKPD masing-masing pada Unit Pengumpul Zakat. Pola

pengumpulan yang diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota yang

juga masih kurang efektif, yaitu menyetorkan zakat melalui bank atau langsung ke

114
kantor BAZNAS. Para muzzaki terkadang enggan untuk berlama-lama di bank

dalam melakukan penyetoran zakatnya atau mengunjungi kantor sekretariat

BAZNAS bagi muzzaki yang jauh. Hal ini mendorong UPZ masing-masing SKPD

atau muzzaki perorangan untuk mengelola atau menyalurkan sendiri zakatnya.

Sehingga tujuan zakat untuk membersihkan harta para muzzaki belum optimal

terwujud oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Tentunya kedepan pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota mesti ditingkatkan. Dimana dana yang dikelola oleh BAZNAS

yang selama ini berfokus pada pngelolaan gaji dan tunjangan PNS, harus juga

melihat potensi lain yang juga sangat besar, baik dari pengusaha, pedagang, petani

dan lain sebagainya. Disamping itu sosialisasi juga perlu ditingkatkan lagi. Jika

metode pengumpulan yang dilakukan bekerjasama dengan pihak bank dirasa kurang

efektif diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Maka kedepan

BAZNAS hasus mengomtimalkan layanan jemput zakat untuk meningkatkan

kesadaran dan memberikan kemudahan pada muzzaki dalam membayar zakat.

115
BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS TENTANG OPTIMALISASI

PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI DI KALANGAN APARATUR SIPIL

NEGARA (ASN) PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN

1. Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan Aparatur Sipil Negera

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 38 tahun tahun 1999,

BAZNAS di ganti diubah menjadi BAZNAS Pusat, Propinsi dan Kabupaten,

sedangkan SKPD dan instansi serta perusahaan sebagai Unit Pengumpul Zakat

(UPZ). BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) adalah badan resmi pemerintah non

departemen yang diberi tanggung jawab untuk mengelola zakat, Infak dan shadaqah

(ZIS) dimasing-masing tingkatan serta bertanggung jawab kepada Presiden,

Gubernur, Bupati/Wali Kota, DPR, DPRD Propinsi maupun DPRD

Kabupaten/Kota.

Pasal 16 Undang-Undang No. 23 tahun 2011, “Dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat

membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha

milik Nasional, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama

lainnya, dan tempat lainnya”.

Berdasar penjelasan pada bab sebelumnya bahwa pengelolaan zakat profesi

116
yang ada di di Kalangan Aparatur Sipil Negera Pemerintahan Kabupaten

Lima Puluh Kota dilakukan melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di OPD atau unit

kerja masing-masing kemudian disetorkan ke Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Lima Puluh Kota secara kolektif. Zakat profesi Aparatur

Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang

diambil dari gaji kotor setiap pegawai menurut hemat penulis sudah ada yang sesuai

dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yakni sebesar

2,5%, namun ada juga yang belum sesuai dimana masih ada yang menyetorkan

hanya 1 dan 1,5 persen.

Dimana sekaitan dengan pola pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh

Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan cara

pemotongan gaji secara langsung oleh bendahara gaji dari masing-masing unit kerja,

menurut penulis cukup efektif. Namun penulis menyadari bahwasanya

pembayaran/penyerahan zakat profesi terserah kepada muzakki (orang yang

berzakat), UPZ tidak berhak untuk memaksa, karena membayar zakat adalah suatu

kesadaran diri. Para PNS/ ASN yang juga sebagai Muzakki bisa memilih antara

menyalurkan sendiri kepada para mustahiq atau dipercayakan kepada pihak

manapun (termasuk bendahara PNS di kantor, UPZ, atau yayasan lain yang

mengurusi zakat) yang bersedia menyalurkannya secara amanah dan profesional.

Oleh karena itu terjadinya pemotongan zakat di bawah 2,5% atau belum sesuai

dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada UPZ

masing-maing OPD dan Unit Kerja juga tidak dapat di intervensi oleh pihak

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Kegiatan penditribusian/pentasharufan ZIS oleh Unit Pengumpul Zakat

117
(UPZ) di masing-masing OPD atau Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Lima Puluh Kota dilakukan stiap bulan. Penulis menyadari bahwa seluruh

komponen dalam zakat (baik orang yang berzakat, penyalur zakat maupun penerima

zakat) nanti di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawabannya, tentulah

masing-masing yang bersangkutan akan memenuhi hak dan kewajibannya masing-

masing secara profesional.

Disamping itu dalam kitab-kitab fiqh pelaksanaan zakat sudah dianggap sah

bila telah memenuhi rukun atau unsur-unsur dan syaratsyarat yang telah ditentukan

dalam hukum Islam. Adapun rukun dalam unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam

mengeluarkan zakat, unsur-unsur tersebut adalah: (1) Orang yang mengeluarkan

zakat (muzakki), (2) Harta yang wajib dizakati, (3) penerima zakat (mustahiq).

Kalau melihat unsur-unsur dan syarat-syarat di atas, bahwa pelaksanaan zakat

profesi ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, memang

belum semua OPD atau unit kerja yang mengeluarkan 2.5% dan menyetorkan

seluruhnya ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Penulis mengansumsikan bahwa dalam membayarkan zakat profesinya ASN

tentunya dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan. Bagi OPD yang hanya

menyetorkan 1 atau 1,5 persen (dibawah 2,5 persen), artinya memilih penyaluran

sendiri dari sisa zakat yang sudah dipercayakan penyalurannya ke BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota, kepada para mustahik. Hal ini erat hubungannya

dengan tradisi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota yang masih melakukan

penyaluran zakatnya sendiri. Serta bagi mereka yang kurang dari nisab para

Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh

Kota dapat mengeluarkan sebagian kecil hartanya dalam bentuk infak. Hal ini

118
tentunya dapat dibenarkan, karena membebaskan orang-orang yang mempunyai gaji

yang kecil dari kewajiban zakat.

Seyogyanya, menurut hemat penulis. ASN di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Lima Puluh Kota dapat mempercayakan penyaliran zakat profesinya

secara full kepada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota juga memiliki system Controlling atau pengawasan.

Dengan adanya pengawasan, maka diharapkan pengelolaan zakat yang ada di

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dapat berjalan dengan optimal tanpa adanya

problem. Dimana dalam hal ini disamping Sistem pengawasan yang dilakukan

berupa pemberian laporan keuangan dan kegiatan kepada Bupati dan muzzaki yang

menyetorkan zakat ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota yang dilakukan 1 kali

dalam 3 bulan setiap tahunnya. Sebagaimana telah dijelaskan bahwasanya saat ini

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota juga sudah di audit secara eksternal dan

memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian pada Tahun 2022 untuk pemeriksaan

laporan Tahun 2021.

2. Kendala-Kendala Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

Terdapat beberapa kendala dan hambatan yang seringkali menghambat

kinerja BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya dalam mengelola dana

zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota,

diantaranya ada faktor eksternal dan internal:

4. Kondisi Eksternal

a. Masih kurangnya kesadaran pegawai/ASN dalam melaksanakan

119
kewajiban berzakat melalui BAZNAS

b. Kepercayaan pegawai/ASN untuk menyalurkan zakatnya ke BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota masih relatif rendah

c. Zakat maal/profesi yang belum terealisasikan secara optimal

dikalangan pegawai, dikarenakan pegawai/ASN belum sepenuhnya

paham mengenai Konsep zakat berdasarkan syariah kewajiban, yakni

haul dan nisab; dimana haul merupakan sesuai ukuran waktu 1 tahun,

nisab sesuai dengan ukuran volume atau harta/rezeki yang diperloeh.

Jika tidak sesuai haul dan nisab maka kewajiban zakat belum gugur dan

jatuh hanya sedekah biasa.

d. Pemahaman tentang zakat profesi bagi kalangan pegawai/ASN

berbeda-beda. Karena mereka menganggap hal ini masih tergolong

baru dihasilkan ijtihad dan dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian

tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama orang

lain/dengan lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang

memenuhi nisab (batas minimum untuk berzakat). Setiap pekerjaan

yang mendatangkan penghasilan yang mencapai nisab, tanpa melihat

jenis atau bentuk pekerjaan (profesi) wajib mengeluarkan zakat

profesinya. Karena itu, jenis-jenis profesi yang menghasilkan

pendapatan dengan cukup mudah dan melimpah wajib dikenakan zakat

profesi. Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun

2003 Tentang Zakat Penghasilan menyatakan Zakat penghasilan adalah

wajib dan di nisbatkan pada zakat mal dengan sebasar 2,5% dari 85 gr

emas/tahun. Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan “penghasilan”

120
adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain

yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara,

pegawai atau karyawan, maupub tidak rutin seperti dokter, pengacara,

konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari

pekerjaan bebas lainnya.

e. Fakta bahwa pengumpulan zakat oleh BAZNAS Kabupaten Lima

Puluh Kota masih belum sesuai dengan konsep syariah, undang-

undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden dimaksud. Sementara

kebutuhan dan prioritas program BAZNAS Limapuluh Kota untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berbagai kebutuhan

mustahik yang semakin banyak. Dimana Zakat profesi yang

dikeluarkan adalah merupakan suatu ibadah, agar gaji semakin berkah,

maka pentingnya mengeluarkan zakat dan infak, khususnya zakat

profesi, adalah agar gaji yang diperoleh menjadi berkah dan dapat

bermanfaat bagi orang yang sangat membutuhkannya.

f. Kebutuhan mustahik di Kabupaten Lima Puluh Kota yang semakin

banyak. Dimana masalah yang dihadapi oleh mustahik di Kabupaten

Lima Puluh Kota adalah karena latar belakang pendidikan yang masih

rendah sehingga kemungkinan untuk berkembang agak sulit dan masih

mengharapkan uluran tangan dan bantuan dari orang lain. Karena latar

pendidikan yang masih rendah itulah sehingga mereka lambat untuk

menerima informasi dan perkembangan teknologi. Mereka tidak

memikirkan secara jangka panjang akan tetapi mereka cuma ingin

menerima bantuan langsung untuk kebutuhan sehari-hari.Oleh karena

121
itu mereka sangat mengharapkan bantuan daridana ZIS yang

disalurkan BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota walaupun hanya

bersifat konsumtif untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

g. Belum adanya dukungan maksimal dari Pemerintah Daerah

(Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota) dan DPRD setempat untuk

menerbitkan produk hukum lainnya agar dapat lebih mendorong

pelaksanaan zakat, khususnya zakat profesi di kalangan ASN

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota.

5. Kondisi Internal :

a. Belum ditemukannya cara yang lebih efektif untuk dapat menggugah

muzakki di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota unutk

menyalurkan semua zisnya ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

b. Belum terjalinnya koordinasi yang baik antara BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota dengan semua UPZ yang ada (secara menyeluruh)

c. Sudah ada Perda Zakat yakni Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh

Kota No 09 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Zakat, namun belum

secara maximal ditegakkan atau bahkan perlu direvisi dan dievaluasi

karena mungkinsaja sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman

karna sudah hampir 10 tahun.

d. Standar Operasional dan Prosedur (SOP) tentang keuangan,

pendayagunaan, dan pendistribusian yang jelas belum maksimal

dilaksanakan.

e. Sosialisasi Yang Belum Merata

122
Disamping kendala internal dan eksternal diatas, maka berdasarkan hasil

wawancara dan observasi penulis di lapangan juga diketahui bahwa ASN di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota belum merasakan sosialisasi

yang maksimal dari BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pembayaran

zakat profesi. Hal ini wajar terjadi karena sosialisasi yang belum merata dari

BAZNAS terhadap para pegawai dan instansi-instansi, OPD dan Unit Kerja yang

ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang jumlahnya cukup

banyak dan lokasimnkantor yang tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota. Hanya

sebagian saja yang hanya tiga puluh tujuh kantor saja yang mendapatkan sosialisasi

tentang zakat profesi secara langsung. Mengenai hal ini penulis mencoba menggali

informasi kepengurus BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota berkaitan dengan

sosialisasi yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, informasi

yang penulis dapatkan sebagaimana kutipan wawancara dibawah ini :

“bahwa sebenarnya sudah semua instansi Pemerintahan di Kabupaten Lima


Puluh Kota ini mendapatkan sosialisasi dari BAZNAS Kabupaten Lima
Puluh Kota, namun permasalahannya adalah ketika BAZNAS mengadakan
sosialisasi banyak dari kepala dinas dan istansi tidak datang dan mewakilkan
kepada bawahannya, akibatnya informasi yang diberikan BAZNAS tidak
langsung dan merata didapatkan oleh semua pegawai Pemerintahan
Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya terkait pengumpulan Zakat Profesi
ASN ini. Walau sudah merasa maksimal kami di BAZNAS Kabupaten Lima
Puluh Kota melakukan sosialisasi dan publikasi untuk menarik minat para
muzakki untuk membayarkan zakatnya tapi masih perlu terobosan baru
untuk meningkatkan pendapatan BAZNAS.89

6. Pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten lima puluh kota juga

baru fokkus kepada dana zakat, sedangkan untuk dana lain seperti infak,

sedekah, dana sosial keagamaan lainnya yang juga memiliki potensi luar

89
Wawancara langsung dengan Bapak Yoserizal, staf Bidang Pengumpulan BAZNAS
Kabupaten Lima Puluh Kota, tanggal 30 Juli 2022.

123
biasa yang belum dikumpulkan sevara maksimal oleh BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota..

Dengan diketahuinya kekurangan/kendala dan hambatan yang dihadapi

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota diharapkan kedepan, pengelolaan dana zakat

yang dikelola oleh manajemen BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dapat lebih

ditingkatkan. Jika potensi zakat yang ada bisa dimaksimalkan dan dikelola dengan

baik, tentu kemiskinan di Kabupaten lima puluh Kota dapat dientaskan. Masyarakat

Lima Puluh Kota akan makmur. Maqashid al-Syariah zakat dalam pengentasan

kemiskinan akan terwujud

3. Upaya Optimalisasi Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota Sebagai Upaya

Penanggulangan Kemiskinan

Upaya optimalisasi pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai upaya penanggulangan

kemiskinan antara lain :

8. Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota

menerbitkan regulasi terkait pengelolaan dana ZIS di Kabupaten Lima Puluh

Kota yakni : Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 09 Tahun

2013 Tentang Pengelolaan Zakat, Surat Edaran Bupati Edaran Bupati Lima

Puluh Kota Nomor 846/491/bkd/2005 tentang Zakat Mal, Infak, Sedekah,

Surat ¨Edaran Bupati Lima Puluh Kota Nomor 113 Tahun 2014 tentang

124
Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Pemerintah Daerah Melalui Badan Amil

Zakat Nasional Kabupaten Lima Puluh Kota, serta Surat ¨Edaran Bupati

Lima Puluh Kota Nomor 113 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pengumpulan

Zakat Profesi di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh

Kota tentang zakat profesi terhadap pegawai di lingkungan Pemerintahan

Kabupaten Lima Puluh Kota.

9. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota melakukan Pendataan terhadap para

Muzakki, khususnya Muzakki yang berprofesi sebagai ASN di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang pendapatannya sudah

mencapai nisab atau batasan untuk mengeluarkan zakat profesinya.

10. Pendataan Para Mustahik, yang mana Pendataan mustahik dilakukan agar

mendapatkan kejelasan mengenai data yang akurat mengenai jumlah

mustahik di Kab. %0 Kota. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota biasanya

meminta data mengenai jumlah keluarga miskin dan dhuafa ke kantor Dinas

Sosial Kabupaten Lima Puluh Kota, atau melalui unit Pengumpulan Zakat

(UPZ) ditingkat Nagari dan kecamatan yang tersebar diwilayah Kabupaten

Lima Puluh Kota.

11. Melakukan Sosialisasi, Promosi dan Publikasi, dimana upaya optimalisasi

pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten

Lima Puluh Kota sebagai upaya penanggulangan kemiskinan berikutnya

adalah dengan melakukan Promosi dan Publikasi dilakukan dengan maksud

agar para muzakki khususnya dari kalangan ASN di Kabupaten Lima Puluh

Kota lebih kenal dan lebih percaya dengan Badan Amil Zakat (BAZNAS)

Kabupaten Lima Puluh Kota, sehingga pengumpulan dana Zakat, infaq dan

125
shadaqah dapat lebih maksimal secara struktur organisasi, program kerja dan

personalnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara melalui berbagai

media seperti brosur, spanduk, billboard, dan media cetak Koran dan bulletin

yang bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesi (MUI) Kabupaten Lima

Puluh Kota.

12. Meningkatkan kepercayaan muzakki terhadap BAZNAS Kabuapten 50 Kota

dengan transparansi pengelolaan dan hasil audit. Salah satunya dilakukan

melalui media sosial.

13. Membuka pembayaran zakat secara digital dan dapat dilakukan dari

barbagaimacam metode pembayaran online. Sebagaimana terlihat pada

tangkapan layar gambar 4. diatas bahwasanya untuk menjaring dana dari

masyarakat dan pegawai/ASN pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota

melakukan sosialisasi dan promosi terkait pembayaran zakat yang dapat

dilakukan secara digital.

14. Melakukan seruan untuk pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah, dengan cara

melakukan pengiriman surat kepada seluruh instansi/unit kerja/OPD yang

berada di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, bahwasanya membayar

zakat sangat mudah. Dimana muzakki selain secara langsung datang ke

BAZNAS, dana ZIS juga dapat dikumpulkan melalui Unit Pengumpulan

Zakat (UPZ), Pos atau Bank, Melalui pemotongan gaji, ataupun dengan

metode jemput Bola langsung oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Salah satunya dengan memaksimalkan sosialisasi Surat Edaran bupati

tentang zakat profesi kepada pegawai-pegawai yang ada dilingkungan

pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota.

126
Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan diketahui bahwa Surat

edaran bupati cukup berdampak atas kesadaran pegawai/ASN di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam membayarkan zakat profesi

khususnya melalui BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, hal ini dapat diketahui

dari angket yang telah dikumpulkan penulis bahwa instruksi bupati cukup

berdampak terhadap kesadaran pegawai dalam membayarkan zakat profesi

sebagaimana yang telah di instruksikan Bupati dengan sebanyak 74% dari responden

merasakan dampak dari instruksi Bupati dan 10% lainnya menjawab tidak. Instruksi

bupati juga berdampak dalam peningkatan pegawai yang membayarkan zakat

profesi terlihat dari persentasi pegawai yang membayarkan zakat sebelum dan

sesudah adanya instruksi. Sebanyak 42% responden dari pegawai Pemkab menjawab

belum membayarkan zakatnya sebelum adanya instruksi Bupati dan 56%

membayarkan zakat profesinya setelah adanya instruksi Bupati. Sedangkan yang

lainnya 2% tidak terpengaruh dengan adanya instruksi itu. Instruksi Bupati juga

cukup berdampak secara tidak langsung terhadap pengelolaan zakat di BAZ

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Selain pengumpulan zakat yang belum optimal, BAZNAS Kabupaten lima

puluh kota juga belum mampu sepenuhnya memberikan kenyamanan terhadap

muzzaki selama ini. Hal ini terlihat dari masih ada keraguan apakah zakat yang

mereka salurkan akan sampai kepada tangan mustahiq atau tidak. Sehingga, dari

2,5% zakat yang wajib dikeluarkan, pada umumnya muzzaki tersebut hanya

menyalurkan 1%-1,5% ke BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota. Sisanya mereka kelola

sendiri di lingkungan SKPD masing-masing pada Unit Pengumpul Zakat. Pola

pengumpulan yang diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota yang

127
juga masih kurang efektif, yaitu menyetorkan zakat melalui bank atau langsung ke

kantor BAZNAS. Para muzzaki terkadang enggan untuk berlama-lama di bank

dalam melakukan penyetoran zakatnya atau mengunjungi kantor sekretariat

BAZNAS bagi muzzaki yang jauh. Hal ini mendorong UPZ masing-masing SKPD

atau muzzaki perorangan untuk mengelola atau menyalurkan sendiri zakatnya.

Sehingga tujuan zakat untuk membersihkan harta para muzzaki belum optimal

terwujud oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

Tentunya kedepan pengumpulan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

Lima Puluh Kota mesti ditingkatkan. Dimana dana yang dikelola oleh BAZNAS

yang selama ini berfokus pada pngelolaan gaji dan tunjangan PNS, harus juga

melihat potensi lain yang juga sangat besar, baik dari pengusaha, pedagang, petani

dan lain sebagainya. Disamping itu sosialisasi juga perlu ditingkatkan lagi. Jika

metode pengumpulan yang dilakukan bekerjasama dengan pihak bank dirasa kurang

efektif diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Maka kedepan

BAZNAS hasus mengomtimalkan layanan jemput zakat untuk meningkatkan

kesadaran dan memberikan kemudahan pada muzzaki dalam membayar zakat.

128
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengelolaan zakat profesi di kalangan ASN Pemerintahan

Kabupaten Lima Puluh Kota, dilaksanakan dengan beberapa tahapan

dimulai dari Perencanaan, Pengorganisasian, Pengumpulan dan

Distribusi Zakat serta Pengawasan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan zakat profesi

di kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota

terdiri dari ada faktor eksternal dan internal.

a. Kondisi Eksternal : Masih kurangnya kesadaran

pegawai/ASN dalam melaksanakan kewajiban berzakat melalui

BAZINAS, Kepercayaan pegawai/ASN untuk menyalurkan

zakatnya ke BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota masih relatif

rendah, Zakat maal/profesi yang belum terealisasikan secara

optimal dikalangan pegawai, pengumpulan zakat oleh BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota masih belum sesuai dengan konsep

syariah, undang-undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden,

Kebutuhan mustahik di Kabupaten Lima Puluh Kota yang

semakin banyak, Belum adanya dukungan maksimal dari

Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota)

dan DPRD setempat untuk menerbitkan produk hukum lainnya

agar dapat lebih mendorong pelaksanaan zakat, khususnya zakat

129
profesi di kalangan ASN Pemerintah Kabupaten Lima Puluh

Kota.

b. Kondisi Internal : Belum ditemukannya cara yang lebih efektif

untuk menggugah muzakki, Belum terjalinnya koordinasi yang

baik antara BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dengan semua

UPZ yang ada (secara menyeluruh), penegakan Perda Zakat

belum maximal, SOP tentang keuangan, pendayagunaan, dan

pendistribusian yang jelas belum maksimal dilaksanakan. Serta

Sosialisasi Yang Belum Merata.

3. Upaya Optimalisasi Pengelolaan Zakat Profesi Di Kalangan ASN

Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota Sebagai Upaya

Penanggulangan Kemiskinan antara lain : Pemerintah Kabupaten Lima

Puluh Kota menerbitkan regulasi terkait pengelolaan dana ZIS yakni :

Perda Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 09 Tahun 2013 Tentang

Pengelolaan Zakat, SE Bupati Kota Nomor 846/491/bkd/2005 tentang

Zakat Mal, Infak, Sedekah, SE Bupati Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Pemda melalui BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota, dan SE Bupati Nomor 113 Tahun 2017

tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat Profesi di Lingkungan Pemda

Kabupaten Lima Puluh Kota tentang zakat profesi terhadap pegawai di

lingkungan Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Melakukan

Pendataan terhadap para Muzakki, khususnya ASN, Pendataan Para

Mustahik, melaksanakan Sosialisasi, Promosi dan Publikasi,

melakukan transparansi pengelolaan dan hasil audit, Membuka

130
pembayaran zakat secara digital/online, serta melakukan seruan untuk

pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah, dengan cara melakukan

pengiriman surat kepada seluruh instansi/unit kerja/OPD yang berada

di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. jemput Bola langsung oleh

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota. Salah satunya dengan

memaksimalkan sosialisasi Surat Edaran bupati tentang zakat profesi

kepada pegawai-pegawai yang ada dilingkungan pemerintahan

Kabupaten Lima Puluh Kota.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang diberikan adalah :

1. ……………………………………………

2. …………………………………………….

3. ……………………………………………

1. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota diharapkan dapat

mengoptimalkan kinerja amil dalam proses pengumpulan zakat, agar

jumlah zakat yang dapat dikumpulkan bisa meningkat,

mengoptimalkan kinerja staf pendistribusain, agar jumlah zakat dapat

didistribusikan kepada mustahiq dapat optimal serta mempertahankan

propesionalitas dan transparansi dalam memanajemen dana zakat agar

dana zakat dapat menjadi alternatif dalam upaya Penanggulangan

Kemiskinan di Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Dalam menghadapi kendala pengelolaan zakat profesi di

kalangan ASN Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota maka

131
BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota perlu berkoordinasi dan

menjalin kerjasama yang lebih baik dengan OPD di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota untuk membicarakan soal-

soal terkait kontribusi zakat, pengelolaan zakat, sedekah, dan dana-

dana sosial lainnya, sehingga target penerimaan Zakat Profesi ASN

dapat tercapau dan dapat dialokasikan untuk pemberdayaan ekonomi

ummat.

3. BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dapat lebih meningkatkan

kesadaran berzakat di kalangan ASN dengan: a. Memberikan wawasan

(know how) yang benar dan memadai tentang zakat, infaq dan

shadaqah, baik dari segi epistemology, terminology, maupun

kedudukanya dalam ajaran Islam. b. Manfaat (benefit) serta hajat

(need) dari zakat, infaq dan shadaqah, khususnya untuk pelakunya

maupun para mustahiq zakat. Serta BAZNAS kabupaten lima puluh

kota kedepan dapat memberikan reward kepada para muzzaki yang

menyalurkan zakatnya ke BAZNAS. Dimana dengan pemberian

reward ini, baik itu hanya berupa ucapan terimakasih, atau cenderamata

akan memberikan semangat tersendiri kepada muzzaki untuk rajin dan

gemar berzakat.

132

Anda mungkin juga menyukai